HAKIM MENGHAKIMI

MADRASAH: siksa anak, ajaran kebodohan & HAFALan doang
http://islammonitor .org/index. php?option= com_content&task=view&id=1252 &Itemid=64

Madrasah – tempat menimba 'ilmu' KEBODOHAN
by Sujit Das
Thursday, 03 April 2008

Dari segala macam kejahatan yg ada didunia ini, yg paling parah adalah kejahtan terhdp anak2. Tindak kekerasan brutal terhdp anak2 sering meninggalkan luka2 mendalam sepanjang hidup mereka. Islam mengijinkan anak2 Muslim menjadi suicide bombers, jihadi, pengantin cilik, camel jockeys dsb. (Kalau anak2 non-Muslim cukup dijadikan budak atau disuruh pilih antara pilih Islam atau mati.)

Satu lagi bentuk kekejaman terhdp anak2 Muslim bisa dilihat dari madrasah2 yg mengajarkan 'etika' Islami murni.

Berikut ini adalah bagian dari pengalaman pahit anak2 12 thn di sebuah madrasah di Kenya yg diselamatkan bln Januari 2003.



"Tempat itu mengerikan sekali, mereka merantai kedua kaki dan tangan kami, bahkan kaki dan tangan kadang dirantai jadi satu. Mereka memukul kami selagi makan siang, makan malam dan merajam kaki, tangan dan pantat kami. Kami tidur dirantai, makan dirantai, dan bahkan pergi ke WC sambil dirantai. Kadang kami dibiarkan dirantai dan digantung di atap. Kami harus mengHAFAL Quran dan kami akan dihukum kalau tidak mampu."

Inilah `hukuman legal' bagi siswa yg tidak mampu menghafal Quran dlm bahasa asing : Arab. Spt juga pemukulan istri, pemukulan anak2 juga diijinkan Islam. Ini yg dikatakan sang 'nabi' yg buta huruf :

Sunan Abu Dawud Book 2, Number 0495,
Diriwayahkan Abdullah ibn Amr ibn al-'As:
Rasulullah (saw) mengatakan : Perintahkan anak2mu utk berdoa pada saat mereka menginjak tujuh tahun dan PUKUL mereka (kalau menolak) pada usia 10 tahun dan pisahkan tempat2 tidur mereka.

Sang 'nabi' memang sangat mempedulikan pendidikan agama anak2 Muslim.


Anak dibelakang bui madrasah

Insiden2 perantaian anak2 di madrasah2 Bangladesh ini memang jarang terjadi dibandingkan di negara2 Islami lainnya. Satu insiden paling penting terjadi di Chittagong, kota pelabuhan sibuk di Bangladesh. Lebih dari 20 siswa dirantai dan disiksa. Kesemuanya berusia antara 11-14 thn. Salah seorang anak dirantai pada sebuah bagian dari rel kereta api yg terbuat dari baja, yg diikat pada dirinya sekali sebulan.

Insiden2 penyiksaan anak2 di madrasah lebih sering terjadi di Pakistan, Afghanistan & Sudan.



Di madrasah2 Pakistan, satu2nya subyek yg diajarkan adalah Quran dlm bahasa Arab, bahasa yg asing bagi kebanyakan siswa. Pada akhir thn
2005, terdaftar 39.000 madrasah di Pakistan, naik pesat sejak 1978, yg cuma mencatat 1.000 (O'Rourke, 2005). Jumlah siswa diperkirakan antara 800.000 - 1 juta (Dalrymple, 2005). Mereka sering dijalankan yayasan2 religius dan menarik anak2 dari keluarga miskin dan memberikan mereka indomie, ehh ... salah, makanan dan tempat tinggal gratis. Malah ada madrasah yg memberikan latihan politik dan militer bersenjata. Sekitar 10 - 15% dari ke 46.700 madrasah Pakistan (baik yg terdaftar maupun yg tidak) secara terbuka mengajarkan kekerasan (Davis, 2002).

Di madrasah2 Taliban di Afghanistan, kata pertama yg diajarkan pada anak2 adalah bgm mengeja kata "Jihad." Paling tidak ada 6 madrasah Pakistan yg secara teratur menjadi penyuplai suicide bombers bagi Taliban (Al Qaeda Training Manual, 2001).

