Similar topics
Latest topics
Most Viewed Topics
Most active topic starters
kuku bima | ||||
admin | ||||
kermit katak lucu | ||||
hamba tuhan | ||||
feifei_fairy | ||||
paulusjancok | ||||
agus | ||||
gusti_bara | ||||
Muslim binti Muskitawati | ||||
Bejat |
Most active topics
MILIS MURTADIN_KAFIRUN
MURTADIN KAFIRUNexMUSLIM INDONESIA BERJAYA12 Oktober Hari Murtad Dari Islam Sedunia Menyongsong Punahnya Islam
Wadah syiar Islam terlengkap & terpercaya, mari sebarkan selebaran artikel yang sesungguhnya tentang si Pelacur Alloh Swt dan Muhammad bin Abdullah yang MAHA TERKUTUK itu ke dunia nyata!!!!
Who is online?
In total there are 30 users online :: 0 Registered, 0 Hidden and 30 Guests :: 1 BotNone
Most users ever online was 412 on Tue 29 Oct 2024, 11:45 pm
Social bookmarking
Bookmark and share the address of MURTADINKAFIRUN on your social bookmarking website
Bookmark and share the address of MURTADIN_KAFIRUN on your social bookmarking website
Dijamin muslim belepotan sm dongengan org terdahulu alias quran.
+6
BOTELHEM
Theleb_boy
jesus christ
paulus
hamba tuhan
admin
10 posters
Page 1 of 1
Dijamin muslim belepotan sm dongengan org terdahulu alias quran.
Dijamin muslim belepotan sm dongengan org terdahulu alias
quran.
Slim mau nanya neh,kejadian manakah yg dahulu:
a.
Al
Baqarah : 35
Dan Kami berfirman: "Hai
Adam, diamilah oleh kamu
dan
isterimu surga ini, dan
makanlah makanan-
makanannya yang banyak
lagi
baik dimana saja yang
kamu sukai, dan janganlah
kamu dekati pohon
ini, yang
menyebabkan kamu
termasuk orang-orang yang
zalim.
Al
Baqarah : 36
Lalu keduanya digelincirkan
oleh syaitan dari surga
itu
dan dikeluarkan dari
keadaan semula dan Kami
berfirman:
"Turunlah kamu!
sebagian kamu menjadi
musuh bagi yang lain, dan
bagi
kamu ada tempat
kediaman di bumi, dan
kesenangan hidup sampai
waktu
yang ditentukan".
Atau
b. Al Hijr : 33
Berkata Iblis:
"Aku sekali-kali
tidak akan sujud kepada
manusia yang Engkau telah
menciptakannya
dari tanah
liat kering (yang berasal)
dari lumpur hitam yang
diberi
bentuk"
Al Hijr : 34
Allah berfirman: "Keluarlah
dari surga,
karena
sesungguhnya kamu
terkutuk,
Al Hijr : 35
dan
sesungguhnya kutukan
itu tetap menimpamu
sampai hari kiamat".
Re: Dijamin muslim belepotan sm dongengan org terdahulu alias quran.
maaf bung admin... kalo copas ayat2 alquran jgn potong2.....
neh saya jelaskan buat bung admin....
TIKRAR DALAM AL-QUR'AN
Al Qur’an tidak hanya sebuah sumber ilmu, petunjuk dan inspirasi kebenaran yang tak pernah kering dan habis. Tetapi disaat yang sama, Al-Qur’an adalah sumber segala kebahagiaan sejati. Hanya saja ada sebuah persoalan rumit yang selalu menjadi sebab kita tidak pernah mendapatkan itu semua, keengganan kita untuk mengkaji untaian isinya yang diturnkan oleh Allah untuk kita semua. Kita tak pernah berhasil benar dalam meraih puncak ilmu, petunjuk dan kebahagian, karena kita leih terasing dari kitab yang mulia ini, kita tidak pernah benar-benar seperti yang dikatakan oleh seorang sehabat Nabi, “ Bacalah Al-Qur’an seolah ia baru diturunkan saat ini untukmu.” Mak tidak mengherankan jika kita pun seperti yang dikatan oleh Utsman r.a, “Jika saja hati kalian suci, maka ia tidak akan pernah kenyang dan puas dengan kalamullah
Memahami Pengulangan Tikrar
Salah satu kriteria yang dijadikan untuk menilai fasih atau tidaknya perkataan seseorang di kalangan bangsa arab, ialah bentuk pengulangan kata ataupun kalimat yang sama dalam satu waktu. Apa pengertian bahasan kita kali ini? Tikrar. Demikian sebutan akrabnya dalam kaedah bahasa. Tikrar berasal dari kata karra yang berarti kembali, mengulangi atau menyambung. Imam Jauhari menegaskan hal yang sama yaitu, arti kata karra ialah mengulangi suatu hal atau perbuatan tertentu. Sedangkan pengertian tikrar dalam istilah, ialah mengulangi satu kata atau kalimat yang sama beberapa kali karena bebarapa alasan, diantaranya dengan tujuan penegasan (tawkid), memberi peringatan atau menggambarkan agungnya sebuah hal tertentu. Para ulama bahasa membagi tikrar menjadi dua macam, yang pertama tikrar yang pola pengulangannya terdapat pada ejaan dan makna kata sekaligus, atau mengulang satu kata yang bermakna sama. Seperti jika seseorang mengatakan kata perintah asri’ asri’ !(cepat-cepat!). Satu kata tersebut diulang dengan makna dan ejaan yang tidak berbeda sama sekali. Tikrar yang kedua yaitu apabila pengulangan hanya pada makna saja, sedangkan ejaan katanya tidak sama. Misalnya, athi’ni wa la tu’shini! (taati dan jangan kau langgar aku!). coba cermati, dua kata ini meski berbeda, yang satu menggunakan kata athi’ni dan satunya lagi la tu’shini, akan tetapi kedua makna tersebut tetap saja sama, sehingga jika ada seseorang mengatakan jangan langgar aku, berarti ia juga memerintahkan untuk mentaatinya. Dirasa ilmu ini cukup penting dalam kajian bahasa, tulis imam Jakhidz , salah seorang ulama bahasa yang hidup di masa dinasti Abbasiyah, dalam kitabnya Rasail Al Jakhidz (Catatan-catatan Jakhidz), menjelaskan kapasitas dan derajat keilmuan seseorang bisa dilihat diantaranya dengan cara mengamati, sejauhmanakah ia mampu menggunakan bentuk pengulangan dalam pembicaraannya. Apa kaitannya dengan bahasan ilmu Alquran kali ini Mengenai apakah terdapat pola pengulangan dalam Al Quran atau tidak, para ulama berselisih pandang. Bagi mereka yang menafikan, atas dalih apapun pengulangan kata itu tetap saja tidak berfaedah, hal ini tentunya tidak berlaku untuk Kalam Allah, dan kalaupun toh pengulangan kata didapati dalam Al Quran, makna kata tersebut berbeda. Sedangkan sebagian yang lain, berpendapat keberadaan pola pengulangan tidak dapat dipungkiri. Kenyataannya, justru pola tikrar yang ada dalam Al Quran menunjukkan apiknya susunan bahasa yang dimiliki Al Quran. Sebagai dalil, sejumlah ulama telah mendata beberapa kata yang diulang-ulang dalam Al Quran, seperti imam Suyuthi, Ibnu Jauzy, Kurmani dan lain sebagainya. Bahkan dari mereka ada yang menggolongkan pola ini ke dalam ayat-ayat samar (mutasyabihat). Sebagai contoh, salah satu rujukan masa kini yang bisa digunakan untuk meneliti sejumlah kata yang diulang-ulang dalam Al Quran ialah Al Mu’jam Al Mufahras Li Al Tarakib Al Mutyabihah Lafdzon Fil Quranil Karim (Kamus Susunan Kata-Kata Yang Serupa Dalam Al Quran), karangan Dr. Muhammad Zaki Muhammad Khidir, Dosen di Universitas Yordania. Terlepas dari perbedaan pendapat di atas, bahasan kali ini bukanlah untuk menjelaskan ada atau tidaknya tikrar apalagi terlibat jauh dalam perdebatan, melainkan mempelajari beberepa pola pengulangan dan makna yang terkandung didalamnya.
Jenis Pola Tikrar Fungsi Dan Maknanya Jika dicermati bentuk tikrar dalam Al Quran bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertama, pengulangan hanya terbatas pada makna saja, sedangkan lafalnya berbeda, dan yang kedua tikrar pada kedua-duanya lafal dan makna sekaligus. Bentuk yang pertama seperti pengulangan kisah-kisah nabi, ayat-ayat yang menggambarkan siksa dan nikmat di akherat, hari kebangkitan, dan ayat-ayat yang mengisahkan penciptaan langit dan bumi dan alam semesta. Meski masih menceritakan satu hal, lafal pada sejumlah ayat tersebut tidak sama persis. Barangkali akan muncul pertanyaan, jika seandainya ayat-ayat tersebut bisa dipahami hanya dengan sekali, mengapa harus diulang-ulang berapa kali? Justru disinilah menariknya. Ibnu Qutaibah menjelaskan Al Quran diturunkan dalam kurun waktu yang tidak singkat, tentunya keberagamaan kabilah yang ada di komunitas arab waktu itu cukuplah banyak, sehingga jika ayat tersebut tidak diulang-ulang, bisa jadi kisah-kisah teladan nabi Musa As, Isa As, Nuh As, Luth As dan sebagainya, hanya akan diterima oleh kaum tertentu, jadi dengan pengulangan tersebut setiap kaum dengan mudah memperolehnya, sehingga makna yang hendak disampaikan bisa ditangkap oleh semua kalangan. Kemudian bentuk tikrar yang kedua dalam Al Quran dapat dibagi menjadi dua, pertama apabila pengulangan kata masih terdapat dalam satu ayat, seperti ayat : “haihaata-haihaata lima tuu’adun” QS. Al Mukminun (23) : 36 dan yang kedua tikrar yang lafalnya diulang pada ayat yang berbeda dan terpisah. Seperti ayat : “ wa inna robbuka lahuwal Azizul Hakiim”. QS. AS Syu’araa’ (26) : 9, kalimat ini diulangi sebanyak 8 kali dalam surat yang sama yaitu AS Syu’araa. Selain contoh pengulangan dalam satu surat di atas, terdapat lafal yang diulang-ulang dalam surat yang berbeda-beda, seperti : “ wayaquuluuna mataa hadzal wa’du inkuntum shodiqin”, lafal ini akan kita dapati di tiga surat yang saling terpisah, yaitu QS. AN Naml (27) : 71, QS. Yaasin (36) : 43, dan QS. Al Mulk (67) : 25.
Faedah Pengulangan Dalam Al Quran Berdasarkan analisa imam zarkasyi dalam kitabnya “Al Burhan”, ada beberapa faedah yang bisa disimpulkan dari pola tikrar dalam Al Quran, diantaranya yang pertama penegasan atau penguatan (ta’kid) . Bahkan apabila dicermati, nilai penekanan yang dikandung pola takrir setingkat lebih kuat dibanding bentuk ta’kid. Keunggulan pola takrir ini disinyalir karena takrir mengulang kata yang sama, sehingga makna yang dimaksudkan akan lebih mengena. Lain halnya dengan pola ta’kid yang dalam penerapannya lebih sering menggunakan huruf atau perangkat yang mengindikasikan penegasan makna yang terkandung. Sebagaimana contoh berikut : “Hai maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu)”. QS. Ali Imran (3) : 42. Kedua kata yang dicetak tebal, sama-sama menggunakan lafal isthafaaki yang diulang dua kali, dengan tujuan agar keistimewaan yang ada pada Maryam semakin jelas dan menjadi bukti atas kesucian yang ia miliki. Faedah yang kedua ٍpola takrir berfungsi untuk memperjelas dan memperkuat sebuah peringatan, sehingga kata-kata tersebut bisa dipahami dan diterima. Misalnya, pengulangan kata ya qoumi (Hai kaumku ) pada kedua ayat yang berdekatan dan maknanya saling berkaitan : “Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar. Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara)”. َQS. Al Mukmin (42) : 38-39. Fungsi pola takrir yang ketiga, untuk menghindari sikap lupa yang disebabkan kalimat tertentu terlalu panjang, sehingga jika sebuah kata tidak diulangi, dikhawatirkan kata yang berada di awal akan terlupakan. Seperti pengulangan kata Inna Rabbaka (Sesungguhnya Tuhan mu) pada QS. An Nahl (16) : 110. Kemudian yang keempat untuk lebih mengambarkan agungnya sebuah perkara, atau sebuah mengisahkan jika betapa sebuah peristiwa itu sungguh menakutkan. Sebagaimana pemberitaan tentang hari kiamat pada ayat : “al haaqqotu mal haaqoh”. QS. Al Haaqah (69) : 1-2. Selanjutnya faedah yang kelima, pola takrir ditempatkan sebagai ancaman dan intimidasi, seperti yang terdapat dalam ayat : “kallaa saufa ta’lamun tsumma kallaa saufa ta’lamun”. QS. AT Takaatsur (102) : 3-4. Ancaman tersebut diulang dua kali seakan mengatakan kepada orang yang lalai, hendaknya ia segera bertaubat, karena sejatinya ia tidak akan mengetahui sebesar apakah balasan siksa yang kelak ia tanggung. Pengulangan dalam Al Quran begitu sempurna. Dan menariknya, bentuk takrir dalam kondisi tertentu, senantiasa mempertimbangkan dan menyesuaikan karakter manusia yang amat beragam. Walhasil, tidaklah kebatilan itu didapati dalam Al Quran Kapan dan bagaimanapun. Maha Suci Allah Dengan Segala Firman Nya. Allahul Hadi Ila Sawaissabil
Adapun pembagian Tikrar terbagi menjadi dua bagian :
1. Tikrar Lafdi
2. Tikrar Ma’nawi
Tikrar Lafdi adalah pengulangan redaksi ayat di dalam Al-Qur’an baik berupa huruf-hurufnya ataupun susunan kalimatnya dengan tujuan tertentu. Tikrar ini di dalam Al Qur’an memiliki beberapa bentuk :
1. Tikrar Isim
Penyebutan Kata Benda Isim Dua Kali
Pengulangan dua kali sebuah isim memiliki empat kemungkinan :
1. Keduanya Ma’rifah
2. Keduanya Nakirah
3. Yang Pertama Ma’rifah sedang yang kedua nakirah
4. Yang pertama nakirah sedang yang kedua ma’rifah
1. Jika keduanya ma’rifah, maka pada umumnya yang isim kedua adalah yang pertama.
2. Sebaliknya jika keduanya nakirah, maka yang kedua biasanya bukan yang pertama.
3. Jika yang pertama nakirah dan yang kedua ma’rifah maka yang kedua itu adalah yang pertama, karena sudah diketahui.
4. Jika yang pertama ma’rifah sedang yang kedua nakirah, maka tergantung pada qarinahnya, terkadang qarinahnya (Indikasi) itu menunjukan bahwa keduanya itu berbeda
Terkadang Qarinah itu menunjukan bahwa keduanya sama
2. Tikrar Fiil adalah pengulangan redaksi ayat baik yang berbentuk kata kerja atau fiil
3. Tikrar Hurf adalah pengulangan ayat dalam Al-Qur’an berupa idiem-idiem susunan
kalimat (huruf dari 1 s.d beberapa huruf)
4. Tikrar dengan nama orang adalah pengulangan ayat dalam Al-Qur’an berupa nama-
nama orang di dalam Al-Qur’an
5. Tikrar Surat adalah pengulangan ayat di dalam Al-Qur’an berupa huruf Muqataah di
bebera surat-surat
6. Tikrar Tasbih
7. Tikrar Ta’kid
8. Tikrar na’at atau sifat
9. Tikrar Athaf
10. Tikrar Jumlah
11. Tikrar Badal
12. Tikrar Qashosh
13. Tikrar Amil
Tikrar Ma’nawi adalah pengulangan redaksi ayat di dalam Al-Qur’an yang mana pengulangan ini lebih di titk beratkan kepada ma;na atau maksud dan tujuan pengulangan tersebut. Tikrar ini memiliki beberapa bentuk :
1. Mauidah
2. Wa’id
3. Wa’ad
4. Mubalagoh
5. Istihza
6. Tamsil
7. Qashas
8. Na’at
9. Iltifat
neh saya jelaskan buat bung admin....
TIKRAR DALAM AL-QUR'AN
Al Qur’an tidak hanya sebuah sumber ilmu, petunjuk dan inspirasi kebenaran yang tak pernah kering dan habis. Tetapi disaat yang sama, Al-Qur’an adalah sumber segala kebahagiaan sejati. Hanya saja ada sebuah persoalan rumit yang selalu menjadi sebab kita tidak pernah mendapatkan itu semua, keengganan kita untuk mengkaji untaian isinya yang diturnkan oleh Allah untuk kita semua. Kita tak pernah berhasil benar dalam meraih puncak ilmu, petunjuk dan kebahagian, karena kita leih terasing dari kitab yang mulia ini, kita tidak pernah benar-benar seperti yang dikatakan oleh seorang sehabat Nabi, “ Bacalah Al-Qur’an seolah ia baru diturunkan saat ini untukmu.” Mak tidak mengherankan jika kita pun seperti yang dikatan oleh Utsman r.a, “Jika saja hati kalian suci, maka ia tidak akan pernah kenyang dan puas dengan kalamullah
Memahami Pengulangan Tikrar
Salah satu kriteria yang dijadikan untuk menilai fasih atau tidaknya perkataan seseorang di kalangan bangsa arab, ialah bentuk pengulangan kata ataupun kalimat yang sama dalam satu waktu. Apa pengertian bahasan kita kali ini? Tikrar. Demikian sebutan akrabnya dalam kaedah bahasa. Tikrar berasal dari kata karra yang berarti kembali, mengulangi atau menyambung. Imam Jauhari menegaskan hal yang sama yaitu, arti kata karra ialah mengulangi suatu hal atau perbuatan tertentu. Sedangkan pengertian tikrar dalam istilah, ialah mengulangi satu kata atau kalimat yang sama beberapa kali karena bebarapa alasan, diantaranya dengan tujuan penegasan (tawkid), memberi peringatan atau menggambarkan agungnya sebuah hal tertentu. Para ulama bahasa membagi tikrar menjadi dua macam, yang pertama tikrar yang pola pengulangannya terdapat pada ejaan dan makna kata sekaligus, atau mengulang satu kata yang bermakna sama. Seperti jika seseorang mengatakan kata perintah asri’ asri’ !(cepat-cepat!). Satu kata tersebut diulang dengan makna dan ejaan yang tidak berbeda sama sekali. Tikrar yang kedua yaitu apabila pengulangan hanya pada makna saja, sedangkan ejaan katanya tidak sama. Misalnya, athi’ni wa la tu’shini! (taati dan jangan kau langgar aku!). coba cermati, dua kata ini meski berbeda, yang satu menggunakan kata athi’ni dan satunya lagi la tu’shini, akan tetapi kedua makna tersebut tetap saja sama, sehingga jika ada seseorang mengatakan jangan langgar aku, berarti ia juga memerintahkan untuk mentaatinya. Dirasa ilmu ini cukup penting dalam kajian bahasa, tulis imam Jakhidz , salah seorang ulama bahasa yang hidup di masa dinasti Abbasiyah, dalam kitabnya Rasail Al Jakhidz (Catatan-catatan Jakhidz), menjelaskan kapasitas dan derajat keilmuan seseorang bisa dilihat diantaranya dengan cara mengamati, sejauhmanakah ia mampu menggunakan bentuk pengulangan dalam pembicaraannya. Apa kaitannya dengan bahasan ilmu Alquran kali ini Mengenai apakah terdapat pola pengulangan dalam Al Quran atau tidak, para ulama berselisih pandang. Bagi mereka yang menafikan, atas dalih apapun pengulangan kata itu tetap saja tidak berfaedah, hal ini tentunya tidak berlaku untuk Kalam Allah, dan kalaupun toh pengulangan kata didapati dalam Al Quran, makna kata tersebut berbeda. Sedangkan sebagian yang lain, berpendapat keberadaan pola pengulangan tidak dapat dipungkiri. Kenyataannya, justru pola tikrar yang ada dalam Al Quran menunjukkan apiknya susunan bahasa yang dimiliki Al Quran. Sebagai dalil, sejumlah ulama telah mendata beberapa kata yang diulang-ulang dalam Al Quran, seperti imam Suyuthi, Ibnu Jauzy, Kurmani dan lain sebagainya. Bahkan dari mereka ada yang menggolongkan pola ini ke dalam ayat-ayat samar (mutasyabihat). Sebagai contoh, salah satu rujukan masa kini yang bisa digunakan untuk meneliti sejumlah kata yang diulang-ulang dalam Al Quran ialah Al Mu’jam Al Mufahras Li Al Tarakib Al Mutyabihah Lafdzon Fil Quranil Karim (Kamus Susunan Kata-Kata Yang Serupa Dalam Al Quran), karangan Dr. Muhammad Zaki Muhammad Khidir, Dosen di Universitas Yordania. Terlepas dari perbedaan pendapat di atas, bahasan kali ini bukanlah untuk menjelaskan ada atau tidaknya tikrar apalagi terlibat jauh dalam perdebatan, melainkan mempelajari beberepa pola pengulangan dan makna yang terkandung didalamnya.
Jenis Pola Tikrar Fungsi Dan Maknanya Jika dicermati bentuk tikrar dalam Al Quran bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertama, pengulangan hanya terbatas pada makna saja, sedangkan lafalnya berbeda, dan yang kedua tikrar pada kedua-duanya lafal dan makna sekaligus. Bentuk yang pertama seperti pengulangan kisah-kisah nabi, ayat-ayat yang menggambarkan siksa dan nikmat di akherat, hari kebangkitan, dan ayat-ayat yang mengisahkan penciptaan langit dan bumi dan alam semesta. Meski masih menceritakan satu hal, lafal pada sejumlah ayat tersebut tidak sama persis. Barangkali akan muncul pertanyaan, jika seandainya ayat-ayat tersebut bisa dipahami hanya dengan sekali, mengapa harus diulang-ulang berapa kali? Justru disinilah menariknya. Ibnu Qutaibah menjelaskan Al Quran diturunkan dalam kurun waktu yang tidak singkat, tentunya keberagamaan kabilah yang ada di komunitas arab waktu itu cukuplah banyak, sehingga jika ayat tersebut tidak diulang-ulang, bisa jadi kisah-kisah teladan nabi Musa As, Isa As, Nuh As, Luth As dan sebagainya, hanya akan diterima oleh kaum tertentu, jadi dengan pengulangan tersebut setiap kaum dengan mudah memperolehnya, sehingga makna yang hendak disampaikan bisa ditangkap oleh semua kalangan. Kemudian bentuk tikrar yang kedua dalam Al Quran dapat dibagi menjadi dua, pertama apabila pengulangan kata masih terdapat dalam satu ayat, seperti ayat : “haihaata-haihaata lima tuu’adun” QS. Al Mukminun (23) : 36 dan yang kedua tikrar yang lafalnya diulang pada ayat yang berbeda dan terpisah. Seperti ayat : “ wa inna robbuka lahuwal Azizul Hakiim”. QS. AS Syu’araa’ (26) : 9, kalimat ini diulangi sebanyak 8 kali dalam surat yang sama yaitu AS Syu’araa. Selain contoh pengulangan dalam satu surat di atas, terdapat lafal yang diulang-ulang dalam surat yang berbeda-beda, seperti : “ wayaquuluuna mataa hadzal wa’du inkuntum shodiqin”, lafal ini akan kita dapati di tiga surat yang saling terpisah, yaitu QS. AN Naml (27) : 71, QS. Yaasin (36) : 43, dan QS. Al Mulk (67) : 25.
