Similar topics
Latest topics
Most Viewed Topics
Most active topic starters
kuku bima | ||||
admin | ||||
kermit katak lucu | ||||
hamba tuhan | ||||
feifei_fairy | ||||
paulusjancok | ||||
agus | ||||
gusti_bara | ||||
Muslim binti Muskitawati | ||||
Bejat |
Most active topics
MILIS MURTADIN_KAFIRUN
MURTADIN KAFIRUNexMUSLIM INDONESIA BERJAYA12 Oktober Hari Murtad Dari Islam Sedunia Menyongsong Punahnya Islam
Wadah syiar Islam terlengkap & terpercaya, mari sebarkan selebaran artikel yang sesungguhnya tentang si Pelacur Alloh Swt dan Muhammad bin Abdullah yang MAHA TERKUTUK itu ke dunia nyata!!!!
Who is online?
In total there are 36 users online :: 0 Registered, 0 Hidden and 36 Guests :: 2 BotsNone
Most users ever online was 412 on Tue 29 Oct 2024, 11:45 pm
Social bookmarking
Bookmark and share the address of MURTADINKAFIRUN on your social bookmarking website
Bookmark and share the address of MURTADIN_KAFIRUN on your social bookmarking website
HUBUNGAN ILMU TAUHID DENGAN FILSAFAT
4 posters
Page 1 of 1
HUBUNGAN ILMU TAUHID DENGAN FILSAFAT
HUBUNGAN ILMU TAUHID DENGAN FILSAFAT
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Antara Ilmu Tauhid dan Filsafat terdapat hubungan erat. Sebab Ilmu Tauhid bercorak filsafat baik dari segi pikiran maupun metoda. Sehingga para ahli lebih condong mengatakan Ilmu Tauhid (theology Islam) termasuk aliran Filsafat. Malahan Ibnu Khaldum mengatakan : “Ilmu Tauhid telah bercampur dengan persoalan filsafat sehingga sukar dibedakan keduanya”. Sarjana barat berbeda pendapat tentang pertalian kedua ilmu ini. Tenneman dan Ritter menggolongkan Ilmu Tauhid dalam Filsafat Islam tetapi Renan menganggap hanyamencerminkan Filsafat Islam, sehingga walaupun ia mengajek Filsafat Islam sebagai kutipan tandus Filsafat Yunani, mengatakan bahwa kegiatan filsafat dalam Islam harus dicari melalui aliran Ilmu Tauhid karena mengandung keaslian dan kreasi kaum muslimin.
Demikian pula Goldziher mendukung usaha Ilmu Tauhid, karena ilmu ini alat mempertahankan agama dengan tradisi pikiran, memadukan dalil agama dengan dalil akal (filsafat). Sebab pengenalan Islam terhadap filsafat Yunani merupakan bahaya besar karena tidak mungkin dijembatani antara keduanya.
Pembahasan Ilmu Tauhid dan Filsafat terdapat perbedaan. Ilmu Tauhid mendasari pembahasannya pada pengakuan dasar keimanan sebagaimana yang disebutkan Al-Quran. Kemudian dibuktikan kebenarannya dengan akal dan menghilangkan keragu-raguan dengan argument lagika. Sedangkan Filsafat mempelajari sesuatu persoalan dengan obyektif, mulai dengan keragu-raguan terhadap persoalan tersebut, kemudian dipelajarinya dan mengambil suatu kesimpulan yang dipercayainya dan dibuktikan kebenarannya.
Dalam mengemukakan pendapat tidak prejudes (pra sangka) terhadap sesuatu pikiran sebelumnya. Oleh karena itu sering dikatakan sikap filsafat itu seperti seorang hakim yang adil, tidak punya pendapat tertentu terhadap perkara yang dihadapinya sebelum ia mempelajari, tanpa memihak, kemudian mengambil kesimpulan dan keputusan. Sedangkan Ilmu Tauhid lebih merupakan pembela setia yang sangat yakin akan perkara yang dibelanya.
Dalam Encyclopedia of Religion, fasal theology, disebutkan bahwa theology itu berbeda dengan Ilmu Filsafat seperti wahyu dengan renungan pikiran. Sebab theologi berpijak pada wahyu sedang filsafat pada akal. Theologi bertolak dari wahyu dan mengakui Tuhan itu ada, sedangkan filsafat bertolak dari akal dan kesadaran adanya wujud diri sendiri. Theologi bersikap sebagai orang yang sudah mencapai kebenaran. Inilah perbedaan dari sisi metoda.
Perbedaan dari segi isi juga sangat kentara, penyelidikan filsafat terfokus pada wujud mutlak dan yang bertalian dengannya tanpa mencari yang lain (the science of being is being), sedang Theologi Islam menyelidiki wujud alam semesta sebagai alat untuk membuktikan adanya zat yang emnjadikannya. Jadi dibicarakan masalah aqidah dari agama yang dianggap benar kemudian dibuktikan dengan akal pikiran.
Perbedaan-perbedaan tersebut di atas tidaklah menyebabkan Ilmu Tauhid terpisah dengan Filsafat Islam. Malah saling mempengaruhi dan sering menggunakan istilah yang dipakai oleh pihak lain. Malahan Filsafat islam menerima dalil agama karena akal tidak mampu lagi berbicara, misalnya soal akhirat, kenabian dan lain-lain. Sebab lapangan pikiran punya batasnya, bila dilampaui akal pikiran akan sesat. Disinilah kebutuhan wahyu dirasakan penting sebagai pelengkap akal. Walaupun demikian komplik kedua ilmu ini selalu ada khususnya dengan Filsafat Islam. Masing-masing menganggap dirinya lebih benar.
Pembicaraan Ilmu Tauhid dalam pandangan Filsafat Islam sebagai suatu kemerosotan inteligensia, suatu dogmatis sombong. Sedangkan pembicaraan filsafat dalam pandangan Ilmu Tauhid adalah seperti anak kecil yang ermain-main dengan barang-barang suci. Abu Sulaimah al-Tauhidy mengatakan, metode Ilmu Tauhid adalah membantah tantangan orang sejengkal dengan sejengkal berdasarkan Ilmu Jadal (debat). Kebanyakannya tidak terlepas dari kesimpang siuran, membungkan alas an lawan dengan apasaja yang bisa dipakai tanpa alas an pikiran yang teliti. Para ahli Ilmu Tauhid seperti Ibnu Taimiyah sangat anti kepada Filsafat karena dianggapnya sebagai ilmu yang tidak berguna. Namanya juga sebagai ilmu tetapi hakikatnya tidak ada. Ilmu yang asli adalah apa yang diwariskan oleh Rasulullah SAW.
Theolog-theolog Islam bangkit serentak menyerang filsafat seperti Nukhbaty dengan bukunya “Arraddu ‘ala ahli al_mantiqi”, Ibnu Hazmin dengan bukunya “al-Burhan” dan “al-Irsyad”. Serangannya cukup pedas terhadap filsafat. Lain halnya dengan al-Ghazali, walaupun serangannya hebat, karena bahan yang dimilikinya cukup banyak, namun ia cukup moderat. Tidak semua yang dibicarakan filsafat itu salah, sebagiannya bisa diamalkan, karena tidak menyangkut agama.
