Similar topics
Latest topics
Most Viewed Topics
Most active topic starters
kuku bima | ||||
admin | ||||
kermit katak lucu | ||||
hamba tuhan | ||||
feifei_fairy | ||||
paulusjancok | ||||
agus | ||||
gusti_bara | ||||
Muslim binti Muskitawati | ||||
Bejat |
Most active topics
MILIS MURTADIN_KAFIRUN
MURTADIN KAFIRUNexMUSLIM INDONESIA BERJAYA12 Oktober Hari Murtad Dari Islam Sedunia Menyongsong Punahnya Islam
Wadah syiar Islam terlengkap & terpercaya, mari sebarkan selebaran artikel yang sesungguhnya tentang si Pelacur Alloh Swt dan Muhammad bin Abdullah yang MAHA TERKUTUK itu ke dunia nyata!!!!
Who is online?
In total there are 96 users online :: 0 Registered, 0 Hidden and 96 Guests :: 2 BotsNone
Most users ever online was 354 on Wed 26 May 2010, 4:49 pm
Social bookmarking
Bookmark and share the address of MURTADINKAFIRUN on your social bookmarking website
Bookmark and share the address of MURTADIN_KAFIRUN on your social bookmarking website
Gaya Marsose(kristen belanda, maluku, jawa dan sulawesi) yang menjajah Aceh
+2
agus
iman indah
6 posters
Page 1 of 1
Gaya Marsose(kristen belanda, maluku, jawa dan sulawesi) yang menjajah Aceh
Perang Aceh melawan Belanda (1873 - 1942) adalah perang terlama yang pernah dialami Belanda di Indonesia. Rakyat Aceh tetap melawan pascaruntuhnya istana Darud-Dunia di Koetaradja. Semangat jihad Fi Sabilillah menggemuruh seluruh tanah Rencong. Istana boleh dikuasai, masjid raya boleh dibakar, sulthan boleh dibuang ke Jawa, namun harkat dan martabat Aceh tetap dipertahankan oleh rakyat Aceh dari Sabang sampai ke Aceh Tenggara.
Pelawanan bangsa Aceh terhadap penjajah memang sangat berbeda dengan perlawan suku bangsa lain di nusantara. Di daerah lain, semua berakhir dengan kekalahan dan takluknya Raja mereka terhadap kolonial. Sedangkan Perang Aceh sampai titik darah terakhir. Aceh tidak pernah menyerah Kedaulatannya kepada penjajah Belanda.
Memang ada sejumlah oknum bangsa Aceh yang kemilau matanya melihat fulus Belanda, jabatan yang ditawarkan dan takut mati. Mereka menyerah kepada kaphe Belanda. Tidak baik disebutkan namanya, sebab sampai sekarang masih ada keturunan mereka. Jumlah mereka yang menjadi "budak penjajah" itu tidak banyak, dan telah mendapat hukuman sosial dari masyarakat Aceh.
Marsose
Akibat gagal dijinakkan, Belanda membentuk Korp Militer Marsose yang sangat kejam terhadap rakyat Aceh. Marsose biadab ini, akhirnya memutuskan untuk membumihanguskan tanah Aceh, membuang pahlawan-pahlawan Aceh ke Jawa, Maluku dan Papua, membunuh rakyat awam, membantai perempuan dan anak-anak, merampas harta benda rakyat Aceh, memperkosa dan melakukan apa yang mereka kehendaki. Ribuan nyawa rakyat Aceh bergelimang di Batee Iliek, Samalanga, Jeunieb, Tiro, Peureuelak, Buloh Blang Ara, Takengon, Meulaboh, Tapaktuan, Kota Fajar, Montasiek, Aneuek Galong, dan sebagainya. Namun pejuang Aceh yang rindu merdeka dan mati syahid tidak mau menyerah. Dari pada hidup dijajah lebih baik mati berkalang tanah. Asai bek singet, ro bah meutunggeng!
Tgk Chik Pantekulu dalam hikayat Prang Sabi membakar semangat pejuang:
Nibak mate di rumoh inong
Bahle bak keunong seunjata kaphe
Nibak mate di ateueh tilam
Bahle lam seueh prang syahid meugule
Hikayat Prang Sabi yang digali dari ayat al-Quran dan hadits Nabi telah membakar semangat jihad yang tak putus-putusnya di Aceh. Pertempuran terjadi di seluruh tanoh Aceh. Ribuan kaphe Belanda dikirim ke neraka, dan juga ribuan syuhada Aceh semoga sampai ke surga.
Rakyat Aceh memang trauma dengan kekejaman tentara Belanda yang didalamnya juga terdapat orang-orang Kristen dari Maluku, Jawa dan Sulawesi. Ulama-ulama Aceh ada yang hijrah ke Malaya, Arab, atau turut berperang gerilya dalam hutan. Ibu-ibu Aceh kadang-kadang terpaksa menyelipkan rencong di pinggangnya, demi menjaga jangan diperkosa oleh penjajah. Anak-anak gadis ketakutan, bocah-bocah belia tidak hidup normal, kehidupan penuh risiko. Perdagangan macet, kota-kota Aceh dipadati oleh kaum Tiongkhoa, orang Aceh meminggir ke pinggir hutan.
Satu hal yang perlu kita renungkan. Setelah Belanda melakukan politik bumi hangus, orang-orang Aceh melakukan perlawanan yang sangat menakutkan: Tipu Aceh. Ada yang membunuh Belanda dengan cara pura-pura bertamu, pura-pura menyerah, menikam Belanda di jalan, dan bahkan siap menjadi martir dengan menyerang Belanda dan bunuh diri.
