Similar topics
Latest topics
Most Viewed Topics
Most active topic starters
kuku bima | ||||
admin | ||||
kermit katak lucu | ||||
hamba tuhan | ||||
feifei_fairy | ||||
paulusjancok | ||||
agus | ||||
gusti_bara | ||||
Muslim binti Muskitawati | ||||
Bejat |
Most active topics
MILIS MURTADIN_KAFIRUN
MURTADIN KAFIRUNexMUSLIM INDONESIA BERJAYA12 Oktober Hari Murtad Dari Islam Sedunia Menyongsong Punahnya Islam
Wadah syiar Islam terlengkap & terpercaya, mari sebarkan selebaran artikel yang sesungguhnya tentang si Pelacur Alloh Swt dan Muhammad bin Abdullah yang MAHA TERKUTUK itu ke dunia nyata!!!!
Who is online?
In total there are 72 users online :: 0 Registered, 0 Hidden and 72 Guests :: 2 BotsNone
Most users ever online was 354 on Wed 26 May 2010, 4:49 pm
Social bookmarking
Bookmark and share the address of MURTADINKAFIRUN on your social bookmarking website
Bookmark and share the address of MURTADIN_KAFIRUN on your social bookmarking website
1.5 persen penduduk Indonesia Ateis
+2
agus
batak
6 posters
Page 1 of 1
1.5 persen penduduk Indonesia Ateis
Hasil survey keimanan terbesar yang pernah dilakukan sudah dilakukan setahun lalu oleh Lynn et al.
Ada 137 negara yang di survey dan dengan antusias saya berharap ada negara kita di sana. Dan itu dia negara kita, perhatikan gambar 1. Yang dilingkari adalah negara kita. Dan satu yang mengesankan IQ rata-rata orang dewasa di negara kita, bukanlah 100, tapi 87!
Perbandingan pada gambar 1 disusun berdasarkan abjad, sekarang kita bandingkan antara negara-negara di Asia Tenggara. Perhatikan tabel 1 tentang perbandingan ateis di negara-negara asia tenggara.
Gambar 1. Posisi negara kita
Tabel 1. Jumlah Ateis di Negara Asia Tenggara
Sumber : Lynn et al, 2009
Let’s see, IQ rata-rata penduduk di negara kita kedua terendah di Asia Tenggara, tapi untungnya jumlah ateis kita hanya kelima terendah. Walau data di atas tidak memuat Myanmark dan Timor Leste, gambaran ini sudah cukup memberi kita pola persebaran ateis di Asia Tenggara.
Ada yang menonjol di sana, Vietnam. Jumlah ateisnya luar biasa besar, jauh melebihi negara lain di Asia Tenggara. Padahal bila anda lihat dari IQ, Vietnam masih kalah jauh dengan Singapura. Jadi semata kecerdasan tidak dapat menjelaskan jumlah populasi ateis di sana. I know what you thinking, jawabannya komunisme.
Komunisme
Ya, baik Indonesia maupun Vietnam punya sejarah besar dengan komunisme. Di Indonesia komunisme di tolak, tapi di Vietnam negara sempat terbelah dua karenanya. Ingat bagaimana dahsyatnya perang Vietnam antara Amerika dan Komunis Vietnam. So Komunisme bertanggung jawab atas besarnya populasi ateis di sana. Sekarang, negara apa lagi yang punya sejarah dengan komunisme? Negara bekas Uni Soviet dan China Kuba serta Korea Utara. Mari kita lihat statistiknya
Tabel 2. Jumlah ateis di negara bekas komunis
Sumber : Lynn et al, 2009
Kembali kita lihat pola yang kurang lebih sama berulang. Ada negara bekas komunis yang sangat sedikit ateisnya, dan ada yang sangat banyak. Sayang tidak ada data tentang Korea Utara, tapi saya yakin kalau ada, maka ateisnya akan sangat banyak, seperti di Vietnam.
Apa artinya ini? Jelas komunisme tidak dapat dipandang sebagai satu-satunya sebab. Lihat saja China, walaupun ia komunis tapi persentase ateisnya tidak semencolok Vietnam.
Jadi bila bukan karena komunisme, jadi karena apa? Mari kita lihat langsung negara-negara dengan persentase ateis terbesar di dunia dihitung dari persentase di atas 40 persen
Tabel 3. Sepuluh Negara dengan persentase ateis tertinggi di dunia
Sumber : Lynn et al, 2009
Ceko memiliki populasi ateis yang besar mungkin karena komunisme, begitu juga Vietnam dan Estonia. Tapi bagaimana anda menjelaskan tujuh negara terbesar sisanya? Belgia, Denmark, Inggris, Jepang, Jerman, Perancis dan Swedia? Mari kita dengarkan penjelasan dari Lynn et al sendiri.
Survey PEW yang terbaru
Kecerdasan
Ada sejumlah besar hasil penelitian yang menemukan korelasi negatif antara kecerdasan dan keimanan. Bell tahun 2002 sudah mengumpulkan 43 laporan hasil penelitian dan dari semua ini, hanya 4 yang tidak menemukan hubungan negatif. Tidak menemukan hubungan negatif bukan harus positif tapi bisa juga tidak berhubungan sama sekali. Jadi ada 39 hasil penelitian menunjukkan semakin bodoh seorang, semakin besar kemungkinan kalau ia, well, orang yang beriman.