Filsafat itu terbagi kepada matematika, logika, fisika, ketuhanan, politik, dan etika. Hanya bidang ketuhanan saja yang banyak tidak dapat dipakai dalam Islam, karena dari 20 bagian bahasan filsafat, 17 masalah diantaranya, para filsof harus dicap sebagai ahli bid’ah dan tiga masalah sisa dicap sebagai kafir, karena keingkaran mereka terhadap adanya kebangkitan jasmaniah di hari akhirat, mereka membatasi Ilmu Tuhan pada hal-hal yang besar saja dan ala mini bersifat qadim dan azali. Yang paling ektrim diantara mereka adalah Ibnu Shahah. Ketika ia menjawab pertanyaan bagaimana hukumnya belajar buku-buku Ibnu Sina, sebagian mengatakan siapa yang berbuat demikian berarti telah mengkhianati agamanya, sebab Ibnu Sina bukan Ulama melainkan setan berwujud manusia.
SUMBER : http://ilmutauhid.wordpress.com/2009/04/09/hubungan-ilmu-tauhid-dengan-filsafat/
Re: HUBUNGAN ILMU TAUHID DENGAN FILSAFAT
BOTELHEM wrote:HUBUNGAN ILMU TAUHID DENGAN FILSAFATبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Antara Ilmu Tauhid dan Filsafat terdapat hubungan erat. Sebab Ilmu Tauhid bercorak filsafat baik dari segi pikiran maupun metoda. Sehingga para ahli lebih condong mengatakan Ilmu Tauhid (theology Islam) termasuk aliran Filsafat. Malahan Ibnu Khaldum mengatakan : “Ilmu Tauhid telah bercampur dengan persoalan filsafat sehingga sukar dibedakan keduanya”. Sarjana barat berbeda pendapat tentang pertalian kedua ilmu ini. Tenneman dan Ritter menggolongkan Ilmu Tauhid dalam Filsafat Islam tetapi Renan menganggap hanyamencerminkan Filsafat Islam, sehingga walaupun ia mengajek Filsafat Islam sebagai kutipan tandus Filsafat Yunani, mengatakan bahwa kegiatan filsafat dalam Islam harus dicari melalui aliran Ilmu Tauhid karena mengandung keaslian dan kreasi kaum muslimin.
Demikian pula Goldziher mendukung usaha Ilmu Tauhid, karena ilmu ini alat mempertahankan agama dengan tradisi pikiran, memadukan dalil agama dengan dalil akal (filsafat). Sebab pengenalan Islam terhadap filsafat Yunani merupakan bahaya besar karena tidak mungkin dijembatani antara keduanya.
Pembahasan Ilmu Tauhid dan Filsafat terdapat perbedaan. Ilmu Tauhid mendasari pembahasannya pada pengakuan dasar keimanan sebagaimana yang disebutkan Al-Quran. Kemudian dibuktikan kebenarannya dengan akal dan menghilangkan keragu-raguan dengan argument lagika. Sedangkan Filsafat mempelajari sesuatu persoalan dengan obyektif, mulai dengan keragu-raguan terhadap persoalan tersebut, kemudian dipelajarinya dan mengambil suatu kesimpulan yang dipercayainya dan dibuktikan kebenarannya.
Dalam mengemukakan pendapat tidak prejudes (pra sangka) terhadap sesuatu pikiran sebelumnya. Oleh karena itu sering dikatakan sikap filsafat itu seperti seorang hakim yang adil, tidak punya pendapat tertentu terhadap perkara yang dihadapinya sebelum ia mempelajari, tanpa memihak, kemudian mengambil kesimpulan dan keputusan. Sedangkan Ilmu Tauhid lebih merupakan pembela setia yang sangat yakin akan perkara yang dibelanya.
Dalam Encyclopedia of Religion, fasal theology, disebutkan bahwa theology itu berbeda dengan Ilmu Filsafat seperti wahyu dengan renungan pikiran. Sebab theologi berpijak pada wahyu sedang filsafat pada akal. Theologi bertolak dari wahyu dan mengakui Tuhan itu ada, sedangkan filsafat bertolak dari akal dan kesadaran adanya wujud diri sendiri. Theologi bersikap sebagai orang yang sudah mencapai kebenaran. Inilah perbedaan dari sisi metoda.
Perbedaan dari segi isi juga sangat kentara, penyelidikan filsafat terfokus pada wujud mutlak dan yang bertalian dengannya tanpa mencari yang lain (the science of being is being), sedang Theologi Islam menyelidiki wujud alam semesta sebagai alat untuk membuktikan adanya zat yang emnjadikannya. Jadi dibicarakan masalah aqidah dari agama yang dianggap benar kemudian dibuktikan dengan akal pikiran.
Perbedaan-perbedaan tersebut di atas tidaklah menyebabkan Ilmu Tauhid terpisah dengan Filsafat Islam. Malah saling mempengaruhi dan sering menggunakan istilah yang dipakai oleh pihak lain. Malahan Filsafat islam menerima dalil agama karena akal tidak mampu lagi berbicara, misalnya soal akhirat, kenabian dan lain-lain. Sebab lapangan pikiran punya batasnya, bila dilampaui akal pikiran akan sesat. Disinilah kebutuhan wahyu dirasakan penting sebagai pelengkap akal. Walaupun demikian komplik kedua ilmu ini selalu ada khususnya dengan Filsafat Islam. Masing-masing menganggap dirinya lebih benar.
Pembicaraan Ilmu Tauhid dalam pandangan Filsafat Islam sebagai suatu kemerosotan inteligensia, suatu dogmatis sombong. Sedangkan pembicaraan filsafat dalam pandangan Ilmu Tauhid adalah seperti anak kecil yang ermain-main dengan barang-barang suci. Abu Sulaimah al-Tauhidy mengatakan, metode Ilmu Tauhid adalah membantah tantangan orang sejengkal dengan sejengkal berdasarkan Ilmu Jadal (debat). Kebanyakannya tidak terlepas dari kesimpang siuran, membungkan alas an lawan dengan apasaja yang bisa dipakai tanpa alas an pikiran yang teliti. Para ahli Ilmu Tauhid seperti Ibnu Taimiyah sangat anti kepada Filsafat karena dianggapnya sebagai ilmu yang tidak berguna. Namanya juga sebagai ilmu tetapi hakikatnya tidak ada. Ilmu yang asli adalah apa yang diwariskan oleh Rasulullah SAW.
Theolog-theolog Islam bangkit serentak menyerang filsafat seperti Nukhbaty dengan bukunya “Arraddu ‘ala ahli al_mantiqi”, Ibnu Hazmin dengan bukunya “al-Burhan” dan “al-Irsyad”. Serangannya cukup pedas terhadap filsafat. Lain halnya dengan al-Ghazali, walaupun serangannya hebat, karena bahan yang dimilikinya cukup banyak, namun ia cukup moderat. Tidak semua yang dibicarakan filsafat itu salah, sebagiannya bisa diamalkan, karena tidak menyangkut agama.
Filsafat itu terbagi kepada matematika, logika, fisika, ketuhanan, politik, dan etika. Hanya bidang ketuhanan saja yang banyak tidak dapat dipakai dalam Islam, karena dari 20 bagian bahasan filsafat, 17 masalah diantaranya, para filsof harus dicap sebagai ahli bid’ah dan tiga masalah sisa dicap sebagai kafir, karena keingkaran mereka terhadap adanya kebangkitan jasmaniah di hari akhirat, mereka membatasi Ilmu Tuhan pada hal-hal yang besar saja dan ala mini bersifat qadim dan azali. Yang paling ektrim diantara mereka adalah Ibnu Shahah. Ketika ia menjawab pertanyaan bagaimana hukumnya belajar buku-buku Ibnu Sina, sebagian mengatakan siapa yang berbuat demikian berarti telah mengkhianati agamanya, sebab Ibnu Sina bukan Ulama melainkan setan berwujud manusia.