Saat mereka berkuasa, Taliban melarang TV, sekolah dan pengajaran sains modern. Bahkan sejarah, geografi dan matematika dilarang total dan satu2nya aktivitas yg diijinkan adalah pembacaan dan penghafalan Quran. Belajar bahasa Inggris adalah sebuah tindak pidana berat (Sohail, 2007). Kebanyakan madrasah2 Taliban juga disponsori oleh intel ISI Pakistan (Atwan, 2006). Di Pakistan & Afghanistan sekarang, bahkan ada guru2 madrasah yg mengajarkan bahwa BUMI ADALAH DATAR dan tidak bergerak, dan matahari mengelilingi bumi.

Selain mengajarkan kekerasan terhdp non-Muslim, sering juga ada madrasah2 yg mengajarkan kekerasan antarsekte (yi antara Shi'ah – Sunni etc). Banyak militia2 anti-Shi'ah spt Sipah-i Sahaba (pasukan sahabat2 nabi) dan Lashkar–i Jhangvi (pasukan Jhangvi) adalah lulusan madrasah2 'ekstrimis' Deobandi dan berhubungan erat dgn organisasi2 teror Islami di Afghanistan, Kashmir dll (Nasr, 2006). Akibatnya : lihatlah kekerasan sehari2 di Iraq, tidak satu haripun lewat tanpa pembunuhan antar sekte.



Thn 1994, Komisi HAM Pakistan menyidiki insiden2 pelecehan anak2 dan kesimpulan mereka adalah bahwa di banyak madrasah, 4 sampai 5 anak sering dirantai pada sebuah balok kayu. Kalau salah satu mau ke WC, kesemuanya harus mengikutinya. Malah banyak anak2 ternyata dirantai secara kontinu selama satu tahun guna menghindar mereka melarikan dari sekolah karena tidak tahan menghafal Quran.

Maret 1996, polisi mendobrak sebuah madrasah dekat Multan dan menemukan 64 korban yg diikat dgn rantai atau tali (Anon, 2004). Sang guru mengatakan bahwa murid2 itu melakukan kebiasaan buruk spt nonton TV satelit. (!) Bahkan kadang, para orang tua sendiri memerintahkan guru utk merantai anak2 mereka.

September 1997, murid 14 thn, Muhammad Azam Dogar, melarikan diri dari sebuah kamar siksa di madrasahnya dgn rantai bola baja masih terikat pada dirinya. Karena sulit berjalan dgn bola baja tsb, dlm frustasinya, ia meletakkan bola baja itu pada rel kereta api, dgn harapan agar dapat memutuskan bola baja tsb. Malang baginya, tubuh mungilnya ikut terseret oleh roda2 kereta api tsb (Children in the Community and family, 2005).

Pemerintah Pakistan sadar akan keadaan ini tapi tidak melakukan tindakan apapun utk menghentikan barbarisme dlm nama pendidikan dan agama ini. Mereka enggan bermusuhan dgn yayasan2 religius yg mensponsori madrasah2 ini. Partai2 politik juga enggan konfrontasi dgn madrasah2 yg sangat berkuasa ini. Bahkan saat sebuah insiden penyiksaan atau pelecehan seksual dilaporkan secara luas, penguasa tetap keukeuh utk memble dan menghindari tindakan yg dapat melindungi anak2 tidak bersalah itu.

Situasi murid2 madrasah di Sudan lebih parah. Mereka dipaksa utk minum air kotor yg digunakan utk mencuci papan tulis yg ditulisi dgn ayat2 Quran. Mereka yakin bahwa dgn minum air kotor itu, mereka akan dijamin akan masuk surga (Anon, 2005) !

Kasus2 pelecehan seksual anak2 di madrasah2 bukan sebuah barang baru. Kebanyakan guru2 terkenal sbg pedofil dan homosexual berat. Murid2 digunakan sbg obyek sex anal dan sex oral dan kalau murid2 menolak, konsekuensinya sangat parah.

