Similar topics
Latest topics
Most Viewed Topics
Most active topic starters
kuku bima | ||||
admin | ||||
kermit katak lucu | ||||
hamba tuhan | ||||
feifei_fairy | ||||
paulusjancok | ||||
agus | ||||
gusti_bara | ||||
Muslim binti Muskitawati | ||||
Bejat |
Most active topics
MILIS MURTADIN_KAFIRUN
MURTADIN KAFIRUNexMUSLIM INDONESIA BERJAYA12 Oktober Hari Murtad Dari Islam Sedunia Menyongsong Punahnya Islam
Wadah syiar Islam terlengkap & terpercaya, mari sebarkan selebaran artikel yang sesungguhnya tentang si Pelacur Alloh Swt dan Muhammad bin Abdullah yang MAHA TERKUTUK itu ke dunia nyata!!!!
Who is online?
In total there are 43 users online :: 0 Registered, 0 Hidden and 43 Guests :: 1 BotNone
Most users ever online was 412 on Tue 29 Oct 2024, 11:45 pm
Social bookmarking
Bookmark and share the address of MURTADINKAFIRUN on your social bookmarking website
Bookmark and share the address of MURTADIN_KAFIRUN on your social bookmarking website
Beyond Belief bab 5
Page 1 of 1
Beyond Belief bab 5
Bab V
Kenyataan dan Fisik Dalam Kehidupan Kristen
Hal satu-satunya yang membentuk Kristen seperti apa adanya hari ini, pondasi yang mana Kristen berdasar adalaha Yesus Kristus, atau lebih tepat, klaim orang-orang Kristen tentang Yesus. Orang-orang Kristen yang fundamental selalu membuat pernyataan yang dibesar-besarkan tentang orang ini: “Yesus adalah satu-satunya orang di dalam sejarah yang mengklaim dirinya Tuhan” ; “Hanya dengan percaya kepada Yesus dapat memberikan kehidupan kehidupan yang damai dan bahagia”;”Kalau Yesus bukan Tuhan, dia pasti pembual terbesar yang pernah hidup dalam sejarah”; “Ribuan saksi telah melihat dia bangkit dari mati, maka kebangkitannya itu pastilah benar”; “Yesus adalah manusia paling sempurna yang pernah hidup”; dan sebagainya, dan sebagainya, dan sebagainya. Klaim-klaim tersebut terdengar sangat hebat, sampai akhirnya kita lihat bukti-bukti nyata.
Ramalan-Ramalan Tentang dan Oleh Yesus
Setiap kali ada perubahan di dalam gejolak politik Timur Tengah, orang-orang Kristen yang fundamental akan segera membuka Alkitab dan berkata dengan lantang bahwa krisis terbaru yang terjadi ini telah dinubuatkan sebelumnya. Nubuat adalah ramalan yang tercantum di dalam Alkitab yang diharapkan untuk meramalkan kejadian-kejadian yang akan terjadi di masa depan. Nubuat-nubuat itu dijadikan buah pembicaraan untuk sementara waktu kemudian dilepaskan secara diam-diam ketika nubuat itu tidak terjadi seperti yang diramalkan untuk terjadi.
Orang-orang Kristen mengklaim bahwa banyak dari kejadian-kejadian yang terjadi di dunia ini pada jaman sekarang, telah dinubuatkan jauh sebelumnya di dalam Alkitab. Ketika seseorang bertanya untuk melihat “nubuat-nubuat yang luar biasa” ini, seseorang bisa melihat bahwa nubuat itu sangatlah luas dan umum sehingga nubuat itu bisa saja diartikan ada hubungannya dengan kejadian-kejadian yang terjadi.
Salah satu contohnya adalah, mereka akan mengatakan dunia ini akan segera berakhir karena Alkitab menubuatkan pada hari terakhir, “Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang.” (Matius 24:6.) Masalahnya adalah nubuat ini bisa saja dihubungkan dengan jaman apa saja dalam sejarah, karena selalu ada peperangan di dalam sejarah dunia karena selalu ada perang di salah satu bagian di dunia.
Orang-orang Kristen juga mengklaim bahwa semua kejadian dalam kehidupan Yesus telah dinubuatkan di dalam Alkitab jauh sebelum Yesus dilahirkan. Dan semua yang dinubuatkan itu terjadi, maka Yesus pastilah seorang Mesias. Maka marilah kita bersama-sama melihat nubuat-nubuat tersebut dan buktikan apakah ada kebenaran dalam klaim tersebut. Di kitab Yesaya di Perjanjian Lama tertuliskan:
“Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.” Yesaya 9:5
Ayat di atas seharusnya merupakan nubuat yang meramalkan kelahiran Yesus. Tapi apakah benar? Selain kejadian dilahirkan, tidak ada satupun nubuat yang tercantum di ayat itu yang terjadi kepada Yesus. Lambang penguasa tidaklah berada di bahunya, Yesus tidak pernah dipanggil maupun memanggil dirinya sendiri dengan gelar yang ada di ayat tersebut, dan tidak ada bukti bahwa dunia lebih aman sesudah kelahiran Yesus dibandingkan sebelum kelahirannya. Ini adalah satu contoh “nubuat luar biasa” yang mana orang Kristen selalu mendasarkan agamanya. Sebelum kelahiran Yesus, seorang malaikat dikatakan seharusnya telah menubuatkan bahwa:
“Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerjaan-Nya tidak akan berkesudahan.” (Lukas 1:32-33)
Akan tetapi jika apa yang dikatakan Alkitab itu benar, Daud tidaklah mungkin menjadi nenek moyang dari Yesus, karena Tuhanlah, bukan Yusuf, ayah Yesus yang sebenarnya. Lagipula, Daud adalah raja dalam arti politik, sedangkan Yesus tidak pernah menjadi raja dalam arti politik maupun dalam arti apapun yang mirip denga Daud. Akhirnya, para keturunan Yakob (orang-orang Yahudi) tidak pernah menerima Yesus sebagai raja mereka, secara politik maupun secara spiritual ataupun dalam arti yang lainnya – dan orang Yahudi pun menolak untuk menerima Yesus bahkan sampaihari ini. Maka seperti nubuat sebelumnya, nubuat di atas juga terbukti salah dari segi manapun. Sekali lagi di dalam kitab Yesaya tercantum:
“Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.” (Yesaya 53:3-5)
Ayat diatas seharusnya menubuatkan tentang ketika Yesus diserang oleh lawan-lawannya, Yesus tidak akan membalas. Akan tetapi di dalam ajaran Kristen Yesus digambarkan sebagai seorang yang secara tegas membela dirinya sendiri terhadap kritik dan dengan lantang mengutuk musuh-musuhnya. Dia mengutuk dan mengkritik orang-orang Farisi ketika mereka melawannya dan menurut Yohanes 18:33-37, Yesus tidak pernah diam ketika sedang diadili.
Ketika prajurit-prajurit Romawi mensalibkan orang, mereka akan memaku mereka di atas salib, membiarkan mereka tergantung di salib untuk beberapa saat dan akhirnya mematahkan kaki mereka, sehingga menambah penderitaan korban dan akhirnya kesakitan itu membunuh mereka. Menurut Alkitab, ketika prajurit-prajurit Romawi datang untuk mematahkan kaki Yesus, Yesus sudah meninggal sehingga mereka tidak jadi mematahkan kakinya (Yohanes 19:31-34).
Ayat di atas menjadi contoh nyata bagi orang Kristen fundamental bahwa nubuat Alkitab telah terjadi. Karena di Mazmur 34:20-21 dikatakan Tuhan tidak akan membiarkan satu tulangpun di tubuh Mesias untuk patah (remuk). Sayangnya orang-orang Kristen telah lupa untuk menyadari bahwa meskipun tulang di kaki Yesus tidak patah, tulang-tulang di telapak kaki Yesus pastilah telah remuk. Ketika paku itu ditancapkan ke dalam kaki Yesus, paku itu pastilah telah meremukkan setidaknya satu atau beberapa dari tulang telapak kaki Yesus.
Orang-orang Kristen mengklaim bahwa Yesus meninggal dan pada hari ketiga bangkit dari kematian. Dan tentunya mereka mengklaim bahwa kebangkitan Yesus telah dinubuatkan sebelumnya. Nubuat itu berbunyi:
“Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.” (Matius 12:40)
Akan tetapi seperti nubuat-nubuat yang lain, nubuat yang satu ini juga salah. Yesus dinubuatkan untuk meninggal pada hari Jumat (Jumat Agung) dan bangkit di antara orang mati pada hari Minggu pagi (Minggu Paskah). Bahkan seorang anak sekolah dasar bisa melihat bahwa jumlah hari dari hari Jumat sampai Minggu pagi bukanlah tiga hari tiga malam, melainkan satu hari dua malam. Masalah lain yang muncul adalah sebelum Yesus meninggal, dia berpaling kepada kedua orang jahat yang disalibkan bersamanya dan berkata,”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”(Lukas 23:43).
Jadi menurut nubuat, Yesus akan bangkit dari mati setelah tiga hari; menurut ajaran agama, Yesus bangkit setelah satu hari dan satu malam; dan menurut perkataan Yesus sendiri, dia bangkit dari mati dan pergi ke surga dihari dia meninggal. Akan tetapi bukan saja nubuat yang dibuat tentang Yesus yang salah, nubuat yang dibuat oleh Yesus sendiri juga salah. Orang-orang Kristen yang fundamental selalu berkata bahwa akhir jaman telah akan tiba. Darimana mereka dapatkan ide buruk seperti ini? Mereka dapatkan ide buruk ini dari Yesus. Yesus percaya dan dengan lantang mengajarkan kepada dunia bahwa dunia ini akan berakhir pada masa dia masih hidup atau secepatnya setelah dia meninggal.
“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya terjadi.” Lukas 21:25-33 (Yang diketik adalah persis yang tercantum di dalam buku Beyond Belief, yaitu hanya ayat 32)
“Angkatan ini” yang diucapkan tentunya Yesus sedang mengacu kepada orang-orang yang dia ceramahkan. Di kesempatan yang lain, dia kembali mengatakan kepada orang-orang yang waktu itu berdiri mendengarkan ucapan Yesus bahwa beberapa dari mereka masih akan tetap hidup ketika akhir dunia ini datang.
“Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota yang satu, larilah ke kota yang lain; karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sebelum kamu mengunjungi kota-kota Israel Matius, Anak manusia sudah datang.” 10:23
Dalam setiap aspek yang dinubuat oleh Yesus, semuanya terbukti salah. Orang-orang yang hidup pada jaman Yesus hidup sudah jelas telah mati selama 2000 tahun dana buktinya dunia ini belum juga berakhir. Yesus juga belum datang kembali seperti yang dia nubuatkan sendiri. Murid-murid Yesus berhenti mengunjungi semua kota di Israel dalam beberapa tahun setelah kematian Yesus dan Yesus juga belum kembali.
Bukti ini dan beberapa contoh lain telah membuktikan bahwa nubuat-nubuat tentang dan oleh Yesus adalah tidak benar. Bahkan ketika satu nubuat kelihatannya benar, ini tidak berarti bahwa nubuat itu benar. Bisa dibuktikan bahwa siapa saja yang menulis Alkitab telah dengan sengaja membuat kejadian-kejadian itu terjadi sesuai yang dinubuatkan supaya nubuat itu terlihat benar.
Kita akan meneliti satu contoh yang cukup terkenal. Beberapa ratus tahun sebelum Yesus, Perjanjian Lama diterjemahkan dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani, bahasa pada waktu itu. Ketika sebuah ayat di Yesaya mengatakan Sang Mesias akan dilahirkan oleh seorang wanita muda (almah), dengan salah telah diterjemahkan menjadi seorang perawan (parthenas). Hal ini telah mempengaruhi nubuat. Ketika para pengarang Injil Perjanjian Baru membacanya, mereka berpikir bahwa untuk bisa menjadi Mesias, ibu Yesus haruslah seorang perawan sehingga mereka mengarang-ngarang tentang perawan yang melahirkan bayi Yesus. Kenyataannya adalah cerita ini perlu dikarang karena adanya salah pengertian. Jadi bukanlah nubuat yang telah diramalkan sebelum kelahiran Yesus, tetapi kejadian-kejadian yang telah di karang sedemikian rupa sehingga sesuai dengan nubuat-nubuat itu.
Kelahiran Yesus
Kita akan sering mendengar orang-orang Kristen fundamentalis dan penyebar Injil untuk membanggakan bahwa tidak ada seorangpun yang pernah menemukan satu kesalahanpun di dalam Alkitab. Sama halnya kita juga akan mendengarkan dari mereka bahwa Alkitab adalah firman-firman yang diilhamkan oleh Tuhan, sehingga Alkitab itu tidak mungkin salah. Melihat bahwa orang Kristen sangat berhati-hati dalam mengutip ayat-ayat dari Injil, akan sangat sulit bagi kita untuk mengerti mengerti mengapa klaim di atas bisa dibuat, apalagi dipercaya.
Marilah kita melihat apa yang diutarakan oleh Alkitab tentang kelahiran Yesus. Pertama, kita diberitahu bahwa kabar rahasia tentang kelahiran Yesus diberitakan kepada Yusuf, ayah Yesus, lewat mimpi. (Matius 1:20). Lalu kita diberitahu bahwa kabar itu diberikan kepada Maria, ibu Yesus, oleh seorang malaikat (Lukas 1:28). Yang mana dari kedua cerita ini yang benar? Apakah Yusuf yang mendapatkan berita itu ataukah Maria? Orang Kristen akan mengatakan bahwa kedua-duanya mendapatkan berita itu. Lalu mengapa kitab Matius tidak menceritakan kehadiran malaikat di hadapan Maria dan kitab Lukas tidak menceritakan mimpi Yusuf?
Di satu pihak kita diberitahu bahwa orang tua Yesus mengadakan perjalanan sebelum bayi Yesus dilahirkan (Lukas 2:4-7) dan di pihak lain kitab Matius 2:13-14 menceritakan bayi Yesus terlahir terlebih dahulu barulah perjalanan dilakukan. Yang mana dari kedua cerita ini yang benar? Ketika kita menyentuh topik tempat Yesus dilahirkan, kita akan menemukan lebih banyak pertentangan di dalam Alkitab. Apakah Yesus dilahirkan di dalam rumah (Matius 1:24-25) ataukah Yesus dilahirkan di palungan di belakang sebuah rumah penginapan? (Lukas 2:7) Kemudian kita melihat nenek moyang Yesus. Kita mempunyai dua daftar tentang nenek moyang Yesus dari pihak ayahnya, akan tetapi ketika kita melihat nama-nama dari daftar tersebut, kita bisa menemukan bahwa mereka hampir tidak ada hubungannya sama sekali. Isi Alkitab malahan saling bertentangan terhadap siapa nama kakek Yesus. Yang satu mengatakan nama kakek Yesus adalah Yakub. (Matius 1:16) dan yang lain mengatakan namanya Eli (Lukas 3:23). Dan lagi, adalah hal yang tidak masuk akal untuk membahas nenek moyang Yesus dari pihak ayah dan Yesus sebagai keturunan Raja Daud (Matius 1:1), yang mana sebenarnya Yusuf bukanlah ayah dari Yesus, melainkan Yesus anak Allah.
Apakah Yesus Seorang Guru yang Baik?
Pada zaman Sang Buddha masih hidup, ada satu sekte keagamaan yang dinamakan Nigantha yang terpecah-belah setelah meninggalnya pendiri agama tersebut, Nataputta.
Dan setelah kematiaannya, Nigantha terpecah menjadi dua bagian, bertentangan dan saling mencela, bertengkar dan saling menyerang, dan menggunakan peperangan kata…..Kamu sudah akan menduga bahwa mereka merasa jijik, tidak senang, dan menolak setelah melihat ajaran itu disampaikan dengan sangat buruk, sangat tidak layak untuk dibabarkan, dan sangat tidak berguna, memadamkan hasrat karena ajaran itu diajarkan oleh seorang yang tidak mencapai penerangan sempurna dan sekarang tidak ada yang menjaga ajaran ataupun penengah. (Digha Nikaya, Sutta No.29)
Cukuplah menarik, inilah yang terjadi seketika begitu Yesus meninggal dan dengan alasan yang sama pula. Yesus sangatlah terkenal dengan perumpamaan-perumpamaan yang dia gunakan untuk menggambarkan ide-idenya, tapi pada saat yang sama dia seringkali gagal menerangkan maksudnya secara jelas. Terkadang ini dikarenakan Yesus sendiri tidaklah jelas tentang ide yang dia sampaikan, dan pada beberapa saat yang lain, kelihatannya dia adalah seorang yang tidak bisa berkomunikasi dengan baik. Dan yang lebih aneh lagi adalah Yesus bahkan mengakui bahwa dia sengaja membuat pesannya tidak jelas.
Dan ketika para muridnya bertanya apa maksud dari perumpamaan yang diucapkan, dia berkata: (Lukas 8:9-10, Markus 8:17-18)
“Mereka tidak mengerti perkataan itu, sebab artinya tersembunyi bagi mereka, sehingga mereka tidak dapat memahaminya. Dan merek0 tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya.” Lukas 9:45
Gabungkan kesengajaan untuk membuat orang lain tidak mengerti, beberapa ide-ide yang bertentangan dari ajaran Yesus, maka tidaklah sulit untuk dibayangkan mengapa para muridnya terjerumus ke dalam pertentangan ketika Yesus meninggal. Di dalam Surat-Surat Paulus, sering disebutkan bahwa adanya percekcokan dan pertentangan di antara beberapa kelompok awal orang Kristen. Paulus mengkomplain bahwa semua gereja di Asia melawannya (2 Timotius 1:15) dan mereka menolak untuk berpihak kepadanya dalam beberapa argumen theologi (ilmu ketuhanan) (2 Timotius 4:14-16).