Masih ada penelitian lain. Verhage (1964) misalnya melakukan survey nasional di Belanda yang memuat 1538 sampel yang dipilih dengan hati-hati. Ia menemukan kalau agnostik dan ateis rata-rata memiliki IQ 4 point lebih tinggi dari orang beriman. Kanazawa (2009) menganalisa data dari Studi Kesehatan Remaja Longitudinal Nasional Amerika yang mengukur kecerdasan remaja lewat Tes Kosakata Gambar Peabody (PPVT). Tes ini dilakukan pada 14.277 remaja di penjuru Amerika Serikat. Untuk mengukur keimanan dilakukan wawancara, dengan pertanyaan : Apakah anda orang yang beriman? Jawabannya adalah sangat beriman, beriman, tidak beriman dan sangat tidak beriman. Remaja yang menjawab sangat tidak beriman memiliki IQ tertinggi yaitu 103,09. Yang mengatakan tidak beriman 99,34; yang mengatakan beriman 98,28 dan yang mengatakan sangat beriman 97,14. Dari gambaran ini jelas kalau hubungan yang ditemukan bersifat sangat signifikan dengan p<0,00001.
Hal yang sama dilakukan terhadap para ilmuan. Leuba pada tahun 1921 melakukan survey pada keyakinan para ilmuan dan sarjana Amerika dan hasilnya hanya 39% yang mengatakan mereka percaya adanya Tuhan. Bila kelompok dipecah berdasarkan disiplin ilmu, semua disiplin ilmu berada dibawah 50%. Yang paling banyak ilmuan beragama adalah Sejarah (48%) dan paling rendah adalah Psikologi (24%). Itu studi tahun 1921, sangat klasik. Ada yang lebih modern? Tentu saja, tahun 1965 dilakukan oleh Roe. Sampelnya adalah 64 ilmuan terkemuka dan dari ini semua, 61 orang menyatakan tidak beragama. Hell, berarti hanya 4,8% ilmuan terkemuka yang beriman. Dan ini jauh mencolok dibandingkan persentase orang beriman di kalangan masyarakat awam Amerika Serikat yang mencapai 95,5% di tahun 1958 sebagaimana dilaporkan Argyle. Lebih modern lagi, kita punya laporan penelitian Larsen dan Witham tahun 1998. Persentase tidak berubah banyak. Dari semua anggota Lembaga Ilmu Pengetahuan Amerika Serikat (American National Academy of Sciences) hanya 7% yang mengaku teis (percaya adanya Tuhan). Jauh mencolok dibandingkan penduduk awam yang mencapai 90%. Hal yang sama dilaporkan Dawkins tahun 2006 di Inggris. Hanya 3,3 anggota Royal Society yang percaya Tuhan ada, 78,8% tidak percaya tuhan ada (ateis) dan sisanya tidak memutuskan. Ini juga mencolok dibandingkan masyarakat awam di Inggris yang 68,5% percaya adanya Tuhan saat itu.
Gambar 2. Hasil Survey (Kanazawa, 2009)
Digabungkan dengan hasil penelitian Lynn et al ini, hasilnya memunculkan pertanyaa, kenapa mesti ada korelasi negatif antara IQ dan keyakinan adanya Tuhan. Banyak orang rasional tidak diragukan lagi mengakui pendapat Frazer (1922) bahwa saat peradaban berkembang, pikiran yang cemerlang mulai menolak penjelasan religius atas fenomena alam karena dianggap telah tidak sesuai lagi, dan penjelasan agama perlahan digantikan dengan sains. Yang lain berpendapat kalau semakin seseorang cerdas, semakin cenderung ia mempertanyakan hal-hal yang tidak masuk akal dan tidak didukung bukti dari dogma agama. Sebagai contoh, 60 tahun lalu, Kuhlen dan Arnold (1944) mengatakan bahwa semakin dewasa intelektual seseorang, semakin ia skeptis terhadap masalah agama. Inglehart dan Welzel tahun 2005 mengatakan bahwa di dunia pra industri, manusia memiliki sedikit kekuasaan terhadap alam. Akibatnya mereka mencari penenang atas ketidak mampuan mereka dengan memberikan kuasa tersebut pada sesuatu yang metafisik yang terlihat mengendalikan dunia. Penyembahan dilihat sebagai cara mempengaruhi takdir, dan lebih mudah menerima ketidak berdayaan bila kita tahu hasilnya berada di tangan sesosok mahluk maha kuasa yang masih bisa ditarik hatinya lewat aturan-aturan agama. Salah satu alasan penurunan keyakinan beragama adalah meningkatnya kemampuan mengendalikan alam lewat teknologi sehingga menghilangkan kebutuhan untuk bertopang pada kekuatan supernatural.
Lihat saja tabel mengenai 10 negara ber IQ paling rendah di dunia ini, mereka cenderung merupakan negara dengan penduduk paling beriman. Untuk membandingkannya lihat juga negara dengan penduduk ber IQ rata-rata tertinggi. Tabel 6 menunjukkan pemeriksaan korelasi IQ dan persentase ateis, yang ternyata sangat signifikan.
Tabel 4. Sepuluh negara dengan penduduk ber IQ paling rendah di dunia
Sumber : Lynn et al, 2009
Tabel 5. Sepuluh negara dengan penduduk ber IQ tertinggi di dunia
Sumber: Lynn et al, 2009
Tabel 6. Hasil analisa Regresi Linier korelasi IQ dan Persentase Ateis
Plot data Lynn et al
Penjelasan yang lebih sederhana
Nigel Barber, Ph.D. mencoba menjelaskan alasan mengapa ateis memiliki IQ lebih tinggi. Seperti banyak tipe korelasi semacam ini, apa yang ada sebenarnya tidak terlalu mengesankan.