Faedah Pengulangan Dalam Al Quran Berdasarkan analisa imam zarkasyi dalam kitabnya “Al Burhan”, ada beberapa faedah yang bisa disimpulkan dari pola tikrar dalam Al Quran, diantaranya yang pertama penegasan atau penguatan (ta’kid) . Bahkan apabila dicermati, nilai penekanan yang dikandung pola takrir setingkat lebih kuat dibanding bentuk ta’kid. Keunggulan pola takrir ini disinyalir karena takrir mengulang kata yang sama, sehingga makna yang dimaksudkan akan lebih mengena. Lain halnya dengan pola ta’kid yang dalam penerapannya lebih sering menggunakan huruf atau perangkat yang mengindikasikan penegasan makna yang terkandung. Sebagaimana contoh berikut : “Hai maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu)”. QS. Ali Imran (3) : 42. Kedua kata yang dicetak tebal, sama-sama menggunakan lafal isthafaaki yang diulang dua kali, dengan tujuan agar keistimewaan yang ada pada Maryam semakin jelas dan menjadi bukti atas kesucian yang ia miliki. Faedah yang kedua ٍpola takrir berfungsi untuk memperjelas dan memperkuat sebuah peringatan, sehingga kata-kata tersebut bisa dipahami dan diterima. Misalnya, pengulangan kata ya qoumi (Hai kaumku ) pada kedua ayat yang berdekatan dan maknanya saling berkaitan : “Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar. Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara)”. َQS. Al Mukmin (42) : 38-39. Fungsi pola takrir yang ketiga, untuk menghindari sikap lupa yang disebabkan kalimat tertentu terlalu panjang, sehingga jika sebuah kata tidak diulangi, dikhawatirkan kata yang berada di awal akan terlupakan. Seperti pengulangan kata Inna Rabbaka (Sesungguhnya Tuhan mu) pada QS. An Nahl (16) : 110. Kemudian yang keempat untuk lebih mengambarkan agungnya sebuah perkara, atau sebuah mengisahkan jika betapa sebuah peristiwa itu sungguh menakutkan. Sebagaimana pemberitaan tentang hari kiamat pada ayat : “al haaqqotu mal haaqoh”. QS. Al Haaqah (69) : 1-2. Selanjutnya faedah yang kelima, pola takrir ditempatkan sebagai ancaman dan intimidasi, seperti yang terdapat dalam ayat : “kallaa saufa ta’lamun tsumma kallaa saufa ta’lamun”. QS. AT Takaatsur (102) : 3-4. Ancaman tersebut diulang dua kali seakan mengatakan kepada orang yang lalai, hendaknya ia segera bertaubat, karena sejatinya ia tidak akan mengetahui sebesar apakah balasan siksa yang kelak ia tanggung. Pengulangan dalam Al Quran begitu sempurna. Dan menariknya, bentuk takrir dalam kondisi tertentu, senantiasa mempertimbangkan dan menyesuaikan karakter manusia yang amat beragam. Walhasil, tidaklah kebatilan itu didapati dalam Al Quran Kapan dan bagaimanapun. Maha Suci Allah Dengan Segala Firman Nya. Allahul Hadi Ila Sawaissabil
Adapun pembagian Tikrar terbagi menjadi dua bagian :
1. Tikrar Lafdi
2. Tikrar Ma’nawi
Tikrar Lafdi adalah pengulangan redaksi ayat di dalam Al-Qur’an baik berupa huruf-hurufnya ataupun susunan kalimatnya dengan tujuan tertentu. Tikrar ini di dalam Al Qur’an memiliki beberapa bentuk :
1. Tikrar Isim
Penyebutan Kata Benda Isim Dua Kali
Pengulangan dua kali sebuah isim memiliki empat kemungkinan :
1. Keduanya Ma’rifah
2. Keduanya Nakirah
3. Yang Pertama Ma’rifah sedang yang kedua nakirah
4. Yang pertama nakirah sedang yang kedua ma’rifah
1. Jika keduanya ma’rifah, maka pada umumnya yang isim kedua adalah yang pertama.
2. Sebaliknya jika keduanya nakirah, maka yang kedua biasanya bukan yang pertama.
3. Jika yang pertama nakirah dan yang kedua ma’rifah maka yang kedua itu adalah yang pertama, karena sudah diketahui.
4. Jika yang pertama ma’rifah sedang yang kedua nakirah, maka tergantung pada qarinahnya, terkadang qarinahnya (Indikasi) itu menunjukan bahwa keduanya itu berbeda
Terkadang Qarinah itu menunjukan bahwa keduanya sama
2. Tikrar Fiil adalah pengulangan redaksi ayat baik yang berbentuk kata kerja atau fiil
3. Tikrar Hurf adalah pengulangan ayat dalam Al-Qur’an berupa idiem-idiem susunan
kalimat (huruf dari 1 s.d beberapa huruf)
4. Tikrar dengan nama orang adalah pengulangan ayat dalam Al-Qur’an berupa nama-
nama orang di dalam Al-Qur’an
5. Tikrar Surat adalah pengulangan ayat di dalam Al-Qur’an berupa huruf Muqataah di
bebera surat-surat
6. Tikrar Tasbih
7. Tikrar Ta’kid
8. Tikrar na’at atau sifat
9. Tikrar Athaf
10. Tikrar Jumlah
11. Tikrar Badal
12. Tikrar Qashosh
13. Tikrar Amil
Tikrar Ma’nawi adalah pengulangan redaksi ayat di dalam Al-Qur’an yang mana pengulangan ini lebih di titk beratkan kepada ma;na atau maksud dan tujuan pengulangan tersebut. Tikrar ini memiliki beberapa bentuk :
1. Mauidah
2. Wa’id
3. Wa’ad
4. Mubalagoh
5. Istihza
6. Tamsil
7. Qashas
8. Na’at
9. Iltifat
hamba tuhan- MUSLIM
-
Number of posts : 9932
Age : 24
Location : Aceh
Humor : Obrolan Santai dengan Om Yesus
Reputation : -206
Points : 16072
Registration date : 2010-09-20
Re: Dijamin muslim belepotan sm dongengan org terdahulu alias quran.
KAMU HEBAT YAH , INI TOLONG BUKTIKAN KAMU BUTA HURUF SURGA APA TIDAK
الجمهورية اليمنية
BUKTIKAN DAN SAYA TAHU KAMU ONLINE
الجمهورية اليمنية
BUKTIKAN DAN SAYA TAHU KAMU ONLINE
Re: Dijamin muslim belepotan sm dongengan org terdahulu alias quran.
admin wrote:KAMU HEBAT YAH , INI TOLONG BUKTIKAN KAMU BUTA HURUF SURGA APA TIDAK
الجمهورية اليمنية
BUKTIKAN DAN SAYA TAHU KAMU ONLINE
foto itu siular atau si iblis lg megang buah apel ya bung admin.... didalam islam tdk dikenal buah apel dalam kisah adam, yg bener buah khuldi.... gambarnya didelete aja bung admin.... itu cocok buat kristen
hamba tuhan- MUSLIM
-
Number of posts : 9932
Age : 24
Location : Aceh
Humor : Obrolan Santai dengan Om Yesus
Reputation : -206
Points : 16072
Registration date : 2010-09-20
Re: Dijamin muslim belepotan sm dongengan org terdahulu alias quran.
hamba tuhan wrote:admin wrote:KAMU HEBAT YAH , INI TOLONG BUKTIKAN KAMU BUTA HURUF SURGA APA TIDAK
الجمهورية اليمنية
BUKTIKAN DAN SAYA TAHU KAMU ONLINE
foto itu siular atau si iblis lg megang buah apel ya bung admin.... didalam islam tdk dikenal buah apel dalam kisah adam, yg bener buah khuldi.... gambarnya didelete aja bung admin.... itu cocok buat kristen
SAYA DAK TANYA GAMBAR SAYA MAU KAMU BISA TIDAK BACA DAN ARTIKAN
الجمهورية اليمنية
BARU KAMU ADA LEVEL DISINI ATAU CUMA TONG KOSONG
INGAT TIAP MUSLIM HARUS BISA BAHASA SURGA
Re: Dijamin muslim belepotan sm dongengan org terdahulu alias quran.
admin wrote:KAMU HEBAT YAH , INI TOLONG BUKTIKAN KAMU BUTA HURUF SURGA APA TIDAK
الجمهورية اليمنية
BUKTIKAN DAN SAYA TAHU KAMU ONLINE
apa maksud admin buta huruf surga????
الجمهورية اليمنية = republik yaman.... apa maksudnya bung admin????
hamba tuhan- MUSLIM
-
Number of posts : 9932
Age : 24
Location : Aceh
Humor : Obrolan Santai dengan Om Yesus
Reputation : -206
Points : 16072
Registration date : 2010-09-20
Re: Dijamin muslim belepotan sm dongengan org terdahulu alias quran.
hamba tuhan wrote:maaf bung admin... kalo copas ayat2 alquran jgn potong2.....
neh saya jelaskan buat bung admin....
TIKRAR DALAM AL-QUR'AN
Al Qur’an tidak hanya sebuah sumber ilmu, petunjuk dan inspirasi kebenaran yang tak pernah kering dan habis. Tetapi disaat yang sama, Al-Qur’an adalah sumber segala kebahagiaan sejati. Hanya saja ada sebuah persoalan rumit yang selalu menjadi sebab kita tidak pernah mendapatkan itu semua, keengganan kita untuk mengkaji untaian isinya yang diturnkan oleh Allah untuk kita semua. Kita tak pernah berhasil benar dalam meraih puncak ilmu, petunjuk dan kebahagian, karena kita leih terasing dari kitab yang mulia ini, kita tidak pernah benar-benar seperti yang dikatakan oleh seorang sehabat Nabi, “ Bacalah Al-Qur’an seolah ia baru diturunkan saat ini untukmu.” Mak tidak mengherankan jika kita pun seperti yang dikatan oleh Utsman r.a, “Jika saja hati kalian suci, maka ia tidak akan pernah kenyang dan puas dengan kalamullah
Memahami Pengulangan Tikrar
Salah satu kriteria yang dijadikan untuk menilai fasih atau tidaknya perkataan seseorang di kalangan bangsa arab, ialah bentuk pengulangan kata ataupun kalimat yang sama dalam satu waktu. Apa pengertian bahasan kita kali ini? Tikrar. Demikian sebutan akrabnya dalam kaedah bahasa. Tikrar berasal dari kata karra yang berarti kembali, mengulangi atau menyambung. Imam Jauhari menegaskan hal yang sama yaitu, arti kata karra ialah mengulangi suatu hal atau perbuatan tertentu. Sedangkan pengertian tikrar dalam istilah, ialah mengulangi satu kata atau kalimat yang sama beberapa kali karena bebarapa alasan, diantaranya dengan tujuan penegasan (tawkid), memberi peringatan atau menggambarkan agungnya sebuah hal tertentu. Para ulama bahasa membagi tikrar menjadi dua macam, yang pertama tikrar yang pola pengulangannya terdapat pada ejaan dan makna kata sekaligus, atau mengulang satu kata yang bermakna sama. Seperti jika seseorang mengatakan kata perintah asri’ asri’ !(cepat-cepat!). Satu kata tersebut diulang dengan makna dan ejaan yang tidak berbeda sama sekali. Tikrar yang kedua yaitu apabila pengulangan hanya pada makna saja, sedangkan ejaan katanya tidak sama. Misalnya, athi’ni wa la tu’shini! (taati dan jangan kau langgar aku!). coba cermati, dua kata ini meski berbeda, yang satu menggunakan kata athi’ni dan satunya lagi la tu’shini, akan tetapi kedua makna tersebut tetap saja sama, sehingga jika ada seseorang mengatakan jangan langgar aku, berarti ia juga memerintahkan untuk mentaatinya. Dirasa ilmu ini cukup penting dalam kajian bahasa, tulis imam Jakhidz , salah seorang ulama bahasa yang hidup di masa dinasti Abbasiyah, dalam kitabnya Rasail Al Jakhidz (Catatan-catatan Jakhidz), menjelaskan kapasitas dan derajat keilmuan seseorang bisa dilihat diantaranya dengan cara mengamati, sejauhmanakah ia mampu menggunakan bentuk pengulangan dalam pembicaraannya. Apa kaitannya dengan bahasan ilmu Alquran kali ini Mengenai apakah terdapat pola pengulangan dalam Al Quran atau tidak, para ulama berselisih pandang. Bagi mereka yang menafikan, atas dalih apapun pengulangan kata itu tetap saja tidak berfaedah, hal ini tentunya tidak berlaku untuk Kalam Allah, dan kalaupun toh pengulangan kata didapati dalam Al Quran, makna kata tersebut berbeda. Sedangkan sebagian yang lain, berpendapat keberadaan pola pengulangan tidak dapat dipungkiri. Kenyataannya, justru pola tikrar yang ada dalam Al Quran menunjukkan apiknya susunan bahasa yang dimiliki Al Quran. Sebagai dalil, sejumlah ulama telah mendata beberapa kata yang diulang-ulang dalam Al Quran, seperti imam Suyuthi, Ibnu Jauzy, Kurmani dan lain sebagainya. Bahkan dari mereka ada yang menggolongkan pola ini ke dalam ayat-ayat samar (mutasyabihat). Sebagai contoh, salah satu rujukan masa kini yang bisa digunakan untuk meneliti sejumlah kata yang diulang-ulang dalam Al Quran ialah Al Mu’jam Al Mufahras Li Al Tarakib Al Mutyabihah Lafdzon Fil Quranil Karim (Kamus Susunan Kata-Kata Yang Serupa Dalam Al Quran), karangan Dr. Muhammad Zaki Muhammad Khidir, Dosen di Universitas Yordania. Terlepas dari perbedaan pendapat di atas, bahasan kali ini bukanlah untuk menjelaskan ada atau tidaknya tikrar apalagi terlibat jauh dalam perdebatan, melainkan mempelajari beberepa pola pengulangan dan makna yang terkandung didalamnya.
Jenis Pola Tikrar Fungsi Dan Maknanya Jika dicermati bentuk tikrar dalam Al Quran bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertama, pengulangan hanya terbatas pada makna saja, sedangkan lafalnya berbeda, dan yang kedua tikrar pada kedua-duanya lafal dan makna sekaligus. Bentuk yang pertama seperti pengulangan kisah-kisah nabi, ayat-ayat yang menggambarkan siksa dan nikmat di akherat, hari kebangkitan, dan ayat-ayat yang mengisahkan penciptaan langit dan bumi dan alam semesta. Meski masih menceritakan satu hal, lafal pada sejumlah ayat tersebut tidak sama persis. Barangkali akan muncul pertanyaan, jika seandainya ayat-ayat tersebut bisa dipahami hanya dengan sekali, mengapa harus diulang-ulang berapa kali? Justru disinilah menariknya. Ibnu Qutaibah menjelaskan Al Quran diturunkan dalam kurun waktu yang tidak singkat, tentunya keberagamaan kabilah yang ada di komunitas arab waktu itu cukuplah banyak, sehingga jika ayat tersebut tidak diulang-ulang, bisa jadi kisah-kisah teladan nabi Musa As, Isa As, Nuh As, Luth As dan sebagainya, hanya akan diterima oleh kaum tertentu, jadi dengan pengulangan tersebut setiap kaum dengan mudah memperolehnya, sehingga makna yang hendak disampaikan bisa ditangkap oleh semua kalangan. Kemudian bentuk tikrar yang kedua dalam Al Quran dapat dibagi menjadi dua, pertama apabila pengulangan kata masih terdapat dalam satu ayat, seperti ayat : “haihaata-haihaata lima tuu’adun” QS. Al Mukminun (23) : 36 dan yang kedua tikrar yang lafalnya diulang pada ayat yang berbeda dan terpisah. Seperti ayat : “ wa inna robbuka lahuwal Azizul Hakiim”. QS. AS Syu’araa’ (26) : 9, kalimat ini diulangi sebanyak 8 kali dalam surat yang sama yaitu AS Syu’araa. Selain contoh pengulangan dalam satu surat di atas, terdapat lafal yang diulang-ulang dalam surat yang berbeda-beda, seperti : “ wayaquuluuna mataa hadzal wa’du inkuntum shodiqin”, lafal ini akan kita dapati di tiga surat yang saling terpisah, yaitu QS. AN Naml (27) : 71, QS. Yaasin (36) : 43, dan QS. Al Mulk (67) : 25.
Faedah Pengulangan Dalam Al Quran Berdasarkan analisa imam zarkasyi dalam kitabnya “Al Burhan”, ada beberapa faedah yang bisa disimpulkan dari pola tikrar dalam Al Quran, diantaranya yang pertama penegasan atau penguatan (ta’kid) . Bahkan apabila dicermati, nilai penekanan yang dikandung pola takrir setingkat lebih kuat dibanding bentuk ta’kid. Keunggulan pola takrir ini disinyalir karena takrir mengulang kata yang sama, sehingga makna yang dimaksudkan akan lebih mengena. Lain halnya dengan pola ta’kid yang dalam penerapannya lebih sering menggunakan huruf atau perangkat yang mengindikasikan penegasan makna yang terkandung. Sebagaimana contoh berikut : “Hai maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu)”. QS. Ali Imran (3) : 42. Kedua kata yang dicetak tebal, sama-sama menggunakan lafal isthafaaki yang diulang dua kali, dengan tujuan agar keistimewaan yang ada pada Maryam semakin jelas dan menjadi bukti atas kesucian yang ia miliki. Faedah yang kedua ٍpola takrir berfungsi untuk memperjelas dan memperkuat sebuah peringatan, sehingga kata-kata tersebut bisa dipahami dan diterima. Misalnya, pengulangan kata ya qoumi (Hai kaumku ) pada kedua ayat yang berdekatan dan maknanya saling berkaitan : “Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar. Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara)”. َQS. Al Mukmin (42) : 38-39. Fungsi pola takrir yang ketiga, untuk menghindari sikap lupa yang disebabkan kalimat tertentu terlalu panjang, sehingga jika sebuah kata tidak diulangi, dikhawatirkan kata yang berada di awal akan terlupakan. Seperti pengulangan kata Inna Rabbaka (Sesungguhnya Tuhan mu) pada QS. An Nahl (16) : 110. Kemudian yang keempat untuk lebih mengambarkan agungnya sebuah perkara, atau sebuah mengisahkan jika betapa sebuah peristiwa itu sungguh menakutkan. Sebagaimana pemberitaan tentang hari kiamat pada ayat : “al haaqqotu mal haaqoh”. QS. Al Haaqah (69) : 1-2. Selanjutnya faedah yang kelima, pola takrir ditempatkan sebagai ancaman dan intimidasi, seperti yang terdapat dalam ayat : “kallaa saufa ta’lamun tsumma kallaa saufa ta’lamun”. QS. AT Takaatsur (102) : 3-4. Ancaman tersebut diulang dua kali seakan mengatakan kepada orang yang lalai, hendaknya ia segera bertaubat, karena sejatinya ia tidak akan mengetahui sebesar apakah balasan siksa yang kelak ia tanggung. Pengulangan dalam Al Quran begitu sempurna. Dan menariknya, bentuk takrir dalam kondisi tertentu, senantiasa mempertimbangkan dan menyesuaikan karakter manusia yang amat beragam. Walhasil, tidaklah kebatilan itu didapati dalam Al Quran Kapan dan bagaimanapun. Maha Suci Allah Dengan Segala Firman Nya. Allahul Hadi Ila Sawaissabil
Adapun pembagian Tikrar terbagi menjadi dua bagian :
1. Tikrar Lafdi
2. Tikrar Ma’nawi
Tikrar Lafdi adalah pengulangan redaksi ayat di dalam Al-Qur’an baik berupa huruf-hurufnya ataupun susunan kalimatnya dengan tujuan tertentu. Tikrar ini di dalam Al Qur’an memiliki beberapa bentuk :
1. Tikrar Isim
Penyebutan Kata Benda Isim Dua Kali
Pengulangan dua kali sebuah isim memiliki empat kemungkinan :
1. Keduanya Ma’rifah
2. Keduanya Nakirah
3. Yang Pertama Ma’rifah sedang yang kedua nakirah
4. Yang pertama nakirah sedang yang kedua ma’rifah
1. Jika keduanya ma’rifah, maka pada umumnya yang isim kedua adalah yang pertama.
2. Sebaliknya jika keduanya nakirah, maka yang kedua biasanya bukan yang pertama.
3. Jika yang pertama nakirah dan yang kedua ma’rifah maka yang kedua itu adalah yang pertama, karena sudah diketahui.
4. Jika yang pertama ma’rifah sedang yang kedua nakirah, maka tergantung pada qarinahnya, terkadang qarinahnya (Indikasi) itu menunjukan bahwa keduanya itu berbeda
Terkadang Qarinah itu menunjukan bahwa keduanya sama
2. Tikrar Fiil adalah pengulangan redaksi ayat baik yang berbentuk kata kerja atau fiil
3. Tikrar Hurf adalah pengulangan ayat dalam Al-Qur’an berupa idiem-idiem susunan
kalimat (huruf dari 1 s.d beberapa huruf)
4. Tikrar dengan nama orang adalah pengulangan ayat dalam Al-Qur’an berupa nama-
nama orang di dalam Al-Qur’an
5. Tikrar Surat adalah pengulangan ayat di dalam Al-Qur’an berupa huruf Muqataah di
bebera surat-surat
6. Tikrar Tasbih
7. Tikrar Ta’kid
8. Tikrar na’at atau sifat
9. Tikrar Athaf
10. Tikrar Jumlah
11. Tikrar Badal
12. Tikrar Qashosh
13. Tikrar Amil
Tikrar Ma’nawi adalah pengulangan redaksi ayat di dalam Al-Qur’an yang mana pengulangan ini lebih di titk beratkan kepada ma;na atau maksud dan tujuan pengulangan tersebut. Tikrar ini memiliki beberapa bentuk :
1. Mauidah
2. Wa’id
3. Wa’ad
4. Mubalagoh
5. Istihza
6. Tamsil
7. Qashas
8. Na’at
9. Iltifat
kurang lengkap nih si admin...
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.
Dan Kami berfirman: "Hai Adam diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang lalim.
Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan".(QS 2:34-36)
kang admin, kalo sama ayat yang ini mana yang duluan ya?Al-A'raaf:
[7.11] Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam"; maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.
[7.12] Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis: "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah".
[7.13] Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka ke luarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina".
[7.14] Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan".
[7.15] Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh."
[7.16] Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,
[7.17] kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).
[7.18] Allah berfirman: "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barang siapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahanam dengan kamu semuanya".
[7.19] (Dan Allah berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan istrimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang lalim".
[7.20] Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan setan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)".
[7.21] Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua",
[7.22] maka setan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?"
[7.23] Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi".
paulus- MUSLIM
-
Number of posts : 2496
Age : 44
Location : sekitar israel
Reputation : 35
Points : 8353
Registration date : 2010-01-12
Re: Dijamin muslim belepotan sm dongengan org terdahulu alias quran.
hamba tuhan wrote:admin wrote:KAMU HEBAT YAH , INI TOLONG BUKTIKAN KAMU BUTA HURUF SURGA APA TIDAK
الجمهورية اليمنية
BUKTIKAN DAN SAYA TAHU KAMU ONLINE
apa maksud admin buta huruf surga????
الجمهورية اليمنية = republik yaman.... apa maksudnya bung admin????
HA HA HA KAMU TERNYATA TIDAK MAMPU MEMBACA HURUF ARAB , KALAU MAMPU ITU BUKAN JAWABAN DARI MESIN TRANSLETER
KALAU PAKE MESIN PETERJEMAH AKAN SEPERTI ITU KELUARNYA MEMANG MAU TAQIYYAH
Re: Dijamin muslim belepotan sm dongengan org terdahulu alias quran.
paulus wrote:hamba tuhan wrote:maaf bung admin... kalo copas ayat2 alquran jgn potong2.....
neh saya jelaskan buat bung admin....