Dia menjelaskan tentang pertentangannya itu kepada Petrus dan para tetua gereja di Yerusalem (1 Tesalonika 2:1-20), dan tentunya menuduh saingan-saingannya tidak mempunyai kepercayaan sejati (2 Tesalonika 3:1-3), mengajarkan “tentang Kristus yang lain” dan tidak mengenal Tuhan (Titus 1:10-16). Yohanes dengan pahit mengeluh bahwa para lawannya mengusir semua yang mendukung Yohanes keluar dari gereja (Yohanes 1:9-10). Paulus membuat seruan yang putus-asa dan sia-sia agar semua orang-orang Kristen pertama untuk bersatu.
“Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahandi antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati-sepikir. Sebab, saudara-saudaraku, aku telah diberitahukan oleh orang-orang dari keluarga Kloe tentang kamu, bahwa ada perselisihan di antara kamu. Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus.” (1 Korintus 1:10-12)
Apa yang dipertentangkan oleh orang-orang Kristen pertama itu? Salah satu dari banyak hal yang dipertentangkan tampaknya adalah pada hal apakah anak-anak pria perlu disunat atau tidak. (Roma 2:25-29, Galatia 6:12-15, Filipi 3:2-4, Kolose 2:11-13). Paulus menentang persunatan dan menyebut orang yang setuju akan sunat sebagai “anjing” (Filipi 3:2), dan berkata bahwa dia berharap mereka yang disunat akan secara menyeluruh mengebiri diri mereka sendiri (Galilea 5:12) dan sesat (Titus 1:10).
Sangat menyedihkan bahwa inilah hal yang sangat mengingatkan kita kepada orang-orang Kristen modern. Ketika mengaku bahwa mereka adalah pemilik kebenaran sejati, tetapi terjadi begitu banyak pertentangan di antara mereka tentang apa kebenarna itu. Akhirnya pertentangan itu telah memecahkan mereka menjadi ratusan golongan agama, sekte, pemujaan, dan gereja, dan menolak untuk secara bersatu memuja satu Tuhan.
Sama halnya dengan orang-orang Kristen pertama, banyak sekali niat buruk dan kedengkian di antara mereka yang mana satu kelompok menuduh kelompok yang lain bukan “Kristen sejati”, tidak mengerti isi Alkitab, dan dibimbing oleh Setan. Bagi orang Buddhis dan orang non-Kristen yang lain, ini sangatlah membingungkan. Kalau benar firman-firman Yesus tentang penyelamatan itu jelas, dan jika benar Tuhan berbicara dengan dan menuntun orang Kristen melalui doa, mengapa terdapat begitu banyak pertentangan dan permusuhan di antara mereka. (Catatan dari penterjemah: Orang-orang Kristen juga mungkin akan mengatakan bahwa adanya begitu banyak golongan dan sekte dalam ajaran agama Kristen dikarenakan penafsiran yang berbeda tentang Alkitab. Kalau kita mendengar jawaban seperti itu, ini jelas sangatlah membingungkan. Bagaimana tidak? Kalau Alkitab benar-benar adalah Firman Allah, dan umat Kristen dituntun oleh dan berbicara dengan Tuhan yang sama, bagaimana mungkin bisa ada perbedaan penafsiran? Itu berarti KALAU Tuhan ada, Tuhan tidaklah bisa berkomunikasi dengan baik, maka Tuhan itu tidaklah sempurna. Kalau berkomunikasi saja tidak bisa, bagaimana bisa menciptakan alam semesta ini? )
Perjamuan Terakhir
Alkitab telah memberikan kita keterangan yang sangat sedikit tentang kehidupan Yesus sampai dia berumur 30 tahun. Dan bahkan ketika dia pelayanan kepada umatnya dimulai, terdapat banyak kebingungan tentang apa yang terjadi dan waktu kejadian. Misalnya, Kitab Yohanes mengaku bahwa pembersihan tempat jemaah dilakukan pada awal pelayanan Yesus. (Yohanes 2:13-14) Tetapi di Kitab Lukas dituliskan pembersihan tempat jemaah dilakukan pada akhir pelayanan. (Lukas 19:45-46). Di satu pihak kita diberitahu bahwa Yesus tinggal dirumah Petrus dan kemudian menyembuhkan orang sakit kusta (Markus 1-29-45). Di pihak lain kita membaca dia menyembuhkan orang sakit kusta dan kemudian masuk ke rumah Petrus (Matius 8:1-2, 8:14). Di satu pihak kita membaca panglima Romawi berbicara langsung dengan Yesus (Matius 8:5); bertolak belakang dengan Kitab Lukas 7:1, panglima Romawi mengirim orang-orangnya untuk berbicara kepada Yesus. Di injil Markus kita diberitahu bahwa Yesus meninggalkan Tyre dan melewati Sidon untuk menuju Laut Galilea (Markus 7:31). Dengan melihat peta Israel, bisa dibuktikan bahwa perjalanan tersebut cukup mustahil terjadi karena Sidon berada di bagian yang berlawanan sama sekali. Orang Kristen akan dengan berat hati mengaku adanya, kesalahan-kesalahan di dalam Alkitab, tetapi juga mereka akan mengatakan bahwa kesalahan-kesalahan itu tidaklah penting. Mungkin memang tidak penting, tapi pengakuan itu dan kesalahan-kesalahan itu telah membuktikan bahwa Alkitab bukanlah tidak pernah salah, dan jika Alkitab ternyata memuat kesalahan-kesalahan tentang apa yang Yesus perbuat, maka Alkitab juga bisa saja memuat kesalahan-kesalahan tentang apa yang diucapkan oleh Yesus.
Bahkan ketika kita melihat kepada kejadian-kejadian penting dalam kehidupan Yesus, kita menjadi bingung sendiri. Marilah kita lihat dan teliti tentang Perjamuan Terakhir. Menurut kitab Matius, Markus dan Lukas, Perjamuan Terakhir Yesus terjadi pada hari suci Paskah orang Yahudi (Matius 26:17-20, Markus 14:12-17, Lukas 22:7-14). Kitab Yohanes, di pihak yang lain, mengatakan bahwa Perjamuan Terakhir terjadi di hari sebelum Paskah (Yohanes 19:14). Matius, Markus, Lukas dan Yohanes adalah murid Yesus yang berada di Perjamuan Terakhir bersama Yesus. Mereka juga seharusnya adalah murid-murid Yesus yang ingat secara jelas dan menuliskan semua ajaran Yesus. Kalau mereka tidak bisa mengingat hari Perjamuan Terakhir dengan benar, bagaimana kita bisa tau kalau mereka bisa mengingat ajaran Yesus dengan benar?
Yesus Diadili
Sekarang marilah kita lihat bagian paling penting dari kehidupan Yesus, pengadilan terhadap Yesus. Seperti yang dijelaskan di Alkitab, telah bisa kita tebak bahwa pengadilan itu penuh dengan kontradiksi, tetapi pengadilan tersebut juga menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Pengadilan itu sendiri dan kejadian-kejadian sebelum pengadilan, biasanya dijelaskan oleh orang Kristen sebagai berikut: Yesus masuk ke kota Yerusalem menunggang seekor keledai menyambut sorak-sorai dari penduduk kota tersebut. Kemudian Yesus ditangkap oleh pengikut dari pendeta-pendeta Yahudi yang kemudian memukulnya dan menyerahkannya kepada prajurit Romawi.
Gubernur Romawi, Pontius Pilatus, tidak bisa menemukan kesalahan pada diri Yesus, tetapi para pemuka agama Yahudi tetap memaksakan bahwa Yesus bersalah. Karena tidak mampu membuat keputusan, Pontius Pilatus memutuskan untuk menanyakan kepada orang banyak, lepaskan Yesus? Ataukah lepaskan seorang pengacau Yahudi? Orang-orang berteriak meminta pengacau orang Yahudi itu dilepaskan, dan minta Yesus disalibkan. Akhirnya Pilatus dengan terpaksa menjatuhkan hukuman kepada Yesus.
Apakah benar pengadilan itu berjalan seperti yang diceritakan di atas? Marilah kita lihat. Kita diberitahu bahwa Yesus menunggang keledai masuk ke Yerusalem dan disambut dengan sorak-sorai oleh orang banyak, menjulurkan jubah mereka di atas jalan dan memujinya sebagai raja mereka. (Markus 11: Tetapi sehari sesudahnya, orang-orang banyak berteriak menuntut disalibkannya Yesus (Markus 15:12-14). Perubahan dari puji-pujian yang berlebihan menjadi kebencian yang tiba-tiba ini sangatlah sulit untuk dijelaskan. Kemudian Yesus dihadapkan kepada Pontius Pilatus. Alkitab menjelaskan bahwa Pontius Pilatus adalah seorang yang tidak bisa menemukan kesalahan Yesus, tetapi dipaksa oleh pendeta-pendeta Yahudi untuk menyalibkannya. Ini jelas saja tidak mungkin. Kerajaan Romawi sangat terkenal akan pemerintahan yang kuat dan efektif; sistem pengadilan mereka terkenal akan keadilannya dan tentu saja pemerintah Romawi tidak mungkin mengirimkan seorang pemimpin yang penuh bimbang untuk memimpin wilayah yang penuh masalah. Siapa yang bisa percaya bahwa seorang Gubernur Romawi bersedia membiarkan rakyat-rakyatnya untuk membuat keputusan pengadilan dan memberitahu dia bagaimana menjalankan pengadilan yang benar?
Alkitab mengatakan bahwa Pilatus menanyakan orang banyak tentang apakah mereka mau Yesus atau Barabas untuk dilepaskan. (Lukas 23:13-18), dan ketika mereka mneyebut Barabas, Barabas dilepaskan dan Yesus yang dihukum. Kredibilitas telah ditarik sampai ujung terjauh. Kita diminta untuk percaya bahwa seornag gubernur Romawi mau menghukum orang yang dia temukan tidak bersalah dan membebaskan seorang pengacau yang terlibat dalam pembunuhan untuk menggulingkan kekuasaan Romawi. (Lukas 23:19). Orang Romawi tidak menaklukkan dan memerintah Eropa, Afrika, dan Timur Tengah dengan membebaskan pemberontak yang berbahaya. Mereka sangatlah kuat, adil dan tidak pandang bulu terhadap semua yang melawan mereka. Maka bisa kita simpulkan bahwa pernyataan orang Kristen tentang pengadilan Yesus tidaklah meyakinkan.
Kalau kita membaca apa yang Yesus ucapkan di pengadilannya, kita bisa melihat bahwa semua pernyataan tentang pengadilan itu adalah dibuat-buat. Menurut Injil Matius, ketika sedang diadili Yesus “tidak memberikan jawaban” (Matius 27:12) dan “tidak menjawab pertanyaan, bahkan tidak kepada satu tuduhan pun, yang mana mengejutkan sang gubernur.” (Matius, 27:1-4). Dalam pernyataan yang sama sekali bertolak belakang, Kitab Yohanes mengklaim bahwa Yesus menjawab semua tuduhan, menanyakan pertanyaan dan berbicara banyak selama pengadilan. (Yohanes 18:33-37). Mana dari kedua ini yang benar? Apakah Yesus diam? Apakah Yesus berbicara? Seperti halnya kitab Yohanes, kitab Lukas juga mengatakan bahwa Yesus banyak berbicara selama persidangan. Tetapi jika kita membandingkan pernyataan Yohanes dengan pernyataan Lukas, kita menemukan bahwa hampir semua kalimat yang diucapkan dalam ayat-ayat tersebut berbeda. (Bandingkan Yohanes 18:33-37 dengan Lukas 22:66-70). Tentunya, klaim-klaim orang Kristen bahwa Alkitab itu sangat akurat, dokumen sejarah yang bisa dipercaya adalah tidak benar.
Apa Yang Terjadi Kepada Yudas?
Yudas adalah murid yang mengkhianati Yesus. Setelah dia mengkhianati Yesus, diberitakan dia meninggal tak lama kemudian. Di kisah ini, seperti kejadian-kejadian yang lain, Alkitab memberikan kepada kita beberapa cerita yang membingungkan.
Matius 27:3-8 menceritakan Yudas merasa berdosa telah menyerahkan Yesus yang dihukum mati, lalu mengembalikan tiga puluh perak itu kepada imam-imam kepala dan tua-tua, kemudian Yudas menggantung dirinya. Tiga puluh perak itu dipakai oleh mereka sebagai tempat pekuburan orang asing yang disebut Tanah Tukang Periuk.
Di kitab yang lain dilaporkan cerita yang lain pula. “Yudas ini telah membeli sebidang tanah dengan upah kejahatannya, lalu ia jatuh tertelungkup, dan perutnya terbelah sehingga semua isi pertunya tertumpah ke luar. Hal itu diketahui oleh semua penduduk Yerusalem, sehingga tanah itu mereka sebut dalam bahasa mereka sendiri “Hakal-Dama”, artinya Tanah Darah.” (Kisah Para Rasul 1:18-19)
Apakah Yudas yang membeli ladang itu ataukah para ketua agama? Apakah Yudas menggantung dirinya ataukah dia jatuh dan seluruh isi tubuhnya menyembur keluar?
Kata-kata Terakhir Yesus
Banyak dari ajaran Kristen yang berdasarkan pada satu kata atau kalimat yang mana dikabarkan adalah ucapan Yesus. Untuk membuktikan kebenaran dari kepercayaan mereka, orang-orang Kristen akan cepat-cepat membuka Alkitab mereka dan berkata,”Nah, terbukti Alkitab itu benar!” Mereka berpendapat bahwa semua frase, semua kalimat, semua kata yang ada di dalam Alkitab adalah yang diucapkan oleh Yesus. Kita telah melihat bahwa Injil adalah dokumen yang membingungkan akan apa yang dilakukan dan diucapkan oleh Yesus. Bahkan kenyataannya, kata-kata terakhir Yesus saja juga teringat dengan akurat. Menurut Matius, kata-kata terakhir Yesus adalah: “Tuhanku, Tuhanku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Matius 27:46). Menurut Markus, Yesus hanya berteriak keras-keras lalu meninggal (Markus 15:37). Menurut Lukas, Yesus berkata,”Bapa, ditanganMulah saya serahkan rohku” (Lukas 23:46). Menurut Yohanes, kata-kata terakhir Yesus adalah,”Selesailah sudah.” (Yohanes 19:30). Sekali lagi kita melihat perbedaan-perbedaan dan pertentangan-pertentangan yang membuat kita mustahil untuk percaya.
Kebangkitan
Apakah benar Yesus meninggal dan bangkit di antara orang-orang mati setelah tiga hari? Laporan tentang kejadian yang paling penting dari empat kitab awal Perjanjian Baru adalah begitu membingungkan dan penuh pertentangan. Sehingga usaha untuk membuat orang yang netral menjadi ragu adalah sangat mudah. Sampai ke tahap ini, para pembaca diminta untuk mempersiapkan Alkitab untuk memeriksa ayat-ayat yang dikutip. Kita akan melihat keempat laporan tentang Kebangkitan Yesus berbeda di hampir semua aspek detil.
Kapankah Kebangkitan itu terjadi?
Keempat dari Injil awal Perjanjian Baru setuju bahwa kebangkitan terjadi di hari Minggu pagi. (Matius 28:1, Markus 16:1, Lukas 24:1, Yohanes 20:1)
Siapa yang pergi ke kubur?
Disinilah masalahnya dimulai. Matius berkata bahwa dua Maria pergi ke kubur (Matius 28:1); Markus berkata bahwa kedua Maria, Salomo pergi ke kubur (Markus 16:1); Lukas berkata kedua Maria, Joanna dan beberapa wanita lain pergi ke kubur (Lukas 24:10); dan Yohanes berkata Maria pergi sendiri (Yohanes 20:1). Orang Kristen mengatakan bahwa Alkitab tidak mengandung kesalahan, tetapi kenyataannya dalam topik ini saja sudah terdapat begitu banyak kesalahan. Mereka mengklaim bahwa orang-orang yang menulis Injil diilhami oleh Tuhan ketika menulis kitab-kitab tersebut, tetapi ternyata ilham itu tidak cukup untuk menyajikan kebenaran.
Apakah ada gempa bumi?
Matius mengatakan bahwa pada saat itu ada “gempa bumi yang luar biasa” (Matius 28:2), tetapi mengapa ketiga kitab-kitab yang lain gagal untuk menjelaskan gempa tersebut? Seharusnya gempa yang luar biasa yang terjadi pada waktu yang begitu penting akan sulit untuk dilupakan. Adalah jauh lebih mungkin kalau Matius hanya mengarang-ngarang cerita dan menambah kesan drama di dalam kitabnya, dalam kata lain dia berbohong.
Ada berapa malaikat?
Yang berikutnya, Matius mengklaim bahwa malaikat yang hadir di hadapan kedua wanita, mendorong pintu dari batu dan duduk di atas pintu tersebut. (Matius 28:2). Dia juga mengatakan bahwa para penjaga kubur itu begitu takut mereka menjadi pingsan (Matius 28:4). Cerita Markus lain lagi. Dia mengatakan bahwa pintunya sudah terbuka terlebih dahulu sebelum wanita-wanita itu sampai, sehingga wanita-wanita itu masuk ke dalam kubur dan melihat malaikat di dalam kubur itu. (Markus 16:4-5). Dan Markus tidak menceritakan adanya penjaga kubur. Cerita Lukas bahkan lebih berdayacipta tinggi. Dia mengatakan bahwa wanita-wanita itu masuk ke dalam dan melihat bukan satu, tapi dua malaikat. (Lukas 24:4).Tentunya ada dari penulis Injil itu yang tidak berkata dengan benar. Yohanes mengklaim bahwa Maria pergi ke kubur itu sendiri, melihat pintu batu terbuka, lari untuk memberitahu murid-murid yang lain dan ketika murid-murid yang lain masuk ke dalam kubur, Maria menunggu di luar. Setelah semuanya pulang, Maria menunggu di kubur, dan ketika sedang menunggu, kedua malaikat muncul di hadapannya, dan Yesus juga hadir meskipun Maria tidak bisa mengenalnya. (Yohanes 20:12-14). Dan berdasarkan “bukti-bukti” yang diputarbalikkan inilah para orang Kristen berpijak.