SUMBER : http://ilmutauhid.wordpress.com/2009/04/09/hubungan-ilmu-tauhid-dengan-filsafat/
wah... ini dalem banget penghayatannya bro, salah2 mengerti akan terjadi perdebatan sengit antara iktelektual islam sendiri yaitu antara ulama tauhid, ma'rifat dengan ulama fiqh
iman indah- BLUE MEMBERS
- Number of posts : 547
Reputation : -22
Points : 5593
Registration date : 2011-05-25
Re: HUBUNGAN ILMU TAUHID DENGAN FILSAFAT
iman indah wrote:BOTELHEM wrote:HUBUNGAN ILMU TAUHID DENGAN FILSAFATبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Antara Ilmu Tauhid dan Filsafat terdapat hubungan erat. Sebab Ilmu Tauhid bercorak filsafat baik dari segi pikiran maupun metoda. Sehingga para ahli lebih condong mengatakan Ilmu Tauhid (theology Islam) termasuk aliran Filsafat. Malahan Ibnu Khaldum mengatakan : “Ilmu Tauhid telah bercampur dengan persoalan filsafat sehingga sukar dibedakan keduanya”. Sarjana barat berbeda pendapat tentang pertalian kedua ilmu ini. Tenneman dan Ritter menggolongkan Ilmu Tauhid dalam Filsafat Islam tetapi Renan menganggap hanyamencerminkan Filsafat Islam, sehingga walaupun ia mengajek Filsafat Islam sebagai kutipan tandus Filsafat Yunani, mengatakan bahwa kegiatan filsafat dalam Islam harus dicari melalui aliran Ilmu Tauhid karena mengandung keaslian dan kreasi kaum muslimin.
Demikian pula Goldziher mendukung usaha Ilmu Tauhid, karena ilmu ini alat mempertahankan agama dengan tradisi pikiran, memadukan dalil agama dengan dalil akal (filsafat). Sebab pengenalan Islam terhadap filsafat Yunani merupakan bahaya besar karena tidak mungkin dijembatani antara keduanya.
Pembahasan Ilmu Tauhid dan Filsafat terdapat perbedaan. Ilmu Tauhid mendasari pembahasannya pada pengakuan dasar keimanan sebagaimana yang disebutkan Al-Quran. Kemudian dibuktikan kebenarannya dengan akal dan menghilangkan keragu-raguan dengan argument lagika. Sedangkan Filsafat mempelajari sesuatu persoalan dengan obyektif, mulai dengan keragu-raguan terhadap persoalan tersebut, kemudian dipelajarinya dan mengambil suatu kesimpulan yang dipercayainya dan dibuktikan kebenarannya.
Dalam mengemukakan pendapat tidak prejudes (pra sangka) terhadap sesuatu pikiran sebelumnya. Oleh karena itu sering dikatakan sikap filsafat itu seperti seorang hakim yang adil, tidak punya pendapat tertentu terhadap perkara yang dihadapinya sebelum ia mempelajari, tanpa memihak, kemudian mengambil kesimpulan dan keputusan. Sedangkan Ilmu Tauhid lebih merupakan pembela setia yang sangat yakin akan perkara yang dibelanya.
Dalam Encyclopedia of Religion, fasal theology, disebutkan bahwa theology itu berbeda dengan Ilmu Filsafat seperti wahyu dengan renungan pikiran. Sebab theologi berpijak pada wahyu sedang filsafat pada akal. Theologi bertolak dari wahyu dan mengakui Tuhan itu ada, sedangkan filsafat bertolak dari akal dan kesadaran adanya wujud diri sendiri. Theologi bersikap sebagai orang yang sudah mencapai kebenaran. Inilah perbedaan dari sisi metoda.
Perbedaan dari segi isi juga sangat kentara, penyelidikan filsafat terfokus pada wujud mutlak dan yang bertalian dengannya tanpa mencari yang lain (the science of being is being), sedang Theologi Islam menyelidiki wujud alam semesta sebagai alat untuk membuktikan adanya zat yang emnjadikannya. Jadi dibicarakan masalah aqidah dari agama yang dianggap benar kemudian dibuktikan dengan akal pikiran.
Perbedaan-perbedaan tersebut di atas tidaklah menyebabkan Ilmu Tauhid terpisah dengan Filsafat Islam. Malah saling mempengaruhi dan sering menggunakan istilah yang dipakai oleh pihak lain. Malahan Filsafat islam menerima dalil agama karena akal tidak mampu lagi berbicara, misalnya soal akhirat, kenabian dan lain-lain. Sebab lapangan pikiran punya batasnya, bila dilampaui akal pikiran akan sesat. Disinilah kebutuhan wahyu dirasakan penting sebagai pelengkap akal. Walaupun demikian komplik kedua ilmu ini selalu ada khususnya dengan Filsafat Islam. Masing-masing menganggap dirinya lebih benar.
Pembicaraan Ilmu Tauhid dalam pandangan Filsafat Islam sebagai suatu kemerosotan inteligensia, suatu dogmatis sombong. Sedangkan pembicaraan filsafat dalam pandangan Ilmu Tauhid adalah seperti anak kecil yang ermain-main dengan barang-barang suci. Abu Sulaimah al-Tauhidy mengatakan, metode Ilmu Tauhid adalah membantah tantangan orang sejengkal dengan sejengkal berdasarkan Ilmu Jadal (debat). Kebanyakannya tidak terlepas dari kesimpang siuran, membungkan alas an lawan dengan apasaja yang bisa dipakai tanpa alas an pikiran yang teliti. Para ahli Ilmu Tauhid seperti Ibnu Taimiyah sangat anti kepada Filsafat karena dianggapnya sebagai ilmu yang tidak berguna. Namanya juga sebagai ilmu tetapi hakikatnya tidak ada. Ilmu yang asli adalah apa yang diwariskan oleh Rasulullah SAW.
Theolog-theolog Islam bangkit serentak menyerang filsafat seperti Nukhbaty dengan bukunya “Arraddu ‘ala ahli al_mantiqi”, Ibnu Hazmin dengan bukunya “al-Burhan” dan “al-Irsyad”. Serangannya cukup pedas terhadap filsafat. Lain halnya dengan al-Ghazali, walaupun serangannya hebat, karena bahan yang dimilikinya cukup banyak, namun ia cukup moderat. Tidak semua yang dibicarakan filsafat itu salah, sebagiannya bisa diamalkan, karena tidak menyangkut agama.
Filsafat itu terbagi kepada matematika, logika, fisika, ketuhanan, politik, dan etika. Hanya bidang ketuhanan saja yang banyak tidak dapat dipakai dalam Islam, karena dari 20 bagian bahasan filsafat, 17 masalah diantaranya, para filsof harus dicap sebagai ahli bid’ah dan tiga masalah sisa dicap sebagai kafir, karena keingkaran mereka terhadap adanya kebangkitan jasmaniah di hari akhirat, mereka membatasi Ilmu Tuhan pada hal-hal yang besar saja dan ala mini bersifat qadim dan azali. Yang paling ektrim diantara mereka adalah Ibnu Shahah. Ketika ia menjawab pertanyaan bagaimana hukumnya belajar buku-buku Ibnu Sina, sebagian mengatakan siapa yang berbuat demikian berarti telah mengkhianati agamanya, sebab Ibnu Sina bukan Ulama melainkan setan berwujud manusia.