Orang Belanda memberi gelar hina Aceh Moord (Aceh Pungo/ aceh gila) karena tidak mau menyerah kepada mereka. Siapa sebenarnya yang pungo/gila? Terbukti yang pungo/gila itu adalah Belanda sendiri. Orang Aceh masih sehat dan berpikiran jernih. Orang Aceh tidak pernah merampok tanah air Belanda, memperkosa ibunya. Orang Aceh tidak pernah minum arak, main perempuan dan menyembah berhala, tetapi orang Belanda melakukan semua yang terlarang itu. Siapa yang gila?
Pelawanan bangsa Aceh terhadap penjajah memang sangat berbeda dengan perlawan suku bangsa lain di nusantara. Di daerah lain, semua berakhir dengan kekalahan dan takluknya Raja mereka terhadap kolonial. Sedangkan Perang Aceh sampai titik darah terakhir. Aceh tidak pernah menyerah Kedaulatannya kepada penjajah Belanda.
Memang ada sejumlah oknum bangsa Aceh yang kemilau matanya melihat fulus Belanda, jabatan yang ditawarkan dan takut mati. Mereka menyerah kepada kaphe Belanda. Tidak baik disebutkan namanya, sebab sampai sekarang masih ada keturunan mereka. Jumlah mereka yang menjadi "budak penjajah" itu tidak banyak, dan telah mendapat hukuman sosial dari masyarakat Aceh.
Marsose
Akibat gagal dijinakkan, Belanda membentuk Korp Militer Marsose yang sangat kejam terhadap rakyat Aceh. Marsose biadab ini, akhirnya memutuskan untuk membumihanguskan tanah Aceh, membuang pahlawan-pahlawan Aceh ke Jawa, Maluku dan Papua, membunuh rakyat awam, membantai perempuan dan anak-anak, merampas harta benda rakyat Aceh, memperkosa dan melakukan apa yang mereka kehendaki. Ribuan nyawa rakyat Aceh bergelimang di Batee Iliek, Samalanga, Jeunieb, Tiro, Peureuelak, Buloh Blang Ara, Takengon, Meulaboh, Tapaktuan, Kota Fajar, Montasiek, Aneuek Galong, dan sebagainya. Namun pejuang Aceh yang rindu merdeka dan mati syahid tidak mau menyerah. Dari pada hidup dijajah lebih baik mati berkalang tanah. Asai bek singet, ro bah meutunggeng!
Tgk Chik Pantekulu dalam hikayat Prang Sabi membakar semangat pejuang:
Nibak mate di rumoh inong
Bahle bak keunong seunjata kaphe
Nibak mate di ateueh tilam
Bahle lam seueh prang syahid meugule
Hikayat Prang Sabi yang digali dari ayat al-Quran dan hadits Nabi telah membakar semangat jihad yang tak putus-putusnya di Aceh. Pertempuran terjadi di seluruh tanoh Aceh. Ribuan kaphe Belanda dikirim ke neraka, dan juga ribuan syuhada Aceh semoga sampai ke surga.
Rakyat Aceh memang trauma dengan kekejaman tentara Belanda yang didalamnya juga terdapat orang-orang Kristen dari Maluku, Jawa dan Sulawesi. Ulama-ulama Aceh ada yang hijrah ke Malaya, Arab, atau turut berperang gerilya dalam hutan. Ibu-ibu Aceh kadang-kadang terpaksa menyelipkan rencong di pinggangnya, demi menjaga jangan diperkosa oleh penjajah. Anak-anak gadis ketakutan, bocah-bocah belia tidak hidup normal, kehidupan penuh risiko. Perdagangan macet, kota-kota Aceh dipadati oleh kaum Tiongkhoa, orang Aceh meminggir ke pinggir hutan.
Satu hal yang perlu kita renungkan. Setelah Belanda melakukan politik bumi hangus, orang-orang Aceh melakukan perlawanan yang sangat menakutkan: Tipu Aceh. Ada yang membunuh Belanda dengan cara pura-pura bertamu, pura-pura menyerah, menikam Belanda di jalan, dan bahkan siap menjadi martir dengan menyerang Belanda dan bunuh diri.
Orang Belanda memberi gelar hina Aceh Moord (Aceh Pungo/ aceh gila) karena tidak mau menyerah kepada mereka. Siapa sebenarnya yang pungo/gila? Terbukti yang pungo/gila itu adalah Belanda sendiri. Orang Aceh masih sehat dan berpikiran jernih. Orang Aceh tidak pernah merampok tanah air Belanda, memperkosa ibunya. Orang Aceh tidak pernah minum arak, main perempuan dan menyembah berhala, tetapi orang Belanda melakukan semua yang terlarang itu. Siapa yang gila?
iman indah- BLUE MEMBERS
- Number of posts : 547
Reputation : -22
Points : 5390
Registration date : 2011-05-25
Re: Gaya Marsose(kristen belanda, maluku, jawa dan sulawesi) yang menjajah Aceh
Tahun 1873 pecah perang Aceh melawan Belanda. Perang Aceh disebabkan karena:
1. Belanda menduduki daerah Siak. Akibat dari perjanjian Siak 1858. Dimana Sultan Ismail menyerahkan daerah Deli, Langkat, Asahan dan Serdang kepada Belanda, padahal daerah-daerah itu sejak Sultan Iskandar Muda ada dibawah kekuasaan Aceh.
2. Belanda melanggar Siak, maka berakhirlah perjanjian London (1824). Dimana isi perjanjian London adalah Belanda dan Inggris membuat ketentuan tentang batas-batas kekuasaan kedua daerah di Asia Tenggara yaitu dengan garis lintang Sinagpura. Keduanya mengakui kedaulatan Aceh.
3. Aceh menuduh Belanda tidak menepati janjinya, sehingga kapal-kapal Belanda yang lewat perairan Aceh ditenggelamkan Aceh. Perbuatan Aceh ini disetujui Inggris, karena memang Belanda bersalah.