Apakah Yesus Tuhan?
Orang Kristen sering berkata bahwa Yesus adalah Tuhan. Sekarang marilah kita lihat apakah ada kebenaran terhadap klaim tersebut. Kalau Yesus adalah Tuhan, sangatlah aneh karena dia tidak pernah mangaku dirinya Tuhan. Tidak ada satu ayatpun di dalam Alkitab di mana Yesus secara pasti berkata,”Sayalah Tuhan.” Orang Kristen akan tidak setuju terhadap hal ini dan mengatakan bahwa Yesus sering menyebut dirinya Anak Allah. Tetapi, Alkitab secara jelas menyatakan bahwa siapapun yang baik dan percaya, layak disebut Anak Allah. Seperti contoh, Yesus menyebut Adam, anak Allah. (Lukas 3:38)
“Dan di tempat, di mana akan dikatakan kepada mereka: “Kamu ini bukanlah umat-Ku,” di sana akan dikatakan kepada mereka: “Anak-anak Allah yang hidup.” (Roma 9:26)
“Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuh-musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.” (Matius 5:44-45)
“Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus.” (Galatia 3:26)
Yesus disebut sebagai Putra Allah yang tunggal (diperanakkan). Bahkan sebutan inipun tidaklah luar biasa. Di Psalms, Tuhan berkata kepada Daud,”Aku menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: “Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini.”(Mazmur 2:7). Bahkan kenyataannya, Yesus berkata secara jelas bahwa ketika dia menyatakan dirinya anak Allah, dia tidak memaksudkan dirinya sebagai Tuhan / Allah atau berhubungan dengan Tuhan dalam arti yang sebenarnya. Ketika para pendeta Yahudi mengkritik Yesus yang mengklaim dirinya setara dengan Allah, Yesus berkata:
“Kata Yesus kepada mereka: “Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah Allah? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah – sedangkan Kitab Suci tidak dapat dibatalkan-, masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?” (Yohanes 10:34-36)
Orang-orang Kristen akan memprotes bahwa kutipan “anak allah” tidaklah ditulis di dalam huruf besar. Tetapi ketika Yesus mengklaim dirinya, huruf besarlah yang dipakai sehingga tertulis “Anak Allah”. (Catatan dari penterjemah: Kita semua tau bahwa huruf besar dan huruf kecil tidak ada bedanya ketika diucapkan. Misalnya: huruf besar “A” tidak diucapkan dengan membuka mulut lebih besar daripada mengucapkan huruf kecil “a”.) Akan tetapi huruf-huruf besar untuk membuat sebuah frase menjadi luar biasa atau untuk penekanan adalah inovasi dari bahasa Inggris moderen.
(Catatan dari penterjemah: Dan juga inovasi dari bahasa Indonesia dan banyak bahasa di dunia)
Di dalam bahasa Yunani dan Aramaic, bahasa-bahasa yang dipakai untuk menulis Perjanjian Baru, huruf-huruf besar tidak pernah dipakai, sehingga perbedaan “anak allah” dan “Anak Allah” tidak pernah ada. Orang-orang Kristen sangat cerewet terhadap klaim Yesus sebagai Anak Allah, tetapi seperti yang telah kita lihat, sama sekali tidaklah unik ataupun special terhadap klaim ini. Orang-orang Kristen akan berdalih bahwa pemakaian “anak Tuhan” digunakan dalam dua cara – sebagai julukan kepada orang yang suci dan sebagai Anak Allah, Yesus yang tadinya bersama dengan Allah Bapa di surga dan turun ke dunia. Tetapi di dalam julukan Anak Allah kepada Yesus juga tidaklah unik. Alkitab menjelaskan bahwa Allah Bapa mempunyai beberapa putra yang bersama denganNya di surga, yang kemudian turun ke dunia dan hidup bersama manusia seperti yang dilakukan Yesus, turun ke dunia.
“Ketika manusia itu mulai bertambah banyak jumlahnya di muka bumi, dan bagi mereka lahirlah anak perempuan, maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka, Berfirmanlah TUHAN: “Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja.” (Kejadian 6:1-3)
Di dalam Alkitab, Jesus dipanggil sebagai Anak Manusia lebih dari 80 kali Akan tetapi di Alkitab juga tercantum bahwa di mata Allah Bapa, Anak Manusia tidaklah lebih dari sekedar seekor ulat. (Ayub 25:6). Bagaimana mungkin orang-orang Kristen menganggap Anak Manusia sebagai Tuhan sedangkan Alkitab sendiri menyatakan Anak Manusia tidak lebih dari seekor ulat?
Kemudian orang-orang Kristen akan bersikeras bahwa Yesus dipanggil Mesias, tapi sekali lagi tidaklah aneh untuk dipanggil Mesias. Di dalam bahasa Ibrani “mashiah” yang mana bahasa Yunaninya adalah “yang diurapi”, dan istilah ini digunakan untuk menyatakan siapa saja yang dikirim oleh Tuhan Allah untuk membantu orang Israel. Bahkan seorang yang bukan keturunan Yahudi juga bisa dipanggil Mesias. Alkitab bahkan memanggil penyembah berhala Raja Persia Sirus sebagai Mesias karena dia telah membiarkan orang-orang Tuhan untuk kembali ke tanah asal mereka. (Yesaya 45:1). Hanya karena Yesus dipanggil Mesias tidak membuktikan bahwa Yesus adalah Tuhan. Kenyataannya, di seluruh isi Alkitab, Yesus selalu menekankan dengan jelas bahwa dia bukanlah Tuhan. Ketika seseorang memanggil Yesus “seorang guru yang baik” Yesus berkata: “Jawab Yesus; “Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain daripada Allah saja.” (Lukas 18:19)
Kalau Yesus benar-benar adalah Tuhan, lalu mengapa dia menyangkal bahwa dia itu baik? Kita diberitahu bahwa Yesus berdoa, akan tetapi kalau Yesus adalah Tuhan, mengapa dia perlu berdoa kepada dirinya sendiri? Dan ketika Yesus berdoa, dia berkata kepada Tuhan,”bukan keinginankulah, tetapi keinginanMu” (Lukas 22:42). Cukup jelaslah sekarangYesus telah menyatakan dengan jelas adanya perbedaan antara keinginan Tuhan dengan keinginannya. Yesus berkata bahwa tidak seorangpun pernah melihat Tuhan. (Yohanes 1:18), yang mengartikan bahwa ketika orang-orang melihat dia, mereka tidaklah sedang melihat Tuhan. Sekali lagi Yesus berkata dia tidak bisa melakukan segala sesuatu tanpa Tuhan.
“Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya: “Aku berkata kepadamu: sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari dir-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.” (Yohanes 5:19)
“Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.” Yohanes 5:30
“Maka kata Yesus: “Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku.” (Yohanes 8:28).
Kalau Yesus adalah Tuhan, dia bisa berbuat apa saja yang dia inginkan, dan dalam ayat-ayat di atas, dan lusinan ayat yang lain dia membuat jelas bahwa dia dan Tuhan tidak sama. “Bapa lebih besar daripada Aku” (Yohanes 14:28) menjelaskan dengan sejelas-jelasnya bahwa dia tidaklah sebesar Tuhan, maka dia berbeda daripada Tuhan. Dia berkata: “Setiap orang yang melawan Anak Manusia, ia akan diampuni; tetapi barangsiapa menghujat Roh kudus, ia tidak akan diampuni.” (Lukas 12:10)
Sekarang, kalau Yesus dan Roh Kudus adalah sama, untuk mengutuk yang satu sama artinya dengan seseorang telah mengutuk yang lain. Di dalam Alkitab, kita diberitahu bahwa tidak ada seorangpun yang lahir daripada wanita bisa menjadi suci. (Ayub 25:4). Yesus dilahirkan dari seorang wanita, ibunya Maria, maka tentunya Yesus itu adalah tidak suci. Kalau Yesus tidak suci, bagaimana mungkin Yesus itu Tuhan?
Kita diberitahu bahwa Yesus meninggal selama 3 hari sebelum naik ke surga. Bagaimana mungkin Tuhan bisa mati? Siapa yang menjaga alam semesta ini ketika dia mati? Yesus berkata bahwa pada akhir dunia ini, dia akan duduk di sebelah kanan Allah Bapa untuk mengadili dunia ini (Lukas 22:69). Jika Yesus dan Tuhan adalah sama, bagaimana mungkin? Telah cukup jelas bahwa keduanya itu terpisah dan berbeda. Dan sekali lagi Daud digambarkan duduk di sebelah kanan Bapa. Jadi untuk bisa mengadili, seseorang tidaklah harus menjadi Tuhan. (Mazmur 110:1) Kita diberitahu bahwa Yesus berada di antara manusia dan Tuhan.
“Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus.” (I Timotius 2:5) Ayat tersebut telah jelas menyatakan bahwa Yesus bukanlah Tuhan, dan kalau dia adalah Tuhan, bagaimana mungkin dia berdiri di antara Tuhan dan manusia? Ayat tersebut juga mengatakan bahwa Yesus adalah seorang manusia (lihatlah juga Kisah Para Rasul 17:30-31).
Di dalam buku Matius dan Lukas (Matius 1:16, Lukas 3:23) kita diberitahu nama-nama dari ayah Yesus, ayah dari ayah Yesus, dan seterusnya sampai ke beberapa generasi sebelumnya. Kalau Tuhan benar-benar adalah ayah Yesus, mengapa di Alkitab tercantum nama-nama nenek moyang Yesus dari pihak ayah Yesus? Orang-orang Kristen telah mengklaim untuk selamanya bahwa Yesus itu Tuhan dan pada saat yang sama dia juga adalah anak Tuhan. Bagaimana mungkin bisa terjadi? Bagaimana mungkin seorang ayah bisa menjadi anaknya dan dirinya sendiri pada saat yang bersamaan? Dan untuk membuat hal lebih membingungkan lagi, Roh Kudus di bawa ke dalamnya, dan kita diminta untuk percaya bahwa Yesus, Tuhan dan Roh Kudus adalah berbeda tetapi sama.
Klaim-klaim orang-orang Kristen bahwa Yesus adalah Tuhan bertentangan dengan apa yang telah ditulis di Alkitab. Ide bahwa Yesus adalah Tuhan sangat berlawanan dengan akal sehat dan menimbulkan masalah-masalah logika. Kalau saja kita melihat Yesus seperti apa adanya, seorang nabi dan pembaharu, semua problem di atas tidak mungkin muncul.
Apakah Yesus Sempurna?
Kalau seorang guru agama adalah sempurna, kita akan mengharapkan tingkah laku dari orang yang sempurna itu haruslah juga sempurna, tidak mungkin bisa dipersalahkan. Ajarannya juga hendaknya sangat manusiawi dan bisa dijalankan, dan adanya kemantapan (konsistensi) antara apa yang di ajarkan dan apa yang mereka sendiri perbuat. Yesus, tentunya, menyangkal bahwa dia itu sempurna. (Lukas 18:19) akan tetapi meskipun telah ada penyangkalan ini yang disertai oleh bukti-bukti Alkitab, orang-orang Kristen tetap saja menyatakan bahwa Yesus itu sempurna. Mereka harus menyatakan Yesus sempurna, karena mereka telah salah mengartikan, di mana bagi mereka Yesus adalah Tuhan – bagaimana mungkin Tuhan itu tidak sempurna? Orang-orang Buddha percaya bahwa Yesus adalah seorang manusia yang baik, seperti halnya juga para pendiri agama-agama lain di dunia juga adalah orang yang baik. Tetapi Yesus tidaklah mencapai penerangan sempurna seperti Sang Buddha, tentunya Yesus tidaklah sempurna. Seperti orang-orang lain yang tidak mencapai kesunyataan, Yesus terkadang berbuat kesalahan, beberapa hal yang dia ajarkan itu tidak bisa diterapkan, dan terkadang dia sendiri gagal untuk menjalankan apa yang dia ceramahkan kepada orang lain. Marilah kita buktikan sendiri.
Ajaran-ajaran etika Yesus sering digambarkan sebagai “sangat agung”, “mulia”, “sempurna sama sekali” dan lain-lain. Tapi apakah benar? Marilah kita melihat ajarannya tentang perceraian. Di dalam Perjanjian Lama, perceraian diperbolehkan atas dasar beberapa keadaan, yang tentunya ketika dua orang sepasang telah tidak lagi saling mencintai atau sudah saling tidak cocok, adalah hal yang paling manusiawi. Tetapi Yesus malah mengambil pandangan yang sangat ekstrim terhadap perceraian, dengan mengatakan bahwa perceraian itu diperbolehkan atas dasar perzinahan: “Telah difirmakan juga: Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah.” (Matius 5:31-32)
Ajaran yang buruk ini telah mengartikan bahwa hingga akhir-akhir ini di negara-negara Kristen, jutaan pasangan telah terperangkap di dalam rumah tangga yang tidak bercinta dan tidak bahagia, tetapi tidak boleh bercerai. Ini juga telah berarti bahwa begitu banyak wanita yang akhirnya bisa bercerai dari suaminya tanpa berzinah, dicap sebagai orang yang melakukan perzinahan kalau mereka menikah lagi. Ajaran Yesus yang satu ini saja telah menyebabkan banyak penderitaan dan kesakitan hati yang tidak bisa dilukiskan. Sebuah contoh lain dari ajaran Yesus yang jauh dari sempurna ini adalah sikapnya terhadap uang. Yesus tampaknya memiliki kebencian terhadap orang kaya: “Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu. Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karna kamu akan berdukacita dan menangis.” (Lukas 6:24-25)
Memang benar orang kaya itu terkadang serakah, tidak berpikir panjang (seperti halnya juga ada orang miskin yang begitu). Tetapi Yesus tidak menyatakan kalau orang kaya itu serakah dan tidak berpikir panjang. Orang-orang kaya dikutuk hanya karena mereka kaya. Pernah sekali, seorang pria muda meminta jawaban dari Yesus tentang bagaimana seseorang bisa mendapatkan kehidupan abadi, Yesus akhirnya berkata: “Kata Yesus kepadanya: “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, buanglah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku.”" (Matius 19:21)
Yesus bahkan sampai mengatakan sejauh ini, bahwa adalah mustahil bagi orang kaya untuk masuk surga.
“Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sekali lagi aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” (Matius 19:23-24)
Tentu saja orang-orang Kristen tidak pernah memperhatikan ucapan Yesus yang satu ini, karena jika benar mereka memperhatikan dan menjalankan ajaran Yesus ini, semua negara Kristen di dunia ini akan runtuh ekonominya, dan semua kualitas baik tentang kewirausahaan yang menghasilkan kebaikan, akan musnah. Ajaran yang tidak bisa dijalankan dan tidak adil dari Yesus ini sangatlah berbeda dengan sikap Sang Buddha terhadap kekayaan.
Apakah itu kebahagiaan terhadap pemilikan? Di dalam ini, seorang kepala keluarga memiliki kekayaan yang didapat dengan usaha yang penuh tenaga, yang didapat dari kekuatan tangan dan keringat dari kening, yang didapat secara adil dan patuh hukum. Ketika dia memikirkan tentang hal ini, dia merasakan kebahagiaan dan kepuasan.
Dan apakah itu kebahagiaan akan kekayaan? Di dalam ini, seorang kepala keluarga mempunyai kekayaan yang didapat secara adil dan patuh hukum, dan dengan kekayaannya itu, dia melakukan banyak perbuatan baik. Ketika dia memikirkan tentang hal ini, dia merasakan kebahagiaan dan kepuasan. Dan apakah itu kebahagiaan akan kebebasan dari hutang? Di dalamnya, seorang kepala rumah tangga tidak berhutang kepada siapapun, besar ataupun kecil, dan ketika dia berpikir tentang hal ini, dia merasakan kebahagiaan dan kepuasan. (Anguttara Nikaya, Book of Fives, Sutta No.41)
Beliau juga mengerti bahwa dengan tingkah laku yang benar, orang-orang yang kaya dapat melakukan hal-hal yang baik dengan uang yang mereka dapat.
Dengan kekayaan yang didapat dari kerja yang penuh tenaga, didapat dari kekuatan tangan, dan keringat dari kening secara patuh hukum dan adil, seorang murid yang mulia membuat dirinya, ibu dan ayahnya, istri dan anak-anaknya, pembantunya dan orang yang bekerja kepadanya dan teman-teman serta kenalannya senang dan bahagia – dia menciptakan kebahagiaan yang sempurnna. Inilah kesempatan pertama yang diraih olehnya, digunakan untuk kebaikan dan dipakai secara benar. (Anguttara Nikaya, Book of Fives, Sutta No.41)
Maka, daripada tidak mengikutsertakan semua orang yang kaya dari kehidupan beragama seperti yang dilakukan Yesus, Sang Buddha mengajarkan mereka untuk menghasilkan uang dengan jujur dan menggunakan kekayaan mereka untuk kepentingan orang banyak dan masyarakat pada umumnya.