SUMBER : http://ilmutauhid.wordpress.com/2009/04/09/hubungan-ilmu-tauhid-dengan-filsafat/
wah... ini dalem banget penghayatannya bro, salah2 mengerti akan terjadi perdebatan sengit antara iktelektual islam sendiri yaitu antara ulama tauhid, ma'rifat dengan ulama fiqh
Benar Bro, harus benar dipahami dalam membedakan antara keduanya...
Re: HUBUNGAN ILMU TAUHID DENGAN FILSAFAT
BOTELHEM wrote:iman indah wrote:BOTELHEM wrote:HUBUNGAN ILMU TAUHID DENGAN FILSAFATبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Antara Ilmu Tauhid dan Filsafat terdapat hubungan erat. Sebab Ilmu Tauhid bercorak filsafat baik dari segi pikiran maupun metoda. Sehingga para ahli lebih condong mengatakan Ilmu Tauhid (theology Islam) termasuk aliran Filsafat. Malahan Ibnu Khaldum mengatakan : “Ilmu Tauhid telah bercampur dengan persoalan filsafat sehingga sukar dibedakan keduanya”. Sarjana barat berbeda pendapat tentang pertalian kedua ilmu ini. Tenneman dan Ritter menggolongkan Ilmu Tauhid dalam Filsafat Islam tetapi Renan menganggap hanyamencerminkan Filsafat Islam, sehingga walaupun ia mengajek Filsafat Islam sebagai kutipan tandus Filsafat Yunani, mengatakan bahwa kegiatan filsafat dalam Islam harus dicari melalui aliran Ilmu Tauhid karena mengandung keaslian dan kreasi kaum muslimin.
Demikian pula Goldziher mendukung usaha Ilmu Tauhid, karena ilmu ini alat mempertahankan agama dengan tradisi pikiran, memadukan dalil agama dengan dalil akal (filsafat). Sebab pengenalan Islam terhadap filsafat Yunani merupakan bahaya besar karena tidak mungkin dijembatani antara keduanya.
Pembahasan Ilmu Tauhid dan Filsafat terdapat perbedaan. Ilmu Tauhid mendasari pembahasannya pada pengakuan dasar keimanan sebagaimana yang disebutkan Al-Quran. Kemudian dibuktikan kebenarannya dengan akal dan menghilangkan keragu-raguan dengan argument lagika. Sedangkan Filsafat mempelajari sesuatu persoalan dengan obyektif, mulai dengan keragu-raguan terhadap persoalan tersebut, kemudian dipelajarinya dan mengambil suatu kesimpulan yang dipercayainya dan dibuktikan kebenarannya.
Dalam mengemukakan pendapat tidak prejudes (pra sangka) terhadap sesuatu pikiran sebelumnya. Oleh karena itu sering dikatakan sikap filsafat itu seperti seorang hakim yang adil, tidak punya pendapat tertentu terhadap perkara yang dihadapinya sebelum ia mempelajari, tanpa memihak, kemudian mengambil kesimpulan dan keputusan. Sedangkan Ilmu Tauhid lebih merupakan pembela setia yang sangat yakin akan perkara yang dibelanya.
Dalam Encyclopedia of Religion, fasal theology, disebutkan bahwa theology itu berbeda dengan Ilmu Filsafat seperti wahyu dengan renungan pikiran. Sebab theologi berpijak pada wahyu sedang filsafat pada akal. Theologi bertolak dari wahyu dan mengakui Tuhan itu ada, sedangkan filsafat bertolak dari akal dan kesadaran adanya wujud diri sendiri. Theologi bersikap sebagai orang yang sudah mencapai kebenaran. Inilah perbedaan dari sisi metoda.
Perbedaan dari segi isi juga sangat kentara, penyelidikan filsafat terfokus pada wujud mutlak dan yang bertalian dengannya tanpa mencari yang lain (the science of being is being), sedang Theologi Islam menyelidiki wujud alam semesta sebagai alat untuk membuktikan adanya zat yang emnjadikannya. Jadi dibicarakan masalah aqidah dari agama yang dianggap benar kemudian dibuktikan dengan akal pikiran.
Perbedaan-perbedaan tersebut di atas tidaklah menyebabkan Ilmu Tauhid terpisah dengan Filsafat Islam. Malah saling mempengaruhi dan sering menggunakan istilah yang dipakai oleh pihak lain. Malahan Filsafat islam menerima dalil agama karena akal tidak mampu lagi berbicara, misalnya soal akhirat, kenabian dan lain-lain. Sebab lapangan pikiran punya batasnya, bila dilampaui akal pikiran akan sesat. Disinilah kebutuhan wahyu dirasakan penting sebagai pelengkap akal. Walaupun demikian komplik kedua ilmu ini selalu ada khususnya dengan Filsafat Islam. Masing-masing menganggap dirinya lebih benar.
Pembicaraan Ilmu Tauhid dalam pandangan Filsafat Islam sebagai suatu kemerosotan inteligensia, suatu dogmatis sombong. Sedangkan pembicaraan filsafat dalam pandangan Ilmu Tauhid adalah seperti anak kecil yang ermain-main dengan barang-barang suci. Abu Sulaimah al-Tauhidy mengatakan, metode Ilmu Tauhid adalah membantah tantangan orang sejengkal dengan sejengkal berdasarkan Ilmu Jadal (debat). Kebanyakannya tidak terlepas dari kesimpang siuran, membungkan alas an lawan dengan apasaja yang bisa dipakai tanpa alas an pikiran yang teliti. Para ahli Ilmu Tauhid seperti Ibnu Taimiyah sangat anti kepada Filsafat karena dianggapnya sebagai ilmu yang tidak berguna. Namanya juga sebagai ilmu tetapi hakikatnya tidak ada. Ilmu yang asli adalah apa yang diwariskan oleh Rasulullah SAW.
Theolog-theolog Islam bangkit serentak menyerang filsafat seperti Nukhbaty dengan bukunya “Arraddu ‘ala ahli al_mantiqi”, Ibnu Hazmin dengan bukunya “al-Burhan” dan “al-Irsyad”. Serangannya cukup pedas terhadap filsafat. Lain halnya dengan al-Ghazali, walaupun serangannya hebat, karena bahan yang dimilikinya cukup banyak, namun ia cukup moderat. Tidak semua yang dibicarakan filsafat itu salah, sebagiannya bisa diamalkan, karena tidak menyangkut agama.
Filsafat itu terbagi kepada matematika, logika, fisika, ketuhanan, politik, dan etika. Hanya bidang ketuhanan saja yang banyak tidak dapat dipakai dalam Islam, karena dari 20 bagian bahasan filsafat, 17 masalah diantaranya, para filsof harus dicap sebagai ahli bid’ah dan tiga masalah sisa dicap sebagai kafir, karena keingkaran mereka terhadap adanya kebangkitan jasmaniah di hari akhirat, mereka membatasi Ilmu Tuhan pada hal-hal yang besar saja dan ala mini bersifat qadim dan azali. Yang paling ektrim diantara mereka adalah Ibnu Shahah. Ketika ia menjawab pertanyaan bagaimana hukumnya belajar buku-buku Ibnu Sina, sebagian mengatakan siapa yang berbuat demikian berarti telah mengkhianati agamanya, sebab Ibnu Sina bukan Ulama melainkan setan berwujud manusia.