TIKRAR DALAM AL-QUR'AN
Al Qur’an tidak hanya sebuah sumber ilmu, petunjuk dan inspirasi kebenaran yang tak pernah kering dan habis. Tetapi disaat yang sama, Al-Qur’an adalah sumber segala kebahagiaan sejati. Hanya saja ada sebuah persoalan rumit yang selalu menjadi sebab kita tidak pernah mendapatkan itu semua, keengganan kita untuk mengkaji untaian isinya yang diturnkan oleh Allah untuk kita semua. Kita tak pernah berhasil benar dalam meraih puncak ilmu, petunjuk dan kebahagian, karena kita leih terasing dari kitab yang mulia ini, kita tidak pernah benar-benar seperti yang dikatakan oleh seorang sehabat Nabi, “ Bacalah Al-Qur’an seolah ia baru diturunkan saat ini untukmu.” Mak tidak mengherankan jika kita pun seperti yang dikatan oleh Utsman r.a, “Jika saja hati kalian suci, maka ia tidak akan pernah kenyang dan puas dengan kalamullah
Memahami Pengulangan Tikrar
Salah satu kriteria yang dijadikan untuk menilai fasih atau tidaknya perkataan seseorang di kalangan bangsa arab, ialah bentuk pengulangan kata ataupun kalimat yang sama dalam satu waktu. Apa pengertian bahasan kita kali ini? Tikrar. Demikian sebutan akrabnya dalam kaedah bahasa. Tikrar berasal dari kata karra yang berarti kembali, mengulangi atau menyambung. Imam Jauhari menegaskan hal yang sama yaitu, arti kata karra ialah mengulangi suatu hal atau perbuatan tertentu. Sedangkan pengertian tikrar dalam istilah, ialah mengulangi satu kata atau kalimat yang sama beberapa kali karena bebarapa alasan, diantaranya dengan tujuan penegasan (tawkid), memberi peringatan atau menggambarkan agungnya sebuah hal tertentu. Para ulama bahasa membagi tikrar menjadi dua macam, yang pertama tikrar yang pola pengulangannya terdapat pada ejaan dan makna kata sekaligus, atau mengulang satu kata yang bermakna sama. Seperti jika seseorang mengatakan kata perintah asri’ asri’ !(cepat-cepat!). Satu kata tersebut diulang dengan makna dan ejaan yang tidak berbeda sama sekali. Tikrar yang kedua yaitu apabila pengulangan hanya pada makna saja, sedangkan ejaan katanya tidak sama. Misalnya, athi’ni wa la tu’shini! (taati dan jangan kau langgar aku!). coba cermati, dua kata ini meski berbeda, yang satu menggunakan kata athi’ni dan satunya lagi la tu’shini, akan tetapi kedua makna tersebut tetap saja sama, sehingga jika ada seseorang mengatakan jangan langgar aku, berarti ia juga memerintahkan untuk mentaatinya. Dirasa ilmu ini cukup penting dalam kajian bahasa, tulis imam Jakhidz , salah seorang ulama bahasa yang hidup di masa dinasti Abbasiyah, dalam kitabnya Rasail Al Jakhidz (Catatan-catatan Jakhidz), menjelaskan kapasitas dan derajat keilmuan seseorang bisa dilihat diantaranya dengan cara mengamati, sejauhmanakah ia mampu menggunakan bentuk pengulangan dalam pembicaraannya. Apa kaitannya dengan bahasan ilmu Alquran kali ini Mengenai apakah terdapat pola pengulangan dalam Al Quran atau tidak, para ulama berselisih pandang. Bagi mereka yang menafikan, atas dalih apapun pengulangan kata itu tetap saja tidak berfaedah, hal ini tentunya tidak berlaku untuk Kalam Allah, dan kalaupun toh pengulangan kata didapati dalam Al Quran, makna kata tersebut berbeda. Sedangkan sebagian yang lain, berpendapat keberadaan pola pengulangan tidak dapat dipungkiri. Kenyataannya, justru pola tikrar yang ada dalam Al Quran menunjukkan apiknya susunan bahasa yang dimiliki Al Quran. Sebagai dalil, sejumlah ulama telah mendata beberapa kata yang diulang-ulang dalam Al Quran, seperti imam Suyuthi, Ibnu Jauzy, Kurmani dan lain sebagainya. Bahkan dari mereka ada yang menggolongkan pola ini ke dalam ayat-ayat samar (mutasyabihat). Sebagai contoh, salah satu rujukan masa kini yang bisa digunakan untuk meneliti sejumlah kata yang diulang-ulang dalam Al Quran ialah Al Mu’jam Al Mufahras Li Al Tarakib Al Mutyabihah Lafdzon Fil Quranil Karim (Kamus Susunan Kata-Kata Yang Serupa Dalam Al Quran), karangan Dr. Muhammad Zaki Muhammad Khidir, Dosen di Universitas Yordania. Terlepas dari perbedaan pendapat di atas, bahasan kali ini bukanlah untuk menjelaskan ada atau tidaknya tikrar apalagi terlibat jauh dalam perdebatan, melainkan mempelajari beberepa pola pengulangan dan makna yang terkandung didalamnya.
Jenis Pola Tikrar Fungsi Dan Maknanya Jika dicermati bentuk tikrar dalam Al Quran bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertama, pengulangan hanya terbatas pada makna saja, sedangkan lafalnya berbeda, dan yang kedua tikrar pada kedua-duanya lafal dan makna sekaligus. Bentuk yang pertama seperti pengulangan kisah-kisah nabi, ayat-ayat yang menggambarkan siksa dan nikmat di akherat, hari kebangkitan, dan ayat-ayat yang mengisahkan penciptaan langit dan bumi dan alam semesta. Meski masih menceritakan satu hal, lafal pada sejumlah ayat tersebut tidak sama persis. Barangkali akan muncul pertanyaan, jika seandainya ayat-ayat tersebut bisa dipahami hanya dengan sekali, mengapa harus diulang-ulang berapa kali? Justru disinilah menariknya. Ibnu Qutaibah menjelaskan Al Quran diturunkan dalam kurun waktu yang tidak singkat, tentunya keberagamaan kabilah yang ada di komunitas arab waktu itu cukuplah banyak, sehingga jika ayat tersebut tidak diulang-ulang, bisa jadi kisah-kisah teladan nabi Musa As, Isa As, Nuh As, Luth As dan sebagainya, hanya akan diterima oleh kaum tertentu, jadi dengan pengulangan tersebut setiap kaum dengan mudah memperolehnya, sehingga makna yang hendak disampaikan bisa ditangkap oleh semua kalangan. Kemudian bentuk tikrar yang kedua dalam Al Quran dapat dibagi menjadi dua, pertama apabila pengulangan kata masih terdapat dalam satu ayat, seperti ayat : “haihaata-haihaata lima tuu’adun” QS. Al Mukminun (23) : 36 dan yang kedua tikrar yang lafalnya diulang pada ayat yang berbeda dan terpisah. Seperti ayat : “ wa inna robbuka lahuwal Azizul Hakiim”. QS. AS Syu’araa’ (26) : 9, kalimat ini diulangi sebanyak 8 kali dalam surat yang sama yaitu AS Syu’araa. Selain contoh pengulangan dalam satu surat di atas, terdapat lafal yang diulang-ulang dalam surat yang berbeda-beda, seperti : “ wayaquuluuna mataa hadzal wa’du inkuntum shodiqin”, lafal ini akan kita dapati di tiga surat yang saling terpisah, yaitu QS. AN Naml (27) : 71, QS. Yaasin (36) : 43, dan QS. Al Mulk (67) : 25.
Faedah Pengulangan Dalam Al Quran Berdasarkan analisa imam zarkasyi dalam kitabnya “Al Burhan”, ada beberapa faedah yang bisa disimpulkan dari pola tikrar dalam Al Quran, diantaranya yang pertama penegasan atau penguatan (ta’kid) . Bahkan apabila dicermati, nilai penekanan yang dikandung pola takrir setingkat lebih kuat dibanding bentuk ta’kid. Keunggulan pola takrir ini disinyalir karena takrir mengulang kata yang sama, sehingga makna yang dimaksudkan akan lebih mengena. Lain halnya dengan pola ta’kid yang dalam penerapannya lebih sering menggunakan huruf atau perangkat yang mengindikasikan penegasan makna yang terkandung. Sebagaimana contoh berikut : “Hai maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu)”. QS. Ali Imran (3) : 42. Kedua kata yang dicetak tebal, sama-sama menggunakan lafal isthafaaki yang diulang dua kali, dengan tujuan agar keistimewaan yang ada pada Maryam semakin jelas dan menjadi bukti atas kesucian yang ia miliki. Faedah yang kedua ٍpola takrir berfungsi untuk memperjelas dan memperkuat sebuah peringatan, sehingga kata-kata tersebut bisa dipahami dan diterima. Misalnya, pengulangan kata ya qoumi (Hai kaumku ) pada kedua ayat yang berdekatan dan maknanya saling berkaitan : “Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar. Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara)”. َQS. Al Mukmin (42) : 38-39. Fungsi pola takrir yang ketiga, untuk menghindari sikap lupa yang disebabkan kalimat tertentu terlalu panjang, sehingga jika sebuah kata tidak diulangi, dikhawatirkan kata yang berada di awal akan terlupakan. Seperti pengulangan kata Inna Rabbaka (Sesungguhnya Tuhan mu) pada QS. An Nahl (16) : 110. Kemudian yang keempat untuk lebih mengambarkan agungnya sebuah perkara, atau sebuah mengisahkan jika betapa sebuah peristiwa itu sungguh menakutkan. Sebagaimana pemberitaan tentang hari kiamat pada ayat : “al haaqqotu mal haaqoh”. QS. Al Haaqah (69) : 1-2. Selanjutnya faedah yang kelima, pola takrir ditempatkan sebagai ancaman dan intimidasi, seperti yang terdapat dalam ayat : “kallaa saufa ta’lamun tsumma kallaa saufa ta’lamun”. QS. AT Takaatsur (102) : 3-4. Ancaman tersebut diulang dua kali seakan mengatakan kepada orang yang lalai, hendaknya ia segera bertaubat, karena sejatinya ia tidak akan mengetahui sebesar apakah balasan siksa yang kelak ia tanggung. Pengulangan dalam Al Quran begitu sempurna. Dan menariknya, bentuk takrir dalam kondisi tertentu, senantiasa mempertimbangkan dan menyesuaikan karakter manusia yang amat beragam. Walhasil, tidaklah kebatilan itu didapati dalam Al Quran Kapan dan bagaimanapun. Maha Suci Allah Dengan Segala Firman Nya. Allahul Hadi Ila Sawaissabil
Adapun pembagian Tikrar terbagi menjadi dua bagian :
1. Tikrar Lafdi
2. Tikrar Ma’nawi
Tikrar Lafdi adalah pengulangan redaksi ayat di dalam Al-Qur’an baik berupa huruf-hurufnya ataupun susunan kalimatnya dengan tujuan tertentu. Tikrar ini di dalam Al Qur’an memiliki beberapa bentuk :
1. Tikrar Isim
Penyebutan Kata Benda Isim Dua Kali
Pengulangan dua kali sebuah isim memiliki empat kemungkinan :
1. Keduanya Ma’rifah
2. Keduanya Nakirah
3. Yang Pertama Ma’rifah sedang yang kedua nakirah
4. Yang pertama nakirah sedang yang kedua ma’rifah
1. Jika keduanya ma’rifah, maka pada umumnya yang isim kedua adalah yang pertama.
2. Sebaliknya jika keduanya nakirah, maka yang kedua biasanya bukan yang pertama.
3. Jika yang pertama nakirah dan yang kedua ma’rifah maka yang kedua itu adalah yang pertama, karena sudah diketahui.
4. Jika yang pertama ma’rifah sedang yang kedua nakirah, maka tergantung pada qarinahnya, terkadang qarinahnya (Indikasi) itu menunjukan bahwa keduanya itu berbeda
Terkadang Qarinah itu menunjukan bahwa keduanya sama
2. Tikrar Fiil adalah pengulangan redaksi ayat baik yang berbentuk kata kerja atau fiil
3. Tikrar Hurf adalah pengulangan ayat dalam Al-Qur’an berupa idiem-idiem susunan
kalimat (huruf dari 1 s.d beberapa huruf)
4. Tikrar dengan nama orang adalah pengulangan ayat dalam Al-Qur’an berupa nama-
nama orang di dalam Al-Qur’an
5. Tikrar Surat adalah pengulangan ayat di dalam Al-Qur’an berupa huruf Muqataah di
bebera surat-surat
6. Tikrar Tasbih
7. Tikrar Ta’kid
8. Tikrar na’at atau sifat
9. Tikrar Athaf
10. Tikrar Jumlah
11. Tikrar Badal
12. Tikrar Qashosh
13. Tikrar Amil
Tikrar Ma’nawi adalah pengulangan redaksi ayat di dalam Al-Qur’an yang mana pengulangan ini lebih di titk beratkan kepada ma;na atau maksud dan tujuan pengulangan tersebut. Tikrar ini memiliki beberapa bentuk :
1. Mauidah
2. Wa’id
3. Wa’ad
4. Mubalagoh
5. Istihza
6. Tamsil
7. Qashas
8. Na’at
9. Iltifat
kurang lengkap nih si admin...
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.
Dan Kami berfirman: "Hai Adam diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang lalim.
Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan".(QS 2:34-36)
kang admin, kalo sama ayat yang ini mana yang duluan ya?Al-A'raaf:
[7.11] Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam"; maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.
[7.12] Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis: "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah".
[7.13] Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka ke luarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina".
[7.14] Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan".
[7.15] Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh."
[7.16] Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,
[7.17] kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).
[7.18] Allah berfirman: "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barang siapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahanam dengan kamu semuanya".
[7.19] (Dan Allah berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan istrimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang lalim".
[7.20] Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan setan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)".
[7.21] Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua",
[7.22] maka setan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?"
[7.23] Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi".
PERTANYAAN JEBAKAN ITU SUDAH SAYA JAWAB
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=132037653525326&set=a.117290885000003.15942.100001572750119¬if_t=like
Re: Dijamin muslim belepotan sm dongengan org terdahulu alias quran.
admin wrote:hamba tuhan wrote:admin wrote:KAMU HEBAT YAH , INI TOLONG BUKTIKAN KAMU BUTA HURUF SURGA APA TIDAK
الجمهورية اليمنية
BUKTIKAN DAN SAYA TAHU KAMU ONLINE
apa maksud admin buta huruf surga????
الجمهورية اليمنية = republik yaman.... apa maksudnya bung admin????
HA HA HA KAMU TERNYATA TIDAK MAMPU MEMBACA HURUF ARAB , KALAU MAMPU ITU BUKAN JAWABAN DARI MESIN TRANSLETER
KALAU PAKE MESIN PETERJEMAH AKAN SEPERTI ITU KELUARNYA MEMANG MAU TAQIYYAH
hahaaaa.... kenapa bung admin.... mau belajar bahasa arab ya????
hamba tuhan- MUSLIM
-
Number of posts : 9932
Age : 24
Location : Aceh
Humor : Obrolan Santai dengan Om Yesus
Reputation : -206
Points : 16072
Registration date : 2010-09-20
Re: Dijamin muslim belepotan sm dongengan org terdahulu alias quran.
SETAN ATAU IBLIS SAMA ATAU TIDAK?
Re: Dijamin muslim belepotan sm dongengan org terdahulu alias quran.
hamba tuhan wrote:admin wrote:hamba tuhan wrote:admin wrote:KAMU HEBAT YAH , INI TOLONG BUKTIKAN KAMU BUTA HURUF SURGA APA TIDAK
الجمهورية اليمنية
BUKTIKAN DAN SAYA TAHU KAMU ONLINE
apa maksud admin buta huruf surga????
الجمهورية اليمنية = republik yaman.... apa maksudnya bung admin????
HA HA HA KAMU TERNYATA TIDAK MAMPU MEMBACA HURUF ARAB , KALAU MAMPU ITU BUKAN JAWABAN DARI MESIN TRANSLETER
KALAU PAKE MESIN PETERJEMAH AKAN SEPERTI ITU KELUARNYA MEMANG MAU TAQIYYAH
hahaaaa.... kenapa bung admin.... mau belajar bahasa arab ya????
SORRY BISA KESURUPAN BELAJAR BAHASA SETAN
, JADI INI JUGA KESEMPATAN SAYA BALAS POSTINGAN KAMU SETELAH INI SEGALA POSTINGAN KAMU TIDAK AKAN PERNAH SAYA TANGGAPI KARENA TIDAK LEVEL , BAHASA ARAB SAJA TIDAK MAMPU
QS 12:2 Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Qur'an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.
QS 43:3 Sesungguhnya Kami menjadikan Al Qur'an dalam bahasa Arab supaya kamu memahami (nya).
KAMU JUGA SUDAH TIDAK BISA DISEBUT MUSLIM KARENA TIDAK MEMAHAMI BAHASA ARAB DAN MELANGGAR ALLAH KAMU SENDIRI DIMANA SEEKOR MUSLIM HARUS MEMAHAMI BAHASA ARAB
Re: Dijamin muslim belepotan sm dongengan org terdahulu alias quran.
admin wrote:SETAN ATAU IBLIS SAMA ATAU TIDAK?
setan atau syaithan bung admin???? maaf... jgn salah nulis
hamba tuhan- MUSLIM
-
Number of posts : 9932
Age : 24
Location : Aceh
Humor : Obrolan Santai dengan Om Yesus
Reputation : -206
Points : 16072
Registration date : 2010-09-20
Re: Dijamin muslim belepotan sm dongengan org terdahulu alias quran.
admin wrote:hamba tuhan wrote:admin wrote:hamba tuhan wrote:admin wrote:KAMU HEBAT YAH , INI TOLONG BUKTIKAN KAMU BUTA HURUF SURGA APA TIDAK
الجمهورية اليمنية
BUKTIKAN DAN SAYA TAHU KAMU ONLINE
apa maksud admin buta huruf surga????
الجمهورية اليمنية = republik yaman.... apa maksudnya bung admin????
HA HA HA KAMU TERNYATA TIDAK MAMPU MEMBACA HURUF ARAB , KALAU MAMPU ITU BUKAN JAWABAN DARI MESIN TRANSLETER
KALAU PAKE MESIN PETERJEMAH AKAN SEPERTI ITU KELUARNYA MEMANG MAU TAQIYYAH
hahaaaa.... kenapa bung admin.... mau belajar bahasa arab ya????
SORRY BISA KESURUPAN BELAJAR BAHASA SETAN
, JADI INI JUGA KESEMPATAN SAYA BALAS POSTINGAN KAMU SETELAH INI SEGALA POSTINGAN KAMU TIDAK AKAN PERNAH SAYA TANGGAPI KARENA TIDAK LEVEL , BAHASA ARAB SAJA TIDAK MAMPU
QS 12:2 Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Qur'an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.
QS 43:3 Sesungguhnya Kami menjadikan Al Qur'an dalam bahasa Arab supaya kamu memahami (nya).
KAMU JUGA SUDAH TIDAK BISA DISEBUT MUSLIM KARENA TIDAK MEMAHAMI BAHASA ARAB DAN MELANGGAR ALLAH KAMU SENDIRI DIMANA SEEKOR MUSLIM HARUS MEMAHAMI BAHASA ARAB
hahaaa... bung admin jgn ngambek..... emang ada apa dgn 2 terjemahan diatas bung admin???? coba copas kesini matannya Alquran..... jgn terjemahan, biar saya ajarin bung admin.....
hamba tuhan- MUSLIM
-
Number of posts : 9932
Age : 24
Location : Aceh
Humor : Obrolan Santai dengan Om Yesus
Reputation : -206
Points : 16072
Registration date : 2010-09-20
Re: Dijamin muslim belepotan sm dongengan org terdahulu alias quran.
admin wrote:paulus wrote:hamba tuhan wrote:maaf bung admin... kalo copas ayat2 alquran jgn potong2.....
neh saya jelaskan buat bung admin....
TIKRAR DALAM AL-QUR'AN
Al Qur’an tidak hanya sebuah sumber ilmu, petunjuk dan inspirasi kebenaran yang tak pernah kering dan habis. Tetapi disaat yang sama, Al-Qur’an adalah sumber segala kebahagiaan sejati. Hanya saja ada sebuah persoalan rumit yang selalu menjadi sebab kita tidak pernah mendapatkan itu semua, keengganan kita untuk mengkaji untaian isinya yang diturnkan oleh Allah untuk kita semua. Kita tak pernah berhasil benar dalam meraih puncak ilmu, petunjuk dan kebahagian, karena kita leih terasing dari kitab yang mulia ini, kita tidak pernah benar-benar seperti yang dikatakan oleh seorang sehabat Nabi, “ Bacalah Al-Qur’an seolah ia baru diturunkan saat ini untukmu.” Mak tidak mengherankan jika kita pun seperti yang dikatan oleh Utsman r.a, “Jika saja hati kalian suci, maka ia tidak akan pernah kenyang dan puas dengan kalamullah
Memahami Pengulangan Tikrar
Salah satu kriteria yang dijadikan untuk menilai fasih atau tidaknya perkataan seseorang di kalangan bangsa arab, ialah bentuk pengulangan kata ataupun kalimat yang sama dalam satu waktu. Apa pengertian bahasan kita kali ini? Tikrar. Demikian sebutan akrabnya dalam kaedah bahasa. Tikrar berasal dari kata karra yang berarti kembali, mengulangi atau menyambung. Imam Jauhari menegaskan hal yang sama yaitu, arti kata karra ialah mengulangi suatu hal atau perbuatan tertentu. Sedangkan pengertian tikrar dalam istilah, ialah mengulangi satu kata atau kalimat yang sama beberapa kali karena bebarapa alasan, diantaranya dengan tujuan penegasan (tawkid), memberi peringatan atau menggambarkan agungnya sebuah hal tertentu. Para ulama bahasa membagi tikrar menjadi dua macam, yang pertama tikrar yang pola pengulangannya terdapat pada ejaan dan makna kata sekaligus, atau mengulang satu kata yang bermakna sama. Seperti jika seseorang mengatakan kata perintah asri’ asri’ !(cepat-cepat!). Satu kata tersebut diulang dengan makna dan ejaan yang tidak berbeda sama sekali. Tikrar yang kedua yaitu apabila pengulangan hanya pada makna saja, sedangkan ejaan katanya tidak sama. Misalnya, athi’ni wa la tu’shini! (taati dan jangan kau langgar aku!). coba cermati, dua kata ini meski berbeda, yang satu menggunakan kata athi’ni dan satunya lagi la tu’shini, akan tetapi kedua makna tersebut tetap saja sama, sehingga jika ada seseorang mengatakan jangan langgar aku, berarti ia juga memerintahkan untuk mentaatinya. Dirasa ilmu ini cukup penting dalam kajian bahasa, tulis imam Jakhidz , salah seorang ulama bahasa yang hidup di masa dinasti Abbasiyah, dalam kitabnya Rasail Al Jakhidz (Catatan-catatan Jakhidz), menjelaskan kapasitas dan derajat keilmuan seseorang bisa dilihat diantaranya dengan cara mengamati, sejauhmanakah ia mampu menggunakan bentuk pengulangan dalam pembicaraannya. Apa kaitannya dengan bahasan ilmu Alquran kali ini Mengenai apakah terdapat pola pengulangan dalam Al Quran atau tidak, para ulama berselisih pandang. Bagi mereka yang menafikan, atas dalih apapun pengulangan kata itu tetap saja tidak berfaedah, hal ini tentunya tidak berlaku untuk Kalam Allah, dan kalaupun toh pengulangan kata didapati dalam Al Quran, makna kata tersebut berbeda. Sedangkan sebagian yang lain, berpendapat keberadaan pola pengulangan tidak dapat dipungkiri. Kenyataannya, justru pola tikrar yang ada dalam Al Quran menunjukkan apiknya susunan bahasa yang dimiliki Al Quran. Sebagai dalil, sejumlah ulama telah mendata beberapa kata yang diulang-ulang dalam Al Quran, seperti imam Suyuthi, Ibnu Jauzy, Kurmani dan lain sebagainya. Bahkan dari mereka ada yang menggolongkan pola ini ke dalam ayat-ayat samar (mutasyabihat). Sebagai contoh, salah satu rujukan masa kini yang bisa digunakan untuk meneliti sejumlah kata yang diulang-ulang dalam Al Quran ialah Al Mu’jam Al Mufahras Li Al Tarakib Al Mutyabihah Lafdzon Fil Quranil Karim (Kamus Susunan Kata-Kata Yang Serupa Dalam Al Quran), karangan Dr. Muhammad Zaki Muhammad Khidir, Dosen di Universitas Yordania. Terlepas dari perbedaan pendapat di atas, bahasan kali ini bukanlah untuk menjelaskan ada atau tidaknya tikrar apalagi terlibat jauh dalam perdebatan, melainkan mempelajari beberepa pola pengulangan dan makna yang terkandung didalamnya.