Ateis mungkin lebih cerdas dari orang beriman karena mereka mendapatkan banyak manfaat dari kondisi sosial yang kebetulan berkorelasi dengan hilangnya keyakinan agama. Bila anda lihat dari tabel utama yang dilaporkan Lynn et al (2009), terdapat beberapa pola yang ditemukan. Negara yang penduduknya sangat religius ternyata:
1. Negara miskin
2. Sedikit kota besar
3. Pendidikan rendah
4. Kurang terpaparkan pada media elektronik yang dapat meningkatkan kecerdasan (Barber, 2006)
5. Mengalami banyak penyakit menular yang merusak fungsi otak
6. Lebih banyak mengalami berat lahir yang rendah
7. Lebih banyak menderita gizi buruk
8. Tidak mampu mengendalikan polusi lingkungan seperti timbal yang dapat mengurangi kecerdasan.
Inilah faktor-faktor yang menurut Barber menyebabkan rendahnya IQ di negara tersebut.
Barber meragukan kalau agama menyebabkan kebodohan hanya karena ada beberapa orang cerdas dalam sejarah saja yang sangat religius, seperti Newton misalnya. Masalahnya lebih rumit. Tentu saja, dapat diakui kalau orang yang sangat cerdas bermasalah dalam menerima beberapa keyakinan yang diajarkan agama. Lebih lanjut, sains modern menawarkan penjelasan atas fenomena yang sebelumnya hanya dijelaskan oleh agama. Orang yang cerdas akan memilih penjelasan sains daripada agama. Sebagai contoh, orang yang cerdas akan memilih percaya kalau gempa disebabkan oleh pergerakan lempeng benua ketimbang menurunnya akhlak dan menyebarnya DVD porno.
Salah satu suku di Himachal Pradesh, India
Kesimpulan
Tidak diragukan lagi kalau kebanyakan ateis lebih cerdas dari rata-rata orang religius. Karena orang yang ber IQ rata-rata jauh lebih banyak dari orang yang cerdas, adalah wajar kalau kita sedikit menemukan ateis di Indonesia. Tapi IQ dapat diubah, dan bukan hanya IQ yang menyebabkan orang menjadi ateis, ada banyak sekali faktor. Trauma, trend dan sebagainya. Sebagai pemerhati sains, apa yang mesti kita permasalahkan bukanlah keyakinan, tapi manifestasi dari keyakinan tersebut. Seberapa banyak korban yang harus mati karena pertikaian agama. Mungkinkah ateisme salah satu solusinya?
addendum
Beberapa pembaca menanyakan metode surveynya. Dari artikelnya yang ada di bawah (Referensi kedua) anda dapat melihat metodenya. Metodenya adalah studi literatur. Literatur untuk mengetahui persentase di Amerika Serikat adalah hasil wawancara dan tes IQ tahun 1997 pada remaja berusia 12-17 tahun. Sementara itu untuk negara lainnya menggunakan dua literatur yaitu dari Lynn dan Vanhanen sendiri tahun 2006 dan dari Zuckerman 2007. Pada gilirannya, Lynn dan Vanhanen mengumpulkan data hasil tes IQ di 81 negara lalu mencari tahu apakah mereka percaya/tidak percaya Tuhan ada dengan berbagai cara berdasarkan identitas yang tertulis di hasil tes IQ. Metode ini dikritik keras oleh McDaniel (2008) terutama karena sampel yang tidak mewakili populasi (responden menumpuk di universitas) dan penggunaan regresi untuk meramalkan nilai di beberapa negara, bukannya dengan survey langsung pula. Karenanya Lynn et al juga menyertakan referensi Zuckerman (2007) yang menggunakan survey langsung. Sayangnya Zuckerman hanya memuat data persentase ateisme saja tanpa IQ. Akibatnya tes IQ kembali harus di regresikan secara statistik.
Referensi Utama
1. Barber, N. 2010. The Real Reason Atheist Have Higher IQs. Psychology Today, May 2010
2. Lynn, R., Harvey, J., & Nyborg, H. (2009). Intelligence predicts atheism across 137 nations. Intelligence, 37, 11-15.
Referensi Silang
1. Argyle, M. (1958). Religious Behaviour. London: Routledge and Kegan Paul
2. Barber, N. (2006). Is the effect of national wealth on academic achievement mediated by mass media and computers? Cross-Cultural Research, 40, 130-151.
3. Bell, P. (2002). Would you believe it?: Mensa Magazine Feb., 12-13.
4. Dawkins, R. (2006). The God Delusion. London: Bantam Press.
5. Frazer, J. G. (1922). The Golden Bough. London: Macmillan
6. Inglehart, R.,& Welzel, C. (2005).Modernization, Cultural Change, and Democracy: The Human Development Sequence. Cambridge: Cambridge University Press 2005
7. Kanazawa, S. (2009). Why liberals and atheists are more intelligent.
8. Kuhlen, R. G., & Arnold, M. (1944). Age differences in religious beliefs and problems during adolescence. Journal of Genetic Psychology, 65, 291?300.
9. Larsen, E. L., Witham, L. (1998). Leading scientists still reject God. Nature, 394, 313.
10. Leuba, J. A. (1921).The Belief in God and Immortality. Chicago: Open Court Publishers
11. Lynn, R.,& Vanhanen, T. (2006). IQ and Global Inequality. Athens: GA: Washington Summit Publishers.
12. McDaniel, M.A. 2008. Review of “IQ and global inequality. “
13. Roe, A. (1965). The Psychology of Occupations. New York: Wiley.
14. Verhage, F. (1964). Intelligence and religious persuasion. Nederlands Tijdschrift voor de Psychologie en haar Grensgebieden, 19, 247?254.
