MURTADIN_KAFIRUN
WELCOME

Join the forum, it's quick and easy

MURTADIN_KAFIRUN
WELCOME
MURTADIN_KAFIRUN
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Latest topics
» Yeremia 23 & Ulangan 13 mengisyaratkan Muhammad nabi palsu
Abdullah Ibnu Mas'ud - Saksi Ketidakberesan Mushaf Utsman EmptyFri 02 Feb 2024, 5:21 pm by buncis hitam

» kenapa muhammad suka makan babi????
Abdullah Ibnu Mas'ud - Saksi Ketidakberesan Mushaf Utsman EmptyWed 31 Jan 2024, 1:04 am by naufal

» NYATA & FAKTA : TERNYATA YESUS PILIH MENGAULI KELEDAI DARIPADA WANITA!!! (sebuah penghinaan OLEH PAULUS)
Abdullah Ibnu Mas'ud - Saksi Ketidakberesan Mushaf Utsman EmptyFri 12 Jan 2024, 9:39 pm by Uwizuya

» SORGA ISLAM RUMAH PELACUR ALLOH SWT...........
Abdullah Ibnu Mas'ud - Saksi Ketidakberesan Mushaf Utsman EmptyTue 02 Jan 2024, 12:48 am by Pajar

» Moon Split or Islamic Hoax?
Abdullah Ibnu Mas'ud - Saksi Ketidakberesan Mushaf Utsman EmptyWed 13 Dec 2023, 3:34 pm by admin

» In Islam a Woman Must be Submissive and Serve her Husband
Abdullah Ibnu Mas'ud - Saksi Ketidakberesan Mushaf Utsman EmptyWed 13 Dec 2023, 3:32 pm by admin

» Who Taught Allah Math?
Abdullah Ibnu Mas'ud - Saksi Ketidakberesan Mushaf Utsman EmptyWed 13 Dec 2023, 3:31 pm by admin

» BISNIS GEREJA YUUUKZ....LUMAYAN LOH UNTUNGNYA....
Abdullah Ibnu Mas'ud - Saksi Ketidakberesan Mushaf Utsman EmptyWed 05 Jul 2023, 1:57 pm by buncis hitam

» ISLAM: Palsu, Maut, Tak Akan Tobat, Amburadul
Abdullah Ibnu Mas'ud - Saksi Ketidakberesan Mushaf Utsman EmptySun 07 May 2023, 9:50 am by MANTAN KADRUN

Gallery


Abdullah Ibnu Mas'ud - Saksi Ketidakberesan Mushaf Utsman Empty
MILIS MURTADIN_KAFIRUN
MURTADIN KAFIRUNexMUSLIM INDONESIA BERJAYA12 Oktober Hari Murtad Dari Islam Sedunia

Kami tidak memfitnah, tetapi menyatakan fakta kebenaran yang selama ini selalu ditutupi oleh muslim untuk menyembunyikan kebejatan nabinya

Menyongsong Punahnya Islam

Wadah syiar Islam terlengkap & terpercaya, mari sebarkan selebaran artikel yang sesungguhnya tentang si Pelacur Alloh Swt dan Muhammad bin Abdullah yang MAHA TERKUTUK itu ke dunia nyata!!!!
 

Kebrutalan dan keberingasan muslim di seantero dunia adalah bukti bahwa Islam agama setan (AJARAN JAHAT,BUAS,BIADAB,CABUL,DUSTA).  Tuhan (KEBENARAN) tidak perlu dibela, tetapi setan (KEJAHATAN) perlu mendapat pembelaan manusia agar dustanya terus bertahan

Subscribe to MURTADIN_KAFIRUN

Powered by us.groups.yahoo.com

Who is online?
In total there are 92 users online :: 0 Registered, 1 Hidden and 91 Guests :: 2 Bots

None

[ View the whole list ]


Most users ever online was 354 on Wed 26 May 2010, 4:49 pm
RSS feeds


Yahoo! 
MSN 
AOL 
Netvibes 
Bloglines 


Social bookmarking

Social bookmarking reddit      

Bookmark and share the address of MURTADINKAFIRUN on your social bookmarking website

Bookmark and share the address of MURTADIN_KAFIRUN on your social bookmarking website


Abdullah Ibnu Mas'ud - Saksi Ketidakberesan Mushaf Utsman

5 posters

Go down

Abdullah Ibnu Mas'ud - Saksi Ketidakberesan Mushaf Utsman Empty Abdullah Ibnu Mas'ud - Saksi Ketidakberesan Mushaf Utsman