Jenis Pola Tikrar Fungsi Dan Maknanya Jika dicermati bentuk tikrar dalam Al Quran bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertama, pengulangan hanya terbatas pada makna saja, sedangkan lafalnya berbeda, dan yang kedua tikrar pada kedua-duanya lafal dan makna sekaligus. Bentuk yang pertama seperti pengulangan kisah-kisah nabi, ayat-ayat yang menggambarkan siksa dan nikmat di akherat, hari kebangkitan, dan ayat-ayat yang mengisahkan penciptaan langit dan bumi dan alam semesta. Meski masih menceritakan satu hal, lafal pada sejumlah ayat tersebut tidak sama persis. Barangkali akan muncul pertanyaan, jika seandainya ayat-ayat tersebut bisa dipahami hanya dengan sekali, mengapa harus diulang-ulang berapa kali? Justru disinilah menariknya. Ibnu Qutaibah menjelaskan Al Quran diturunkan dalam kurun waktu yang tidak singkat, tentunya keberagamaan kabilah yang ada di komunitas arab waktu itu cukuplah banyak, sehingga jika ayat tersebut tidak diulang-ulang, bisa jadi kisah-kisah teladan nabi Musa As, Isa As, Nuh As, Luth As dan sebagainya, hanya akan diterima oleh kaum tertentu, jadi dengan pengulangan tersebut setiap kaum dengan mudah memperolehnya, sehingga makna yang hendak disampaikan bisa ditangkap oleh semua kalangan. Kemudian bentuk tikrar yang kedua dalam Al Quran dapat dibagi menjadi dua, pertama apabila pengulangan kata masih terdapat dalam satu ayat, seperti ayat : “haihaata-haihaata lima tuu’adun” QS. Al Mukminun (23) : 36 dan yang kedua tikrar yang lafalnya diulang pada ayat yang berbeda dan terpisah. Seperti ayat : “ wa inna robbuka lahuwal Azizul Hakiim”. QS. AS Syu’araa’ (26) : 9, kalimat ini diulangi sebanyak 8 kali dalam surat yang sama yaitu AS Syu’araa. Selain contoh pengulangan dalam satu surat di atas, terdapat lafal yang diulang-ulang dalam surat yang berbeda-beda, seperti : “ wayaquuluuna mataa hadzal wa’du inkuntum shodiqin”, lafal ini akan kita dapati di tiga surat yang saling terpisah, yaitu QS. AN Naml (27) : 71, QS. Yaasin (36) : 43, dan QS. Al Mulk (67) : 25.
Faedah Pengulangan Dalam Al Quran Berdasarkan analisa imam zarkasyi dalam kitabnya “Al Burhan”, ada beberapa faedah yang bisa disimpulkan dari pola tikrar dalam Al Quran, diantaranya yang pertama penegasan atau penguatan (ta’kid) . Bahkan apabila dicermati, nilai penekanan yang dikandung pola takrir setingkat lebih kuat dibanding bentuk ta’kid. Keunggulan pola takrir ini disinyalir karena takrir mengulang kata yang sama, sehingga makna yang dimaksudkan akan lebih mengena. Lain halnya dengan pola ta’kid yang dalam penerapannya lebih sering menggunakan huruf atau perangkat yang mengindikasikan penegasan makna yang terkandung. Sebagaimana contoh berikut : “Hai maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu)”. QS. Ali Imran (3) : 42. Kedua kata yang dicetak tebal, sama-sama menggunakan lafal isthafaaki yang diulang dua kali, dengan tujuan agar keistimewaan yang ada pada Maryam semakin jelas dan menjadi bukti atas kesucian yang ia miliki. Faedah yang kedua ٍpola takrir berfungsi untuk memperjelas dan memperkuat sebuah peringatan, sehingga kata-kata tersebut bisa dipahami dan diterima. Misalnya, pengulangan kata ya qoumi (Hai kaumku ) pada kedua ayat yang berdekatan dan maknanya saling berkaitan : “Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar. Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara)”. َQS. Al Mukmin (42) : 38-39. Fungsi pola takrir yang ketiga, untuk menghindari sikap lupa yang disebabkan kalimat tertentu terlalu panjang, sehingga jika sebuah kata tidak diulangi, dikhawatirkan kata yang berada di awal akan terlupakan. Seperti pengulangan kata Inna Rabbaka (Sesungguhnya Tuhan mu) pada QS. An Nahl (16) : 110. Kemudian yang keempat untuk lebih mengambarkan agungnya sebuah perkara, atau sebuah mengisahkan jika betapa sebuah peristiwa itu sungguh menakutkan. Sebagaimana pemberitaan tentang hari kiamat pada ayat : “al haaqqotu mal haaqoh”. QS. Al Haaqah (69) : 1-2. Selanjutnya faedah yang kelima, pola takrir ditempatkan sebagai ancaman dan intimidasi, seperti yang terdapat dalam ayat : “kallaa saufa ta’lamun tsumma kallaa saufa ta’lamun”. QS. AT Takaatsur (102) : 3-4. Ancaman tersebut diulang dua kali seakan mengatakan kepada orang yang lalai, hendaknya ia segera bertaubat, karena sejatinya ia tidak akan mengetahui sebesar apakah balasan siksa yang kelak ia tanggung. Pengulangan dalam Al Quran begitu sempurna. Dan menariknya, bentuk takrir dalam kondisi tertentu, senantiasa mempertimbangkan dan menyesuaikan karakter manusia yang amat beragam. Walhasil, tidaklah kebatilan itu didapati dalam Al Quran Kapan dan bagaimanapun. Maha Suci Allah Dengan Segala Firman Nya. Allahul Hadi Ila Sawaissabil
Adapun pembagian Tikrar terbagi menjadi dua bagian :
1. Tikrar Lafdi
2. Tikrar Ma’nawi
Tikrar Lafdi adalah pengulangan redaksi ayat di dalam Al-Qur’an baik berupa huruf-hurufnya ataupun susunan kalimatnya dengan tujuan tertentu. Tikrar ini di dalam Al Qur’an memiliki beberapa bentuk :
1. Tikrar Isim
Penyebutan Kata Benda Isim Dua Kali
Pengulangan dua kali sebuah isim memiliki empat kemungkinan :
1. Keduanya Ma’rifah
2. Keduanya Nakirah
3. Yang Pertama Ma’rifah sedang yang kedua nakirah
4. Yang pertama nakirah sedang yang kedua ma’rifah
1. Jika keduanya ma’rifah, maka pada umumnya yang isim kedua adalah yang pertama.
2. Sebaliknya jika keduanya nakirah, maka yang kedua biasanya bukan yang pertama.
3. Jika yang pertama nakirah dan yang kedua ma’rifah maka yang kedua itu adalah yang pertama, karena sudah diketahui.
4. Jika yang pertama ma’rifah sedang yang kedua nakirah, maka tergantung pada qarinahnya, terkadang qarinahnya (Indikasi) itu menunjukan bahwa keduanya itu berbeda
Terkadang Qarinah itu menunjukan bahwa keduanya sama
2. Tikrar Fiil adalah pengulangan redaksi ayat baik yang berbentuk kata kerja atau fiil
3. Tikrar Hurf adalah pengulangan ayat dalam Al-Qur’an berupa idiem-idiem susunan
kalimat (huruf dari 1 s.d beberapa huruf)
4. Tikrar dengan nama orang adalah pengulangan ayat dalam Al-Qur’an berupa nama-
nama orang di dalam Al-Qur’an
5. Tikrar Surat adalah pengulangan ayat di dalam Al-Qur’an berupa huruf Muqataah di
bebera surat-surat
6. Tikrar Tasbih
7. Tikrar Ta’kid
8. Tikrar na’at atau sifat
9. Tikrar Athaf
10. Tikrar Jumlah
11. Tikrar Badal
12. Tikrar Qashosh
13. Tikrar Amil
Tikrar Ma’nawi adalah pengulangan redaksi ayat di dalam Al-Qur’an yang mana pengulangan ini lebih di titk beratkan kepada ma;na atau maksud dan tujuan pengulangan tersebut. Tikrar ini memiliki beberapa bentuk :
1. Mauidah
2. Wa’id
3. Wa’ad
4. Mubalagoh
5. Istihza
6. Tamsil
7. Qashas
8. Na’at
9. Iltifat
kurang lengkap nih si admin...
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.
Dan Kami berfirman: "Hai Adam diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang lalim.
Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan".(QS 2:34-36)
kang admin, kalo sama ayat yang ini mana yang duluan ya?Al-A'raaf:
[7.11] Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam"; maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.
[7.12] Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis: "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah".
[7.13] Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka ke luarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina".
[7.14] Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan".
[7.15] Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh."
[7.16] Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,
[7.17] kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).
[7.18] Allah berfirman: "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barang siapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahanam dengan kamu semuanya".
[7.19] (Dan Allah berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan istrimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang lalim".
[7.20] Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan setan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)".
[7.21] Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua",
[7.22] maka setan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?"
[7.23] Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi".
PERTANYAAN JEBAKAN ITU SUDAH SAYA JAWAB
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=132037653525326&set=a.117290885000003.15942.100001572750119¬if_t=like
lho kok malah dibilang pertanyaan jebakan? wkwkwkwkwkwkwkwk
jawabnya di fb pula...
kasih disini dong di bagi2 ama teman Muslim disini
jangan ragu gitu dong bang Admin...
ntar paulus beliin permen kepala monyet, leluhur bang Admin...ok?
paulus- MUSLIM
-
Number of posts : 2496
Age : 44
Location : sekitar israel
Reputation : 35
Points : 8353
Registration date : 2010-01-12
Re: Dijamin muslim belepotan sm dongengan org terdahulu alias quran.
oonadmin wrote:hamba tuhan wrote:admin wrote:hamba tuhan wrote:admin wrote:KAMU HEBAT YAH , INI TOLONG BUKTIKAN KAMU BUTA HURUF SURGA APA TIDAK
الجمهورية اليمنية
BUKTIKAN DAN SAYA TAHU KAMU ONLINE
apa maksud admin buta huruf surga????
الجمهورية اليمنية = republik yaman.... apa maksudnya bung admin????
HA HA HA KAMU TERNYATA TIDAK MAMPU MEMBACA HURUF ARAB , KALAU MAMPU ITU BUKAN JAWABAN DARI MESIN TRANSLETER
KALAU PAKE MESIN PETERJEMAH AKAN SEPERTI ITU KELUARNYA MEMANG MAU TAQIYYAH
hahaaaa.... kenapa bung admin.... mau belajar bahasa arab ya????
SORRY BISA KESURUPAN BELAJAR BAHASA SETAN
, JADI INI JUGA KESEMPATAN SAYA BALAS POSTINGAN KAMU SETELAH INI SEGALA POSTINGAN KAMU TIDAK AKAN PERNAH SAYA TANGGAPI KARENA TIDAK LEVEL , BAHASA ARAB SAJA TIDAK MAMPU
QS 12:2 Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Qur'an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.
QS 43:3 Sesungguhnya Kami menjadikan Al Qur'an dalam bahasa Arab supaya kamu memahami (nya).
KAMU JUGA SUDAH TIDAK BISA DISEBUT MUSLIM KARENA TIDAK MEMAHAMI BAHASA ARAB DAN MELANGGAR ALLAH KAMU SENDIRI DIMANA SEEKOR MUSLIM HARUS MEMAHAMI BAHASA ARAB
Re: Dijamin muslim belepotan sm dongengan org terdahulu alias quran.
paulus wrote:admin wrote:paulus wrote:hamba tuhan wrote:maaf bung admin... kalo copas ayat2 alquran jgn potong2.....
neh saya jelaskan buat bung admin....
TIKRAR DALAM AL-QUR'AN
Al Qur’an tidak hanya sebuah sumber ilmu, petunjuk dan inspirasi kebenaran yang tak pernah kering dan habis. Tetapi disaat yang sama, Al-Qur’an adalah sumber segala kebahagiaan sejati. Hanya saja ada sebuah persoalan rumit yang selalu menjadi sebab kita tidak pernah mendapatkan itu semua, keengganan kita untuk mengkaji untaian isinya yang diturnkan oleh Allah untuk kita semua. Kita tak pernah berhasil benar dalam meraih puncak ilmu, petunjuk dan kebahagian, karena kita leih terasing dari kitab yang mulia ini, kita tidak pernah benar-benar seperti yang dikatakan oleh seorang sehabat Nabi, “ Bacalah Al-Qur’an seolah ia baru diturunkan saat ini untukmu.” Mak tidak mengherankan jika kita pun seperti yang dikatan oleh Utsman r.a, “Jika saja hati kalian suci, maka ia tidak akan pernah kenyang dan puas dengan kalamullah
Memahami Pengulangan Tikrar
Salah satu kriteria yang dijadikan untuk menilai fasih atau tidaknya perkataan seseorang di kalangan bangsa arab, ialah bentuk pengulangan kata ataupun kalimat yang sama dalam satu waktu. Apa pengertian bahasan kita kali ini? Tikrar. Demikian sebutan akrabnya dalam kaedah bahasa. Tikrar berasal dari kata karra yang berarti kembali, mengulangi atau menyambung. Imam Jauhari menegaskan hal yang sama yaitu, arti kata karra ialah mengulangi suatu hal atau perbuatan tertentu. Sedangkan pengertian tikrar dalam istilah, ialah mengulangi satu kata atau kalimat yang sama beberapa kali karena bebarapa alasan, diantaranya dengan tujuan penegasan (tawkid), memberi peringatan atau menggambarkan agungnya sebuah hal tertentu. Para ulama bahasa membagi tikrar menjadi dua macam, yang pertama tikrar yang pola pengulangannya terdapat pada ejaan dan makna kata sekaligus, atau mengulang satu kata yang bermakna sama. Seperti jika seseorang mengatakan kata perintah asri’ asri’ !(cepat-cepat!). Satu kata tersebut diulang dengan makna dan ejaan yang tidak berbeda sama sekali. Tikrar yang kedua yaitu apabila pengulangan hanya pada makna saja, sedangkan ejaan katanya tidak sama. Misalnya, athi’ni wa la tu’shini! (taati dan jangan kau langgar aku!). coba cermati, dua kata ini meski berbeda, yang satu menggunakan kata athi’ni dan satunya lagi la tu’shini, akan tetapi kedua makna tersebut tetap saja sama, sehingga jika ada seseorang mengatakan jangan langgar aku, berarti ia juga memerintahkan untuk mentaatinya. Dirasa ilmu ini cukup penting dalam kajian bahasa, tulis imam Jakhidz , salah seorang ulama bahasa yang hidup di masa dinasti Abbasiyah, dalam kitabnya Rasail Al Jakhidz (Catatan-catatan Jakhidz), menjelaskan kapasitas dan derajat keilmuan seseorang bisa dilihat diantaranya dengan cara mengamati, sejauhmanakah ia mampu menggunakan bentuk pengulangan dalam pembicaraannya. Apa kaitannya dengan bahasan ilmu Alquran kali ini Mengenai apakah terdapat pola pengulangan dalam Al Quran atau tidak, para ulama berselisih pandang. Bagi mereka yang menafikan, atas dalih apapun pengulangan kata itu tetap saja tidak berfaedah, hal ini tentunya tidak berlaku untuk Kalam Allah, dan kalaupun toh pengulangan kata didapati dalam Al Quran, makna kata tersebut berbeda. Sedangkan sebagian yang lain, berpendapat keberadaan pola pengulangan tidak dapat dipungkiri. Kenyataannya, justru pola tikrar yang ada dalam Al Quran menunjukkan apiknya susunan bahasa yang dimiliki Al Quran. Sebagai dalil, sejumlah ulama telah mendata beberapa kata yang diulang-ulang dalam Al Quran, seperti imam Suyuthi, Ibnu Jauzy, Kurmani dan lain sebagainya. Bahkan dari mereka ada yang menggolongkan pola ini ke dalam ayat-ayat samar (mutasyabihat). Sebagai contoh, salah satu rujukan masa kini yang bisa digunakan untuk meneliti sejumlah kata yang diulang-ulang dalam Al Quran ialah Al Mu’jam Al Mufahras Li Al Tarakib Al Mutyabihah Lafdzon Fil Quranil Karim (Kamus Susunan Kata-Kata Yang Serupa Dalam Al Quran), karangan Dr. Muhammad Zaki Muhammad Khidir, Dosen di Universitas Yordania. Terlepas dari perbedaan pendapat di atas, bahasan kali ini bukanlah untuk menjelaskan ada atau tidaknya tikrar apalagi terlibat jauh dalam perdebatan, melainkan mempelajari beberepa pola pengulangan dan makna yang terkandung didalamnya.
Jenis Pola Tikrar Fungsi Dan Maknanya Jika dicermati bentuk tikrar dalam Al Quran bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertama, pengulangan hanya terbatas pada makna saja, sedangkan lafalnya berbeda, dan yang kedua tikrar pada kedua-duanya lafal dan makna sekaligus. Bentuk yang pertama seperti pengulangan kisah-kisah nabi, ayat-ayat yang menggambarkan siksa dan nikmat di akherat, hari kebangkitan, dan ayat-ayat yang mengisahkan penciptaan langit dan bumi dan alam semesta. Meski masih menceritakan satu hal, lafal pada sejumlah ayat tersebut tidak sama persis. Barangkali akan muncul pertanyaan, jika seandainya ayat-ayat tersebut bisa dipahami hanya dengan sekali, mengapa harus diulang-ulang berapa kali? Justru disinilah menariknya. Ibnu Qutaibah menjelaskan Al Quran diturunkan dalam kurun waktu yang tidak singkat, tentunya keberagamaan kabilah yang ada di komunitas arab waktu itu cukuplah banyak, sehingga jika ayat tersebut tidak diulang-ulang, bisa jadi kisah-kisah teladan nabi Musa As, Isa As, Nuh As, Luth As dan sebagainya, hanya akan diterima oleh kaum tertentu, jadi dengan pengulangan tersebut setiap kaum dengan mudah memperolehnya, sehingga makna yang hendak disampaikan bisa ditangkap oleh semua kalangan. Kemudian bentuk tikrar yang kedua dalam Al Quran dapat dibagi menjadi dua, pertama apabila pengulangan kata masih terdapat dalam satu ayat, seperti ayat : “haihaata-haihaata lima tuu’adun” QS. Al Mukminun (23) : 36 dan yang kedua tikrar yang lafalnya diulang pada ayat yang berbeda dan terpisah. Seperti ayat : “ wa inna robbuka lahuwal Azizul Hakiim”. QS. AS Syu’araa’ (26) : 9, kalimat ini diulangi sebanyak 8 kali dalam surat yang sama yaitu AS Syu’araa. Selain contoh pengulangan dalam satu surat di atas, terdapat lafal yang diulang-ulang dalam surat yang berbeda-beda, seperti : “ wayaquuluuna mataa hadzal wa’du inkuntum shodiqin”, lafal ini akan kita dapati di tiga surat yang saling terpisah, yaitu QS. AN Naml (27) : 71, QS. Yaasin (36) : 43, dan QS. Al Mulk (67) : 25.
Faedah Pengulangan Dalam Al Quran Berdasarkan analisa imam zarkasyi dalam kitabnya “Al Burhan”, ada beberapa faedah yang bisa disimpulkan dari pola tikrar dalam Al Quran, diantaranya yang pertama penegasan atau penguatan (ta’kid) . Bahkan apabila dicermati, nilai penekanan yang dikandung pola takrir setingkat lebih kuat dibanding bentuk ta’kid. Keunggulan pola takrir ini disinyalir karena takrir mengulang kata yang sama, sehingga makna yang dimaksudkan akan lebih mengena. Lain halnya dengan pola ta’kid yang dalam penerapannya lebih sering menggunakan huruf atau perangkat yang mengindikasikan penegasan makna yang terkandung. Sebagaimana contoh berikut : “Hai maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu)”. QS. Ali Imran (3) : 42. Kedua kata yang dicetak tebal, sama-sama menggunakan lafal isthafaaki yang diulang dua kali, dengan tujuan agar keistimewaan yang ada pada Maryam semakin jelas dan menjadi bukti atas kesucian yang ia miliki. Faedah yang kedua ٍpola takrir berfungsi untuk memperjelas dan memperkuat sebuah peringatan, sehingga kata-kata tersebut bisa dipahami dan diterima. Misalnya, pengulangan kata ya qoumi (Hai kaumku ) pada kedua ayat yang berdekatan dan maknanya saling berkaitan : “Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar. Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara)”. َQS. Al Mukmin (42) : 38-39. Fungsi pola takrir yang ketiga, untuk menghindari sikap lupa yang disebabkan kalimat tertentu terlalu panjang, sehingga jika sebuah kata tidak diulangi, dikhawatirkan kata yang berada di awal akan terlupakan. Seperti pengulangan kata Inna Rabbaka (Sesungguhnya Tuhan mu) pada QS. An Nahl (16) : 110. Kemudian yang keempat untuk lebih mengambarkan agungnya sebuah perkara, atau sebuah mengisahkan jika betapa sebuah peristiwa itu sungguh menakutkan. Sebagaimana pemberitaan tentang hari kiamat pada ayat : “al haaqqotu mal haaqoh”. QS. Al Haaqah (69) : 1-2. Selanjutnya faedah yang kelima, pola takrir ditempatkan sebagai ancaman dan intimidasi, seperti yang terdapat dalam ayat : “kallaa saufa ta’lamun tsumma kallaa saufa ta’lamun”. QS. AT Takaatsur (102) : 3-4. Ancaman tersebut diulang dua kali seakan mengatakan kepada orang yang lalai, hendaknya ia segera bertaubat, karena sejatinya ia tidak akan mengetahui sebesar apakah balasan siksa yang kelak ia tanggung. Pengulangan dalam Al Quran begitu sempurna. Dan menariknya, bentuk takrir dalam kondisi tertentu, senantiasa mempertimbangkan dan menyesuaikan karakter manusia yang amat beragam. Walhasil, tidaklah kebatilan itu didapati dalam Al Quran Kapan dan bagaimanapun. Maha Suci Allah Dengan Segala Firman Nya. Allahul Hadi Ila Sawaissabil
Adapun pembagian Tikrar terbagi menjadi dua bagian :
1. Tikrar Lafdi
2. Tikrar Ma’nawi
Tikrar Lafdi adalah pengulangan redaksi ayat di dalam Al-Qur’an baik berupa huruf-hurufnya ataupun susunan kalimatnya dengan tujuan tertentu. Tikrar ini di dalam Al Qur’an memiliki beberapa bentuk :
1. Tikrar Isim
Penyebutan Kata Benda Isim Dua Kali
Pengulangan dua kali sebuah isim memiliki empat kemungkinan :
1. Keduanya Ma’rifah
2. Keduanya Nakirah
3. Yang Pertama Ma’rifah sedang yang kedua nakirah
4. Yang pertama nakirah sedang yang kedua ma’rifah
1. Jika keduanya ma’rifah, maka pada umumnya yang isim kedua adalah yang pertama.
2. Sebaliknya jika keduanya nakirah, maka yang kedua biasanya bukan yang pertama.
3. Jika yang pertama nakirah dan yang kedua ma’rifah maka yang kedua itu adalah yang pertama, karena sudah diketahui.
4. Jika yang pertama ma’rifah sedang yang kedua nakirah, maka tergantung pada qarinahnya, terkadang qarinahnya (Indikasi) itu menunjukan bahwa keduanya itu berbeda
Terkadang Qarinah itu menunjukan bahwa keduanya sama
2. Tikrar Fiil adalah pengulangan redaksi ayat baik yang berbentuk kata kerja atau fiil
3. Tikrar Hurf adalah pengulangan ayat dalam Al-Qur’an berupa idiem-idiem susunan
kalimat (huruf dari 1 s.d beberapa huruf)
4. Tikrar dengan nama orang adalah pengulangan ayat dalam Al-Qur’an berupa nama-
nama orang di dalam Al-Qur’an
5. Tikrar Surat adalah pengulangan ayat di dalam Al-Qur’an berupa huruf Muqataah di
bebera surat-surat
6. Tikrar Tasbih
7. Tikrar Ta’kid
8. Tikrar na’at atau sifat
9. Tikrar Athaf
10. Tikrar Jumlah
11. Tikrar Badal
12. Tikrar Qashosh
13. Tikrar Amil
Tikrar Ma’nawi adalah pengulangan redaksi ayat di dalam Al-Qur’an yang mana pengulangan ini lebih di titk beratkan kepada ma;na atau maksud dan tujuan pengulangan tersebut. Tikrar ini memiliki beberapa bentuk :
1. Mauidah
2. Wa’id
3. Wa’ad
4. Mubalagoh
5. Istihza
6. Tamsil
7. Qashas
8. Na’at
9. Iltifat
kurang lengkap nih si admin...
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.
Dan Kami berfirman: "Hai Adam diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang lalim.
Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan".(QS 2:34-36)
kang admin, kalo sama ayat yang ini mana yang duluan ya?Al-A'raaf:
[7.11] Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam"; maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.
[7.12] Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis: "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah".
[7.13] Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka ke luarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina".
[7.14] Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan".
[7.15] Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh."
[7.16] Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,
[7.17] kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).
[7.18] Allah berfirman: "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barang siapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahanam dengan kamu semuanya".
[7.19] (Dan Allah berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan istrimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang lalim".
[7.20] Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan setan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)".
[7.21] Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua",
[7.22] maka setan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?"
[7.23] Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi".
PERTANYAAN JEBAKAN ITU SUDAH SAYA JAWAB
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=132037653525326&set=a.117290885000003.15942.100001572750119¬if_t=like
lho kok malah dibilang pertanyaan jebakan? wkwkwkwkwkwkwkwk
jawabnya di fb pula...
kasih disini dong di bagi2 ama teman Muslim disini
jangan ragu gitu dong bang Admin...
ntar paulus beliin permen kepala monyet, leluhur bang Admin...ok?
Ati-ati Broo.
Jangan bikin Bang Admin ngambek. Ntar Id kita kena Banned
Theleb_boy- BLUE MEMBERS
-
Number of posts : 733
Location : Indonesia
Job/hobbies : Reading
Humor : Yhowsua Yang Malang
Reputation : 2
Points : 5974
Registration date : 2010-10-27
Re: Dijamin muslim belepotan sm dongengan org terdahulu alias quran.
Theleb_boy wrote:paulus wrote:admin wrote:paulus wrote:hamba tuhan wrote:maaf bung admin... kalo copas ayat2 alquran jgn potong2.....
neh saya jelaskan buat bung admin....
TIKRAR DALAM AL-QUR'AN
Al Qur’an tidak hanya sebuah sumber ilmu, petunjuk dan inspirasi kebenaran yang tak pernah kering dan habis. Tetapi disaat yang sama, Al-Qur’an adalah sumber segala kebahagiaan sejati. Hanya saja ada sebuah persoalan rumit yang selalu menjadi sebab kita tidak pernah mendapatkan itu semua, keengganan kita untuk mengkaji untaian isinya yang diturnkan oleh Allah untuk kita semua. Kita tak pernah berhasil benar dalam meraih puncak ilmu, petunjuk dan kebahagian, karena kita leih terasing dari kitab yang mulia ini, kita tidak pernah benar-benar seperti yang dikatakan oleh seorang sehabat Nabi, “ Bacalah Al-Qur’an seolah ia baru diturunkan saat ini untukmu.” Mak tidak mengherankan jika kita pun seperti yang dikatan oleh Utsman r.a, “Jika saja hati kalian suci, maka ia tidak akan pernah kenyang dan puas dengan kalamullah
Memahami Pengulangan Tikrar
Salah satu kriteria yang dijadikan untuk menilai fasih atau tidaknya perkataan seseorang di kalangan bangsa arab, ialah bentuk pengulangan kata ataupun kalimat yang sama dalam satu waktu. Apa pengertian bahasan kita kali ini? Tikrar. Demikian sebutan akrabnya dalam kaedah bahasa. Tikrar berasal dari kata karra yang berarti kembali, mengulangi atau menyambung. Imam Jauhari menegaskan hal yang sama yaitu, arti kata karra ialah mengulangi suatu hal atau perbuatan tertentu. Sedangkan pengertian tikrar dalam istilah, ialah mengulangi satu kata atau kalimat yang sama beberapa kali karena bebarapa alasan, diantaranya dengan tujuan penegasan (tawkid), memberi peringatan atau menggambarkan agungnya sebuah hal tertentu. Para ulama bahasa membagi tikrar menjadi dua macam, yang pertama tikrar yang pola pengulangannya terdapat pada ejaan dan makna kata sekaligus, atau mengulang satu kata yang bermakna sama. Seperti jika seseorang mengatakan kata perintah asri’ asri’ !(cepat-cepat!). Satu kata tersebut diulang dengan makna dan ejaan yang tidak berbeda sama sekali. Tikrar yang kedua yaitu apabila pengulangan hanya pada makna saja, sedangkan ejaan katanya tidak sama. Misalnya, athi’ni wa la tu’shini! (taati dan jangan kau langgar aku!). coba cermati, dua kata ini meski berbeda, yang satu menggunakan kata athi’ni dan satunya lagi la tu’shini, akan tetapi kedua makna tersebut tetap saja sama, sehingga jika ada seseorang mengatakan jangan langgar aku, berarti ia juga memerintahkan untuk mentaatinya. Dirasa ilmu ini cukup penting dalam kajian bahasa, tulis imam Jakhidz , salah seorang ulama bahasa yang hidup di masa dinasti Abbasiyah, dalam kitabnya Rasail Al Jakhidz (Catatan-catatan Jakhidz), menjelaskan kapasitas dan derajat keilmuan seseorang bisa dilihat diantaranya dengan cara mengamati, sejauhmanakah ia mampu menggunakan bentuk pengulangan dalam pembicaraannya. Apa kaitannya dengan bahasan ilmu Alquran kali ini Mengenai apakah terdapat pola pengulangan dalam Al Quran atau tidak, para ulama berselisih pandang. Bagi mereka yang menafikan, atas dalih apapun pengulangan kata itu tetap saja tidak berfaedah, hal ini tentunya tidak berlaku untuk Kalam Allah, dan kalaupun toh pengulangan kata didapati dalam Al Quran, makna kata tersebut berbeda. Sedangkan sebagian yang lain, berpendapat keberadaan pola pengulangan tidak dapat dipungkiri. Kenyataannya, justru pola tikrar yang ada dalam Al Quran menunjukkan apiknya susunan bahasa yang dimiliki Al Quran. Sebagai dalil, sejumlah ulama telah mendata beberapa kata yang diulang-ulang dalam Al Quran, seperti imam Suyuthi, Ibnu Jauzy, Kurmani dan lain sebagainya. Bahkan dari mereka ada yang menggolongkan pola ini ke dalam ayat-ayat samar (mutasyabihat). Sebagai contoh, salah satu rujukan masa kini yang bisa digunakan untuk meneliti sejumlah kata yang diulang-ulang dalam Al Quran ialah Al Mu’jam Al Mufahras Li Al Tarakib Al Mutyabihah Lafdzon Fil Quranil Karim (Kamus Susunan Kata-Kata Yang Serupa Dalam Al Quran), karangan Dr. Muhammad Zaki Muhammad Khidir, Dosen di Universitas Yordania. Terlepas dari perbedaan pendapat di atas, bahasan kali ini bukanlah untuk menjelaskan ada atau tidaknya tikrar apalagi terlibat jauh dalam perdebatan, melainkan mempelajari beberepa pola pengulangan dan makna yang terkandung didalamnya.
Jenis Pola Tikrar Fungsi Dan Maknanya Jika dicermati bentuk tikrar dalam Al Quran bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertama, pengulangan hanya terbatas pada makna saja, sedangkan lafalnya berbeda, dan yang kedua tikrar pada kedua-duanya lafal dan makna sekaligus. Bentuk yang pertama seperti pengulangan kisah-kisah nabi, ayat-ayat yang menggambarkan siksa dan nikmat di akherat, hari kebangkitan, dan ayat-ayat yang mengisahkan penciptaan langit dan bumi dan alam semesta. Meski masih menceritakan satu hal, lafal pada sejumlah ayat tersebut tidak sama persis. Barangkali akan muncul pertanyaan, jika seandainya ayat-ayat tersebut bisa dipahami hanya dengan sekali, mengapa harus diulang-ulang berapa kali? Justru disinilah menariknya. Ibnu Qutaibah menjelaskan Al Quran diturunkan dalam kurun waktu yang tidak singkat, tentunya keberagamaan kabilah yang ada di komunitas arab waktu itu cukuplah banyak, sehingga jika ayat tersebut tidak diulang-ulang, bisa jadi kisah-kisah teladan nabi Musa As, Isa As, Nuh As, Luth As dan sebagainya, hanya akan diterima oleh kaum tertentu, jadi dengan pengulangan tersebut setiap kaum dengan mudah memperolehnya, sehingga makna yang hendak disampaikan bisa ditangkap oleh semua kalangan. Kemudian bentuk tikrar yang kedua dalam Al Quran dapat dibagi menjadi dua, pertama apabila pengulangan kata masih terdapat dalam satu ayat, seperti ayat : “haihaata-haihaata lima tuu’adun” QS. Al Mukminun (23) : 36 dan yang kedua tikrar yang lafalnya diulang pada ayat yang berbeda dan terpisah. Seperti ayat : “ wa inna robbuka lahuwal Azizul Hakiim”. QS. AS Syu’araa’ (26) : 9, kalimat ini diulangi sebanyak 8 kali dalam surat yang sama yaitu AS Syu’araa. Selain contoh pengulangan dalam satu surat di atas, terdapat lafal yang diulang-ulang dalam surat yang berbeda-beda, seperti : “ wayaquuluuna mataa hadzal wa’du inkuntum shodiqin”, lafal ini akan kita dapati di tiga surat yang saling terpisah, yaitu QS. AN Naml (27) : 71, QS. Yaasin (36) : 43, dan QS. Al Mulk (67) : 25.
Faedah Pengulangan Dalam Al Quran Berdasarkan analisa imam zarkasyi dalam kitabnya “Al Burhan”, ada beberapa faedah yang bisa disimpulkan dari pola tikrar dalam Al Quran, diantaranya yang pertama penegasan atau penguatan (ta’kid) . Bahkan apabila dicermati, nilai penekanan yang dikandung pola takrir setingkat lebih kuat dibanding bentuk ta’kid. Keunggulan pola takrir ini disinyalir karena takrir mengulang kata yang sama, sehingga makna yang dimaksudkan akan lebih mengena. Lain halnya dengan pola ta’kid yang dalam penerapannya lebih sering menggunakan huruf atau perangkat yang mengindikasikan penegasan makna yang terkandung. Sebagaimana contoh berikut : “Hai maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu)”. QS. Ali Imran (3) : 42. Kedua kata yang dicetak tebal, sama-sama menggunakan lafal isthafaaki yang diulang dua kali, dengan tujuan agar keistimewaan yang ada pada Maryam semakin jelas dan menjadi bukti atas kesucian yang ia miliki. Faedah yang kedua ٍpola takrir berfungsi untuk memperjelas dan memperkuat sebuah peringatan, sehingga kata-kata tersebut bisa dipahami dan diterima. Misalnya, pengulangan kata ya qoumi (Hai kaumku ) pada kedua ayat yang berdekatan dan maknanya saling berkaitan : “Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar. Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara)”. َQS. Al Mukmin (42) : 38-39. Fungsi pola takrir yang ketiga, untuk menghindari sikap lupa yang disebabkan kalimat tertentu terlalu panjang, sehingga jika sebuah kata tidak diulangi, dikhawatirkan kata yang berada di awal akan terlupakan. Seperti pengulangan kata Inna Rabbaka (Sesungguhnya Tuhan mu) pada QS. An Nahl (16) : 110. Kemudian yang keempat untuk lebih mengambarkan agungnya sebuah perkara, atau sebuah mengisahkan jika betapa sebuah peristiwa itu sungguh menakutkan. Sebagaimana pemberitaan tentang hari kiamat pada ayat : “al haaqqotu mal haaqoh”. QS. Al Haaqah (69) : 1-2. Selanjutnya faedah yang kelima, pola takrir ditempatkan sebagai ancaman dan intimidasi, seperti yang terdapat dalam ayat : “kallaa saufa ta’lamun tsumma kallaa saufa ta’lamun”. QS. AT Takaatsur (102) : 3-4. Ancaman tersebut diulang dua kali seakan mengatakan kepada orang yang lalai, hendaknya ia segera bertaubat, karena sejatinya ia tidak akan mengetahui sebesar apakah balasan siksa yang kelak ia tanggung. Pengulangan dalam Al Quran begitu sempurna. Dan menariknya, bentuk takrir dalam kondisi tertentu, senantiasa mempertimbangkan dan menyesuaikan karakter manusia yang amat beragam. Walhasil, tidaklah kebatilan itu didapati dalam Al Quran Kapan dan bagaimanapun. Maha Suci Allah Dengan Segala Firman Nya. Allahul Hadi Ila Sawaissabil
Adapun pembagian Tikrar terbagi menjadi dua bagian :
1. Tikrar Lafdi
2. Tikrar Ma’nawi
Tikrar Lafdi adalah pengulangan redaksi ayat di dalam Al-Qur’an baik berupa huruf-hurufnya ataupun susunan kalimatnya dengan tujuan tertentu. Tikrar ini di dalam Al Qur’an memiliki beberapa bentuk :
1. Tikrar Isim
Penyebutan Kata Benda Isim Dua Kali
Pengulangan dua kali sebuah isim memiliki empat kemungkinan :
1. Keduanya Ma’rifah
2. Keduanya Nakirah
3. Yang Pertama Ma’rifah sedang yang kedua nakirah
4. Yang pertama nakirah sedang yang kedua ma’rifah
1. Jika keduanya ma’rifah, maka pada umumnya yang isim kedua adalah yang pertama.
2. Sebaliknya jika keduanya nakirah, maka yang kedua biasanya bukan yang pertama.
3. Jika yang pertama nakirah dan yang kedua ma’rifah maka yang kedua itu adalah yang pertama, karena sudah diketahui.
4. Jika yang pertama ma’rifah sedang yang kedua nakirah, maka tergantung pada qarinahnya, terkadang qarinahnya (Indikasi) itu menunjukan bahwa keduanya itu berbeda
Terkadang Qarinah itu menunjukan bahwa keduanya sama
2. Tikrar Fiil adalah pengulangan redaksi ayat baik yang berbentuk kata kerja atau fiil
3. Tikrar Hurf adalah pengulangan ayat dalam Al-Qur’an berupa idiem-idiem susunan
kalimat (huruf dari 1 s.d beberapa huruf)
4. Tikrar dengan nama orang adalah pengulangan ayat dalam Al-Qur’an berupa nama-
nama orang di dalam Al-Qur’an
5. Tikrar Surat adalah pengulangan ayat di dalam Al-Qur’an berupa huruf Muqataah di
bebera surat-surat
6. Tikrar Tasbih
7. Tikrar Ta’kid
8. Tikrar na’at atau sifat
9. Tikrar Athaf
10. Tikrar Jumlah
11. Tikrar Badal
12. Tikrar Qashosh
13. Tikrar Amil
Tikrar Ma’nawi adalah pengulangan redaksi ayat di dalam Al-Qur’an yang mana pengulangan ini lebih di titk beratkan kepada ma;na atau maksud dan tujuan pengulangan tersebut. Tikrar ini memiliki beberapa bentuk :
1. Mauidah
2. Wa’id
3. Wa’ad
4. Mubalagoh
5. Istihza
6. Tamsil
7. Qashas
8. Na’at
9. Iltifat
kurang lengkap nih si admin...
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.
Dan Kami berfirman: "Hai Adam diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang lalim.
Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan".(QS 2:34-36)
kang admin, kalo sama ayat yang ini mana yang duluan ya?Al-A'raaf:
[7.11] Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam"; maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.
[7.12] Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis: "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah".
[7.13] Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka ke luarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina".
[7.14] Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan".
[7.15] Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh."
[7.16] Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,
[7.17] kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).
[7.18] Allah berfirman: "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barang siapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahanam dengan kamu semuanya".
[7.19] (Dan Allah berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan istrimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang lalim".
[7.20] Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan setan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)".
[7.21] Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua",
[7.22] maka setan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?"
[7.23] Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi".
PERTANYAAN JEBAKAN ITU SUDAH SAYA JAWAB
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=132037653525326&set=a.117290885000003.15942.100001572750119¬if_t=like
lho kok malah dibilang pertanyaan jebakan? wkwkwkwkwkwkwkwk
jawabnya di fb pula...
kasih disini dong di bagi2 ama teman Muslim disini
jangan ragu gitu dong bang Admin...
ntar paulus beliin permen kepala monyet, leluhur bang Admin...ok?
Ati-ati Broo.
Jangan bikin Bang Admin ngambek. Ntar Id kita kena Banned
Jangan diketawain jg Bro, ntar kena banned jg malah..
Re: Dijamin muslim belepotan sm dongengan org terdahulu alias quran.
BOTELHEM wrote:Theleb_boy wrote:paulus wrote:admin wrote:paulus wrote:hamba tuhan wrote:maaf bung admin... kalo copas ayat2 alquran jgn potong2.....
neh saya jelaskan buat bung admin....
TIKRAR DALAM AL-QUR'AN
Al Qur’an tidak hanya sebuah sumber ilmu, petunjuk dan inspirasi kebenaran yang tak pernah kering dan habis. Tetapi disaat yang sama, Al-Qur’an adalah sumber segala kebahagiaan sejati. Hanya saja ada sebuah persoalan rumit yang selalu menjadi sebab kita tidak pernah mendapatkan itu semua, keengganan kita untuk mengkaji untaian isinya yang diturnkan oleh Allah untuk kita semua. Kita tak pernah berhasil benar dalam meraih puncak ilmu, petunjuk dan kebahagian, karena kita leih terasing dari kitab yang mulia ini, kita tidak pernah benar-benar seperti yang dikatakan oleh seorang sehabat Nabi, “ Bacalah Al-Qur’an seolah ia baru diturunkan saat ini untukmu.” Mak tidak mengherankan jika kita pun seperti yang dikatan oleh Utsman r.a, “Jika saja hati kalian suci, maka ia tidak akan pernah kenyang dan puas dengan kalamullah
Memahami Pengulangan Tikrar
Salah satu kriteria yang dijadikan untuk menilai fasih atau tidaknya perkataan seseorang di kalangan bangsa arab, ialah bentuk pengulangan kata ataupun kalimat yang sama dalam satu waktu. Apa pengertian bahasan kita kali ini? Tikrar. Demikian sebutan akrabnya dalam kaedah bahasa. Tikrar berasal dari kata karra yang berarti kembali, mengulangi atau menyambung. Imam Jauhari menegaskan hal yang sama yaitu, arti kata karra ialah mengulangi suatu hal atau perbuatan tertentu. Sedangkan pengertian tikrar dalam istilah, ialah mengulangi satu kata atau kalimat yang sama beberapa kali karena bebarapa alasan, diantaranya dengan tujuan penegasan (tawkid), memberi peringatan atau menggambarkan agungnya sebuah hal tertentu. Para ulama bahasa membagi tikrar menjadi dua macam, yang pertama tikrar yang pola pengulangannya terdapat pada ejaan dan makna kata sekaligus, atau mengulang satu kata yang bermakna sama. Seperti jika seseorang mengatakan kata perintah asri’ asri’ !(cepat-cepat!). Satu kata tersebut diulang dengan makna dan ejaan yang tidak berbeda sama sekali. Tikrar yang kedua yaitu apabila pengulangan hanya pada makna saja, sedangkan ejaan katanya tidak sama. Misalnya, athi’ni wa la tu’shini! (taati dan jangan kau langgar aku!). coba cermati, dua kata ini meski berbeda, yang satu menggunakan kata athi’ni dan satunya lagi la tu’shini, akan tetapi kedua makna tersebut tetap saja sama, sehingga jika ada seseorang mengatakan jangan langgar aku, berarti ia juga memerintahkan untuk mentaatinya. Dirasa ilmu ini cukup penting dalam kajian bahasa, tulis imam Jakhidz , salah seorang ulama bahasa yang hidup di masa dinasti Abbasiyah, dalam kitabnya Rasail Al Jakhidz (Catatan-catatan Jakhidz), menjelaskan kapasitas dan derajat keilmuan seseorang bisa dilihat diantaranya dengan cara mengamati, sejauhmanakah ia mampu menggunakan bentuk pengulangan dalam pembicaraannya. Apa kaitannya dengan bahasan ilmu Alquran kali ini Mengenai apakah terdapat pola pengulangan dalam Al Quran atau tidak, para ulama berselisih pandang. Bagi mereka yang menafikan, atas dalih apapun pengulangan kata itu tetap saja tidak berfaedah, hal ini tentunya tidak berlaku untuk Kalam Allah, dan kalaupun toh pengulangan kata didapati dalam Al Quran, makna kata tersebut berbeda. Sedangkan sebagian yang lain, berpendapat keberadaan pola pengulangan tidak dapat dipungkiri. Kenyataannya, justru pola tikrar yang ada dalam Al Quran menunjukkan apiknya susunan bahasa yang dimiliki Al Quran. Sebagai dalil, sejumlah ulama telah mendata beberapa kata yang diulang-ulang dalam Al Quran, seperti imam Suyuthi, Ibnu Jauzy, Kurmani dan lain sebagainya. Bahkan dari mereka ada yang menggolongkan pola ini ke dalam ayat-ayat samar (mutasyabihat). Sebagai contoh, salah satu rujukan masa kini yang bisa digunakan untuk meneliti sejumlah kata yang diulang-ulang dalam Al Quran ialah Al Mu’jam Al Mufahras Li Al Tarakib Al Mutyabihah Lafdzon Fil Quranil Karim (Kamus Susunan Kata-Kata Yang Serupa Dalam Al Quran), karangan Dr. Muhammad Zaki Muhammad Khidir, Dosen di Universitas Yordania. Terlepas dari perbedaan pendapat di atas, bahasan kali ini bukanlah untuk menjelaskan ada atau tidaknya tikrar apalagi terlibat jauh dalam perdebatan, melainkan mempelajari beberepa pola pengulangan dan makna yang terkandung didalamnya.
Jenis Pola Tikrar Fungsi Dan Maknanya Jika dicermati bentuk tikrar dalam Al Quran bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertama, pengulangan hanya terbatas pada makna saja, sedangkan lafalnya berbeda, dan yang kedua tikrar pada kedua-duanya lafal dan makna sekaligus. Bentuk yang pertama seperti pengulangan kisah-kisah nabi, ayat-ayat yang menggambarkan siksa dan nikmat di akherat, hari kebangkitan, dan ayat-ayat yang mengisahkan penciptaan langit dan bumi dan alam semesta. Meski masih menceritakan satu hal, lafal pada sejumlah ayat tersebut tidak sama persis. Barangkali akan muncul pertanyaan, jika seandainya ayat-ayat tersebut bisa dipahami hanya dengan sekali, mengapa harus diulang-ulang berapa kali? Justru disinilah menariknya. Ibnu Qutaibah menjelaskan Al Quran diturunkan dalam kurun waktu yang tidak singkat, tentunya keberagamaan kabilah yang ada di komunitas arab waktu itu cukuplah banyak, sehingga jika ayat tersebut tidak diulang-ulang, bisa jadi kisah-kisah teladan nabi Musa As, Isa As, Nuh As, Luth As dan sebagainya, hanya akan diterima oleh kaum tertentu, jadi dengan pengulangan tersebut setiap kaum dengan mudah memperolehnya, sehingga makna yang hendak disampaikan bisa ditangkap oleh semua kalangan. Kemudian bentuk tikrar yang kedua dalam Al Quran dapat dibagi menjadi dua, pertama apabila pengulangan kata masih terdapat dalam satu ayat, seperti ayat : “haihaata-haihaata lima tuu’adun” QS. Al Mukminun (23) : 36 dan yang kedua tikrar yang lafalnya diulang pada ayat yang berbeda dan terpisah. Seperti ayat : “ wa inna robbuka lahuwal Azizul Hakiim”. QS. AS Syu’araa’ (26) : 9, kalimat ini diulangi sebanyak 8 kali dalam surat yang sama yaitu AS Syu’araa. Selain contoh pengulangan dalam satu surat di atas, terdapat lafal yang diulang-ulang dalam surat yang berbeda-beda, seperti : “ wayaquuluuna mataa hadzal wa’du inkuntum shodiqin”, lafal ini akan kita dapati di tiga surat yang saling terpisah, yaitu QS. AN Naml (27) : 71, QS. Yaasin (36) : 43, dan QS. Al Mulk (67) : 25.