Salah sebuah kasus mengerikan dilaporkan tgl 11 December 2004 oleh The Daily Times Lahore. Murid 14 thn, Abid Tanoli, disiram wajahnya dgn air keras oleh guru madrasahnya karena MENOLAK permintaan sex gurunya. Korban menjadi buta, mengalami luka2 bakar lebih dari 50% dan wajahnya kini berbentuk mengerikan. Ayahnya mengeluhkan kasus ini pada otoritas sekolah. Ia malah diancam dan ditawarkan uang US$20.000 utk tutup mulut. Sang ayah menolak dan tetap melaporkan pada polisi.

The Daily Times juga melaporkan bahwa selama thn 2004 terdapat 500 keluhan ttg pelecehan seksual di madrasah2 Pakistan, tetapi tidak satupun diseret jaksa ke pengadilan (Khawaja, 2004).



DI UK, Guhlam Mustapha Hazarvi (foto atas), 42, memukuli secara bertubi2 seorang murid yg menurut laporan the Manchester Evening News, mengalami luka2 mamar parah. Pemukulan itu terjadi di MESJID Newton Street di Ashton-under- Lyne.

Laporan BBC tgl 10 December 2004 menyebut bahwa seorang menteri Pakistan, Amir Liaquat Hussein, mendapat ancaman mati dan dikutuk ulama Pakistan karena ia menuntut agar pemerintah Pakistan utk mengkonfrontasi kasus2 pelecehan seksual di madrasah (Anderson, 2004). Hussein bersikeras dan mengatakan, ia sendiri mengalami pelecehan seksual pada usia 8 thn di madrasahnya (Khawaja, 2004).

Zia Ahmed Awan, presiden `Madadgaar', proyek gabungan dgn LHRLA (Lawyers for Human Rights and Legal Aid) & UNICEF mengatakan,
"Skandal2 sex itu disembunyikan atau dibereskan diantara pelaku bersangkutan, atau orang tua ditekan agar tidak melaporkan kpd media karena ini akan 'merusak nama baik Islam'" (Khawaja, 2004).



DI UK kini ada 1000 madrasah dan 40% guru2 ini memukuli atau memaki murid2 mereka. Setiap tahun muncul kira2 15 - 20 kasus pelecehan seksual (Siddiqui, 2006; Anon, 2006).

Salah seorang wanita ex-Muslim menulis pada FFI:
"Pengalaman saya di madrasah adalah : setiap hari memuja2 Muhammad, melantunkan ayat2 yg KAMI SAMA SEKALI TIDAK MEGNERTI dan menunjukkan KEBENCIAN TOTAL pada segala yg berbau Kristen atau animisme. Itu memang dianggap hal normal."( Rasheeda, 2004 )



IRONISNya : bahkan setelah bertahun2 belajar di madrasah, rata2 murid
madrasah diluar dunia Arab ini SAMA SEKALI TIDAK MENGETAHUI apa yg sebenarnya terkandung dlm Quran. Mereka cuma tahu cara melantunkannya dm bahasa Arab, yg nota bene merupakan sebuah bahasa asing.

Kebanyakan malah tidak punya kemampuan matematis (Fair & Haqqani, 2005). Mereka sangat bodoh ttg kemajuan dunia (mereka masih menyangka bahwa bumi = datar) dan hanya mampu mengulang2 mantera spt ZOMBIE ttg 'jaman emas Islam.' Sejarah, kalaupun diajarkan, adalah ttg sejarah Islam yg penuh dgn taqqiya dan ketidakakuratan. Walau mahir berbahasa Arab, tapi tanpa kemampuan atau kemahiran praktis lainnya, maka satu2nya pekerjaan yg pantas bagi mereka adalah utk membunuh demi islam. Mereka tidak mampu hidup dlm sebuah masyarakat modern. (Shourie, 2004).

Contoh ajaran madrasah di Afghanistan : menyalahkan segala kesengsaraan mereka pada dunia Barat. "Orang Afghan miskin karena kekayaan Amerika yg tidak seimbang" – demikian melulu dikumandangkan oleh guru2 madrasah di surga Islam, Afghanistan.

Humanitas, teknologi dan toleransi memang bukan prioritas Islam, rupanya. Standar guruPUN tidak terlalu dipusingkan Islam; orang2 sadis, buta huruf dan pedofilpun jadi. Wong sang nabi saja sadis, buta huruf dan pedofil.

------------ --------- --------- --------- -
The author can be contacted at counter.jihad@ rediffmail. com
__._,_.___