15. Zuckerman, P. (2007). Atheism: contemporary numbers and patterns. In M. Martin (Ed.), The Cambridge Companion to Atheism. Cambridge: Cambridge University Press.
Ada 137 negara yang di survey dan dengan antusias saya berharap ada negara kita di sana. Dan itu dia negara kita, perhatikan gambar 1. Yang dilingkari adalah negara kita. Dan satu yang mengesankan IQ rata-rata orang dewasa di negara kita, bukanlah 100, tapi 87!
Perbandingan pada gambar 1 disusun berdasarkan abjad, sekarang kita bandingkan antara negara-negara di Asia Tenggara. Perhatikan tabel 1 tentang perbandingan ateis di negara-negara asia tenggara.
Gambar 1. Posisi negara kita
Tabel 1. Jumlah Ateis di Negara Asia Tenggara
Negara | IQ | Persen ateis |
Thailand | 91 | 0.5 |
Laos | 89 | 5 |
Vietnam | 94 | 81 |
Kamboja | 91 | 7 |
Malaysia | 92 | 0.5 |
Singapura | 108 | 13 |
Brunei | 91 | 0.5 |
Indonesia | 87 | 1.5 |
Philipina | 86 | 0.5 |
Sumber : Lynn et al, 2009
Let’s see, IQ rata-rata penduduk di negara kita kedua terendah di Asia Tenggara, tapi untungnya jumlah ateis kita hanya kelima terendah. Walau data di atas tidak memuat Myanmark dan Timor Leste, gambaran ini sudah cukup memberi kita pola persebaran ateis di Asia Tenggara.
Ada yang menonjol di sana, Vietnam. Jumlah ateisnya luar biasa besar, jauh melebihi negara lain di Asia Tenggara. Padahal bila anda lihat dari IQ, Vietnam masih kalah jauh dengan Singapura. Jadi semata kecerdasan tidak dapat menjelaskan jumlah populasi ateis di sana. I know what you thinking, jawabannya komunisme.
Komunisme
Ya, baik Indonesia maupun Vietnam punya sejarah besar dengan komunisme. Di Indonesia komunisme di tolak, tapi di Vietnam negara sempat terbelah dua karenanya. Ingat bagaimana dahsyatnya perang Vietnam antara Amerika dan Komunis Vietnam. So Komunisme bertanggung jawab atas besarnya populasi ateis di sana. Sekarang, negara apa lagi yang punya sejarah dengan komunisme? Negara bekas Uni Soviet dan China Kuba serta Korea Utara. Mari kita lihat statistiknya
Tabel 2. Jumlah ateis di negara bekas komunis
Negara | IQ | Persentase ateis |
Armenia | 94 | 14 |
Azerbaijan | 87 | 0.5 |
Belorusia | 97 | 17 |
China | 105 | 12 |
Estonia | 99 | 49 |
Georgia | 94 | 4 |
Kazakhstan | 94 | 12 |
Kirgiztan | 90 | 7 |
Kuba | 85 | 40 |
Latvia | 98 | 20 |
Lithuania | 91 | 13 |
Moldova | 96 | 6 |
Rusia | 97 | 27 |
Tadzikistan | 87 | 2 |
Turkmenistan | 87 | 2 |
Ukraina | 97 | 20 |
Uzbekistan | 87 | 4 |
Sumber : Lynn et al, 2009
Kembali kita lihat pola yang kurang lebih sama berulang. Ada negara bekas komunis yang sangat sedikit ateisnya, dan ada yang sangat banyak. Sayang tidak ada data tentang Korea Utara, tapi saya yakin kalau ada, maka ateisnya akan sangat banyak, seperti di Vietnam.
Apa artinya ini? Jelas komunisme tidak dapat dipandang sebagai satu-satunya sebab. Lihat saja China, walaupun ia komunis tapi persentase ateisnya tidak semencolok Vietnam.
Jadi bila bukan karena komunisme, jadi karena apa? Mari kita lihat langsung negara-negara dengan persentase ateis terbesar di dunia dihitung dari persentase di atas 40 persen
Tabel 3. Sepuluh Negara dengan persentase ateis tertinggi di dunia
Negara | IQ | Persentase ateis |
Belgia | 99 | 43 |
Ceko | 98 | 61 |
Denmark | 98 | 48 |
Estonia | 99 | 49 |
Inggris | 100 | 41.5 |
Jepang | 105 | 65 |
Jerman | 99 | 42 |
Perancis | 98 | 44 |
Swedia | 99 | 64 |
Vietnam | 94 | 81 |
Sumber : Lynn et al, 2009
Ceko memiliki populasi ateis yang besar mungkin karena komunisme, begitu juga Vietnam dan Estonia. Tapi bagaimana anda menjelaskan tujuh negara terbesar sisanya? Belgia, Denmark, Inggris, Jepang, Jerman, Perancis dan Swedia? Mari kita dengarkan penjelasan dari Lynn et al sendiri.
Survey PEW yang terbaru
Kecerdasan
Ada sejumlah besar hasil penelitian yang menemukan korelasi negatif antara kecerdasan dan keimanan. Bell tahun 2002 sudah mengumpulkan 43 laporan hasil penelitian dan dari semua ini, hanya 4 yang tidak menemukan hubungan negatif. Tidak menemukan hubungan negatif bukan harus positif tapi bisa juga tidak berhubungan sama sekali. Jadi ada 39 hasil penelitian menunjukkan semakin bodoh seorang, semakin besar kemungkinan kalau ia, well, orang yang beriman.