Akan tetapi ajaran Yesus yang telah menghasilkan lebih banyak masalah daripada ajaran-ajarannya yang lain adalah pernyataan yang dia buat bahwa dia dan hanya dia yang bisa memberikan penyelamatan. (Yohanes 14:6). Sehingga tak bisa digugat lagi dari pernyataan di ayat di atas bahwa semua agama lain hanya akan mengakibatkan satu-satunya alternatif lain – neraka. Pernyataan ini juga telah mengartikan bahwa agama-agama lain mengajarkan kejahatan. Secara menyedihkan sekali, pernyataan yang dibuat oleh Yesus ini telah menjadi akar ciri khas utama dari orang-orang Kristen – tidak toleransi. Orang-orang Kristen selalu mempersamakan orang-orang yang tidak percaya kepada Yesus sebagai orang jahat, dan telah menuduh orang yang tidak percaya sebagai orang yang tidak bertuhan, orang jahat, orang keras kepala, penyembah berhala, orang-orang tercela, pengikut ajaran nabi-nabi palsu, pemuja setan. (Lihatlah 2 Petrus 2:1-22)
“Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-ornag yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakan terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: “Aku akan diam bersama-sama dengan mereka, dan hidup di tengah-tengah mereka, dan aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku.” (2 Korintus 6:14-16)
Paulus menanyakan, kemiripan apa yang muncul antara orang Kristen dan seorang Buddha? Berhubung Paul adalah seorang penginjil yang fundamental (keras), bahwa kenyataan ajaran Buddhis yang penuh kasih sayang, belas kasihan, keikhlasan, kesabaran, kerendahan hati, kejujuran seperti yang Paulus sendiri perbuat, tidak ada artinya sama sekali. Hanya karena seorang beragama Buddha tidak percaya bahwa Yesus itu Tuhan, telah menganggap orang Buddhis tersebut sebagai penuh akan kejahatan dan kegelapan; seorang pemuja setan yang harus dihindari, dan patut masuk neraka.
Ini adalah tragedi besar tentang Kristiani – semakin kuat iman orang Kristen kepada Yesus, biasanya orang itu semakin memihak, semakin fanatik dan semakin tidak toleransi. Sangatlah melegakan bagi kita umat Buddhis untuk bisa berlindung kepada Buddha, dan masih bisa menghormati dan mengagumi Lao Tzu, Nabi Muhammad, Krishna, Guru Nanak, dan lain-lain. Alangkah menyenangkan untuk bisa berkomunikasi dengan orang lain tanpa harus punya keinginan untuk mengajak pindah agama. Sungguh mulia untuk bisa turut bergembira melihat kebahagiaan orang lain terhadap agama mereka masing-masing. Orang Kristen tidak toleransi karena mereka terobsesi kepada Yesus dan menyingkirkan semua yang tdiak percaya kepadanya. Buddhisme adalah ajaran yang toleran, karena Buddhisme mengagungkan kebijaksanaan dana belas kasihan, dan dapat hidup damai dengan siapapun, apapun agama mereka, yang melaksanakan kualitas kebijaksanaan, belas kasihan, dan toleransi.
Mukjizat-mukjizat
Beberapa hal yang paling kacau yang tentang Yesus adalah mukjizat-mukjizat yang dia katakan bisa dia lakukan. Salah satu yang paling terkenal adalah membangkitkan Lazarus dari kematian. Lazarus telah meninggal setidaknya empat hari dan mungkin telah di surga, ketika keluarganya sedang sedih dan berduka. Dengan membangkitkan dia dari kematian, Yesus memang telah menunjukkan kekuatannya, tetapi apa yang Lazarus dan keluarganya dapat dari kebangkitan Lazarus itu? Lazarus dipindahkan dari surga kembali ke “lembah penuh air mata” ini hanya untuk mati sekali lagi suatu saat di masa yang akan datang, dan keluarganya akan harus berduka dan bersedih sekali lagi. (Yohanes 11:1-4)
Untuk orang Buddhis, keajaiban seperti ini, meskipun kalau benar-benar terjadi, tampaknya tidak perlu, dan bahkan dianggap kejam. Hal yang lebih bisa diterapkan dan manusiawi adalah cara pandang Sang Buddha tentang kematian. Pada suatu kesempatan, seorang ibu muda yang bernama Kisagotami datang kepada Buddha dengan membawa anaknya yang telah mati, hatinya terkacaukan oleh duka yang dalam, dan memohon kepada Buddha untuk memberi obat kepada anaknya. Penuh dengan belas kasihan, Sang Buddha meminta ibu tersebut untuk pergi dan mendapatkan biji mustard dari sebuah rumah yang tidak pernah ada satu anggota keluargapun yang meninggal. Dalam proses mencari biji mustard tersebut, Kisagotami secara berangsur-angsur sadar bahwa kematian adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan dan dia dapat meenguasai kedukaannya. (Dhammapada Atthakatta, Book 8,13).
Yesus mempertontonkan keajaiban yang tampaknya membuat orang tidak mendapatkan apapun dari keajaiban itu. Sang Buddha dengan lembut dan pintarnya mengarahkan orang untuk menjadi mengerti. Inilah yang diartikan oleh Sang Buddha bahwa pendidikan adalah keajaiban tertinggi. (Digha Nikaya, Sutta No.11)
Mukjizat Tuhan yang lain di mana Yesus tampaknya tidak memberikan pemikiran yang matang terhadap akibat dari apa yang dia perbuat adalah keajaiban yang katanya diperbuat oleh Yesus di Godara. Seorang telah dirasuki oleh setan, dan sebelum Yesus mengusir setan tersebut, iblis-iblis meminta Yesus apakah Yesus bersedia mengirim iblis ke peternakan babi terdekat. Yesus mengabuli permintaan iblis tersebut dan mengirim iblis-iblis tersebut ke dalam tubuh babi-babi, yang kemudian lari-lari kerasukan menuju tebing danau dan menceburkan diri. (Markus 5:1-13). Orang yang dirasuki setan itu tentunya sangat berterimakasih kepada apa yang dilakukan Yesus, tetapi ini membuat kita berpikir, apa yang dipikirkan oleh pemilik babi-babi tersebut. Dengan matinya ternak bagi tersebut, tentunya menimbulkan kesulitan keuangan bagi pemilik babi tersebut. Tidaklah mengherankan, kita dikabarkan bahwa setelah kejadian tersebut, orang-orang dari desa terdekat datang kepada Yesus dan memohon kepadanya untuk meninggalkan daerah tersebut. (Markus 5:17). Perhatikanlah bahwa Matius juga menceritakan cerita yang sama tetapi telah menambah bumbu cerita dengan menyatakan bahwa bukan satu tetapi dua orang yang dirasuki iblis. (Matius 8:28-32)
Apa yang dianggap keajaiban ini juga telah menonjolkan ketidakpedulian total Yesus terhadap alam. Dia bisa saja melenyapkan iblis-iblis tersebut tetapi malah memilih untuk menyingkirkan iblis denga cara yang paling kejam, yaitu dengan meyebabkan kematian dari mahluk-mahluk yang tidak bersalah. Dalam kesempatan lain, dia menggunakan tenaga ajaibnya untuk membunuh sebatang pohon ara hanya karena pohon ara tersebut tidak bisa berbuah. (Matius 21:18-20). Ternyata dia tidak pernah memikirkan bahwa binatang lain bisa saja memakan daun dari pohon tersebut, burung-burung bisa bersangkar di dahan-dahannya, pelancong-pelancong bisa beristirahat dan berteduh di bawah pohon itu, dan akar pohon tersebut bisa mencegah erosi tanah yang disebabkan oleh hujan dan angin – yang mungkin menjelaskan mengapa pohon itu tidak dibunuh oleh orang-orang. Tidak ada satupun keuntungan yang didapat dari membunuh pohon – pembunuhan ini tidak lebih dari sekedar perusakan yang sia-sia.
Di saat di mana mukjizat-mukjizat yang dilakukan oleh Yesus itu tidak ada gunanya, mukjizat yang lain tampaknya telah muncul dari hal-hal yang bodoh. Suatu ketika, Yesus diundang ke perjamuan pernikahan. Setelah beberapa saat, tidak ada anggur yang tersisa untuk diminum, Yesus mengubah beberapa kendi air menjadi anggur. (Yohanes 2:1-11). Tidak diragukan lagi, tuan rumah sangatlah berterimakasih karena tidak harus pergi untuk membeli alkohol lagi, tapi mukjizat ini terlihat sedikit tidak pantas bagi Tuhan untuk turun menjadi manusia, datang ke dunia dan menggunakan kekuatannya demi orang tidak kehabisan minuman di saat sedang berpesta.
Ketidakteraturan Ajaran
Apa yang telah kita ucapkan di atas membuktikan bahwa meskipun ada beberapa ajaran Yesus yang baik, banyak sekali yang kejam, tidak bisa diterapkan, dan di dalam beberapa kasus, bodoh. Dan mungkin tidaklah mengherankan bahwa bukan orang-orang Kristen saja yang gagal menjalankan ajarannya, tetapi Yesus sendiri juga sering gagal menjalankan ajarannya sendiri. Dia mengajarkan kita untuk mencintai tetangga kita, tetapi dia tampaknya mempunyai masalah yang besar dalam penerapan ajarannya sendiri. Dia yakin bahwa ajarannya bisa membawa manusia ke surga dan dia juga yang secara khusus memerintahkan murid-muridnya untuk tidak mengajarkan agama Kristen kepada siapapun selain mengajarkan kepada kaumnya sendiri, orang Yahudi.
“Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: “Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” (Matius 10:5-6)
Ketika seorang wanita miskin yang sangat bersedih datang kepada Yesus memohon pertolongan, Yesus menolak untuk menolong hanya dikarenakan wanita miskin itu bukan seorang Yahudi. Mengajarkan Injil kepada orang Kanaan, kata Yesus, adalah seperti mengambil makanan dari anak kecil dan melemparkannya kepada anjing-anjing. (Catatan dari penterjemah: Dalam hal ini makanan itu diumpamakan sebagai ajaran Kristen. Dan anak-anak yang makannya dirampas itu adalah orang kaumnya sendiri, orang Yahudi. Dan anjing-anjing yang dimaksud adalah orang Kanaan. Seperti yang bisa kita lihat dari ayat berikut ini)
“Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita.” Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-muridNya datang dan meminta kepada-Nya: “Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak.” Jawab Yesus: “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkat: “Tuhan, tolonglah aku.” Tetapi Yesus menjawab: “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” (Matius 15:22-26)
Hanya setelah didesak oleh murid-muridnya, Yesus akhirnya memutuskan untuk membantu wanita itu. Itukah yang dinamakan mencintai tetanggamu sendiri? Yesus mengajarkan bahwa kita harus mencintai musuh kita, tetapi dia kelihatannya mengalami kesulitan dalam melakukan hal tersebut. Ketika seorang Faris mengkritik Yesus, dia membalasnya dengan semburan kata-kata kasar yang berisikan kutukan dan hujatan. (Dapat di baca di Yohanes 8:42-47, Matius 23:13-36) (Catatan dari penterjemah: Kalau Yesus yang dianggap Tuhan oleh orang Kristen sudah tidak bisa mencintai tetangga sendiri, bagaimana bisa Yesus mencintai musuh? Sesuatu yang mustahil! Dan buktinya Yesus membenci tetangganya sendiri, dan juga musuhnya sendiri. Apakah karena dirinya Tuhan (bagi orang Kristen), dia tidak bisa disalahkan dari kebenciannya kepada musuh maupun tetangga? Kalau guru yang mengajarkan saja tidak bisa mengamalkan sendiri, bagaimana murid bisa mengamalkan dengan baik? Teman-teman Buddhis, patutkah Anda dengan mudah dihasut untuk pindah masuk ke dalam ajaran agama yang membenci?)
Yesus berkata kita hendaknya tidak menghakimi orang lain (Matius 7:12) dan dia juga bilang bahwa dia sendiri tidak menghakimi siapapun (Yohanes 8:15). Tapi terlepas dari apa yang dia sendiri ajarkan, dia terus-menerus menghakimi dan mengutuk orang lain, bahkan dalam cara yang kasar dan dibesar-besarkan. (Yohanes 8:42-47, Matius 23:13-16)
Supaya sesuai dengan Perjanjian Lama, Yesus mengajarkan kita untuk menghormati orang tua kita (Matius 19:19) tetapi pada kesempatan yang lain dia mengajarkan kita untuk berbuat yang sebaliknya.
“Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.” (Lukas 14:26)
Ajaran tersebut meminta bahwa untuk mencintai Yesus, kita harus bersedia untuk membenci orang lain, bahkan orang tua kita sendiri. Sangatlah bertentangan dengan anjuran untuk menghormati orang tua – apalagi untuk mencintai tetangga! Pernah sekali ibu Yesus dan saudara-saudaranya datang untuk melihat dia ketika dia sedang berkotbah, malahan ibunya dan saudara-saudaranya di tolak secara kasar. “Lalu datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus. Sementara mereka berdiri di luar, mereka menyuruh orang memanggil Dia. Ada orang banyak duduk mengelilingi Dia, mereka berkata kepada-Nya: “Lihat, ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar, dan berusaha menemui Engkau.” Jawab Yesus kepada mereka: “Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?” Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu dan berkata: “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.” (Markus 3:31-35)
Suatu ketika ibunya berbicara kepadanya, dia mencela ibunya: “Kata Yesus kepadanya: “Mau apakah engkau kepada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.” (Yohanes 2:4) Dan Yesus yang melakukan ini kepada orang tuanya, malahan mengutuk orang Farisi yang mengajarkan orang untuk menghormati ayah dan ibu. (Matius 15:3-6, Markus 7:10-13)
Di dalam beberapa contoh, adalah tidak mudah untuk menuduh Yesus gagal untuk menjalankan apa yang dia kotbah atas dasar ajarannya sendiri yang saling bertentangan. Orang-orang Kristen sudah terbiasa dengan konsep pemikiran bahwa dia adalah “Yesus yang lemah lembut”, karena ajarannya yang “kalau ditampar pipi kiri, diberi pipi yang kanan” dan “untuk tidak menolak orang jahat” (Matius 5:39). Dan tentu saja, Yesus kelihatannya kadang-kadang telah melakukan apa yang dia ajarkan. Tetapi pada kesempatan-kesempatan yang lain, dia jelas-jelas menyatakan peranannya yang kejam.
“Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan ibunya, menantu perempuan ibu mertuanya, dan musuh-musuh ialah orang-orang seisi rumahnya.” (Matius 10:34-36)
Jelas sekali bahwa Yesus tidak melihat adanya kesalahan untuk menggunakan kekerasan, kalau diperlukan. Ketika dia melihat orang berdagang di depan rumah ibadah, Yesus kehilangan kendali emosi dan menyerang dengan kekerasan.
“Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya.” (Yohanes 2:15)
Sebelum Yesus ditangkap, Yesus meramalkan akan terjadi keributan, maka dia menyuruh murid-muridnya untuk bersiap-sedia dengan menggunakan senjata.
“Jawab mereka: “Suatupun tidak.” Kata-Nya kepada mereka: “Tetapi sekarang ini, siapa yang mempunyai pundi-pundi, hendaklah ia membawanya, demikian juga yang mempunyai bekal; dan siapa yang tidak mempunyainya hendaklah menjual jubahnya dan membeli pedang.”" (Lukas 22:36)
Ketika dia ditangkap, terjadi pertengkaran yang mana “salah satu dari teman Yesus mencabut pedangnya dan menyerang pembantu pemuka agama dengan memotong telinganya.” (Matius 26:51). Sangatlah sulit bagi orang Buddha untuk mempersatukan kelakuan kasar tersebut ke dalam ide kesempurnaan. Adalah berlawanan dengan seluruh ide tentang kesempurnaan moral, bagi suatu ajaran untuk membalas melawan orang yang menuduh (dirinya), untuk kehilangan kendali amarah, dan mendukung orang lain untuk membawa senjata. Sampai ke tahap ini, adalah ide yang baik untuk menjelaskan bahwa meskipun banyak dari ajaran-ajaran Yesus yang tidak pantas, dan tidak masuk akal, ada juga ajaran Yesus yang sangat baik. Ajaran Yesus tentang kasih sayang, untuk memaafkan, kerendahan hati, dan pelayanan terhadap orang sakit dan miskin pantas mendapat pujian tertinggi. Tetapi semua ajaran yang baik dari Yesus ini tidaklah unik. Ajaran-ajaran baik seperti yang diajarkan Yesus juga bisa ditemukan di dalam ajaran Sang Buddha, Konghucu, Mo Tzu, Mahavira, Guru Nanak, dan lain-lain, terkadang dengan penjelasan yang lebih menyeluruh. Guru-guru jaran-ajaran di atas juga telah ada ratusan tahun sebelum Yesus. Apa yang baik di dalam ajaran Yesus tidaklah unik. Dan apa yang unik di dalam ajaran Yesus tidaklah tentu baik.
Orang-orang Kristen sulit untuk mengerti mengapa orang-orang beragama Buddha dan pemeluk ajaran lain tidak bisa menerima Yesus sebagai Tuhan, dan penyelamat seperti mereka sendiri telah menerima Yesus. Akan tetapi setelah mengetahui kehidupan dan ajaran Sang Buddha – seorang yang tersenyum terhadap cercaan,tetap tenang ketika diganggu dan selalu menolak kekerasan – alasan mengapa banyak yang menolak Yesus itu menjadi jelas.