4. Di bukanya terusan Suez oleh Ferdinand de Lessep. Menyebabkan perairan Aceh menjadi sangat penting untuk lalulintas perdagangan.
5. Dibuatnya Perjanjian Sumatera 1871 antara Inggris dan Belanda, yang isinya, Inggris memberika keleluasaan kepada Belanda untuk mengambil tindakan di Aceh. Belanda harus menjaga keamanan lalulintas di Selat Sumatera. Belanda mengizinkan Inggris bebas berdagang di Siak dan menyerahkan daerahnya di Guinea Barat kepada Inggris.
6. Akibat perjanjian Sumatera 1871, Aceh mengadakan hubungan diplomatik dengan Konsul Amerika, Italia, Turki di Singapura. Dan mengirimkan utusan ke Turki 1871.
7. Akibat hubungan diplomatik Aceh dengan Konsul Amerika, Italia dan Turki di Singapura, Belanda menjadikan itu sebagai alasan untuk menyerang Aceh. Wakil Presiden Dewan Hindia Nieuwenhuyzen dengan 2 kapal perangnya datang ke Aceh dan meminta keterangan dari Sultan Machmud Syah tengtang apa yang sudah dibicarakan di Singapura itu, tetapi Sultan Machmud menolak untuk memberikan keterangan.
Belanda menyatakan perang terhadap Aceh pada 26 Maret 1873 setelah melakukan beberapa ancaman diplomatik. Sebuah ekspedisi dengan 3.000 serdadu yang dipimpin Mayor Jenderal Köhler dikirimkan pada tahun 1874, namun dikalahkan tentara Aceh, di bawah pimpinan Panglima Polem dan Sultan Machmud Syah, yang telah memodernisasikan senjatanya. Köhler sendiri berhasil dibunuh pada tanggal 10 April 1873.
Ekspedisi kedua di bawah pimpinan Jenderal van Swieten berhasil merebut istana sultan. Ketika Sultan Machmud Syah wafat 26 Januari 1874, digantikan oleh Tuanku Muhammad Dawot yang dinobatkan sebagai Sultan di masjid Indragiri. Pada 13 Oktober 1880, pemerintah kolonial menyatakan bahwa perang telah berakhir. Bagaimanapun, perang dilanjutkan secara gerilya dan perang fi'sabilillah dikobarkan, di mana sistem perang gerilya ini dilangsungkan sampai tahun 1904.
Pada masa perang dengan Belanda, Kesultanan Aceh sempat meminta bantuan kepada perwakilan Amerika Serikat di Singapura yang disinggahi Panglima Tibang Muhammad dalam perjalanannya menuju Pelantikan Kaisar Napoleon III di Perancis. Aceh juga mengirim Habib Abdurrahman untuk meminta bantuan kepada Kekaisaran Ottoman. Namun Kekaisaran Ottoman kala itu sudah mengalami masa kemunduran. Sedangkan Amerika menolak campur tangan dalam urusan Aceh dan Belanda.
Perang kembali berkobar pada tahun 1883. Pasukan Belanda berusaha membebaskan para pelaut Britania yang sedang ditawan di salah satu wilayah kekuasaan Kesultanan Aceh, dan menyerang kawasan tersebut. Sultan Aceh menyerahkan para tawanan dan menerima bayaran yang cukup besar sebagai gantinya. Sementara itu, Menteri Perang Belanda, Weitzel, kembali menyatakan perang terbuka melawan Aceh. Belanda kali ini meminta bantuan para pemimpin setempat, di antaranya Teuku Umar. Teuku Umar diberikan gelar panglima prang besar dan pada 1 Januari 1894 bahkan menerima dana bantuan Belanda untuk membangun pasukannya. Ternyata dua tahun kemudian Teuku Umar malah menyerang Belanda dengan pasukan baru tersebut. Dalam perang gerilya ini Teuku Umar bersama Panglima Polem dan Sultan terus tanpa pantang mundur. Tetapi pada tahun 1899 ketika terjadi serangan mendadak dari pihak Van Der Dussen di Meulaboh Teuku Umar gugur. Tetapi Cut Nya' Dien istri Teuku Ummar siap tampil menjadi komandan perang gerilya.
Pada 1892 dan 1893, pihak Belanda menganggap bahwa mereka telah gagal merebut Aceh. Dr. Snoeck Hurgronje, seorang ahli Islam dari Universitas Leiden yang telah berhasil mendapatkan kepercayaan dari banyak pemimpin Aceh, kemudian memberikan saran kepada Belanda agar serangan mereka diarahkan kepada para ulama, bukan kepada sultan. Saran ini ternyata berhasil. Dr Snouck Hurgronye yang menyamar selama 2 tahun di pedalaman Aceh untuk meneliti kemasyarakatan dan ketatanegaraan Aceh. Hasil kerjanya itu dibukukan dengan judul Rakyat Aceh ( De Acehers). Dalam buku itu disebutkan rahasia bagaimana untuk menaklukkan Aceh.
Isi nasehat Snouck Hurgronye kepada Gubernur Militer Belanda yang bertugas di Aceh adalah:
1. Mengesampingkan golongan Keumala (yaitu Sultan yang berkedudukan di Keumala) beserta pengikutnya.
2. Senantiasa menyerang dan menghantam kaum ulama.
3. Jangan mau berunding dengan para pimpinan gerilya.
4. Mendirikan pangkalan tetap di Aceh Raya.
5. Menunjukkan niat baik Belanda kepada rakyat Aceh, dengan cara mendirikan langgar, masjid, memperbaiki jalan-jalan irigasi dan membantu pekerjaan sosial rakyat Aceh.
Pada tahun 1898, J.B. van Heutsz dinyatakan sebagai gubernur Aceh pada 1898-1904, kemudian Dr Snouck Hurgronye diangkat sebagai penasehatnya, dan bersama letnannya, Hendrikus Colijn (kelak menjadi Perdana Menteri Belanda), merebut sebagian besar Aceh.