Post by feifei_fairy Tue 07 Dec 2010, 10:28 am


Banyak teman Muslim kurang mengenal sosok istimewa ini, atau mengenalnya sekedar secara sempit dan bias. Soalnya dalam teks umum yang mengisahkan proses tentang kompilasi Quran, sosok Abdullah ibn Mas’ud sering dikesampingkan dengan sengaja. Kenapa begitu? Ya, Ibnu Mas’ud adalah pakar pengajian yang diakui Muhammad. Ia terlalu tahu akan konten Quran dan tidak segan-segan memprotes mushaf edisi khalifah yang dianggap dipaksakan proses kompilasinya menjadi kanon keshahihan. Sejak semula ia telah menolak sejumlah surat dan isi ayat yang ada didalam Mushaf Utsman (Quran sekarang ini). Dengan demikian sikap Ibn Mas’ud yang kontra-arus mayoritas (baca: otoritas kekuasaan) ini dianggap merugikan bahkan membahayakan Islam, yang bagaimana pun tidak bisa mengakui adanya versi “tandingan”. Itulah sebabnya ia perlu disingkirkan sejak dulu – apalagi sekarang ini – disaat orang sudah tidak mungkin mengubah atau mengotak-atik “kesempurnaan-tunggal” mushaf Utsman.
Tetapi sejarah mencatat mushaf Ibn Mas’ud sempat sangat populer dan memiliki pengaruh yang luas khususnya di Kufah, Iraq, sehingga jejak-jejaknya masih berhasil diungkapkan kembali sebagian sebagian, seperti yang sempat diriwayatkan oleh Ibn al-Nadim dalam versi Fihrist, dan juga al-Suyuthi dalam versi Itqan. Mushaf Ibn Mas’ud misalnya tercatat tidak memuat surat-surat ke 1, 113, dan 114. Urutan surat juga berbeda, dimana surat pertama adalah al-Baqarah (surat Quran ke-2), diikuti surat al-Nisa’ (surat ke-4), baru Ali Imran (surat-3), Al-A’raf (surat-7) dll. Juga banyak ayat dalam Quran (yang sekarang ini) yang ternyata berbeda teksualnya, misalnya dalam surat al-Baqarah saja tercatat tidak kurang dari 101 perbedaan teks terhadap apa yang dihimpun Ibnu Mas’ud dari mulut Muhammad! Semua basmalah dikeluarkan karena tidak dianggap wahyu. Sekalipun praktis tidak ada orang Muslim yang mau mengambil resiko melawan arus dengan mengadopsi jejak-jejak mushafnya Ibn Mas’ud (karena semua fragmen dan mushaf tandingan sebagai bukti kebenaran itu sendiri telah termusnahkan akibat dari dekrit Utsman), namun integritas dan otoritas keilmuan Ibn Mas’ud tidaklah bercacat sebagaimana yang terjadi pada diri Utsman.
Ibn Mas’ud sering di-stigmatisasi oleh pakar Islam sekarang ini sebagai orang yang emosionil dan banyak ber-ulah. Tetapi jangan lupa, ia yang polos dan berwatak lugas itu tentu layak menjadi marah ketika ia dizalimi secara kotor. Orang seperti Ibn Mas’ud tidak akan “ber-ulah” sembarangan. Ia adalah sosok yang dikenal sangat serius, kritis, dengan integritas yang tidak menjilat. Ia adalah salah satu Sahabat Nabi yang paling awal memeluk Islam dan berhubungan sangat dekat dengan Nabi dan keluarganya. HR al-Bukhari meriwayatkan bahwa ibn Mas’ud dan ibunya bebas keluar-masuk rumah Rasulullah SAW, bahkan diizinkan untuk mendengarkan pembicaraan rahasia keluarga Nabi, sekalipun istrinya tidak mengenakan hijab (HR.Muslim). Ibn Hisyam dalam bukunya “Life of Muhammad” melaporkan bahwa ia adalah Muslim pertama yang membacakan bagian dari ayat-ayat Al-Quran secara lantang dan terbuka kepada kaum Quraisy yang melemparinya dengan batu. Dia pula yang menjadikan dirinya algojo bagi pemenggalan kepala Abu Jahl demi Nabinya. Huzaifah bin al-Yaman (sahabat dari kaum Ansar) sampai memberi testimony tentang akhlak dan perilakunya yang mirip Rasulullah yang diteladaninya:
Aku tidak pernah melihat seseorang yang kekhusyukan dan perilakunya lebih dekat dengan Rasulullah SAW dibanding Ibnu Mas’ud.

Selain dari itu, ia pulalah yang paling dipuji dalam hal pengajian dan otoritas keilmuan Al-Quran oleh Nabi sendiri:
Belajarlah mengaji Quran dari 4 orang: dari Abdullah bin Mas’ud – beliau memulai dengan nama ini – Salim, eks-budak merdeka dari Abu Hudhaifah, Mu’adh bin Jabal, dan Ubay bin Ka’b. (Sahih al-Bukhari, V, pp.96-97)

Perhatikan bahwa anak kalimat yang digaris bawahi itu adalah komentar dari perawi terkenal Masruq. Itu menunjukkan bahwa diantara orang-orang Muslim pada masa itu, Ibn Mas’ud dianggap sebagai sosok yang otoritasnya paling terkemuka dalam hal Quran.
Ia diakui sebagai fakih dan hafiz, guru dan qadi bagi penduduk Kufah. Ia senantiasa menyertai Nabi dalam bepergian dan tidak absen dalam banyak peristiwa yang kritis. Ia turut dalam sejumlah peperangan bersama-sama dengan Nabi (perang Badr, Uhud, Khandaq), dan ikut sumpah setia Baiat ar-Ridwan di lembah Hudaibiyah, tahun 6 H. Dengan demikian ketika wahyu-wahyu turun kepada Nabi yang memang tidak mengenal tempat dan waktu khusus, maka Ibn Mas’ud-lah orang yang paling sempat dan mampu mencatatnya secara benar. Itu sebabnya beliau berani bersumpah: “Demi Allah, tidak ada satu ayat pun dari Al-Quran tanpa kuketahui latar belakang diturunkannya ayat tersebut. Tidak ada seorang pun yang lebih mengetahui tentang Kitabullah dibanding aku. Meskipun begitu, aku bukanlah orang yang terbaik diantara kalian.” (HR.Ahmad bin Hanbal)
Dia mengklaim mengetahui semua latar belakang diturunkan setiap ayat yang dicatatnya! Itu sebabnya dia berani menolak surat 113 dan 114 sebagai wahyu, karena latar belakang kedua surat tersebut diketahuinya sebagai sebentuk doa yang dipanjatkan Nabi untuk mendapatkan perlindungan Ilahi bagi kedua cucunya, Hasan dan Husen. Tidak berkata sembarangan, Ibn Mas’ud dan memang hanya dia yang sudah membuktikan otoritasnya dalam satu acara khusus dimana ia mendemontrasikan mengaji (tekstual) hingga lebih dari 70 Surat, dimana Nabi sendiri hadir, dan tidak ada seorang pun diantara hadirin yang menyalahkan pengajiannya (Sahih Muslim, vol 4, p.1312 ). Itu sedikitnya berarti bahwa kumpulan 70 surat tersebut adalahkanonik, shahih dihadapan Nabi dan proven bacaannya dihadapan publik! Dialah, dan bukan Zayd, Utsman, dll yang berani berkata apa seadanya:
Saya mendapatkan langsung dari Rasulullah 70 surat ketika Zayd masih remaja kanak-kanak. Apakah kini saya harus membuang apa yang saya peroleh langsung dari Rasulullah? (Ibn Abi Dawud, Kitab al-Masahif, p.15)