SUMBER : http://ilmutauhid.wordpress.com/2009/04/09/hubungan-ilmu-tauhid-dengan-filsafat/
wah... ini dalem banget penghayatannya bro, salah2 mengerti akan terjadi perdebatan sengit antara iktelektual islam sendiri yaitu antara ulama tauhid, ma'rifat dengan ulama fiqh
Benar Bro, harus benar dipahami dalam membedakan antara keduanya...
bener bro.... cara pandang ulama tasawuf atau para sufi atas segala sesuatu tidaklah hitam-putih atau halal-haram sebagaimana ulama fikih. Karenanya, para sufi tidak mudah menyalahkan pihak lain yang berbeda.
sufi adalah sosok yang senantiasa mengamalkan ayat udkhulu fi al-silmi kaffah (masuklah dalam perdamaian secara total). Ini perilaku yang mesti kita lakukan, sebagai kontribusi perdamaian dan pangkal pencerahan......
hamba tuhan- MUSLIM
-
Number of posts : 9932
Age : 24
Location : Aceh
Humor : Obrolan Santai dengan Om Yesus
Reputation : -206
Points : 16073
Registration date : 2010-09-20
agus- SILVER MEMBERS
-
Number of posts : 8588
Location : Everywhere but no where
Job/hobbies : Baca-baca
Humor : Shaggy yang malang
Reputation : 45
Points : 14834
Registration date : 2010-04-16
Re: HUBUNGAN ILMU TAUHID DENGAN FILSAFAT
Jujur bro semua.... saya tertarik dengan wasiat nasehat Syekh Abdul Qadir Al-Jailany
• Ikutilah Sunnah rasul dengan penuh keimanan, jangan mengerjakan bid’ah, patuhlah selalu kepada Allah swt dan Rasulnya, janganlah melanggar. Junjung tinggi tauhid, jangan menyekutukan Allah swt, selalu sucikan Allah swt, dan jangan berburuk sangka kepadanya. Pertahankanlah kebenarannya, jangan ragu sedikitpun. Bersabarlah selalu, jangan menunjukkan ketidak sabaran. Beristiqomahlah dengan berharap kepadanya; bekerja samalah dalam ketaatan, jangan berpecah belah. Saling mencintailah, dan jangan saling mendendam.
• Tabir penutup kalbumu tak akan tersibak selama engkau belum lepas dari alam ciptaan; tidak berpaling darinya dalam keadaan hidup selama hawa nafsumu belum pupus; selama engkau melepaskan diri dari kemaujudan dunia dan akhirat; selama jiwamu belum bersatu dengan kehendak Allah swt dan cahayanya. Jika jiwamu bersatu dengan kehendak Allah swt dan mencapai kedekatan denganNya lewat pertolonganNya. Makna hakiki bersatu dengan Allah swt ialah berlepas diri dari makhluq dan kedirian; serta sesuai dengan kehendaknya tanpa gerakmu; yang ada hanya kehendaknya. Inilah keadaan fana dirimu; dan dalam keadaan itulah engkau bersatu denganNya; bukan dengan bersatu dengan ciptaannya. Sesuai Firman Allah swt :”Tak ada sesuatupun yang serupa dengannnya. Dan dialah yang Maha Mendengar dan Maha Melihat”
• Anakku! Pertama-tama nasihatilah dirimu, kemudian nasihatilah orang lain. Perhatikanlah dirimu, jangan mengurusi orang lain, jangan mengurusi orang lain selama dalam dirimu masih ada sesuatu yang harus diperbaiki. Sungguh celaka, engkau mengaku tahu cara menyelamatkan orang lain! Engkau buta, bagaimana dapat menuntun orang lain? Hanya yang memiliki penglihatan tajamlah yang mampu menuntun umat manusia. Hanya seorang perenang handallah yang mampu menyelamatkan mereka dari samudera ganas. Hanya orang yang mengenal Allah swt lah yang dapat mengembalikan manusia ke jalan-Nya. Seseorang yang tidak mengenal-Nya, bagaimana dapat menuntun manusia ke jalan-Nya?
• Hai orang-orang yang lalai! Secara terang-terangan engkau menentang Allah swt. yang Maha Benar dengan bermaksiat kepada-Nya tetapi merasa aman dari siksa-Nya? Ketahuilah tak lama lagi rasa aman itu akan berubah menjadi ketakutan, masa luangmu menjadi kesempitan, kesehatanmu menjadi sakit, kemuliaanmu menjadi kehinaan, kedudukanmu menjadi rendah, kekayaanmu menjadi kemiskinan. Ketahuilah! Rasa aman dari siksa Allah 'Azza wa jalla yang akan kau peroleh di hari kiamat sesuai dengan rasa takutmu kepada-Nya di dunia ini. Sebaliknya, ketakutanmu di hari kiamat, sesuai dengan rasa amanmu (dari siksa Allah swt ) di dunia.
Sayangnya! Engkau tenggelam di dunia dan terperosok ke lembah kelalaian, sehingga cara hidupmu seperti hewan. Yang kalian ketahui hanya makan, minum, menikah dan tidur. Keadaan kalian ini tampak nyata bagi orang-orang yang berhati suci.
Rasa rakus terhadap dunia, keinginan untuk mencari dan menumpuk-numpuk harta telah memalingkan kalian dari jalan Allah 'Azza wa jalla dan pintu-Nya.
Hai yang ternoda karena ketamakannya, andaikata kau bersama penghuni bumi bersatu untuk mendatangkan sesuatu yang bukan bagianmu, maka kalian semua tidak akan mampu mendatangkannya. Oleh karena itu tinggalkanlah rasa tamak untuk mencari sesuatu ( rezeki ) yang telah ditetapkan untukmu, maupun yang tidak ditetapkan untukmu. Apakah pantas bagi seorang yang berakal untuk menghabiskan waktunya memikirkan sesuatu yang telah selesai pembagiannya….?
• Empat hal berikut menghapus agama kalian :
1. Kalian tidak mengamalkan apa yang kalian ketahui.
2. Kalian mengamalkan apa yang tidak kalian ketahui.
3. Kalian tidak mau mempelajari apa yang tidak kalian ketahui, maka selamanya kalian bodoh.
4. Kalian mencegah orang lain untuk mempelajari apa yang tidak mereka ketahui.
• Kalian menghadiri majelis ilmu hanya untuk mencari jalan keluar bagi permasalahan duniawi kalian, bukan untuk mengobati penyakit hati. Kalian tidak mendengarkan nasihat para penceramah, tetapi meneliti kesalahan mereka, kemudian menghina dan mentertawakannya, kalian juga bermain-main dalam majelis. Sesungguhnya kalian sedang mempertaruhkan diri kalian kepada Allah swt yang Maha Agung dan Maha Mulia. Segeralah bertobat, jamgan mencontoh musuh-musuh Allah 'Azza wa jalla. Berusahalah untuk mengambil manfaat dari apa yang kalian dengar.