Kenyataan dan Fisik Dalam Kehidupan Kristen
Hal satu-satunya yang membentuk Kristen seperti apa adanya hari ini, pondasi yang mana Kristen berdasar adalaha Yesus Kristus, atau lebih tepat, klaim orang-orang Kristen tentang Yesus. Orang-orang Kristen yang fundamental selalu membuat pernyataan yang dibesar-besarkan tentang orang ini: “Yesus adalah satu-satunya orang di dalam sejarah yang mengklaim dirinya Tuhan” ; “Hanya dengan percaya kepada Yesus dapat memberikan kehidupan kehidupan yang damai dan bahagia”;”Kalau Yesus bukan Tuhan, dia pasti pembual terbesar yang pernah hidup dalam sejarah”; “Ribuan saksi telah melihat dia bangkit dari mati, maka kebangkitannya itu pastilah benar”; “Yesus adalah manusia paling sempurna yang pernah hidup”; dan sebagainya, dan sebagainya, dan sebagainya. Klaim-klaim tersebut terdengar sangat hebat, sampai akhirnya kita lihat bukti-bukti nyata.
Ramalan-Ramalan Tentang dan Oleh Yesus
Setiap kali ada perubahan di dalam gejolak politik Timur Tengah, orang-orang Kristen yang fundamental akan segera membuka Alkitab dan berkata dengan lantang bahwa krisis terbaru yang terjadi ini telah dinubuatkan sebelumnya. Nubuat adalah ramalan yang tercantum di dalam Alkitab yang diharapkan untuk meramalkan kejadian-kejadian yang akan terjadi di masa depan. Nubuat-nubuat itu dijadikan buah pembicaraan untuk sementara waktu kemudian dilepaskan secara diam-diam ketika nubuat itu tidak terjadi seperti yang diramalkan untuk terjadi.
Orang-orang Kristen mengklaim bahwa banyak dari kejadian-kejadian yang terjadi di dunia ini pada jaman sekarang, telah dinubuatkan jauh sebelumnya di dalam Alkitab. Ketika seseorang bertanya untuk melihat “nubuat-nubuat yang luar biasa” ini, seseorang bisa melihat bahwa nubuat itu sangatlah luas dan umum sehingga nubuat itu bisa saja diartikan ada hubungannya dengan kejadian-kejadian yang terjadi.
Salah satu contohnya adalah, mereka akan mengatakan dunia ini akan segera berakhir karena Alkitab menubuatkan pada hari terakhir, “Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang.” (Matius 24:6.) Masalahnya adalah nubuat ini bisa saja dihubungkan dengan jaman apa saja dalam sejarah, karena selalu ada peperangan di dalam sejarah dunia karena selalu ada perang di salah satu bagian di dunia.
Orang-orang Kristen juga mengklaim bahwa semua kejadian dalam kehidupan Yesus telah dinubuatkan di dalam Alkitab jauh sebelum Yesus dilahirkan. Dan semua yang dinubuatkan itu terjadi, maka Yesus pastilah seorang Mesias. Maka marilah kita bersama-sama melihat nubuat-nubuat tersebut dan buktikan apakah ada kebenaran dalam klaim tersebut. Di kitab Yesaya di Perjanjian Lama tertuliskan:
“Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.” Yesaya 9:5
Ayat di atas seharusnya merupakan nubuat yang meramalkan kelahiran Yesus. Tapi apakah benar? Selain kejadian dilahirkan, tidak ada satupun nubuat yang tercantum di ayat itu yang terjadi kepada Yesus. Lambang penguasa tidaklah berada di bahunya, Yesus tidak pernah dipanggil maupun memanggil dirinya sendiri dengan gelar yang ada di ayat tersebut, dan tidak ada bukti bahwa dunia lebih aman sesudah kelahiran Yesus dibandingkan sebelum kelahirannya. Ini adalah satu contoh “nubuat luar biasa” yang mana orang Kristen selalu mendasarkan agamanya. Sebelum kelahiran Yesus, seorang malaikat dikatakan seharusnya telah menubuatkan bahwa:
“Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerjaan-Nya tidak akan berkesudahan.” (Lukas 1:32-33)
Akan tetapi jika apa yang dikatakan Alkitab itu benar, Daud tidaklah mungkin menjadi nenek moyang dari Yesus, karena Tuhanlah, bukan Yusuf, ayah Yesus yang sebenarnya. Lagipula, Daud adalah raja dalam arti politik, sedangkan Yesus tidak pernah menjadi raja dalam arti politik maupun dalam arti apapun yang mirip denga Daud. Akhirnya, para keturunan Yakob (orang-orang Yahudi) tidak pernah menerima Yesus sebagai raja mereka, secara politik maupun secara spiritual ataupun dalam arti yang lainnya – dan orang Yahudi pun menolak untuk menerima Yesus bahkan sampaihari ini. Maka seperti nubuat sebelumnya, nubuat di atas juga terbukti salah dari segi manapun. Sekali lagi di dalam kitab Yesaya tercantum:
“Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.” (Yesaya 53:3-5)
Ayat diatas seharusnya menubuatkan tentang ketika Yesus diserang oleh lawan-lawannya, Yesus tidak akan membalas. Akan tetapi di dalam ajaran Kristen Yesus digambarkan sebagai seorang yang secara tegas membela dirinya sendiri terhadap kritik dan dengan lantang mengutuk musuh-musuhnya. Dia mengutuk dan mengkritik orang-orang Farisi ketika mereka melawannya dan menurut Yohanes 18:33-37, Yesus tidak pernah diam ketika sedang diadili.
Ketika prajurit-prajurit Romawi mensalibkan orang, mereka akan memaku mereka di atas salib, membiarkan mereka tergantung di salib untuk beberapa saat dan akhirnya mematahkan kaki mereka, sehingga menambah penderitaan korban dan akhirnya kesakitan itu membunuh mereka. Menurut Alkitab, ketika prajurit-prajurit Romawi datang untuk mematahkan kaki Yesus, Yesus sudah meninggal sehingga mereka tidak jadi mematahkan kakinya (Yohanes 19:31-34).
Ayat di atas menjadi contoh nyata bagi orang Kristen fundamental bahwa nubuat Alkitab telah terjadi. Karena di Mazmur 34:20-21 dikatakan Tuhan tidak akan membiarkan satu tulangpun di tubuh Mesias untuk patah (remuk). Sayangnya orang-orang Kristen telah lupa untuk menyadari bahwa meskipun tulang di kaki Yesus tidak patah, tulang-tulang di telapak kaki Yesus pastilah telah remuk. Ketika paku itu ditancapkan ke dalam kaki Yesus, paku itu pastilah telah meremukkan setidaknya satu atau beberapa dari tulang telapak kaki Yesus.
Orang-orang Kristen mengklaim bahwa Yesus meninggal dan pada hari ketiga bangkit dari kematian. Dan tentunya mereka mengklaim bahwa kebangkitan Yesus telah dinubuatkan sebelumnya. Nubuat itu berbunyi:
“Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.” (Matius 12:40)
Akan tetapi seperti nubuat-nubuat yang lain, nubuat yang satu ini juga salah. Yesus dinubuatkan untuk meninggal pada hari Jumat (Jumat Agung) dan bangkit di antara orang mati pada hari Minggu pagi (Minggu Paskah). Bahkan seorang anak sekolah dasar bisa melihat bahwa jumlah hari dari hari Jumat sampai Minggu pagi bukanlah tiga hari tiga malam, melainkan satu hari dua malam. Masalah lain yang muncul adalah sebelum Yesus meninggal, dia berpaling kepada kedua orang jahat yang disalibkan bersamanya dan berkata,”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”(Lukas 23:43).
Jadi menurut nubuat, Yesus akan bangkit dari mati setelah tiga hari; menurut ajaran agama, Yesus bangkit setelah satu hari dan satu malam; dan menurut perkataan Yesus sendiri, dia bangkit dari mati dan pergi ke surga dihari dia meninggal. Akan tetapi bukan saja nubuat yang dibuat tentang Yesus yang salah, nubuat yang dibuat oleh Yesus sendiri juga salah. Orang-orang Kristen yang fundamental selalu berkata bahwa akhir jaman telah akan tiba. Darimana mereka dapatkan ide buruk seperti ini? Mereka dapatkan ide buruk ini dari Yesus. Yesus percaya dan dengan lantang mengajarkan kepada dunia bahwa dunia ini akan berakhir pada masa dia masih hidup atau secepatnya setelah dia meninggal.
“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya terjadi.” Lukas 21:25-33 (Yang diketik adalah persis yang tercantum di dalam buku Beyond Belief, yaitu hanya ayat 32)
“Angkatan ini” yang diucapkan tentunya Yesus sedang mengacu kepada orang-orang yang dia ceramahkan. Di kesempatan yang lain, dia kembali mengatakan kepada orang-orang yang waktu itu berdiri mendengarkan ucapan Yesus bahwa beberapa dari mereka masih akan tetap hidup ketika akhir dunia ini datang.
“Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota yang satu, larilah ke kota yang lain; karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sebelum kamu mengunjungi kota-kota Israel Matius, Anak manusia sudah datang.” 10:23
Dalam setiap aspek yang dinubuat oleh Yesus, semuanya terbukti salah. Orang-orang yang hidup pada jaman Yesus hidup sudah jelas telah mati selama 2000 tahun dana buktinya dunia ini belum juga berakhir. Yesus juga belum datang kembali seperti yang dia nubuatkan sendiri. Murid-murid Yesus berhenti mengunjungi semua kota di Israel dalam beberapa tahun setelah kematian Yesus dan Yesus juga belum kembali.
Bukti ini dan beberapa contoh lain telah membuktikan bahwa nubuat-nubuat tentang dan oleh Yesus adalah tidak benar. Bahkan ketika satu nubuat kelihatannya benar, ini tidak berarti bahwa nubuat itu benar. Bisa dibuktikan bahwa siapa saja yang menulis Alkitab telah dengan sengaja membuat kejadian-kejadian itu terjadi sesuai yang dinubuatkan supaya nubuat itu terlihat benar.
Kita akan meneliti satu contoh yang cukup terkenal. Beberapa ratus tahun sebelum Yesus, Perjanjian Lama diterjemahkan dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani, bahasa pada waktu itu. Ketika sebuah ayat di Yesaya mengatakan Sang Mesias akan dilahirkan oleh seorang wanita muda (almah), dengan salah telah diterjemahkan menjadi seorang perawan (parthenas). Hal ini telah mempengaruhi nubuat. Ketika para pengarang Injil Perjanjian Baru membacanya, mereka berpikir bahwa untuk bisa menjadi Mesias, ibu Yesus haruslah seorang perawan sehingga mereka mengarang-ngarang tentang perawan yang melahirkan bayi Yesus. Kenyataannya adalah cerita ini perlu dikarang karena adanya salah pengertian. Jadi bukanlah nubuat yang telah diramalkan sebelum kelahiran Yesus, tetapi kejadian-kejadian yang telah di karang sedemikian rupa sehingga sesuai dengan nubuat-nubuat itu.
Kelahiran Yesus
Kita akan sering mendengar orang-orang Kristen fundamentalis dan penyebar Injil untuk membanggakan bahwa tidak ada seorangpun yang pernah menemukan satu kesalahanpun di dalam Alkitab. Sama halnya kita juga akan mendengarkan dari mereka bahwa Alkitab adalah firman-firman yang diilhamkan oleh Tuhan, sehingga Alkitab itu tidak mungkin salah. Melihat bahwa orang Kristen sangat berhati-hati dalam mengutip ayat-ayat dari Injil, akan sangat sulit bagi kita untuk mengerti mengerti mengapa klaim di atas bisa dibuat, apalagi dipercaya.
Marilah kita melihat apa yang diutarakan oleh Alkitab tentang kelahiran Yesus. Pertama, kita diberitahu bahwa kabar rahasia tentang kelahiran Yesus diberitakan kepada Yusuf, ayah Yesus, lewat mimpi. (Matius 1:20). Lalu kita diberitahu bahwa kabar itu diberikan kepada Maria, ibu Yesus, oleh seorang malaikat (Lukas 1:28). Yang mana dari kedua cerita ini yang benar? Apakah Yusuf yang mendapatkan berita itu ataukah Maria? Orang Kristen akan mengatakan bahwa kedua-duanya mendapatkan berita itu. Lalu mengapa kitab Matius tidak menceritakan kehadiran malaikat di hadapan Maria dan kitab Lukas tidak menceritakan mimpi Yusuf?
Di satu pihak kita diberitahu bahwa orang tua Yesus mengadakan perjalanan sebelum bayi Yesus dilahirkan (Lukas 2:4-7) dan di pihak lain kitab Matius 2:13-14 menceritakan bayi Yesus terlahir terlebih dahulu barulah perjalanan dilakukan. Yang mana dari kedua cerita ini yang benar? Ketika kita menyentuh topik tempat Yesus dilahirkan, kita akan menemukan lebih banyak pertentangan di dalam Alkitab. Apakah Yesus dilahirkan di dalam rumah (Matius 1:24-25) ataukah Yesus dilahirkan di palungan di belakang sebuah rumah penginapan? (Lukas 2:7) Kemudian kita melihat nenek moyang Yesus. Kita mempunyai dua daftar tentang nenek moyang Yesus dari pihak ayahnya, akan tetapi ketika kita melihat nama-nama dari daftar tersebut, kita bisa menemukan bahwa mereka hampir tidak ada hubungannya sama sekali. Isi Alkitab malahan saling bertentangan terhadap siapa nama kakek Yesus. Yang satu mengatakan nama kakek Yesus adalah Yakub. (Matius 1:16) dan yang lain mengatakan namanya Eli (Lukas 3:23). Dan lagi, adalah hal yang tidak masuk akal untuk membahas nenek moyang Yesus dari pihak ayah dan Yesus sebagai keturunan Raja Daud (Matius 1:1), yang mana sebenarnya Yusuf bukanlah ayah dari Yesus, melainkan Yesus anak Allah.
Apakah Yesus Seorang Guru yang Baik?
Pada zaman Sang Buddha masih hidup, ada satu sekte keagamaan yang dinamakan Nigantha yang terpecah-belah setelah meninggalnya pendiri agama tersebut, Nataputta.
Dan setelah kematiaannya, Nigantha terpecah menjadi dua bagian, bertentangan dan saling mencela, bertengkar dan saling menyerang, dan menggunakan peperangan kata…..Kamu sudah akan menduga bahwa mereka merasa jijik, tidak senang, dan menolak setelah melihat ajaran itu disampaikan dengan sangat buruk, sangat tidak layak untuk dibabarkan, dan sangat tidak berguna, memadamkan hasrat karena ajaran itu diajarkan oleh seorang yang tidak mencapai penerangan sempurna dan sekarang tidak ada yang menjaga ajaran ataupun penengah. (Digha Nikaya, Sutta No.29)
Cukuplah menarik, inilah yang terjadi seketika begitu Yesus meninggal dan dengan alasan yang sama pula. Yesus sangatlah terkenal dengan perumpamaan-perumpamaan yang dia gunakan untuk menggambarkan ide-idenya, tapi pada saat yang sama dia seringkali gagal menerangkan maksudnya secara jelas. Terkadang ini dikarenakan Yesus sendiri tidaklah jelas tentang ide yang dia sampaikan, dan pada beberapa saat yang lain, kelihatannya dia adalah seorang yang tidak bisa berkomunikasi dengan baik. Dan yang lebih aneh lagi adalah Yesus bahkan mengakui bahwa dia sengaja membuat pesannya tidak jelas.
Dan ketika para muridnya bertanya apa maksud dari perumpamaan yang diucapkan, dia berkata: (Lukas 8:9-10, Markus 8:17-18)
“Mereka tidak mengerti perkataan itu, sebab artinya tersembunyi bagi mereka, sehingga mereka tidak dapat memahaminya. Dan merek0 tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya.” Lukas 9:45
Gabungkan kesengajaan untuk membuat orang lain tidak mengerti, beberapa ide-ide yang bertentangan dari ajaran Yesus, maka tidaklah sulit untuk dibayangkan mengapa para muridnya terjerumus ke dalam pertentangan ketika Yesus meninggal. Di dalam Surat-Surat Paulus, sering disebutkan bahwa adanya percekcokan dan pertentangan di antara beberapa kelompok awal orang Kristen. Paulus mengkomplain bahwa semua gereja di Asia melawannya (2 Timotius 1:15) dan mereka menolak untuk berpihak kepadanya dalam beberapa argumen theologi (ilmu ketuhanan) (2 Timotius 4:14-16).
Dia menjelaskan tentang pertentangannya itu kepada Petrus dan para tetua gereja di Yerusalem (1 Tesalonika 2:1-20), dan tentunya menuduh saingan-saingannya tidak mempunyai kepercayaan sejati (2 Tesalonika 3:1-3), mengajarkan “tentang Kristus yang lain” dan tidak mengenal Tuhan (Titus 1:10-16). Yohanes dengan pahit mengeluh bahwa para lawannya mengusir semua yang mendukung Yohanes keluar dari gereja (Yohanes 1:9-10). Paulus membuat seruan yang putus-asa dan sia-sia agar semua orang-orang Kristen pertama untuk bersatu.
“Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahandi antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati-sepikir. Sebab, saudara-saudaraku, aku telah diberitahukan oleh orang-orang dari keluarga Kloe tentang kamu, bahwa ada perselisihan di antara kamu. Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus.” (1 Korintus 1:10-12)
Apa yang dipertentangkan oleh orang-orang Kristen pertama itu? Salah satu dari banyak hal yang dipertentangkan tampaknya adalah pada hal apakah anak-anak pria perlu disunat atau tidak. (Roma 2:25-29, Galatia 6:12-15, Filipi 3:2-4, Kolose 2:11-13). Paulus menentang persunatan dan menyebut orang yang setuju akan sunat sebagai “anjing” (Filipi 3:2), dan berkata bahwa dia berharap mereka yang disunat akan secara menyeluruh mengebiri diri mereka sendiri (Galilea 5:12) dan sesat (Titus 1:10).