Jadi kenapa kelak Zayd dan Utsman tidak sedikitpun merujukkan ke-70 Surat kanonik tersebut ketika mereka berusaha membukukan Quran? Atau sedikitnya menyertakan pemiliknya duduk dalam Panitia Pembukuan Quran? Atau paling tidak menjadikannya “tempat berkonsultasi”, jikalau Muhammad sendiri pun sempat diperintahkan Allah untuk berkonsultasi kepada pembaca pembaca kitab Taurat dan Injil ketika beliau ada keraguan atau ketidak tahuan? (Qs.10:94;16:43).
Mengingat kapasitas Ibn Mas’ud ini, dan fakta bahwa jumlah surat dan ayat yang diturunkan di Mekah – dengan volume hampir 70 % dari total wahyu – adalah jauh lebih besar dari pada yang diturunkan di Medinah, jelaslah bahwa keabsahan mushaf Ibnu Mas’ud menjadi paling berwibawa. Tidak ada orang yang bisa membantah (kecuali menyembunyikan saja) bahwa dialah salah satu otoritas terbesar dalam al-Quran, dan tanpa tandingan untuk surat-surat Makkiyah!
Khalifah Umar bin al-Khattab dalam suratnya kepada penduduk Kufa secara konsekwen mengkonfirmasikan keteladanan dan ilmunya:
Demi Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia, sesungguhnya aku mengutamakan Abdullah bin Mas’ud atas diriku. Maka tuntutlah ilmu darinya.

Sebagai tambahan, Ibnu Mas’ud ini bukan hanya di-qualified oleh Nabi, melainkan juga olehJibril menurut tradisi. Ia dikatakan turut hadir ketika Muhammad sedang me-review Al-Quran dengan Jibril setiap tahun; dan bahwa dialah yang telah berhasil mengumpulkan 90 Surat (Ibnu Sa’d, Kitab al-Tabaqat al-Kabir, vol.2, p 441, 457). Maka ketika ia masih menyaksikan kedua surat 113 dan 114 hadir sebagai bagian mushaf Utsmani, iapun berkata:
Jangan menulis ke dalam Quran apa yang bukan bagiannya!


Bagaimana dengan Surat Al-Fatihah itu sendiri?
Seperti yang disebutkan diatas dan yang sudah diketahui luas, Surat Pembukaan ini – berdasarkan latar belakang wahyu yang diturunkan – ternyata tidak dimasukkan oleh Ibn Mas’ud dalam koleksi mushafnya. Surat yang paling diagungkan Islam ini justru tidak punya silsilah kapan dan dimana ia diturunkan Allah kepada Muhammad, atau diturunkan setelah surat yang mana juga tidak diketahui dengan pasti!
Ada pakar yang berspekulasi bahwa surat ini termasuk surat Makkiyah, tetapi ada yang mengakuinya sebagai surat Madaniyah (Lihat pelbagai ensiklopedi Islam, atau Muqaddimah Terjemahan Quran oleh Moh. Rifai). Ibn al-Hassar secara kuat memastikan 20 surat Madaniyah dan 82 surat Makkiyah, dan menyisakan 12 surat yang dipertentangkan makki-madani-nya, dimana salah satunya adalah surat al-Fatihah! (lihat al-Itqan I/44-45). Malahan ada yang meyakini surat itu diturunkan dikedua tempat tersebut. Sedangkan sejumlah ulama termasuk Syeik Allamah Thabathabai malahan mengatakan surat istimewa itu telah diturunkan berulang-ulang, ya di Mekah, ya di Medinah, menjadikan Jibril hampir tak ada kerjaan lain kecuali mengurusi Surat ajaib ini berulang-ulang!
Muslim awam akan kaget mendapati kenyataan ini. Sebab bukankah Surat yang bernama Al-Fatihah sudah menunjukkan bahwa ia harus ditempatkan sebagai Surat Pembukaan (al-Fatihah), jadi, ya seharusnya ia merupakan surat awal Makkiyah! Lagi-lagi ini kekeliruan menyusuli kekeliruan! Si penyanggah ini lupa bertanya, “Siapakah yang memberi nama “al-Fatihah” dan siapa yang menempatkan surat tersebut?” Hanya apabila Allah yang memberi nama dan penempatan lewat wahyuNya, maka ia mempunyai legitimasi ilahi sebagai Pembuka Al-Quran yang sesungguhnya, dan bukan sempalan manusia. Tetapi dimanapun dalam Quran, Muhammad tidak pernah memberikan judul bagi surat-suratnya, melainkan hanya disebut namageneriknya saja sebagai “sebuah surat”, atau “suatu surat” (Qs.2:23, 9:86, 24:1 dst). Surat-surat ini dalam sejarah awal Islam, dirujuk dengan pelbagai nama yang beragam, sebagiannya telah dibuang, dan baru muncul pembakuan judul surat-surat yang membuktikan bahwa itu semua adalah penjudulan manusia...
Merupakan suatu hal yang pasti bahwa nama-nama yang diberikan kepada surat-surat itu bukanlah bagian dari Quran. Tidak jelas kapan munculnya nama-nama surat yang beragam itu…sekitar pertengahan abad ke-8 dapat dipastikan bahwa nama-nama surat yang beragam itu telah memasyarakat” (Taufik A. Amal, Rekonstruksi Sejarah al-Quran, p.211-212).