• Berpuasalah! Tetapi ketika berbuka jangan lupakan faqir miskin. Berilah mereka sedikit makanan yang kau gunakan untuk berbuka. Jangan makan sendiri, sebab orang yang makan sendiri dan tidak memberi makan orang lain, dikhawatirkan kelak akan menjadi miskin dan hidup susah.
Perut kalian kenyang, tetangga kalian kelaparan, tetapi kalian mengaku sebagai Mukmin. Iman kalian tidaklah sah, jika kalian memiliki banyak makanan sisa, keluarga kalian telah makan, tetapi kalian tolak seorang peminta yang berdiri di depan pintu kalian, sehingga ia pergi dengan tangan hampa.
Jika ini kalian lakukan, ketahuilah, tak lama lagi kalian akan mengetahui berita kalian, kalian akan menjadi sepertinya, kalian akan diusir sebagaimana kalian mengusir peminta itu ketika kalian mampu memberinya.
Sungguh celaka dirimu, mengapa engkau tidak segera bangun dan memberikan sesuatu yang kau miliki dengan tanganmu sendiri. Andaikata kalian mau bangun dan memberinya sesuatu, maka kalian telah melakukan dua kebaikan, yaitu merendahkan diri kepada sang peminta dan berderma kepadanya. Lihatlah Nabi kita Muhammad saw, beliau berderma kepada peminta, memerah susu onta dan menjahit pakaian beliau dengan kedua tangan beliau sendiri. Bagaimana kalian berani mengaku sebagai pengikut beliau saw, perbuatan beliau saw. Kalian hanya pandai mengaku, tetapi tidak memiliki bukti….!
• Jika engkau bertemu dengan seseorang, maka yakinilah bahwa dia lebih baik darimu. Ucapkan dalam hatimu: "Bisa jadi kedudukannya di sisi Allah swt jauh lebih baik dan lebih tinggi dariku"
Jika bertemu anak kecil, maka ucapkanlah (dalam hatimu): "Anak ini belum bermaksiat kepada Allah swt, sedangkan diriku telah banyak bermaksiat kepada-Nya. Tentu anak ini jauh lebih baik dariku."
Jika bertemu orang tua, maka ucapkanlah (dalam hatimu):
"Dia telah beribadah kepada Allah swt jauh lebih lama dariku, tentu dia lebih baik dariku."
Jika bertemu dengan seorang yang berilmu, maka ucapkanlah (dalam hatimu): "Orang ini memperoleh karunia yang tidak akan kuperoleh, mencapai kedudukan yang tidak akan pernah kucapai, mengetahui apa yang tidak kuketahui dan dia mengamalkan ilmunya, tentu dia lebih baik dariku."
Jika bertemu dengan seorang yang bodoh, maka katakanlah (dalam hatimu): "Orang ini bermaksiat kepada Allah swt karena dia bodoh (tidak tahu), sedangkan aku bermaksiat kepada-Nya padahal aku mengetahui akibatnya. Dan aku tidak tahu bagaimana akhir umurku dan umurnya kelak. Dia tentu lebih baik dariku."
Jika bertemu dengan orang kafir, maka katakanlah (dalam hatimu):
"Aku tidak tahu bagaimana keadaannya kelak, bisa jadi di akhir usianya dia memeluk agama islam dan beramal saleh. Dan bisa jadi di akhir usia, diriku kufur dan berbuat buruk."
• Ikutilah Sunnah rasul dengan penuh keimanan, jangan mengerjakan bid’ah, patuhlah selalu kepada Allah swt dan Rasulnya, janganlah melanggar. Junjung tinggi tauhid, jangan menyekutukan Allah swt, selalu sucikan Allah swt, dan jangan berburuk sangka kepadanya. Pertahankanlah kebenarannya, jangan ragu sedikitpun. Bersabarlah selalu, jangan menunjukkan ketidak sabaran. Beristiqomahlah dengan berharap kepadanya; bekerja samalah dalam ketaatan, jangan berpecah belah. Saling mencintailah, dan jangan saling mendendam.
• Tabir penutup kalbumu tak akan tersibak selama engkau belum lepas dari alam ciptaan; tidak berpaling darinya dalam keadaan hidup selama hawa nafsumu belum pupus; selama engkau melepaskan diri dari kemaujudan dunia dan akhirat; selama jiwamu belum bersatu dengan kehendak Allah swt dan cahayanya. Jika jiwamu bersatu dengan kehendak Allah swt dan mencapai kedekatan denganNya lewat pertolonganNya. Makna hakiki bersatu dengan Allah swt ialah berlepas diri dari makhluq dan kedirian; serta sesuai dengan kehendaknya tanpa gerakmu; yang ada hanya kehendaknya. Inilah keadaan fana dirimu; dan dalam keadaan itulah engkau bersatu denganNya; bukan dengan bersatu dengan ciptaannya. Sesuai Firman Allah swt :”Tak ada sesuatupun yang serupa dengannnya. Dan dialah yang Maha Mendengar dan Maha Melihat”
• Anakku! Pertama-tama nasihatilah dirimu, kemudian nasihatilah orang lain. Perhatikanlah dirimu, jangan mengurusi orang lain, jangan mengurusi orang lain selama dalam dirimu masih ada sesuatu yang harus diperbaiki. Sungguh celaka, engkau mengaku tahu cara menyelamatkan orang lain! Engkau buta, bagaimana dapat menuntun orang lain? Hanya yang memiliki penglihatan tajamlah yang mampu menuntun umat manusia. Hanya seorang perenang handallah yang mampu menyelamatkan mereka dari samudera ganas. Hanya orang yang mengenal Allah swt lah yang dapat mengembalikan manusia ke jalan-Nya. Seseorang yang tidak mengenal-Nya, bagaimana dapat menuntun manusia ke jalan-Nya?
• Hai orang-orang yang lalai! Secara terang-terangan engkau menentang Allah swt. yang Maha Benar dengan bermaksiat kepada-Nya tetapi merasa aman dari siksa-Nya? Ketahuilah tak lama lagi rasa aman itu akan berubah menjadi ketakutan, masa luangmu menjadi kesempitan, kesehatanmu menjadi sakit, kemuliaanmu menjadi kehinaan, kedudukanmu menjadi rendah, kekayaanmu menjadi kemiskinan. Ketahuilah! Rasa aman dari siksa Allah 'Azza wa jalla yang akan kau peroleh di hari kiamat sesuai dengan rasa takutmu kepada-Nya di dunia ini. Sebaliknya, ketakutanmu di hari kiamat, sesuai dengan rasa amanmu (dari siksa Allah swt ) di dunia.
Sayangnya! Engkau tenggelam di dunia dan terperosok ke lembah kelalaian, sehingga cara hidupmu seperti hewan. Yang kalian ketahui hanya makan, minum, menikah dan tidur. Keadaan kalian ini tampak nyata bagi orang-orang yang berhati suci.
Rasa rakus terhadap dunia, keinginan untuk mencari dan menumpuk-numpuk harta telah memalingkan kalian dari jalan Allah 'Azza wa jalla dan pintu-Nya.
Hai yang ternoda karena ketamakannya, andaikata kau bersama penghuni bumi bersatu untuk mendatangkan sesuatu yang bukan bagianmu, maka kalian semua tidak akan mampu mendatangkannya. Oleh karena itu tinggalkanlah rasa tamak untuk mencari sesuatu ( rezeki ) yang telah ditetapkan untukmu, maupun yang tidak ditetapkan untukmu. Apakah pantas bagi seorang yang berakal untuk menghabiskan waktunya memikirkan sesuatu yang telah selesai pembagiannya….?