Sultan M. Daud akhirnya meyerahkan diri kepada Belanda pada tahun 1903 setelah dua istrinya, anak serta ibundanya terlebih dahulu ditangkap oleh Belanda. Kesultanan Aceh akhirnya jatuh seluruhnya pada tahun 1904. Istana Kesultanan Aceh kemudian di luluhlantakkan dan diganti dengan bangunan baru yang sekarang dikenal dengan nama Pendopo Gubernur. Pada tahun tersebut, hampir seluruh Aceh telah direbut Belanda.
Taktik perang gerilya Aceh ditiru oleh Van Heutz, dimana dibentuk pasukan marsuse yang dipimpin oleh Christoffel dengan pasukan Colone Macannya yang telah mampu dan menguasai pegunungan-pegunungan, hutan-hutan rimba raya Aceh untuk mencari dan mengejar gerilyawan-gerilyawan Aceh.
Taktik berikutnya yang dilakukan Belanda adalah dengan cara penculikan anggota keluarga Gerilyawan Aceh. Misalnya Christoffel menculik permaisuri Sultan dan Tengku Putroe (1902). Van Der Maaten menawan putera Sultan Tuanku Ibrahim. Akibatnya, Sultan menyerah pada tanggal 5 Januari 1902 ke Sigli dan berdamai. Van Der Maaten dengan diam-diam menyergap Tangse kembali, Panglima Polem dapat meloloskan diri, tetapi sebagai gantinya ditangkap putera Panglima Polem, Cut Po Radeu saudara perempuannya dan beberapa keluarga terdekatnya. Akibatnya Panglima Polem meletakkan senjata dan menyerah ke Lo' Seumawe (1903). Akibat Panglima Polem menyerah, banyak penghulu-penghulu rakyat yang menyerah mengikuti jejak Panglima Polem.
Taktik selanjutnya, pembersihan dengan cara membunuh rakyat Aceh yang dilakukan dibawah pimpinan Van Daalen yang menggantikan Van Heutz. Seperti pembunuhan di Kuta Reh (14 Juni 1904) dimana 2922 orang dibunuhnya, yang terdiri dari 1773 laki-laki dan 1149 perempuan.
Taktik terakhir menangkap Cut Nya' Dien istri Teuku Umar yang masih melakukan perlawanan secara gerilya, dimana akhirnya Cut Nya' Dien dapat ditangkap dan diasingkan ke Sumedang, Jawa Barat.
Surat Perjanjian Pendek Tanda Menyerah Ciptaan Van Heutz
Van Heutz telah menciptakan surat pendek penyerahan yang harus ditandatangani oleh para pemimpin Aceh yang telah tertangkap dan menyerah. Dimana isi dari surat pendek penyerahan diri itu berisikan, Raja (Sultan) mengakui daerahnya sebagai bagian dari daerah Hindia Belanda. Raja berjanji tidak akan mengadakan hubungan dengan kekuasaan di luar negeri. Berjanji akan mematuhi seluruh perintah-perintah yang ditetapkan Belanda. (RH Saragih, J Sirait, M Simamora, Sejarah Nasional, 1987)
1. Belanda menduduki daerah Siak. Akibat dari perjanjian Siak 1858. Dimana Sultan Ismail menyerahkan daerah Deli, Langkat, Asahan dan Serdang kepada Belanda, padahal daerah-daerah itu sejak Sultan Iskandar Muda ada dibawah kekuasaan Aceh.
2. Belanda melanggar Siak, maka berakhirlah perjanjian London (1824). Dimana isi perjanjian London adalah Belanda dan Inggris membuat ketentuan tentang batas-batas kekuasaan kedua daerah di Asia Tenggara yaitu dengan garis lintang Sinagpura. Keduanya mengakui kedaulatan Aceh.
3. Aceh menuduh Belanda tidak menepati janjinya, sehingga kapal-kapal Belanda yang lewat perairan Aceh ditenggelamkan Aceh. Perbuatan Aceh ini disetujui Inggris, karena memang Belanda bersalah.
4. Di bukanya terusan Suez oleh Ferdinand de Lessep. Menyebabkan perairan Aceh menjadi sangat penting untuk lalulintas perdagangan.
5. Dibuatnya Perjanjian Sumatera 1871 antara Inggris dan Belanda, yang isinya, Inggris memberika keleluasaan kepada Belanda untuk mengambil tindakan di Aceh. Belanda harus menjaga keamanan lalulintas di Selat Sumatera. Belanda mengizinkan Inggris bebas berdagang di Siak dan menyerahkan daerahnya di Guinea Barat kepada Inggris.
6. Akibat perjanjian Sumatera 1871, Aceh mengadakan hubungan diplomatik dengan Konsul Amerika, Italia, Turki di Singapura. Dan mengirimkan utusan ke Turki 1871.
7. Akibat hubungan diplomatik Aceh dengan Konsul Amerika, Italia dan Turki di Singapura, Belanda menjadikan itu sebagai alasan untuk menyerang Aceh. Wakil Presiden Dewan Hindia Nieuwenhuyzen dengan 2 kapal perangnya datang ke Aceh dan meminta keterangan dari Sultan Machmud Syah tengtang apa yang sudah dibicarakan di Singapura itu, tetapi Sultan Machmud menolak untuk memberikan keterangan.
Belanda menyatakan perang terhadap Aceh pada 26 Maret 1873 setelah melakukan beberapa ancaman diplomatik. Sebuah ekspedisi dengan 3.000 serdadu yang dipimpin Mayor Jenderal Köhler dikirimkan pada tahun 1874, namun dikalahkan tentara Aceh, di bawah pimpinan Panglima Polem dan Sultan Machmud Syah, yang telah memodernisasikan senjatanya. Köhler sendiri berhasil dibunuh pada tanggal 10 April 1873.