Faedah Pengulangan Dalam Al Quran Berdasarkan analisa imam zarkasyi dalam kitabnya “Al Burhan”, ada beberapa faedah yang bisa disimpulkan dari pola tikrar dalam Al Quran, diantaranya yang pertama penegasan atau penguatan (ta’kid) . Bahkan apabila dicermati, nilai penekanan yang dikandung pola takrir setingkat lebih kuat dibanding bentuk ta’kid. Keunggulan pola takrir ini disinyalir karena takrir mengulang kata yang sama, sehingga makna yang dimaksudkan akan lebih mengena. Lain halnya dengan pola ta’kid yang dalam penerapannya lebih sering menggunakan huruf atau perangkat yang mengindikasikan penegasan makna yang terkandung. Sebagaimana contoh berikut : “Hai maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu)”. QS. Ali Imran (3) : 42. Kedua kata yang dicetak tebal, sama-sama menggunakan lafal isthafaaki yang diulang dua kali, dengan tujuan agar keistimewaan yang ada pada Maryam semakin jelas dan menjadi bukti atas kesucian yang ia miliki. Faedah yang kedua ٍpola takrir berfungsi untuk memperjelas dan memperkuat sebuah peringatan, sehingga kata-kata tersebut bisa dipahami dan diterima. Misalnya, pengulangan kata ya qoumi (Hai kaumku ) pada kedua ayat yang berdekatan dan maknanya saling berkaitan : “Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar. Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara)”. َQS. Al Mukmin (42) : 38-39. Fungsi pola takrir yang ketiga, untuk menghindari sikap lupa yang disebabkan kalimat tertentu terlalu panjang, sehingga jika sebuah kata tidak diulangi, dikhawatirkan kata yang berada di awal akan terlupakan. Seperti pengulangan kata Inna Rabbaka (Sesungguhnya Tuhan mu) pada QS. An Nahl (16) : 110. Kemudian yang keempat untuk lebih mengambarkan agungnya sebuah perkara, atau sebuah mengisahkan jika betapa sebuah peristiwa itu sungguh menakutkan. Sebagaimana pemberitaan tentang hari kiamat pada ayat : “al haaqqotu mal haaqoh”. QS. Al Haaqah (69) : 1-2. Selanjutnya faedah yang kelima, pola takrir ditempatkan sebagai ancaman dan intimidasi, seperti yang terdapat dalam ayat : “kallaa saufa ta’lamun tsumma kallaa saufa ta’lamun”. QS. AT Takaatsur (102) : 3-4. Ancaman tersebut diulang dua kali seakan mengatakan kepada orang yang lalai, hendaknya ia segera bertaubat, karena sejatinya ia tidak akan mengetahui sebesar apakah balasan siksa yang kelak ia tanggung. Pengulangan dalam Al Quran begitu sempurna. Dan menariknya, bentuk takrir dalam kondisi tertentu, senantiasa mempertimbangkan dan menyesuaikan karakter manusia yang amat beragam. Walhasil, tidaklah kebatilan itu didapati dalam Al Quran Kapan dan bagaimanapun. Maha Suci Allah Dengan Segala Firman Nya. Allahul Hadi Ila Sawaissabil
Adapun pembagian Tikrar terbagi menjadi dua bagian :
1. Tikrar Lafdi
2. Tikrar Ma’nawi
Tikrar Lafdi adalah pengulangan redaksi ayat di dalam Al-Qur’an baik berupa huruf-hurufnya ataupun susunan kalimatnya dengan tujuan tertentu. Tikrar ini di dalam Al Qur’an memiliki beberapa bentuk :
1. Tikrar Isim
Penyebutan Kata Benda Isim Dua Kali
Pengulangan dua kali sebuah isim memiliki empat kemungkinan :
1. Keduanya Ma’rifah
2. Keduanya Nakirah
3. Yang Pertama Ma’rifah sedang yang kedua nakirah
4. Yang pertama nakirah sedang yang kedua ma’rifah
1. Jika keduanya ma’rifah, maka pada umumnya yang isim kedua adalah yang pertama.
2. Sebaliknya jika keduanya nakirah, maka yang kedua biasanya bukan yang pertama.
3. Jika yang pertama nakirah dan yang kedua ma’rifah maka yang kedua itu adalah yang pertama, karena sudah diketahui.
4. Jika yang pertama ma’rifah sedang yang kedua nakirah, maka tergantung pada qarinahnya, terkadang qarinahnya (Indikasi) itu menunjukan bahwa keduanya itu berbeda
Terkadang Qarinah itu menunjukan bahwa keduanya sama
2. Tikrar Fiil adalah pengulangan redaksi ayat baik yang berbentuk kata kerja atau fiil
3. Tikrar Hurf adalah pengulangan ayat dalam Al-Qur’an berupa idiem-idiem susunan
kalimat (huruf dari 1 s.d beberapa huruf)
4. Tikrar dengan nama orang adalah pengulangan ayat dalam Al-Qur’an berupa nama-
nama orang di dalam Al-Qur’an
5. Tikrar Surat adalah pengulangan ayat di dalam Al-Qur’an berupa huruf Muqataah di
bebera surat-surat
6. Tikrar Tasbih
7. Tikrar Ta’kid
8. Tikrar na’at atau sifat
9. Tikrar Athaf
10. Tikrar Jumlah
11. Tikrar Badal
12. Tikrar Qashosh
13. Tikrar Amil
Tikrar Ma’nawi adalah pengulangan redaksi ayat di dalam Al-Qur’an yang mana pengulangan ini lebih di titk beratkan kepada ma;na atau maksud dan tujuan pengulangan tersebut. Tikrar ini memiliki beberapa bentuk :
1. Mauidah
2. Wa’id
3. Wa’ad
4. Mubalagoh
5. Istihza
6. Tamsil
7. Qashas
8. Na’at
9. Iltifat
kurang lengkap nih si admin...
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.
Dan Kami berfirman: "Hai Adam diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang lalim.
Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan".(QS 2:34-36)
kang admin, kalo sama ayat yang ini mana yang duluan ya?Al-A'raaf:
[7.11] Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam"; maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.
[7.12] Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis: "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah".
[7.13] Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka ke luarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina".
[7.14] Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan".
[7.15] Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh."
[7.16] Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,
[7.17] kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).
[7.18] Allah berfirman: "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barang siapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahanam dengan kamu semuanya".
[7.19] (Dan Allah berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan istrimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang lalim".
[7.20] Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan setan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)".
[7.21] Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua",
[7.22] maka setan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?"
[7.23] Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi".
PERTANYAAN JEBAKAN ITU SUDAH SAYA JAWAB
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=132037653525326&set=a.117290885000003.15942.100001572750119¬if_t=like
lho kok malah dibilang pertanyaan jebakan? wkwkwkwkwkwkwkwk
jawabnya di fb pula...
kasih disini dong di bagi2 ama teman Muslim disini
jangan ragu gitu dong bang Admin...
ntar paulus beliin permen kepala monyet, leluhur bang Admin...ok?
Ati-ati Broo.
Jangan bikin Bang Admin ngambek. Ntar Id kita kena Banned
Jangan diketawain jg Bro, ntar kena banned jg malah..
ya gitulah brow...
bang admin bandingin antara 2 surah Quran
begitu di bandingin paulus dengan surah Quran lainnya di bilang pertanyaan jebakan
lucu juga bang admin ini ya, baru tau saya
dinikmatin aja dah...
paulus- MUSLIM
-
Number of posts : 2496
Age : 44
Location : sekitar israel
Reputation : 35
Points : 8353
Registration date : 2010-01-12
Re: Dijamin muslim belepotan sm dongengan org terdahulu alias quran.
BOTELHEM wrote:Theleb_boy wrote:paulus wrote:admin wrote:paulus wrote:hamba tuhan wrote:maaf bung admin... kalo copas ayat2 alquran jgn potong2.....
neh saya jelaskan buat bung admin....
TIKRAR DALAM AL-QUR'AN
Al Qur’an tidak hanya sebuah sumber ilmu, petunjuk dan inspirasi kebenaran yang tak pernah kering dan habis. Tetapi disaat yang sama, Al-Qur’an adalah sumber segala kebahagiaan sejati. Hanya saja ada sebuah persoalan rumit yang selalu menjadi sebab kita tidak pernah mendapatkan itu semua, keengganan kita untuk mengkaji untaian isinya yang diturnkan oleh Allah untuk kita semua. Kita tak pernah berhasil benar dalam meraih puncak ilmu, petunjuk dan kebahagian, karena kita leih terasing dari kitab yang mulia ini, kita tidak pernah benar-benar seperti yang dikatakan oleh seorang sehabat Nabi, “ Bacalah Al-Qur’an seolah ia baru diturunkan saat ini untukmu.” Mak tidak mengherankan jika kita pun seperti yang dikatan oleh Utsman r.a, “Jika saja hati kalian suci, maka ia tidak akan pernah kenyang dan puas dengan kalamullah
Memahami Pengulangan Tikrar
Salah satu kriteria yang dijadikan untuk menilai fasih atau tidaknya perkataan seseorang di kalangan bangsa arab, ialah bentuk pengulangan kata ataupun kalimat yang sama dalam satu waktu. Apa pengertian bahasan kita kali ini? Tikrar. Demikian sebutan akrabnya dalam kaedah bahasa. Tikrar berasal dari kata karra yang berarti kembali, mengulangi atau menyambung. Imam Jauhari menegaskan hal yang sama yaitu, arti kata karra ialah mengulangi suatu hal atau perbuatan tertentu. Sedangkan pengertian tikrar dalam istilah, ialah mengulangi satu kata atau kalimat yang sama beberapa kali karena bebarapa alasan, diantaranya dengan tujuan penegasan (tawkid), memberi peringatan atau menggambarkan agungnya sebuah hal tertentu. Para ulama bahasa membagi tikrar menjadi dua macam, yang pertama tikrar yang pola pengulangannya terdapat pada ejaan dan makna kata sekaligus, atau mengulang satu kata yang bermakna sama. Seperti jika seseorang mengatakan kata perintah asri’ asri’ !(cepat-cepat!). Satu kata tersebut diulang dengan makna dan ejaan yang tidak berbeda sama sekali. Tikrar yang kedua yaitu apabila pengulangan hanya pada makna saja, sedangkan ejaan katanya tidak sama. Misalnya, athi’ni wa la tu’shini! (taati dan jangan kau langgar aku!). coba cermati, dua kata ini meski berbeda, yang satu menggunakan kata athi’ni dan satunya lagi la tu’shini, akan tetapi kedua makna tersebut tetap saja sama, sehingga jika ada seseorang mengatakan jangan langgar aku, berarti ia juga memerintahkan untuk mentaatinya. Dirasa ilmu ini cukup penting dalam kajian bahasa, tulis imam Jakhidz , salah seorang ulama bahasa yang hidup di masa dinasti Abbasiyah, dalam kitabnya Rasail Al Jakhidz (Catatan-catatan Jakhidz), menjelaskan kapasitas dan derajat keilmuan seseorang bisa dilihat diantaranya dengan cara mengamati, sejauhmanakah ia mampu menggunakan bentuk pengulangan dalam pembicaraannya. Apa kaitannya dengan bahasan ilmu Alquran kali ini Mengenai apakah terdapat pola pengulangan dalam Al Quran atau tidak, para ulama berselisih pandang. Bagi mereka yang menafikan, atas dalih apapun pengulangan kata itu tetap saja tidak berfaedah, hal ini tentunya tidak berlaku untuk Kalam Allah, dan kalaupun toh pengulangan kata didapati dalam Al Quran, makna kata tersebut berbeda. Sedangkan sebagian yang lain, berpendapat keberadaan pola pengulangan tidak dapat dipungkiri. Kenyataannya, justru pola tikrar yang ada dalam Al Quran menunjukkan apiknya susunan bahasa yang dimiliki Al Quran. Sebagai dalil, sejumlah ulama telah mendata beberapa kata yang diulang-ulang dalam Al Quran, seperti imam Suyuthi, Ibnu Jauzy, Kurmani dan lain sebagainya. Bahkan dari mereka ada yang menggolongkan pola ini ke dalam ayat-ayat samar (mutasyabihat). Sebagai contoh, salah satu rujukan masa kini yang bisa digunakan untuk meneliti sejumlah kata yang diulang-ulang dalam Al Quran ialah Al Mu’jam Al Mufahras Li Al Tarakib Al Mutyabihah Lafdzon Fil Quranil Karim (Kamus Susunan Kata-Kata Yang Serupa Dalam Al Quran), karangan Dr. Muhammad Zaki Muhammad Khidir, Dosen di Universitas Yordania. Terlepas dari perbedaan pendapat di atas, bahasan kali ini bukanlah untuk menjelaskan ada atau tidaknya tikrar apalagi terlibat jauh dalam perdebatan, melainkan mempelajari beberepa pola pengulangan dan makna yang terkandung didalamnya.
Jenis Pola Tikrar Fungsi Dan Maknanya Jika dicermati bentuk tikrar dalam Al Quran bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertama, pengulangan hanya terbatas pada makna saja, sedangkan lafalnya berbeda, dan yang kedua tikrar pada kedua-duanya lafal dan makna sekaligus. Bentuk yang pertama seperti pengulangan kisah-kisah nabi, ayat-ayat yang menggambarkan siksa dan nikmat di akherat, hari kebangkitan, dan ayat-ayat yang mengisahkan penciptaan langit dan bumi dan alam semesta. Meski masih menceritakan satu hal, lafal pada sejumlah ayat tersebut tidak sama persis. Barangkali akan muncul pertanyaan, jika seandainya ayat-ayat tersebut bisa dipahami hanya dengan sekali, mengapa harus diulang-ulang berapa kali? Justru disinilah menariknya. Ibnu Qutaibah menjelaskan Al Quran diturunkan dalam kurun waktu yang tidak singkat, tentunya keberagamaan kabilah yang ada di komunitas arab waktu itu cukuplah banyak, sehingga jika ayat tersebut tidak diulang-ulang, bisa jadi kisah-kisah teladan nabi Musa As, Isa As, Nuh As, Luth As dan sebagainya, hanya akan diterima oleh kaum tertentu, jadi dengan pengulangan tersebut setiap kaum dengan mudah memperolehnya, sehingga makna yang hendak disampaikan bisa ditangkap oleh semua kalangan. Kemudian bentuk tikrar yang kedua dalam Al Quran dapat dibagi menjadi dua, pertama apabila pengulangan kata masih terdapat dalam satu ayat, seperti ayat : “haihaata-haihaata lima tuu’adun” QS. Al Mukminun (23) : 36 dan yang kedua tikrar yang lafalnya diulang pada ayat yang berbeda dan terpisah. Seperti ayat : “ wa inna robbuka lahuwal Azizul Hakiim”. QS. AS Syu’araa’ (26) : 9, kalimat ini diulangi sebanyak 8 kali dalam surat yang sama yaitu AS Syu’araa. Selain contoh pengulangan dalam satu surat di atas, terdapat lafal yang diulang-ulang dalam surat yang berbeda-beda, seperti : “ wayaquuluuna mataa hadzal wa’du inkuntum shodiqin”, lafal ini akan kita dapati di tiga surat yang saling terpisah, yaitu QS. AN Naml (27) : 71, QS. Yaasin (36) : 43, dan QS. Al Mulk (67) : 25.
Faedah Pengulangan Dalam Al Quran Berdasarkan analisa imam zarkasyi dalam kitabnya “Al Burhan”, ada beberapa faedah yang bisa disimpulkan dari pola tikrar dalam Al Quran, diantaranya yang pertama penegasan atau penguatan (ta’kid) . Bahkan apabila dicermati, nilai penekanan yang dikandung pola takrir setingkat lebih kuat dibanding bentuk ta’kid. Keunggulan pola takrir ini disinyalir karena takrir mengulang kata yang sama, sehingga makna yang dimaksudkan akan lebih mengena. Lain halnya dengan pola ta’kid yang dalam penerapannya lebih sering menggunakan huruf atau perangkat yang mengindikasikan penegasan makna yang terkandung. Sebagaimana contoh berikut : “Hai maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu)”. QS. Ali Imran (3) : 42. Kedua kata yang dicetak tebal, sama-sama menggunakan lafal isthafaaki yang diulang dua kali, dengan tujuan agar keistimewaan yang ada pada Maryam semakin jelas dan menjadi bukti atas kesucian yang ia miliki. Faedah yang kedua ٍpola takrir berfungsi untuk memperjelas dan memperkuat sebuah peringatan, sehingga kata-kata tersebut bisa dipahami dan diterima. Misalnya, pengulangan kata ya qoumi (Hai kaumku ) pada kedua ayat yang berdekatan dan maknanya saling berkaitan : “Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar. Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara)”. َQS. Al Mukmin (42) : 38-39. Fungsi pola takrir yang ketiga, untuk menghindari sikap lupa yang disebabkan kalimat tertentu terlalu panjang, sehingga jika sebuah kata tidak diulangi, dikhawatirkan kata yang berada di awal akan terlupakan. Seperti pengulangan kata Inna Rabbaka (Sesungguhnya Tuhan mu) pada QS. An Nahl (16) : 110. Kemudian yang keempat untuk lebih mengambarkan agungnya sebuah perkara, atau sebuah mengisahkan jika betapa sebuah peristiwa itu sungguh menakutkan. Sebagaimana pemberitaan tentang hari kiamat pada ayat : “al haaqqotu mal haaqoh”. QS. Al Haaqah (69) : 1-2. Selanjutnya faedah yang kelima, pola takrir ditempatkan sebagai ancaman dan intimidasi, seperti yang terdapat dalam ayat : “kallaa saufa ta’lamun tsumma kallaa saufa ta’lamun”. QS. AT Takaatsur (102) : 3-4. Ancaman tersebut diulang dua kali seakan mengatakan kepada orang yang lalai, hendaknya ia segera bertaubat, karena sejatinya ia tidak akan mengetahui sebesar apakah balasan siksa yang kelak ia tanggung. Pengulangan dalam Al Quran begitu sempurna. Dan menariknya, bentuk takrir dalam kondisi tertentu, senantiasa mempertimbangkan dan menyesuaikan karakter manusia yang amat beragam. Walhasil, tidaklah kebatilan itu didapati dalam Al Quran Kapan dan bagaimanapun. Maha Suci Allah Dengan Segala Firman Nya. Allahul Hadi Ila Sawaissabil
Adapun pembagian Tikrar terbagi menjadi dua bagian :
1. Tikrar Lafdi
2. Tikrar Ma’nawi
Tikrar Lafdi adalah pengulangan redaksi ayat di dalam Al-Qur’an baik berupa huruf-hurufnya ataupun susunan kalimatnya dengan tujuan tertentu. Tikrar ini di dalam Al Qur’an memiliki beberapa bentuk :
1. Tikrar Isim
Penyebutan Kata Benda Isim Dua Kali
Pengulangan dua kali sebuah isim memiliki empat kemungkinan :
1. Keduanya Ma’rifah
2. Keduanya Nakirah
3. Yang Pertama Ma’rifah sedang yang kedua nakirah
4. Yang pertama nakirah sedang yang kedua ma’rifah
1. Jika keduanya ma’rifah, maka pada umumnya yang isim kedua adalah yang pertama.
2. Sebaliknya jika keduanya nakirah, maka yang kedua biasanya bukan yang pertama.
3. Jika yang pertama nakirah dan yang kedua ma’rifah maka yang kedua itu adalah yang pertama, karena sudah diketahui.
4. Jika yang pertama ma’rifah sedang yang kedua nakirah, maka tergantung pada qarinahnya, terkadang qarinahnya (Indikasi) itu menunjukan bahwa keduanya itu berbeda
Terkadang Qarinah itu menunjukan bahwa keduanya sama
2. Tikrar Fiil adalah pengulangan redaksi ayat baik yang berbentuk kata kerja atau fiil
3. Tikrar Hurf adalah pengulangan ayat dalam Al-Qur’an berupa idiem-idiem susunan
kalimat (huruf dari 1 s.d beberapa huruf)
4. Tikrar dengan nama orang adalah pengulangan ayat dalam Al-Qur’an berupa nama-
nama orang di dalam Al-Qur’an
5. Tikrar Surat adalah pengulangan ayat di dalam Al-Qur’an berupa huruf Muqataah di
bebera surat-surat
6. Tikrar Tasbih
7. Tikrar Ta’kid
8. Tikrar na’at atau sifat
9. Tikrar Athaf
10. Tikrar Jumlah
11. Tikrar Badal
12. Tikrar Qashosh
13. Tikrar Amil
Tikrar Ma’nawi adalah pengulangan redaksi ayat di dalam Al-Qur’an yang mana pengulangan ini lebih di titk beratkan kepada ma;na atau maksud dan tujuan pengulangan tersebut. Tikrar ini memiliki beberapa bentuk :
1. Mauidah
2. Wa’id
3. Wa’ad
4. Mubalagoh
5. Istihza
6. Tamsil
7. Qashas
8. Na’at
9. Iltifat
kurang lengkap nih si admin...
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.
Dan Kami berfirman: "Hai Adam diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang lalim.
Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan".(QS 2:34-36)
kang admin, kalo sama ayat yang ini mana yang duluan ya?Al-A'raaf:
[7.11] Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam"; maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.
[7.12] Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis: "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah".
[7.13] Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka ke luarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina".
[7.14] Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan".
[7.15] Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh."
[7.16] Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,
[7.17] kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).
[7.18] Allah berfirman: "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barang siapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahanam dengan kamu semuanya".
[7.19] (Dan Allah berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan istrimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang lalim".
[7.20] Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan setan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)".
[7.21] Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua",
[7.22] maka setan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?"
[7.23] Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi".
PERTANYAAN JEBAKAN ITU SUDAH SAYA JAWAB
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=132037653525326&set=a.117290885000003.15942.100001572750119¬if_t=like
lho kok malah dibilang pertanyaan jebakan? wkwkwkwkwkwkwkwk
jawabnya di fb pula...
kasih disini dong di bagi2 ama teman Muslim disini
jangan ragu gitu dong bang Admin...
ntar paulus beliin permen kepala monyet, leluhur bang Admin...ok?
Ati-ati Broo.
Jangan bikin Bang Admin ngambek. Ntar Id kita kena Banned
Jangan diketawain jg Bro, ntar kena banned jg malah..
Theleb_boy- BLUE MEMBERS
-
Number of posts : 733
Location : Indonesia
Job/hobbies : Reading
Humor : Yhowsua Yang Malang
Reputation : 2
Points : 5974
Registration date : 2010-10-27
to_admin
emank sich yg bung admin bilang betul kL itu merupakan terjemahan dari republik yaman..Theleb_boy wrote:BOTELHEM wrote:Theleb_boy wrote:paulus wrote:admin wrote:paulus wrote:hamba tuhan wrote:maaf bung admin... kalo copas ayat2 alquran jgn potong2.....
neh saya jelaskan buat bung admin....
TIKRAR DALAM AL-QUR'AN
Al Qur’an tidak hanya sebuah sumber ilmu, petunjuk dan inspirasi kebenaran yang tak pernah kering dan habis. Tetapi disaat yang sama, Al-Qur’an adalah sumber segala kebahagiaan sejati. Hanya saja ada sebuah persoalan rumit yang selalu menjadi sebab kita tidak pernah mendapatkan itu semua, keengganan kita untuk mengkaji untaian isinya yang diturnkan oleh Allah untuk kita semua. Kita tak pernah berhasil benar dalam meraih puncak ilmu, petunjuk dan kebahagian, karena kita leih terasing dari kitab yang mulia ini, kita tidak pernah benar-benar seperti yang dikatakan oleh seorang sehabat Nabi, “ Bacalah Al-Qur’an seolah ia baru diturunkan saat ini untukmu.” Mak tidak mengherankan jika kita pun seperti yang dikatan oleh Utsman r.a, “Jika saja hati kalian suci, maka ia tidak akan pernah kenyang dan puas dengan kalamullah
Memahami Pengulangan Tikrar
Salah satu kriteria yang dijadikan untuk menilai fasih atau tidaknya perkataan seseorang di kalangan bangsa arab, ialah bentuk pengulangan kata ataupun kalimat yang sama dalam satu waktu. Apa pengertian bahasan kita kali ini? Tikrar. Demikian sebutan akrabnya dalam kaedah bahasa. Tikrar berasal dari kata karra yang berarti kembali, mengulangi atau menyambung. Imam Jauhari menegaskan hal yang sama yaitu, arti kata karra ialah mengulangi suatu hal atau perbuatan tertentu. Sedangkan pengertian tikrar dalam istilah, ialah mengulangi satu kata atau kalimat yang sama beberapa kali karena bebarapa alasan, diantaranya dengan tujuan penegasan (tawkid), memberi peringatan atau menggambarkan agungnya sebuah hal tertentu. Para ulama bahasa membagi tikrar menjadi dua macam, yang pertama tikrar yang pola pengulangannya terdapat pada ejaan dan makna kata sekaligus, atau mengulang satu kata yang bermakna sama. Seperti jika seseorang mengatakan kata perintah asri’ asri’ !(cepat-cepat!). Satu kata tersebut diulang dengan makna dan ejaan yang tidak berbeda sama sekali. Tikrar yang kedua yaitu apabila pengulangan hanya pada makna saja, sedangkan ejaan katanya tidak sama. Misalnya, athi’ni wa la tu’shini! (taati dan jangan kau langgar aku!). coba cermati, dua kata ini meski berbeda, yang satu menggunakan kata athi’ni dan satunya lagi la tu’shini, akan tetapi kedua makna tersebut tetap saja sama, sehingga jika ada seseorang mengatakan jangan langgar aku, berarti ia juga memerintahkan untuk mentaatinya. Dirasa ilmu ini cukup penting dalam kajian bahasa, tulis imam Jakhidz , salah seorang ulama bahasa yang hidup di masa dinasti Abbasiyah, dalam kitabnya Rasail Al Jakhidz (Catatan-catatan Jakhidz), menjelaskan kapasitas dan derajat keilmuan seseorang bisa dilihat diantaranya dengan cara mengamati, sejauhmanakah ia mampu menggunakan bentuk pengulangan dalam pembicaraannya. Apa kaitannya dengan bahasan ilmu Alquran kali ini Mengenai apakah terdapat pola pengulangan dalam Al Quran atau tidak, para ulama berselisih pandang. Bagi mereka yang menafikan, atas dalih apapun pengulangan kata itu tetap saja tidak berfaedah, hal ini tentunya tidak berlaku untuk Kalam Allah, dan kalaupun toh pengulangan kata didapati dalam Al Quran, makna kata tersebut berbeda. Sedangkan sebagian yang lain, berpendapat keberadaan pola pengulangan tidak dapat dipungkiri. Kenyataannya, justru pola tikrar yang ada dalam Al Quran menunjukkan apiknya susunan bahasa yang dimiliki Al Quran. Sebagai dalil, sejumlah ulama telah mendata beberapa kata yang diulang-ulang dalam Al Quran, seperti imam Suyuthi, Ibnu Jauzy, Kurmani dan lain sebagainya. Bahkan dari mereka ada yang menggolongkan pola ini ke dalam ayat-ayat samar (mutasyabihat). Sebagai contoh, salah satu rujukan masa kini yang bisa digunakan untuk meneliti sejumlah kata yang diulang-ulang dalam Al Quran ialah Al Mu’jam Al Mufahras Li Al Tarakib Al Mutyabihah Lafdzon Fil Quranil Karim (Kamus Susunan Kata-Kata Yang Serupa Dalam Al Quran), karangan Dr. Muhammad Zaki Muhammad Khidir, Dosen di Universitas Yordania. Terlepas dari perbedaan pendapat di atas, bahasan kali ini bukanlah untuk menjelaskan ada atau tidaknya tikrar apalagi terlibat jauh dalam perdebatan, melainkan mempelajari beberepa pola pengulangan dan makna yang terkandung didalamnya.