• Empat hal berikut menghapus agama kalian :
1. Kalian tidak mengamalkan apa yang kalian ketahui.
2. Kalian mengamalkan apa yang tidak kalian ketahui.
3. Kalian tidak mau mempelajari apa yang tidak kalian ketahui, maka selamanya kalian bodoh.
4. Kalian mencegah orang lain untuk mempelajari apa yang tidak mereka ketahui.
• Kalian menghadiri majelis ilmu hanya untuk mencari jalan keluar bagi permasalahan duniawi kalian, bukan untuk mengobati penyakit hati. Kalian tidak mendengarkan nasihat para penceramah, tetapi meneliti kesalahan mereka, kemudian menghina dan mentertawakannya, kalian juga bermain-main dalam majelis. Sesungguhnya kalian sedang mempertaruhkan diri kalian kepada Allah swt yang Maha Agung dan Maha Mulia. Segeralah bertobat, jamgan mencontoh musuh-musuh Allah 'Azza wa jalla. Berusahalah untuk mengambil manfaat dari apa yang kalian dengar.
• Berpuasalah! Tetapi ketika berbuka jangan lupakan faqir miskin. Berilah mereka sedikit makanan yang kau gunakan untuk berbuka. Jangan makan sendiri, sebab orang yang makan sendiri dan tidak memberi makan orang lain, dikhawatirkan kelak akan menjadi miskin dan hidup susah.
Perut kalian kenyang, tetangga kalian kelaparan, tetapi kalian mengaku sebagai Mukmin. Iman kalian tidaklah sah, jika kalian memiliki banyak makanan sisa, keluarga kalian telah makan, tetapi kalian tolak seorang peminta yang berdiri di depan pintu kalian, sehingga ia pergi dengan tangan hampa.
Jika ini kalian lakukan, ketahuilah, tak lama lagi kalian akan mengetahui berita kalian, kalian akan menjadi sepertinya, kalian akan diusir sebagaimana kalian mengusir peminta itu ketika kalian mampu memberinya.
Sungguh celaka dirimu, mengapa engkau tidak segera bangun dan memberikan sesuatu yang kau miliki dengan tanganmu sendiri. Andaikata kalian mau bangun dan memberinya sesuatu, maka kalian telah melakukan dua kebaikan, yaitu merendahkan diri kepada sang peminta dan berderma kepadanya. Lihatlah Nabi kita Muhammad saw, beliau berderma kepada peminta, memerah susu onta dan menjahit pakaian beliau dengan kedua tangan beliau sendiri. Bagaimana kalian berani mengaku sebagai pengikut beliau saw, perbuatan beliau saw. Kalian hanya pandai mengaku, tetapi tidak memiliki bukti….!
• Jika engkau bertemu dengan seseorang, maka yakinilah bahwa dia lebih baik darimu. Ucapkan dalam hatimu: "Bisa jadi kedudukannya di sisi Allah swt jauh lebih baik dan lebih tinggi dariku"
Jika bertemu anak kecil, maka ucapkanlah (dalam hatimu): "Anak ini belum bermaksiat kepada Allah swt, sedangkan diriku telah banyak bermaksiat kepada-Nya. Tentu anak ini jauh lebih baik dariku."
Jika bertemu orang tua, maka ucapkanlah (dalam hatimu):
"Dia telah beribadah kepada Allah swt jauh lebih lama dariku, tentu dia lebih baik dariku."
Jika bertemu dengan seorang yang berilmu, maka ucapkanlah (dalam hatimu): "Orang ini memperoleh karunia yang tidak akan kuperoleh, mencapai kedudukan yang tidak akan pernah kucapai, mengetahui apa yang tidak kuketahui dan dia mengamalkan ilmunya, tentu dia lebih baik dariku."
Jika bertemu dengan seorang yang bodoh, maka katakanlah (dalam hatimu): "Orang ini bermaksiat kepada Allah swt karena dia bodoh (tidak tahu), sedangkan aku bermaksiat kepada-Nya padahal aku mengetahui akibatnya. Dan aku tidak tahu bagaimana akhir umurku dan umurnya kelak. Dia tentu lebih baik dariku."
Jika bertemu dengan orang kafir, maka katakanlah (dalam hatimu):
"Aku tidak tahu bagaimana keadaannya kelak, bisa jadi di akhir usianya dia memeluk agama islam dan beramal saleh. Dan bisa jadi di akhir usia, diriku kufur dan berbuat buruk."
hamba tuhan- MUSLIM
-
Number of posts : 9932
Age : 24
Location : Aceh
Humor : Obrolan Santai dengan Om Yesus
Reputation : -206
Points : 16073
Registration date : 2010-09-20
Re: HUBUNGAN ILMU TAUHID DENGAN FILSAFAT
kata Imam Al-Ghazali: Syariat tanpa Hakikat adalah hampa, Hakikat tanpa Syariat adalah bathal. Jelas kedua-duanya perlu seiring di dalam apa jua ibadat yang kita kerjakan. Begitu juga jika di applikasikan kepada ilmu dan amal, kedua-duanya harus seiring, tanpa salah satu darinya, maka jadi sia-sialah yang satu lagi
hamba tuhan- MUSLIM
-
Number of posts : 9932
Age : 24
Location : Aceh
Humor : Obrolan Santai dengan Om Yesus
Reputation : -206
Points : 16073
Registration date : 2010-09-20
Re: HUBUNGAN ILMU TAUHID DENGAN FILSAFAT
Apakah makna syariat, hakikat , makrifat itu ?
Sebenarnya syariat itu tidak bisa dipisahkan dengan hakikat dan makrifat. Karena dibalik syariat itu ada hakikat ….seperti wujud gula tidak bisa dipisah dengan manisnya… Jika ada orang yang memakan gula namun tidak merasakan "manis" maka berarti ada yang salah atas lidah orang itu, ... mungkin sedang sakit (sariawan).
Begitu pula orang yang melakukan shalat, jika dia tidak merasakan apa-apa dalam shalatnya, maka jelas ada yang salah didalam hatinya, ... mungkin hatinya
sedang sakit, sehingga tidak mampu menangkap kelezatan shalat tersebut … Hatinya tertutup karena tidak mendapat sinar ilahi.
Hakikat itu adalah kebenaran atas syariat itu sendiri, misalnya ada nash yang menyatakan bahwa "berpuasalah maka niscaya kalian akan sehat". Kalimat ini adalah teks syariat, yang jika kita melakukan puasa dengan benar, ... dan ternyata kita mendapatkan manfaat dari puasa, seperti merasa badan lebih sehat dari sebelumnya… Dan para pakar menyatakan, bahwa memang puasa itu menyebabkan sehat bagi tubuh manusia maupun mental ….. Hal inilah yang dimaksud dengan hakikat / rahasia dibalik syariat atau firman.
Kalau anda mendapatkan manfaat itu, maka anda adalah orang yang disebut yang mengetahui (atau makrifat atas kebenaran ayat tersebut), bukan mengakui secara intelektual saja akan tetapi mengetahui secara transendental.
Setiap syari'at itu mengandung hakikat dan didalam hakikat itu ada pengetahuan atau makrifat…tidak bisa dipisahkan.