Keraguan akan pewahyuan Surat Al-Fatihah ini sungguh didukung oleh segudang fakta historis, antara lain menyangkut hal-hal berikut ini:
1). Surat al-Fatihah ini tidak mempunyai pijakan asal-usul dan sebab-musabab pewahyuannya; ia yang sekalipun dianggap surat paling terhormat, namun muncul begitu saja tanpa silsilah!
2). Kosong-kronologi, tidak diketahui kapan ia diturunkan dan dimana. Bahkan tak ada indikasi ia diturunkan setelah ayat atau surat apa.
3). Tidak memiliki legitimasi ilahi dalam tata-letaknya sebagai Ummul Kitab, al-Kafiyah, al-Asas dan sebagai surat pertama, sebab bukan Muhammad yang menetapkannya disana. Pernahkah Nabi menetapkan: “Letakkan surat al-Fatihah sebagai Surat pertama dari semua Quran yang terkumpul?”
4). Kosong dari saksi-mata, sebab siapakah yang sudah membacanya sebagai wahyu sebelum hijrah? Al-Fatihah hanya diketahui muncul ketika liturgi Islam dibakukan dalam tradisi shalat setelah mikraj dan hijrah ke Medinah.
5). Konsekuensi fatal yang tidak ingin dilihat oleh Muslim, bahwa konten wahyunya menunjuk secara lurus: ia yang wahyu dipersekutukan dengan non-wahyu!
NB. Menurut makna dan isi teksnya, al-Fatihah jelas bukan seruan doa dari Allah tetapi sebaliknya, seruan doa manusia kepada Allah. Namun menurut formatnya, ia tidak mungkin lain dari sebentuk wahyu langsung ucapan Allah sebagaimana seluruh kalimat Quran itu adalahseruan Allah. Jadi bagaimanakah memahaminya?
Lihat bahwa Allah tidak menyertakan kata tanda “Qul” [Katakan (hai Muhammad)...] kedalam surat ini, khususnya untuk ayat 5-7, yang memperlihatkan bahwa ia hanyalah sebentuk doa dari manusia, bukan kata-kata verbatim dari mulut Allah. Bukankah penandaan kata ini sudah dibakukan secara khusus dan sudah diserukan oleh Allah sendiri sebanyak 332 kali “Qul” diseluruh Quran? Maka mungkinkah surat al-Fatihah akan dilalaikan dari satu kata “Qul”/“Katakan”…bilamana Allah menginginkan KalimatNya itu diulangkan oleh Muhammad? Kata-seruan itu mutlak diperlukan demi menjaga agar FirmanNya jangan sampai dipersekutukan kedalam “firman manusia.”
Salah paham antara Nabi dan sahabatnya tentang keberadaan ayat-ayat selalu bisa terjadi, dan sebagiannya tampaknya sudah luput dari catatan sejarah. Salah paham sejenis khususnya mudah terjadi untuk bentuk “bacaan doa pendek” dari Nabi, yang lalu dianggap sebagai kalimat wahyu, karena kebetulan bacaan itu bertema DOA dan diucapkan oleh Nabi secara sakral dan transenden dalam situasi doa. Dalam suasana demikian, kalimat-kalimat yang berkarakter demikian juga mungkin diaktualkan sebagai wahyu mistis, larger than life – oleh Muhammad ataupun para sahabatnya, entah sengaja atau tidak – karena akseptasi bersama. Dan itu agaknya dipenuhi sebaik-baiknya oleh “surat” 1, 113, dan 114, yang memang semuanya adalah ujud-ujud doa pekat yang agak puitis, lengkap dengan nuansa pemujaan dan penyembahan!
Ingat analogi legenda mikraj yang juga dikisahkan larger than life sampai ke langit ketujuh, namun tidak disinggung sedikitpun dalam Quran sendiri!
Namun sayang, Muslim sekaliber Ibnu Mas’ud ini – dalam moral, pengetahuan Quran, dan integritas yang berani berjuang melawan-arus tanpa pamrih – ia justru disisihkan Utsman secara sistematik, tanpa didengarkan sedikitpun! Ia yang paling diotorisasikan oleh Muhammad untuk mengajar Quran (termasuk “mengajar” Zayd dan Utsman tentunya!), kini tidak diajak duduk dalam kepanitiaan penyusunan ulang Al-Quran. Ia yang terbukti memiliki sedikitnya 70 surat yang kanonik tanpa terbantah, ternyata samasekali tidak dirujukkan koleksinya oleh Zayd dan Komisi Pengumpulan Al-Qurannya. Melainkan Zayd justru secara insidental merujukkannya kepada koleksi Khuzaymah bin Thabit al-Ansari (yang belum teruji) untuk satu ayat Quran yang kelolosan, yaitu ayat 23 surat al-Ahzaab! Bukankah itu pilihan konyol? Siapa yang memastikan hanya ayat itu saja yang kelolosan dan tidak ada yang lainnya? Malahan oleh Utsman, koleksi Ibn Mas’ud itu harus dilenyapkan tanpa dipersalahkan! Dan ia sendiri dipecat dari jabatannya di Kufah. Alangkah malangnya sahabat Nabi yang satu ini...
Kita bangsa Indonesia masih teringat akan kasus “tercolongnya” satu ayat dalam Rancangan Undang-Undang Kesehatan yang sudah disetujui DPR (ayat 2 Pasal 113 UU Kesehatan, tahun 2009) yang menyangkut soal tembakau. Bukankah pihak yang bertanggung jawab dalam penghilangan itu akan diperiksa dan dituntut? Nah, Zayd yang bertanggung jawab atas pengumpulan mushaf Abu Bakar yang ternyata (sedikitnya) defisit satu ayat tersebut, tidak diperiksa, apalagi dituntut. Ia malahan dijadikan pahlawan atas keberhasilan “penemuan” kembali satu ayat Khuzamah yang dia sendiri korupkan tadinya. Dan revisi mushaf yang dihasilkannya tidak diperiksa ulang, melainkan taken for granted sebagai karya sempurna! Dari sisi ini saja, tanpa usah berprasangka, kita menyadari bahwa Mushaf Utsman yang dianggap purna-sempurna identik seperti apa yang tertulis di Lauhul Mahfudz tablet di sorga, sebenarnyalah harus ditempatkan dalam kesalahan sebesar seperti apa yang diumumkan – dan yang dimaksudkan – oleh Ibn Mas’ud sendiri, yaitu,
“Jangan menulis kedalam Quran apa yang bukan bagiannya!”
feifei_fairy
feifei_fairy
KAFIRUN
KAFIRUN