Masih ada penelitian lain. Verhage (1964) misalnya melakukan survey nasional di Belanda yang memuat 1538 sampel yang dipilih dengan hati-hati. Ia menemukan kalau agnostik dan ateis rata-rata memiliki IQ 4 point lebih tinggi dari orang beriman. Kanazawa (2009) menganalisa data dari Studi Kesehatan Remaja Longitudinal Nasional Amerika yang mengukur kecerdasan remaja lewat Tes Kosakata Gambar Peabody (PPVT). Tes ini dilakukan pada 14.277 remaja di penjuru Amerika Serikat. Untuk mengukur keimanan dilakukan wawancara, dengan pertanyaan : Apakah anda orang yang beriman? Jawabannya adalah sangat beriman, beriman, tidak beriman dan sangat tidak beriman. Remaja yang menjawab sangat tidak beriman memiliki IQ tertinggi yaitu 103,09. Yang mengatakan tidak beriman 99,34; yang mengatakan beriman 98,28 dan yang mengatakan sangat beriman 97,14. Dari gambaran ini jelas kalau hubungan yang ditemukan bersifat sangat signifikan dengan p<0,00001.
Hal yang sama dilakukan terhadap para ilmuan. Leuba pada tahun 1921 melakukan survey pada keyakinan para ilmuan dan sarjana Amerika dan hasilnya hanya 39% yang mengatakan mereka percaya adanya Tuhan. Bila kelompok dipecah berdasarkan disiplin ilmu, semua disiplin ilmu berada dibawah 50%. Yang paling banyak ilmuan beragama adalah Sejarah (48%) dan paling rendah adalah Psikologi (24%). Itu studi tahun 1921, sangat klasik. Ada yang lebih modern? Tentu saja, tahun 1965 dilakukan oleh Roe. Sampelnya adalah 64 ilmuan terkemuka dan dari ini semua, 61 orang menyatakan tidak beragama. Hell, berarti hanya 4,8% ilmuan terkemuka yang beriman. Dan ini jauh mencolok dibandingkan persentase orang beriman di kalangan masyarakat awam Amerika Serikat yang mencapai 95,5% di tahun 1958 sebagaimana dilaporkan Argyle. Lebih modern lagi, kita punya laporan penelitian Larsen dan Witham tahun 1998. Persentase tidak berubah banyak. Dari semua anggota Lembaga Ilmu Pengetahuan Amerika Serikat (American National Academy of Sciences) hanya 7% yang mengaku teis (percaya adanya Tuhan). Jauh mencolok dibandingkan penduduk awam yang mencapai 90%. Hal yang sama dilaporkan Dawkins tahun 2006 di Inggris. Hanya 3,3 anggota Royal Society yang percaya Tuhan ada, 78,8% tidak percaya tuhan ada (ateis) dan sisanya tidak memutuskan. Ini juga mencolok dibandingkan masyarakat awam di Inggris yang 68,5% percaya adanya Tuhan saat itu.
Gambar 2. Hasil Survey (Kanazawa, 2009)
Digabungkan dengan hasil penelitian Lynn et al ini, hasilnya memunculkan pertanyaa, kenapa mesti ada korelasi negatif antara IQ dan keyakinan adanya Tuhan. Banyak orang rasional tidak diragukan lagi mengakui pendapat Frazer (1922) bahwa saat peradaban berkembang, pikiran yang cemerlang mulai menolak penjelasan religius atas fenomena alam karena dianggap telah tidak sesuai lagi, dan penjelasan agama perlahan digantikan dengan sains. Yang lain berpendapat kalau semakin seseorang cerdas, semakin cenderung ia mempertanyakan hal-hal yang tidak masuk akal dan tidak didukung bukti dari dogma agama. Sebagai contoh, 60 tahun lalu, Kuhlen dan Arnold (1944) mengatakan bahwa semakin dewasa intelektual seseorang, semakin ia skeptis terhadap masalah agama. Inglehart dan Welzel tahun 2005 mengatakan bahwa di dunia pra industri, manusia memiliki sedikit kekuasaan terhadap alam. Akibatnya mereka mencari penenang atas ketidak mampuan mereka dengan memberikan kuasa tersebut pada sesuatu yang metafisik yang terlihat mengendalikan dunia. Penyembahan dilihat sebagai cara mempengaruhi takdir, dan lebih mudah menerima ketidak berdayaan bila kita tahu hasilnya berada di tangan sesosok mahluk maha kuasa yang masih bisa ditarik hatinya lewat aturan-aturan agama. Salah satu alasan penurunan keyakinan beragama adalah meningkatnya kemampuan mengendalikan alam lewat teknologi sehingga menghilangkan kebutuhan untuk bertopang pada kekuatan supernatural.
Lihat saja tabel mengenai 10 negara ber IQ paling rendah di dunia ini, mereka cenderung merupakan negara dengan penduduk paling beriman. Untuk membandingkannya lihat juga negara dengan penduduk ber IQ rata-rata tertinggi. Tabel 6 menunjukkan pemeriksaan korelasi IQ dan persentase ateis, yang ternyata sangat signifikan.