Sangat menyedihkan bahwa inilah hal yang sangat mengingatkan kita kepada orang-orang Kristen modern. Ketika mengaku bahwa mereka adalah pemilik kebenaran sejati, tetapi terjadi begitu banyak pertentangan di antara mereka tentang apa kebenarna itu. Akhirnya pertentangan itu telah memecahkan mereka menjadi ratusan golongan agama, sekte, pemujaan, dan gereja, dan menolak untuk secara bersatu memuja satu Tuhan.
Sama halnya dengan orang-orang Kristen pertama, banyak sekali niat buruk dan kedengkian di antara mereka yang mana satu kelompok menuduh kelompok yang lain bukan “Kristen sejati”, tidak mengerti isi Alkitab, dan dibimbing oleh Setan. Bagi orang Buddhis dan orang non-Kristen yang lain, ini sangatlah membingungkan. Kalau benar firman-firman Yesus tentang penyelamatan itu jelas, dan jika benar Tuhan berbicara dengan dan menuntun orang Kristen melalui doa, mengapa terdapat begitu banyak pertentangan dan permusuhan di antara mereka. (Catatan dari penterjemah: Orang-orang Kristen juga mungkin akan mengatakan bahwa adanya begitu banyak golongan dan sekte dalam ajaran agama Kristen dikarenakan penafsiran yang berbeda tentang Alkitab. Kalau kita mendengar jawaban seperti itu, ini jelas sangatlah membingungkan. Bagaimana tidak? Kalau Alkitab benar-benar adalah Firman Allah, dan umat Kristen dituntun oleh dan berbicara dengan Tuhan yang sama, bagaimana mungkin bisa ada perbedaan penafsiran? Itu berarti KALAU Tuhan ada, Tuhan tidaklah bisa berkomunikasi dengan baik, maka Tuhan itu tidaklah sempurna. Kalau berkomunikasi saja tidak bisa, bagaimana bisa menciptakan alam semesta ini? )
Perjamuan Terakhir
Alkitab telah memberikan kita keterangan yang sangat sedikit tentang kehidupan Yesus sampai dia berumur 30 tahun. Dan bahkan ketika dia pelayanan kepada umatnya dimulai, terdapat banyak kebingungan tentang apa yang terjadi dan waktu kejadian. Misalnya, Kitab Yohanes mengaku bahwa pembersihan tempat jemaah dilakukan pada awal pelayanan Yesus. (Yohanes 2:13-14) Tetapi di Kitab Lukas dituliskan pembersihan tempat jemaah dilakukan pada akhir pelayanan. (Lukas 19:45-46). Di satu pihak kita diberitahu bahwa Yesus tinggal dirumah Petrus dan kemudian menyembuhkan orang sakit kusta (Markus 1-29-45). Di pihak lain kita membaca dia menyembuhkan orang sakit kusta dan kemudian masuk ke rumah Petrus (Matius 8:1-2, 8:14). Di satu pihak kita membaca panglima Romawi berbicara langsung dengan Yesus (Matius 8:5); bertolak belakang dengan Kitab Lukas 7:1, panglima Romawi mengirim orang-orangnya untuk berbicara kepada Yesus. Di injil Markus kita diberitahu bahwa Yesus meninggalkan Tyre dan melewati Sidon untuk menuju Laut Galilea (Markus 7:31). Dengan melihat peta Israel, bisa dibuktikan bahwa perjalanan tersebut cukup mustahil terjadi karena Sidon berada di bagian yang berlawanan sama sekali. Orang Kristen akan dengan berat hati mengaku adanya, kesalahan-kesalahan di dalam Alkitab, tetapi juga mereka akan mengatakan bahwa kesalahan-kesalahan itu tidaklah penting. Mungkin memang tidak penting, tapi pengakuan itu dan kesalahan-kesalahan itu telah membuktikan bahwa Alkitab bukanlah tidak pernah salah, dan jika Alkitab ternyata memuat kesalahan-kesalahan tentang apa yang Yesus perbuat, maka Alkitab juga bisa saja memuat kesalahan-kesalahan tentang apa yang diucapkan oleh Yesus.
Bahkan ketika kita melihat kepada kejadian-kejadian penting dalam kehidupan Yesus, kita menjadi bingung sendiri. Marilah kita lihat dan teliti tentang Perjamuan Terakhir. Menurut kitab Matius, Markus dan Lukas, Perjamuan Terakhir Yesus terjadi pada hari suci Paskah orang Yahudi (Matius 26:17-20, Markus 14:12-17, Lukas 22:7-14). Kitab Yohanes, di pihak yang lain, mengatakan bahwa Perjamuan Terakhir terjadi di hari sebelum Paskah (Yohanes 19:14). Matius, Markus, Lukas dan Yohanes adalah murid Yesus yang berada di Perjamuan Terakhir bersama Yesus. Mereka juga seharusnya adalah murid-murid Yesus yang ingat secara jelas dan menuliskan semua ajaran Yesus. Kalau mereka tidak bisa mengingat hari Perjamuan Terakhir dengan benar, bagaimana kita bisa tau kalau mereka bisa mengingat ajaran Yesus dengan benar?
Yesus Diadili
Sekarang marilah kita lihat bagian paling penting dari kehidupan Yesus, pengadilan terhadap Yesus. Seperti yang dijelaskan di Alkitab, telah bisa kita tebak bahwa pengadilan itu penuh dengan kontradiksi, tetapi pengadilan tersebut juga menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Pengadilan itu sendiri dan kejadian-kejadian sebelum pengadilan, biasanya dijelaskan oleh orang Kristen sebagai berikut: Yesus masuk ke kota Yerusalem menunggang seekor keledai menyambut sorak-sorai dari penduduk kota tersebut. Kemudian Yesus ditangkap oleh pengikut dari pendeta-pendeta Yahudi yang kemudian memukulnya dan menyerahkannya kepada prajurit Romawi.
Gubernur Romawi, Pontius Pilatus, tidak bisa menemukan kesalahan pada diri Yesus, tetapi para pemuka agama Yahudi tetap memaksakan bahwa Yesus bersalah. Karena tidak mampu membuat keputusan, Pontius Pilatus memutuskan untuk menanyakan kepada orang banyak, lepaskan Yesus? Ataukah lepaskan seorang pengacau Yahudi? Orang-orang berteriak meminta pengacau orang Yahudi itu dilepaskan, dan minta Yesus disalibkan. Akhirnya Pilatus dengan terpaksa menjatuhkan hukuman kepada Yesus.
Apakah benar pengadilan itu berjalan seperti yang diceritakan di atas? Marilah kita lihat. Kita diberitahu bahwa Yesus menunggang keledai masuk ke Yerusalem dan disambut dengan sorak-sorai oleh orang banyak, menjulurkan jubah mereka di atas jalan dan memujinya sebagai raja mereka. (Markus 11: Tetapi sehari sesudahnya, orang-orang banyak berteriak menuntut disalibkannya Yesus (Markus 15:12-14). Perubahan dari puji-pujian yang berlebihan menjadi kebencian yang tiba-tiba ini sangatlah sulit untuk dijelaskan. Kemudian Yesus dihadapkan kepada Pontius Pilatus. Alkitab menjelaskan bahwa Pontius Pilatus adalah seorang yang tidak bisa menemukan kesalahan Yesus, tetapi dipaksa oleh pendeta-pendeta Yahudi untuk menyalibkannya. Ini jelas saja tidak mungkin. Kerajaan Romawi sangat terkenal akan pemerintahan yang kuat dan efektif; sistem pengadilan mereka terkenal akan keadilannya dan tentu saja pemerintah Romawi tidak mungkin mengirimkan seorang pemimpin yang penuh bimbang untuk memimpin wilayah yang penuh masalah. Siapa yang bisa percaya bahwa seorang Gubernur Romawi bersedia membiarkan rakyat-rakyatnya untuk membuat keputusan pengadilan dan memberitahu dia bagaimana menjalankan pengadilan yang benar?
Alkitab mengatakan bahwa Pilatus menanyakan orang banyak tentang apakah mereka mau Yesus atau Barabas untuk dilepaskan. (Lukas 23:13-18), dan ketika mereka mneyebut Barabas, Barabas dilepaskan dan Yesus yang dihukum. Kredibilitas telah ditarik sampai ujung terjauh. Kita diminta untuk percaya bahwa seornag gubernur Romawi mau menghukum orang yang dia temukan tidak bersalah dan membebaskan seorang pengacau yang terlibat dalam pembunuhan untuk menggulingkan kekuasaan Romawi. (Lukas 23:19). Orang Romawi tidak menaklukkan dan memerintah Eropa, Afrika, dan Timur Tengah dengan membebaskan pemberontak yang berbahaya. Mereka sangatlah kuat, adil dan tidak pandang bulu terhadap semua yang melawan mereka. Maka bisa kita simpulkan bahwa pernyataan orang Kristen tentang pengadilan Yesus tidaklah meyakinkan.
Kalau kita membaca apa yang Yesus ucapkan di pengadilannya, kita bisa melihat bahwa semua pernyataan tentang pengadilan itu adalah dibuat-buat. Menurut Injil Matius, ketika sedang diadili Yesus “tidak memberikan jawaban” (Matius 27:12) dan “tidak menjawab pertanyaan, bahkan tidak kepada satu tuduhan pun, yang mana mengejutkan sang gubernur.” (Matius, 27:1-4). Dalam pernyataan yang sama sekali bertolak belakang, Kitab Yohanes mengklaim bahwa Yesus menjawab semua tuduhan, menanyakan pertanyaan dan berbicara banyak selama pengadilan. (Yohanes 18:33-37). Mana dari kedua ini yang benar? Apakah Yesus diam? Apakah Yesus berbicara? Seperti halnya kitab Yohanes, kitab Lukas juga mengatakan bahwa Yesus banyak berbicara selama persidangan. Tetapi jika kita membandingkan pernyataan Yohanes dengan pernyataan Lukas, kita menemukan bahwa hampir semua kalimat yang diucapkan dalam ayat-ayat tersebut berbeda. (Bandingkan Yohanes 18:33-37 dengan Lukas 22:66-70). Tentunya, klaim-klaim orang Kristen bahwa Alkitab itu sangat akurat, dokumen sejarah yang bisa dipercaya adalah tidak benar.
Apa Yang Terjadi Kepada Yudas?
Yudas adalah murid yang mengkhianati Yesus. Setelah dia mengkhianati Yesus, diberitakan dia meninggal tak lama kemudian. Di kisah ini, seperti kejadian-kejadian yang lain, Alkitab memberikan kepada kita beberapa cerita yang membingungkan.
Matius 27:3-8 menceritakan Yudas merasa berdosa telah menyerahkan Yesus yang dihukum mati, lalu mengembalikan tiga puluh perak itu kepada imam-imam kepala dan tua-tua, kemudian Yudas menggantung dirinya. Tiga puluh perak itu dipakai oleh mereka sebagai tempat pekuburan orang asing yang disebut Tanah Tukang Periuk.
Di kitab yang lain dilaporkan cerita yang lain pula. “Yudas ini telah membeli sebidang tanah dengan upah kejahatannya, lalu ia jatuh tertelungkup, dan perutnya terbelah sehingga semua isi pertunya tertumpah ke luar. Hal itu diketahui oleh semua penduduk Yerusalem, sehingga tanah itu mereka sebut dalam bahasa mereka sendiri “Hakal-Dama”, artinya Tanah Darah.” (Kisah Para Rasul 1:18-19)
Apakah Yudas yang membeli ladang itu ataukah para ketua agama? Apakah Yudas menggantung dirinya ataukah dia jatuh dan seluruh isi tubuhnya menyembur keluar?
Kata-kata Terakhir Yesus
Banyak dari ajaran Kristen yang berdasarkan pada satu kata atau kalimat yang mana dikabarkan adalah ucapan Yesus. Untuk membuktikan kebenaran dari kepercayaan mereka, orang-orang Kristen akan cepat-cepat membuka Alkitab mereka dan berkata,”Nah, terbukti Alkitab itu benar!” Mereka berpendapat bahwa semua frase, semua kalimat, semua kata yang ada di dalam Alkitab adalah yang diucapkan oleh Yesus. Kita telah melihat bahwa Injil adalah dokumen yang membingungkan akan apa yang dilakukan dan diucapkan oleh Yesus. Bahkan kenyataannya, kata-kata terakhir Yesus saja juga teringat dengan akurat. Menurut Matius, kata-kata terakhir Yesus adalah: “Tuhanku, Tuhanku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Matius 27:46). Menurut Markus, Yesus hanya berteriak keras-keras lalu meninggal (Markus 15:37). Menurut Lukas, Yesus berkata,”Bapa, ditanganMulah saya serahkan rohku” (Lukas 23:46). Menurut Yohanes, kata-kata terakhir Yesus adalah,”Selesailah sudah.” (Yohanes 19:30). Sekali lagi kita melihat perbedaan-perbedaan dan pertentangan-pertentangan yang membuat kita mustahil untuk percaya.
Kebangkitan
Apakah benar Yesus meninggal dan bangkit di antara orang-orang mati setelah tiga hari? Laporan tentang kejadian yang paling penting dari empat kitab awal Perjanjian Baru adalah begitu membingungkan dan penuh pertentangan. Sehingga usaha untuk membuat orang yang netral menjadi ragu adalah sangat mudah. Sampai ke tahap ini, para pembaca diminta untuk mempersiapkan Alkitab untuk memeriksa ayat-ayat yang dikutip. Kita akan melihat keempat laporan tentang Kebangkitan Yesus berbeda di hampir semua aspek detil.
Kapankah Kebangkitan itu terjadi?
Keempat dari Injil awal Perjanjian Baru setuju bahwa kebangkitan terjadi di hari Minggu pagi. (Matius 28:1, Markus 16:1, Lukas 24:1, Yohanes 20:1)
Siapa yang pergi ke kubur?
Disinilah masalahnya dimulai. Matius berkata bahwa dua Maria pergi ke kubur (Matius 28:1); Markus berkata bahwa kedua Maria, Salomo pergi ke kubur (Markus 16:1); Lukas berkata kedua Maria, Joanna dan beberapa wanita lain pergi ke kubur (Lukas 24:10); dan Yohanes berkata Maria pergi sendiri (Yohanes 20:1). Orang Kristen mengatakan bahwa Alkitab tidak mengandung kesalahan, tetapi kenyataannya dalam topik ini saja sudah terdapat begitu banyak kesalahan. Mereka mengklaim bahwa orang-orang yang menulis Injil diilhami oleh Tuhan ketika menulis kitab-kitab tersebut, tetapi ternyata ilham itu tidak cukup untuk menyajikan kebenaran.
Apakah ada gempa bumi?
Matius mengatakan bahwa pada saat itu ada “gempa bumi yang luar biasa” (Matius 28:2), tetapi mengapa ketiga kitab-kitab yang lain gagal untuk menjelaskan gempa tersebut? Seharusnya gempa yang luar biasa yang terjadi pada waktu yang begitu penting akan sulit untuk dilupakan. Adalah jauh lebih mungkin kalau Matius hanya mengarang-ngarang cerita dan menambah kesan drama di dalam kitabnya, dalam kata lain dia berbohong.
Ada berapa malaikat?
Yang berikutnya, Matius mengklaim bahwa malaikat yang hadir di hadapan kedua wanita, mendorong pintu dari batu dan duduk di atas pintu tersebut. (Matius 28:2). Dia juga mengatakan bahwa para penjaga kubur itu begitu takut mereka menjadi pingsan (Matius 28:4). Cerita Markus lain lagi. Dia mengatakan bahwa pintunya sudah terbuka terlebih dahulu sebelum wanita-wanita itu sampai, sehingga wanita-wanita itu masuk ke dalam kubur dan melihat malaikat di dalam kubur itu. (Markus 16:4-5). Dan Markus tidak menceritakan adanya penjaga kubur. Cerita Lukas bahkan lebih berdayacipta tinggi. Dia mengatakan bahwa wanita-wanita itu masuk ke dalam dan melihat bukan satu, tapi dua malaikat. (Lukas 24:4).Tentunya ada dari penulis Injil itu yang tidak berkata dengan benar. Yohanes mengklaim bahwa Maria pergi ke kubur itu sendiri, melihat pintu batu terbuka, lari untuk memberitahu murid-murid yang lain dan ketika murid-murid yang lain masuk ke dalam kubur, Maria menunggu di luar. Setelah semuanya pulang, Maria menunggu di kubur, dan ketika sedang menunggu, kedua malaikat muncul di hadapannya, dan Yesus juga hadir meskipun Maria tidak bisa mengenalnya. (Yohanes 20:12-14). Dan berdasarkan “bukti-bukti” yang diputarbalikkan inilah para orang Kristen berpijak.
Apakah Yesus Tuhan?