Female
Number of posts : 802
Reputation : -14
Points : 7239
Registration date : 2008-12-20

https://www.facebook.com/Feifeifairy

Back to top Go down

Abdullah Ibnu Mas'ud - Saksi Ketidakberesan Mushaf Utsman Empty Re: Abdullah Ibnu Mas'ud - Saksi Ketidakberesan Mushaf Utsman

Post by shaggy Sun 12 Dec 2010, 11:43 pm

sepi sekali ini thread !!
shaggy
shaggy
MURTADIN
MURTADIN

Number of posts : 5840
Reputation : -33
Points : 11021
Registration date : 2010-05-06

Back to top Go down

Abdullah Ibnu Mas'ud - Saksi Ketidakberesan Mushaf Utsman Empty Re: Abdullah Ibnu Mas'ud - Saksi Ketidakberesan Mushaf Utsman

Post by shaggy Sun 02 Jan 2011, 1:24 am

Islamer membisu !!!!
shaggy
shaggy
MURTADIN
MURTADIN

Number of posts : 5840
Reputation : -33
Points : 11021
Registration date : 2010-05-06

Back to top Go down

Abdullah Ibnu Mas'ud - Saksi Ketidakberesan Mushaf Utsman Empty Re: Abdullah Ibnu Mas'ud - Saksi Ketidakberesan Mushaf Utsman

Post by Theleb_boy Sun 02 Jan 2011, 7:10 pm

shaggy wrote:Islamer membisu !!!!

Silahkan di Baca



Permasalahan Ibnu Mas’ud

Salah satu argumen yang didengungkan kaum orientalis-misionaris adalah bahwa Abdullah bin Mas’ud menolak untuk membakar mushaf yang dimiliki olehnya dengan mengatakan :Bagaimana mungkin kalian menyuruhku membaca qiraat Zayd. Ketika Zayd masih kecil bermain dengan kawan sebayanya saya telah menghafal lebih dari tujuh puluh surah langsung dari lisan Rasulullah (Ibn Abi Da’ud, Kitab a-Masahif)

Yang menarik dari riwayat ini adalah kita sama sekali tidak melihat satupun riwayat Utsman untuk memaksa Abdullah bin Mas’ud untuk menyerahkan Mushafnya, ini sekaligus memperlihatkan kebijaksanaan Utsman yang kemudian mematahkan tuduhan bahwa Utsman bersikap Aristrokat seperti yang dikatakan Robert Morey, padahal Abu Dawud juga meriwayatkan Abdullah bin Mas’ud mengumumkan kepada pengikutnya (orang-orang yang memegang mushaf Ibnu Masud) untuk tidak menyerahkan Mushaf mereka. Bahkan yang terjadi adalah semua orang mengikuti perintah Utsman untuk membakar Salinan Mushaf miliknya.

Musab ibnu Sa’ad ibnu Waqqas berkata: “Aku melihat orang-orang berkumpul dalam jumlah yang besar ketika Utsman melakukan pembakaran Quran, dan mereka terlihat senang dengan tindakannya, dan tidak ada satupun yang berbicara menentangnya (HR. Abu Dawud)

Perkataan “Terlihat senang dengan tindakannya” menunjukkan tidak adanya pemaksaan atau ancaman atas tindakan yang menentang perintah tersebut, tidak ada satupun riwayat yang menyatakan adanya seseorang yang dihukum atas tindakan penentangan terhadap perintah Utsman.

Bahkan berulang kali Utsman menegaskan bahwa dia tidak menolak bacaan bacaan Quran yang berlangsung secara oral. Yang dia ingin satukan adalah bacaan dalam bentuk tertulis untuk menghindari perpecahan dan penyimpangan makna.

“Adapun Alquran, saya tidak akan menghalangi kalian, hanya saja saya khawatir bila terjadi perpecahan di antara kalian (sebab perbedaan bacaan Alquran) dan silakan kalian membaca (Alquran) dengan harf yang menurut kalian mudah”. ( Muhammad ‘Abd Allâh Dirâz, Madkhal ilâ al-Qur`ân al-Karîm. (Kuwait: Dâr al-Qalam, 1993), cet. II, hlm. 42)

Kemudahan yang diberikan Utsman inilah yang kemudian menyebabkan kita dapat menemukan bacaan-bacaan yang bersumber dari Rasulullah Saw walaupun hanya berpegang pada riwayat ahad.

Apakah penolakan Ibnu Mas’ud merupakan penolakan dikarenakan Mushaf yang dimilikinya berbeda secara substansial dengan Mushaf utsmani. Untuk memperkuat adanya perbedaan itu orientalis-misionaris mengajukan bukti adanya penolakan Ibnu Masud dalam tiga surat yaitu Al fatihah dan al-mu `aw-widhatayn (Annas dan Al Falaq).