Tabel 4. Sepuluh negara dengan penduduk ber IQ paling rendah di dunia
Negara | IQ | Persentase ateis |
Kamerun | 64 | 0.5 |
Afrika Tengah | 64 | 1.5 |
Republik Kongo | 64 | 2.7 |
Ethiopia | 64 | 0.5 |
Mozambique | 64 | 5 |
Sierra Leone | 64 | 0.5 |
Gambia | 66 | 0.5 |
Senegal | 66 | 0.5 |
Zimbabwe | 66 | 4 |
Guinea | 67 | 0.5 |
Sumber : Lynn et al, 2009
Tabel 5. Sepuluh negara dengan penduduk ber IQ tertinggi di dunia
Negara | IQ | Persentase ateis |
Singapura | 108 | 13 |
Korea selatan | 106 | 30 |
China | 105 | 12 |
Jepang | 105 | 65 |
Taiwan | 105 | 24 |
Italia | 102 | 6 |
Islandia | 101 | 16 |
Mongolia | 101 | 20 |
Swiss | 101 | 17 |
Austria | 100 | 18 |
Sumber: Lynn et al, 2009
Tabel 6. Hasil analisa Regresi Linier korelasi IQ dan Persentase Ateis
SUMMARY OUTPUT | |||||
Regression Statistics | |||||
Multiple R | 0.59735 | ||||
R Square | 0.356827 | ||||
Adjusted R Square | 0.352063 | ||||
Standard Error | 9.578737 | ||||
Observations | 137 | ||||
ANOVA | |||||
df | SS | MS | F | Significance F | |
Regression | 1 | 6871.949 | 6871.949 | 74.89683 | 1.30717E-14 |
Residual | 135 | 12386.55 | 91.7522 | ||
Total | 136 | 19258.5 | |||
Coefficients | Standard Error | t Stat | P-value | Lower 95% | |
Intercept | 80.86037 | 0.971231 | 83.25558 | 6.6E-118 | 78.93957366 |
% Not believing in God | 0.448816 | 0.051861 | 8.654295 | 1.31E-14 | 0.346252132 |
Plot data Lynn et al
Penjelasan yang lebih sederhana
Nigel Barber, Ph.D. mencoba menjelaskan alasan mengapa ateis memiliki IQ lebih tinggi. Seperti banyak tipe korelasi semacam ini, apa yang ada sebenarnya tidak terlalu mengesankan.
Ateis mungkin lebih cerdas dari orang beriman karena mereka mendapatkan banyak manfaat dari kondisi sosial yang kebetulan berkorelasi dengan hilangnya keyakinan agama. Bila anda lihat dari tabel utama yang dilaporkan Lynn et al (2009), terdapat beberapa pola yang ditemukan. Negara yang penduduknya sangat religius ternyata:
1. Negara miskin
2. Sedikit kota besar
3. Pendidikan rendah
4. Kurang terpaparkan pada media elektronik yang dapat meningkatkan kecerdasan (Barber, 2006)
5. Mengalami banyak penyakit menular yang merusak fungsi otak
6. Lebih banyak mengalami berat lahir yang rendah
7. Lebih banyak menderita gizi buruk
8. Tidak mampu mengendalikan polusi lingkungan seperti timbal yang dapat mengurangi kecerdasan.
Inilah faktor-faktor yang menurut Barber menyebabkan rendahnya IQ di negara tersebut.
Barber meragukan kalau agama menyebabkan kebodohan hanya karena ada beberapa orang cerdas dalam sejarah saja yang sangat religius, seperti Newton misalnya. Masalahnya lebih rumit. Tentu saja, dapat diakui kalau orang yang sangat cerdas bermasalah dalam menerima beberapa keyakinan yang diajarkan agama. Lebih lanjut, sains modern menawarkan penjelasan atas fenomena yang sebelumnya hanya dijelaskan oleh agama. Orang yang cerdas akan memilih penjelasan sains daripada agama. Sebagai contoh, orang yang cerdas akan memilih percaya kalau gempa disebabkan oleh pergerakan lempeng benua ketimbang menurunnya akhlak dan menyebarnya DVD porno.
Salah satu suku di Himachal Pradesh, India
Kesimpulan
Tidak diragukan lagi kalau kebanyakan ateis lebih cerdas dari rata-rata orang religius. Karena orang yang ber IQ rata-rata jauh lebih banyak dari orang yang cerdas, adalah wajar kalau kita sedikit menemukan ateis di Indonesia. Tapi IQ dapat diubah, dan bukan hanya IQ yang menyebabkan orang menjadi ateis, ada banyak sekali faktor. Trauma, trend dan sebagainya. Sebagai pemerhati sains, apa yang mesti kita permasalahkan bukanlah keyakinan, tapi manifestasi dari keyakinan tersebut. Seberapa banyak korban yang harus mati karena pertikaian agama. Mungkinkah ateisme salah satu solusinya?
addendum
Beberapa pembaca menanyakan metode surveynya. Dari artikelnya yang ada di bawah (Referensi kedua) anda dapat melihat metodenya. Metodenya adalah studi literatur. Literatur untuk mengetahui persentase di Amerika Serikat adalah hasil wawancara dan tes IQ tahun 1997 pada remaja berusia 12-17 tahun. Sementara itu untuk negara lainnya menggunakan dua literatur yaitu dari Lynn dan Vanhanen sendiri tahun 2006 dan dari Zuckerman 2007. Pada gilirannya, Lynn dan Vanhanen mengumpulkan data hasil tes IQ di 81 negara lalu mencari tahu apakah mereka percaya/tidak percaya Tuhan ada dengan berbagai cara berdasarkan identitas yang tertulis di hasil tes IQ. Metode ini dikritik keras oleh McDaniel (2008) terutama karena sampel yang tidak mewakili populasi (responden menumpuk di universitas) dan penggunaan regresi untuk meramalkan nilai di beberapa negara, bukannya dengan survey langsung pula. Karenanya Lynn et al juga menyertakan referensi Zuckerman (2007) yang menggunakan survey langsung. Sayangnya Zuckerman hanya memuat data persentase ateisme saja tanpa IQ. Akibatnya tes IQ kembali harus di regresikan secara statistik.