Ekspedisi kedua di bawah pimpinan Jenderal van Swieten berhasil merebut istana sultan. Ketika Sultan Machmud Syah wafat 26 Januari 1874, digantikan oleh Tuanku Muhammad Dawot yang dinobatkan sebagai Sultan di masjid Indragiri. Pada 13 Oktober 1880, pemerintah kolonial menyatakan bahwa perang telah berakhir. Bagaimanapun, perang dilanjutkan secara gerilya dan perang fi'sabilillah dikobarkan, di mana sistem perang gerilya ini dilangsungkan sampai tahun 1904.
Pada masa perang dengan Belanda, Kesultanan Aceh sempat meminta bantuan kepada perwakilan Amerika Serikat di Singapura yang disinggahi Panglima Tibang Muhammad dalam perjalanannya menuju Pelantikan Kaisar Napoleon III di Perancis. Aceh juga mengirim Habib Abdurrahman untuk meminta bantuan kepada Kekaisaran Ottoman. Namun Kekaisaran Ottoman kala itu sudah mengalami masa kemunduran. Sedangkan Amerika menolak campur tangan dalam urusan Aceh dan Belanda.
Perang kembali berkobar pada tahun 1883. Pasukan Belanda berusaha membebaskan para pelaut Britania yang sedang ditawan di salah satu wilayah kekuasaan Kesultanan Aceh, dan menyerang kawasan tersebut. Sultan Aceh menyerahkan para tawanan dan menerima bayaran yang cukup besar sebagai gantinya. Sementara itu, Menteri Perang Belanda, Weitzel, kembali menyatakan perang terbuka melawan Aceh. Belanda kali ini meminta bantuan para pemimpin setempat, di antaranya Teuku Umar. Teuku Umar diberikan gelar panglima prang besar dan pada 1 Januari 1894 bahkan menerima dana bantuan Belanda untuk membangun pasukannya. Ternyata dua tahun kemudian Teuku Umar malah menyerang Belanda dengan pasukan baru tersebut. Dalam perang gerilya ini Teuku Umar bersama Panglima Polem dan Sultan terus tanpa pantang mundur. Tetapi pada tahun 1899 ketika terjadi serangan mendadak dari pihak Van Der Dussen di Meulaboh Teuku Umar gugur. Tetapi Cut Nya' Dien istri Teuku Ummar siap tampil menjadi komandan perang gerilya.
Pada 1892 dan 1893, pihak Belanda menganggap bahwa mereka telah gagal merebut Aceh. Dr. Snoeck Hurgronje, seorang ahli Islam dari Universitas Leiden yang telah berhasil mendapatkan kepercayaan dari banyak pemimpin Aceh, kemudian memberikan saran kepada Belanda agar serangan mereka diarahkan kepada para ulama, bukan kepada sultan. Saran ini ternyata berhasil. Dr Snouck Hurgronye yang menyamar selama 2 tahun di pedalaman Aceh untuk meneliti kemasyarakatan dan ketatanegaraan Aceh. Hasil kerjanya itu dibukukan dengan judul Rakyat Aceh ( De Acehers). Dalam buku itu disebutkan rahasia bagaimana untuk menaklukkan Aceh.
Isi nasehat Snouck Hurgronye kepada Gubernur Militer Belanda yang bertugas di Aceh adalah:
1. Mengesampingkan golongan Keumala (yaitu Sultan yang berkedudukan di Keumala) beserta pengikutnya.
2. Senantiasa menyerang dan menghantam kaum ulama.
3. Jangan mau berunding dengan para pimpinan gerilya.
4. Mendirikan pangkalan tetap di Aceh Raya.
5. Menunjukkan niat baik Belanda kepada rakyat Aceh, dengan cara mendirikan langgar, masjid, memperbaiki jalan-jalan irigasi dan membantu pekerjaan sosial rakyat Aceh.
Pada tahun 1898, J.B. van Heutsz dinyatakan sebagai gubernur Aceh pada 1898-1904, kemudian Dr Snouck Hurgronye diangkat sebagai penasehatnya, dan bersama letnannya, Hendrikus Colijn (kelak menjadi Perdana Menteri Belanda), merebut sebagian besar Aceh.
Sultan M. Daud akhirnya meyerahkan diri kepada Belanda pada tahun 1903 setelah dua istrinya, anak serta ibundanya terlebih dahulu ditangkap oleh Belanda. Kesultanan Aceh akhirnya jatuh seluruhnya pada tahun 1904. Istana Kesultanan Aceh kemudian di luluhlantakkan dan diganti dengan bangunan baru yang sekarang dikenal dengan nama Pendopo Gubernur. Pada tahun tersebut, hampir seluruh Aceh telah direbut Belanda.
Taktik perang gerilya Aceh ditiru oleh Van Heutz, dimana dibentuk pasukan marsuse yang dipimpin oleh Christoffel dengan pasukan Colone Macannya yang telah mampu dan menguasai pegunungan-pegunungan, hutan-hutan rimba raya Aceh untuk mencari dan mengejar gerilyawan-gerilyawan Aceh.
Taktik berikutnya yang dilakukan Belanda adalah dengan cara penculikan anggota keluarga Gerilyawan Aceh. Misalnya Christoffel menculik permaisuri Sultan dan Tengku Putroe (1902). Van Der Maaten menawan putera Sultan Tuanku Ibrahim. Akibatnya, Sultan menyerah pada tanggal 5 Januari 1902 ke Sigli dan berdamai. Van Der Maaten dengan diam-diam menyergap Tangse kembali, Panglima Polem dapat meloloskan diri, tetapi sebagai gantinya ditangkap putera Panglima Polem, Cut Po Radeu saudara perempuannya dan beberapa keluarga terdekatnya. Akibatnya Panglima Polem meletakkan senjata dan menyerah ke Lo' Seumawe (1903). Akibat Panglima Polem menyerah, banyak penghulu-penghulu rakyat yang menyerah mengikuti jejak Panglima Polem.