Jenis Pola Tikrar Fungsi Dan Maknanya Jika dicermati bentuk tikrar dalam Al Quran bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertama, pengulangan hanya terbatas pada makna saja, sedangkan lafalnya berbeda, dan yang kedua tikrar pada kedua-duanya lafal dan makna sekaligus. Bentuk yang pertama seperti pengulangan kisah-kisah nabi, ayat-ayat yang menggambarkan siksa dan nikmat di akherat, hari kebangkitan, dan ayat-ayat yang mengisahkan penciptaan langit dan bumi dan alam semesta. Meski masih menceritakan satu hal, lafal pada sejumlah ayat tersebut tidak sama persis. Barangkali akan muncul pertanyaan, jika seandainya ayat-ayat tersebut bisa dipahami hanya dengan sekali, mengapa harus diulang-ulang berapa kali? Justru disinilah menariknya. Ibnu Qutaibah menjelaskan Al Quran diturunkan dalam kurun waktu yang tidak singkat, tentunya keberagamaan kabilah yang ada di komunitas arab waktu itu cukuplah banyak, sehingga jika ayat tersebut tidak diulang-ulang, bisa jadi kisah-kisah teladan nabi Musa As, Isa As, Nuh As, Luth As dan sebagainya, hanya akan diterima oleh kaum tertentu, jadi dengan pengulangan tersebut setiap kaum dengan mudah memperolehnya, sehingga makna yang hendak disampaikan bisa ditangkap oleh semua kalangan. Kemudian bentuk tikrar yang kedua dalam Al Quran dapat dibagi menjadi dua, pertama apabila pengulangan kata masih terdapat dalam satu ayat, seperti ayat : “haihaata-haihaata lima tuu’adun” QS. Al Mukminun (23) : 36 dan yang kedua tikrar yang lafalnya diulang pada ayat yang berbeda dan terpisah. Seperti ayat : “ wa inna robbuka lahuwal Azizul Hakiim”. QS. AS Syu’araa’ (26) : 9, kalimat ini diulangi sebanyak 8 kali dalam surat yang sama yaitu AS Syu’araa. Selain contoh pengulangan dalam satu surat di atas, terdapat lafal yang diulang-ulang dalam surat yang berbeda-beda, seperti : “ wayaquuluuna mataa hadzal wa’du inkuntum shodiqin”, lafal ini akan kita dapati di tiga surat yang saling terpisah, yaitu QS. AN Naml (27) : 71, QS. Yaasin (36) : 43, dan QS. Al Mulk (67) : 25.
Faedah Pengulangan Dalam Al Quran Berdasarkan analisa imam zarkasyi dalam kitabnya “Al Burhan”, ada beberapa faedah yang bisa disimpulkan dari pola tikrar dalam Al Quran, diantaranya yang pertama penegasan atau penguatan (ta’kid) . Bahkan apabila dicermati, nilai penekanan yang dikandung pola takrir setingkat lebih kuat dibanding bentuk ta’kid. Keunggulan pola takrir ini disinyalir karena takrir mengulang kata yang sama, sehingga makna yang dimaksudkan akan lebih mengena. Lain halnya dengan pola ta’kid yang dalam penerapannya lebih sering menggunakan huruf atau perangkat yang mengindikasikan penegasan makna yang terkandung. Sebagaimana contoh berikut : “Hai maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu)”. QS. Ali Imran (3) : 42. Kedua kata yang dicetak tebal, sama-sama menggunakan lafal isthafaaki yang diulang dua kali, dengan tujuan agar keistimewaan yang ada pada Maryam semakin jelas dan menjadi bukti atas kesucian yang ia miliki. Faedah yang kedua ٍpola takrir berfungsi untuk memperjelas dan memperkuat sebuah peringatan, sehingga kata-kata tersebut bisa dipahami dan diterima. Misalnya, pengulangan kata ya qoumi (Hai kaumku ) pada kedua ayat yang berdekatan dan maknanya saling berkaitan : “Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar. Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara)”. َQS. Al Mukmin (42) : 38-39. Fungsi pola takrir yang ketiga, untuk menghindari sikap lupa yang disebabkan kalimat tertentu terlalu panjang, sehingga jika sebuah kata tidak diulangi, dikhawatirkan kata yang berada di awal akan terlupakan. Seperti pengulangan kata Inna Rabbaka (Sesungguhnya Tuhan mu) pada QS. An Nahl (16) : 110. Kemudian yang keempat untuk lebih mengambarkan agungnya sebuah perkara, atau sebuah mengisahkan jika betapa sebuah peristiwa itu sungguh menakutkan. Sebagaimana pemberitaan tentang hari kiamat pada ayat : “al haaqqotu mal haaqoh”. QS. Al Haaqah (69) : 1-2. Selanjutnya faedah yang kelima, pola takrir ditempatkan sebagai ancaman dan intimidasi, seperti yang terdapat dalam ayat : “kallaa saufa ta’lamun tsumma kallaa saufa ta’lamun”. QS. AT Takaatsur (102) : 3-4. Ancaman tersebut diulang dua kali seakan mengatakan kepada orang yang lalai, hendaknya ia segera bertaubat, karena sejatinya ia tidak akan mengetahui sebesar apakah balasan siksa yang kelak ia tanggung. Pengulangan dalam Al Quran begitu sempurna. Dan menariknya, bentuk takrir dalam kondisi tertentu, senantiasa mempertimbangkan dan menyesuaikan karakter manusia yang amat beragam. Walhasil, tidaklah kebatilan itu didapati dalam Al Quran Kapan dan bagaimanapun. Maha Suci Allah Dengan Segala Firman Nya. Allahul Hadi Ila Sawaissabil
Adapun pembagian Tikrar terbagi menjadi dua bagian :
1. Tikrar Lafdi
2. Tikrar Ma’nawi
Tikrar Lafdi adalah pengulangan redaksi ayat di dalam Al-Qur’an baik berupa huruf-hurufnya ataupun susunan kalimatnya dengan tujuan tertentu. Tikrar ini di dalam Al Qur’an memiliki beberapa bentuk :
1. Tikrar Isim
Penyebutan Kata Benda Isim Dua Kali
Pengulangan dua kali sebuah isim memiliki empat kemungkinan :
1. Keduanya Ma’rifah
2. Keduanya Nakirah
3. Yang Pertama Ma’rifah sedang yang kedua nakirah
4. Yang pertama nakirah sedang yang kedua ma’rifah
1. Jika keduanya ma’rifah, maka pada umumnya yang isim kedua adalah yang pertama.
2. Sebaliknya jika keduanya nakirah, maka yang kedua biasanya bukan yang pertama.
3. Jika yang pertama nakirah dan yang kedua ma’rifah maka yang kedua itu adalah yang pertama, karena sudah diketahui.
4. Jika yang pertama ma’rifah sedang yang kedua nakirah, maka tergantung pada qarinahnya, terkadang qarinahnya (Indikasi) itu menunjukan bahwa keduanya itu berbeda
Terkadang Qarinah itu menunjukan bahwa keduanya sama
2. Tikrar Fiil adalah pengulangan redaksi ayat baik yang berbentuk kata kerja atau fiil
3. Tikrar Hurf adalah pengulangan ayat dalam Al-Qur’an berupa idiem-idiem susunan
kalimat (huruf dari 1 s.d beberapa huruf)
4. Tikrar dengan nama orang adalah pengulangan ayat dalam Al-Qur’an berupa nama-
nama orang di dalam Al-Qur’an
5. Tikrar Surat adalah pengulangan ayat di dalam Al-Qur’an berupa huruf Muqataah di
bebera surat-surat
6. Tikrar Tasbih
7. Tikrar Ta’kid
8. Tikrar na’at atau sifat
9. Tikrar Athaf
10. Tikrar Jumlah
11. Tikrar Badal
12. Tikrar Qashosh
13. Tikrar Amil
Tikrar Ma’nawi adalah pengulangan redaksi ayat di dalam Al-Qur’an yang mana pengulangan ini lebih di titk beratkan kepada ma;na atau maksud dan tujuan pengulangan tersebut. Tikrar ini memiliki beberapa bentuk :
1. Mauidah
2. Wa’id
3. Wa’ad
4. Mubalagoh
5. Istihza
6. Tamsil
7. Qashas
8. Na’at
9. Iltifat
kurang lengkap nih si admin...
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.
Dan Kami berfirman: "Hai Adam diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang lalim.
Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan".(QS 2:34-36)
kang admin, kalo sama ayat yang ini mana yang duluan ya?Al-A'raaf:
[7.11] Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam"; maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.
[7.12] Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis: "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah".
[7.13] Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka ke luarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina".
[7.14] Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan".
[7.15] Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh."
[7.16] Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,
[7.17] kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).
[7.18] Allah berfirman: "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barang siapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahanam dengan kamu semuanya".
[7.19] (Dan Allah berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan istrimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang lalim".
[7.20] Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan setan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)".
[7.21] Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua",
[7.22] maka setan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?"
[7.23] Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi".
PERTANYAAN JEBAKAN ITU SUDAH SAYA JAWAB
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=132037653525326&set=a.117290885000003.15942.100001572750119¬if_t=like
lho kok malah dibilang pertanyaan jebakan? wkwkwkwkwkwkwkwk
jawabnya di fb pula...
kasih disini dong di bagi2 ama teman Muslim disini
jangan ragu gitu dong bang Admin...
ntar paulus beliin permen kepala monyet, leluhur bang Admin...ok?
Ati-ati Broo.
Jangan bikin Bang Admin ngambek. Ntar Id kita kena Banned
Jangan diketawain jg Bro, ntar kena banned jg malah..
sebagian mufassir Islam mengatakan bahwa surga yg hakiki belumlah diciptakan oleh Allah SWT dan surga yg dikiaskan tsb merupakan sebuah daerah rep.yaman..yg kita ketahui bahwa rep.Yaman memiliki aneka ragam buah-buahan..penafsiran sebagian para mufassir ialah mengenai kata2 yg ada didlm al-Quran yaitu akhrij minal jannah yg artinya keluarlah dari surga. logikanya kL surga itu berada disidratul muntaha yaitu dilangit ketujuh maka firman Allah bkn Lagi akhrij melainkan andzil minal jannah karena surga berada diatas(langit). mengenai larangan mengenai buah khuldi, itu hanya rencana Tuhan krn ia mengetahui apa yg akan terjadi selanjutnya, bahwa Adamlah yg berhak utk menjadi khalifah dimuka bumi ini, bahwasanya bumi merupakan surga yg semu bagi umat manusia utk menuju surga yg hakiki, tentunya bumi ini merupakan surga bagi manusia yg mau berpikir tanpa mengesampingkan aturan-aturan yg telah ditetapkan oleh Tuhan. kami sebagai umat Islam tdk mengetahui bagaimana surga yg hakiki sebagaimana bahwa kami tidak mengetahui wujud Tuhan itu sendiri tp ia merupakan sosok yg berwujud, bahwa surga yg hakiki tdklah seorangpun yg mengetahui baik itu Adam/Muhammad bahkan para malaikat..krn surga yg hakiki merupakan sebuah tmp yg bebas aturan (tolong bung admin jgn tafsirkan bahwa surga merupakan tmp pelaku postitusi, krn seks merupakan kenikmatan 0,000001% dr surga yg hakiki) dan surga yg hakiki merupakan kado istimewa bagi hambanya yg taat dan tidak seorangpun yg tahu krn jelas didalam al-Quran bahwa Muhammad tidak mengetahui sesuatupun mengenai yg ghaib, jika ada hadits yg mengatakan bahwa Muhammad telah menceritakan sesuatu yg berhubungan dgn yg gaib..itu dpt dinasakh karena bertentangan dg al-Quran yg jauh lebih tinggi kedudukannya dari al-Quran. Dan Rasul merupakan moderator terbaik yg pernah ada karena ia menyampaikan sesuatu kepada orang-orang yg sesuai dgn kapasitasnya berpikir yaitu penyampaian thd orang awam akan sangat berbeda dengan penyampaian orang-orang yg mempunyai intelektualitas dlm berpikir seperti para khulafur rasyidin.
sableng- RED MEMBERS
- Number of posts : 42
Reputation : 0
Points : 5091
Registration date : 2011-01-26
Re: Dijamin muslim belepotan sm dongengan org terdahulu alias quran.
KAYAKNYE YANG NANYE YANG BELEPOTAN DAH...
ID ANE JANGAN DI BANED YA MIN...
ID ANE JANGAN DI BANED YA MIN...
Christ Killer- SILVER MEMBERS
-
Number of posts : 2276
Age : 1005
Location : USA
Job/hobbies : KILLING NASRANI NOT NASRUDIN
Humor : I WILL KILL U CHRIST...
Reputation : 2
Points : 7654
Registration date : 2011-01-19
Re: Dijamin muslim belepotan sm dongengan org terdahulu alias quran.
admin wrote:hamba tuhan wrote:admin wrote:hamba tuhan wrote:admin wrote:KAMU HEBAT YAH , INI TOLONG BUKTIKAN KAMU BUTA HURUF SURGA APA TIDAK
الجمهورية اليمنية
BUKTIKAN DAN SAYA TAHU KAMU ONLINE
apa maksud admin buta huruf surga????
الجمهورية اليمنية = republik yaman.... apa maksudnya bung admin????
HA HA HA KAMU TERNYATA TIDAK MAMPU MEMBACA HURUF ARAB , KALAU MAMPU ITU BUKAN JAWABAN DARI MESIN TRANSLETER
KALAU PAKE MESIN PETERJEMAH AKAN SEPERTI ITU KELUARNYA MEMANG MAU TAQIYYAH
hahaaaa.... kenapa bung admin.... mau belajar bahasa arab ya????
SORRY BISA KESURUPAN BELAJAR BAHASA SETAN
, JADI INI JUGA KESEMPATAN SAYA BALAS POSTINGAN KAMU SETELAH INI SEGALA POSTINGAN KAMU TIDAK AKAN PERNAH SAYA TANGGAPI KARENA TIDAK LEVEL , BAHASA ARAB SAJA TIDAK MAMPU
QS 12:2 Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Qur'an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.
QS 43:3 Sesungguhnya Kami menjadikan Al Qur'an dalam bahasa Arab supaya kamu memahami (nya).
KAMU JUGA SUDAH TIDAK BISA DISEBUT MUSLIM KARENA TIDAK MEMAHAMI BAHASA ARAB DAN MELANGGAR ALLAH KAMU SENDIRI DIMANA SEEKOR MUSLIM HARUS MEMAHAMI BAHASA ARAB
Admin T0L0L...
KAN ADA TERJEMAHANNYA....
BIASA... KRISTEN AKAN SELALU MENYANGKAL... DAN LARI...SPERTI BIASANYA...
you7tube7com- SILVER MEMBERS
-
Number of posts : 3297
Reputation : -35
Points : 8760
Registration date : 2010-01-23
Re: Dijamin muslim belepotan sm dongengan org terdahulu alias quran.
setelah tergelincir setan balik lagi kesorga untuk menggoda adam..setan..///kan bebas dia keluar masuk sorga....setankan sejenis penyesat.....sama seperti allow setan punya plat CD....paulus wrote:hamba tuhan wrote:maaf bung admin... kalo copas ayat2 alquran jgn potong2.....
neh saya jelaskan buat bung admin....
TIKRAR DALAM AL-QUR'AN
Al Qur’an tidak hanya sebuah sumber ilmu, petunjuk dan inspirasi kebenaran yang tak pernah kering dan habis. Tetapi disaat yang sama, Al-Qur’an adalah sumber segala kebahagiaan sejati. Hanya saja ada sebuah persoalan rumit yang selalu menjadi sebab kita tidak pernah mendapatkan itu semua, keengganan kita untuk mengkaji untaian isinya yang diturnkan oleh Allah untuk kita semua. Kita tak pernah berhasil benar dalam meraih puncak ilmu, petunjuk dan kebahagian, karena kita leih terasing dari kitab yang mulia ini, kita tidak pernah benar-benar seperti yang dikatakan oleh seorang sehabat Nabi, “ Bacalah Al-Qur’an seolah ia baru diturunkan saat ini untukmu.” Mak tidak mengherankan jika kita pun seperti yang dikatan oleh Utsman r.a, “Jika saja hati kalian suci, maka ia tidak akan pernah kenyang dan puas dengan kalamullah
Memahami Pengulangan Tikrar
Salah satu kriteria yang dijadikan untuk menilai fasih atau tidaknya perkataan seseorang di kalangan bangsa arab, ialah bentuk pengulangan kata ataupun kalimat yang sama dalam satu waktu. Apa pengertian bahasan kita kali ini? Tikrar. Demikian sebutan akrabnya dalam kaedah bahasa. Tikrar berasal dari kata karra yang berarti kembali, mengulangi atau menyambung. Imam Jauhari menegaskan hal yang sama yaitu, arti kata karra ialah mengulangi suatu hal atau perbuatan tertentu. Sedangkan pengertian tikrar dalam istilah, ialah mengulangi satu kata atau kalimat yang sama beberapa kali karena bebarapa alasan, diantaranya dengan tujuan penegasan (tawkid), memberi peringatan atau menggambarkan agungnya sebuah hal tertentu. Para ulama bahasa membagi tikrar menjadi dua macam, yang pertama tikrar yang pola pengulangannya terdapat pada ejaan dan makna kata sekaligus, atau mengulang satu kata yang bermakna sama. Seperti jika seseorang mengatakan kata perintah asri’ asri’ !(cepat-cepat!). Satu kata tersebut diulang dengan makna dan ejaan yang tidak berbeda sama sekali. Tikrar yang kedua yaitu apabila pengulangan hanya pada makna saja, sedangkan ejaan katanya tidak sama. Misalnya, athi’ni wa la tu’shini! (taati dan jangan kau langgar aku!). coba cermati, dua kata ini meski berbeda, yang satu menggunakan kata athi’ni dan satunya lagi la tu’shini, akan tetapi kedua makna tersebut tetap saja sama, sehingga jika ada seseorang mengatakan jangan langgar aku, berarti ia juga memerintahkan untuk mentaatinya. Dirasa ilmu ini cukup penting dalam kajian bahasa, tulis imam Jakhidz , salah seorang ulama bahasa yang hidup di masa dinasti Abbasiyah, dalam kitabnya Rasail Al Jakhidz (Catatan-catatan Jakhidz), menjelaskan kapasitas dan derajat keilmuan seseorang bisa dilihat diantaranya dengan cara mengamati, sejauhmanakah ia mampu menggunakan bentuk pengulangan dalam pembicaraannya. Apa kaitannya dengan bahasan ilmu Alquran kali ini Mengenai apakah terdapat pola pengulangan dalam Al Quran atau tidak, para ulama berselisih pandang. Bagi mereka yang menafikan, atas dalih apapun pengulangan kata itu tetap saja tidak berfaedah, hal ini tentunya tidak berlaku untuk Kalam Allah, dan kalaupun toh pengulangan kata didapati dalam Al Quran, makna kata tersebut berbeda. Sedangkan sebagian yang lain, berpendapat keberadaan pola pengulangan tidak dapat dipungkiri. Kenyataannya, justru pola tikrar yang ada dalam Al Quran menunjukkan apiknya susunan bahasa yang dimiliki Al Quran. Sebagai dalil, sejumlah ulama telah mendata beberapa kata yang diulang-ulang dalam Al Quran, seperti imam Suyuthi, Ibnu Jauzy, Kurmani dan lain sebagainya. Bahkan dari mereka ada yang menggolongkan pola ini ke dalam ayat-ayat samar (mutasyabihat). Sebagai contoh, salah satu rujukan masa kini yang bisa digunakan untuk meneliti sejumlah kata yang diulang-ulang dalam Al Quran ialah Al Mu’jam Al Mufahras Li Al Tarakib Al Mutyabihah Lafdzon Fil Quranil Karim (Kamus Susunan Kata-Kata Yang Serupa Dalam Al Quran), karangan Dr. Muhammad Zaki Muhammad Khidir, Dosen di Universitas Yordania. Terlepas dari perbedaan pendapat di atas, bahasan kali ini bukanlah untuk menjelaskan ada atau tidaknya tikrar apalagi terlibat jauh dalam perdebatan, melainkan mempelajari beberepa pola pengulangan dan makna yang terkandung didalamnya.
Jenis Pola Tikrar Fungsi Dan Maknanya Jika dicermati bentuk tikrar dalam Al Quran bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertama, pengulangan hanya terbatas pada makna saja, sedangkan lafalnya berbeda, dan yang kedua tikrar pada kedua-duanya lafal dan makna sekaligus. Bentuk yang pertama seperti pengulangan kisah-kisah nabi, ayat-ayat yang menggambarkan siksa dan nikmat di akherat, hari kebangkitan, dan ayat-ayat yang mengisahkan penciptaan langit dan bumi dan alam semesta. Meski masih menceritakan satu hal, lafal pada sejumlah ayat tersebut tidak sama persis. Barangkali akan muncul pertanyaan, jika seandainya ayat-ayat tersebut bisa dipahami hanya dengan sekali, mengapa harus diulang-ulang berapa kali? Justru disinilah menariknya. Ibnu Qutaibah menjelaskan Al Quran diturunkan dalam kurun waktu yang tidak singkat, tentunya keberagamaan kabilah yang ada di komunitas arab waktu itu cukuplah banyak, sehingga jika ayat tersebut tidak diulang-ulang, bisa jadi kisah-kisah teladan nabi Musa As, Isa As, Nuh As, Luth As dan sebagainya, hanya akan diterima oleh kaum tertentu, jadi dengan pengulangan tersebut setiap kaum dengan mudah memperolehnya, sehingga makna yang hendak disampaikan bisa ditangkap oleh semua kalangan. Kemudian bentuk tikrar yang kedua dalam Al Quran dapat dibagi menjadi dua, pertama apabila pengulangan kata masih terdapat dalam satu ayat, seperti ayat : “haihaata-haihaata lima tuu’adun” QS. Al Mukminun (23) : 36 dan yang kedua tikrar yang lafalnya diulang pada ayat yang berbeda dan terpisah. Seperti ayat : “ wa inna robbuka lahuwal Azizul Hakiim”. QS. AS Syu’araa’ (26) : 9, kalimat ini diulangi sebanyak 8 kali dalam surat yang sama yaitu AS Syu’araa. Selain contoh pengulangan dalam satu surat di atas, terdapat lafal yang diulang-ulang dalam surat yang berbeda-beda, seperti : “ wayaquuluuna mataa hadzal wa’du inkuntum shodiqin”, lafal ini akan kita dapati di tiga surat yang saling terpisah, yaitu QS. AN Naml (27) : 71, QS. Yaasin (36) : 43, dan QS. Al Mulk (67) : 25.