Orang Kristen sering berkata bahwa Yesus adalah Tuhan. Sekarang marilah kita lihat apakah ada kebenaran terhadap klaim tersebut. Kalau Yesus adalah Tuhan, sangatlah aneh karena dia tidak pernah mangaku dirinya Tuhan. Tidak ada satu ayatpun di dalam Alkitab di mana Yesus secara pasti berkata,”Sayalah Tuhan.” Orang Kristen akan tidak setuju terhadap hal ini dan mengatakan bahwa Yesus sering menyebut dirinya Anak Allah. Tetapi, Alkitab secara jelas menyatakan bahwa siapapun yang baik dan percaya, layak disebut Anak Allah. Seperti contoh, Yesus menyebut Adam, anak Allah. (Lukas 3:38)
“Dan di tempat, di mana akan dikatakan kepada mereka: “Kamu ini bukanlah umat-Ku,” di sana akan dikatakan kepada mereka: “Anak-anak Allah yang hidup.” (Roma 9:26)
“Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuh-musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.” (Matius 5:44-45)
“Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus.” (Galatia 3:26)
Yesus disebut sebagai Putra Allah yang tunggal (diperanakkan). Bahkan sebutan inipun tidaklah luar biasa. Di Psalms, Tuhan berkata kepada Daud,”Aku menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: “Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini.”(Mazmur 2:7). Bahkan kenyataannya, Yesus berkata secara jelas bahwa ketika dia menyatakan dirinya anak Allah, dia tidak memaksudkan dirinya sebagai Tuhan / Allah atau berhubungan dengan Tuhan dalam arti yang sebenarnya. Ketika para pendeta Yahudi mengkritik Yesus yang mengklaim dirinya setara dengan Allah, Yesus berkata:
“Kata Yesus kepada mereka: “Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah Allah? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah – sedangkan Kitab Suci tidak dapat dibatalkan-, masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?” (Yohanes 10:34-36)
Orang-orang Kristen akan memprotes bahwa kutipan “anak allah” tidaklah ditulis di dalam huruf besar. Tetapi ketika Yesus mengklaim dirinya, huruf besarlah yang dipakai sehingga tertulis “Anak Allah”. (Catatan dari penterjemah: Kita semua tau bahwa huruf besar dan huruf kecil tidak ada bedanya ketika diucapkan. Misalnya: huruf besar “A” tidak diucapkan dengan membuka mulut lebih besar daripada mengucapkan huruf kecil “a”.) Akan tetapi huruf-huruf besar untuk membuat sebuah frase menjadi luar biasa atau untuk penekanan adalah inovasi dari bahasa Inggris moderen.
(Catatan dari penterjemah: Dan juga inovasi dari bahasa Indonesia dan banyak bahasa di dunia)
Di dalam bahasa Yunani dan Aramaic, bahasa-bahasa yang dipakai untuk menulis Perjanjian Baru, huruf-huruf besar tidak pernah dipakai, sehingga perbedaan “anak allah” dan “Anak Allah” tidak pernah ada. Orang-orang Kristen sangat cerewet terhadap klaim Yesus sebagai Anak Allah, tetapi seperti yang telah kita lihat, sama sekali tidaklah unik ataupun special terhadap klaim ini. Orang-orang Kristen akan berdalih bahwa pemakaian “anak Tuhan” digunakan dalam dua cara – sebagai julukan kepada orang yang suci dan sebagai Anak Allah, Yesus yang tadinya bersama dengan Allah Bapa di surga dan turun ke dunia. Tetapi di dalam julukan Anak Allah kepada Yesus juga tidaklah unik. Alkitab menjelaskan bahwa Allah Bapa mempunyai beberapa putra yang bersama denganNya di surga, yang kemudian turun ke dunia dan hidup bersama manusia seperti yang dilakukan Yesus, turun ke dunia.
“Ketika manusia itu mulai bertambah banyak jumlahnya di muka bumi, dan bagi mereka lahirlah anak perempuan, maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka, Berfirmanlah TUHAN: “Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja.” (Kejadian 6:1-3)
Di dalam Alkitab, Jesus dipanggil sebagai Anak Manusia lebih dari 80 kali Akan tetapi di Alkitab juga tercantum bahwa di mata Allah Bapa, Anak Manusia tidaklah lebih dari sekedar seekor ulat. (Ayub 25:6). Bagaimana mungkin orang-orang Kristen menganggap Anak Manusia sebagai Tuhan sedangkan Alkitab sendiri menyatakan Anak Manusia tidak lebih dari seekor ulat?
Kemudian orang-orang Kristen akan bersikeras bahwa Yesus dipanggil Mesias, tapi sekali lagi tidaklah aneh untuk dipanggil Mesias. Di dalam bahasa Ibrani “mashiah” yang mana bahasa Yunaninya adalah “yang diurapi”, dan istilah ini digunakan untuk menyatakan siapa saja yang dikirim oleh Tuhan Allah untuk membantu orang Israel. Bahkan seorang yang bukan keturunan Yahudi juga bisa dipanggil Mesias. Alkitab bahkan memanggil penyembah berhala Raja Persia Sirus sebagai Mesias karena dia telah membiarkan orang-orang Tuhan untuk kembali ke tanah asal mereka. (Yesaya 45:1). Hanya karena Yesus dipanggil Mesias tidak membuktikan bahwa Yesus adalah Tuhan. Kenyataannya, di seluruh isi Alkitab, Yesus selalu menekankan dengan jelas bahwa dia bukanlah Tuhan. Ketika seseorang memanggil Yesus “seorang guru yang baik” Yesus berkata: “Jawab Yesus; “Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain daripada Allah saja.” (Lukas 18:19)
Kalau Yesus benar-benar adalah Tuhan, lalu mengapa dia menyangkal bahwa dia itu baik? Kita diberitahu bahwa Yesus berdoa, akan tetapi kalau Yesus adalah Tuhan, mengapa dia perlu berdoa kepada dirinya sendiri? Dan ketika Yesus berdoa, dia berkata kepada Tuhan,”bukan keinginankulah, tetapi keinginanMu” (Lukas 22:42). Cukup jelaslah sekarangYesus telah menyatakan dengan jelas adanya perbedaan antara keinginan Tuhan dengan keinginannya. Yesus berkata bahwa tidak seorangpun pernah melihat Tuhan. (Yohanes 1:18), yang mengartikan bahwa ketika orang-orang melihat dia, mereka tidaklah sedang melihat Tuhan. Sekali lagi Yesus berkata dia tidak bisa melakukan segala sesuatu tanpa Tuhan.
“Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya: “Aku berkata kepadamu: sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari dir-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.” (Yohanes 5:19)
“Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.” Yohanes 5:30
“Maka kata Yesus: “Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku.” (Yohanes 8:28).
Kalau Yesus adalah Tuhan, dia bisa berbuat apa saja yang dia inginkan, dan dalam ayat-ayat di atas, dan lusinan ayat yang lain dia membuat jelas bahwa dia dan Tuhan tidak sama. “Bapa lebih besar daripada Aku” (Yohanes 14:28) menjelaskan dengan sejelas-jelasnya bahwa dia tidaklah sebesar Tuhan, maka dia berbeda daripada Tuhan. Dia berkata: “Setiap orang yang melawan Anak Manusia, ia akan diampuni; tetapi barangsiapa menghujat Roh kudus, ia tidak akan diampuni.” (Lukas 12:10)
Sekarang, kalau Yesus dan Roh Kudus adalah sama, untuk mengutuk yang satu sama artinya dengan seseorang telah mengutuk yang lain. Di dalam Alkitab, kita diberitahu bahwa tidak ada seorangpun yang lahir daripada wanita bisa menjadi suci. (Ayub 25:4). Yesus dilahirkan dari seorang wanita, ibunya Maria, maka tentunya Yesus itu adalah tidak suci. Kalau Yesus tidak suci, bagaimana mungkin Yesus itu Tuhan?
Kita diberitahu bahwa Yesus meninggal selama 3 hari sebelum naik ke surga. Bagaimana mungkin Tuhan bisa mati? Siapa yang menjaga alam semesta ini ketika dia mati? Yesus berkata bahwa pada akhir dunia ini, dia akan duduk di sebelah kanan Allah Bapa untuk mengadili dunia ini (Lukas 22:69). Jika Yesus dan Tuhan adalah sama, bagaimana mungkin? Telah cukup jelas bahwa keduanya itu terpisah dan berbeda. Dan sekali lagi Daud digambarkan duduk di sebelah kanan Bapa. Jadi untuk bisa mengadili, seseorang tidaklah harus menjadi Tuhan. (Mazmur 110:1) Kita diberitahu bahwa Yesus berada di antara manusia dan Tuhan.
“Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus.” (I Timotius 2:5) Ayat tersebut telah jelas menyatakan bahwa Yesus bukanlah Tuhan, dan kalau dia adalah Tuhan, bagaimana mungkin dia berdiri di antara Tuhan dan manusia? Ayat tersebut juga mengatakan bahwa Yesus adalah seorang manusia (lihatlah juga Kisah Para Rasul 17:30-31).
Di dalam buku Matius dan Lukas (Matius 1:16, Lukas 3:23) kita diberitahu nama-nama dari ayah Yesus, ayah dari ayah Yesus, dan seterusnya sampai ke beberapa generasi sebelumnya. Kalau Tuhan benar-benar adalah ayah Yesus, mengapa di Alkitab tercantum nama-nama nenek moyang Yesus dari pihak ayah Yesus? Orang-orang Kristen telah mengklaim untuk selamanya bahwa Yesus itu Tuhan dan pada saat yang sama dia juga adalah anak Tuhan. Bagaimana mungkin bisa terjadi? Bagaimana mungkin seorang ayah bisa menjadi anaknya dan dirinya sendiri pada saat yang bersamaan? Dan untuk membuat hal lebih membingungkan lagi, Roh Kudus di bawa ke dalamnya, dan kita diminta untuk percaya bahwa Yesus, Tuhan dan Roh Kudus adalah berbeda tetapi sama.
Klaim-klaim orang-orang Kristen bahwa Yesus adalah Tuhan bertentangan dengan apa yang telah ditulis di Alkitab. Ide bahwa Yesus adalah Tuhan sangat berlawanan dengan akal sehat dan menimbulkan masalah-masalah logika. Kalau saja kita melihat Yesus seperti apa adanya, seorang nabi dan pembaharu, semua problem di atas tidak mungkin muncul.
Apakah Yesus Sempurna?
Kalau seorang guru agama adalah sempurna, kita akan mengharapkan tingkah laku dari orang yang sempurna itu haruslah juga sempurna, tidak mungkin bisa dipersalahkan. Ajarannya juga hendaknya sangat manusiawi dan bisa dijalankan, dan adanya kemantapan (konsistensi) antara apa yang di ajarkan dan apa yang mereka sendiri perbuat. Yesus, tentunya, menyangkal bahwa dia itu sempurna. (Lukas 18:19) akan tetapi meskipun telah ada penyangkalan ini yang disertai oleh bukti-bukti Alkitab, orang-orang Kristen tetap saja menyatakan bahwa Yesus itu sempurna. Mereka harus menyatakan Yesus sempurna, karena mereka telah salah mengartikan, di mana bagi mereka Yesus adalah Tuhan – bagaimana mungkin Tuhan itu tidak sempurna? Orang-orang Buddha percaya bahwa Yesus adalah seorang manusia yang baik, seperti halnya juga para pendiri agama-agama lain di dunia juga adalah orang yang baik. Tetapi Yesus tidaklah mencapai penerangan sempurna seperti Sang Buddha, tentunya Yesus tidaklah sempurna. Seperti orang-orang lain yang tidak mencapai kesunyataan, Yesus terkadang berbuat kesalahan, beberapa hal yang dia ajarkan itu tidak bisa diterapkan, dan terkadang dia sendiri gagal untuk menjalankan apa yang dia ceramahkan kepada orang lain. Marilah kita buktikan sendiri.
Ajaran-ajaran etika Yesus sering digambarkan sebagai “sangat agung”, “mulia”, “sempurna sama sekali” dan lain-lain. Tapi apakah benar? Marilah kita melihat ajarannya tentang perceraian. Di dalam Perjanjian Lama, perceraian diperbolehkan atas dasar beberapa keadaan, yang tentunya ketika dua orang sepasang telah tidak lagi saling mencintai atau sudah saling tidak cocok, adalah hal yang paling manusiawi. Tetapi Yesus malah mengambil pandangan yang sangat ekstrim terhadap perceraian, dengan mengatakan bahwa perceraian itu diperbolehkan atas dasar perzinahan: “Telah difirmakan juga: Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah.” (Matius 5:31-32)
Ajaran yang buruk ini telah mengartikan bahwa hingga akhir-akhir ini di negara-negara Kristen, jutaan pasangan telah terperangkap di dalam rumah tangga yang tidak bercinta dan tidak bahagia, tetapi tidak boleh bercerai. Ini juga telah berarti bahwa begitu banyak wanita yang akhirnya bisa bercerai dari suaminya tanpa berzinah, dicap sebagai orang yang melakukan perzinahan kalau mereka menikah lagi. Ajaran Yesus yang satu ini saja telah menyebabkan banyak penderitaan dan kesakitan hati yang tidak bisa dilukiskan. Sebuah contoh lain dari ajaran Yesus yang jauh dari sempurna ini adalah sikapnya terhadap uang. Yesus tampaknya memiliki kebencian terhadap orang kaya: “Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu. Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karna kamu akan berdukacita dan menangis.” (Lukas 6:24-25)
Memang benar orang kaya itu terkadang serakah, tidak berpikir panjang (seperti halnya juga ada orang miskin yang begitu). Tetapi Yesus tidak menyatakan kalau orang kaya itu serakah dan tidak berpikir panjang. Orang-orang kaya dikutuk hanya karena mereka kaya. Pernah sekali, seorang pria muda meminta jawaban dari Yesus tentang bagaimana seseorang bisa mendapatkan kehidupan abadi, Yesus akhirnya berkata: “Kata Yesus kepadanya: “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, buanglah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku.”" (Matius 19:21)
Yesus bahkan sampai mengatakan sejauh ini, bahwa adalah mustahil bagi orang kaya untuk masuk surga.
“Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sekali lagi aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” (Matius 19:23-24)
Tentu saja orang-orang Kristen tidak pernah memperhatikan ucapan Yesus yang satu ini, karena jika benar mereka memperhatikan dan menjalankan ajaran Yesus ini, semua negara Kristen di dunia ini akan runtuh ekonominya, dan semua kualitas baik tentang kewirausahaan yang menghasilkan kebaikan, akan musnah. Ajaran yang tidak bisa dijalankan dan tidak adil dari Yesus ini sangatlah berbeda dengan sikap Sang Buddha terhadap kekayaan.
Apakah itu kebahagiaan terhadap pemilikan? Di dalam ini, seorang kepala keluarga memiliki kekayaan yang didapat dengan usaha yang penuh tenaga, yang didapat dari kekuatan tangan dan keringat dari kening, yang didapat secara adil dan patuh hukum. Ketika dia memikirkan tentang hal ini, dia merasakan kebahagiaan dan kepuasan.
Dan apakah itu kebahagiaan akan kekayaan? Di dalam ini, seorang kepala keluarga mempunyai kekayaan yang didapat secara adil dan patuh hukum, dan dengan kekayaannya itu, dia melakukan banyak perbuatan baik. Ketika dia memikirkan tentang hal ini, dia merasakan kebahagiaan dan kepuasan. Dan apakah itu kebahagiaan akan kebebasan dari hutang? Di dalamnya, seorang kepala rumah tangga tidak berhutang kepada siapapun, besar ataupun kecil, dan ketika dia berpikir tentang hal ini, dia merasakan kebahagiaan dan kepuasan. (Anguttara Nikaya, Book of Fives, Sutta No.41)
Beliau juga mengerti bahwa dengan tingkah laku yang benar, orang-orang yang kaya dapat melakukan hal-hal yang baik dengan uang yang mereka dapat.
Dengan kekayaan yang didapat dari kerja yang penuh tenaga, didapat dari kekuatan tangan, dan keringat dari kening secara patuh hukum dan adil, seorang murid yang mulia membuat dirinya, ibu dan ayahnya, istri dan anak-anaknya, pembantunya dan orang yang bekerja kepadanya dan teman-teman serta kenalannya senang dan bahagia – dia menciptakan kebahagiaan yang sempurnna. Inilah kesempatan pertama yang diraih olehnya, digunakan untuk kebaikan dan dipakai secara benar. (Anguttara Nikaya, Book of Fives, Sutta No.41)
Maka, daripada tidak mengikutsertakan semua orang yang kaya dari kehidupan beragama seperti yang dilakukan Yesus, Sang Buddha mengajarkan mereka untuk menghasilkan uang dengan jujur dan menggunakan kekayaan mereka untuk kepentingan orang banyak dan masyarakat pada umumnya.
Akan tetapi ajaran Yesus yang telah menghasilkan lebih banyak masalah daripada ajaran-ajarannya yang lain adalah pernyataan yang dia buat bahwa dia dan hanya dia yang bisa memberikan penyelamatan. (Yohanes 14:6). Sehingga tak bisa digugat lagi dari pernyataan di ayat di atas bahwa semua agama lain hanya akan mengakibatkan satu-satunya alternatif lain – neraka. Pernyataan ini juga telah mengartikan bahwa agama-agama lain mengajarkan kejahatan. Secara menyedihkan sekali, pernyataan yang dibuat oleh Yesus ini telah menjadi akar ciri khas utama dari orang-orang Kristen – tidak toleransi. Orang-orang Kristen selalu mempersamakan orang-orang yang tidak percaya kepada Yesus sebagai orang jahat, dan telah menuduh orang yang tidak percaya sebagai orang yang tidak bertuhan, orang jahat, orang keras kepala, penyembah berhala, orang-orang tercela, pengikut ajaran nabi-nabi palsu, pemuja setan. (Lihatlah 2 Petrus 2:1-22)
“Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-ornag yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakan terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: “Aku akan diam bersama-sama dengan mereka, dan hidup di tengah-tengah mereka, dan aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku.” (2 Korintus 6:14-16)
Paulus menanyakan, kemiripan apa yang muncul antara orang Kristen dan seorang Buddha? Berhubung Paul adalah seorang penginjil yang fundamental (keras), bahwa kenyataan ajaran Buddhis yang penuh kasih sayang, belas kasihan, keikhlasan, kesabaran, kerendahan hati, kejujuran seperti yang Paulus sendiri perbuat, tidak ada artinya sama sekali. Hanya karena seorang beragama Buddha tidak percaya bahwa Yesus itu Tuhan, telah menganggap orang Buddhis tersebut sebagai penuh akan kejahatan dan kegelapan; seorang pemuja setan yang harus dihindari, dan patut masuk neraka.
Ini adalah tragedi besar tentang Kristiani – semakin kuat iman orang Kristen kepada Yesus, biasanya orang itu semakin memihak, semakin fanatik dan semakin tidak toleransi. Sangatlah melegakan bagi kita umat Buddhis untuk bisa berlindung kepada Buddha, dan masih bisa menghormati dan mengagumi Lao Tzu, Nabi Muhammad, Krishna, Guru Nanak, dan lain-lain. Alangkah menyenangkan untuk bisa berkomunikasi dengan orang lain tanpa harus punya keinginan untuk mengajak pindah agama. Sungguh mulia untuk bisa turut bergembira melihat kebahagiaan orang lain terhadap agama mereka masing-masing. Orang Kristen tidak toleransi karena mereka terobsesi kepada Yesus dan menyingkirkan semua yang tdiak percaya kepadanya. Buddhisme adalah ajaran yang toleran, karena Buddhisme mengagungkan kebijaksanaan dana belas kasihan, dan dapat hidup damai dengan siapapun, apapun agama mereka, yang melaksanakan kualitas kebijaksanaan, belas kasihan, dan toleransi.
Mukjizat-mukjizat
Beberapa hal yang paling kacau yang tentang Yesus adalah mukjizat-mukjizat yang dia katakan bisa dia lakukan. Salah satu yang paling terkenal adalah membangkitkan Lazarus dari kematian. Lazarus telah meninggal setidaknya empat hari dan mungkin telah di surga, ketika keluarganya sedang sedih dan berduka. Dengan membangkitkan dia dari kematian, Yesus memang telah menunjukkan kekuatannya, tetapi apa yang Lazarus dan keluarganya dapat dari kebangkitan Lazarus itu? Lazarus dipindahkan dari surga kembali ke “lembah penuh air mata” ini hanya untuk mati sekali lagi suatu saat di masa yang akan datang, dan keluarganya akan harus berduka dan bersedih sekali lagi. (Yohanes 11:1-4)
Untuk orang Buddhis, keajaiban seperti ini, meskipun kalau benar-benar terjadi, tampaknya tidak perlu, dan bahkan dianggap kejam. Hal yang lebih bisa diterapkan dan manusiawi adalah cara pandang Sang Buddha tentang kematian. Pada suatu kesempatan, seorang ibu muda yang bernama Kisagotami datang kepada Buddha dengan membawa anaknya yang telah mati, hatinya terkacaukan oleh duka yang dalam, dan memohon kepada Buddha untuk memberi obat kepada anaknya. Penuh dengan belas kasihan, Sang Buddha meminta ibu tersebut untuk pergi dan mendapatkan biji mustard dari sebuah rumah yang tidak pernah ada satu anggota keluargapun yang meninggal. Dalam proses mencari biji mustard tersebut, Kisagotami secara berangsur-angsur sadar bahwa kematian adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan dan dia dapat meenguasai kedukaannya. (Dhammapada Atthakatta, Book 8,13).
Yesus mempertontonkan keajaiban yang tampaknya membuat orang tidak mendapatkan apapun dari keajaiban itu. Sang Buddha dengan lembut dan pintarnya mengarahkan orang untuk menjadi mengerti. Inilah yang diartikan oleh Sang Buddha bahwa pendidikan adalah keajaiban tertinggi. (Digha Nikaya, Sutta No.11)
Mukjizat Tuhan yang lain di mana Yesus tampaknya tidak memberikan pemikiran yang matang terhadap akibat dari apa yang dia perbuat adalah keajaiban yang katanya diperbuat oleh Yesus di Godara. Seorang telah dirasuki oleh setan, dan sebelum Yesus mengusir setan tersebut, iblis-iblis meminta Yesus apakah Yesus bersedia mengirim iblis ke peternakan babi terdekat. Yesus mengabuli permintaan iblis tersebut dan mengirim iblis-iblis tersebut ke dalam tubuh babi-babi, yang kemudian lari-lari kerasukan menuju tebing danau dan menceburkan diri. (Markus 5:1-13). Orang yang dirasuki setan itu tentunya sangat berterimakasih kepada apa yang dilakukan Yesus, tetapi ini membuat kita berpikir, apa yang dipikirkan oleh pemilik babi-babi tersebut. Dengan matinya ternak bagi tersebut, tentunya menimbulkan kesulitan keuangan bagi pemilik babi tersebut. Tidaklah mengherankan, kita dikabarkan bahwa setelah kejadian tersebut, orang-orang dari desa terdekat datang kepada Yesus dan memohon kepadanya untuk meninggalkan daerah tersebut. (Markus 5:17). Perhatikanlah bahwa Matius juga menceritakan cerita yang sama tetapi telah menambah bumbu cerita dengan menyatakan bahwa bukan satu tetapi dua orang yang dirasuki iblis. (Matius 8:28-32)
Apa yang dianggap keajaiban ini juga telah menonjolkan ketidakpedulian total Yesus terhadap alam. Dia bisa saja melenyapkan iblis-iblis tersebut tetapi malah memilih untuk menyingkirkan iblis denga cara yang paling kejam, yaitu dengan meyebabkan kematian dari mahluk-mahluk yang tidak bersalah. Dalam kesempatan lain, dia menggunakan tenaga ajaibnya untuk membunuh sebatang pohon ara hanya karena pohon ara tersebut tidak bisa berbuah. (Matius 21:18-20). Ternyata dia tidak pernah memikirkan bahwa binatang lain bisa saja memakan daun dari pohon tersebut, burung-burung bisa bersangkar di dahan-dahannya, pelancong-pelancong bisa beristirahat dan berteduh di bawah pohon itu, dan akar pohon tersebut bisa mencegah erosi tanah yang disebabkan oleh hujan dan angin – yang mungkin menjelaskan mengapa pohon itu tidak dibunuh oleh orang-orang. Tidak ada satupun keuntungan yang didapat dari membunuh pohon – pembunuhan ini tidak lebih dari sekedar perusakan yang sia-sia.
Di saat di mana mukjizat-mukjizat yang dilakukan oleh Yesus itu tidak ada gunanya, mukjizat yang lain tampaknya telah muncul dari hal-hal yang bodoh. Suatu ketika, Yesus diundang ke perjamuan pernikahan. Setelah beberapa saat, tidak ada anggur yang tersisa untuk diminum, Yesus mengubah beberapa kendi air menjadi anggur. (Yohanes 2:1-11). Tidak diragukan lagi, tuan rumah sangatlah berterimakasih karena tidak harus pergi untuk membeli alkohol lagi, tapi mukjizat ini terlihat sedikit tidak pantas bagi Tuhan untuk turun menjadi manusia, datang ke dunia dan menggunakan kekuatannya demi orang tidak kehabisan minuman di saat sedang berpesta.
Ketidakteraturan Ajaran
Apa yang telah kita ucapkan di atas membuktikan bahwa meskipun ada beberapa ajaran Yesus yang baik, banyak sekali yang kejam, tidak bisa diterapkan, dan di dalam beberapa kasus, bodoh. Dan mungkin tidaklah mengherankan bahwa bukan orang-orang Kristen saja yang gagal menjalankan ajarannya, tetapi Yesus sendiri juga sering gagal menjalankan ajarannya sendiri. Dia mengajarkan kita untuk mencintai tetangga kita, tetapi dia tampaknya mempunyai masalah yang besar dalam penerapan ajarannya sendiri. Dia yakin bahwa ajarannya bisa membawa manusia ke surga dan dia juga yang secara khusus memerintahkan murid-muridnya untuk tidak mengajarkan agama Kristen kepada siapapun selain mengajarkan kepada kaumnya sendiri, orang Yahudi.
“Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: “Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” (Matius 10:5-6)
Ketika seorang wanita miskin yang sangat bersedih datang kepada Yesus memohon pertolongan, Yesus menolak untuk menolong hanya dikarenakan wanita miskin itu bukan seorang Yahudi. Mengajarkan Injil kepada orang Kanaan, kata Yesus, adalah seperti mengambil makanan dari anak kecil dan melemparkannya kepada anjing-anjing. (Catatan dari penterjemah: Dalam hal ini makanan itu diumpamakan sebagai ajaran Kristen. Dan anak-anak yang makannya dirampas itu adalah orang kaumnya sendiri, orang Yahudi. Dan anjing-anjing yang dimaksud adalah orang Kanaan. Seperti yang bisa kita lihat dari ayat berikut ini)
“Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita.” Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-muridNya datang dan meminta kepada-Nya: “Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak.” Jawab Yesus: “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkat: “Tuhan, tolonglah aku.” Tetapi Yesus menjawab: “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” (Matius 15:22-26)
Hanya setelah didesak oleh murid-muridnya, Yesus akhirnya memutuskan untuk membantu wanita itu. Itukah yang dinamakan mencintai tetanggamu sendiri? Yesus mengajarkan bahwa kita harus mencintai musuh kita, tetapi dia kelihatannya mengalami kesulitan dalam melakukan hal tersebut. Ketika seorang Faris mengkritik Yesus, dia membalasnya dengan semburan kata-kata kasar yang berisikan kutukan dan hujatan. (Dapat di baca di Yohanes 8:42-47, Matius 23:13-36) (Catatan dari penterjemah: Kalau Yesus yang dianggap Tuhan oleh orang Kristen sudah tidak bisa mencintai tetangga sendiri, bagaimana bisa Yesus mencintai musuh? Sesuatu yang mustahil! Dan buktinya Yesus membenci tetangganya sendiri, dan juga musuhnya sendiri. Apakah karena dirinya Tuhan (bagi orang Kristen), dia tidak bisa disalahkan dari kebenciannya kepada musuh maupun tetangga? Kalau guru yang mengajarkan saja tidak bisa mengamalkan sendiri, bagaimana murid bisa mengamalkan dengan baik? Teman-teman Buddhis, patutkah Anda dengan mudah dihasut untuk pindah masuk ke dalam ajaran agama yang membenci?)
Yesus berkata kita hendaknya tidak menghakimi orang lain (Matius 7:12) dan dia juga bilang bahwa dia sendiri tidak menghakimi siapapun (Yohanes 8:15). Tapi terlepas dari apa yang dia sendiri ajarkan, dia terus-menerus menghakimi dan mengutuk orang lain, bahkan dalam cara yang kasar dan dibesar-besarkan. (Yohanes 8:42-47, Matius 23:13-16)
Supaya sesuai dengan Perjanjian Lama, Yesus mengajarkan kita untuk menghormati orang tua kita (Matius 19:19) tetapi pada kesempatan yang lain dia mengajarkan kita untuk berbuat yang sebaliknya.
“Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.” (Lukas 14:26)
Ajaran tersebut meminta bahwa untuk mencintai Yesus, kita harus bersedia untuk membenci orang lain, bahkan orang tua kita sendiri. Sangatlah bertentangan dengan anjuran untuk menghormati orang tua – apalagi untuk mencintai tetangga! Pernah sekali ibu Yesus dan saudara-saudaranya datang untuk melihat dia ketika dia sedang berkotbah, malahan ibunya dan saudara-saudaranya di tolak secara kasar. “Lalu datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus. Sementara mereka berdiri di luar, mereka menyuruh orang memanggil Dia. Ada orang banyak duduk mengelilingi Dia, mereka berkata kepada-Nya: “Lihat, ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar, dan berusaha menemui Engkau.” Jawab Yesus kepada mereka: “Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?” Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu dan berkata: “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.” (Markus 3:31-35)
Suatu ketika ibunya berbicara kepadanya, dia mencela ibunya: “Kata Yesus kepadanya: “Mau apakah engkau kepada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.” (Yohanes 2:4) Dan Yesus yang melakukan ini kepada orang tuanya, malahan mengutuk orang Farisi yang mengajarkan orang untuk menghormati ayah dan ibu. (Matius 15:3-6, Markus 7:10-13)
Di dalam beberapa contoh, adalah tidak mudah untuk menuduh Yesus gagal untuk menjalankan apa yang dia kotbah atas dasar ajarannya sendiri yang saling bertentangan. Orang-orang Kristen sudah terbiasa dengan konsep pemikiran bahwa dia adalah “Yesus yang lemah lembut”, karena ajarannya yang “kalau ditampar pipi kiri, diberi pipi yang kanan” dan “untuk tidak menolak orang jahat” (Matius 5:39). Dan tentu saja, Yesus kelihatannya kadang-kadang telah melakukan apa yang dia ajarkan. Tetapi pada kesempatan-kesempatan yang lain, dia jelas-jelas menyatakan peranannya yang kejam.
“Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan ibunya, menantu perempuan ibu mertuanya, dan musuh-musuh ialah orang-orang seisi rumahnya.” (Matius 10:34-36)
Jelas sekali bahwa Yesus tidak melihat adanya kesalahan untuk menggunakan kekerasan, kalau diperlukan. Ketika dia melihat orang berdagang di depan rumah ibadah, Yesus kehilangan kendali emosi dan menyerang dengan kekerasan.
“Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya.” (Yohanes 2:15)
Sebelum Yesus ditangkap, Yesus meramalkan akan terjadi keributan, maka dia menyuruh murid-muridnya untuk bersiap-sedia dengan menggunakan senjata.
“Jawab mereka: “Suatupun tidak.” Kata-Nya kepada mereka: “Tetapi sekarang ini, siapa yang mempunyai pundi-pundi, hendaklah ia membawanya, demikian juga yang mempunyai bekal; dan siapa yang tidak mempunyainya hendaklah menjual jubahnya dan membeli pedang.”" (Lukas 22:36)
Ketika dia ditangkap, terjadi pertengkaran yang mana “salah satu dari teman Yesus mencabut pedangnya dan menyerang pembantu pemuka agama dengan memotong telinganya.” (Matius 26:51). Sangatlah sulit bagi orang Buddha untuk mempersatukan kelakuan kasar tersebut ke dalam ide kesempurnaan. Adalah berlawanan dengan seluruh ide tentang kesempurnaan moral, bagi suatu ajaran untuk membalas melawan orang yang menuduh (dirinya), untuk kehilangan kendali amarah, dan mendukung orang lain untuk membawa senjata. Sampai ke tahap ini, adalah ide yang baik untuk menjelaskan bahwa meskipun banyak dari ajaran-ajaran Yesus yang tidak pantas, dan tidak masuk akal, ada juga ajaran Yesus yang sangat baik. Ajaran Yesus tentang kasih sayang, untuk memaafkan, kerendahan hati, dan pelayanan terhadap orang sakit dan miskin pantas mendapat pujian tertinggi. Tetapi semua ajaran yang baik dari Yesus ini tidaklah unik. Ajaran-ajaran baik seperti yang diajarkan Yesus juga bisa ditemukan di dalam ajaran Sang Buddha, Konghucu, Mo Tzu, Mahavira, Guru Nanak, dan lain-lain, terkadang dengan penjelasan yang lebih menyeluruh. Guru-guru jaran-ajaran di atas juga telah ada ratusan tahun sebelum Yesus. Apa yang baik di dalam ajaran Yesus tidaklah unik. Dan apa yang unik di dalam ajaran Yesus tidaklah tentu baik.
Orang-orang Kristen sulit untuk mengerti mengapa orang-orang beragama Buddha dan pemeluk ajaran lain tidak bisa menerima Yesus sebagai Tuhan, dan penyelamat seperti mereka sendiri telah menerima Yesus. Akan tetapi setelah mengetahui kehidupan dan ajaran Sang Buddha – seorang yang tersenyum terhadap cercaan,tetap tenang ketika diganggu dan selalu menolak kekerasan – alasan mengapa banyak yang menolak Yesus itu menjadi jelas.
Gravelord- BLUE MEMBERS
-
Number of posts : 263
Age : 40
Location : Sungai Guntung
Job/hobbies : Freelancer / reading
Humor : anything will do
Reputation : 18
Points : 5113
Registration date : 2011-09-24
Re: Beyond Belief bab 5
sudi mampir
Gravelord- BLUE MEMBERS
-
Number of posts : 263
Age : 40
Location : Sungai Guntung
Job/hobbies : Freelancer / reading
Humor : anything will do
Reputation : 18
Points : 5113
Registration date : 2011-09-24
Page 1 of 1
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum
Sat 20 Jul 2024, 3:43 pm by darwinToo
» Kenapa Muhammad & muslim ngamuk kalo Islam dikritik?
Sat 20 Jul 2024, 3:41 pm by darwinToo
» Penistaan "Agama"...==> Agama sama seperti cewek/cowok.
Sat 20 Jul 2024, 3:40 pm by darwinToo
» kenapa muhammad suka makan babi????
Sat 20 Jul 2024, 3:39 pm by darwinToo
» Yeremia 23 & Ulangan 13 mengisyaratkan Muhammad nabi palsu
Fri 02 Feb 2024, 5:21 pm by buncis hitam
» NYATA & FAKTA : TERNYATA YESUS PILIH MENGAULI KELEDAI DARIPADA WANITA!!! (sebuah penghinaan OLEH PAULUS)
Fri 12 Jan 2024, 9:39 pm by Uwizuya
» SORGA ISLAM RUMAH PELACUR ALLOH SWT...........
Tue 02 Jan 2024, 12:48 am by Pajar
» Moon Split or Islamic Hoax?
Wed 13 Dec 2023, 3:34 pm by admin
» In Islam a Woman Must be Submissive and Serve her Husband
Wed 13 Dec 2023, 3:32 pm by admin