Referensi Utama
1. Barber, N. 2010. The Real Reason Atheist Have Higher IQs. Psychology Today, May 2010
2. Lynn, R., Harvey, J., & Nyborg, H. (2009). Intelligence predicts atheism across 137 nations. Intelligence, 37, 11-15.
Referensi Silang
1. Argyle, M. (1958). Religious Behaviour. London: Routledge and Kegan Paul
2. Barber, N. (2006). Is the effect of national wealth on academic achievement mediated by mass media and computers? Cross-Cultural Research, 40, 130-151.
3. Bell, P. (2002). Would you believe it?: Mensa Magazine Feb., 12-13.
4. Dawkins, R. (2006). The God Delusion. London: Bantam Press.
5. Frazer, J. G. (1922). The Golden Bough. London: Macmillan
6. Inglehart, R.,& Welzel, C. (2005).Modernization, Cultural Change, and Democracy: The Human Development Sequence. Cambridge: Cambridge University Press 2005
7. Kanazawa, S. (2009). Why liberals and atheists are more intelligent.
8. Kuhlen, R. G., & Arnold, M. (1944). Age differences in religious beliefs and problems during adolescence. Journal of Genetic Psychology, 65, 291?300.
9. Larsen, E. L., Witham, L. (1998). Leading scientists still reject God. Nature, 394, 313.
10. Leuba, J. A. (1921).The Belief in God and Immortality. Chicago: Open Court Publishers
11. Lynn, R.,& Vanhanen, T. (2006). IQ and Global Inequality. Athens: GA: Washington Summit Publishers.
12. McDaniel, M.A. 2008. Review of “IQ and global inequality. “
13. Roe, A. (1965). The Psychology of Occupations. New York: Wiley.
14. Verhage, F. (1964). Intelligence and religious persuasion. Nederlands Tijdschrift voor de Psychologie en haar Grensgebieden, 19, 247?254.
15. Zuckerman, P. (2007). Atheism: contemporary numbers and patterns. In M. Martin (Ed.), The Cambridge Companion to Atheism. Cambridge: Cambridge University Press.
batak- RED MEMBERS
-
Number of posts : 73
Age : 42
Reputation : -3
Points : 5709
Registration date : 2009-01-25
Re: 1.5 persen penduduk Indonesia Ateis
Keseimbangan kecerdasan manusia bukan hanya diukur melalui IQ terdapat juga parameter lain seperti SQ dan ESQ....
agus- SILVER MEMBERS
-
Number of posts : 8588
Location : Everywhere but no where
Job/hobbies : Baca-baca
Humor : Shaggy yang malang
Reputation : 45
Points : 14645
Registration date : 2010-04-16
Re: 1.5 persen penduduk Indonesia Ateis
kecerdasan itu tetap IQ , keberhasilan seseorang itu baru digabungkan dengan yang lain baru benaragus wrote:Keseimbangan kecerdasan manusia bukan hanya diukur melalui IQ terdapat juga parameter lain seperti SQ dan ESQ....
jadi orang yang IQ tinggi belum tentu dia sukses
Re: 1.5 persen penduduk Indonesia Ateis
Kecerdasan itu bukan IQ
Ada banyak orang yang salah kaprah dalam menggunakan sebutan IQ (intelligence quotient/kuasi kecerdasan), dengan mengatakan misalnya, “Anak saya akan mengikuti tes IQ di sekolahnya.” Sebenarnya apa yang disebut sebagai “tes IQ” itu tidak pernah ada dan tidak pernah dikenal dalam dunia psikologi, yang ada adalah “tes kecerdasan/inteligensi”. Banyak orang yang menganggap IQ dan kecerdasan sebagai dua hal yang sama dan serupa, oleh karena itu muncullah kalimat seperti di atas misalnya, padahal kedua-duanya berbeda jauh, baik dalam pengertian maupun penggunaannya.
Istilah IQ sendiri muncul pada awal abad ke-20 ketika seorang Prancis yang bernama Alfred Binet (dibantu koleganya yang bernama Theodore Simon) menciptakan sebuah alat ukur untuk mengukur kecerdasan anak-anak di Prancis dengan tujuan agar dapat memisahkan anak-anak yang memiliki kemampuan menerima pendidikan/pelajaran secara normal dan yang tidak, anak-anak yang mengalami keterbelakangan mental akan dipisahkan dalam lembaga pendidikan khusus. Usaha tersebut kemudian dilanjutkan di Amerika oleh Lewis Terman dan kolega-koleganya di Universitas Stanford dengan menerbitkan alat tes yang bernama Stanford-Binet sekaligus membakukan istilah IQ tersebut.