Syariat : membahas aspek dalil atau nash, seperti aqimush shalata wa atuz zakata (dirikanlah shalat dan bayarlah zakat ( An nisa': 77 )
Thariqah : membahas aspek praktis dan kesempurnaannya, bagaimana takbir yang baik, rukuk yang baik, sujud yang baik serta mengatur perjalanan rohani agar tidak menyimpang dari shalat.
Hakikat : membahas aspek ruhiyah, masalah hikmah atau dampak dari pelaksanaan syariat, seperti dalam "inna shalata tanha anil fahsyai wal munkar", sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar" (Al Ankabut :45), untuk itu bagi orang yang shalat namun ia tidak mampu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, maka orang tersebut tidak mendapatkan hakikat dari shalat, sehingga Allah mengkritik peshalat dalam surat Al Maun : 4-6) :
"Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) oang-orang yang lalai dari shalatnya, yaitu orang-orang yang berbuat riya"
Ma'rifat : adalah orang yang telah mengalami keadaan shalat tersebut secara transenden, orang yang merasakan manisnya iman, ... orang yang merasakan kelezatan shalat dan orang yang mengetahui tentang Allah (makrifatullah)
Ilmu makrifat adalah ilmu yang membahas masalah sifat, asma, af'al dan dzat Allah.
Sebenarnya syariat itu tidak bisa dipisahkan dengan hakikat dan makrifat. Karena dibalik syariat itu ada hakikat ….seperti wujud gula tidak bisa dipisah dengan manisnya… Jika ada orang yang memakan gula namun tidak merasakan "manis" maka berarti ada yang salah atas lidah orang itu, ... mungkin sedang sakit (sariawan).
Begitu pula orang yang melakukan shalat, jika dia tidak merasakan apa-apa dalam shalatnya, maka jelas ada yang salah didalam hatinya, ... mungkin hatinya
sedang sakit, sehingga tidak mampu menangkap kelezatan shalat tersebut … Hatinya tertutup karena tidak mendapat sinar ilahi.
Hakikat itu adalah kebenaran atas syariat itu sendiri, misalnya ada nash yang menyatakan bahwa "berpuasalah maka niscaya kalian akan sehat". Kalimat ini adalah teks syariat, yang jika kita melakukan puasa dengan benar, ... dan ternyata kita mendapatkan manfaat dari puasa, seperti merasa badan lebih sehat dari sebelumnya… Dan para pakar menyatakan, bahwa memang puasa itu menyebabkan sehat bagi tubuh manusia maupun mental ….. Hal inilah yang dimaksud dengan hakikat / rahasia dibalik syariat atau firman.
Kalau anda mendapatkan manfaat itu, maka anda adalah orang yang disebut yang mengetahui (atau makrifat atas kebenaran ayat tersebut), bukan mengakui secara intelektual saja akan tetapi mengetahui secara transendental.
Setiap syari'at itu mengandung hakikat dan didalam hakikat itu ada pengetahuan atau makrifat…tidak bisa dipisahkan.
Syariat : membahas aspek dalil atau nash, seperti aqimush shalata wa atuz zakata (dirikanlah shalat dan bayarlah zakat ( An nisa': 77 )
Thariqah : membahas aspek praktis dan kesempurnaannya, bagaimana takbir yang baik, rukuk yang baik, sujud yang baik serta mengatur perjalanan rohani agar tidak menyimpang dari shalat.
Hakikat : membahas aspek ruhiyah, masalah hikmah atau dampak dari pelaksanaan syariat, seperti dalam "inna shalata tanha anil fahsyai wal munkar", sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar" (Al Ankabut :45), untuk itu bagi orang yang shalat namun ia tidak mampu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, maka orang tersebut tidak mendapatkan hakikat dari shalat, sehingga Allah mengkritik peshalat dalam surat Al Maun : 4-6) :
"Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) oang-orang yang lalai dari shalatnya, yaitu orang-orang yang berbuat riya"
Ma'rifat : adalah orang yang telah mengalami keadaan shalat tersebut secara transenden, orang yang merasakan manisnya iman, ... orang yang merasakan kelezatan shalat dan orang yang mengetahui tentang Allah (makrifatullah)
Ilmu makrifat adalah ilmu yang membahas masalah sifat, asma, af'al dan dzat Allah.
hamba tuhan- MUSLIM
-
Number of posts : 9932
Age : 24
Location : Aceh
Humor : Obrolan Santai dengan Om Yesus
Reputation : -206
Points : 16073
Registration date : 2010-09-20
Re: HUBUNGAN ILMU TAUHID DENGAN FILSAFAT
hamba tuhan wrote:kata Imam Al-Ghazali: Syariat tanpa Hakikat adalah hampa, Hakikat tanpa Syariat adalah bathal. Jelas kedua-duanya perlu seiring di dalam apa jua ibadat yang kita kerjakan. Begitu juga jika di applikasikan kepada ilmu dan amal, kedua-duanya harus seiring, tanpa salah satu darinya, maka jadi sia-sialah yang satu lagi
Ini yang benar....
agus- SILVER MEMBERS
-
Number of posts : 8588
Location : Everywhere but no where
Job/hobbies : Baca-baca
Humor : Shaggy yang malang
Reputation : 45
Points : 14834
Registration date : 2010-04-16
Re: HUBUNGAN ILMU TAUHID DENGAN FILSAFAT
hamba tuhan wrote:kata Imam Al-Ghazali: Syariat tanpa Hakikat adalah hampa, Hakikat tanpa Syariat adalah bathal. Jelas kedua-duanya perlu seiring di dalam apa jua ibadat yang kita kerjakan. Begitu juga jika di applikasikan kepada ilmu dan amal, kedua-duanya harus seiring, tanpa salah satu darinya, maka jadi sia-sialah yang satu lagi
Lagi2 konsep keseimbangan, Islam benar2 ajaran yg seimbang...
Similar topics
» ilmu, filsafat dan teologi
» Inilah Hubungan KA'BAH Dengan KIAMAT
» Hubungan Gelap Syiah Dengan Zionis Israel
» Inilah Hubungan KA'BAH Dengan KIAMAT
» Hubungan Gelap Syiah Dengan Zionis Israel
Page 1 of 1
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum
Sat 20 Jul 2024, 3:43 pm by darwinToo
» Kenapa Muhammad & muslim ngamuk kalo Islam dikritik?
Sat 20 Jul 2024, 3:41 pm by darwinToo
» Penistaan "Agama"...==> Agama sama seperti cewek/cowok.
Sat 20 Jul 2024, 3:40 pm by darwinToo
» kenapa muhammad suka makan babi????
Sat 20 Jul 2024, 3:39 pm by darwinToo
» Yeremia 23 & Ulangan 13 mengisyaratkan Muhammad nabi palsu
Fri 02 Feb 2024, 5:21 pm by buncis hitam
» NYATA & FAKTA : TERNYATA YESUS PILIH MENGAULI KELEDAI DARIPADA WANITA!!! (sebuah penghinaan OLEH PAULUS)
Fri 12 Jan 2024, 9:39 pm by Uwizuya
» SORGA ISLAM RUMAH PELACUR ALLOH SWT...........
Tue 02 Jan 2024, 12:48 am by Pajar
» Moon Split or Islamic Hoax?
Wed 13 Dec 2023, 3:34 pm by admin
» In Islam a Woman Must be Submissive and Serve her Husband
Wed 13 Dec 2023, 3:32 pm by admin