Faedah Pengulangan Dalam Al Quran Berdasarkan analisa imam zarkasyi dalam kitabnya “Al Burhan”, ada beberapa faedah yang bisa disimpulkan dari pola tikrar dalam Al Quran, diantaranya yang pertama penegasan atau penguatan (ta’kid) . Bahkan apabila dicermati, nilai penekanan yang dikandung pola takrir setingkat lebih kuat dibanding bentuk ta’kid. Keunggulan pola takrir ini disinyalir karena takrir mengulang kata yang sama, sehingga makna yang dimaksudkan akan lebih mengena. Lain halnya dengan pola ta’kid yang dalam penerapannya lebih sering menggunakan huruf atau perangkat yang mengindikasikan penegasan makna yang terkandung. Sebagaimana contoh berikut : “Hai maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu)”. QS. Ali Imran (3) : 42. Kedua kata yang dicetak tebal, sama-sama menggunakan lafal isthafaaki yang diulang dua kali, dengan tujuan agar keistimewaan yang ada pada Maryam semakin jelas dan menjadi bukti atas kesucian yang ia miliki. Faedah yang kedua ٍpola takrir berfungsi untuk memperjelas dan memperkuat sebuah peringatan, sehingga kata-kata tersebut bisa dipahami dan diterima. Misalnya, pengulangan kata ya qoumi (Hai kaumku ) pada kedua ayat yang berdekatan dan maknanya saling berkaitan : “Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar. Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara)”. َQS. Al Mukmin (42) : 38-39. Fungsi pola takrir yang ketiga, untuk menghindari sikap lupa yang disebabkan kalimat tertentu terlalu panjang, sehingga jika sebuah kata tidak diulangi, dikhawatirkan kata yang berada di awal akan terlupakan. Seperti pengulangan kata Inna Rabbaka (Sesungguhnya Tuhan mu) pada QS. An Nahl (16) : 110. Kemudian yang keempat untuk lebih mengambarkan agungnya sebuah perkara, atau sebuah mengisahkan jika betapa sebuah peristiwa itu sungguh menakutkan. Sebagaimana pemberitaan tentang hari kiamat pada ayat : “al haaqqotu mal haaqoh”. QS. Al Haaqah (69) : 1-2. Selanjutnya faedah yang kelima, pola takrir ditempatkan sebagai ancaman dan intimidasi, seperti yang terdapat dalam ayat : “kallaa saufa ta’lamun tsumma kallaa saufa ta’lamun”. QS. AT Takaatsur (102) : 3-4. Ancaman tersebut diulang dua kali seakan mengatakan kepada orang yang lalai, hendaknya ia segera bertaubat, karena sejatinya ia tidak akan mengetahui sebesar apakah balasan siksa yang kelak ia tanggung. Pengulangan dalam Al Quran begitu sempurna. Dan menariknya, bentuk takrir dalam kondisi tertentu, senantiasa mempertimbangkan dan menyesuaikan karakter manusia yang amat beragam. Walhasil, tidaklah kebatilan itu didapati dalam Al Quran Kapan dan bagaimanapun. Maha Suci Allah Dengan Segala Firman Nya. Allahul Hadi Ila Sawaissabil
Adapun pembagian Tikrar terbagi menjadi dua bagian :
1. Tikrar Lafdi
2. Tikrar Ma’nawi
Tikrar Lafdi adalah pengulangan redaksi ayat di dalam Al-Qur’an baik berupa huruf-hurufnya ataupun susunan kalimatnya dengan tujuan tertentu. Tikrar ini di dalam Al Qur’an memiliki beberapa bentuk :
1. Tikrar Isim
Penyebutan Kata Benda Isim Dua Kali
Pengulangan dua kali sebuah isim memiliki empat kemungkinan :
1. Keduanya Ma’rifah
2. Keduanya Nakirah
3. Yang Pertama Ma’rifah sedang yang kedua nakirah
4. Yang pertama nakirah sedang yang kedua ma’rifah
1. Jika keduanya ma’rifah, maka pada umumnya yang isim kedua adalah yang pertama.
2. Sebaliknya jika keduanya nakirah, maka yang kedua biasanya bukan yang pertama.
3. Jika yang pertama nakirah dan yang kedua ma’rifah maka yang kedua itu adalah yang pertama, karena sudah diketahui.
4. Jika yang pertama ma’rifah sedang yang kedua nakirah, maka tergantung pada qarinahnya, terkadang qarinahnya (Indikasi) itu menunjukan bahwa keduanya itu berbeda
Terkadang Qarinah itu menunjukan bahwa keduanya sama
2. Tikrar Fiil adalah pengulangan redaksi ayat baik yang berbentuk kata kerja atau fiil
3. Tikrar Hurf adalah pengulangan ayat dalam Al-Qur’an berupa idiem-idiem susunan
kalimat (huruf dari 1 s.d beberapa huruf)
4. Tikrar dengan nama orang adalah pengulangan ayat dalam Al-Qur’an berupa nama-
nama orang di dalam Al-Qur’an
5. Tikrar Surat adalah pengulangan ayat di dalam Al-Qur’an berupa huruf Muqataah di
bebera surat-surat
6. Tikrar Tasbih
7. Tikrar Ta’kid
8. Tikrar na’at atau sifat
9. Tikrar Athaf
10. Tikrar Jumlah
11. Tikrar Badal
12. Tikrar Qashosh
13. Tikrar Amil
Tikrar Ma’nawi adalah pengulangan redaksi ayat di dalam Al-Qur’an yang mana pengulangan ini lebih di titk beratkan kepada ma;na atau maksud dan tujuan pengulangan tersebut. Tikrar ini memiliki beberapa bentuk :
1. Mauidah
2. Wa’id
3. Wa’ad
4. Mubalagoh
5. Istihza
6. Tamsil
7. Qashas
8. Na’at
9. Iltifat
kurang lengkap nih si admin...
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.
Dan Kami berfirman: "Hai Adam diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang lalim.
Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan".(QS 2:34-36)
kang admin, kalo sama ayat yang ini mana yang duluan ya?Al-A'raaf:
[7.11] Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam"; maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.
[7.12] Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis: "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah".
[7.13] Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka ke luarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina".
[7.14] Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan".
[7.15] Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh."
[7.16] Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,
[7.17] kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).
[7.18] Allah berfirman: "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barang siapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahanam dengan kamu semuanya".
[7.19] (Dan Allah berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan istrimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang lalim".
[7.20] Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan setan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)".
[7.21] Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua",
[7.22] maka setan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?"
[7.23] Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi".
Bandot tua- BLUE MEMBERS
- Number of posts : 219
Reputation : 1
Points : 5291
Registration date : 2011-01-19
Re: Dijamin muslim belepotan sm dongengan org terdahulu alias quran.
Bandot tua wrote:setelah tergelincir setan balik lagi kesorga untuk menggoda adam..setan..///kan bebas dia keluar masuk sorga....setankan sejenis penyesat.....sama seperti allow setan punya plat CD....paulus wrote:hamba tuhan wrote:maaf bung admin... kalo copas ayat2 alquran jgn potong2.....
neh saya jelaskan buat bung admin....
TIKRAR DALAM AL-QUR'AN
Al Qur’an tidak hanya sebuah sumber ilmu, petunjuk dan inspirasi kebenaran yang tak pernah kering dan habis. Tetapi disaat yang sama, Al-Qur’an adalah sumber segala kebahagiaan sejati. Hanya saja ada sebuah persoalan rumit yang selalu menjadi sebab kita tidak pernah mendapatkan itu semua, keengganan kita untuk mengkaji untaian isinya yang diturnkan oleh Allah untuk kita semua. Kita tak pernah berhasil benar dalam meraih puncak ilmu, petunjuk dan kebahagian, karena kita leih terasing dari kitab yang mulia ini, kita tidak pernah benar-benar seperti yang dikatakan oleh seorang sehabat Nabi, “ Bacalah Al-Qur’an seolah ia baru diturunkan saat ini untukmu.” Mak tidak mengherankan jika kita pun seperti yang dikatan oleh Utsman r.a, “Jika saja hati kalian suci, maka ia tidak akan pernah kenyang dan puas dengan kalamullah
Memahami Pengulangan Tikrar
Salah satu kriteria yang dijadikan untuk menilai fasih atau tidaknya perkataan seseorang di kalangan bangsa arab, ialah bentuk pengulangan kata ataupun kalimat yang sama dalam satu waktu. Apa pengertian bahasan kita kali ini? Tikrar. Demikian sebutan akrabnya dalam kaedah bahasa. Tikrar berasal dari kata karra yang berarti kembali, mengulangi atau menyambung. Imam Jauhari menegaskan hal yang sama yaitu, arti kata karra ialah mengulangi suatu hal atau perbuatan tertentu. Sedangkan pengertian tikrar dalam istilah, ialah mengulangi satu kata atau kalimat yang sama beberapa kali karena bebarapa alasan, diantaranya dengan tujuan penegasan (tawkid), memberi peringatan atau menggambarkan agungnya sebuah hal tertentu. Para ulama bahasa membagi tikrar menjadi dua macam, yang pertama tikrar yang pola pengulangannya terdapat pada ejaan dan makna kata sekaligus, atau mengulang satu kata yang bermakna sama. Seperti jika seseorang mengatakan kata perintah asri’ asri’ !(cepat-cepat!). Satu kata tersebut diulang dengan makna dan ejaan yang tidak berbeda sama sekali. Tikrar yang kedua yaitu apabila pengulangan hanya pada makna saja, sedangkan ejaan katanya tidak sama. Misalnya, athi’ni wa la tu’shini! (taati dan jangan kau langgar aku!). coba cermati, dua kata ini meski berbeda, yang satu menggunakan kata athi’ni dan satunya lagi la tu’shini, akan tetapi kedua makna tersebut tetap saja sama, sehingga jika ada seseorang mengatakan jangan langgar aku, berarti ia juga memerintahkan untuk mentaatinya. Dirasa ilmu ini cukup penting dalam kajian bahasa, tulis imam Jakhidz , salah seorang ulama bahasa yang hidup di masa dinasti Abbasiyah, dalam kitabnya Rasail Al Jakhidz (Catatan-catatan Jakhidz), menjelaskan kapasitas dan derajat keilmuan seseorang bisa dilihat diantaranya dengan cara mengamati, sejauhmanakah ia mampu menggunakan bentuk pengulangan dalam pembicaraannya. Apa kaitannya dengan bahasan ilmu Alquran kali ini Mengenai apakah terdapat pola pengulangan dalam Al Quran atau tidak, para ulama berselisih pandang. Bagi mereka yang menafikan, atas dalih apapun pengulangan kata itu tetap saja tidak berfaedah, hal ini tentunya tidak berlaku untuk Kalam Allah, dan kalaupun toh pengulangan kata didapati dalam Al Quran, makna kata tersebut berbeda. Sedangkan sebagian yang lain, berpendapat keberadaan pola pengulangan tidak dapat dipungkiri. Kenyataannya, justru pola tikrar yang ada dalam Al Quran menunjukkan apiknya susunan bahasa yang dimiliki Al Quran. Sebagai dalil, sejumlah ulama telah mendata beberapa kata yang diulang-ulang dalam Al Quran, seperti imam Suyuthi, Ibnu Jauzy, Kurmani dan lain sebagainya. Bahkan dari mereka ada yang menggolongkan pola ini ke dalam ayat-ayat samar (mutasyabihat). Sebagai contoh, salah satu rujukan masa kini yang bisa digunakan untuk meneliti sejumlah kata yang diulang-ulang dalam Al Quran ialah Al Mu’jam Al Mufahras Li Al Tarakib Al Mutyabihah Lafdzon Fil Quranil Karim (Kamus Susunan Kata-Kata Yang Serupa Dalam Al Quran), karangan Dr. Muhammad Zaki Muhammad Khidir, Dosen di Universitas Yordania. Terlepas dari perbedaan pendapat di atas, bahasan kali ini bukanlah untuk menjelaskan ada atau tidaknya tikrar apalagi terlibat jauh dalam perdebatan, melainkan mempelajari beberepa pola pengulangan dan makna yang terkandung didalamnya.
Jenis Pola Tikrar Fungsi Dan Maknanya Jika dicermati bentuk tikrar dalam Al Quran bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertama, pengulangan hanya terbatas pada makna saja, sedangkan lafalnya berbeda, dan yang kedua tikrar pada kedua-duanya lafal dan makna sekaligus. Bentuk yang pertama seperti pengulangan kisah-kisah nabi, ayat-ayat yang menggambarkan siksa dan nikmat di akherat, hari kebangkitan, dan ayat-ayat yang mengisahkan penciptaan langit dan bumi dan alam semesta. Meski masih menceritakan satu hal, lafal pada sejumlah ayat tersebut tidak sama persis. Barangkali akan muncul pertanyaan, jika seandainya ayat-ayat tersebut bisa dipahami hanya dengan sekali, mengapa harus diulang-ulang berapa kali? Justru disinilah menariknya. Ibnu Qutaibah menjelaskan Al Quran diturunkan dalam kurun waktu yang tidak singkat, tentunya keberagamaan kabilah yang ada di komunitas arab waktu itu cukuplah banyak, sehingga jika ayat tersebut tidak diulang-ulang, bisa jadi kisah-kisah teladan nabi Musa As, Isa As, Nuh As, Luth As dan sebagainya, hanya akan diterima oleh kaum tertentu, jadi dengan pengulangan tersebut setiap kaum dengan mudah memperolehnya, sehingga makna yang hendak disampaikan bisa ditangkap oleh semua kalangan. Kemudian bentuk tikrar yang kedua dalam Al Quran dapat dibagi menjadi dua, pertama apabila pengulangan kata masih terdapat dalam satu ayat, seperti ayat : “haihaata-haihaata lima tuu’adun” QS. Al Mukminun (23) : 36 dan yang kedua tikrar yang lafalnya diulang pada ayat yang berbeda dan terpisah. Seperti ayat : “ wa inna robbuka lahuwal Azizul Hakiim”. QS. AS Syu’araa’ (26) : 9, kalimat ini diulangi sebanyak 8 kali dalam surat yang sama yaitu AS Syu’araa. Selain contoh pengulangan dalam satu surat di atas, terdapat lafal yang diulang-ulang dalam surat yang berbeda-beda, seperti : “ wayaquuluuna mataa hadzal wa’du inkuntum shodiqin”, lafal ini akan kita dapati di tiga surat yang saling terpisah, yaitu QS. AN Naml (27) : 71, QS. Yaasin (36) : 43, dan QS. Al Mulk (67) : 25.
Faedah Pengulangan Dalam Al Quran Berdasarkan analisa imam zarkasyi dalam kitabnya “Al Burhan”, ada beberapa faedah yang bisa disimpulkan dari pola tikrar dalam Al Quran, diantaranya yang pertama penegasan atau penguatan (ta’kid) . Bahkan apabila dicermati, nilai penekanan yang dikandung pola takrir setingkat lebih kuat dibanding bentuk ta’kid. Keunggulan pola takrir ini disinyalir karena takrir mengulang kata yang sama, sehingga makna yang dimaksudkan akan lebih mengena. Lain halnya dengan pola ta’kid yang dalam penerapannya lebih sering menggunakan huruf atau perangkat yang mengindikasikan penegasan makna yang terkandung. Sebagaimana contoh berikut : “Hai maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu)”. QS. Ali Imran (3) : 42. Kedua kata yang dicetak tebal, sama-sama menggunakan lafal isthafaaki yang diulang dua kali, dengan tujuan agar keistimewaan yang ada pada Maryam semakin jelas dan menjadi bukti atas kesucian yang ia miliki. Faedah yang kedua ٍpola takrir berfungsi untuk memperjelas dan memperkuat sebuah peringatan, sehingga kata-kata tersebut bisa dipahami dan diterima. Misalnya, pengulangan kata ya qoumi (Hai kaumku ) pada kedua ayat yang berdekatan dan maknanya saling berkaitan : “Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar. Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara)”. َQS. Al Mukmin (42) : 38-39. Fungsi pola takrir yang ketiga, untuk menghindari sikap lupa yang disebabkan kalimat tertentu terlalu panjang, sehingga jika sebuah kata tidak diulangi, dikhawatirkan kata yang berada di awal akan terlupakan. Seperti pengulangan kata Inna Rabbaka (Sesungguhnya Tuhan mu) pada QS. An Nahl (16) : 110. Kemudian yang keempat untuk lebih mengambarkan agungnya sebuah perkara, atau sebuah mengisahkan jika betapa sebuah peristiwa itu sungguh menakutkan. Sebagaimana pemberitaan tentang hari kiamat pada ayat : “al haaqqotu mal haaqoh”. QS. Al Haaqah (69) : 1-2. Selanjutnya faedah yang kelima, pola takrir ditempatkan sebagai ancaman dan intimidasi, seperti yang terdapat dalam ayat : “kallaa saufa ta’lamun tsumma kallaa saufa ta’lamun”. QS. AT Takaatsur (102) : 3-4. Ancaman tersebut diulang dua kali seakan mengatakan kepada orang yang lalai, hendaknya ia segera bertaubat, karena sejatinya ia tidak akan mengetahui sebesar apakah balasan siksa yang kelak ia tanggung. Pengulangan dalam Al Quran begitu sempurna. Dan menariknya, bentuk takrir dalam kondisi tertentu, senantiasa mempertimbangkan dan menyesuaikan karakter manusia yang amat beragam. Walhasil, tidaklah kebatilan itu didapati dalam Al Quran Kapan dan bagaimanapun. Maha Suci Allah Dengan Segala Firman Nya. Allahul Hadi Ila Sawaissabil
Adapun pembagian Tikrar terbagi menjadi dua bagian :
1. Tikrar Lafdi
2. Tikrar Ma’nawi
Tikrar Lafdi adalah pengulangan redaksi ayat di dalam Al-Qur’an baik berupa huruf-hurufnya ataupun susunan kalimatnya dengan tujuan tertentu. Tikrar ini di dalam Al Qur’an memiliki beberapa bentuk :
1. Tikrar Isim
Penyebutan Kata Benda Isim Dua Kali
Pengulangan dua kali sebuah isim memiliki empat kemungkinan :
1. Keduanya Ma’rifah
2. Keduanya Nakirah
3. Yang Pertama Ma’rifah sedang yang kedua nakirah
4. Yang pertama nakirah sedang yang kedua ma’rifah
1. Jika keduanya ma’rifah, maka pada umumnya yang isim kedua adalah yang pertama.
2. Sebaliknya jika keduanya nakirah, maka yang kedua biasanya bukan yang pertama.
3. Jika yang pertama nakirah dan yang kedua ma’rifah maka yang kedua itu adalah yang pertama, karena sudah diketahui.
4. Jika yang pertama ma’rifah sedang yang kedua nakirah, maka tergantung pada qarinahnya, terkadang qarinahnya (Indikasi) itu menunjukan bahwa keduanya itu berbeda
Terkadang Qarinah itu menunjukan bahwa keduanya sama
2. Tikrar Fiil adalah pengulangan redaksi ayat baik yang berbentuk kata kerja atau fiil
3. Tikrar Hurf adalah pengulangan ayat dalam Al-Qur’an berupa idiem-idiem susunan
kalimat (huruf dari 1 s.d beberapa huruf)
4. Tikrar dengan nama orang adalah pengulangan ayat dalam Al-Qur’an berupa nama-
nama orang di dalam Al-Qur’an
5. Tikrar Surat adalah pengulangan ayat di dalam Al-Qur’an berupa huruf Muqataah di
bebera surat-surat
6. Tikrar Tasbih
7. Tikrar Ta’kid
8. Tikrar na’at atau sifat
9. Tikrar Athaf
10. Tikrar Jumlah
11. Tikrar Badal
12. Tikrar Qashosh
13. Tikrar Amil
Tikrar Ma’nawi adalah pengulangan redaksi ayat di dalam Al-Qur’an yang mana pengulangan ini lebih di titk beratkan kepada ma;na atau maksud dan tujuan pengulangan tersebut. Tikrar ini memiliki beberapa bentuk :
1. Mauidah
2. Wa’id
3. Wa’ad
4. Mubalagoh
5. Istihza
6. Tamsil
7. Qashas
8. Na’at
9. Iltifat
kurang lengkap nih si admin...
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.
Dan Kami berfirman: "Hai Adam diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang lalim.
Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan".(QS 2:34-36)
kang admin, kalo sama ayat yang ini mana yang duluan ya?Al-A'raaf:
[7.11] Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam"; maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.
[7.12] Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis: "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah".
[7.13] Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka ke luarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina".
[7.14] Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan".
[7.15] Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh."
[7.16] Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,
[7.17] kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).
[7.18] Allah berfirman: "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barang siapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahanam dengan kamu semuanya".
[7.19] (Dan Allah berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan istrimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang lalim".
[7.20] Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan setan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)".
[7.21] Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua",
[7.22] maka setan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?"
[7.23] Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi".
Pernyataan putus asa,
Theleb_boy- BLUE MEMBERS
-
Number of posts : 733
Location : Indonesia
Job/hobbies : Reading
Humor : Yhowsua Yang Malang
Reputation : 2
Points : 5974
Registration date : 2010-10-27
Re: Dijamin muslim belepotan sm dongengan org terdahulu alias quran.
[/quote] setelah tergelincir setan balik lagi kesorga untuk menggoda adam..setan..///kan bebas dia keluar masuk sorga....setankan sejenis penyesat.....sama seperti allow setan punya plat CD....[/quote]
Hi..hi..hi..
Gue punya cerita lucu....
Alkisah.. ada seorang Pendeta dan seorang Biarawati. Mereka tersesat dlm hutan.Karena berdua saja, sang Pendeta mencoba merayu Biarawati utk utk melakukanhal mesum.
Tidak tahan menahan nafsunya, si Pendeta langsung mengeluarkan kemaluannya g sdh tegang, lantas berkata Biarawati : "Jangan.. itu setan ( kemaluan si Pendeta )."
Lalu Pendeta tsb berkata kpd Biarawati : "Bukankah punyamu (Kemaluan Biarawati) itu adl Surga..??!
Singkat cerita... mereka melakukan zina
Setelah selesai, Biarawti dgn wajah bingung berkata kpd Pendeta :"Sy heran... kok bisa setan keluar - masuk Surga yaa..??!
Hi..hi..hi..hi...
you7tube7com- SILVER MEMBERS
-
Number of posts : 3297
Reputation : -35
Points : 8760
Registration date : 2010-01-23
Similar topics
» AL-QURAN KOREKSI BUAT KITAB SUCI TERDAHULU
» Murtadin Walid soebat berkata "Al quran pemalsuan kitab2 yang terdahulu"
» Banyolan Muslim: Mujizat Matematika Quran
» Murtadin Walid soebat berkata "Al quran pemalsuan kitab2 yang terdahulu"
» Banyolan Muslim: Mujizat Matematika Quran
Page 1 of 1
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum
Sat 20 Jul 2024, 3:43 pm by darwinToo
» Kenapa Muhammad & muslim ngamuk kalo Islam dikritik?
Sat 20 Jul 2024, 3:41 pm by darwinToo
» Penistaan "Agama"...==> Agama sama seperti cewek/cowok.
Sat 20 Jul 2024, 3:40 pm by darwinToo
» kenapa muhammad suka makan babi????
Sat 20 Jul 2024, 3:39 pm by darwinToo
» Yeremia 23 & Ulangan 13 mengisyaratkan Muhammad nabi palsu
Fri 02 Feb 2024, 5:21 pm by buncis hitam
» NYATA & FAKTA : TERNYATA YESUS PILIH MENGAULI KELEDAI DARIPADA WANITA!!! (sebuah penghinaan OLEH PAULUS)
Fri 12 Jan 2024, 9:39 pm by Uwizuya
» SORGA ISLAM RUMAH PELACUR ALLOH SWT...........
Tue 02 Jan 2024, 12:48 am by Pajar
» Moon Split or Islamic Hoax?
Wed 13 Dec 2023, 3:34 pm by admin
» In Islam a Woman Must be Submissive and Serve her Husband
Wed 13 Dec 2023, 3:32 pm by admin