Fakta bahwa Ibnu Mas’ud tidak menerima ketiga surat itu sebenarnya telah ditolak oleh beberapa ulama Islam diantaranya Imam Ibnu Hazm Ulama besar dari Andalusia, ia mendustakan orang yang menisbatkan perkataan penolakan tiga surat tersebut kepada Ibnu Mas’ûd. Karena terbukti dalam qiraat Imam ‘Ashim (salah satu dari tujuh otoritas dalam transmisi qiraat yang mu’tabar) yang berasal dari Ibnu Mas’ûd terdapat bacaan al-Mu’awwidzatain dan al-Fâtihah. (Muhammad ‘Abd Allâh Dirâz, Madkhal ilâ al-Qur`ân al-Karîm. (Kuwait: Dâr al-Qalam, 1993), cet. II)

Argumen yang menguatkan pendapat Ibnu Hazm diantaranya adalah fakta bahwa tidak ada satupun riwayat yang mengklaim Ibnu Masud tidak memasukkan surat 15: 87 kedalam Mushafnya yang berbunyi:

وَلَقَدْ آتَيْنَاكَ سَبْعًا مِنَ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنَ الْعَظِيمَ
“Dan sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang” (QS. 15:87)
Jika memang benar Ibnu Masud menolak Al Fatihah tentu penolakan dia akan mengalami kontradiksi dengan apa yang telah dia muat sebelumnya.Sebab siapapun setuju bahwa maksud ayat tersebut adalah surat Al-Fatihah. Jikalau memang Ibnu Masud menolak maka dimana dia taruh tujuh ayat yang berulang-ulang tersebut.?

Tentu saja bukti yang terkuat adalah dari murid-murid Ibnu Mas’ud sendiri, secara logika jika ada sepuluh orang murid yang belajar pada guru yang sama maka hasilnya akan sama, jika ada satu orang yang berbeda dengan kesembilan orang lainnya tentu saja satu orang ini mungkin mengalami noise dalam penerimaan informasi, sebab jika dia sendiri yang berbeda maka dapat dipastikan dia tidak menangkap pelajaran dengan benar. Logika ini yang kemudian membantah dengan sendirinya pendapat orientalis seperti Jeffery yang pertama kali menyerang Mushaf Utsmani dengan membandingkannya dengan Mushaf Ibnu Mas’ud dengan alasan yang kita sudah sebutkan diatas. Ibnu Mas’ud mempunyai beberapa orang murid diantaranya `Alqamah, al-Aswad, Masruq, asSulami, Abu Wa’il, ash-Shaibani, al-Hamadani, dan Zirr, semuanya meriwayatkan AI-Qur’an yang mereka terima dari padanya berjumlah sebanyak 114 surah. Hanya salah satu murid Zirr, `Asim, satu-satunya yang memberi pernyataan konyol kendati ia mengajarkan seluruh isi kandungan Kitab Suci atas wewenang Ibn Mas’ud. (As-Suyuli, al-Itqan, 1: 221)

Terakhir sekali ternyata Jeffery orientalis pertama yang menyudutkan peristiwa ini di buku Materials tidak mengungkap sikap menyeluruh dari `Abdullah ibn Mas`ud. Padahal dari kedua buku yang diedit oleh Jeffery sendiri, disebutkan bahwa Ibn Mas`ud menimbang kembali pendapatnya yang awal dan akhirnya kembali lagi kepada pendapat `Uthman dan para Sahabat lainnya. Ibn Mas`ud menyesali dan malu dengan apa yang telah dikatakannya.(Kitab al-Mabani, yang diedit oleh Jeffery pada tahun 1954 menyebutkan Ibn Mas’ud menyesali sikapnya dan menyetujui Mushaf `Uthmani. Lihat Arthur Jeffery, Kitab al-Mabani, hlm. 95. Bandingkan juga dengan Kitab al-Masahif, 1: 193-195)

Theleb_boy
Theleb_boy
BLUE MEMBERS
BLUE MEMBERS

Male
Number of posts : 733
Location : Indonesia
Job/hobbies : Reading
Humor : Yhowsua Yang Malang
Reputation : 2
Points : 5773
Registration date : 2010-10-27

Back to top Go down

Abdullah Ibnu Mas'ud - Saksi Ketidakberesan Mushaf Utsman Empty Re: Abdullah Ibnu Mas'ud - Saksi Ketidakberesan Mushaf Utsman

Post by gembala kambing Sun 02 Jan 2011, 7:57 pm

Masa sih Al qur'an mau dibangikan sama bible ciptaan Paulus homosex. Kalo bible bandingannya sama majalah playboy atau popular. lebih pantes.
gembala kambing
gembala kambing
BLUE MEMBERS
BLUE MEMBERS

Number of posts : 235
Reputation : 1
Points : 5177
Registration date : 2010-12-31

Back to top Go down

Abdullah Ibnu Mas'ud - Saksi Ketidakberesan Mushaf Utsman Empty Re: Abdullah Ibnu Mas'ud - Saksi Ketidakberesan Mushaf Utsman

Post by forever_muslim Sun 02 Jan 2011, 8:27 pm

si fei fei spam terus.. topik diulang-ulang, udah kehabisan bahan kali mau spam.. ini kan udah di posting sebelumnya dan udah saya balas postingannya entah dimana ampe lupa karena udah kelamaan....

saya tambahin ya bro theleb... dikutip dari artikel juga.. jadi co-pas dibales co-pas


Rival Codices

Rival codices (mushhaf-mushhaf tandingan) merupakan istilah baru yang dikemukakan oleh Arthur Jeffery; seorang orientalis yang memfokuskan diri pada penelitian mushhaf-mushhaf al-Qur`an. Berdasarkan penelitiannya, Jeffery mengatakan, setidaknya terdapat 15 mushhaf primer dan 13 mushhaf sekunder. Jeffery berusaha mengeksplorasi kandungan berbagai mushhaf tandingan terse­but. Ia mengedit manuskrip Kitab al-Mashâhif dan meneliti berbagai literatur lainnya untuk melengkapi isi berbagai mush­haf tersebut. Setelah itu, ia menyusun muatan atau isi mushhaf tandingan. Menurut Jeffery, banyaknya mushhaf pra-’utsmâniy menunjukkan bahwa pilihan ‘Utsman terhadap tradisi teks Madinah tidak berarti pilihan terbaik.