Taktik selanjutnya, pembersihan dengan cara membunuh rakyat Aceh yang dilakukan dibawah pimpinan Van Daalen yang menggantikan Van Heutz. Seperti pembunuhan di Kuta Reh (14 Juni 1904) dimana 2922 orang dibunuhnya, yang terdiri dari 1773 laki-laki dan 1149 perempuan.
Taktik terakhir menangkap Cut Nya' Dien istri Teuku Umar yang masih melakukan perlawanan secara gerilya, dimana akhirnya Cut Nya' Dien dapat ditangkap dan diasingkan ke Sumedang, Jawa Barat.
Surat Perjanjian Pendek Tanda Menyerah Ciptaan Van Heutz
Van Heutz telah menciptakan surat pendek penyerahan yang harus ditandatangani oleh para pemimpin Aceh yang telah tertangkap dan menyerah. Dimana isi dari surat pendek penyerahan diri itu berisikan, Raja (Sultan) mengakui daerahnya sebagai bagian dari daerah Hindia Belanda. Raja berjanji tidak akan mengadakan hubungan dengan kekuasaan di luar negeri. Berjanji akan mematuhi seluruh perintah-perintah yang ditetapkan Belanda. (RH Saragih, J Sirait, M Simamora, Sejarah Nasional, 1987)
agus- SILVER MEMBERS
-
Number of posts : 8588
Location : Everywhere but no where
Job/hobbies : Baca-baca
Humor : Shaggy yang malang
Reputation : 45
Points : 14631
Registration date : 2010-04-16
Re: Gaya Marsose(kristen belanda, maluku, jawa dan sulawesi) yang menjajah Aceh
kalo begini baru dibolehkan Jihad fisabilillah....
hamba tuhan1- SILVER MEMBERS
- Number of posts : 1211
Location : aceh
Reputation : -56
Points : 5965
Registration date : 2011-07-01
Re: Gaya Marsose(kristen belanda, maluku, jawa dan sulawesi) yang menjajah Aceh
Selalu siap dan waspada.....
agus- SILVER MEMBERS
-
Number of posts : 8588
Location : Everywhere but no where
Job/hobbies : Baca-baca
Humor : Shaggy yang malang
Reputation : 45
Points : 14631
Registration date : 2010-04-16
Re: Gaya Marsose(kristen belanda, maluku, jawa dan sulawesi) yang menjajah Aceh
agus wrote:Selalu siap dan waspada.....
udah pasti itu mas agus... akan sllu siap dan waspada alias gak boleh lengah terhadap upaya kristenisasi...
hamba tuhan1- SILVER MEMBERS
- Number of posts : 1211
Location : aceh
Reputation : -56
Points : 5965
Registration date : 2011-07-01
Re: Gaya Marsose(kristen belanda, maluku, jawa dan sulawesi) yang menjajah Aceh
iman indah wrote:Perang Aceh melawan Belanda (1873 - 1942) adalah perang terlama yang pernah dialami Belanda di Indonesia. Rakyat Aceh tetap melawan pascaruntuhnya istana Darud-Dunia di Koetaradja. Semangat jihad Fi Sabilillah menggemuruh seluruh tanah Rencong. Istana boleh dikuasai, masjid raya boleh dibakar, sulthan boleh dibuang ke Jawa, namun harkat dan martabat Aceh tetap dipertahankan oleh rakyat Aceh dari Sabang sampai ke Aceh Tenggara.
Pelawanan bangsa Aceh terhadap penjajah memang sangat berbeda dengan perlawan suku bangsa lain di nusantara. Di daerah lain, semua berakhir dengan kekalahan dan takluknya Raja mereka terhadap kolonial. Sedangkan Perang Aceh sampai titik darah terakhir. Aceh tidak pernah menyerah Kedaulatannya kepada penjajah Belanda.
Memang ada sejumlah oknum bangsa Aceh yang kemilau matanya melihat fulus Belanda, jabatan yang ditawarkan dan takut mati. Mereka menyerah kepada kaphe Belanda. Tidak baik disebutkan namanya, sebab sampai sekarang masih ada keturunan mereka. Jumlah mereka yang menjadi "budak penjajah" itu tidak banyak, dan telah mendapat hukuman sosial dari masyarakat Aceh.
Marsose
Akibat gagal dijinakkan, Belanda membentuk Korp Militer Marsose yang sangat kejam terhadap rakyat Aceh. Marsose biadab ini, akhirnya memutuskan untuk membumihanguskan tanah Aceh, membuang pahlawan-pahlawan Aceh ke Jawa, Maluku dan Papua, membunuh rakyat awam, membantai perempuan dan anak-anak, merampas harta benda rakyat Aceh, memperkosa dan melakukan apa yang mereka kehendaki. Ribuan nyawa rakyat Aceh bergelimang di Batee Iliek, Samalanga, Jeunieb, Tiro, Peureuelak, Buloh Blang Ara, Takengon, Meulaboh, Tapaktuan, Kota Fajar, Montasiek, Aneuek Galong, dan sebagainya. Namun pejuang Aceh yang rindu merdeka dan mati syahid tidak mau menyerah. Dari pada hidup dijajah lebih baik mati berkalang tanah. Asai bek singet, ro bah meutunggeng!
Tgk Chik Pantekulu dalam hikayat Prang Sabi membakar semangat pejuang:
Nibak mate di rumoh inong
Bahle bak keunong seunjata kaphe
Nibak mate di ateueh tilam
Bahle lam seueh prang syahid meugule
Hikayat Prang Sabi yang digali dari ayat al-Quran dan hadits Nabi telah membakar semangat jihad yang tak putus-putusnya di Aceh. Pertempuran terjadi di seluruh tanoh Aceh. Ribuan kaphe Belanda dikirim ke neraka, dan juga ribuan syuhada Aceh semoga sampai ke surga.
Rakyat Aceh memang trauma dengan kekejaman tentara Belanda yang didalamnya juga terdapat orang-orang Kristen dari Maluku, Jawa dan Sulawesi. Ulama-ulama Aceh ada yang hijrah ke Malaya, Arab, atau turut berperang gerilya dalam hutan. Ibu-ibu Aceh kadang-kadang terpaksa menyelipkan rencong di pinggangnya, demi menjaga jangan diperkosa oleh penjajah. Anak-anak gadis ketakutan, bocah-bocah belia tidak hidup normal, kehidupan penuh risiko. Perdagangan macet, kota-kota Aceh dipadati oleh kaum Tiongkhoa, orang Aceh meminggir ke pinggir hutan.
Satu hal yang perlu kita renungkan. Setelah Belanda melakukan politik bumi hangus, orang-orang Aceh melakukan perlawanan yang sangat menakutkan: Tipu Aceh. Ada yang membunuh Belanda dengan cara pura-pura bertamu, pura-pura menyerah, menikam Belanda di jalan, dan bahkan siap menjadi martir dengan menyerang Belanda dan bunuh diri.
Orang Belanda memberi gelar hina Aceh Moord (Aceh Pungo/ aceh gila) karena tidak mau menyerah kepada mereka. Siapa sebenarnya yang pungo/gila? Terbukti yang pungo/gila itu adalah Belanda sendiri. Orang Aceh masih sehat dan berpikiran jernih. Orang Aceh tidak pernah merampok tanah air Belanda, memperkosa ibunya. Orang Aceh tidak pernah minum arak, main perempuan dan menyembah berhala, tetapi orang Belanda melakukan semua yang terlarang itu. Siapa yang gila?
persis kayak postingan dibawah ini ya...
https://murtadinkafirun.forumotion.com/t10540-musicmanyesus-memerintahkan-untuk-meremukkan-semua-bangsa-bangsa
hamba tuhan1- SILVER MEMBERS
- Number of posts : 1211
Location : aceh
Reputation : -56
Points : 5965
Registration date : 2011-07-01
Re: Gaya Marsose(kristen belanda, maluku, jawa dan sulawesi) yang menjajah Aceh
hamba tuhan1 wrote:kalo begini baru dibolehkan Jihad fisabilillah....
Al-Baqarah 194
الشَّهْرُ الْحَرَامُ بِالشَّهْرِ الْحَرَامِ وَالْحُرُمَاتُ قِصَاصٌ فَمَنِ اعْتَدَى عَلَيْكُمْ فَاعْتَدُواْ عَلَيْهِ بِمِثْلِ مَا اعْتَدَى عَلَيْكُمْ وَاتَّقُواْ اللّهَ وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ
Bulan haram dengan bulan haram , dan pada sesuatu yang patut dihormati , berlaku hukum qishaash. Oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.
Bersabar dan bertaqwa tentu saja tidak berarti membiarkan saja tetapi harus melawan dengan cara yang ditentukan oleh Allah, tidak boleh melewati batas. Rasulullah SAW dan umat islam menghadapi segala tindakan dengan cara yang baik, tetapi harus membalas tindakan kekerasan dengan kekerasan yang setimpal.
serangan apa yg dipakai kafir buat kita???? penjajahan secara ekonomi.. balasnya dengan ekonomi, penjajahan dgn ilmu pengetahuan balasnya dgn ilmu pengetahuan... penjajahan dgn senjata balasnya baru pake senjata dll.... ada aturan mainnya loh!!! and gak boleh melampaui batas.....
hamba tuhan- MUSLIM
-
Number of posts : 9932
Age : 23
Location : Aceh
Humor : Obrolan Santai dengan Om Yesus
Reputation : -206
Points : 15870
Registration date : 2010-09-20
Re: Gaya Marsose(kristen belanda, maluku, jawa dan sulawesi) yang menjajah Aceh
penjajah itu selalu beragama kristen......koreksi dong kalo salah.....
Bnei Yishmael Ben Avraham- BLUE MEMBERS
- Number of posts : 823
Reputation : 2
Points : 5498
Registration date : 2011-07-24
Re: Gaya Marsose(kristen belanda, maluku, jawa dan sulawesi) yang menjajah Aceh
Bnei Yishmael Ben Avraham wrote:penjajah itu selalu beragama kristen......koreksi dong kalo salah.....
itu emang dah dr sononya.... yesus aja dijajah oleh romawi, bahkan dikejar2 oleh paulus kayak maling ayam...
hamba tuhan- MUSLIM
-
Number of posts : 9932
Age : 23
Location : Aceh
Humor : Obrolan Santai dengan Om Yesus
Reputation : -206
Points : 15870
Registration date : 2010-09-20
Re: Gaya Marsose(kristen belanda, maluku, jawa dan sulawesi) yang menjajah Aceh
iman indah wrote:Perang Aceh melawan Belanda (1873 - 1942) adalah perang terlama yang pernah dialami Belanda di Indonesia. Rakyat Aceh tetap melawan pascaruntuhnya istana Darud-Dunia di Koetaradja. Semangat jihad Fi Sabilillah menggemuruh seluruh tanah Rencong. Istana boleh dikuasai, masjid raya boleh dibakar, sulthan boleh dibuang ke Jawa, namun harkat dan martabat Aceh tetap dipertahankan oleh rakyat Aceh dari Sabang sampai ke Aceh Tenggara.
Pelawanan bangsa Aceh terhadap penjajah memang sangat berbeda dengan perlawan suku bangsa lain di nusantara. Di daerah lain, semua berakhir dengan kekalahan dan takluknya Raja mereka terhadap kolonial. Sedangkan Perang Aceh sampai titik darah terakhir. Aceh tidak pernah menyerah Kedaulatannya kepada penjajah Belanda.
Memang ada sejumlah oknum bangsa Aceh yang kemilau matanya melihat fulus Belanda, jabatan yang ditawarkan dan takut mati. Mereka menyerah kepada kaphe Belanda. Tidak baik disebutkan namanya, sebab sampai sekarang masih ada keturunan mereka. Jumlah mereka yang menjadi "budak penjajah" itu tidak banyak, dan telah mendapat hukuman sosial dari masyarakat Aceh.
Marsose
Akibat gagal dijinakkan, Belanda membentuk Korp Militer Marsose yang sangat kejam terhadap rakyat Aceh. Marsose biadab ini, akhirnya memutuskan untuk membumihanguskan tanah Aceh, membuang pahlawan-pahlawan Aceh ke Jawa, Maluku dan Papua, membunuh rakyat awam, membantai perempuan dan anak-anak, merampas harta benda rakyat Aceh, memperkosa dan melakukan apa yang mereka kehendaki. Ribuan nyawa rakyat Aceh bergelimang di Batee Iliek, Samalanga, Jeunieb, Tiro, Peureuelak, Buloh Blang Ara, Takengon, Meulaboh, Tapaktuan, Kota Fajar, Montasiek, Aneuek Galong, dan sebagainya. Namun pejuang Aceh yang rindu merdeka dan mati syahid tidak mau menyerah. Dari pada hidup dijajah lebih baik mati berkalang tanah. Asai bek singet, ro bah meutunggeng!
Tgk Chik Pantekulu dalam hikayat Prang Sabi membakar semangat pejuang:
Nibak mate di rumoh inong
Bahle bak keunong seunjata kaphe
Nibak mate di ateueh tilam
Bahle lam seueh prang syahid meugule
Hikayat Prang Sabi yang digali dari ayat al-Quran dan hadits Nabi telah membakar semangat jihad yang tak putus-putusnya di Aceh. Pertempuran terjadi di seluruh tanoh Aceh. Ribuan kaphe Belanda dikirim ke neraka, dan juga ribuan syuhada Aceh semoga sampai ke surga.
Rakyat Aceh memang trauma dengan kekejaman tentara Belanda yang didalamnya juga terdapat orang-orang Kristen dari Maluku, Jawa dan Sulawesi. Ulama-ulama Aceh ada yang hijrah ke Malaya, Arab, atau turut berperang gerilya dalam hutan. Ibu-ibu Aceh kadang-kadang terpaksa menyelipkan rencong di pinggangnya, demi menjaga jangan diperkosa oleh penjajah. Anak-anak gadis ketakutan, bocah-bocah belia tidak hidup normal, kehidupan penuh risiko. Perdagangan macet, kota-kota Aceh dipadati oleh kaum Tiongkhoa, orang Aceh meminggir ke pinggir hutan.
Satu hal yang perlu kita renungkan. Setelah Belanda melakukan politik bumi hangus, orang-orang Aceh melakukan perlawanan yang sangat menakutkan: Tipu Aceh. Ada yang membunuh Belanda dengan cara pura-pura bertamu, pura-pura menyerah, menikam Belanda di jalan, dan bahkan siap menjadi martir dengan menyerang Belanda dan bunuh diri.
Orang Belanda memberi gelar hina Aceh Moord (Aceh Pungo/ aceh gila) karena tidak mau menyerah kepada mereka. Siapa sebenarnya yang pungo/gila? Terbukti yang pungo/gila itu adalah Belanda sendiri. Orang Aceh masih sehat dan berpikiran jernih. Orang Aceh tidak pernah merampok tanah air Belanda, memperkosa ibunya. Orang Aceh tidak pernah minum arak, main perempuan dan menyembah berhala, tetapi orang Belanda melakukan semua yang terlarang itu. Siapa yang gila?
sorga pelacur&preman- BLUE MEMBERS
- Number of posts : 424
Reputation : -32
Points : 5168
Registration date : 2011-06-27
Similar topics
» Janganlah Menjajah Maluku, Aceh, dan Irian, Merdekakanlah !!!
» Gaya-Gaya Pembalap Saat Menikung
» Inilah Penyebab Mengapa Belanda Menjajah Indonesia Selama 350 Tahun
» Gaya-Gaya Pembalap Saat Menikung
» Inilah Penyebab Mengapa Belanda Menjajah Indonesia Selama 350 Tahun
Page 1 of 1
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum
Fri 02 Feb 2024, 5:21 pm by buncis hitam
» kenapa muhammad suka makan babi????
Wed 31 Jan 2024, 1:04 am by naufal
» NYATA & FAKTA : TERNYATA YESUS PILIH MENGAULI KELEDAI DARIPADA WANITA!!! (sebuah penghinaan OLEH PAULUS)
Fri 12 Jan 2024, 9:39 pm by Uwizuya
» SORGA ISLAM RUMAH PELACUR ALLOH SWT...........
Tue 02 Jan 2024, 12:48 am by Pajar
» Moon Split or Islamic Hoax?
Wed 13 Dec 2023, 3:34 pm by admin
» In Islam a Woman Must be Submissive and Serve her Husband
Wed 13 Dec 2023, 3:32 pm by admin
» Who Taught Allah Math?
Wed 13 Dec 2023, 3:31 pm by admin
» BISNIS GEREJA YUUUKZ....LUMAYAN LOH UNTUNGNYA....
Wed 05 Jul 2023, 1:57 pm by buncis hitam
» ISLAM: Palsu, Maut, Tak Akan Tobat, Amburadul
Sun 07 May 2023, 9:50 am by MANTAN KADRUN