Dalam tes tersebut dikenal istilah usia kronologis (chronological age) dan usia mental (mental age). Usia kronologis adalah usia jasmaniah/usia kelahiran, misalnya usia 10 tahun, artinya anak tersebut telah 10 tahun hidup setelah kelahirannya. Adapun usia mental adalah usia yang menunjukkan kemampuan mental seseorang untuk mengerjakan tugas-tugas yang disusun untuk usia tertentu yang ada dalam tes tersebut. Anak yang dapat mengerjakan tugas-tugas pada usia di atas usia kronologisnya berarti memiliki usia mental di atas rata-rata, sedangkan anak yang hanya dapat mengerjakan tugas-tugas di bawah usia kronologisnya dan tidak dapat mengerjakan tugas-tugas pada usianya berarti memiliki usia mental di bawah rata-rata. Misalnya, anak yang berusia 6 tahun (usia kronologis) dapat mengerjakan hingga tugas-tugas untuk usia 8 tahun, berarti ia memiliki usia mental 8 tahun, maka perhitungannya kecerdasan dalam ukuran IQ adalah:
MA/CAx100=IQ
MA: mental age (usia mental)
CA : chronological age (usia kronologis)
IQ : Intelligence quotient (kuasi kecerdasan)
8/6x100= 133,
jadi anak tersebut memiliki kecerdasan dalam ukuran IQ=133
IQ adalah ukuran kecerdasan yang nilainya didapat dari hasil bagi (kuasi) antara kecerdasan kronologis dan kecerdasan mental. Jadi, IQ adalah ukuran untuk menyebutkan nilai kecerdasan, bukan kecerdasan itu sendiri, sedangkan kecerdasan itu tidak hanya dapat dinilai dalam ukuran IQ, bisa bermacam-macam ukuran, tergantung alat tes dan teori yang digunakan.
Untuk jumlah atheis di Indonesia : 243.391 orang (0,1 % dari jumlah penduduk Indonesia)
https://murtadinkafirun.forumotion.com/t9130-agama-vs-atheis#48030
Goespel- RED MEMBERS
- Number of posts : 30
Location : Depan Monitor
Job/hobbies : Ngembat Rumput
Humor : Ingin menjadi Tuhan
Reputation : 0
Points : 4999
Registration date : 2010-10-09
Re: 1.5 persen penduduk Indonesia Ateis
ATHEIS KO BANGGA......
Gak_Mau_DiSembah- SILVER MEMBERS
-
Number of posts : 1054
Location : Calon Penghuni Surga
Job/hobbies : Masak ayam panggang, Yesus jgn minta yah....
Humor : dogma gereja: gak blh bantah, gak usah banyak nanya, telen aja..(kl ada yg salah) di edit aja... gtu aja kok repot!!!
Reputation : 2
Points : 5963
Registration date : 2011-02-08
Re: 1.5 persen penduduk Indonesia Ateis
bener boss IQ bikin sukses mereka pintar - pintar
*pintar bikin video mesum,(sampe anak dibawah umur jadi PSK)
*pintar bikin tempat maksiat,(Tempat judi, bar,karaoke)
*pintar membajak hak cipta,(bikin BB Palsu,bikin nok** palsu)
*pintar kategori setan githu,yang penting untung,
walaupun dunia ini makmur dengan ilmu pengetahuan,buat apa klo menuju kehancuran
udah terbukti banyak orang pintar bikin senjata penghancur masal.buat apa coba???
*pintar bikin video mesum,(sampe anak dibawah umur jadi PSK)
*pintar bikin tempat maksiat,(Tempat judi, bar,karaoke)
*pintar membajak hak cipta,(bikin BB Palsu,bikin nok** palsu)
*pintar kategori setan githu,yang penting untung,
walaupun dunia ini makmur dengan ilmu pengetahuan,buat apa klo menuju kehancuran
udah terbukti banyak orang pintar bikin senjata penghancur masal.buat apa coba???
cinta rosul- RED MEMBERS
- Number of posts : 29
Reputation : 0
Points : 5005
Registration date : 2010-09-30
Similar topics
» pertumbuhan mualaf Indonesia sekitar 10-15 persen pertahun di seluruh Indonesia
» INDONESIA FAITHFREEDOM UDAH BUKA LAGI http://www.indonesia.faithfreedom.org/forum/index.php
» BIADAB!!!!!!! INI RENCANA MEREKA, APA JAWAB KITA? PROGRAM JANGKA PANJANG KRISTENISASI DI INDONESIA KEPUTUSAN DEWAN GEREJA INDONESIA DI JAKARTA
» INDONESIA FAITHFREEDOM UDAH BUKA LAGI http://www.indonesia.faithfreedom.org/forum/index.php
» BIADAB!!!!!!! INI RENCANA MEREKA, APA JAWAB KITA? PROGRAM JANGKA PANJANG KRISTENISASI DI INDONESIA KEPUTUSAN DEWAN GEREJA INDONESIA DI JAKARTA
Page 1 of 1
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum
Fri 02 Feb 2024, 5:21 pm by buncis hitam
» kenapa muhammad suka makan babi????
Wed 31 Jan 2024, 1:04 am by naufal
» NYATA & FAKTA : TERNYATA YESUS PILIH MENGAULI KELEDAI DARIPADA WANITA!!! (sebuah penghinaan OLEH PAULUS)
Fri 12 Jan 2024, 9:39 pm by Uwizuya
» SORGA ISLAM RUMAH PELACUR ALLOH SWT...........
Tue 02 Jan 2024, 12:48 am by Pajar
» Moon Split or Islamic Hoax?
Wed 13 Dec 2023, 3:34 pm by admin
» In Islam a Woman Must be Submissive and Serve her Husband
Wed 13 Dec 2023, 3:32 pm by admin
» Who Taught Allah Math?
Wed 13 Dec 2023, 3:31 pm by admin
» BISNIS GEREJA YUUUKZ....LUMAYAN LOH UNTUNGNYA....
Wed 05 Jul 2023, 1:57 pm by buncis hitam
» ISLAM: Palsu, Maut, Tak Akan Tobat, Amburadul
Sun 07 May 2023, 9:50 am by MANTAN KADRUN