Dalam kitab al-Mashâhif itu sendiri di antaranya terdapat dokumentasi mushhaf Ibn Zubair, ‘Abdullah ibn ‘Amr ibn al-’Ash, ‘Aisyah, Hafshah, Ummu Salamah, dan mushhaf beberapa orang tabi’in. Tapi sebagaimana telah disinggung di atas, adanya perbedaan dalam mushhaf-mushhaf tersebut, tidak kemudian menggugurkan keabsahan mushhaf ‘utsmâniy. Karena mushhaf ‘utsmâniy itu sendiri disusun sebagai penyeleksian ketat atas mushhaf-mushhaf yang ada waktu itu, dari berbagai aspeknya, khususnya mata rantai periwayatan. Dan kemudian terwujudlah secara muatawatir mushhaf tersebut. Oleh karena itu, adanya mushhaf-mushhaf ‘tandingan’ tersebut yang notabene riwayatnya tidak dapat dipertanggungjawabkan, tidak bisa dikatakan mushhaf tandingan, melainkan mushhaf sempalan.

Jeffery pun, mungkin disebabkan kesadarannya betapa mushhaf-mushhaf tersebut bermasalah, hanya mempopulerkan dua mushhaf ‘tandingan’, yaitu mushhaf Ibn Mas’ud dan mushhaf Ubayy. Dari 170 jilid buku yang diteliti dan kemudian menghasilkan 300 halaman dalam bentuk cetakan, ia mencadangkan 88 halaman guna mengupas ragam bacaan yang, menurutnya, bermula dari mushhaf Ibn Mas’ud, dan 65 halaman yang lain dari mushhaf Ubayyy. Sedang selebihnya (140 halaman) khusus membahas dua puluh delapan ilmuwan yang lain.Adanya ragam bacaan dengan urutan tinggi yang ditudingkan terhadap Ibn Mas’ud dan Ubayy secara tidak wajar, membuat mushhaf itu menarik untuk diteliti dengan lebih mendalam.

Mushhaf Ibn Mas’ud

Menurut M. M. Al-A’zhami, pada hakikatnya tidak satu pun referensi yang dipakai menyebut keberadaan “Mushhaf Ibn Mas’ud”; sebaliknya mereka menggunakan perkataan qara’a (membaca), dalam konteks bacaan “Ibn Mas’ud terhadap ayat tertentu”. Jika kita lihat secara sepintas terhadap sumber itu, maka akan dapat memunculkan dua bantahan secara spontan. Pertama, karena mereka tidak pernah menyatakan bahwa Ibn Mas’ud membaca dari naskah tertulis, maka kita dengan mudah menganggap bahwa ia membaca melalui hafalannya, dan bagaimana mungkin dapat kita menyimpulkan bahwa bacaan yang salah itu bukan disebabkan oleh ingatan yang meleset? Kedua, (hal ini pernah saya sampaikan sebelumnya), kebanyakan referensi Jeffery sama sekali tidak memiliki isnad yang menyulitkan untuk dapat diterima karena sumber itu tidak menawarkan sesuatu kecuali fitnah.[37]

Lebih lanjut al-A’zhamiy mempertanyakan sejauh mana suatu mushhaf bisa dikatakan tandingan. Karena menurutnya, jika yang dipertandingkan itu kenyataannya berstatus ‘meragukan’ atau bahkan ‘palsu’ maka tentunya sangat tidak ilmiah kalau kemudian dinyatakan ‘tandingan’. Dalam kasus mushhaf Ibn Mas’ud, contohnya, kalau kebanyakan murid Ibn Mas’ud (seperti al-Aswad, Masruq, ash-Shaibani, Abu Wa’il, al-Hamadani, ‘Alqamah, Zirr, dan lainnya) meriwayatkan perihal Ibn Mas’ud, maka statusnya ‘shahih’. Jika hanya sebagiannya, maka statusnya ‘meragukan’. Dan jika hanya oleh orang lain yang kualitasnya sangat meragukan lalu bertentangan dengan yang lebih kuat, maka tentu status riwayat itu bisa dinyatakan ‘palsu’. Dan dalam kasus ragam qirâ`at seperti yang dituduhkan Jeffery, jelas sekali status riwayatnya masuk dalam kategori ketiga.

Selain itu juga, Jeffery sendiri mengakui terdapat dua versi yang berbeda mengenai Mushhaf Ibn Mas’ud. Versi yang dikemukakan Ibn Nadim di dalam Fihrist berbeda dengan versi as-Suyuti di dalam Itqan. Menurut Jeffery, versi Ibn Nadim tidak lengkap disebabkan daftar tersebut ditulis dengan rusak. Fihrist menyebutkan secara eksplisit ada 110 surat se­mentara di dalam daftar hanya 105 surat. Begitu juga versi yang ada di Itqan. Bukan saja surat 1, 113 dan 114 yang tidak ada, surat 50, 57 dan 69 juga tidak ada. Jadi, simpul Jeffery, versi surat-surat yang ada di Itqan tersebut mungkin terbuang karena kesalahan tulisan (scribal error). Argumentasi Jeffery sendiri sudah mengungkapkan masih terdapat banyak masalah untuk membuktikan otentisitas mushhaf Ibn Mas’ud itu sendiri. Karena itu, tidaklah tepat un­tuk menganggap bahwa mushhaf Ibn Mas’ud rival apalagi sederajat dengan mushaf ‘utsmâniy.

Jeffery selanjutnya berpendapat bahwa al-Fatihah, an-Nas dan al-Falaq tidak dianggap oleh Ibn Mas’ud sebagai bagian dari al-Qur`an. Dalam menepis tudingan ini, al-A’zhamiy menyatakan bahwa Ibn Nadim pernah menemukan mushhaf yang dikaitkan dengan Ibn Mas’ud dan memuat al-Fatihah. Selain itu kenyataan bahwa al-Fatihah dibaca setiap hari dalam shalat dan diperdengarkan kepada semua kaum muslimin, kedudukannya terlalu kuat untuk digugat.

Mengenai riwayat yang manyatakan al-Falaq dan an-Nas, terdapat tiga mata rantai periwayatan yang bermuara pada ‘Abdurrahman ibn Yazid dan Zirr (salah seorang murid Ibn Mas’ud). Tapi statusnya meragukan karena dalam riwayat itu Ibn Mas’ud diceritakan menghapus surat al-Falaq dan an-Nas yang semula telah tertulis. Pertanyaannya, kenapa kemudian Ibn Mas’ud tidak melakukan konfirmasi kepada para shahabat. Padahal sebagaimana diketahui, untuk satu fatwa perihal lelaki yang menceraikan istrinya sebelum jima’ lalu menikahi ibunya saja, Ibn Mas’ud sampai pergi ke Madinah, dan kemudian kembali lagi ke Kufah untuk mencari orang yang telah diberi fatwanya. Tapi kenapa untuk hal sepenting al-Qur`an hal tersebut tidak dilakukan olehnya?

Terlebih seperti telah dijelaskan sebelumnya, Ibn Mas’ud menyatakan menerima mushhaf ‘utsmâniy sepenuhnya. Dan Jeffery sendiri pun mengakuinya. Dari kedua buku yang diedit oleh Jeffery (al-Mashâhif dan al-Mabâniy), disebutkan bahwa Ibn Mas’ud menimbang kembali pendapatnya yang awal dan akhirnya kembali lagi kepada pendapat `Utsman dan para shahabat lainnya. Ibn Mas’ud menyesali dan malu dengan apa yang telah dikatakannya.

Oleh karenanya tidak heran jikalau ulama semisal Ibn Hazm dan an-Nawawiy kemudian menilai riwayat yang disandarkan kepada Ibn Mas’ud adalah bohong. Tetapi Ibn Hajar lebih memilih sikap pertengahan, mengingat keshahihan status riwayat tersebut (perihal al-Falaq dan an-Nas). Menurutnya, hal itu terjadi sebelum Ibn Mas’ud merubah sikapnya dengan menerima mushhaf ‘utsmâniy secara mutlak.

Mushhaf Ubayy ibn Ka’ab

Mengenai mushhaf Ubayy ibn Ka’ab, Jeffery berpendapat mushhaf Ubayy memiliki banyak persamaan dengan mushhaf Ibn Mas’ud dan mengandung dua ekstra surat: al-Hafzh dan al-khala ‘.

Sebenarnya, mushhaf Ubayy ibn Ka’ab banyak juga yang berbeda dengan mushhaf Ibn Mas’ud. Surat al-Fatihah, an-Nas dan al-Falaq tercantum dalam mushhaf Ubayy dan tidak ter­cantum dalam mushhaf Ibn Mas’ud. Susunan surat dan ragam bacaan Ubayy juga banyak berbeda dengan Ibn Mas’ud. Selain itu, terdapat paling tidak dua versi yang berbeda mengenai susunan surat mushhaf Ubayy. Bergstrasser sendiri berpendapat mushhaf Ubayy kurang berpengaruh dibanding dengan mushhaf Ibn Mas’ud. Selain itu, murid-murid Ubayy dari generasi shahabat seperti Ibn Abbas, Abu Hurairah, dan ‘Abdullah ibn as-Sa’ib menerima Mushaf ‘utsmâniy.

Perihal mushhaf Ubayy memuat dua surat lebih, yang disebut al-Hafzh dan al-Khala’ diriwayatkan oleh Hammad ibn Salamah. Menurut al-A’zhamiy, berita ini betul-hetul palsu karena terdapat cacat besar dalam jaringan mata rantai perawinya, yaitu jarak waktu yang tak terhitung, sekurang-kurangnya, dua atau tiga generasi antara kematian Ubayy (w. sekitar 30 H.) dan kegiatan ilmiah Hammad (w. 167 H.). Selain itu, menurutnya, kita juga mesti ingat bahwa catatan yang dibuat dalam buku tidak menjadi bagian dari buku itu sendiri. Tetapi katakanlah, sekadar untuk adu alasan dalam berdebat, kita menerima bahwa beberapa alinea lebih tertulis dalam mushhaf Ubayy. Adakah alinea langsung dan otomatis meningkat sama kedudukannya dengan Al-Qur’an? Tentu saja tidak. Mushhaf ‘utsmâniy terselesaikan dan disebarluaskan melalui para guru yang mengajarkannya setelah mendapat wewenang yang sesuai dan jadi ketentuan dalam menetapkan apakah sesuatu teks itu Al-Qur’an, bukan sekadar coret-coretan tak menentu dari manuskrip ilegal.
forever_muslim
forever_muslim
MUSLIM
MUSLIM

Number of posts : 457
Location : batam
Reputation : -3
Points : 5463
Registration date : 2010-09-06

Back to top Go down

Abdullah Ibnu Mas'ud - Saksi Ketidakberesan Mushaf Utsman Empty Re: Abdullah Ibnu Mas'ud - Saksi Ketidakberesan Mushaf Utsman

Post by Sponsored content


Sponsored content


Back to top Go down

Back to top

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum