Latest topics
Most Viewed Topics
Most active topic starters
kuku bima | ||||
admin | ||||
kermit katak lucu | ||||
hamba tuhan | ||||
feifei_fairy | ||||
paulusjancok | ||||
agus | ||||
gusti_bara | ||||
Muslim binti Muskitawati | ||||
Bejat |
Most active topics
MILIS MURTADIN_KAFIRUN
MURTADIN KAFIRUNexMUSLIM INDONESIA BERJAYA12 Oktober Hari Murtad Dari Islam Sedunia Menyongsong Punahnya Islam
Wadah syiar Islam terlengkap & terpercaya, mari sebarkan selebaran artikel yang sesungguhnya tentang si Pelacur Alloh Swt dan Muhammad bin Abdullah yang MAHA TERKUTUK itu ke dunia nyata!!!!
Who is online?
In total there are 22 users online :: 0 Registered, 0 Hidden and 22 Guests :: 1 BotNone
Most users ever online was 412 on Tue 29 Oct 2024, 11:45 pm
Social bookmarking
Bookmark and share the address of MURTADINKAFIRUN on your social bookmarking website
Bookmark and share the address of MURTADIN_KAFIRUN on your social bookmarking website
Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
+10
lihd
Gak_Mau_DiSembah
paulus
hamba tuhan
Bandot tua
Piss
susu.tahu
agus
BOTELHEM
KOLOR GANTUNG
14 posters
Page 1 of 1
Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
Ketika kita membaca dan membandingkan isi kitab suci Bible (Injil sekarang) dengan Al-Qur’an ada sesuatu yang menarik. Didalam Bible (Injil sekarang) tidak ada kata-kata “ALLAH akan menjaganya atau ALLAH telah menurunkannya” bahkan nama kitab sucinya sendiri (Injil) tidak ada didalamnya sehingga orang Barat menyebutnya dengan “Bible”. sedangkan jika kita membaca Al-Qur’an dengan jelas ada kata-kata (maksud ayat) bahwa “ALLAH telah menurunkan Addzikrah (Al-Qur’an) dan ALLAH-lah yang akan menjaganya”, misalnya dalam ayat-ayat berikut :
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Quran dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya” (al-Hijir : 9).
“Maha Suci Allah yang Telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam” (Al-Furqan : 1)
“Alif laam raa, (Inilah) suatu Kitab yang ayat-ayatNya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha tahu”
(Huud : 1).
“Alif laam miim raa. Ini adalah ayat-ayat Al Kitab (Al Quran). dan Kitab yang diturunkan kepadamu daripada Tuhanmu itu adalah benar: akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman (kepadanya) (Arra’d : 1).
Mungkin kita pernah berfikir, mengapa Zabur Taurat dan Injil tidak dijaga oleh ALLAH Ta’ala, sehingga ALLAH Ta’ala harus menurunkan Al-Qur’an. Sebenarnya jawabannya adalah pada Kitab yang kita pegang hari ini, baik Taurat, Injil sekarang (Bible) dan Al-Qur’an. Injil sekarang (Bible) seperti yang ada dewasa ini banyak sekali jenisnya. Selama 2000-an tahun sampai sekarang, kandungan isinya selalu berubah-ubah. Dari banyaknya Injil, yang paling dikenal adalah Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Injil yang lain antara lain : Injil Derby, Injil Scofied, Injil Masonik, King James, Yudit, Tobit dll. Dari semua Injil yang ada tak satupun yang isi kandungannya sama 100%. Selalu ada yang beda dan bertolak belakang. Bahkan dalam 4 injil (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes) pun banyak yang tidak sejalan. Dari kenyataan itu, kita sudah tahu jawabannya. Yaitu bahwa Bible (Injil sekarang) sendiri tidak terjaga kandungan isinya jika kita membacanya sekarang. Banyak ayat-ayat yang bertentangan. Tidak mungkin ALLAH membuat ayat-ayat yang saling bertentangan. Adanya ayat2 yang bertentangan membuktikan bahwa ada campur tangan manusia didalamnya.
Sedangkan Al-Qur’an selama 1400-an tahun dari saat pertama turun, kandungan isinya tidak berubah. Hal itu dikatakan oleh tokoh yang pro atau kontra terhadap Islam. Pro Kontra tentang sejarah penulisan Al-Qur’an adalah hal yang wajar. Banyak tokoh baik dari Barat atau Islam sudah mendalaminya. Tokoh Barat yang Obyektif akan mengakui keotentikan Al-Qur’an yang dari segi isi tidak mengalami perubahan. Sedangkan Tokoh Barat yang Subyektif yang benci akan Islam selalu berusaha menampilkan sejarah penulisan Al-Qur’an sesuai kemauan mereka. Hal yang tidak salah, oleh mereka (Barat Subyektif), bisa menjadi salah.
Orang yang tidak suka/ragu terhadap Islam akan selalu mengambil literature Kuno yang di hembus-hembuskan oleh kaum Kafir, yang pada jaman dahulu berusaha membuat ayat-ayat palsu untuk menghancurkan pemikiran kaum muslimin. Orang yang tidak suka terhadap Islam akan memandang bahwa dibakarnya beberapa Mushaf yang tidak sesuai dengan Mushaf Utsman sebagai bukti bahwa Al-Qur’an mengalami perubahan kandungan isinya. Padahal sejarah yang obyektif mencatat bahwa Mushaf itu dulu ada lebih dari satu, meski kandungan isinya sama tetapi mempunyai urutan surat yang beda. Itulah mengapa untuk meyeragamkan urutan surat dan mengindari perbedaan maka para ulama menyetujui dipakainya Mushaf Utsmani dan yang lain dibakar. Al-Qur’an secara isi kandungan tidak berubah, sedangkan soal tulisan atau pembacaan bisa saja mengalami perubahan/perkembangan menyesuaikan kondisi, seperti dipakainya huruf Arab bertanda baca vokal (Fatah,tanwin,kasroh dll) untuk bangsa non Arab, tetapi makna kandungan isinya tetap sama.
Jadi kita harus tahu bahwa literatur kuno itu ada dua macam. Pertama adalah asli, dan kedua adalah palsu. Dan literatur kuno baik asli atau palsu itu tentu beberapa di antaranya masih ada sampai sekarang. Meski literature yang palsu itu dihancurkan, tetap saja di lain waktu akan ada orang (yang benci Islam) membuat literature palsu yang baru. Jadi asli dan palsu itu selalu berjalan bersamaan seperti halnya kebaikan dan kejahatan yang selalu berjalan bersamaan sepanjang sejarah. Disinilah kejernihan pikiran dan hati harus digunakan. Sebenarnya ALLAH Ta’ala sudah menurunkan dalam hati kita suatu fitrah yang bisa merasakan baik buruknya suatu hal. Jadi dengan hati dan kejernihan pikiran semestinya kita bisa membedakan mana benar dan salah. ALLAH Ta’ala sudah menegaskan bahwa Al-Qur’an adalah pembeda yang haq dan bathil yang benar dan salah. Jadi kalau ada kesalahan atau kepalsuan ayat dalam Al-Qur’an tentu ketika kita membaca, hati dapat merasakan kepalsuannya.
Jadi sebenarnya jika ALLAH Ta’ala tidak menjaga Zabur,Taurat dan Injil hal itu karena mutu dari kaum yang menerimanya tidak dapat dipercaya. ALLAH Ta’ala selalu menguji semua hambanya. Dulu ALLAH pernah memilih bangsa Israel menjadi bangsa pilihan. Pemilihan ini bukan karena mutu bangsa Israel bagus, tetapi karena Do’a nabi Ibrahim. Sekiranya nabi Ibrahim tidak berdoa, bisa saja ALLAH tidak memilih bangsa Israel. Tetapi sekali lagi hal itu tergantung mutunya. ALLAH menguji mutu Bangsa Israel dengan memberi amanat berupa Kitab Zabur, tetapi Bangsa Israel menyelewengakannya. Kemudian ALLAH memberi amanat dengan memberi Kitab Taurat, tetapi Bangsa Israel tetap menyelewengkannya. Dan akhirnya ALLAH memberi bangsa Israel dengan amanat Injil, tetapi tetap saja diselewengakan. Dari situ ALLAH telah menguji bangsa Israel sebagai bangsa yang tidak pantas memikul Wahyu ALLAH. Sekarang coba kita lihat ketika ALLAH memberi wahyu kepada bangsa Arab yang merupakan saudara bangsa Israel, sampai sekarang mereka (Bangsa Arab) tetap memeliharanya. Perpindahan ke Arab sekaligus memberi nuansa yang lebih segar dari segi pembawa wahyu dan bacaan.
Sebenarnya untuk melihat asal mula kejadian diatas kita harus melihat kronologis diturunkannya Al-Qur’an. Dari beberapa riwayat menyebutkan bahwa setelah RASULULLAH SAW, menerima wahyu tentang surat Al-Qur’an Beliau langsung menghafalnya yang diikuti oleh para sahabat. RASULULLAH SAW, dan para sahabat selalu membaca kembali secara berulang-ulang tentang ayat-ayat Al-Qur’an yang sudah diturunkan tersebut dilain waktu. Beberapa riwayat juga menyebutkan bahwa selain dihafal,beberapa sahabat juga menulisnya dalam berbagai media misalnya: kulit,tulang dll.
Yang perlu diperhatikan adalah :
RASULULLAH SAW, dan sahabat selalu membaca berulang-ulang ayat-ayat Al-Qur’an yang pernah diturunkan. RASULULLAH SAW, tidak melarang para sahabat untuk menulisnya dalam berbagai media. Adapun RASULULLAH SAW, tidak memerintahkan Al-Qur’an untuk dibukukan sebenarnya adalah perintah secara tidak langsung bagi para muslimin agar menghafal Al-Qur’an. Mengapa RASULULLAH SAW, lebih senang Al-Qur’an untuk dihafal?. Jawabnya karena dengan dihafalkan, berarti Al-Qur’an akan meresap kedalam otak manusia dan akan selalu teringatkan sewaktu-waktu karena sudah terprogram (ter-instal). Dengan demikian kaum Muslimin diharapkan akan lebih terjaga dari segala godaan dan dapat menjalankan Islam dengan lebih baik. Ketika Sholat, kita selalu membaca ayat-ayat Al-Qur’an didalamnya. Hal itu sebenarnya juga sebagai bentuk pemrograman otak secara bertahap dengan menghafal ayat-ayat Al-Qur’an.
82. Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an? kalau kiranya Al Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya” (Annisa’ : 82).
Jikalau Al-Qur’an tidak terbukukan, mungkin kita akan sulit menentukan mana yang bertentangan dan mana yang tidak.
“Alif, laam, raa. Ini adalah ayat-ayat Kitab (Al Quran) yang nyata (dari Allah)” “Sesungguhnya kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya” (Yusuf : 1-2).
Sesuatu bacaan dalam bahasa Arab memang luas maknanya, bisa diartikan sesuatu yang terucapkan oleh mulut dari hafalan atau bisa berarti saat ketika kita membaca literatur pada sebuah media entah buku atau lembaran lainnya.
Kalau kita kaji lebih dalam, kemungkinan besar, kalo saja Al-Qur’an dibukukan. Hal itu akan membuat kaum muslimin malas untuk mengkajinya. Kita pasti lebih senang jika sesuatu itu sudah tertanam dalam otak kita. Kita pun pasti tahu bahwa sebagian besar bangsa Indonesia khususnya dan dunia umumnya mungkin lebih senang mendengar daripada membaca. Kurang minatnya membaca inilah yang membuat Al-Qur’an hanya disimpan di dalam Almari atau ditaruh diatas meja. Sebagai akibat Al-Qur’an tidak di hafal (di otak-kan) atau dibaca, maka dapat kita lihat begitu banyaknya umat Islam yang melakukan dosa mulai dari Korupsi, menipu, dll. Apalagi jika mendengar tafsir yang keliru tanpa mengecek lagi dalam Al-Qur’an dan tafsir shohih lainnya.
Jadi Penghafalan dan penulisan Al-Qur’an adalah perintah tersirat RASULULLAH SAW, kepada kaum Muslimin. Bahwa Islam sebagai agama pertengahan dan keseimbangan antara dunia-akhirat, antara hafalan-tulisan dan keseimbangan yang lain.
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Quran dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya” (al-Hijir : 9).
“Maha Suci Allah yang Telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam” (Al-Furqan : 1)
“Alif laam raa, (Inilah) suatu Kitab yang ayat-ayatNya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha tahu”
(Huud : 1).
“Alif laam miim raa. Ini adalah ayat-ayat Al Kitab (Al Quran). dan Kitab yang diturunkan kepadamu daripada Tuhanmu itu adalah benar: akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman (kepadanya) (Arra’d : 1).
Mungkin kita pernah berfikir, mengapa Zabur Taurat dan Injil tidak dijaga oleh ALLAH Ta’ala, sehingga ALLAH Ta’ala harus menurunkan Al-Qur’an. Sebenarnya jawabannya adalah pada Kitab yang kita pegang hari ini, baik Taurat, Injil sekarang (Bible) dan Al-Qur’an. Injil sekarang (Bible) seperti yang ada dewasa ini banyak sekali jenisnya. Selama 2000-an tahun sampai sekarang, kandungan isinya selalu berubah-ubah. Dari banyaknya Injil, yang paling dikenal adalah Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Injil yang lain antara lain : Injil Derby, Injil Scofied, Injil Masonik, King James, Yudit, Tobit dll. Dari semua Injil yang ada tak satupun yang isi kandungannya sama 100%. Selalu ada yang beda dan bertolak belakang. Bahkan dalam 4 injil (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes) pun banyak yang tidak sejalan. Dari kenyataan itu, kita sudah tahu jawabannya. Yaitu bahwa Bible (Injil sekarang) sendiri tidak terjaga kandungan isinya jika kita membacanya sekarang. Banyak ayat-ayat yang bertentangan. Tidak mungkin ALLAH membuat ayat-ayat yang saling bertentangan. Adanya ayat2 yang bertentangan membuktikan bahwa ada campur tangan manusia didalamnya.
Sedangkan Al-Qur’an selama 1400-an tahun dari saat pertama turun, kandungan isinya tidak berubah. Hal itu dikatakan oleh tokoh yang pro atau kontra terhadap Islam. Pro Kontra tentang sejarah penulisan Al-Qur’an adalah hal yang wajar. Banyak tokoh baik dari Barat atau Islam sudah mendalaminya. Tokoh Barat yang Obyektif akan mengakui keotentikan Al-Qur’an yang dari segi isi tidak mengalami perubahan. Sedangkan Tokoh Barat yang Subyektif yang benci akan Islam selalu berusaha menampilkan sejarah penulisan Al-Qur’an sesuai kemauan mereka. Hal yang tidak salah, oleh mereka (Barat Subyektif), bisa menjadi salah.
Orang yang tidak suka/ragu terhadap Islam akan selalu mengambil literature Kuno yang di hembus-hembuskan oleh kaum Kafir, yang pada jaman dahulu berusaha membuat ayat-ayat palsu untuk menghancurkan pemikiran kaum muslimin. Orang yang tidak suka terhadap Islam akan memandang bahwa dibakarnya beberapa Mushaf yang tidak sesuai dengan Mushaf Utsman sebagai bukti bahwa Al-Qur’an mengalami perubahan kandungan isinya. Padahal sejarah yang obyektif mencatat bahwa Mushaf itu dulu ada lebih dari satu, meski kandungan isinya sama tetapi mempunyai urutan surat yang beda. Itulah mengapa untuk meyeragamkan urutan surat dan mengindari perbedaan maka para ulama menyetujui dipakainya Mushaf Utsmani dan yang lain dibakar. Al-Qur’an secara isi kandungan tidak berubah, sedangkan soal tulisan atau pembacaan bisa saja mengalami perubahan/perkembangan menyesuaikan kondisi, seperti dipakainya huruf Arab bertanda baca vokal (Fatah,tanwin,kasroh dll) untuk bangsa non Arab, tetapi makna kandungan isinya tetap sama.
Jadi kita harus tahu bahwa literatur kuno itu ada dua macam. Pertama adalah asli, dan kedua adalah palsu. Dan literatur kuno baik asli atau palsu itu tentu beberapa di antaranya masih ada sampai sekarang. Meski literature yang palsu itu dihancurkan, tetap saja di lain waktu akan ada orang (yang benci Islam) membuat literature palsu yang baru. Jadi asli dan palsu itu selalu berjalan bersamaan seperti halnya kebaikan dan kejahatan yang selalu berjalan bersamaan sepanjang sejarah. Disinilah kejernihan pikiran dan hati harus digunakan. Sebenarnya ALLAH Ta’ala sudah menurunkan dalam hati kita suatu fitrah yang bisa merasakan baik buruknya suatu hal. Jadi dengan hati dan kejernihan pikiran semestinya kita bisa membedakan mana benar dan salah. ALLAH Ta’ala sudah menegaskan bahwa Al-Qur’an adalah pembeda yang haq dan bathil yang benar dan salah. Jadi kalau ada kesalahan atau kepalsuan ayat dalam Al-Qur’an tentu ketika kita membaca, hati dapat merasakan kepalsuannya.
Jadi sebenarnya jika ALLAH Ta’ala tidak menjaga Zabur,Taurat dan Injil hal itu karena mutu dari kaum yang menerimanya tidak dapat dipercaya. ALLAH Ta’ala selalu menguji semua hambanya. Dulu ALLAH pernah memilih bangsa Israel menjadi bangsa pilihan. Pemilihan ini bukan karena mutu bangsa Israel bagus, tetapi karena Do’a nabi Ibrahim. Sekiranya nabi Ibrahim tidak berdoa, bisa saja ALLAH tidak memilih bangsa Israel. Tetapi sekali lagi hal itu tergantung mutunya. ALLAH menguji mutu Bangsa Israel dengan memberi amanat berupa Kitab Zabur, tetapi Bangsa Israel menyelewengakannya. Kemudian ALLAH memberi amanat dengan memberi Kitab Taurat, tetapi Bangsa Israel tetap menyelewengkannya. Dan akhirnya ALLAH memberi bangsa Israel dengan amanat Injil, tetapi tetap saja diselewengakan. Dari situ ALLAH telah menguji bangsa Israel sebagai bangsa yang tidak pantas memikul Wahyu ALLAH. Sekarang coba kita lihat ketika ALLAH memberi wahyu kepada bangsa Arab yang merupakan saudara bangsa Israel, sampai sekarang mereka (Bangsa Arab) tetap memeliharanya. Perpindahan ke Arab sekaligus memberi nuansa yang lebih segar dari segi pembawa wahyu dan bacaan.
Sebenarnya untuk melihat asal mula kejadian diatas kita harus melihat kronologis diturunkannya Al-Qur’an. Dari beberapa riwayat menyebutkan bahwa setelah RASULULLAH SAW, menerima wahyu tentang surat Al-Qur’an Beliau langsung menghafalnya yang diikuti oleh para sahabat. RASULULLAH SAW, dan para sahabat selalu membaca kembali secara berulang-ulang tentang ayat-ayat Al-Qur’an yang sudah diturunkan tersebut dilain waktu. Beberapa riwayat juga menyebutkan bahwa selain dihafal,beberapa sahabat juga menulisnya dalam berbagai media misalnya: kulit,tulang dll.
Yang perlu diperhatikan adalah :
RASULULLAH SAW, dan sahabat selalu membaca berulang-ulang ayat-ayat Al-Qur’an yang pernah diturunkan. RASULULLAH SAW, tidak melarang para sahabat untuk menulisnya dalam berbagai media. Adapun RASULULLAH SAW, tidak memerintahkan Al-Qur’an untuk dibukukan sebenarnya adalah perintah secara tidak langsung bagi para muslimin agar menghafal Al-Qur’an. Mengapa RASULULLAH SAW, lebih senang Al-Qur’an untuk dihafal?. Jawabnya karena dengan dihafalkan, berarti Al-Qur’an akan meresap kedalam otak manusia dan akan selalu teringatkan sewaktu-waktu karena sudah terprogram (ter-instal). Dengan demikian kaum Muslimin diharapkan akan lebih terjaga dari segala godaan dan dapat menjalankan Islam dengan lebih baik. Ketika Sholat, kita selalu membaca ayat-ayat Al-Qur’an didalamnya. Hal itu sebenarnya juga sebagai bentuk pemrograman otak secara bertahap dengan menghafal ayat-ayat Al-Qur’an.
82. Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an? kalau kiranya Al Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya” (Annisa’ : 82).
Jikalau Al-Qur’an tidak terbukukan, mungkin kita akan sulit menentukan mana yang bertentangan dan mana yang tidak.
“Alif, laam, raa. Ini adalah ayat-ayat Kitab (Al Quran) yang nyata (dari Allah)” “Sesungguhnya kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya” (Yusuf : 1-2).
Sesuatu bacaan dalam bahasa Arab memang luas maknanya, bisa diartikan sesuatu yang terucapkan oleh mulut dari hafalan atau bisa berarti saat ketika kita membaca literatur pada sebuah media entah buku atau lembaran lainnya.
Kalau kita kaji lebih dalam, kemungkinan besar, kalo saja Al-Qur’an dibukukan. Hal itu akan membuat kaum muslimin malas untuk mengkajinya. Kita pasti lebih senang jika sesuatu itu sudah tertanam dalam otak kita. Kita pun pasti tahu bahwa sebagian besar bangsa Indonesia khususnya dan dunia umumnya mungkin lebih senang mendengar daripada membaca. Kurang minatnya membaca inilah yang membuat Al-Qur’an hanya disimpan di dalam Almari atau ditaruh diatas meja. Sebagai akibat Al-Qur’an tidak di hafal (di otak-kan) atau dibaca, maka dapat kita lihat begitu banyaknya umat Islam yang melakukan dosa mulai dari Korupsi, menipu, dll. Apalagi jika mendengar tafsir yang keliru tanpa mengecek lagi dalam Al-Qur’an dan tafsir shohih lainnya.
Jadi Penghafalan dan penulisan Al-Qur’an adalah perintah tersirat RASULULLAH SAW, kepada kaum Muslimin. Bahwa Islam sebagai agama pertengahan dan keseimbangan antara dunia-akhirat, antara hafalan-tulisan dan keseimbangan yang lain.
KOLOR GANTUNG- BLUE MEMBERS
- Number of posts : 857
Reputation : -2
Points : 6132
Registration date : 2010-10-08
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
Alquran memang adalah kitab penyempurnaan dari kitab sebelumnya...dan yg paling terjaga keasliannya...
namun sayang banyak umat tersesat yg pada buta akan hal ini... :turban: :turban: :turban:
namun sayang banyak umat tersesat yg pada buta akan hal ini... :turban: :turban: :turban:
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
BOTELHEM wrote:Alquran memang adalah kitab penyempurnaan dari kitab sebelumnya...dan yg paling terjaga keasliannya...
namun sayang banyak umat tersesat yg pada buta akan hal ini... :turban: :turban: :turban:
agus- SILVER MEMBERS
-
Number of posts : 8588
Location : Everywhere but no where
Job/hobbies : Baca-baca
Humor : Shaggy yang malang
Reputation : 45
Points : 14834
Registration date : 2010-04-16
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
Dimana Mushaf Al-Quran Yang Asli
Kehebohan baru yang bakal mengguncangkan umat Islam datang dari Doktor Gerd R. Puin, seorang pakar filologi dan ahli bahasa-bahasa Semitis. Pada 1979, pakar kaligrafi Arab dan paleografi Alquran dari Universitas Sarre, Jerman, itu diajak Kadi Ismail al-Akwa, Ketua Dinas Purbakala Yaman, untuk meneliti sebuah bungkusan kuno yang ditemukan di Sana’a, ibu kota Yaman, pada 1972. Bungkusan berisi perkamen (kulit kambing) dan kertas (suhuf) itu ditemukan saat pemerintah merenovasi masjid kuno di Sana’a, yang bocor akibat hujan lebat.
Paket kuno yang ditemukan para pekerja di atap masjid agung itu kemudian diamankan Kadi Ismail al-Akwa karena ia yakin isinya pasti bernilai. Ia lalu meminta bantuan internasional untuk menganalisis tulisan di atas perkamen itu. Akhirnya, baru pada 1979 ia berhasil membujuk Puin untuk menelitinya, dengan bantuan dana dari Pemerintah Jerman.
Berdasarkan penelitian awal, bisa dipastikan, perkamen Sana’a itu adalah mushaf Alquran paling tua di dunia, yang ditulis pada abad ketujuh dan kedelapan. Sebagaimana diketahui, hingga saat ini, ada tiga “kopi” mushaf Alquran yang sudah ditemukan. Dua mushaf Alquran abad kedelapan, masing-masing disimpan di Perpustakaan Tashkent, Uzbekistan, dan di Museum Topkapi di Istambul. Sementara, mushaf ketiga berupa manuskrip Ma’il dari abad ketujuh, disimpan di British Library, London, Inggris.
Menurut Doktor Puin, kaligrafi pada mushaf Sana’a itu berasal dari Hijaz, sebuah wilayah Arab, tempat tinggal Nabi Muhammad saw. Dengan demikian, itu bukan hanya merupakan mushaf tertua di dunia, melainkan salah satu mushaf versi pertama. Perkamen itu mengandung variasi teks yang agak berbeda, surat-suratnya disusun tak biasa, dan gaya serta grafisnya sangat langka. Ia juga melihat adanya jejak teks yang dihapus dan digantikan dengan teks baru. Karena itulah, Puin menyimpulkan, Alquran pernah mengalami evolusi tekstual. “Dengan kata lain, apa yang umat Islam baca saat ini kemungkinan bukan satu-satunya “versi” yang diyakini telah diwahyukan Allah kepada Nabi saw.,” tulis Abul Taher, pekan lalu, dalam koran Inggris, The Guardian.
Kesimpulan Puin itu tentu saja akan sulit diterima umat Islam. Sebab, ayat-ayat dalam Alquran itu diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad saw. secara bertahap (610-632). Dan, setiap menerima wahyu, Nabi saw. selalu membacakannya di hadapan para sahabat. Menurut Ensiklopedi Islam (Jakarta, 1994), selain menyuruh para sahabatnya menghafal, Nabi saw. juga memerintahkan mereka untuk menuliskannya di atas pelepah kurma, lempengan batu, atau kepingan tulang.
Menurut hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, untuk menjaga kemurnian Alquran, itu, setiap tahun Malaikat Jibril mendatangi Nabi untuk memeriksa bacaannya. Bahkan pada tahun Nabi saw. wafat, Malaikat Jibril datang dua kali dan mengontrol bacaan Nabi, sebagaimana Nabi sendiri selalu melakukan hal yang sama kepada para sahabat, selama hidupnya. Dengan demikian, terpeliharalah Alquran dari kesalahan dan kekeliruan.
Dua puluh sembilan tahun setelah Nabi wafat, di bawah Usman, khalifah ketiga, sebuah versi baku Alquran ditetapkan dan dikodifikasi dalam bentuk buku, akibat adanya pelbagai versi Alquran, baik lisan maupun tertulis, yang banyak beredar di wilayah kekuasaan Islam. Kodifikasi itu dilakukan berdasarkan mushaf yang dihimpun Khalifah Abu Bakar, yang kemudian disimpan di rumah Hafsah, putri Khalifah Umar, yang juga istri Nabi saw. Karena itu, tak pernah ada lagi modifikasi dan kodifikasi Alquran sesudah Usman, yang disusun di bawah pimpinan Zaid bin Sabit. Mushaf Usmani dalam dialek Quraisy itu lalu dibuat lima kopi. Satu kopi disimpan di Madinah (mushaf al-Imam) dan empat lainnya dikirim ke Mekah, Suriah, Basrah, dan Kufah untuk disalin dan diperbanyak (EI, 1994).
Apakah perkamen dari Sana’a itu adalah salah satu dari mushaf-mushaf itu, atau salinannya, belum bisa dipastikan. Yang jelas, menurut Puin, sebagaimana dalam tradisi litaratur Arab, perkamen Sana’a itu ditulis tanpa tanda-tanda diacritique (titik, aksen, koma, tanda huruf atau fonetik pengubah nilai). Artinya, perkamen itu ditulis lebih sebagai panduan bagi yang sudah hafal Alquran. Akibatnya, puluhan tahun kemudian, pembaca “Arab gundul” itu makin sulit memahaminya. Karena itulah, untuk memudahkan, Hajjaj bin-Yusuf, Gubernur Irak, pada 694-714, lantas melengkapi teks itu dengan pelbagai tanda. “Ia sangat bangga karena ia telah berhasil memasukkan lebih dari 1.000 alif ke dalam teks Alquran,” kata Puin.
Kesimpulan Puin yang juga mengejutkan adalah: sumber-sumber pra-Islam, katanya, telah dimasukkan ke dalam Alquran. Misalnya, ihwal As Sahab ar-Rass dan As Sahab al-Aiqa. Soalnya, menurut Geographie karya Ptolomeus, suku Ar Rass hidup di Lebanon sebelum Islam dan Al Aiqa hidup di wilayah Aswan, Mesir, sekitar 150 tahun sebelum Masehi. Bahkan, Puin tidak yakin Alquran ditulis dalam bahasa Arab murni. Sebab, kata “Quran” sendiri, yang berarti “kalam”, “kitab”, “bacaan”, menurut Puin, berasal dari sebuah kata Aramian, qariyun (penggalan bacaan teks suci saat menjalankan ibadah).
Tak aneh bila Khalidi gusar atas usaha para Islamolog Barat seperti Puin, yang tak selalu menganalisis Alquran sebagaimana mereka melakukannya terhadap Injil. Khalidi bahkan cemas bila hasil penelitian Puin itu disebarluaskan, ia akan bisa dihukum oleh umat Islam, sebagaimana dialami Salman Rushdie akibat novelnya, Ayat-Ayat Setan (1988). Atau dihukum seperti Doktor Nasr Abu Zaid, dosen ilmu Alquran dari Universitas Kairo, pada 1995, akibat karyanya Le Concept du texte (1990), menyatakan, “Alquran hanyalah teks sastra, dan satu-satunya cara untuk memahami, menerangkan, menganalisis, dan mengadaptasinya hanyalah melalui pendekatan sastra.”
Toh, Salim Abdullah, Direktur Arsip Islam Jerman, yang berafiliasi pada Liga Islam Dunia, menanggapi kesimpulan Puin dengan sikap positif. “Doktor Puin sebelumnya telah meminta izin kepada saya, apakah ia boleh mempublikasikan salah satu karangannya tentang dokumen Sana’a. Ketika saya memperingatkan bahwa ia akan menghadapi
kontroversi, Puin mengatakan, sudah lama ia menunggu adanya perdebatan mengenai hal itu,” kata Salim. Padahal, sebelumnya, akibat kesimpulannya yang mengejutkan itu, Puin sendiri segera diusir dari Yaman dan ia dilarang melanjutkan penelitiannya.
Bagaimana dengan umat Islam Indonesia?
http://www.siaranalhayat.com/2010/07/06/dimana-mushaf-al-quran-yang-asli/
gimana nih muslim slalu menuduh kitabnya Kristen kaga asli.....ternyata quran juga tuh....
Ia juga melihat adanya jejak teks yang dihapus dan digantikan dengan teks baru. Karena itulah, Puin menyimpulkan, Alquran pernah mengalami evolusi tekstual. “Dengan kata lain, apa yang umat Islam baca saat ini kemungkinan bukan satu-satunya “versi” yang diyakini telah diwahyukan Allah kepada Nabi saw.,” tulis Abul Taher, pekan lalu, dalam koran Inggris, The Guardian
Kehebohan baru yang bakal mengguncangkan umat Islam datang dari Doktor Gerd R. Puin, seorang pakar filologi dan ahli bahasa-bahasa Semitis. Pada 1979, pakar kaligrafi Arab dan paleografi Alquran dari Universitas Sarre, Jerman, itu diajak Kadi Ismail al-Akwa, Ketua Dinas Purbakala Yaman, untuk meneliti sebuah bungkusan kuno yang ditemukan di Sana’a, ibu kota Yaman, pada 1972. Bungkusan berisi perkamen (kulit kambing) dan kertas (suhuf) itu ditemukan saat pemerintah merenovasi masjid kuno di Sana’a, yang bocor akibat hujan lebat.
Paket kuno yang ditemukan para pekerja di atap masjid agung itu kemudian diamankan Kadi Ismail al-Akwa karena ia yakin isinya pasti bernilai. Ia lalu meminta bantuan internasional untuk menganalisis tulisan di atas perkamen itu. Akhirnya, baru pada 1979 ia berhasil membujuk Puin untuk menelitinya, dengan bantuan dana dari Pemerintah Jerman.
Berdasarkan penelitian awal, bisa dipastikan, perkamen Sana’a itu adalah mushaf Alquran paling tua di dunia, yang ditulis pada abad ketujuh dan kedelapan. Sebagaimana diketahui, hingga saat ini, ada tiga “kopi” mushaf Alquran yang sudah ditemukan. Dua mushaf Alquran abad kedelapan, masing-masing disimpan di Perpustakaan Tashkent, Uzbekistan, dan di Museum Topkapi di Istambul. Sementara, mushaf ketiga berupa manuskrip Ma’il dari abad ketujuh, disimpan di British Library, London, Inggris.
Menurut Doktor Puin, kaligrafi pada mushaf Sana’a itu berasal dari Hijaz, sebuah wilayah Arab, tempat tinggal Nabi Muhammad saw. Dengan demikian, itu bukan hanya merupakan mushaf tertua di dunia, melainkan salah satu mushaf versi pertama. Perkamen itu mengandung variasi teks yang agak berbeda, surat-suratnya disusun tak biasa, dan gaya serta grafisnya sangat langka. Ia juga melihat adanya jejak teks yang dihapus dan digantikan dengan teks baru. Karena itulah, Puin menyimpulkan, Alquran pernah mengalami evolusi tekstual. “Dengan kata lain, apa yang umat Islam baca saat ini kemungkinan bukan satu-satunya “versi” yang diyakini telah diwahyukan Allah kepada Nabi saw.,” tulis Abul Taher, pekan lalu, dalam koran Inggris, The Guardian.
Kesimpulan Puin itu tentu saja akan sulit diterima umat Islam. Sebab, ayat-ayat dalam Alquran itu diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad saw. secara bertahap (610-632). Dan, setiap menerima wahyu, Nabi saw. selalu membacakannya di hadapan para sahabat. Menurut Ensiklopedi Islam (Jakarta, 1994), selain menyuruh para sahabatnya menghafal, Nabi saw. juga memerintahkan mereka untuk menuliskannya di atas pelepah kurma, lempengan batu, atau kepingan tulang.
Menurut hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, untuk menjaga kemurnian Alquran, itu, setiap tahun Malaikat Jibril mendatangi Nabi untuk memeriksa bacaannya. Bahkan pada tahun Nabi saw. wafat, Malaikat Jibril datang dua kali dan mengontrol bacaan Nabi, sebagaimana Nabi sendiri selalu melakukan hal yang sama kepada para sahabat, selama hidupnya. Dengan demikian, terpeliharalah Alquran dari kesalahan dan kekeliruan.
Dua puluh sembilan tahun setelah Nabi wafat, di bawah Usman, khalifah ketiga, sebuah versi baku Alquran ditetapkan dan dikodifikasi dalam bentuk buku, akibat adanya pelbagai versi Alquran, baik lisan maupun tertulis, yang banyak beredar di wilayah kekuasaan Islam. Kodifikasi itu dilakukan berdasarkan mushaf yang dihimpun Khalifah Abu Bakar, yang kemudian disimpan di rumah Hafsah, putri Khalifah Umar, yang juga istri Nabi saw. Karena itu, tak pernah ada lagi modifikasi dan kodifikasi Alquran sesudah Usman, yang disusun di bawah pimpinan Zaid bin Sabit. Mushaf Usmani dalam dialek Quraisy itu lalu dibuat lima kopi. Satu kopi disimpan di Madinah (mushaf al-Imam) dan empat lainnya dikirim ke Mekah, Suriah, Basrah, dan Kufah untuk disalin dan diperbanyak (EI, 1994).
Apakah perkamen dari Sana’a itu adalah salah satu dari mushaf-mushaf itu, atau salinannya, belum bisa dipastikan. Yang jelas, menurut Puin, sebagaimana dalam tradisi litaratur Arab, perkamen Sana’a itu ditulis tanpa tanda-tanda diacritique (titik, aksen, koma, tanda huruf atau fonetik pengubah nilai). Artinya, perkamen itu ditulis lebih sebagai panduan bagi yang sudah hafal Alquran. Akibatnya, puluhan tahun kemudian, pembaca “Arab gundul” itu makin sulit memahaminya. Karena itulah, untuk memudahkan, Hajjaj bin-Yusuf, Gubernur Irak, pada 694-714, lantas melengkapi teks itu dengan pelbagai tanda. “Ia sangat bangga karena ia telah berhasil memasukkan lebih dari 1.000 alif ke dalam teks Alquran,” kata Puin.
Kesimpulan Puin yang juga mengejutkan adalah: sumber-sumber pra-Islam, katanya, telah dimasukkan ke dalam Alquran. Misalnya, ihwal As Sahab ar-Rass dan As Sahab al-Aiqa. Soalnya, menurut Geographie karya Ptolomeus, suku Ar Rass hidup di Lebanon sebelum Islam dan Al Aiqa hidup di wilayah Aswan, Mesir, sekitar 150 tahun sebelum Masehi. Bahkan, Puin tidak yakin Alquran ditulis dalam bahasa Arab murni. Sebab, kata “Quran” sendiri, yang berarti “kalam”, “kitab”, “bacaan”, menurut Puin, berasal dari sebuah kata Aramian, qariyun (penggalan bacaan teks suci saat menjalankan ibadah).
Tak aneh bila Khalidi gusar atas usaha para Islamolog Barat seperti Puin, yang tak selalu menganalisis Alquran sebagaimana mereka melakukannya terhadap Injil. Khalidi bahkan cemas bila hasil penelitian Puin itu disebarluaskan, ia akan bisa dihukum oleh umat Islam, sebagaimana dialami Salman Rushdie akibat novelnya, Ayat-Ayat Setan (1988). Atau dihukum seperti Doktor Nasr Abu Zaid, dosen ilmu Alquran dari Universitas Kairo, pada 1995, akibat karyanya Le Concept du texte (1990), menyatakan, “Alquran hanyalah teks sastra, dan satu-satunya cara untuk memahami, menerangkan, menganalisis, dan mengadaptasinya hanyalah melalui pendekatan sastra.”
Toh, Salim Abdullah, Direktur Arsip Islam Jerman, yang berafiliasi pada Liga Islam Dunia, menanggapi kesimpulan Puin dengan sikap positif. “Doktor Puin sebelumnya telah meminta izin kepada saya, apakah ia boleh mempublikasikan salah satu karangannya tentang dokumen Sana’a. Ketika saya memperingatkan bahwa ia akan menghadapi
kontroversi, Puin mengatakan, sudah lama ia menunggu adanya perdebatan mengenai hal itu,” kata Salim. Padahal, sebelumnya, akibat kesimpulannya yang mengejutkan itu, Puin sendiri segera diusir dari Yaman dan ia dilarang melanjutkan penelitiannya.
Bagaimana dengan umat Islam Indonesia?
http://www.siaranalhayat.com/2010/07/06/dimana-mushaf-al-quran-yang-asli/
gimana nih muslim slalu menuduh kitabnya Kristen kaga asli.....ternyata quran juga tuh....
Ia juga melihat adanya jejak teks yang dihapus dan digantikan dengan teks baru. Karena itulah, Puin menyimpulkan, Alquran pernah mengalami evolusi tekstual. “Dengan kata lain, apa yang umat Islam baca saat ini kemungkinan bukan satu-satunya “versi” yang diyakini telah diwahyukan Allah kepada Nabi saw.,” tulis Abul Taher, pekan lalu, dalam koran Inggris, The Guardian
susu.tahu- BLUE MEMBERS
-
Number of posts : 308
Reputation : 0
Points : 5276
Registration date : 2011-04-11
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
KOLOR GANTUNG wrote:Ketika kita membaca dan membandingkan isi kitab suci Bible (Injil sekarang) dengan Al-Qur’an ada sesuatu yang menarik. Didalam Bible (Injil sekarang) tidak ada kata-kata “ALLAH akan menjaganya atau ALLAH telah menurunkannya” bahkan nama kitab sucinya sendiri (Injil) tidak ada didalamnya sehingga orang Barat menyebutnya dengan “Bible”. sedangkan jika kita membaca Al-Qur’an dengan jelas ada kata-kata (maksud ayat) bahwa “ALLAH telah menurunkan Addzikrah (Al-Qur’an) dan ALLAH-lah yang akan menjaganya”, misalnya dalam ayat-ayat berikut :
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Quran dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya” (al-Hijir : 9).
“Maha Suci Allah yang Telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam” (Al-Furqan : 1)
“Alif laam raa, (Inilah) suatu Kitab yang ayat-ayatNya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha tahu”
(Huud : 1).
“Alif laam miim raa. Ini adalah ayat-ayat Al Kitab (Al Quran). dan Kitab yang diturunkan kepadamu daripada Tuhanmu itu adalah benar: akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman (kepadanya) (Arra’d : 1).
Mungkin kita pernah berfikir, mengapa Zabur Taurat dan Injil tidak dijaga oleh ALLAH Ta’ala, sehingga ALLAH Ta’ala harus menurunkan Al-Qur’an. Sebenarnya jawabannya adalah pada Kitab yang kita pegang hari ini, baik Taurat, Injil sekarang (Bible) dan Al-Qur’an. Injil sekarang (Bible) seperti yang ada dewasa ini banyak sekali jenisnya. Selama 2000-an tahun sampai sekarang, kandungan isinya selalu berubah-ubah. Dari banyaknya Injil, yang paling dikenal adalah Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Injil yang lain antara lain : Injil Derby, Injil Scofied, Injil Masonik, King James, Yudit, Tobit dll. Dari semua Injil yang ada tak satupun yang isi kandungannya sama 100%. Selalu ada yang beda dan bertolak belakang. Bahkan dalam 4 injil (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes) pun banyak yang tidak sejalan. Dari kenyataan itu, kita sudah tahu jawabannya. Yaitu bahwa Bible (Injil sekarang) sendiri tidak terjaga kandungan isinya jika kita membacanya sekarang. Banyak ayat-ayat yang bertentangan. Tidak mungkin ALLAH membuat ayat-ayat yang saling bertentangan. Adanya ayat2 yang bertentangan membuktikan bahwa ada campur tangan manusia didalamnya.
Sedangkan Al-Qur’an selama 1400-an tahun dari saat pertama turun, kandungan isinya tidak berubah. Hal itu dikatakan oleh tokoh yang pro atau kontra terhadap Islam. Pro Kontra tentang sejarah penulisan Al-Qur’an adalah hal yang wajar. Banyak tokoh baik dari Barat atau Islam sudah mendalaminya. Tokoh Barat yang Obyektif akan mengakui keotentikan Al-Qur’an yang dari segi isi tidak mengalami perubahan. Sedangkan Tokoh Barat yang Subyektif yang benci akan Islam selalu berusaha menampilkan sejarah penulisan Al-Qur’an sesuai kemauan mereka. Hal yang tidak salah, oleh mereka (Barat Subyektif), bisa menjadi salah.
Orang yang tidak suka/ragu terhadap Islam akan selalu mengambil literature Kuno yang di hembus-hembuskan oleh kaum Kafir, yang pada jaman dahulu berusaha membuat ayat-ayat palsu untuk menghancurkan pemikiran kaum muslimin. Orang yang tidak suka terhadap Islam akan memandang bahwa dibakarnya beberapa Mushaf yang tidak sesuai dengan Mushaf Utsman sebagai bukti bahwa Al-Qur’an mengalami perubahan kandungan isinya. Padahal sejarah yang obyektif mencatat bahwa Mushaf itu dulu ada lebih dari satu, meski kandungan isinya sama tetapi mempunyai urutan surat yang beda. Itulah mengapa untuk meyeragamkan urutan surat dan mengindari perbedaan maka para ulama menyetujui dipakainya Mushaf Utsmani dan yang lain dibakar. Al-Qur’an secara isi kandungan tidak berubah, sedangkan soal tulisan atau pembacaan bisa saja mengalami perubahan/perkembangan menyesuaikan kondisi, seperti dipakainya huruf Arab bertanda baca vokal (Fatah,tanwin,kasroh dll) untuk bangsa non Arab, tetapi makna kandungan isinya tetap sama.
Jadi kita harus tahu bahwa literatur kuno itu ada dua macam. Pertama adalah asli, dan kedua adalah palsu. Dan literatur kuno baik asli atau palsu itu tentu beberapa di antaranya masih ada sampai sekarang. Meski literature yang palsu itu dihancurkan, tetap saja di lain waktu akan ada orang (yang benci Islam) membuat literature palsu yang baru. Jadi asli dan palsu itu selalu berjalan bersamaan seperti halnya kebaikan dan kejahatan yang selalu berjalan bersamaan sepanjang sejarah. Disinilah kejernihan pikiran dan hati harus digunakan. Sebenarnya ALLAH Ta’ala sudah menurunkan dalam hati kita suatu fitrah yang bisa merasakan baik buruknya suatu hal. Jadi dengan hati dan kejernihan pikiran semestinya kita bisa membedakan mana benar dan salah. ALLAH Ta’ala sudah menegaskan bahwa Al-Qur’an adalah pembeda yang haq dan bathil yang benar dan salah. Jadi kalau ada kesalahan atau kepalsuan ayat dalam Al-Qur’an tentu ketika kita membaca, hati dapat merasakan kepalsuannya.
Jadi sebenarnya jika ALLAH Ta’ala tidak menjaga Zabur,Taurat dan Injil hal itu karena mutu dari kaum yang menerimanya tidak dapat dipercaya. ALLAH Ta’ala selalu menguji semua hambanya. Dulu ALLAH pernah memilih bangsa Israel menjadi bangsa pilihan. Pemilihan ini bukan karena mutu bangsa Israel bagus, tetapi karena Do’a nabi Ibrahim. Sekiranya nabi Ibrahim tidak berdoa, bisa saja ALLAH tidak memilih bangsa Israel. Tetapi sekali lagi hal itu tergantung mutunya. ALLAH menguji mutu Bangsa Israel dengan memberi amanat berupa Kitab Zabur, tetapi Bangsa Israel menyelewengakannya. Kemudian ALLAH memberi amanat dengan memberi Kitab Taurat, tetapi Bangsa Israel tetap menyelewengkannya. Dan akhirnya ALLAH memberi bangsa Israel dengan amanat Injil, tetapi tetap saja diselewengakan. Dari situ ALLAH telah menguji bangsa Israel sebagai bangsa yang tidak pantas memikul Wahyu ALLAH. Sekarang coba kita lihat ketika ALLAH memberi wahyu kepada bangsa Arab yang merupakan saudara bangsa Israel, sampai sekarang mereka (Bangsa Arab) tetap memeliharanya. Perpindahan ke Arab sekaligus memberi nuansa yang lebih segar dari segi pembawa wahyu dan bacaan.
Sebenarnya untuk melihat asal mula kejadian diatas kita harus melihat kronologis diturunkannya Al-Qur’an. Dari beberapa riwayat menyebutkan bahwa setelah RASULULLAH SAW, menerima wahyu tentang surat Al-Qur’an Beliau langsung menghafalnya yang diikuti oleh para sahabat. RASULULLAH SAW, dan para sahabat selalu membaca kembali secara berulang-ulang tentang ayat-ayat Al-Qur’an yang sudah diturunkan tersebut dilain waktu. Beberapa riwayat juga menyebutkan bahwa selain dihafal,beberapa sahabat juga menulisnya dalam berbagai media misalnya: kulit,tulang dll.
Yang perlu diperhatikan adalah :
RASULULLAH SAW, dan sahabat selalu membaca berulang-ulang ayat-ayat Al-Qur’an yang pernah diturunkan. RASULULLAH SAW, tidak melarang para sahabat untuk menulisnya dalam berbagai media. Adapun RASULULLAH SAW, tidak memerintahkan Al-Qur’an untuk dibukukan sebenarnya adalah perintah secara tidak langsung bagi para muslimin agar menghafal Al-Qur’an. Mengapa RASULULLAH SAW, lebih senang Al-Qur’an untuk dihafal?. Jawabnya karena dengan dihafalkan, berarti Al-Qur’an akan meresap kedalam otak manusia dan akan selalu teringatkan sewaktu-waktu karena sudah terprogram (ter-instal). Dengan demikian kaum Muslimin diharapkan akan lebih terjaga dari segala godaan dan dapat menjalankan Islam dengan lebih baik. Ketika Sholat, kita selalu membaca ayat-ayat Al-Qur’an didalamnya. Hal itu sebenarnya juga sebagai bentuk pemrograman otak secara bertahap dengan menghafal ayat-ayat Al-Qur’an.
82. Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an? kalau kiranya Al Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya” (Annisa’ : 82).
Jikalau Al-Qur’an tidak terbukukan, mungkin kita akan sulit menentukan mana yang bertentangan dan mana yang tidak.
“Alif, laam, raa. Ini adalah ayat-ayat Kitab (Al Quran) yang nyata (dari Allah)” “Sesungguhnya kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya” (Yusuf : 1-2).
Sesuatu bacaan dalam bahasa Arab memang luas maknanya, bisa diartikan sesuatu yang terucapkan oleh mulut dari hafalan atau bisa berarti saat ketika kita membaca literatur pada sebuah media entah buku atau lembaran lainnya.
Kalau kita kaji lebih dalam, kemungkinan besar, kalo saja Al-Qur’an dibukukan. Hal itu akan membuat kaum muslimin malas untuk mengkajinya. Kita pasti lebih senang jika sesuatu itu sudah tertanam dalam otak kita. Kita pun pasti tahu bahwa sebagian besar bangsa Indonesia khususnya dan dunia umumnya mungkin lebih senang mendengar daripada membaca. Kurang minatnya membaca inilah yang membuat Al-Qur’an hanya disimpan di dalam Almari atau ditaruh diatas meja. Sebagai akibat Al-Qur’an tidak di hafal (di otak-kan) atau dibaca, maka dapat kita lihat begitu banyaknya umat Islam yang melakukan dosa mulai dari Korupsi, menipu, dll. Apalagi jika mendengar tafsir yang keliru tanpa mengecek lagi dalam Al-Qur’an dan tafsir shohih lainnya.
Jadi Penghafalan dan penulisan Al-Qur’an adalah perintah tersirat RASULULLAH SAW, kepada kaum Muslimin. Bahwa Islam sebagai agama pertengahan dan keseimbangan antara dunia-akhirat, antara hafalan-tulisan dan keseimbangan yang lain.
salam bro...
MAsih percaya sama tulisan Orang Medan (trit mengislamkan Yesus) bro... he he..
Yah OM bisa tulis apa saja.
Salam
Piss- SILVER MEMBERS
- Number of posts : 1888
Reputation : 1
Points : 7056
Registration date : 2011-03-29
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
M. Ali dalam bukunya
“ISLAM REVIEWED” mengenai sejarah naskah Alquran dalam
Bab 4 dengan tema, “Textual History of the Koran ( Sejarah Naskah
Alquran ) sebagai berikut :
Hampir semua orang-orang Muslim dari sejak kanak-kanak diajarkan
untuk memegang anggapan bahwa Alkitab penuh kesalahan, tidak murni
dan telah dirubah, sementara Alquran bebas dari kesalahan, tetap
dipelihara dengan sempurna sejak dari jaman Muhammad.
Tetapi melalui mempelajari sejarah naskah Alquran akan menunjukkan bahwa bukan Alkitab, tetapi Alquran yang telah dirubah
Hal ini adalah apa yang diwariskan oleh para penulis sejarah agama Islam kepada kita.
Setelah pertempuran Aqraba pada tahun 632 M, semasa dari Kalifa Abu
Bakar, banyak dari orang-orang Muslim yang mengetahui Alquran dengan
hatinya telah dibunuh. Sebagai akibatnya, Umar B. Al-Khattab menyarankan
kepada Abu Bakar suatu kebutuhan untuk menyusun Alquran dalan suatu
standard teks. Abu Bakar kemudian memerintahkan penyusunan agar dibuat
oleh Zaid Ibn Thabit dari tulisan-tulisan yang ditulis pada daun palem, batu dan
juga dari orang-orang yang hafal isi Alquran diluar kepala yang masih tersisa.
Ketika penyusunan sedang dilaksanakan, yang dijaga oleh Abu Bakar
sampai dengan kematiannya. Penerusnya, Umar, kemudian memberikan
pengawasan atas hal itu. Setelah itu, naskah Alquran yang sedang disusun
tersebut menjadi barang yang dimiliki oleh Hafsa, salah satu janda dari
Muhammad ( seorang anak perempuan dari Umar ) [ Lihat Mishkatul Massabih, ch.
3 ] . Salah Satu teman nabi juga memiliki salinan naskah Alquran yang disusun
mereka sendiri dan membuat naskah lain untuk digunakan di berbagai wilayah.
Pada saat itu ada empat wilayah yang saling bersaing, yang masing-masing
memakai teks Alquran yang berbeda-beda [ Di Kufa, salinan naskah dari Adullah Ibn
massud yang digunakan. Yang dari Ubyy Ibn Ka’b adalah milik dari orang-orang Siria. Satu
edisi oleh Migdad Ibn Amr beredar di wilayah Hims. Sementara yang dari Abu Musa Al-
Ash’ari digunakan di Basra, Irak ]
Selama pemerintahan dari Kalifa Uthman ( Kalifa Ketiga ), laporan-laporan
yang sampai kepadanya menyatakan bahwa bagian yang berbeda ada di Siria,
Armenia dan irak, orang-orang muslim disana mengahaflkan Alquran yang
berbeda dengan cara hal ini dihafalkan oleh orang-orang Muslim Arab. Uthman
segera mengirimkan salinan naskah dari milik kepunyaan Hafsa dan
memerintahkan Zaid Ibn Thabit dan tiga orang lain, Abdullah Ibn Zubair, Said Ibn
Al-As dan Abdullah Al-Rahman Ibn Harith B. Hisham untuk membuat salinan ari
teks Alquran tersebut dan melakukan koreksi jika diperlukan. Ketika salinan
sudah selesai, kita membaca bahwa Uthman melakukan tindakan yang keras
dibandingkan memperhatikan dengan cermat terhadap salinan Alquran yang lain
yang ada pada waktu itu :
“ Uthman mengirimkan kepada setiap wilayah-wilayah Muslim satu salinan
dari apa yang telah disalin dan memerintahkan bahwa semua materi lain
yang berhubungan dengan Alquran, apakah ditulis dalam salinan-salinan
yang tidak lengkap, seluruh salinan tersebut, harus dibakar. “ ( Sahih al-
Bukhari Vol. 6 hal 479 ).
Untuk menghapuskan berbagai perbedaan membaca dan kontradiksi,
semua salinan lain yang ada kemudian dibakar, tetapi edisi dari Uthman sendiri
tidak sempurna dan mengalami nasib yang sama. Ketika Marwan menjadi
Gubernur dari Medina, dia memerintahkan naskah Hafsa untuk dihancurkan.
Hanya kesimpulan yang dapat diterima seseorang dapat melakukan hal ini
selama jamannya Uthman berkuasa, yaitu banyak kontradiksi dari teks Hafsa
yang begitu nyata sehingga hal ini bisa dikatakan suatu penghancuran total
daripada suatu revisi. Sejak itu sampai sekarang, kalimat-kalimat yang
bertentangan dan ketidakakuratan sejarah timbul dalam teks Alquran.
Deedats, Jommals dan juga mereka yang dipanggiil sheiks melanjutkan
serangan mereka yang tanpa jaminan dan tanpa dasar terhadap Alkitab
sementara fakta-fakta yang mengejutkan bahwa Kalifa Uthman membakar
semua naskah yang berhubungan dengan Alquran sebagai bagian dari Hafsa,
dan juga gubernur Marwan mengikuti contoh dari Uthman menghancurkan teks
Hafsa dengan baik. Setiap orang walaupun dengan perhatian yang yang paling
sedikit atas kebenaran akan mengakui bahwa teks yang sekarang telah diterima
( Textus Receptus ) dalam Alquran yang sekarang beredar adalah sangat jauh
dari teks asli ( textus originalis ) ! Adalah bukan sesuatu yang liar apabila
terlintas bahwa ketika Muhammad masih hidup pada saat kejadian-kejadian ini,
dia akan menerima salah satu “wahyu” seperti yang biasa untuk menyokong
pembakaran-pembakaran tersebut.
Berlawanan dengan apa yang dipercaya oleh orang-orang Muslim, ada
lebih banyak perbedaan selain hanya daripada bahasa diantara teks Uthman
dan teks yang diperintahkan untuk di bakar. Dalam setiap kasus, ada perbedaanperbadaan
kata-kata yang penting diantara kedua teks tersebut dan teks Uthman
kemudian ditentukan ( dengan keinginan yang mendadak ) menjadi versi
standard yang terakhir dari Alquran.
Perbedaan-perbedaan ini adalah nyata berkenaan dengan naskah-naskah
yang berbeda-beda dan tidak hanya berhubungan dengan bahasa yang khas
atau istimewa seperti yang sering di katakana untuk menjamin. Dalam beberapa
kasus ada kata-kata dan kalimat yang ditemukan dalam naskah-naskah kuno
yang hilang jika dibandingkan dengan yag lain. Dalam contoh lain, perbedaan
yang berkenaan dengan seluruh konsonan atau kalimat yang berbeda-beda
untuk kata-kata tertentu. Tidak heran kalau kemudian kalifa Uthman
memerintakan untuk membakar semua bagian yang ada yang berbeda sebagai
pilihan yang paling baik [ Lihat Jeffery, Materials for the History of the Text of the Koran,
pp. 24-114. Penulis menemukan mengenai usaha-usaha penting untuk mengumpulkan
bukti-bukti yang murni dari berbagai sumber agama islam yang didokumentasikan dalam
buku ini ].
Bukti yang berlimpah ruah sampai hari ini, ayat-ayat itu, sesungguhnya
seluruh kutipan telah hilang dari Alquran yang beredar hari ini. Sebagai contoh,
Kalifah yang kedua, Khalif Umar, menetapkan dalam masa hidupnya bahwa
ayat-ayat tertentu yang menetapkan untuk merajam ( melempari dengan batu )
bagi mereka yang melakukan perzinahan merupakan apa yang dikatakan sendiri
oleh Nabi Muhammad sebagai bagian dari Alquran :
“ Allah mengirimkan Muhammad dan menurunkan firman kepadanya.
Bagian dari apa yang diturunkan adalah kutipan mengenai hukum rajam.
Kita membaca, mengajarkan dan memperhatikan hal tersebut. Rasul
melaksanakan hukum rajam dan kita juga melaksanakannya setelah dia.
Saya takut bahwa pada suatu saat akan datang orang-orang yang akan
berkata bahwa mereka tidak menemukan hukum rajam dalah Kitab Allah
dan dengan demikian akan tersesat dengan mengabaikan suatu
peraturan yang mana Allah telah turunkan. Sesungguhnya, peraturan
rajam dalam kitab Allah adalah suatu hukuman yang dikeluarkan kepada
pria dan wanita yang telah menikah yang melakukan perzinahan. “ ( ibn
Ishaq, Sirat Rasullah p. 684 )
Ayat mengenai hukum rajam, tidak lagi ditemukan dalam Alquran, adalah
bukti yang tidak dapat dipertentangkan bahwa Alquran yang ada sekarang
adalah tidak sama seperti Alquran yang dikatakan oleh Muhammad.
Apa yang tidak diketahui publik adalah Jihad memiliki banyak muka. Jihad
tidak hanya pembunuhan manusia secara besar-besaran untuk Islam, tetapi juga
satu cara yang sistimatis untuk menyembunyikan atas kebenaran dan
menyebarluaskan kebohongan [ Catatan Arkeologis : Untuk mendukung pernyataan M.
Ali : letak yang benar dari gunung Sinai telah ditemukan kira-kira dua dekade yang lalu
oleh seorang arkeolog Ronn Wyatt. Sinai sekarang diketahui menjadi Jebel el-Lawz yang
berada di semenanjung Arab. Adalah benar apa yang dikatakan Alkitab sejah dahulu { lihat
Galatian 4 : 25 }. Bagaimanapun, pemerintah Arab Saudi mengelilingi lokasi gunung Sinai
dengan pagar rantai dan menyembunyikan informasi yang ada, mungkin takut akan akibat
yang menghancurkan dari penemuan yang akan menyangkut pada validitas dari agama
Islam dan Alquran. Jika informasi pada lokasi tersebut dikeluarkan, hal ini akan
mendiskreditkan pernyataan agama Islam bahwa Alkitab telah dirubah. Lokasi tersebut,
benda-benda kuno yang ada disana { dan lokasi yang sama di Arabia seperti Rephidim },
dengan tepat membuktikan apa yang digambarkan dalam Alkitab mengenai pengembaraan
bangsa Israel di padang gurun. Lokasi tersebut membuktikan bahwa kebenaran Alkitab
baik dari segi keakuratan dan kebenaran. { Video dari penemuan lokasi kuno tersebut dab
banyak lagi yang lain tersedi di Wyatt Archeological Research, 713 Lamber Dr., Nashville,
TN 37220} ]. Jika tidak, bagaimana dapat orang-orang Muslim dengan berani
menyatakan ( walaupun bukti-bukti sejarah dengan jelas menyatakan
berlawanan ) bahwa Alkitab telah dirubah, sementara Alquran tetap dijaga
dengan sempurna dari sejak jaman Muhammad ?
Kalian [ Ket. : Umat Muslim] tidak dapat mengatakan kepada saya bahwa
para sarjana agama Islam yang tidak menyadari dari banyak kerusakan dalam
Alquran atau juga dari berbagai kalifah yang telah melakukan hal itu terhadap
Alquran [ M.O.A. Abdul, dalam bukunya yang berjudul Studies in Islamic Series, Vol. 3,
pp. 19-20, cetakan pertama 1971, menyatakan bahwa peristiwa ini yang memyebabkan
Kalifah Uthman untuk membakar naskah-naskah yang berhubungan dengan Alquran ].
Kita sendiri tidak dengan cara apapun merasa heran dengan apa yang Alkitab
katakan :
“ Yang berkata dusta { propaganda ] dalam kemunafikan dengan
menjadikan kebal hati nuraninya sendiri. “ ( I Timotius 4: 2 )
Kebenaran yang jelas adalah bahwa Alquran telah dirubah melalui
penyembunyian dan pembakaran, dan banyak dari kutipan-kutipan didalamnya
telah dengan sengaja dibuang dan dirubah
“ISLAM REVIEWED” mengenai sejarah naskah Alquran dalam
Bab 4 dengan tema, “Textual History of the Koran ( Sejarah Naskah
Alquran ) sebagai berikut :
Hampir semua orang-orang Muslim dari sejak kanak-kanak diajarkan
untuk memegang anggapan bahwa Alkitab penuh kesalahan, tidak murni
dan telah dirubah, sementara Alquran bebas dari kesalahan, tetap
dipelihara dengan sempurna sejak dari jaman Muhammad.
Tetapi melalui mempelajari sejarah naskah Alquran akan menunjukkan bahwa bukan Alkitab, tetapi Alquran yang telah dirubah
Hal ini adalah apa yang diwariskan oleh para penulis sejarah agama Islam kepada kita.
Setelah pertempuran Aqraba pada tahun 632 M, semasa dari Kalifa Abu
Bakar, banyak dari orang-orang Muslim yang mengetahui Alquran dengan
hatinya telah dibunuh. Sebagai akibatnya, Umar B. Al-Khattab menyarankan
kepada Abu Bakar suatu kebutuhan untuk menyusun Alquran dalan suatu
standard teks. Abu Bakar kemudian memerintahkan penyusunan agar dibuat
oleh Zaid Ibn Thabit dari tulisan-tulisan yang ditulis pada daun palem, batu dan
juga dari orang-orang yang hafal isi Alquran diluar kepala yang masih tersisa.
Ketika penyusunan sedang dilaksanakan, yang dijaga oleh Abu Bakar
sampai dengan kematiannya. Penerusnya, Umar, kemudian memberikan
pengawasan atas hal itu. Setelah itu, naskah Alquran yang sedang disusun
tersebut menjadi barang yang dimiliki oleh Hafsa, salah satu janda dari
Muhammad ( seorang anak perempuan dari Umar ) [ Lihat Mishkatul Massabih, ch.
3 ] . Salah Satu teman nabi juga memiliki salinan naskah Alquran yang disusun
mereka sendiri dan membuat naskah lain untuk digunakan di berbagai wilayah.
Pada saat itu ada empat wilayah yang saling bersaing, yang masing-masing
memakai teks Alquran yang berbeda-beda [ Di Kufa, salinan naskah dari Adullah Ibn
massud yang digunakan. Yang dari Ubyy Ibn Ka’b adalah milik dari orang-orang Siria. Satu
edisi oleh Migdad Ibn Amr beredar di wilayah Hims. Sementara yang dari Abu Musa Al-
Ash’ari digunakan di Basra, Irak ]
Selama pemerintahan dari Kalifa Uthman ( Kalifa Ketiga ), laporan-laporan
yang sampai kepadanya menyatakan bahwa bagian yang berbeda ada di Siria,
Armenia dan irak, orang-orang muslim disana mengahaflkan Alquran yang
berbeda dengan cara hal ini dihafalkan oleh orang-orang Muslim Arab. Uthman
segera mengirimkan salinan naskah dari milik kepunyaan Hafsa dan
memerintahkan Zaid Ibn Thabit dan tiga orang lain, Abdullah Ibn Zubair, Said Ibn
Al-As dan Abdullah Al-Rahman Ibn Harith B. Hisham untuk membuat salinan ari
teks Alquran tersebut dan melakukan koreksi jika diperlukan. Ketika salinan
sudah selesai, kita membaca bahwa Uthman melakukan tindakan yang keras
dibandingkan memperhatikan dengan cermat terhadap salinan Alquran yang lain
yang ada pada waktu itu :
“ Uthman mengirimkan kepada setiap wilayah-wilayah Muslim satu salinan
dari apa yang telah disalin dan memerintahkan bahwa semua materi lain
yang berhubungan dengan Alquran, apakah ditulis dalam salinan-salinan
yang tidak lengkap, seluruh salinan tersebut, harus dibakar. “ ( Sahih al-
Bukhari Vol. 6 hal 479 ).
Untuk menghapuskan berbagai perbedaan membaca dan kontradiksi,
semua salinan lain yang ada kemudian dibakar, tetapi edisi dari Uthman sendiri
tidak sempurna dan mengalami nasib yang sama. Ketika Marwan menjadi
Gubernur dari Medina, dia memerintahkan naskah Hafsa untuk dihancurkan.
Hanya kesimpulan yang dapat diterima seseorang dapat melakukan hal ini
selama jamannya Uthman berkuasa, yaitu banyak kontradiksi dari teks Hafsa
yang begitu nyata sehingga hal ini bisa dikatakan suatu penghancuran total
daripada suatu revisi. Sejak itu sampai sekarang, kalimat-kalimat yang
bertentangan dan ketidakakuratan sejarah timbul dalam teks Alquran.
Deedats, Jommals dan juga mereka yang dipanggiil sheiks melanjutkan
serangan mereka yang tanpa jaminan dan tanpa dasar terhadap Alkitab
sementara fakta-fakta yang mengejutkan bahwa Kalifa Uthman membakar
semua naskah yang berhubungan dengan Alquran sebagai bagian dari Hafsa,
dan juga gubernur Marwan mengikuti contoh dari Uthman menghancurkan teks
Hafsa dengan baik. Setiap orang walaupun dengan perhatian yang yang paling
sedikit atas kebenaran akan mengakui bahwa teks yang sekarang telah diterima
( Textus Receptus ) dalam Alquran yang sekarang beredar adalah sangat jauh
dari teks asli ( textus originalis ) ! Adalah bukan sesuatu yang liar apabila
terlintas bahwa ketika Muhammad masih hidup pada saat kejadian-kejadian ini,
dia akan menerima salah satu “wahyu” seperti yang biasa untuk menyokong
pembakaran-pembakaran tersebut.
Berlawanan dengan apa yang dipercaya oleh orang-orang Muslim, ada
lebih banyak perbedaan selain hanya daripada bahasa diantara teks Uthman
dan teks yang diperintahkan untuk di bakar. Dalam setiap kasus, ada perbedaanperbadaan
kata-kata yang penting diantara kedua teks tersebut dan teks Uthman
kemudian ditentukan ( dengan keinginan yang mendadak ) menjadi versi
standard yang terakhir dari Alquran.
Perbedaan-perbedaan ini adalah nyata berkenaan dengan naskah-naskah
yang berbeda-beda dan tidak hanya berhubungan dengan bahasa yang khas
atau istimewa seperti yang sering di katakana untuk menjamin. Dalam beberapa
kasus ada kata-kata dan kalimat yang ditemukan dalam naskah-naskah kuno
yang hilang jika dibandingkan dengan yag lain. Dalam contoh lain, perbedaan
yang berkenaan dengan seluruh konsonan atau kalimat yang berbeda-beda
untuk kata-kata tertentu. Tidak heran kalau kemudian kalifa Uthman
memerintakan untuk membakar semua bagian yang ada yang berbeda sebagai
pilihan yang paling baik [ Lihat Jeffery, Materials for the History of the Text of the Koran,
pp. 24-114. Penulis menemukan mengenai usaha-usaha penting untuk mengumpulkan
bukti-bukti yang murni dari berbagai sumber agama islam yang didokumentasikan dalam
buku ini ].
Bukti yang berlimpah ruah sampai hari ini, ayat-ayat itu, sesungguhnya
seluruh kutipan telah hilang dari Alquran yang beredar hari ini. Sebagai contoh,
Kalifah yang kedua, Khalif Umar, menetapkan dalam masa hidupnya bahwa
ayat-ayat tertentu yang menetapkan untuk merajam ( melempari dengan batu )
bagi mereka yang melakukan perzinahan merupakan apa yang dikatakan sendiri
oleh Nabi Muhammad sebagai bagian dari Alquran :
“ Allah mengirimkan Muhammad dan menurunkan firman kepadanya.
Bagian dari apa yang diturunkan adalah kutipan mengenai hukum rajam.
Kita membaca, mengajarkan dan memperhatikan hal tersebut. Rasul
melaksanakan hukum rajam dan kita juga melaksanakannya setelah dia.
Saya takut bahwa pada suatu saat akan datang orang-orang yang akan
berkata bahwa mereka tidak menemukan hukum rajam dalah Kitab Allah
dan dengan demikian akan tersesat dengan mengabaikan suatu
peraturan yang mana Allah telah turunkan. Sesungguhnya, peraturan
rajam dalam kitab Allah adalah suatu hukuman yang dikeluarkan kepada
pria dan wanita yang telah menikah yang melakukan perzinahan. “ ( ibn
Ishaq, Sirat Rasullah p. 684 )
Ayat mengenai hukum rajam, tidak lagi ditemukan dalam Alquran, adalah
bukti yang tidak dapat dipertentangkan bahwa Alquran yang ada sekarang
adalah tidak sama seperti Alquran yang dikatakan oleh Muhammad.
Apa yang tidak diketahui publik adalah Jihad memiliki banyak muka. Jihad
tidak hanya pembunuhan manusia secara besar-besaran untuk Islam, tetapi juga
satu cara yang sistimatis untuk menyembunyikan atas kebenaran dan
menyebarluaskan kebohongan [ Catatan Arkeologis : Untuk mendukung pernyataan M.
Ali : letak yang benar dari gunung Sinai telah ditemukan kira-kira dua dekade yang lalu
oleh seorang arkeolog Ronn Wyatt. Sinai sekarang diketahui menjadi Jebel el-Lawz yang
berada di semenanjung Arab. Adalah benar apa yang dikatakan Alkitab sejah dahulu { lihat
Galatian 4 : 25 }. Bagaimanapun, pemerintah Arab Saudi mengelilingi lokasi gunung Sinai
dengan pagar rantai dan menyembunyikan informasi yang ada, mungkin takut akan akibat
yang menghancurkan dari penemuan yang akan menyangkut pada validitas dari agama
Islam dan Alquran. Jika informasi pada lokasi tersebut dikeluarkan, hal ini akan
mendiskreditkan pernyataan agama Islam bahwa Alkitab telah dirubah. Lokasi tersebut,
benda-benda kuno yang ada disana { dan lokasi yang sama di Arabia seperti Rephidim },
dengan tepat membuktikan apa yang digambarkan dalam Alkitab mengenai pengembaraan
bangsa Israel di padang gurun. Lokasi tersebut membuktikan bahwa kebenaran Alkitab
baik dari segi keakuratan dan kebenaran. { Video dari penemuan lokasi kuno tersebut dab
banyak lagi yang lain tersedi di Wyatt Archeological Research, 713 Lamber Dr., Nashville,
TN 37220} ]. Jika tidak, bagaimana dapat orang-orang Muslim dengan berani
menyatakan ( walaupun bukti-bukti sejarah dengan jelas menyatakan
berlawanan ) bahwa Alkitab telah dirubah, sementara Alquran tetap dijaga
dengan sempurna dari sejak jaman Muhammad ?
Kalian [ Ket. : Umat Muslim] tidak dapat mengatakan kepada saya bahwa
para sarjana agama Islam yang tidak menyadari dari banyak kerusakan dalam
Alquran atau juga dari berbagai kalifah yang telah melakukan hal itu terhadap
Alquran [ M.O.A. Abdul, dalam bukunya yang berjudul Studies in Islamic Series, Vol. 3,
pp. 19-20, cetakan pertama 1971, menyatakan bahwa peristiwa ini yang memyebabkan
Kalifah Uthman untuk membakar naskah-naskah yang berhubungan dengan Alquran ].
Kita sendiri tidak dengan cara apapun merasa heran dengan apa yang Alkitab
katakan :
“ Yang berkata dusta { propaganda ] dalam kemunafikan dengan
menjadikan kebal hati nuraninya sendiri. “ ( I Timotius 4: 2 )
Kebenaran yang jelas adalah bahwa Alquran telah dirubah melalui
penyembunyian dan pembakaran, dan banyak dari kutipan-kutipan didalamnya
telah dengan sengaja dibuang dan dirubah
susu.tahu- BLUE MEMBERS
-
Number of posts : 308
Reputation : 0
Points : 5276
Registration date : 2011-04-11
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
KOLOR GANTUNG wrote:Ketika kita membaca dan membandingkan isi kitab suci Bible (Injil sekarang) dengan Al-Qur’an ada sesuatu yang menarik. Didalam Bible (Injil sekarang) tidak ada kata-kata “ALLAH akan menjaganya atau ALLAH telah menurunkannya” bahkan nama kitab sucinya sendiri (Injil) tidak ada didalamnya sehingga orang Barat menyebutnya dengan “Bible”. sedangkan jika kita membaca Al-Qur’an dengan jelas ada kata-kata (maksud ayat) bahwa “ALLAH telah menurunkan Addzikrah (Al-Qur’an) dan ALLAH-lah yang akan menjaganya”, misalnya dalam ayat-ayat berikut :
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Quran dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya” (al-Hijir : 9).
“Maha Suci Allah yang Telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam” (Al-Furqan : 1)
“Alif laam raa, (Inilah) suatu Kitab yang ayat-ayatNya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha tahu”
(Huud : 1).KARENA ALLAH SWT BELUM LAHIR KETIKA TAURAT DAN INJIL DI TURUNKAN....SYALOM...
“Alif laam miim raa. Ini adalah ayat-ayat Al Kitab (Al Quran). dan Kitab yang diturunkan kepadamu daripada Tuhanmu itu adalah benar: akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman (kepadanya) (Arra’d : 1).
Mungkin kita pernah berfikir, mengapa Zabur Taurat dan Injil tidak dijaga oleh ALLAH Ta’ala, sehingga ALLAH Ta’ala harus menurunkan Al-Qur’an. Sebenarnya jawabannya adalah pada Kitab yang kita pegang hari ini, baik Taurat, Injil sekarang (Bible) dan Al-Qur’an. Injil sekarang (Bible) seperti yang ada dewasa ini banyak sekali jenisnya. Selama 2000-an tahun sampai sekarang, kandungan isinya selalu berubah-ubah. Dari banyaknya Injil, yang paling dikenal adalah Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Injil yang lain antara lain : Injil Derby, Injil Scofied, Injil Masonik, King James, Yudit, Tobit dll. Dari semua Injil yang ada tak satupun yang isi kandungannya sama 100%. Selalu ada yang beda dan bertolak belakang. Bahkan dalam 4 injil (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes) pun banyak yang tidak sejalan. Dari kenyataan itu, kita sudah tahu jawabannya. Yaitu bahwa Bible (Injil sekarang) sendiri tidak terjaga kandungan isinya jika kita membacanya sekarang. Banyak ayat-ayat yang bertentangan. Tidak mungkin ALLAH membuat ayat-ayat yang saling bertentangan. Adanya ayat2 yang bertentangan membuktikan bahwa ada campur tangan manusia didalamnya.
Sedangkan Al-Qur’an selama 1400-an tahun dari saat pertama turun, kandungan isinya tidak berubah. Hal itu dikatakan oleh tokoh yang pro atau kontra terhadap Islam. Pro Kontra tentang sejarah penulisan Al-Qur’an adalah hal yang wajar. Banyak tokoh baik dari Barat atau Islam sudah mendalaminya. Tokoh Barat yang Obyektif akan mengakui keotentikan Al-Qur’an yang dari segi isi tidak mengalami perubahan. Sedangkan Tokoh Barat yang Subyektif yang benci akan Islam selalu berusaha menampilkan sejarah penulisan Al-Qur’an sesuai kemauan mereka. Hal yang tidak salah, oleh mereka (Barat Subyektif), bisa menjadi salah.
Orang yang tidak suka/ragu terhadap Islam akan selalu mengambil literature Kuno yang di hembus-hembuskan oleh kaum Kafir, yang pada jaman dahulu berusaha membuat ayat-ayat palsu untuk menghancurkan pemikiran kaum muslimin. Orang yang tidak suka terhadap Islam akan memandang bahwa dibakarnya beberapa Mushaf yang tidak sesuai dengan Mushaf Utsman sebagai bukti bahwa Al-Qur’an mengalami perubahan kandungan isinya. Padahal sejarah yang obyektif mencatat bahwa Mushaf itu dulu ada lebih dari satu, meski kandungan isinya sama tetapi mempunyai urutan surat yang beda. Itulah mengapa untuk meyeragamkan urutan surat dan mengindari perbedaan maka para ulama menyetujui dipakainya Mushaf Utsmani dan yang lain dibakar. Al-Qur’an secara isi kandungan tidak berubah, sedangkan soal tulisan atau pembacaan bisa saja mengalami perubahan/perkembangan menyesuaikan kondisi, seperti dipakainya huruf Arab bertanda baca vokal (Fatah,tanwin,kasroh dll) untuk bangsa non Arab, tetapi makna kandungan isinya tetap sama.
Jadi kita harus tahu bahwa literatur kuno itu ada dua macam. Pertama adalah asli, dan kedua adalah palsu. Dan literatur kuno baik asli atau palsu itu tentu beberapa di antaranya masih ada sampai sekarang. Meski literature yang palsu itu dihancurkan, tetap saja di lain waktu akan ada orang (yang benci Islam) membuat literature palsu yang baru. Jadi asli dan palsu itu selalu berjalan bersamaan seperti halnya kebaikan dan kejahatan yang selalu berjalan bersamaan sepanjang sejarah. Disinilah kejernihan pikiran dan hati harus digunakan. Sebenarnya ALLAH Ta’ala sudah menurunkan dalam hati kita suatu fitrah yang bisa merasakan baik buruknya suatu hal. Jadi dengan hati dan kejernihan pikiran semestinya kita bisa membedakan mana benar dan salah. ALLAH Ta’ala sudah menegaskan bahwa Al-Qur’an adalah pembeda yang haq dan bathil yang benar dan salah. Jadi kalau ada kesalahan atau kepalsuan ayat dalam Al-Qur’an tentu ketika kita membaca, hati dapat merasakan kepalsuannya.
Jadi sebenarnya jika ALLAH Ta’ala tidak menjaga Zabur,Taurat dan Injil hal itu karena mutu dari kaum yang menerimanya tidak dapat dipercaya. ALLAH Ta’ala selalu menguji semua hambanya. Dulu ALLAH pernah memilih bangsa Israel menjadi bangsa pilihan. Pemilihan ini bukan karena mutu bangsa Israel bagus, tetapi karena Do’a nabi Ibrahim. Sekiranya nabi Ibrahim tidak berdoa, bisa saja ALLAH tidak memilih bangsa Israel. Tetapi sekali lagi hal itu tergantung mutunya. ALLAH menguji mutu Bangsa Israel dengan memberi amanat berupa Kitab Zabur, tetapi Bangsa Israel menyelewengakannya. Kemudian ALLAH memberi amanat dengan memberi Kitab Taurat, tetapi Bangsa Israel tetap menyelewengkannya. Dan akhirnya ALLAH memberi bangsa Israel dengan amanat Injil, tetapi tetap saja diselewengakan. Dari situ ALLAH telah menguji bangsa Israel sebagai bangsa yang tidak pantas memikul Wahyu ALLAH. Sekarang coba kita lihat ketika ALLAH memberi wahyu kepada bangsa Arab yang merupakan saudara bangsa Israel, sampai sekarang mereka (Bangsa Arab) tetap memeliharanya. Perpindahan ke Arab sekaligus memberi nuansa yang lebih segar dari segi pembawa wahyu dan bacaan.
Sebenarnya untuk melihat asal mula kejadian diatas kita harus melihat kronologis diturunkannya Al-Qur’an. Dari beberapa riwayat menyebutkan bahwa setelah RASULULLAH SAW, menerima wahyu tentang surat Al-Qur’an Beliau langsung menghafalnya yang diikuti oleh para sahabat. RASULULLAH SAW, dan para sahabat selalu membaca kembali secara berulang-ulang tentang ayat-ayat Al-Qur’an yang sudah diturunkan tersebut dilain waktu. Beberapa riwayat juga menyebutkan bahwa selain dihafal,beberapa sahabat juga menulisnya dalam berbagai media misalnya: kulit,tulang dll.
Yang perlu diperhatikan adalah :
RASULULLAH SAW, dan sahabat selalu membaca berulang-ulang ayat-ayat Al-Qur’an yang pernah diturunkan. RASULULLAH SAW, tidak melarang para sahabat untuk menulisnya dalam berbagai media. Adapun RASULULLAH SAW, tidak memerintahkan Al-Qur’an untuk dibukukan sebenarnya adalah perintah secara tidak langsung bagi para muslimin agar menghafal Al-Qur’an. Mengapa RASULULLAH SAW, lebih senang Al-Qur’an untuk dihafal?. Jawabnya karena dengan dihafalkan, berarti Al-Qur’an akan meresap kedalam otak manusia dan akan selalu teringatkan sewaktu-waktu karena sudah terprogram (ter-instal). Dengan demikian kaum Muslimin diharapkan akan lebih terjaga dari segala godaan dan dapat menjalankan Islam dengan lebih baik. Ketika Sholat, kita selalu membaca ayat-ayat Al-Qur’an didalamnya. Hal itu sebenarnya juga sebagai bentuk pemrograman otak secara bertahap dengan menghafal ayat-ayat Al-Qur’an.
82. Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an? kalau kiranya Al Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya” (Annisa’ : 82).
Jikalau Al-Qur’an tidak terbukukan, mungkin kita akan sulit menentukan mana yang bertentangan dan mana yang tidak.
“Alif, laam, raa. Ini adalah ayat-ayat Kitab (Al Quran) yang nyata (dari Allah)” “Sesungguhnya kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya” (Yusuf : 1-2).
Sesuatu bacaan dalam bahasa Arab memang luas maknanya, bisa diartikan sesuatu yang terucapkan oleh mulut dari hafalan atau bisa berarti saat ketika kita membaca literatur pada sebuah media entah buku atau lembaran lainnya.
Kalau kita kaji lebih dalam, kemungkinan besar, kalo saja Al-Qur’an dibukukan. Hal itu akan membuat kaum muslimin malas untuk mengkajinya. Kita pasti lebih senang jika sesuatu itu sudah tertanam dalam otak kita. Kita pun pasti tahu bahwa sebagian besar bangsa Indonesia khususnya dan dunia umumnya mungkin lebih senang mendengar daripada membaca. Kurang minatnya membaca inilah yang membuat Al-Qur’an hanya disimpan di dalam Almari atau ditaruh diatas meja. Sebagai akibat Al-Qur’an tidak di hafal (di otak-kan) atau dibaca, maka dapat kita lihat begitu banyaknya umat Islam yang melakukan dosa mulai dari Korupsi, menipu, dll. Apalagi jika mendengar tafsir yang keliru tanpa mengecek lagi dalam Al-Qur’an dan tafsir shohih lainnya.
Jadi Penghafalan dan penulisan Al-Qur’an adalah perintah tersirat RASULULLAH SAW, kepada kaum Muslimin. Bahwa Islam sebagai agama pertengahan dan keseimbangan antara dunia-akhirat, antara hafalan-tulisan dan keseimbangan yang lain.
Bandot tua- BLUE MEMBERS
- Number of posts : 219
Reputation : 1
Points : 5292
Registration date : 2011-01-19
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
Bandot tua wrote:KOLOR GANTUNG wrote:Ketika kita membaca dan membandingkan isi kitab suci Bible (Injil sekarang) dengan Al-Qur’an ada sesuatu yang menarik. Didalam Bible (Injil sekarang) tidak ada kata-kata “ALLAH akan menjaganya atau ALLAH telah menurunkannya” bahkan nama kitab sucinya sendiri (Injil) tidak ada didalamnya sehingga orang Barat menyebutnya dengan “Bible”. sedangkan jika kita membaca Al-Qur’an dengan jelas ada kata-kata (maksud ayat) bahwa “ALLAH telah menurunkan Addzikrah (Al-Qur’an) dan ALLAH-lah yang akan menjaganya”, misalnya dalam ayat-ayat berikut :
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Quran dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya” (al-Hijir : 9).
“Maha Suci Allah yang Telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam” (Al-Furqan : 1)
“Alif laam raa, (Inilah) suatu Kitab yang ayat-ayatNya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha tahu”
(Huud : 1). KARENA ALLAH SWT BELUM LAHIR KETIKA TAURAT DAN INJIL DI TURUNKAN....SYALOM...ATAU BELIAU MASIH KULIAH DI AL AZAR.MESIR........
“Alif laam miim raa. Ini adalah ayat-ayat Al Kitab (Al Quran). dan Kitab yang diturunkan kepadamu daripada Tuhanmu itu adalah benar: akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman (kepadanya) (Arra’d : 1).
Mungkin kita pernah berfikir, mengapa Zabur Taurat dan Injil tidak dijaga oleh ALLAH Ta’ala, sehingga ALLAH Ta’ala harus menurunkan Al-Qur’an. Sebenarnya jawabannya adalah pada Kitab yang kita pegang hari ini, baik Taurat, Injil sekarang (Bible) dan Al-Qur’an. Injil sekarang (Bible) seperti yang ada dewasa ini banyak sekali jenisnya. Selama 2000-an tahun sampai sekarang, kandungan isinya selalu berubah-ubah. Dari banyaknya Injil, yang paling dikenal adalah Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Injil yang lain antara lain : Injil Derby, Injil Scofied, Injil Masonik, King James, Yudit, Tobit dll. Dari semua Injil yang ada tak satupun yang isi kandungannya sama 100%. Selalu ada yang beda dan bertolak belakang. Bahkan dalam 4 injil (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes) pun banyak yang tidak sejalan. Dari kenyataan itu, kita sudah tahu jawabannya. Yaitu bahwa Bible (Injil sekarang) sendiri tidak terjaga kandungan isinya jika kita membacanya sekarang. Banyak ayat-ayat yang bertentangan. Tidak mungkin ALLAH membuat ayat-ayat yang saling bertentangan. Adanya ayat2 yang bertentangan membuktikan bahwa ada campur tangan manusia didalamnya.
Sedangkan Al-Qur’an selama 1400-an tahun dari saat pertama turun, kandungan isinya tidak berubah. Hal itu dikatakan oleh tokoh yang pro atau kontra terhadap Islam. Pro Kontra tentang sejarah penulisan Al-Qur’an adalah hal yang wajar. Banyak tokoh baik dari Barat atau Islam sudah mendalaminya. Tokoh Barat yang Obyektif akan mengakui keotentikan Al-Qur’an yang dari segi isi tidak mengalami perubahan. Sedangkan Tokoh Barat yang Subyektif yang benci akan Islam selalu berusaha menampilkan sejarah penulisan Al-Qur’an sesuai kemauan mereka. Hal yang tidak salah, oleh mereka (Barat Subyektif), bisa menjadi salah.
Orang yang tidak suka/ragu terhadap Islam akan selalu mengambil literature Kuno yang di hembus-hembuskan oleh kaum Kafir, yang pada jaman dahulu berusaha membuat ayat-ayat palsu untuk menghancurkan pemikiran kaum muslimin. Orang yang tidak suka terhadap Islam akan memandang bahwa dibakarnya beberapa Mushaf yang tidak sesuai dengan Mushaf Utsman sebagai bukti bahwa Al-Qur’an mengalami perubahan kandungan isinya. Padahal sejarah yang obyektif mencatat bahwa Mushaf itu dulu ada lebih dari satu, meski kandungan isinya sama tetapi mempunyai urutan surat yang beda. Itulah mengapa untuk meyeragamkan urutan surat dan mengindari perbedaan maka para ulama menyetujui dipakainya Mushaf Utsmani dan yang lain dibakar. Al-Qur’an secara isi kandungan tidak berubah, sedangkan soal tulisan atau pembacaan bisa saja mengalami perubahan/perkembangan menyesuaikan kondisi, seperti dipakainya huruf Arab bertanda baca vokal (Fatah,tanwin,kasroh dll) untuk bangsa non Arab, tetapi makna kandungan isinya tetap sama.
Jadi kita harus tahu bahwa literatur kuno itu ada dua macam. Pertama adalah asli, dan kedua adalah palsu. Dan literatur kuno baik asli atau palsu itu tentu beberapa di antaranya masih ada sampai sekarang. Meski literature yang palsu itu dihancurkan, tetap saja di lain waktu akan ada orang (yang benci Islam) membuat literature palsu yang baru. Jadi asli dan palsu itu selalu berjalan bersamaan seperti halnya kebaikan dan kejahatan yang selalu berjalan bersamaan sepanjang sejarah. Disinilah kejernihan pikiran dan hati harus digunakan. Sebenarnya ALLAH Ta’ala sudah menurunkan dalam hati kita suatu fitrah yang bisa merasakan baik buruknya suatu hal. Jadi dengan hati dan kejernihan pikiran semestinya kita bisa membedakan mana benar dan salah. ALLAH Ta’ala sudah menegaskan bahwa Al-Qur’an adalah pembeda yang haq dan bathil yang benar dan salah. Jadi kalau ada kesalahan atau kepalsuan ayat dalam Al-Qur’an tentu ketika kita membaca, hati dapat merasakan kepalsuannya.
Jadi sebenarnya jika ALLAH Ta’ala tidak menjaga Zabur,Taurat dan Injil hal itu karena mutu dari kaum yang menerimanya tidak dapat dipercaya. ALLAH Ta’ala selalu menguji semua hambanya. Dulu ALLAH pernah memilih bangsa Israel menjadi bangsa pilihan. Pemilihan ini bukan karena mutu bangsa Israel bagus, tetapi karena Do’a nabi Ibrahim. Sekiranya nabi Ibrahim tidak berdoa, bisa saja ALLAH tidak memilih bangsa Israel. Tetapi sekali lagi hal itu tergantung mutunya. ALLAH menguji mutu Bangsa Israel dengan memberi amanat berupa Kitab Zabur, tetapi Bangsa Israel menyelewengakannya. Kemudian ALLAH memberi amanat dengan memberi Kitab Taurat, tetapi Bangsa Israel tetap menyelewengkannya. Dan akhirnya ALLAH memberi bangsa Israel dengan amanat Injil, tetapi tetap saja diselewengakan. Dari situ ALLAH telah menguji bangsa Israel sebagai bangsa yang tidak pantas memikul Wahyu ALLAH. Sekarang coba kita lihat ketika ALLAH memberi wahyu kepada bangsa Arab yang merupakan saudara bangsa Israel, sampai sekarang mereka (Bangsa Arab) tetap memeliharanya. Perpindahan ke Arab sekaligus memberi nuansa yang lebih segar dari segi pembawa wahyu dan bacaan.
Sebenarnya untuk melihat asal mula kejadian diatas kita harus melihat kronologis diturunkannya Al-Qur’an. Dari beberapa riwayat menyebutkan bahwa setelah RASULULLAH SAW, menerima wahyu tentang surat Al-Qur’an Beliau langsung menghafalnya yang diikuti oleh para sahabat. RASULULLAH SAW, dan para sahabat selalu membaca kembali secara berulang-ulang tentang ayat-ayat Al-Qur’an yang sudah diturunkan tersebut dilain waktu. Beberapa riwayat juga menyebutkan bahwa selain dihafal,beberapa sahabat juga menulisnya dalam berbagai media misalnya: kulit,tulang dll.
Yang perlu diperhatikan adalah :
RASULULLAH SAW, dan sahabat selalu membaca berulang-ulang ayat-ayat Al-Qur’an yang pernah diturunkan. RASULULLAH SAW, tidak melarang para sahabat untuk menulisnya dalam berbagai media. Adapun RASULULLAH SAW, tidak memerintahkan Al-Qur’an untuk dibukukan sebenarnya adalah perintah secara tidak langsung bagi para muslimin agar menghafal Al-Qur’an. Mengapa RASULULLAH SAW, lebih senang Al-Qur’an untuk dihafal?. Jawabnya karena dengan dihafalkan, berarti Al-Qur’an akan meresap kedalam otak manusia dan akan selalu teringatkan sewaktu-waktu karena sudah terprogram (ter-instal). Dengan demikian kaum Muslimin diharapkan akan lebih terjaga dari segala godaan dan dapat menjalankan Islam dengan lebih baik. Ketika Sholat, kita selalu membaca ayat-ayat Al-Qur’an didalamnya. Hal itu sebenarnya juga sebagai bentuk pemrograman otak secara bertahap dengan menghafal ayat-ayat Al-Qur’an.
82. Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an? kalau kiranya Al Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya” (Annisa’ : 82).
Jikalau Al-Qur’an tidak terbukukan, mungkin kita akan sulit menentukan mana yang bertentangan dan mana yang tidak.
“Alif, laam, raa. Ini adalah ayat-ayat Kitab (Al Quran) yang nyata (dari Allah)” “Sesungguhnya kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya” (Yusuf : 1-2).
Sesuatu bacaan dalam bahasa Arab memang luas maknanya, bisa diartikan sesuatu yang terucapkan oleh mulut dari hafalan atau bisa berarti saat ketika kita membaca literatur pada sebuah media entah buku atau lembaran lainnya.
Kalau kita kaji lebih dalam, kemungkinan besar, kalo saja Al-Qur’an dibukukan. Hal itu akan membuat kaum muslimin malas untuk mengkajinya. Kita pasti lebih senang jika sesuatu itu sudah tertanam dalam otak kita. Kita pun pasti tahu bahwa sebagian besar bangsa Indonesia khususnya dan dunia umumnya mungkin lebih senang mendengar daripada membaca. Kurang minatnya membaca inilah yang membuat Al-Qur’an hanya disimpan di dalam Almari atau ditaruh diatas meja. Sebagai akibat Al-Qur’an tidak di hafal (di otak-kan) atau dibaca, maka dapat kita lihat begitu banyaknya umat Islam yang melakukan dosa mulai dari Korupsi, menipu, dll. Apalagi jika mendengar tafsir yang keliru tanpa mengecek lagi dalam Al-Qur’an dan tafsir shohih lainnya.
Jadi Penghafalan dan penulisan Al-Qur’an adalah perintah tersirat RASULULLAH SAW, kepada kaum Muslimin. Bahwa Islam sebagai agama pertengahan dan keseimbangan antara dunia-akhirat, antara hafalan-tulisan dan keseimbangan yang lain.
Last edited by Bandot tua on Thu 21 Apr 2011, 3:31 pm; edited 2 times in total (Reason for editing : KARENA ALLAH SWT BELUM LAHIR KETIKA TAURAT DAN INJIL DI TURUNKAN..KARENA ALLAH SWT BELUM LAHIR KETIKA TAURAT DAN INJIL DI TURUNKAN..)
Bandot tua- BLUE MEMBERS
- Number of posts : 219
Reputation : 1
Points : 5292
Registration date : 2011-01-19
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
susu.tahu wrote:M. Ali dalam bukunya
“ISLAM REVIEWED” mengenai sejarah naskah Alquran dalam
Bab 4 dengan tema, “Textual History of the Koran ( Sejarah Naskah
Alquran ) sebagai berikut :
Hampir semua orang-orang Muslim dari sejak kanak-kanak diajarkan
untuk memegang anggapan bahwa Alkitab penuh kesalahan, tidak murni
dan telah dirubah, sementara Alquran bebas dari kesalahan, tetap
dipelihara dengan sempurna sejak dari jaman Muhammad.
Tetapi melalui mempelajari sejarah naskah Alquran akan menunjukkan bahwa bukan Alkitab, tetapi Alquran yang telah dirubah
Hal ini adalah apa yang diwariskan oleh para penulis sejarah agama Islam kepada kita.
Setelah pertempuran Aqraba pada tahun 632 M, semasa dari Kalifa Abu
Bakar, banyak dari orang-orang Muslim yang mengetahui Alquran dengan
hatinya telah dibunuh. Sebagai akibatnya, Umar B. Al-Khattab menyarankan
kepada Abu Bakar suatu kebutuhan untuk menyusun Alquran dalan suatu
standard teks. Abu Bakar kemudian memerintahkan penyusunan agar dibuat
oleh Zaid Ibn Thabit dari tulisan-tulisan yang ditulis pada daun palem, batu dan
juga dari orang-orang yang hafal isi Alquran diluar kepala yang masih tersisa.
Ketika penyusunan sedang dilaksanakan, yang dijaga oleh Abu Bakar
sampai dengan kematiannya. Penerusnya, Umar, kemudian memberikan
pengawasan atas hal itu. Setelah itu, naskah Alquran yang sedang disusun
tersebut menjadi barang yang dimiliki oleh Hafsa, salah satu janda dari
Muhammad ( seorang anak perempuan dari Umar ) [ Lihat Mishkatul Massabih, ch.
3 ] . Salah Satu teman nabi juga memiliki salinan naskah Alquran yang disusun
mereka sendiri dan membuat naskah lain untuk digunakan di berbagai wilayah.
Pada saat itu ada empat wilayah yang saling bersaing, yang masing-masing
memakai teks Alquran yang berbeda-beda [ Di Kufa, salinan naskah dari Adullah Ibn
massud yang digunakan. Yang dari Ubyy Ibn Ka’b adalah milik dari orang-orang Siria. Satu
edisi oleh Migdad Ibn Amr beredar di wilayah Hims. Sementara yang dari Abu Musa Al-
Ash’ari digunakan di Basra, Irak ]
Selama pemerintahan dari Kalifa Uthman ( Kalifa Ketiga ), laporan-laporan
yang sampai kepadanya menyatakan bahwa bagian yang berbeda ada di Siria,
Armenia dan irak, orang-orang muslim disana mengahaflkan Alquran yang
berbeda dengan cara hal ini dihafalkan oleh orang-orang Muslim Arab. Uthman
segera mengirimkan salinan naskah dari milik kepunyaan Hafsa dan
memerintahkan Zaid Ibn Thabit dan tiga orang lain, Abdullah Ibn Zubair, Said Ibn
Al-As dan Abdullah Al-Rahman Ibn Harith B. Hisham untuk membuat salinan ari
teks Alquran tersebut dan melakukan koreksi jika diperlukan. Ketika salinan
sudah selesai, kita membaca bahwa Uthman melakukan tindakan yang keras
dibandingkan memperhatikan dengan cermat terhadap salinan Alquran yang lain
yang ada pada waktu itu :
“ Uthman mengirimkan kepada setiap wilayah-wilayah Muslim satu salinan
dari apa yang telah disalin dan memerintahkan bahwa semua materi lain
yang berhubungan dengan Alquran, apakah ditulis dalam salinan-salinan
yang tidak lengkap, seluruh salinan tersebut, harus dibakar. “ ( Sahih al-
Bukhari Vol. 6 hal 479 ).
Untuk menghapuskan berbagai perbedaan membaca dan kontradiksi,
semua salinan lain yang ada kemudian dibakar, tetapi edisi dari Uthman sendiri
tidak sempurna dan mengalami nasib yang sama. Ketika Marwan menjadi
Gubernur dari Medina, dia memerintahkan naskah Hafsa untuk dihancurkan.
Hanya kesimpulan yang dapat diterima seseorang dapat melakukan hal ini
selama jamannya Uthman berkuasa, yaitu banyak kontradiksi dari teks Hafsa
yang begitu nyata sehingga hal ini bisa dikatakan suatu penghancuran total
daripada suatu revisi. Sejak itu sampai sekarang, kalimat-kalimat yang
bertentangan dan ketidakakuratan sejarah timbul dalam teks Alquran.
Deedats, Jommals dan juga mereka yang dipanggiil sheiks melanjutkan
serangan mereka yang tanpa jaminan dan tanpa dasar terhadap Alkitab
sementara fakta-fakta yang mengejutkan bahwa Kalifa Uthman membakar
semua naskah yang berhubungan dengan Alquran sebagai bagian dari Hafsa,
dan juga gubernur Marwan mengikuti contoh dari Uthman menghancurkan teks
Hafsa dengan baik. Setiap orang walaupun dengan perhatian yang yang paling
sedikit atas kebenaran akan mengakui bahwa teks yang sekarang telah diterima
( Textus Receptus ) dalam Alquran yang sekarang beredar adalah sangat jauh
dari teks asli ( textus originalis ) ! Adalah bukan sesuatu yang liar apabila
terlintas bahwa ketika Muhammad masih hidup pada saat kejadian-kejadian ini,
dia akan menerima salah satu “wahyu” seperti yang biasa untuk menyokong
pembakaran-pembakaran tersebut.
Berlawanan dengan apa yang dipercaya oleh orang-orang Muslim, ada
lebih banyak perbedaan selain hanya daripada bahasa diantara teks Uthman
dan teks yang diperintahkan untuk di bakar. Dalam setiap kasus, ada perbedaanperbadaan
kata-kata yang penting diantara kedua teks tersebut dan teks Uthman
kemudian ditentukan ( dengan keinginan yang mendadak ) menjadi versi
standard yang terakhir dari Alquran.
Perbedaan-perbedaan ini adalah nyata berkenaan dengan naskah-naskah
yang berbeda-beda dan tidak hanya berhubungan dengan bahasa yang khas
atau istimewa seperti yang sering di katakana untuk menjamin. Dalam beberapa
kasus ada kata-kata dan kalimat yang ditemukan dalam naskah-naskah kuno
yang hilang jika dibandingkan dengan yag lain. Dalam contoh lain, perbedaan
yang berkenaan dengan seluruh konsonan atau kalimat yang berbeda-beda
untuk kata-kata tertentu. Tidak heran kalau kemudian kalifa Uthman
memerintakan untuk membakar semua bagian yang ada yang berbeda sebagai
pilihan yang paling baik [ Lihat Jeffery, Materials for the History of the Text of the Koran,
pp. 24-114. Penulis menemukan mengenai usaha-usaha penting untuk mengumpulkan
bukti-bukti yang murni dari berbagai sumber agama islam yang didokumentasikan dalam
buku ini ].
Bukti yang berlimpah ruah sampai hari ini, ayat-ayat itu, sesungguhnya
seluruh kutipan telah hilang dari Alquran yang beredar hari ini. Sebagai contoh,
Kalifah yang kedua, Khalif Umar, menetapkan dalam masa hidupnya bahwa
ayat-ayat tertentu yang menetapkan untuk merajam ( melempari dengan batu )
bagi mereka yang melakukan perzinahan merupakan apa yang dikatakan sendiri
oleh Nabi Muhammad sebagai bagian dari Alquran :
“ Allah mengirimkan Muhammad dan menurunkan firman kepadanya.
Bagian dari apa yang diturunkan adalah kutipan mengenai hukum rajam.
Kita membaca, mengajarkan dan memperhatikan hal tersebut. Rasul
melaksanakan hukum rajam dan kita juga melaksanakannya setelah dia.
Saya takut bahwa pada suatu saat akan datang orang-orang yang akan
berkata bahwa mereka tidak menemukan hukum rajam dalah Kitab Allah
dan dengan demikian akan tersesat dengan mengabaikan suatu
peraturan yang mana Allah telah turunkan. Sesungguhnya, peraturan
rajam dalam kitab Allah adalah suatu hukuman yang dikeluarkan kepada
pria dan wanita yang telah menikah yang melakukan perzinahan. “ ( ibn
Ishaq, Sirat Rasullah p. 684 )
Ayat mengenai hukum rajam, tidak lagi ditemukan dalam Alquran, adalah
bukti yang tidak dapat dipertentangkan bahwa Alquran yang ada sekarang
adalah tidak sama seperti Alquran yang dikatakan oleh Muhammad.
Apa yang tidak diketahui publik adalah Jihad memiliki banyak muka. Jihad
tidak hanya pembunuhan manusia secara besar-besaran untuk Islam, tetapi juga
satu cara yang sistimatis untuk menyembunyikan atas kebenaran dan
menyebarluaskan kebohongan [ Catatan Arkeologis : Untuk mendukung pernyataan M.
Ali : letak yang benar dari gunung Sinai telah ditemukan kira-kira dua dekade yang lalu
oleh seorang arkeolog Ronn Wyatt. Sinai sekarang diketahui menjadi Jebel el-Lawz yang
berada di semenanjung Arab. Adalah benar apa yang dikatakan Alkitab sejah dahulu { lihat
Galatian 4 : 25 }. Bagaimanapun, pemerintah Arab Saudi mengelilingi lokasi gunung Sinai
dengan pagar rantai dan menyembunyikan informasi yang ada, mungkin takut akan akibat
yang menghancurkan dari penemuan yang akan menyangkut pada validitas dari agama
Islam dan Alquran. Jika informasi pada lokasi tersebut dikeluarkan, hal ini akan
mendiskreditkan pernyataan agama Islam bahwa Alkitab telah dirubah. Lokasi tersebut,
benda-benda kuno yang ada disana { dan lokasi yang sama di Arabia seperti Rephidim },
dengan tepat membuktikan apa yang digambarkan dalam Alkitab mengenai pengembaraan
bangsa Israel di padang gurun. Lokasi tersebut membuktikan bahwa kebenaran Alkitab
baik dari segi keakuratan dan kebenaran. { Video dari penemuan lokasi kuno tersebut dab
banyak lagi yang lain tersedi di Wyatt Archeological Research, 713 Lamber Dr., Nashville,
TN 37220} ]. Jika tidak, bagaimana dapat orang-orang Muslim dengan berani
menyatakan ( walaupun bukti-bukti sejarah dengan jelas menyatakan
berlawanan ) bahwa Alkitab telah dirubah, sementara Alquran tetap dijaga
dengan sempurna dari sejak jaman Muhammad ?
Kalian [ Ket. : Umat Muslim] tidak dapat mengatakan kepada saya bahwa
para sarjana agama Islam yang tidak menyadari dari banyak kerusakan dalam
Alquran atau juga dari berbagai kalifah yang telah melakukan hal itu terhadap
Alquran [ M.O.A. Abdul, dalam bukunya yang berjudul Studies in Islamic Series, Vol. 3,
pp. 19-20, cetakan pertama 1971, menyatakan bahwa peristiwa ini yang memyebabkan
Kalifah Uthman untuk membakar naskah-naskah yang berhubungan dengan Alquran ].
Kita sendiri tidak dengan cara apapun merasa heran dengan apa yang Alkitab
katakan :
“ Yang berkata dusta { propaganda ] dalam kemunafikan dengan
menjadikan kebal hati nuraninya sendiri. “ ( I Timotius 4: 2 )
Kebenaran yang jelas adalah bahwa Alquran telah dirubah melalui
penyembunyian dan pembakaran, dan banyak dari kutipan-kutipan didalamnya
telah dengan sengaja dibuang dan dirubah
Sejarah Pembukuan Al-Qur’an
i. Masa Rasulullah
Pada masa Rasulullah ayat Al-Qur’an yang turun dihafal oleh beliau “Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (didadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya” (QS Al-Qiyamah [75] : 17-18). Oleh karena itu beliau merupakan hafidz (penghafal) Al-Qur’an yang pertama dan maha guru pemberi contoh panutan paling baik bagi para sahabat dalam menghafalnya. Dalam sahih Bukhary dalam tiga riwayat disebutkan ada tujuh hafidz dari kalangan sahabat yang hafal Al-Qur’an, yaitu :
1. Abdullah bin Mas’ud
2. Salim Bin Ma’qal maula Abu Huzaifah.
3. Mu’az Bin Jabal.
4. Ubay Bin Ka’ab.
5. Zaid Bin Tsabit.
6. Abu Zaid Bin Sakan.
7. Abu Darda’.
Ke-tujuh penghafal Al-Qur’an diatas adalah para sahabat yang hafal Al-Qur’an diluar kepala yang menunjukkan hafalannya dihadapan Nabi dan sanadnya sampai kepada kita melalui riwayat Bukhary. Sedangkan kenyataannya setelah Rasulullah wafat, jumlah penghafal (hafidz) Al-Qur’an dikalangan sahabat terus bertambah. Untuk melukiskan hal itu dapat diketahui dari keterangan Al-Qurtubi : “Telah terbunuh tujuh puluh orang qari’ pada perang Yamamah; dan terbunuh pula pada masa Nabi sejumlah itu dalam peristiwa pembunuhan di sumur Maa’unah”.
Rasulullah telah mengangkat beberapa penulis Al-Qur’an dari sahabat-sahabat terkemuka, seperti : Ali Bin Abi Thalib, Mu’awiyah Bin Abi Sufyan, Ubay Bin Ka’ab dan Zaid Bin Tsabit. Bila ayat Al-Qur’an turun beliau memerintahkan mereka menuliskannya dan menunjukkan tempat ayat tersebut didalam surat, sehingga penulisan pada lembaran itu membantu penghafalan didalam hati (diluar kepala). Disamping itu sebagian sahabat menuliskan ayat Al-Qur’an yang turun itu dengan kemauan sendiri tanpa diperintah oleh Nabi. Mereka menuliskan ayat Al-Qur’an pada pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit binatang atau kulit kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang. Dalam Al Mustadrak, Hakim meriwayatkan bahwa Zaid Bin Tsabit berkata : “kami menuliskan ayat-ayat Al-Qur’an pada kulit binatang” (sanad sahih menurut syarat Bukhary dan Muslim).
Pada masa Rasulullah Al-Qur’an belum dikumpulkan dalam satu mushaf, karena pada masa kenabian wahyu masih turun dan Rasulullah masih selalu menanti turunnya ayat Al-Qur’an, disamping itu terkadang pula terdapat ayat yang nasikh (dihapus). Susunan atau tertib penulisan Al-Qur’an itu tidak menurut tertib nuzulnya, tetapi setiap ayat turun dituliskan ditempat penulisan sesuai dengan petunjuk Nabi, yaitu beliau menjelaskan bahwa ayat anu harus diletakkan dalam surah anu. Al-Khattabi berkata : “Rasulullah tidak mengumpulkan Al-Qur’an dalam satu mushaf karena beliau senantiasa menunggu ayat nasikh terhadap sebagian hukum-hukum atau bacaannya”.
ii. Masa Khalifah Abu Bakar Shidiq ra.
Setelah Rasulullah wafat, Abu Bakar terpilih sebagai khalifah. Saat itu hampir seluruh kabilah-kabilah Arab kembali murtad dan sebagian membangkang menolak membayar zakat, karena mereka mengira kekuatan Islam sudah pudar setelah meninggalnya Rasulullah. Untuk mengatasi kemurtadan dan pembangkangan khabilah-khabilah Arab itu Khalifah Abu Bakar mengirimkan pasukan untuk menundukkan mereka dan menyeru kembali kepada Islam yang dikenal sebagai “perang ridah”.
Disamping itu di daerah Yamamah –Arab Selatan- muncul Musailamah Al-Khazab –sang pendusta- yang mengaku sebagai nabi. Khalifah Abu Bakar memeranginya yang dikenal sebagai “perang Yamamah”. Pada berbagai peperangan-peperangan tersebut banyak qari dan pengahafal Al-Qur’an dari kalangan sahabat nabi yang gugur. Umar Bin Khattab yang merupakan penasehat utama Khalifah Abu Bakar merasa khawatir Al-Qur’an akan punah bersama banyaknya qari yang gugur tersebut. Umar Bin Khattab mengusulkan agar Al-Qur’an dikumpulkan dalam satu mushaf.
Mula-mula Khalifah Abu Bakar menolak usulan itu dengan alasan hal itu tidak dilakukan oleh Rasulullah dan hal itu tidak diperintahkan oleh Rasulullah. Tetapi Umar terus membujuk Khalifah Abu Bakar tentang perlunya pembukuan Al-Qur’an dalam satu mushaf, sehingga Allah membukakan hati Abu Bakar untuk menerima usulan umar tersebut. Khalifah Abu Bakar kemudian memanggil Zaid Bin Tsabit dan memerintahkannya untuk mengumpulkan Al-Qur’an dalam satu mushaf.
Zaid Bin Tsabit berkata : “Mengapa anda berdua ingin melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah ?” Abu Bakar menjawab : “Demi Allah, itu baik”, Abu Bakar terus membujukku sehingga Allah membukakan hatiku”.
Maka Zaid Bin Tsabit mulai bekerja mengumpulkan tulisan manuskrip Al-Qur’an dengan sangat teliti dan hati-hati. Zaid Bin Tsabit meneliti hafalan pemilik catatan Al-Qur’an dan mensyaratkan harus ada 2 orang saksi yang menyaksikan bahwa tulisan manuskrip Al-Qur’an itu ditulis dihadapan Rasulullah, padahal Zaid Bin Tsabit sendiri sudah hafal seluruh Al-Qur’an diluar kepala. Dengan kerja keras, teliti dan hati-hati akhirnya seluruh Al-Qur’an berhasil dikumpulkan dalam satu mushaf dengan “tujuh huruf”.
Setelah Abu Bakar wafat, Mushaf tersebut disimpan oleh Khalifah penggantinya yaitu Umar Bin Khattab. Setelah Khalifah Umar meninggal, Mushaf tersebut disimpan oleh Hafsah Binti Umar.
C. Masa Khalifah Usman Bin Affan ra.
Pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar dan Umar kaum muslimin telah melakukan penaklukan ke negeri-negeri diluar jazirah Arab seperti, Syam, Iraq, Persia dan Mesir. Pada masa Khalifah Usman penaklukan masih terus berlangsung.
Ketika terjadi perang penaklukan Armenia dan Azerbaijan, diantara mujahidin yang ikut menyerbu itu adalah sahabat nabi Huzaifah Bin Al-Yaman. Beliau melihat banyak perbedaan diantara pasukan kaum muslimin dalam cara-cara membaca Al-Qur’an. Sebagian bacaan itu bercampur dengan kesalahan, tetapi masing-masing mempertahankan dan bersikukuh berpegang pada bacaannya masing-masing dan bahkan sempat saling berselisih dan saling mengkafirkan.
Riwayat dari Anas, Huzaifah berkata kepada Usman : “Selamatkanlah umat ini sebelum mereka terlibat dalam perselisihan (masalah kitab suci) sebagaimana perselisihan orang-orang Yahudi dan Nasrani”.
Atsar dari Abu Qalabah berkata : “Pada masa kekhalifahan Usman telah terjadi seorang guru qiraat mengajarkan qiraat kepada seseorang dan guru yang lain juga mengajarkan qiraat yang berbeda kepada anak yang lain. Dua kelompok anak-anak yang belajar qiraat ini pada suatu ketika bertemu dan berselisih dan hal itu menjalar juga sampai kepada guru-guru mereka”. Hal itu akhirnya sampai terdengar kepada Khalifah Usman, maka ia berpidato : “Kalian yang ada dihadapanku teah berselisih paham dan salah dalam membaca Al-Qur’an. Penduduk yang jauh dari kami tentu lebih besar lagi perselisihan dan kesalahannya. Bersatulah wahai sahabat-sahabat Muhammad, tulislah untuk semua orang satu imam (mushaf pedoman) saja !”.
Khalifah Usman kemudian meminjam mushaf yang ada pada Hafsah binti Umar dan memerintahkan Zaid bin Tsabit, Abdullah Bin Zubair, Sa’id Bin Ash dan Abdurrahman Bin Haris untuk menyalinnya. Usman berkata kepada ketiga orang Quraisy itu : “Bila kalian berselisih pendapat dengan Zaid Bin Tsabit tentang sesuatu dari Al-Qur’an, maka tulislah dengan logat Quraisy, karena Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Quraisy”. Merekapun bekerja menyalin Mushaf Abu Bakar menjadi beberapa mushaf. Setelah mereka selesai menyalinnya menjadi beberapa mushaf, Khalifah Usman mengembalikan mushaf asli kepada Hafsah. Selanjutnya Khalifah Usman mengirimkan kesetiap wilayah, masing-masing satu mushaf dan memerintahkan agar semua manuskrip Al-Qur’an yang lainnya dibakar.
Ketika penyalinan mushaf telah selesai, Khalifah Usman menulis surat kepada semua penduduk daerah yang isinya : “Aku telah melakukan yang demikian dan demikian. Aku telah menghapus apa yang ada padaku, maka hapuskanlah apa yang ada padamu”.
Uraian diatas menunjukkan bahwa penyalinan mushaf pada masa Khalifah Usman ditulis dengan “satu huruf” yaitu sesuai dengan dialek Quraisy dan meninggalkan “enam huruf” yang lainnya, hal itu untuk keseragaman dan menghindari perselisihan. Mushaf Usmani inilah yang kemudian dinukil turun temurun secara mutawatir sampai kepada kita sekarang ini.
Tertib Ayat dan Surah
Tertib susunan ayat Al-Qur’an menurut jumhur adalah taufiqi (ketentuan dari Allah) bukan ijtihadi Rasulullah atau para penyusun Mushaf Al Qur’an. As Suyuthi berkata : “Jibril menurunkan beberapa ayat kepada Rasulullah dan menunjukkan kepadanya tempat dimana ayat-ayat itu harus diletakkan dalam surah atau ayat-ayat yang turun sebelumnya. Lalu Rasulullah memerintahkan kepada para penulis wahyu untuk menuliskannya di tempat tersebut. Beliau mengatakan kepada mereka : “Letakkanlah ayat-ayat ini pada surah yang didalamnya disebutkan begini dan begini,” atau “Letakkanlah ayat ini ditempat anu.”
Mengenai tertib susunan surah, beberapa sahabat nabi ada yang mempunyai mushaf pribadi yang berbeda tertib susunan surahnya dengan tertib surah mushaf Usmani. Mushaf Ali disusun berdasarkan urutan nuzulnya, Mushaf Ibnu Mas’ud dimulai dari surah Al-Baqarah tanpa surah Al-Falaq dan An-Naas. Mushaf Ubay Bin Ka’ab dimulai Al-Fatihah, An-Nisa’ kemudian Ali-‘Imran, namun demikian Mushaf pribadi sebagian sahabat tersebut tidak dapat dijadikan pedoman.
Tertib susunan surah yang disepakati dan umat sudah Ijma’ (sepakat) adalah tertib susunan surah mushaf Usman yang dikerjakan secara resmi oleh panitia khusus yang terdiri dari beberapa sahabat nabi pilihan. Tentang tertib susunan surah Al-Qur’an, jumhur ulama mengatakan bahwa tertib susunannya adalah taufiqi.
Al-Kirmani dalam kitab Al-Burhan mengatakan : “Tertib surah seperti yang kita kenal sekarang ini adalah menurut Allah pada Lauhful Mahfud, Al-Qur’an sudah menurut tertib ini. Dan menurut tertib ini pula Nabi membacakan dihadapan Malakikat Jibril setiap tahun di bulan Ramadhan apa yang telah dikumpulkannya dari Jibril itu. Pada tahun ke wafatannya Nabi membacakannya dihadapan Jibril dua kali.
As-Suyuthi mengatakan tertib susunan surah Al-Qur’an itu taufiqi kecuali surah Al-Anfal dan At-Taubah, berdasarkan riwayat Ibnu Abbas : “Aku bertanya kepada Usman : ‘Apakah yang mendorongmu mengambil Anfal yang termasuk katagori masani dan Bara’ah (At-Taubah) yang termasuk mi’in untuk kamu gabungkan keduanya menjadi satu tanpa kamu tuliskan diantara keduanya Bismillahirrahmaanirrahim, dan kamu pun meletakaannya pada as-sab’ut tiwal (tujuh surat panjang) ?’, Usman menjawab : ‘Telah turun kepada Rasulullah surah-surah yang yang mempunyai bilangan ayat. Apabila ada ayat turun kepadanya, ia panggil beberapa penulis wahyu dan mengatakan : ‘Letakkanlah ayat ini pada surah yang didalamnya terdapat ayat anu dan anu.’ Surah Anfal termasuk surah pertama yang turun di Madinah sedang surah Bara’ah termasuk yang terakhir diturunkan. Kisah dalam surah Anfal serupa dengan kisah dalam surah Bara’ah, sehingga aku mengirabahwa surah Bara’ah adalah bagian dari surah Anfal. Dan sampai wafatnya Rasulullah tidak menjelaskan kepada kami bahwa surah Bara’ah merupakan bagian dari surah Anfal. Oleh karena itu, kedua surah tersebut aku gabungkan dan diantara keduanya tidak aku tuliskan Bismillahirrahmaanirrahim sera aku meletakkan pula pada as-sab’ut tiwal.
Surah-surah dan ayat-ayat Al-Qur’an
1. At-Tiwal : adalah tujuh surat awal yang panjang-panjang yaitu : Al-Baqarah, Ali ‘Imran, An-Nisa’, Al-Maidah, Al-An’am, Al-A’raf , ketujuh : Al-Anfal dan At-Taubah sekaligus, sebagian ada yang mengatakan yang ke-tujuh surah Yunus.
2. Al-Mi’un : yaitu surah-surah yang ayat-ayatnya lebih dari seratur atau sekitar itu.
3. Al-Masani : yaitu surah-surah yang jumlah ayatnya dibawah Al-Mi’un. Dinamakan Masani, karena surah itu diulang-ulang bacaannya lebih bnayak dari At-Tiwal dan Al-Mi’un.
4. Al-Mufassal : yaitu surah yang dimulai dari surah Qaf, ada pula yang mengatakan dimulai dari surah Hujarat. Dinamai Mufassal karena banyaknya pemisahan fasl (pemisahan) dinatara surah-surah tersebut dengan basmallah. Mufassal dibagi menjadi tiga :
a. Mufassal Tiwal : dimulai dari surah Qaf atau hujurat sampai dengan ‘Amma atau Buruj.
b. Mufassal Ausat : dimulai dari ‘Amma atau Buruj sampai dengan Duha atau Lam Yakun.
c. Mufassal qisar : dimulai dari Duha atau Lam Yakun sampai dengan surah terakhir (An-Naas).
Rasm Usmani
Yang dimaksud dengan rasm Usmani adalah bentuk tulisan (khot) Al-Qur’an hasil kerja beberapa sahabat Nabi pilihan dalam suatu panitia penyalin mushaf Al-Qur’an yang diketuai oleh Zaid Bin Tsabit atas penunjukan Khalifah Usman. Mengenai penulisan Al-Qur’an dengan rasm Usmani ini ada beberapa pendapat :
1. Rasm (bentuk tulisan) dalam mushaf Usmani adalah taufiqi yang wajib dipakai dalam penulisan Al-Qur’an. Ini pendapat Ibnul Mubarak dan gurunya Abdul Azis ad-Dabbag.
2. Rasm Usmani bukan taufiqi, tapi cara penulisan yang diterima dan menjadi Ijma’ umat dan wajib menjadi pegangan seluruh umat dan tidak boleh menyalahinya.
3. Rasm Usmani hanyalah istilah dan tatacara. Tidak ada dalil agama yang mewajibkan umat mengikuti satu rasm tertentu dan tidak ada salahnya jika menyalahi bila orang telah mempergunakan rasm tertentu untuk imla dan rasm itu tersiar luas diantara mereka. Ini adalah pendapat Abu Bakar Al-Baqalani.
Jumhur ulama, diantaranya Imam Malik, Imam Ahmad melarang penulisan Al-Qur’an yang menyalahi rasm Usmani.
I’jam (penambahan tanda titik, dll) Rasm Usmani
Mushaf Usmani tidak memakai tanda baca titik dan syakal, karena semata-mata didasarkan pada watak pembawaan orang-orang Arab yang masih murni, sehingga tidak memerlukan syakal, harokat dan titik. Ketika Islam sudah menyebar keluar jazirah Arab dan bahasa Arab mulai mengalami kerusakan karena banyaknya percampuran dengan bahasa non Arab, maka para penguasa merasa pentingnya ada perbaikan penulisan mushaf dengan syakal, titik, harokat dan lain lain yang dapat membantu pembacaan yang benar. Banyak ulama berpendapat bahwa orang pertama yang melakukan hal ini adalah Abul Aswad Ad-Du’ali, peletak pertama dasar-dasar kaidah bahasa Arab atas petunjuk Khalifah Ali Bin Abi Thalib.
Perbaikan rasm Usmani berjalan secara bertahap. Pada mulanya syakal berupa titik : fathah berupa satu titik diatas awal huruf, dammah berupa satu titik diatas akhir huruf dan kasrah berupa satu titik dibawah awal huruf. Kemudian terjadi perubahan penentuan harakat yang berasal dari huruf dan itulah yang dilakukan oleh Al-Khalil. Perubahan itu adalah fathah adalah dengan tanda sempang diatas huruf, dammah dengan wawu kecil diatas huruf dan tanwin dengan tambahan tanda serupa (double). Alif yang dihilangkan dan diganti, pada tempatnya dituliskan dengan warna merah. Hamzah yang dihilangkan dituliskan berupa hamzah dengan warna merah tanpa huruf. Pada nun dan tanwin sebelum huruf ba diberi tanda iqlab berwarna merah. Sedang nun dan tanwin sebelum huruf tekak (halaq) diberi tanda sukun dengan warna merah. Nun dan tanwain tidak diberi tanda apa apa ketika idgam dan ikkhfa’. Setiap huruf yang harus dibaca sukun (mati) diberi tanda sukun dan huruf yang di-idgam-kan tidak diberi tanda sukun tetapi huruf sesudahnya diberi tanda syaddah; keculai huruf ta sebelum ta, maka sukun tetap dituliskan.
Para ulama pada mulanya tidak menyukai usaha perbaikan tersebut karena khawatir akan terjadi penambahan dalam Al-Qur’an, berdasarkan ucapan Ibnu Mas’ud : “Bersihkan Al-Qur’an dan jangan dicampuradukkan dengan apapun”. Al-Halimi mengatakan : “Makruh menuliskan perpuluhan, perlimaan, nama-nama surah dan bilangan ayat dalam mushaf” sedangkan pemberian titik diperbolehkan karena titik tidak mempunyai bentuk yang mengacaukan antara yang Al-Qur’an dengan yang bukan Al-Qur’an. Titik merupakan petunjuk atas keadaan sebuah huruf yang dibaca sehingga dibolehkan untuk mempermudah pembacaan.
Kemudian akhirnya itu sampai kepada hukum boleh dan bahkan anjuran. Al Hasan dan Ibnu Sirin keduanya mengatakan : “Tidak ada salahnya memberikan titik pada mushaf”. Rabiah Bin Abi Abdurrahman mengatakan : “Tidak mengapa memberi syakal pada mushaf”. An-Nawawi mengatakan : “Pemberian titik dan pensyakalan mushaf itu dianjurkan (mustahab), karena ia dapat menjaga mushaf daru kesalahan dan penyimpangan (pembacaan)”. Penyempurnaan itu terus berlanjut hingga kini telah mencapai puncaknya dalam bentuk tulisan Arab (Al-Khattul Araby).
Al-Qur’an Dengan Tujuh Huruf
Nash-nash sunah cukup banyak yang mengemukakan hadis mengenai turunnya Al-Qur’an dengan tujuh huruf, diantaranya :
Dari Ibnu Abbas : “Rasulullah berkata : ‘Jibril membacakan (Al-Qur’an) kepadaku dengan satu huruf. Kemudian berulang kali aku mendesak dan meminta agar huruf itu ditambah dan ia pun menambahnya kepadaku sampai tujuh huruf’”.
Dari Ubay Bin Ka’ab : “Ketika Nabi berada di dekat parit Bani Gafar, ia didatangi Jibril seraya mengatakan : ‘Allah memerintahkanmu agar membacakan Al-Qur’an kepada umatmu dengan satu huruf.’ Beliau menjawab : ‘Aku memohon kepada Allah ampunan dan maghfirallah-Nya, karena umatku tidak dapat melaksanakan perintah itu.’ Kemudian Jibril datang lagi untuk kedua kalinya dan berkata : ‘Allah memerintahkanmu agar membacakan Al-Qur’an kepada umatmu dengan dua huruf.’ Nabi menjawab : ‘Aku memohon kepada Allah ampunan dan maghfirah-Nya, umatku tidak kuat melaksanakannya.’ Jibril datang lagi untuk yang ketiga kalinya, lalu mengatakan : ‘Allah memerintahkanmu agar membacakan Al-Qur’an kepada umatmu dengan tiga huruf.’ Nabi menjawab : ‘Aku memohon kepada Allah ampunan dan maghfirah-Nya, umatku tidak kuat melaksanakannya.’ Kemudian Jibril datang lagi untuk yang keempat kalinya seraya berkata : ‘Allah memerintahkanmu agar membacakan Al-Qur’an kepada umatmu dengan tujuh huruf, dengan huruf mana saja mereka membaca, mereka benar.’”
Hadis-hadis berkenaan dengan Al-Qur’an dengan tujuh huruf sangat banyak. As-Suyuthi menyebutkan bahwa hadits-hadits tersebut diriwayatkan oleh lebih dari dua puluh orang sahabat. Abu Ubaid Al-Qasim bin Salam menetapkan kemutawatiran hadis mengenai Al-Qur’an dengan tujuh huruf.
Perbedaan pendapat tentang pengertian tujuh huruf, diantaranya :
1. Tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa Arab mengenai satu makna yang sama, yaitu bahasa suku Quraisy, Huzail, Saqif, Hawasin, Kinanah, Tamim dan Yaman. Sebagian memasukkan Asad, Rabi’ah, Sa’d. Pendapat ini maksudnya satu kata boleh dibaca berbeda menurut dialek masing-masing kabilah diatas selama maknanya masih tetap sama.
2. Tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa Arab dengan mana Al-Qur’an diturunkan, yaitu : Quraisy, Huzail, Saqif, Hawasin, Kinanah, Tamim dan Yaman. Bedanya dengan yang pendapat pertama adalah bahasa Al-Qur’an mencakup dari tujuh bahasa diatas yang paling fasih dan berterbaran di seluruh Al-Qur’an
3. Tujuh wajah, yaitu : amr (perintah), hanyu (larangan), wa’d (janji), wa’id (ancaman), jadal (perdebatan), qasas (cerita) dan amsal (perumpamaan)
4. Tujuh macam hal yang didalamnya terjadi ikhtilaf (perbedaan), yaitu ikhtilaf dalam : asma’ (kata benda), i’rab (harakat akhir kata), tasrif, taqdim (mendahulukan), ibdal (penggantian), penambahan-pengurangan dan lahjah (tebal-tipis, imalah-tidak imalah, idhar dan idgam).
5. Qiraat Tujuh.
Pendapat pertama adalah pendapat yang paling kuat dan banyak diikuti oleh jumhur ulama.
Hikmah Al-Qur’an dengan tujuh huruf :
1. Memudahkan bacaan dan hafalan bagi bangsa yang ummi, tidak bisa baca tulis, yang setiap kabilah mempunyai dialek masing-masing.
2. Bukti kemukjizatan Al-Qur’an bagi naluri atau watak dasar kebahasaan orang Arab yang mana seluruh orang Arab pada khususnya ditantang untuk membuat satu surah saja yang seperti Al-Qur’an, ternyata seluruh orang Arab tidak mampu membuatnya.
3. Perbedaan bentuk lafaz pada sebagian huruf dan kata-kata memberi peluang penyimpulan hukum yang berbeda. Para fukaha dalam menyimpulkan hukumdan ijtihad ber hujjah dengan qiraat bagi ketujuh huruf ini.
hamba tuhan- MUSLIM
-
Number of posts : 9932
Age : 24
Location : Aceh
Humor : Obrolan Santai dengan Om Yesus
Reputation : -206
Points : 16073
Registration date : 2010-09-20
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
susu.tahu wrote:Dimana Mushaf Al-Quran Yang Asli
Kehebohan baru yang bakal mengguncangkan umat Islam datang dari Doktor Gerd R. Puin, seorang pakar filologi dan ahli bahasa-bahasa Semitis. Pada 1979, pakar kaligrafi Arab dan paleografi Alquran dari Universitas Sarre, Jerman, itu diajak Kadi Ismail al-Akwa, Ketua Dinas Purbakala Yaman, untuk meneliti sebuah bungkusan kuno yang ditemukan di Sana’a, ibu kota Yaman, pada 1972. Bungkusan berisi perkamen (kulit kambing) dan kertas (suhuf) itu ditemukan saat pemerintah merenovasi masjid kuno di Sana’a, yang bocor akibat hujan lebat.
Paket kuno yang ditemukan para pekerja di atap masjid agung itu kemudian diamankan Kadi Ismail al-Akwa karena ia yakin isinya pasti bernilai. Ia lalu meminta bantuan internasional untuk menganalisis tulisan di atas perkamen itu. Akhirnya, baru pada 1979 ia berhasil membujuk Puin untuk menelitinya, dengan bantuan dana dari Pemerintah Jerman.
Berdasarkan penelitian awal, bisa dipastikan, perkamen Sana’a itu adalah mushaf Alquran paling tua di dunia, yang ditulis pada abad ketujuh dan kedelapan. Sebagaimana diketahui, hingga saat ini, ada tiga “kopi” mushaf Alquran yang sudah ditemukan. Dua mushaf Alquran abad kedelapan, masing-masing disimpan di Perpustakaan Tashkent, Uzbekistan, dan di Museum Topkapi di Istambul. Sementara, mushaf ketiga berupa manuskrip Ma’il dari abad ketujuh, disimpan di British Library, London, Inggris.
Menurut Doktor Puin, kaligrafi pada mushaf Sana’a itu berasal dari Hijaz, sebuah wilayah Arab, tempat tinggal Nabi Muhammad saw. Dengan demikian, itu bukan hanya merupakan mushaf tertua di dunia, melainkan salah satu mushaf versi pertama. Perkamen itu mengandung variasi teks yang agak berbeda, surat-suratnya disusun tak biasa, dan gaya serta grafisnya sangat langka. Ia juga melihat adanya jejak teks yang dihapus dan digantikan dengan teks baru. Karena itulah, Puin menyimpulkan, Alquran pernah mengalami evolusi tekstual. “Dengan kata lain, apa yang umat Islam baca saat ini kemungkinan bukan satu-satunya “versi” yang diyakini telah diwahyukan Allah kepada Nabi saw.,” tulis Abul Taher, pekan lalu, dalam koran Inggris, The Guardian.
Kesimpulan Puin itu tentu saja akan sulit diterima umat Islam. Sebab, ayat-ayat dalam Alquran itu diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad saw. secara bertahap (610-632). Dan, setiap menerima wahyu, Nabi saw. selalu membacakannya di hadapan para sahabat. Menurut Ensiklopedi Islam (Jakarta, 1994), selain menyuruh para sahabatnya menghafal, Nabi saw. juga memerintahkan mereka untuk menuliskannya di atas pelepah kurma, lempengan batu, atau kepingan tulang.
Menurut hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, untuk menjaga kemurnian Alquran, itu, setiap tahun Malaikat Jibril mendatangi Nabi untuk memeriksa bacaannya. Bahkan pada tahun Nabi saw. wafat, Malaikat Jibril datang dua kali dan mengontrol bacaan Nabi, sebagaimana Nabi sendiri selalu melakukan hal yang sama kepada para sahabat, selama hidupnya. Dengan demikian, terpeliharalah Alquran dari kesalahan dan kekeliruan.
Dua puluh sembilan tahun setelah Nabi wafat, di bawah Usman, khalifah ketiga, sebuah versi baku Alquran ditetapkan dan dikodifikasi dalam bentuk buku, akibat adanya pelbagai versi Alquran, baik lisan maupun tertulis, yang banyak beredar di wilayah kekuasaan Islam. Kodifikasi itu dilakukan berdasarkan mushaf yang dihimpun Khalifah Abu Bakar, yang kemudian disimpan di rumah Hafsah, putri Khalifah Umar, yang juga istri Nabi saw. Karena itu, tak pernah ada lagi modifikasi dan kodifikasi Alquran sesudah Usman, yang disusun di bawah pimpinan Zaid bin Sabit. Mushaf Usmani dalam dialek Quraisy itu lalu dibuat lima kopi. Satu kopi disimpan di Madinah (mushaf al-Imam) dan empat lainnya dikirim ke Mekah, Suriah, Basrah, dan Kufah untuk disalin dan diperbanyak (EI, 1994).
Apakah perkamen dari Sana’a itu adalah salah satu dari mushaf-mushaf itu, atau salinannya, belum bisa dipastikan. Yang jelas, menurut Puin, sebagaimana dalam tradisi litaratur Arab, perkamen Sana’a itu ditulis tanpa tanda-tanda diacritique (titik, aksen, koma, tanda huruf atau fonetik pengubah nilai). Artinya, perkamen itu ditulis lebih sebagai panduan bagi yang sudah hafal Alquran. Akibatnya, puluhan tahun kemudian, pembaca “Arab gundul” itu makin sulit memahaminya. Karena itulah, untuk memudahkan, Hajjaj bin-Yusuf, Gubernur Irak, pada 694-714, lantas melengkapi teks itu dengan pelbagai tanda. “Ia sangat bangga karena ia telah berhasil memasukkan lebih dari 1.000 alif ke dalam teks Alquran,” kata Puin.
Kesimpulan Puin yang juga mengejutkan adalah: sumber-sumber pra-Islam, katanya, telah dimasukkan ke dalam Alquran. Misalnya, ihwal As Sahab ar-Rass dan As Sahab al-Aiqa. Soalnya, menurut Geographie karya Ptolomeus, suku Ar Rass hidup di Lebanon sebelum Islam dan Al Aiqa hidup di wilayah Aswan, Mesir, sekitar 150 tahun sebelum Masehi. Bahkan, Puin tidak yakin Alquran ditulis dalam bahasa Arab murni. Sebab, kata “Quran” sendiri, yang berarti “kalam”, “kitab”, “bacaan”, menurut Puin, berasal dari sebuah kata Aramian, qariyun (penggalan bacaan teks suci saat menjalankan ibadah).
Tak aneh bila Khalidi gusar atas usaha para Islamolog Barat seperti Puin, yang tak selalu menganalisis Alquran sebagaimana mereka melakukannya terhadap Injil. Khalidi bahkan cemas bila hasil penelitian Puin itu disebarluaskan, ia akan bisa dihukum oleh umat Islam, sebagaimana dialami Salman Rushdie akibat novelnya, Ayat-Ayat Setan (1988). Atau dihukum seperti Doktor Nasr Abu Zaid, dosen ilmu Alquran dari Universitas Kairo, pada 1995, akibat karyanya Le Concept du texte (1990), menyatakan, “Alquran hanyalah teks sastra, dan satu-satunya cara untuk memahami, menerangkan, menganalisis, dan mengadaptasinya hanyalah melalui pendekatan sastra.”
Toh, Salim Abdullah, Direktur Arsip Islam Jerman, yang berafiliasi pada Liga Islam Dunia, menanggapi kesimpulan Puin dengan sikap positif. “Doktor Puin sebelumnya telah meminta izin kepada saya, apakah ia boleh mempublikasikan salah satu karangannya tentang dokumen Sana’a. Ketika saya memperingatkan bahwa ia akan menghadapi
kontroversi, Puin mengatakan, sudah lama ia menunggu adanya perdebatan mengenai hal itu,” kata Salim. Padahal, sebelumnya, akibat kesimpulannya yang mengejutkan itu, Puin sendiri segera diusir dari Yaman dan ia dilarang melanjutkan penelitiannya.
Bagaimana dengan umat Islam Indonesia?
http://www.siaranalhayat.com/2010/07/06/dimana-mushaf-al-quran-yang-asli/
gimana nih muslim slalu menuduh kitabnya Kristen kaga asli.....ternyata quran juga tuh....
Ia juga melihat adanya jejak teks yang dihapus dan digantikan dengan teks baru. Karena itulah, Puin menyimpulkan, Alquran pernah mengalami evolusi tekstual. “Dengan kata lain, apa yang umat Islam baca saat ini kemungkinan bukan satu-satunya “versi” yang diyakini telah diwahyukan Allah kepada Nabi saw.,” tulis Abul Taher, pekan lalu, dalam koran Inggris, The Guardian
monggo susu.tahu membaca...sambil makan tempe ya
Para ilmuwan Yahudi dan Kristen sejak lama telah menyimpan obsesi ingin melecehkan adanya perbedaan terhadap Al-Qur'an, hanya Allah dengan begitu mudah mengamankan dan memelihara Kitab-Nya sehingga segala upaya dan sumber yang jadi andalan hanya mampu menjadikan mereka kewalahan. Abad ke-20 ini menyaksikan adanya satu Lembaga Kajian AIQur'an yang didirikan oleh Universitas Munich. Seluruh ruangan gedung dipenuhi sebanyak empat puluh ribu naskah AI-Qur'an dari berbagai abad dan negara dan kebanyakan dalam bentuk foto asli, sedang para stafnya asyik menyibukkan diri membandingkan kata-kata dari setiap naskah sebagai upaya yang tak kenal lelah dalam menyingkap perbedaan yang terdapat dalam AIQur'an.
Beberapa waktu sebelum Perang Dunia II, laporan pendahuluan yang cukup mantap telah diterbitkan yang menyebut bahwa tentunya terdapat kekeliruan dalam menyalin manuskrip Al-Qur'an, kendati tidak terdapat ragam perbedaan. Selama peperangan, Amerika mengebom lembaga tersebut menghancurkan keseluruhan yang ada termasuk direksi, staf, dan semua pakar perpustakaan... Ini semua membuktikan bahwa tidak ada perbedaan pada naskah-naskah AI-Qur'an sejak abad pertama hingga ke abad ini.(M. Hamidullah, "The Practicability of Islam in This World", Islamic Cultural Forum, Tokyo, Jepang, April 1977, hlm. 15; lihat juga A. Jeffery, Materials, Pendahuluan, hlm. 1.)
Jeffery mengakui fakta ini kendati secara sinis ia menyesal bahwa "Secara praktis semua Mushaf-Mushaf terdahulu dan kepingan-kepingan naskah yang selama ini diteliti dengan hati-hati membuktikan adanya kesamaan teks, kalau pun terdapat perbedaan, hal itu hampir keseluruhannya dapat diterangkan sebagai kesalahan tulisan."37 Bergtrasser juga memiliki kesimpulan yang sama.38 Namun Jeffery tetap memaksakan pendapat bahwa teks-teks itu "tampaknya belum ditetapkan hingga abad ke-3 Islam"39 [dan karenanya] agak penasaran bahwa tidak terdapat contoh teks lain yang masih bertahan di antara semua kepingan-kepingan itu yang selama ini diteliti."40 Untuk menjawab kebimbangan yang dimiliki, tampaknya ia masih belum dapat melihat hutan rimba dengan aneka ragam pohon dan tumbuh-tumbuhan yang terdapat di dalamnya. Jelasnya, tidak pernah terdapat teks-teks yang berlainan.
Daripada merengek-rengek kepada komplatan Orientalis yang selalu berubah sikap menurut kepentingannya, kaum Muslimin hendaknya tetap meniti jalan yang dilalui para muhaddithun zaman dulu. Apa sebenamya hasil yang mungkin diraih sekiranya kita hendak menerapkan kriteria terhadap kajian kitab Injil? Coba renungkan contoh berikut ini, sekadar gambaran betapa rapuhnya dasar-dasar teori mereka. Dalam Dictionary of the Bible, dalam artikel yang berjudul "Jesus Christ", kita dapat membaca, "Satu-satunya saksi dalam pemakaman [Kristus] terdapat dua orang wanita..." Kemudian dalam judul lain, "The Resurrection", "Banyak sekali kesulitan yang berkaitan dengan bahasan ini, dan juga berita-beritanya, yang juga tak banyak jumlahnya dan bahkan mengecewakan, serta memuat beberapa perbedaan tertentu yang tak mungkin dicarikan titik temu atau penyelesaian; tetapi para pakar sejarah yang konsisten dengan aturan-aturan yang paling tepat dan merasa terikat oleh disiplin ilmiah, menemukan bukti yang cukup memadai untuk meyakini fakta itu."41
Kita hanya mampu meraba-raba bahwa 'fakta-fakta' dalam posisi lebih tinggi dari yang lain dan tidak perlu lagi mencari-cari bukti. Apa jadinya jika kita hendak menerapkan metode kita sendiri? Apa yang dapat kita sebut mengenai cerita penguburan Yesus Kristus? Pertama, siapakah orang yang mengarang cerita dalam Injil itu? Semuanya tidak ada yang dikenal secara pasti dan cerita itu pun hampa. Kedua, siapa yang membawa pernyataan dua orang wanita itu kepada pengarang? Entahlah. Ketiga, jaringan mata rantai riwayat macam mana yang dapat dipakai sebagai ukuran? Tidak ada. Semua cerita yang adalah hasil rekayasa.
Upaya mencari perbedaan dalam Al-Qur'an terus berjalan tanpa henti, dan bahkan Brill ikut memanasi usaha ini dengan membuat Encyclopedia AIQur'an (sebanyak empat jilid) yang akan terbit dalam beberapa tahun mendatang. Di antara badan penasihatnya, selain para ilmuwan Yahudi dan Kristen, tak ada lain adalah M. Arkoun dan Nasr Abu Zaid yang sudah dianggap sebagai penyeleweng (heretics) di negara-negara Islam.
Penilaian telah berulang kali saya buat terhadap kedudukan ilmiah kitab Injil secara sepintas, dan juga semangat yang membara hendak memaksakan AI-Qur'an dengan keraguan dan teka-teki guna menutupi kelemahan Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru (PB). Kini giliran saya mengambil sikap proaktif dalam menyelami sejarah teks kitab suci mereka, bukan sekadar perbandingan. Setiap ilmuwan dan pengkritik merupakan produk lingkungan tertentu, dan para Orientalis - baik yang Kristen, Yahudi, ataupun ateis - semuanya lahir dari latar belakang Yahudi dan Kristen yang ingin memilah-milah pandangan tentang segala masalah yang berkaitan dengan keislaman. Sikap selektifnya memacu mereka mengubah studi Islam pada satu bentuk yang benar-benar aneh dengan mengenalkan peristilahan yang ada dalam Injil. Blachere misalnya, memakai istilah vulgate. Bible versi Latin yang dihasilkan pada abad keempat dan lebih digemari oleh Gereja Katolik Roma (penerjemah). saat menunjuk Mushaf `Uthman dalam bukunya Introduction au Coran, dan Jeffery menerangkan Al-Qur’an sebagai teks yang Masoretic, istilah yang umumnya berkaitan dengan Kitab Perjanjaian Lama berbahasa Ibrani. Dengan menghilangkan seluruh peristilahan AI-Qur'an, Wansbrough malah berbicara mengenai Haggadic exegesis, Halakhic exegesis, dan Deutungsbedurftigkeit.42 Setiap orang dari kalangan mereka juga menyebut canonization Al-Qur'an (dalih-dalih AI-Qur'an) dan naskah kuno Ibn Mas'ud. Kebanyakan kaum Muslimin tak pemah berurusan dengan jargon-jargon aneh itu. Apabila hipotesis Jeffery, Goldziher dan yang lain telah kita bicarakan dan kita nafikkan, maka kini saatnya untuk kita meneliti sepenuhnya motif-motif yang melatarbelakangi usaha mereka. Sketsa potter sejarah awal YahudiKristen, diiringi sejarah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, diharap dapat melicinkan jalan pemahaman yang lebih dalam mengenai cara berpikir para ilmuwan dan akhimya akan mengantarkan kita dapat melihat lebih jelas lagi pertimbangan dan sederet tujuan pihak Barat dalam melakukan kajian terhadap Al-Qur'an.
Wehhhh....hanya dengan dalil musaf Quran tersebut pernah dihapus maka dijadikan dasar bahwa Quran tidak orisinil, wow....
ketika susu.tahu nulis laporan pake pensil, ketika laporan selesai susu.tahu memeriksa ulang dan ditemukan kesalahan ejaan, lalu dihapus dan ditulislah dengan benar tapi sisa hapusan masih kelihatan, maka apakah ketika diperiksa laporan tersebut oleh si boss susu.tahu lalu si boss nemuin hapusan tersebut dan menyatakan kalo laporan susu.tahu ga benar????
wahai susu.tahu, dibutuhkan lebih dari ilmu menemukan sisa hapusan tulisan untuk meneliti keabsahan Quran sekarang ini anda tahu ilmu apa saja itu????
paulus- MUSLIM
-
Number of posts : 2496
Age : 44
Location : sekitar israel
Reputation : 35
Points : 8354
Registration date : 2010-01-12
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
Kayaknya nggak tahu dia tuh bro...
agus- SILVER MEMBERS
-
Number of posts : 8588
Location : Everywhere but no where
Job/hobbies : Baca-baca
Humor : Shaggy yang malang
Reputation : 45
Points : 14834
Registration date : 2010-04-16
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
agus wrote:Kayaknya nggak tahu dia tuh bro...
Iya bro, dia ngga tahu kalo allah yang di quran itu kurang kuasa. Ngeluarin tiga kitab, kok hanya bisa jaga satu. dimana maha kuasanya ya?
Piss- SILVER MEMBERS
- Number of posts : 1888
Reputation : 1
Points : 7056
Registration date : 2011-03-29
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
paulus wrote:susu.tahu wrote:Dimana Mushaf Al-Quran Yang Asli
Kehebohan baru yang bakal mengguncangkan umat Islam datang dari Doktor Gerd R. Puin, seorang pakar filologi dan ahli bahasa-bahasa Semitis. Pada 1979, pakar kaligrafi Arab dan paleografi Alquran dari Universitas Sarre, Jerman, itu diajak Kadi Ismail al-Akwa, Ketua Dinas Purbakala Yaman, untuk meneliti sebuah bungkusan kuno yang ditemukan di Sana’a, ibu kota Yaman, pada 1972. Bungkusan berisi perkamen (kulit kambing) dan kertas (suhuf) itu ditemukan saat pemerintah merenovasi masjid kuno di Sana’a, yang bocor akibat hujan lebat.
Paket kuno yang ditemukan para pekerja di atap masjid agung itu kemudian diamankan Kadi Ismail al-Akwa karena ia yakin isinya pasti bernilai. Ia lalu meminta bantuan internasional untuk menganalisis tulisan di atas perkamen itu. Akhirnya, baru pada 1979 ia berhasil membujuk Puin untuk menelitinya, dengan bantuan dana dari Pemerintah Jerman.
Berdasarkan penelitian awal, bisa dipastikan, perkamen Sana’a itu adalah mushaf Alquran paling tua di dunia, yang ditulis pada abad ketujuh dan kedelapan. Sebagaimana diketahui, hingga saat ini, ada tiga “kopi” mushaf Alquran yang sudah ditemukan. Dua mushaf Alquran abad kedelapan, masing-masing disimpan di Perpustakaan Tashkent, Uzbekistan, dan di Museum Topkapi di Istambul. Sementara, mushaf ketiga berupa manuskrip Ma’il dari abad ketujuh, disimpan di British Library, London, Inggris.
Menurut Doktor Puin, kaligrafi pada mushaf Sana’a itu berasal dari Hijaz, sebuah wilayah Arab, tempat tinggal Nabi Muhammad saw. Dengan demikian, itu bukan hanya merupakan mushaf tertua di dunia, melainkan salah satu mushaf versi pertama. Perkamen itu mengandung variasi teks yang agak berbeda, surat-suratnya disusun tak biasa, dan gaya serta grafisnya sangat langka. Ia juga melihat adanya jejak teks yang dihapus dan digantikan dengan teks baru. Karena itulah, Puin menyimpulkan, Alquran pernah mengalami evolusi tekstual. “Dengan kata lain, apa yang umat Islam baca saat ini kemungkinan bukan satu-satunya “versi” yang diyakini telah diwahyukan Allah kepada Nabi saw.,” tulis Abul Taher, pekan lalu, dalam koran Inggris, The Guardian.
Kesimpulan Puin itu tentu saja akan sulit diterima umat Islam. Sebab, ayat-ayat dalam Alquran itu diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad saw. secara bertahap (610-632). Dan, setiap menerima wahyu, Nabi saw. selalu membacakannya di hadapan para sahabat. Menurut Ensiklopedi Islam (Jakarta, 1994), selain menyuruh para sahabatnya menghafal, Nabi saw. juga memerintahkan mereka untuk menuliskannya di atas pelepah kurma, lempengan batu, atau kepingan tulang.
Menurut hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, untuk menjaga kemurnian Alquran, itu, setiap tahun Malaikat Jibril mendatangi Nabi untuk memeriksa bacaannya. Bahkan pada tahun Nabi saw. wafat, Malaikat Jibril datang dua kali dan mengontrol bacaan Nabi, sebagaimana Nabi sendiri selalu melakukan hal yang sama kepada para sahabat, selama hidupnya. Dengan demikian, terpeliharalah Alquran dari kesalahan dan kekeliruan.
Dua puluh sembilan tahun setelah Nabi wafat, di bawah Usman, khalifah ketiga, sebuah versi baku Alquran ditetapkan dan dikodifikasi dalam bentuk buku, akibat adanya pelbagai versi Alquran, baik lisan maupun tertulis, yang banyak beredar di wilayah kekuasaan Islam. Kodifikasi itu dilakukan berdasarkan mushaf yang dihimpun Khalifah Abu Bakar, yang kemudian disimpan di rumah Hafsah, putri Khalifah Umar, yang juga istri Nabi saw. Karena itu, tak pernah ada lagi modifikasi dan kodifikasi Alquran sesudah Usman, yang disusun di bawah pimpinan Zaid bin Sabit. Mushaf Usmani dalam dialek Quraisy itu lalu dibuat lima kopi. Satu kopi disimpan di Madinah (mushaf al-Imam) dan empat lainnya dikirim ke Mekah, Suriah, Basrah, dan Kufah untuk disalin dan diperbanyak (EI, 1994).
Apakah perkamen dari Sana’a itu adalah salah satu dari mushaf-mushaf itu, atau salinannya, belum bisa dipastikan. Yang jelas, menurut Puin, sebagaimana dalam tradisi litaratur Arab, perkamen Sana’a itu ditulis tanpa tanda-tanda diacritique (titik, aksen, koma, tanda huruf atau fonetik pengubah nilai). Artinya, perkamen itu ditulis lebih sebagai panduan bagi yang sudah hafal Alquran. Akibatnya, puluhan tahun kemudian, pembaca “Arab gundul” itu makin sulit memahaminya. Karena itulah, untuk memudahkan, Hajjaj bin-Yusuf, Gubernur Irak, pada 694-714, lantas melengkapi teks itu dengan pelbagai tanda. “Ia sangat bangga karena ia telah berhasil memasukkan lebih dari 1.000 alif ke dalam teks Alquran,” kata Puin.
Kesimpulan Puin yang juga mengejutkan adalah: sumber-sumber pra-Islam, katanya, telah dimasukkan ke dalam Alquran. Misalnya, ihwal As Sahab ar-Rass dan As Sahab al-Aiqa. Soalnya, menurut Geographie karya Ptolomeus, suku Ar Rass hidup di Lebanon sebelum Islam dan Al Aiqa hidup di wilayah Aswan, Mesir, sekitar 150 tahun sebelum Masehi. Bahkan, Puin tidak yakin Alquran ditulis dalam bahasa Arab murni. Sebab, kata “Quran” sendiri, yang berarti “kalam”, “kitab”, “bacaan”, menurut Puin, berasal dari sebuah kata Aramian, qariyun (penggalan bacaan teks suci saat menjalankan ibadah).
Tak aneh bila Khalidi gusar atas usaha para Islamolog Barat seperti Puin, yang tak selalu menganalisis Alquran sebagaimana mereka melakukannya terhadap Injil. Khalidi bahkan cemas bila hasil penelitian Puin itu disebarluaskan, ia akan bisa dihukum oleh umat Islam, sebagaimana dialami Salman Rushdie akibat novelnya, Ayat-Ayat Setan (1988). Atau dihukum seperti Doktor Nasr Abu Zaid, dosen ilmu Alquran dari Universitas Kairo, pada 1995, akibat karyanya Le Concept du texte (1990), menyatakan, “Alquran hanyalah teks sastra, dan satu-satunya cara untuk memahami, menerangkan, menganalisis, dan mengadaptasinya hanyalah melalui pendekatan sastra.”
Toh, Salim Abdullah, Direktur Arsip Islam Jerman, yang berafiliasi pada Liga Islam Dunia, menanggapi kesimpulan Puin dengan sikap positif. “Doktor Puin sebelumnya telah meminta izin kepada saya, apakah ia boleh mempublikasikan salah satu karangannya tentang dokumen Sana’a. Ketika saya memperingatkan bahwa ia akan menghadapi
kontroversi, Puin mengatakan, sudah lama ia menunggu adanya perdebatan mengenai hal itu,” kata Salim. Padahal, sebelumnya, akibat kesimpulannya yang mengejutkan itu, Puin sendiri segera diusir dari Yaman dan ia dilarang melanjutkan penelitiannya.
Bagaimana dengan umat Islam Indonesia?
http://www.siaranalhayat.com/2010/07/06/dimana-mushaf-al-quran-yang-asli/
gimana nih muslim slalu menuduh kitabnya Kristen kaga asli.....ternyata quran juga tuh....
Ia juga melihat adanya jejak teks yang dihapus dan digantikan dengan teks baru. Karena itulah, Puin menyimpulkan, Alquran pernah mengalami evolusi tekstual. “Dengan kata lain, apa yang umat Islam baca saat ini kemungkinan bukan satu-satunya “versi” yang diyakini telah diwahyukan Allah kepada Nabi saw.,” tulis Abul Taher, pekan lalu, dalam koran Inggris, The Guardian
monggo susu.tahu membaca...sambil makan tempe ya
Para ilmuwan Yahudi dan Kristen sejak lama telah menyimpan obsesi ingin melecehkan adanya perbedaan terhadap Al-Qur'an, hanya Allah dengan begitu mudah mengamankan dan memelihara Kitab-Nya sehingga segala upaya dan sumber yang jadi andalan hanya mampu menjadikan mereka kewalahan. Abad ke-20 ini menyaksikan adanya satu Lembaga Kajian AIQur'an yang didirikan oleh Universitas Munich. Seluruh ruangan gedung dipenuhi sebanyak empat puluh ribu naskah AI-Qur'an dari berbagai abad dan negara dan kebanyakan dalam bentuk foto asli, sedang para stafnya asyik menyibukkan diri membandingkan kata-kata dari setiap naskah sebagai upaya yang tak kenal lelah dalam menyingkap perbedaan yang terdapat dalam AIQur'an.
Beberapa waktu sebelum Perang Dunia II, laporan pendahuluan yang cukup mantap telah diterbitkan yang menyebut bahwa tentunya terdapat kekeliruan dalam menyalin manuskrip Al-Qur'an, kendati tidak terdapat ragam perbedaan. Selama peperangan, Amerika mengebom lembaga tersebut menghancurkan keseluruhan yang ada termasuk direksi, staf, dan semua pakar perpustakaan... Ini semua membuktikan bahwa tidak ada perbedaan pada naskah-naskah AI-Qur'an sejak abad pertama hingga ke abad ini.(M. Hamidullah, "The Practicability of Islam in This World", Islamic Cultural Forum, Tokyo, Jepang, April 1977, hlm. 15; lihat juga A. Jeffery, Materials, Pendahuluan, hlm. 1.)
Jeffery mengakui fakta ini kendati secara sinis ia menyesal bahwa "Secara praktis semua Mushaf-Mushaf terdahulu dan kepingan-kepingan naskah yang selama ini diteliti dengan hati-hati membuktikan adanya kesamaan teks, kalau pun terdapat perbedaan, hal itu hampir keseluruhannya dapat diterangkan sebagai kesalahan tulisan."37 Bergtrasser juga memiliki kesimpulan yang sama.38 Namun Jeffery tetap memaksakan pendapat bahwa teks-teks itu "tampaknya belum ditetapkan hingga abad ke-3 Islam"39 [dan karenanya] agak penasaran bahwa tidak terdapat contoh teks lain yang masih bertahan di antara semua kepingan-kepingan itu yang selama ini diteliti."40 Untuk menjawab kebimbangan yang dimiliki, tampaknya ia masih belum dapat melihat hutan rimba dengan aneka ragam pohon dan tumbuh-tumbuhan yang terdapat di dalamnya. Jelasnya, tidak pernah terdapat teks-teks yang berlainan.
Daripada merengek-rengek kepada komplatan Orientalis yang selalu berubah sikap menurut kepentingannya, kaum Muslimin hendaknya tetap meniti jalan yang dilalui para muhaddithun zaman dulu. Apa sebenamya hasil yang mungkin diraih sekiranya kita hendak menerapkan kriteria terhadap kajian kitab Injil? Coba renungkan contoh berikut ini, sekadar gambaran betapa rapuhnya dasar-dasar teori mereka. Dalam Dictionary of the Bible, dalam artikel yang berjudul "Jesus Christ", kita dapat membaca, "Satu-satunya saksi dalam pemakaman [Kristus] terdapat dua orang wanita..." Kemudian dalam judul lain, "The Resurrection", "Banyak sekali kesulitan yang berkaitan dengan bahasan ini, dan juga berita-beritanya, yang juga tak banyak jumlahnya dan bahkan mengecewakan, serta memuat beberapa perbedaan tertentu yang tak mungkin dicarikan titik temu atau penyelesaian; tetapi para pakar sejarah yang konsisten dengan aturan-aturan yang paling tepat dan merasa terikat oleh disiplin ilmiah, menemukan bukti yang cukup memadai untuk meyakini fakta itu."41
Kita hanya mampu meraba-raba bahwa 'fakta-fakta' dalam posisi lebih tinggi dari yang lain dan tidak perlu lagi mencari-cari bukti. Apa jadinya jika kita hendak menerapkan metode kita sendiri? Apa yang dapat kita sebut mengenai cerita penguburan Yesus Kristus? Pertama, siapakah orang yang mengarang cerita dalam Injil itu? Semuanya tidak ada yang dikenal secara pasti dan cerita itu pun hampa. Kedua, siapa yang membawa pernyataan dua orang wanita itu kepada pengarang? Entahlah. Ketiga, jaringan mata rantai riwayat macam mana yang dapat dipakai sebagai ukuran? Tidak ada. Semua cerita yang adalah hasil rekayasa.
Upaya mencari perbedaan dalam Al-Qur'an terus berjalan tanpa henti, dan bahkan Brill ikut memanasi usaha ini dengan membuat Encyclopedia AIQur'an (sebanyak empat jilid) yang akan terbit dalam beberapa tahun mendatang. Di antara badan penasihatnya, selain para ilmuwan Yahudi dan Kristen, tak ada lain adalah M. Arkoun dan Nasr Abu Zaid yang sudah dianggap sebagai penyeleweng (heretics) di negara-negara Islam.
Penilaian telah berulang kali saya buat terhadap kedudukan ilmiah kitab Injil secara sepintas, dan juga semangat yang membara hendak memaksakan AI-Qur'an dengan keraguan dan teka-teki guna menutupi kelemahan Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru (PB). Kini giliran saya mengambil sikap proaktif dalam menyelami sejarah teks kitab suci mereka, bukan sekadar perbandingan. Setiap ilmuwan dan pengkritik merupakan produk lingkungan tertentu, dan para Orientalis - baik yang Kristen, Yahudi, ataupun ateis - semuanya lahir dari latar belakang Yahudi dan Kristen yang ingin memilah-milah pandangan tentang segala masalah yang berkaitan dengan keislaman. Sikap selektifnya memacu mereka mengubah studi Islam pada satu bentuk yang benar-benar aneh dengan mengenalkan peristilahan yang ada dalam Injil. Blachere misalnya, memakai istilah vulgate. Bible versi Latin yang dihasilkan pada abad keempat dan lebih digemari oleh Gereja Katolik Roma (penerjemah). saat menunjuk Mushaf `Uthman dalam bukunya Introduction au Coran, dan Jeffery menerangkan Al-Qur’an sebagai teks yang Masoretic, istilah yang umumnya berkaitan dengan Kitab Perjanjaian Lama berbahasa Ibrani. Dengan menghilangkan seluruh peristilahan AI-Qur'an, Wansbrough malah berbicara mengenai Haggadic exegesis, Halakhic exegesis, dan Deutungsbedurftigkeit.42 Setiap orang dari kalangan mereka juga menyebut canonization Al-Qur'an (dalih-dalih AI-Qur'an) dan naskah kuno Ibn Mas'ud. Kebanyakan kaum Muslimin tak pemah berurusan dengan jargon-jargon aneh itu. Apabila hipotesis Jeffery, Goldziher dan yang lain telah kita bicarakan dan kita nafikkan, maka kini saatnya untuk kita meneliti sepenuhnya motif-motif yang melatarbelakangi usaha mereka. Sketsa potter sejarah awal YahudiKristen, diiringi sejarah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, diharap dapat melicinkan jalan pemahaman yang lebih dalam mengenai cara berpikir para ilmuwan dan akhimya akan mengantarkan kita dapat melihat lebih jelas lagi pertimbangan dan sederet tujuan pihak Barat dalam melakukan kajian terhadap Al-Qur'an.
Wehhhh....hanya dengan dalil musaf Quran tersebut pernah dihapus maka dijadikan dasar bahwa Quran tidak orisinil, wow....
ketika susu.tahu nulis laporan pake pensil, ketika laporan selesai susu.tahu memeriksa ulang dan ditemukan kesalahan ejaan, lalu dihapus dan ditulislah dengan benar tapi sisa hapusan masih kelihatan, maka apakah ketika diperiksa laporan tersebut oleh si boss susu.tahu lalu si boss nemuin hapusan tersebut dan menyatakan kalo laporan susu.tahu ga benar????
wahai susu.tahu, dibutuhkan lebih dari ilmu menemukan sisa hapusan tulisan untuk meneliti keabsahan Quran sekarang ini anda tahu ilmu apa saja itu????
Tetap tidak masuk diakal.......pernyataan kalian sama saja dengan merendahkan kemampuan Allah di dalam menjaga Kitab2Nya.
Masa sih pertama2 Allah sudah menurunkan Kitab2nya......lalu dibiarkan olehNya tangan2 jahil memalsukan Kitab2Nya.......lalu diturunkan quran dan hanya quran yang dijaga dari tangan2 jahil ????
Kalau memang begitu sifat Allah menurut kalian ( bahwa Allah sewaktu2 bisa saja merevisi Kitab2Nya ) apa ngga mungkin di kemudian hari quran juga akan diperlakukan sama seperti KItab2 sebelumnya ????
susu.tahu- BLUE MEMBERS
-
Number of posts : 308
Reputation : 0
Points : 5276
Registration date : 2011-04-11
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
paulus wrote:susu.tahu wrote:Dimana Mushaf Al-Quran Yang Asli
Kehebohan baru yang bakal mengguncangkan umat Islam datang dari Doktor Gerd R. Puin, seorang pakar filologi dan ahli bahasa-bahasa Semitis. Pada 1979, pakar kaligrafi Arab dan paleografi Alquran dari Universitas Sarre, Jerman, itu diajak Kadi Ismail al-Akwa, Ketua Dinas Purbakala Yaman, untuk meneliti sebuah bungkusan kuno yang ditemukan di Sana’a, ibu kota Yaman, pada 1972. Bungkusan berisi perkamen (kulit kambing) dan kertas (suhuf) itu ditemukan saat pemerintah merenovasi masjid kuno di Sana’a, yang bocor akibat hujan lebat.
Paket kuno yang ditemukan para pekerja di atap masjid agung itu kemudian diamankan Kadi Ismail al-Akwa karena ia yakin isinya pasti bernilai. Ia lalu meminta bantuan internasional untuk menganalisis tulisan di atas perkamen itu. Akhirnya, baru pada 1979 ia berhasil membujuk Puin untuk menelitinya, dengan bantuan dana dari Pemerintah Jerman.
Berdasarkan penelitian awal, bisa dipastikan, perkamen Sana’a itu adalah mushaf Alquran paling tua di dunia, yang ditulis pada abad ketujuh dan kedelapan. Sebagaimana diketahui, hingga saat ini, ada tiga “kopi” mushaf Alquran yang sudah ditemukan. Dua mushaf Alquran abad kedelapan, masing-masing disimpan di Perpustakaan Tashkent, Uzbekistan, dan di Museum Topkapi di Istambul. Sementara, mushaf ketiga berupa manuskrip Ma’il dari abad ketujuh, disimpan di British Library, London, Inggris.
Menurut Doktor Puin, kaligrafi pada mushaf Sana’a itu berasal dari Hijaz, sebuah wilayah Arab, tempat tinggal Nabi Muhammad saw. Dengan demikian, itu bukan hanya merupakan mushaf tertua di dunia, melainkan salah satu mushaf versi pertama. Perkamen itu mengandung variasi teks yang agak berbeda, surat-suratnya disusun tak biasa, dan gaya serta grafisnya sangat langka. Ia juga melihat adanya jejak teks yang dihapus dan digantikan dengan teks baru. Karena itulah, Puin menyimpulkan, Alquran pernah mengalami evolusi tekstual. “Dengan kata lain, apa yang umat Islam baca saat ini kemungkinan bukan satu-satunya “versi” yang diyakini telah diwahyukan Allah kepada Nabi saw.,” tulis Abul Taher, pekan lalu, dalam koran Inggris, The Guardian.
Kesimpulan Puin itu tentu saja akan sulit diterima umat Islam. Sebab, ayat-ayat dalam Alquran itu diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad saw. secara bertahap (610-632). Dan, setiap menerima wahyu, Nabi saw. selalu membacakannya di hadapan para sahabat. Menurut Ensiklopedi Islam (Jakarta, 1994), selain menyuruh para sahabatnya menghafal, Nabi saw. juga memerintahkan mereka untuk menuliskannya di atas pelepah kurma, lempengan batu, atau kepingan tulang.
Menurut hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, untuk menjaga kemurnian Alquran, itu, setiap tahun Malaikat Jibril mendatangi Nabi untuk memeriksa bacaannya. Bahkan pada tahun Nabi saw. wafat, Malaikat Jibril datang dua kali dan mengontrol bacaan Nabi, sebagaimana Nabi sendiri selalu melakukan hal yang sama kepada para sahabat, selama hidupnya. Dengan demikian, terpeliharalah Alquran dari kesalahan dan kekeliruan.
Dua puluh sembilan tahun setelah Nabi wafat, di bawah Usman, khalifah ketiga, sebuah versi baku Alquran ditetapkan dan dikodifikasi dalam bentuk buku, akibat adanya pelbagai versi Alquran, baik lisan maupun tertulis, yang banyak beredar di wilayah kekuasaan Islam. Kodifikasi itu dilakukan berdasarkan mushaf yang dihimpun Khalifah Abu Bakar, yang kemudian disimpan di rumah Hafsah, putri Khalifah Umar, yang juga istri Nabi saw. Karena itu, tak pernah ada lagi modifikasi dan kodifikasi Alquran sesudah Usman, yang disusun di bawah pimpinan Zaid bin Sabit. Mushaf Usmani dalam dialek Quraisy itu lalu dibuat lima kopi. Satu kopi disimpan di Madinah (mushaf al-Imam) dan empat lainnya dikirim ke Mekah, Suriah, Basrah, dan Kufah untuk disalin dan diperbanyak (EI, 1994).
Apakah perkamen dari Sana’a itu adalah salah satu dari mushaf-mushaf itu, atau salinannya, belum bisa dipastikan. Yang jelas, menurut Puin, sebagaimana dalam tradisi litaratur Arab, perkamen Sana’a itu ditulis tanpa tanda-tanda diacritique (titik, aksen, koma, tanda huruf atau fonetik pengubah nilai). Artinya, perkamen itu ditulis lebih sebagai panduan bagi yang sudah hafal Alquran. Akibatnya, puluhan tahun kemudian, pembaca “Arab gundul” itu makin sulit memahaminya. Karena itulah, untuk memudahkan, Hajjaj bin-Yusuf, Gubernur Irak, pada 694-714, lantas melengkapi teks itu dengan pelbagai tanda. “Ia sangat bangga karena ia telah berhasil memasukkan lebih dari 1.000 alif ke dalam teks Alquran,” kata Puin.
Kesimpulan Puin yang juga mengejutkan adalah: sumber-sumber pra-Islam, katanya, telah dimasukkan ke dalam Alquran. Misalnya, ihwal As Sahab ar-Rass dan As Sahab al-Aiqa. Soalnya, menurut Geographie karya Ptolomeus, suku Ar Rass hidup di Lebanon sebelum Islam dan Al Aiqa hidup di wilayah Aswan, Mesir, sekitar 150 tahun sebelum Masehi. Bahkan, Puin tidak yakin Alquran ditulis dalam bahasa Arab murni. Sebab, kata “Quran” sendiri, yang berarti “kalam”, “kitab”, “bacaan”, menurut Puin, berasal dari sebuah kata Aramian, qariyun (penggalan bacaan teks suci saat menjalankan ibadah).
Tak aneh bila Khalidi gusar atas usaha para Islamolog Barat seperti Puin, yang tak selalu menganalisis Alquran sebagaimana mereka melakukannya terhadap Injil. Khalidi bahkan cemas bila hasil penelitian Puin itu disebarluaskan, ia akan bisa dihukum oleh umat Islam, sebagaimana dialami Salman Rushdie akibat novelnya, Ayat-Ayat Setan (1988). Atau dihukum seperti Doktor Nasr Abu Zaid, dosen ilmu Alquran dari Universitas Kairo, pada 1995, akibat karyanya Le Concept du texte (1990), menyatakan, “Alquran hanyalah teks sastra, dan satu-satunya cara untuk memahami, menerangkan, menganalisis, dan mengadaptasinya hanyalah melalui pendekatan sastra.”
Toh, Salim Abdullah, Direktur Arsip Islam Jerman, yang berafiliasi pada Liga Islam Dunia, menanggapi kesimpulan Puin dengan sikap positif. “Doktor Puin sebelumnya telah meminta izin kepada saya, apakah ia boleh mempublikasikan salah satu karangannya tentang dokumen Sana’a. Ketika saya memperingatkan bahwa ia akan menghadapi
kontroversi, Puin mengatakan, sudah lama ia menunggu adanya perdebatan mengenai hal itu,” kata Salim. Padahal, sebelumnya, akibat kesimpulannya yang mengejutkan itu, Puin sendiri segera diusir dari Yaman dan ia dilarang melanjutkan penelitiannya.
Bagaimana dengan umat Islam Indonesia?
http://www.siaranalhayat.com/2010/07/06/dimana-mushaf-al-quran-yang-asli/
gimana nih muslim slalu menuduh kitabnya Kristen kaga asli.....ternyata quran juga tuh....
Ia juga melihat adanya jejak teks yang dihapus dan digantikan dengan teks baru. Karena itulah, Puin menyimpulkan, Alquran pernah mengalami evolusi tekstual. “Dengan kata lain, apa yang umat Islam baca saat ini kemungkinan bukan satu-satunya “versi” yang diyakini telah diwahyukan Allah kepada Nabi saw.,” tulis Abul Taher, pekan lalu, dalam koran Inggris, The Guardian
monggo susu.tahu membaca...sambil makan tempe ya
Para ilmuwan Yahudi dan Kristen sejak lama telah menyimpan obsesi ingin melecehkan adanya perbedaan terhadap Al-Qur'an, hanya Allah dengan begitu mudah mengamankan dan memelihara Kitab-Nya sehingga segala upaya dan sumber yang jadi andalan hanya mampu menjadikan mereka kewalahan. Abad ke-20 ini menyaksikan adanya satu Lembaga Kajian AIQur'an yang didirikan oleh Universitas Munich. Seluruh ruangan gedung dipenuhi sebanyak empat puluh ribu naskah AI-Qur'an dari berbagai abad dan negara dan kebanyakan dalam bentuk foto asli, sedang para stafnya asyik menyibukkan diri membandingkan kata-kata dari setiap naskah sebagai upaya yang tak kenal lelah dalam menyingkap perbedaan yang terdapat dalam AIQur'an.
Beberapa waktu sebelum Perang Dunia II, laporan pendahuluan yang cukup mantap telah diterbitkan yang menyebut bahwa tentunya terdapat kekeliruan dalam menyalin manuskrip Al-Qur'an, kendati tidak terdapat ragam perbedaan. Selama peperangan, Amerika mengebom lembaga tersebut menghancurkan keseluruhan yang ada termasuk direksi, staf, dan semua pakar perpustakaan... Ini semua membuktikan bahwa tidak ada perbedaan pada naskah-naskah AI-Qur'an sejak abad pertama hingga ke abad ini.(M. Hamidullah, "The Practicability of Islam in This World", Islamic Cultural Forum, Tokyo, Jepang, April 1977, hlm. 15; lihat juga A. Jeffery, Materials, Pendahuluan, hlm. 1.)
Jeffery mengakui fakta ini kendati secara sinis ia menyesal bahwa "Secara praktis semua Mushaf-Mushaf terdahulu dan kepingan-kepingan naskah yang selama ini diteliti dengan hati-hati membuktikan adanya kesamaan teks, kalau pun terdapat perbedaan, hal itu hampir keseluruhannya dapat diterangkan sebagai kesalahan tulisan."37 Bergtrasser juga memiliki kesimpulan yang sama.38 Namun Jeffery tetap memaksakan pendapat bahwa teks-teks itu "tampaknya belum ditetapkan hingga abad ke-3 Islam"39 [dan karenanya] agak penasaran bahwa tidak terdapat contoh teks lain yang masih bertahan di antara semua kepingan-kepingan itu yang selama ini diteliti."40 Untuk menjawab kebimbangan yang dimiliki, tampaknya ia masih belum dapat melihat hutan rimba dengan aneka ragam pohon dan tumbuh-tumbuhan yang terdapat di dalamnya. Jelasnya, tidak pernah terdapat teks-teks yang berlainan.
Daripada merengek-rengek kepada komplatan Orientalis yang selalu berubah sikap menurut kepentingannya, kaum Muslimin hendaknya tetap meniti jalan yang dilalui para muhaddithun zaman dulu. Apa sebenamya hasil yang mungkin diraih sekiranya kita hendak menerapkan kriteria terhadap kajian kitab Injil? Coba renungkan contoh berikut ini, sekadar gambaran betapa rapuhnya dasar-dasar teori mereka. Dalam Dictionary of the Bible, dalam artikel yang berjudul "Jesus Christ", kita dapat membaca, "Satu-satunya saksi dalam pemakaman [Kristus] terdapat dua orang wanita..." Kemudian dalam judul lain, "The Resurrection", "Banyak sekali kesulitan yang berkaitan dengan bahasan ini, dan juga berita-beritanya, yang juga tak banyak jumlahnya dan bahkan mengecewakan, serta memuat beberapa perbedaan tertentu yang tak mungkin dicarikan titik temu atau penyelesaian; tetapi para pakar sejarah yang konsisten dengan aturan-aturan yang paling tepat dan merasa terikat oleh disiplin ilmiah, menemukan bukti yang cukup memadai untuk meyakini fakta itu."41
Kita hanya mampu meraba-raba bahwa 'fakta-fakta' dalam posisi lebih tinggi dari yang lain dan tidak perlu lagi mencari-cari bukti. Apa jadinya jika kita hendak menerapkan metode kita sendiri? Apa yang dapat kita sebut mengenai cerita penguburan Yesus Kristus? Pertama, siapakah orang yang mengarang cerita dalam Injil itu? Semuanya tidak ada yang dikenal secara pasti dan cerita itu pun hampa. Kedua, siapa yang membawa pernyataan dua orang wanita itu kepada pengarang? Entahlah. Ketiga, jaringan mata rantai riwayat macam mana yang dapat dipakai sebagai ukuran? Tidak ada. Semua cerita yang adalah hasil rekayasa.
Upaya mencari perbedaan dalam Al-Qur'an terus berjalan tanpa henti, dan bahkan Brill ikut memanasi usaha ini dengan membuat Encyclopedia AIQur'an (sebanyak empat jilid) yang akan terbit dalam beberapa tahun mendatang. Di antara badan penasihatnya, selain para ilmuwan Yahudi dan Kristen, tak ada lain adalah M. Arkoun dan Nasr Abu Zaid yang sudah dianggap sebagai penyeleweng (heretics) di negara-negara Islam.
Penilaian telah berulang kali saya buat terhadap kedudukan ilmiah kitab Injil secara sepintas, dan juga semangat yang membara hendak memaksakan AI-Qur'an dengan keraguan dan teka-teki guna menutupi kelemahan Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru (PB). Kini giliran saya mengambil sikap proaktif dalam menyelami sejarah teks kitab suci mereka, bukan sekadar perbandingan. Setiap ilmuwan dan pengkritik merupakan produk lingkungan tertentu, dan para Orientalis - baik yang Kristen, Yahudi, ataupun ateis - semuanya lahir dari latar belakang Yahudi dan Kristen yang ingin memilah-milah pandangan tentang segala masalah yang berkaitan dengan keislaman. Sikap selektifnya memacu mereka mengubah studi Islam pada satu bentuk yang benar-benar aneh dengan mengenalkan peristilahan yang ada dalam Injil. Blachere misalnya, memakai istilah vulgate. Bible versi Latin yang dihasilkan pada abad keempat dan lebih digemari oleh Gereja Katolik Roma (penerjemah). saat menunjuk Mushaf `Uthman dalam bukunya Introduction au Coran, dan Jeffery menerangkan Al-Qur’an sebagai teks yang Masoretic, istilah yang umumnya berkaitan dengan Kitab Perjanjaian Lama berbahasa Ibrani. Dengan menghilangkan seluruh peristilahan AI-Qur'an, Wansbrough malah berbicara mengenai Haggadic exegesis, Halakhic exegesis, dan Deutungsbedurftigkeit.42 Setiap orang dari kalangan mereka juga menyebut canonization Al-Qur'an (dalih-dalih AI-Qur'an) dan naskah kuno Ibn Mas'ud. Kebanyakan kaum Muslimin tak pemah berurusan dengan jargon-jargon aneh itu. Apabila hipotesis Jeffery, Goldziher dan yang lain telah kita bicarakan dan kita nafikkan, maka kini saatnya untuk kita meneliti sepenuhnya motif-motif yang melatarbelakangi usaha mereka. Sketsa potter sejarah awal YahudiKristen, diiringi sejarah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, diharap dapat melicinkan jalan pemahaman yang lebih dalam mengenai cara berpikir para ilmuwan dan akhimya akan mengantarkan kita dapat melihat lebih jelas lagi pertimbangan dan sederet tujuan pihak Barat dalam melakukan kajian terhadap Al-Qur'an.
Wehhhh....hanya dengan dalil musaf Quran tersebut pernah dihapus maka dijadikan dasar bahwa Quran tidak orisinil, wow....
ketika susu.tahu nulis laporan pake pensil, ketika laporan selesai susu.tahu memeriksa ulang dan ditemukan kesalahan ejaan, lalu dihapus dan ditulislah dengan benar tapi sisa hapusan masih kelihatan, maka apakah ketika diperiksa laporan tersebut oleh si boss susu.tahu lalu si boss nemuin hapusan tersebut dan menyatakan kalo laporan susu.tahu ga benar????
wahai susu.tahu, dibutuhkan lebih dari ilmu menemukan sisa hapusan tulisan untuk meneliti keabsahan Quran sekarang ini anda tahu ilmu apa saja itu????
Tetap tidak masuk diakal.......pernyataan kalian sama saja dengan merendahkan kemampuan Allah di dalam menjaga Kitab2Nya.
Masa sih pertama2 Allah sudah menurunkan Kitab2nya......lalu dibiarkan olehNya tangan2 jahil memalsukan Kitab2Nya.......lalu diturunkan quran dan hanya quran yang dijaga dari tangan2 jahil ????
Kalau memang begitu sifat Allah menurut kalian ( bahwa Allah sewaktu2 bisa saja merevisi Kitab2Nya ) apa ngga mungkin di kemudian hari quran juga akan diperlakukan sama seperti KItab2 sebelumnya ????
Apakah menurut kalian Allah ngga konsisten dengan FirmanNya ??
Bahwa FirmanNya sewaktu2 bisa diubah2 bila Dia menghendakinya ??
susu.tahu- BLUE MEMBERS
-
Number of posts : 308
Reputation : 0
Points : 5276
Registration date : 2011-04-11
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
Piss wrote:agus wrote:Kayaknya nggak tahu dia tuh bro...
Iya bro, dia ngga tahu kalo allah yang di quran itu kurang kuasa. Ngeluarin tiga kitab, kok hanya bisa jaga satu. dimana maha kuasanya ya?
Itu artinya menurut muslim Allah ngga konsisten.....ngga mau menjaga FirmanNya....Buktinya kitab2 sebelum quran dibiarin aja dipalsukan.....padahal kan kalau Allah mau pasti Dia sanggup menjaga FirmanNya. Orang2 jahil yg berniat memalsukan kitab2 apalah artinya sih buat Allah yang Maha Kuasa.
Tapi yah gitu deh menurut logikanya muslim, emang Allah sengaja membiarkan kitab2 sebelum quran dipalsukan supaya bisa diturunkan quran deh.....karena katanya cuma quran revisi terakhir yang paling sempurna.
Hanya yang membuat kami bertanya2......kalau Allah ngga konsisten dengan FirmanNya....apakah yakin bahwa quran juga akan tetap terjaga keasliannya ????
Buktinya kitab2 sebelumnya aja dibiarin dipalsukan....
susu.tahu- BLUE MEMBERS
-
Number of posts : 308
Reputation : 0
Points : 5276
Registration date : 2011-04-11
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
susu.tahu wrote:Piss wrote:agus wrote:Kayaknya nggak tahu dia tuh bro...
Iya bro, dia ngga tahu kalo allah yang di quran itu kurang kuasa. Ngeluarin tiga kitab, kok hanya bisa jaga satu. dimana maha kuasanya ya?
Itu artinya menurut muslim Allah ngga konsisten.....ngga mau menjaga FirmanNya....Buktinya kitab2 sebelum quran dibiarin aja dipalsukan.....padahal kan kalau Allah mau pasti Dia sanggup menjaga FirmanNya. Orang2 jahil yg berniat memalsukan kitab2 apalah artinya sih buat Allah yang Maha Kuasa.
Tapi yah gitu deh menurut logikanya muslim, emang Allah sengaja membiarkan kitab2 sebelum quran dipalsukan supaya bisa diturunkan quran deh.....karena katanya cuma quran revisi terakhir yang paling sempurna.
Hanya yang membuat kami bertanya2......kalau Allah ngga konsisten dengan FirmanNya....apakah yakin bahwa quran juga akan tetap terjaga keasliannya ????
Buktinya kitab2 sebelumnya aja dibiarin dipalsukan....
Makanya diturunkan Al-quran untuk meluruskan apa yang kalian ada-adakan. Gampang toh jawabannya...
agus- SILVER MEMBERS
-
Number of posts : 8588
Location : Everywhere but no where
Job/hobbies : Baca-baca
Humor : Shaggy yang malang
Reputation : 45
Points : 14834
Registration date : 2010-04-16
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
Kalau kalian mengatakan bahwa quran pasti di jaga keasliannya karena Allah sudah menjanjikannya, maka pada Kitab sebelumnya juga ada kok janji Allah bahwa Dia akan menjaga FirmanNya;
Wahyu 14:6
LAI TB, Dan aku melihat seorang malaikat lain terbang di tengah-tengah langit dan padanya ada Injil yang kekal untuk diberitakannya kepada mereka yang diam di atas bumi dan kepada semua bangsa dan suku dan bahasa dan kaum,
* Yesaya 40:8
LAI TB, Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya." KJV, The grass withereth, the flower fadeth: but the word of our God shall stand for ever.
* 1 Petrus 1:25
LAI TB, tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya." Inilah firman yang disampaikan Injil kepada kamu
* Matius 24:35
LAI TB, Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.
Wahyu 14:6
LAI TB, Dan aku melihat seorang malaikat lain terbang di tengah-tengah langit dan padanya ada Injil yang kekal untuk diberitakannya kepada mereka yang diam di atas bumi dan kepada semua bangsa dan suku dan bahasa dan kaum,
* Yesaya 40:8
LAI TB, Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya." KJV, The grass withereth, the flower fadeth: but the word of our God shall stand for ever.
* 1 Petrus 1:25
LAI TB, tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya." Inilah firman yang disampaikan Injil kepada kamu
* Matius 24:35
LAI TB, Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.
susu.tahu- BLUE MEMBERS
-
Number of posts : 308
Reputation : 0
Points : 5276
Registration date : 2011-04-11
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
agus wrote:susu.tahu wrote:Piss wrote:agus wrote:Kayaknya nggak tahu dia tuh bro...
Iya bro, dia ngga tahu kalo allah yang di quran itu kurang kuasa. Ngeluarin tiga kitab, kok hanya bisa jaga satu. dimana maha kuasanya ya?
Itu artinya menurut muslim Allah ngga konsisten.....ngga mau menjaga FirmanNya....Buktinya kitab2 sebelum quran dibiarin aja dipalsukan.....padahal kan kalau Allah mau pasti Dia sanggup menjaga FirmanNya. Orang2 jahil yg berniat memalsukan kitab2 apalah artinya sih buat Allah yang Maha Kuasa.
Tapi yah gitu deh menurut logikanya muslim, emang Allah sengaja membiarkan kitab2 sebelum quran dipalsukan supaya bisa diturunkan quran deh.....karena katanya cuma quran revisi terakhir yang paling sempurna.
Hanya yang membuat kami bertanya2......kalau Allah ngga konsisten dengan FirmanNya....apakah yakin bahwa quran juga akan tetap terjaga keasliannya ????
Buktinya kitab2 sebelumnya aja dibiarin dipalsukan....
Makanya diturunkan Al-quran untuk meluruskan apa yang kalian ada-adakan. Gampang toh jawabannya...
Kalau memang Alkitab hanya diada-adakan.....lalu kenapa Allah ngga bikin quran aja dari pertama ???? toh pada akhirnya juga Kitab2 sebelumnya ngga kepake.....
susu.tahu- BLUE MEMBERS
-
Number of posts : 308
Reputation : 0
Points : 5276
Registration date : 2011-04-11
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
Baik Injil, Taurat dan Zabur adalah kitab-kitab suci yang terdahulu yang diberikan kepada para nabi-nabi terdahulu. Anda salah mengira bahwa kitab-kitab tersebut oleh kaum muslimin dianggap telah dipalsukan semuanya. Masih ada beberapa ayat yang asli, namun banyak juga yang dipalsukan.
Agar kerancuan ini tidak berlarut-larut, maka diturunkan Al-quran untuk meluruskan semua yang telah dipalsukan tersebut. Gampang toh cara berpikirnya, gitu aja koq ngotot.... :04: :04: :04:
Agar kerancuan ini tidak berlarut-larut, maka diturunkan Al-quran untuk meluruskan semua yang telah dipalsukan tersebut. Gampang toh cara berpikirnya, gitu aja koq ngotot.... :04: :04: :04:
agus- SILVER MEMBERS
-
Number of posts : 8588
Location : Everywhere but no where
Job/hobbies : Baca-baca
Humor : Shaggy yang malang
Reputation : 45
Points : 14834
Registration date : 2010-04-16
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
agus wrote:Baik Injil, Taurat dan Zabur adalah kitab-kitab suci yang terdahulu yang diberikan kepada para nabi-nabi terdahulu. Anda salah mengira bahwa kitab-kitab tersebut oleh kaum muslimin dianggap telah dipalsukan semuanya. Masih ada beberapa ayat yang asli, namun banyak juga yang dipalsukan.
Agar kerancuan ini tidak berlarut-larut, maka diturunkan Al-quran untuk meluruskan semua yang telah dipalsukan tersebut. Gampang toh cara berpikirnya, gitu aja koq ngotot.... :04: :04: :04:
maaf bro....bukannya saya ngotot.....hanya saja kenapa Allah membiarkan kitab2 sebelumnya dipalsukan? Bukankah Allah Maha Kuasa....dan kalau Ia menghendaki utk menjaga pasti Kitab2 itu akan terjaga....benar kan ?
Sama seperti anda sangat yakin bahwa Allah-lah yang menjaga keaslian quran...
Jadi terus terang saja pernyataan kalian mengenai bahwa Allah hanya menjaga quran dan tidak menjaga Kitab2 sebelumnya membuat saya berpikir bahwa Allah yang kalian percayai tidaklah konsisten dengan firmannya.....
Namun menurut saya pribadi Allah tidaklah seperti itu, FirmanNya akan tetap Kekal sampai selama2nya dan saya percaya bahwa Allah tidaklah perlu merevisi FirmanNya, karena Allah Maha Kuasa dan Ia sanggup menjaga FirmanNya yang Kudus dan Mulia dari siapapun yg berniat memalsukannya.
Karena sekalipun ada manusia yang berniat memalsukan FirmanNya namun bagi Tuhan tidak ada hal yang mustahil, apalagi di dalam menjaga FirmanNya.....Ia pasti menjaganya dari orang2 yang berniat memalsukan.
susu.tahu- BLUE MEMBERS
-
Number of posts : 308
Reputation : 0
Points : 5276
Registration date : 2011-04-11
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
susu.tahu wrote:agus wrote:Baik Injil, Taurat dan Zabur adalah kitab-kitab suci yang terdahulu yang diberikan kepada para nabi-nabi terdahulu. Anda salah mengira bahwa kitab-kitab tersebut oleh kaum muslimin dianggap telah dipalsukan semuanya. Masih ada beberapa ayat yang asli, namun banyak juga yang dipalsukan.
Agar kerancuan ini tidak berlarut-larut, maka diturunkan Al-quran untuk meluruskan semua yang telah dipalsukan tersebut. Gampang toh cara berpikirnya, gitu aja koq ngotot.... :04: :04: :04:
maaf bro....bukannya saya ngotot.....hanya saja kenapa Allah membiarkan kitab2 sebelumnya dipalsukan? Bukankah Allah Maha Kuasa....dan kalau Ia menghendaki utk menjaga pasti Kitab2 itu akan terjaga....benar kan ?
Sama seperti anda sangat yakin bahwa Allah-lah yang menjaga keaslian quran...
Jadi terus terang saja pernyataan kalian mengenai bahwa Allah hanya menjaga quran dan tidak menjaga Kitab2 sebelumnya membuat saya berpikir bahwa Allah yang kalian percayai tidaklah konsisten dengan firmannya.....
Namun menurut saya pribadi Allah tidaklah seperti itu, FirmanNya akan tetap Kekal sampai selama2nya dan saya percaya bahwa Allah tidaklah perlu merevisi FirmanNya, karena Allah Maha Kuasa dan Ia sanggup menjaga FirmanNya yang Kudus dan Mulia dari siapapun yg berniat memalsukannya.
Karena sekalipun ada manusia yang berniat memalsukan FirmanNya namun bagi Tuhan tidak ada hal yang mustahil, apalagi di dalam menjaga FirmanNya.....Ia pasti menjaganya dari orang2 yang berniat memalsukan.
hi...hi...hi...nggak usah sensi, lha aku cuma bilang nggak usah ngotot supaya ente nggak ngantuk... .
Yang perlu diluruskan disini adalah cara pandang ente bro, non muslim biasanya berpandangan bahwa Islam adalah suatu agama baru diluar pemahaman mereka. Perlu diketahui bahwa kami dari umat Muslim justru berpandangan sebaliknya yaitu bahwa Taurat, Injil dan Zabur adalah Kitab-kitab yang dibawa oleh para Nabi yang diutus untuk suatu kaum tertentu. Kitab-kitab tersebut kemudian disempurnakan ke dalam suatu Kitab Akhir yang disebut Al-Quran yang dibawa oleh seorang Nabi yaitu Nabi Muhammad. Cuma kitab akhir ini bukan lagi diperuntukkan kepada umat tertentu, bangsa Arab misalnya. Namun diperuntukkan bagi seluruh umat manusia didunia.
Nah, kenapa koq kitab terdahulu bisa diobok2 tanpa penjagaan dari Allah ? Wah, perlu kedewasaan sedikit untuk memahami ini. Memang semuanya harus serba instan ? Ya harus melalui proses dulu dong, hingga mencapai suatu titik tertentu yang menurut Allah sendiri (sunatullah) segera harus diluruskan. Disinilah letak ujiannya bagi hamba yang benar-benar beriman. Bisakah membedakan kitab yang telah tercampur tangan manusia dan mana kitab yang benar-benar dari Allah SWT. Ingat kaum muslimin tidak pernah mengatakan mutlak bahwa Injil, Taurat dan Zabur telah dipalsukan semuanya. Masih ada hal-hal yang asli. Jadi jangan alergi sama Islam apalagi Al-qur'an ya bro. Gitu aja koq....
agus- SILVER MEMBERS
-
Number of posts : 8588
Location : Everywhere but no where
Job/hobbies : Baca-baca
Humor : Shaggy yang malang
Reputation : 45
Points : 14834
Registration date : 2010-04-16
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
@susu
ane mau nanya dulu neh..... knapa Allah menurunkan Injil, padahal sudah pernah menurunkan Taurat...
Menurut anda jawabannya apa bro???
Namun menurut saya pribadi Allah tidaklah seperti itu, FirmanNya akan tetap Kekal sampai selama2nya dan saya percaya bahwa Allah tidaklah perlu merevisi FirmanNya, karena Allah Maha Kuasa dan Ia sanggup menjaga FirmanNya yang Kudus dan Mulia dari siapapun yg berniat memalsukannya.
Karena sekalipun ada manusia yang berniat memalsukan FirmanNya namun bagi Tuhan tidak ada hal yang mustahil, apalagi di dalam menjaga FirmanNya.....Ia pasti menjaganya dari orang2 yang berniat memalsukan.
ane mau nanya dulu neh..... knapa Allah menurunkan Injil, padahal sudah pernah menurunkan Taurat...
Menurut anda jawabannya apa bro???
Gak_Mau_DiSembah- SILVER MEMBERS
-
Number of posts : 1054
Location : Calon Penghuni Surga
Job/hobbies : Masak ayam panggang, Yesus jgn minta yah....
Humor : dogma gereja: gak blh bantah, gak usah banyak nanya, telen aja..(kl ada yg salah) di edit aja... gtu aja kok repot!!!
Reputation : 2
Points : 6152
Registration date : 2011-02-08
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
@stt
Gimana bro ? Bisakan memahami cara pandang Islam. Kami lebih komprehensif dan tidak parsial gitu....
Gimana bro ? Bisakan memahami cara pandang Islam. Kami lebih komprehensif dan tidak parsial gitu....
agus- SILVER MEMBERS
-
Number of posts : 8588
Location : Everywhere but no where
Job/hobbies : Baca-baca
Humor : Shaggy yang malang
Reputation : 45
Points : 14834
Registration date : 2010-04-16
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
Alkitab yang ada ditangan kita sekarang adalah kitab yang otentik, yang bisa kita percayai sepenuhnya. Seperti kita ketahui, Alkitab tidak ditulis oleh satu orang dan pada satu waktu, tapi ditulis puluhan orang mulai dari raja, ulama, nabi sampai pegawai pajak dan rakyat jelata dalam kurun waktu ribuan tahun. Kita memiliki sekitar 5000 manuskript dalam bahasa Yunani yang siap digunakan untuk membuktikan keotentikan Alkitab. Ada sekitar 24000 salinan lagi dalam bahasa-bahasa lain. Tidak seperti Alquran yang dibakar manuskript (mushaf) lainnya, kita justru bisa melakukan kroscek ayat mana saja yang terjadi salah salin/tulis, mana ayat yang berbeda, atau ada yang hilang karena memiliki salinan-salinan lain. Hal yang justru memudahkan kita melakukan penelitian jika memang Alkitab sudah dipalsukan.
Untuk Perjanjian Lama, kita memiliki Septuaginta, serta Targum yang berasal dari abad 3 SM, juga ada teks Masoret, Pentateukh Samaritan, juga teks Qumran. Untuk Perjanjian Baru kita memiliki Codex Vaticanus, Sinaiticus, Alexandrius, Bezae. Juga berbagai manuskrip papirus dan fragmen. Yang paling tua berasal dari abad pertama Masehi sampai abad ketiga. Belum lagi sekitar 36000 lagi dokumen non Alkitab yang mengambil kutipan sehingga kita bisa melihat sejauh mana reabilitas dokumen. Silahkan surfing dengan Google untuk mengetahui seluk beluk berbagai sumber penting itu juga untuk membaca tulisan lain tentang keotentikan Alkitab.
Tapi walaupun begitu kita tidak boleh menutup mata, harus jujur mengatakan Alkitab memang memiliki kesalahan. Alkitab memang tidak memiliki 50000 error seperti yang dikatakan Ahmed Deedat. Menurut Wescott dan Hort, kesalahan itu tidak lebih dari salah eja dan varian. Hanya 60 yang benar-benar salah tulis, dan dari 60 itu hanya 7 yang dari awal sudah salah tulis. Dan hal ini bukanlah kesalahan fatal yang mengubah iman Kristen, semisal, dari Yesus disalibkan menjadi Yesus digantikan stuntman buat disalibkan, atau dari “kasihilah musuhmu” lantas berubah jadi “penggallah leher musuhmu”. Jadi murni human error mengingat proses pengkopian teks, murni dilakukan manusia
Untuk Perjanjian Lama, kita memiliki Septuaginta, serta Targum yang berasal dari abad 3 SM, juga ada teks Masoret, Pentateukh Samaritan, juga teks Qumran. Untuk Perjanjian Baru kita memiliki Codex Vaticanus, Sinaiticus, Alexandrius, Bezae. Juga berbagai manuskrip papirus dan fragmen. Yang paling tua berasal dari abad pertama Masehi sampai abad ketiga. Belum lagi sekitar 36000 lagi dokumen non Alkitab yang mengambil kutipan sehingga kita bisa melihat sejauh mana reabilitas dokumen. Silahkan surfing dengan Google untuk mengetahui seluk beluk berbagai sumber penting itu juga untuk membaca tulisan lain tentang keotentikan Alkitab.
Tapi walaupun begitu kita tidak boleh menutup mata, harus jujur mengatakan Alkitab memang memiliki kesalahan. Alkitab memang tidak memiliki 50000 error seperti yang dikatakan Ahmed Deedat. Menurut Wescott dan Hort, kesalahan itu tidak lebih dari salah eja dan varian. Hanya 60 yang benar-benar salah tulis, dan dari 60 itu hanya 7 yang dari awal sudah salah tulis. Dan hal ini bukanlah kesalahan fatal yang mengubah iman Kristen, semisal, dari Yesus disalibkan menjadi Yesus digantikan stuntman buat disalibkan, atau dari “kasihilah musuhmu” lantas berubah jadi “penggallah leher musuhmu”. Jadi murni human error mengingat proses pengkopian teks, murni dilakukan manusia
susu.tahu- BLUE MEMBERS
-
Number of posts : 308
Reputation : 0
Points : 5276
Registration date : 2011-04-11
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
Gak_Mau_DiSembah wrote:@susuNamun menurut saya pribadi Allah tidaklah seperti itu, FirmanNya akan tetap Kekal sampai selama2nya dan saya percaya bahwa Allah tidaklah perlu merevisi FirmanNya, karena Allah Maha Kuasa dan Ia sanggup menjaga FirmanNya yang Kudus dan Mulia dari siapapun yg berniat memalsukannya.
Karena sekalipun ada manusia yang berniat memalsukan FirmanNya namun bagi Tuhan tidak ada hal yang mustahil, apalagi di dalam menjaga FirmanNya.....Ia pasti menjaganya dari orang2 yang berniat memalsukan.
ane mau nanya dulu neh..... knapa Allah menurunkan Injil, padahal sudah pernah menurunkan Taurat...
Menurut anda jawabannya apa bro???
karena Allah hanya menurunkan Taurat dan Injil, setelah itu tidak ada lagi.
Wahyu 22:18-21 Penutup
22:18 Aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: "Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini.
22:19 Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam kitab ini."
22:20 Ia yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, berfirman: "Ya, Aku datang segera!" Amin, datanglah, Tuhan Yesus!
22:21 Kasih karunia Tuhan Yesus menyertai kamu sekalian! Amin.
susu.tahu- BLUE MEMBERS
-
Number of posts : 308
Reputation : 0
Points : 5276
Registration date : 2011-04-11
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
susu.tahu wrote:Alkitab yang ada ditangan kita sekarang adalah kitab yang otentik, yang bisa kita percayai sepenuhnya. Seperti kita ketahui, Alkitab tidak ditulis oleh satu orang dan pada satu waktu, tapi ditulis puluhan orang mulai dari raja, ulama, nabi sampai pegawai pajak dan rakyat jelata dalam kurun waktu ribuan tahun. Kita memiliki sekitar 5000 manuskript dalam bahasa Yunani yang siap digunakan untuk membuktikan keotentikan Alkitab. Ada sekitar 24000 salinan lagi dalam bahasa-bahasa lain. Tidak seperti Alquran yang dibakar manuskript (mushaf) lainnya, kita justru bisa melakukan kroscek ayat mana saja yang terjadi salah salin/tulis, mana ayat yang berbeda, atau ada yang hilang karena memiliki salinan-salinan lain. Hal yang justru memudahkan kita melakukan penelitian jika memang Alkitab sudah dipalsukan.
Untuk Perjanjian Lama, kita memiliki Septuaginta, serta Targum yang berasal dari abad 3 SM, juga ada teks Masoret, Pentateukh Samaritan, juga teks Qumran. Untuk Perjanjian Baru kita memiliki Codex Vaticanus, Sinaiticus, Alexandrius, Bezae. Juga berbagai manuskrip papirus dan fragmen. Yang paling tua berasal dari abad pertama Masehi sampai abad ketiga. Belum lagi sekitar 36000 lagi dokumen non Alkitab yang mengambil kutipan sehingga kita bisa melihat sejauh mana reabilitas dokumen. Silahkan surfing dengan Google untuk mengetahui seluk beluk berbagai sumber penting itu juga untuk membaca tulisan lain tentang keotentikan Alkitab.
Tapi walaupun begitu kita tidak boleh menutup mata, harus jujur mengatakan Alkitab memang memiliki kesalahan. Alkitab memang tidak memiliki 50000 error seperti yang dikatakan Ahmed Deedat. Menurut Wescott dan Hort, kesalahan itu tidak lebih dari salah eja dan varian. Hanya 60 yang benar-benar salah tulis, dan dari 60 itu hanya 7 yang dari awal sudah salah tulis. Dan hal ini bukanlah kesalahan fatal yang mengubah iman Kristen, semisal, dari Yesus disalibkan menjadi Yesus digantikan stuntman buat disalibkan, atau dari “kasihilah musuhmu” lantas berubah jadi “penggallah leher musuhmu”. Jadi murni human error mengingat proses pengkopian teks, murni dilakukan manusia
Yakin kalau alkitab tidak mengandung kesalahan ?
Dr. Mr. D. N. Mulder dalam bukunya "Pembimbing ke dalam Perjanjian Lama", tahun 1963, pagina 12 dan 13, berkata sebagai berikut: "Buku ini dikarang pada waktu-waktu tertentu, dan pengarang-pengarangnya memang manusia juga, yang terpengaruh oleh keadaan waktunya dan oleh suasana di sekitarnya dan oleh pembawaan pengarang itu sendiri. Naskah-naskah asli dari Kitab Suci itu sudah tidak ada Iagi. Yang ada pada kita hanya turunan atau salinan. Dan salinan itu bukannya salinan langsung dari naskah asli, melainkan dari salinan dan seterusnya. Sering di dalam menyalin Kitab Suci itu terseliplah salah salin."
2. Drs. M. E. Duyverman dalam bukunya "Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru", tahun 1966, pagina 24 dan 25, berkata sebagai berikut: "Ada kalanya penyalin tersentuh pada kesalahan dalam naskah asli yang dipergunakannya, lalu kesalahan itu diperbaikinya, padahal perbaikan itu sering mengakibatkan perbedaan yang lebih besar dengan yang sungguh asli. Dan kira-kira pada abad keempat, di Antiochia diadakan penyelidikan dan penyesuaian salinan-salinan; agaknya terdorong oleh perbedaan yang sudah terlalu besar diantara salinan-salinan yang dipergunakan dengan resmi dalam Gereja."
3. Dr. B. J. Boland dalam bukunya "Het Johannes Evangelie", p. 9, berkata sebagai berikut: "Zijn ons de waarheden van het Evangelie van Jesus Christus in haar corspron-kelijken onvervalschen, zul veren vorm overgeleverd of zijn de door het intermediair van den Griek schen Geest, van de Griek sche reid, het laat stea an te nemen...dat de letter der Nieuw-Testament-ische boeken in de eerste eeuwen anzer jaartelling gewichtig wijzungen moet hebben ondergaan."
Artinya: Apakah kebenaran-kebenaran dari Injil Jesus Kristus diserahkan kepada kita dalam bentuk murninya, asli dan tidak dipalsukan, ataukah telah dirubah melalui alam fikiran kebudayaan Gerika? Umumnya yang terakhirlah yang diterima oleh orang jaman kini... bahwa tulisan-tulisan Kitab Perjanjian Baru pada dua abad pertama perhitungan tahun kita, pasti telah mengalami perubahan besar.
4. Dr. A. Powel Daviesdalam bukunya "The meaning of the Dead Sea Scrolls The New American Library" tahun 1961 , p. 106, berkata: "The first three, or Synoptic Gospels tell much the same story. There are discrepancies; but it is impossible to a considerable extent to reconcile them. John's Gospel, however, tells quit a different story from the other three. If John is right, then the other three are wrong; If the Synoptic are right, the John's gospel must surely be in error."
Artinya: Tiga Injil pertama, yaitu Injil Synoptik, membawakan cerita yang sama. Terdapat pertentangan-pertentangan di dalamnya, sehingga tidaklah mungkin sedemikian jauh untuk mendamaikan ayat-ayat ini. Namun Injil Johannes, menceritakan cerita-cerita yang amat berbeda dari ketiga Injil pertama itu. Bila Injil Johannes yang betul, maka ketiga Injil yang lain itu salah; bila ketiga Injil itu betul, maka Injil Johannes pasti salah.
5. Dr. G. C. Vari Niftrik dan Dr. B. J. Bolanddalam bukunya "Dogmatika Masakini", cetakan ketiga; tahun 1978, p. 322, berkata sebagai berikut: "Kita tidak usah merasa malu bahwa terdapat pelbagai kekhilafan di dalam Al-Kitab; kekhilafan tentang angka-angka, perhitungan-perhitungan tahun dan fakta-fakta. Dan tak perlu kita pertanggungjawabkan kekhilafan-kekhilafan itu berdasarkan caranya isi Al-Kitab telah disampaikan kepada kita, sehingga dapat kita berkata: dalam naskah asli tentulah tidak terdapat kesalahan-kesalahan, tetapi kekhilafan-kekhilafan itu barulah kemudiannya terjadi di dalam turunan-turunan (salinan-salinan-pen) naskah itu."
agus- SILVER MEMBERS
-
Number of posts : 8588
Location : Everywhere but no where
Job/hobbies : Baca-baca
Humor : Shaggy yang malang
Reputation : 45
Points : 14834
Registration date : 2010-04-16
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
agus wrote:susu.tahu wrote:Piss wrote:agus wrote:Kayaknya nggak tahu dia tuh bro...
Iya bro, dia ngga tahu kalo allah yang di quran itu kurang kuasa. Ngeluarin tiga kitab, kok hanya bisa jaga satu. dimana maha kuasanya ya?
Itu artinya menurut muslim Allah ngga konsisten.....ngga mau menjaga FirmanNya....Buktinya kitab2 sebelum quran dibiarin aja dipalsukan.....padahal kan kalau Allah mau pasti Dia sanggup menjaga FirmanNya. Orang2 jahil yg berniat memalsukan kitab2 apalah artinya sih buat Allah yang Maha Kuasa.
Tapi yah gitu deh menurut logikanya muslim, emang Allah sengaja membiarkan kitab2 sebelum quran dipalsukan supaya bisa diturunkan quran deh.....karena katanya cuma quran revisi terakhir yang paling sempurna.
Hanya yang membuat kami bertanya2......kalau Allah ngga konsisten dengan FirmanNya....apakah yakin bahwa quran juga akan tetap terjaga keasliannya ????
Buktinya kitab2 sebelumnya aja dibiarin dipalsukan....
Makanya diturunkan Al-quran untuk meluruskan apa yang kalian ada-adakan. Gampang toh jawabannya...
Ha ha..
Bro udah ngerti belum logikanya? he he
Salam
Piss- SILVER MEMBERS
- Number of posts : 1888
Reputation : 1
Points : 7056
Registration date : 2011-03-29
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
Piss wrote:agus wrote:susu.tahu wrote:Piss wrote:agus wrote:Kayaknya nggak tahu dia tuh bro...
Iya bro, dia ngga tahu kalo allah yang di quran itu kurang kuasa. Ngeluarin tiga kitab, kok hanya bisa jaga satu. dimana maha kuasanya ya?
Itu artinya menurut muslim Allah ngga konsisten.....ngga mau menjaga FirmanNya....Buktinya kitab2 sebelum quran dibiarin aja dipalsukan.....padahal kan kalau Allah mau pasti Dia sanggup menjaga FirmanNya. Orang2 jahil yg berniat memalsukan kitab2 apalah artinya sih buat Allah yang Maha Kuasa.
Tapi yah gitu deh menurut logikanya muslim, emang Allah sengaja membiarkan kitab2 sebelum quran dipalsukan supaya bisa diturunkan quran deh.....karena katanya cuma quran revisi terakhir yang paling sempurna.
Hanya yang membuat kami bertanya2......kalau Allah ngga konsisten dengan FirmanNya....apakah yakin bahwa quran juga akan tetap terjaga keasliannya ????
Buktinya kitab2 sebelumnya aja dibiarin dipalsukan....
Makanya diturunkan Al-quran untuk meluruskan apa yang kalian ada-adakan. Gampang toh jawabannya...
Ha ha..
Bro udah ngerti belum logikanya? he he
Salam
Loh buukannya Kristen ga pake logika???
Hahahahahahahahahahaha.....
kan udah jelas.... kalo isinya kontradiksi gitu loh.... (kalo kontradiksi brarti itu bukan Tuhan yg berfirman....tapi...... udah ah jawab sendiri hehehehehe)
Nah udah pake logika Bung Pisss??????
lihd- SILVER MEMBERS
-
Number of posts : 2075
Location : Bait Allah
Job/hobbies : Merevisi Injil
Humor : Tolong carikan ahli sains yg TOP utk menjumlahkan 1+1+1= ...??
Reputation : -76
Points : 7084
Registration date : 2011-03-09
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
lihd wrote:Piss wrote:agus wrote:susu.tahu wrote:Piss wrote:agus wrote:Kayaknya nggak tahu dia tuh bro...
Iya bro, dia ngga tahu kalo allah yang di quran itu kurang kuasa. Ngeluarin tiga kitab, kok hanya bisa jaga satu. dimana maha kuasanya ya?
Itu artinya menurut muslim Allah ngga konsisten.....ngga mau menjaga FirmanNya....Buktinya kitab2 sebelum quran dibiarin aja dipalsukan.....padahal kan kalau Allah mau pasti Dia sanggup menjaga FirmanNya. Orang2 jahil yg berniat memalsukan kitab2 apalah artinya sih buat Allah yang Maha Kuasa.
Tapi yah gitu deh menurut logikanya muslim, emang Allah sengaja membiarkan kitab2 sebelum quran dipalsukan supaya bisa diturunkan quran deh.....karena katanya cuma quran revisi terakhir yang paling sempurna.
Hanya yang membuat kami bertanya2......kalau Allah ngga konsisten dengan FirmanNya....apakah yakin bahwa quran juga akan tetap terjaga keasliannya ????
Buktinya kitab2 sebelumnya aja dibiarin dipalsukan....
Makanya diturunkan Al-quran untuk meluruskan apa yang kalian ada-adakan. Gampang toh jawabannya...
Ha ha..
Bro udah ngerti belum logikanya? he he
Salam
Loh buukannya Kristen ga pake logika???
Hahahahahahahahahahaha.....
kan udah jelas.... kalo isinya kontradiksi gitu loh.... (kalo kontradiksi brarti itu bukan Tuhan yg berfirman....tapi...... udah ah jawab sendiri hehehehehe)
Nah udah pake logika Bung Pisss??????
Emangnya quran pake logika ha ha baca lagi bro.
Di surga nanti para pria dapat bidadari yang selalu kembali perawan? Terus perempuan yang masuk sorga gimana? mau lesbi-lesbian dengan para bidadari? (Masuk logika?)
Perjalanan ke langit ke tujuh (masuk logika)?
allah di quran bisa keluarin tiga kitab, cuma bisa jaga satu. allah kurang kuasa dong (masuk logika)?
Untuk cari yang tidak masuk logika ga usah jauh2 ke kitab agama lain, baca aja quran bro, banyak di sana ha ha,..
Salam
Piss- SILVER MEMBERS
- Number of posts : 1888
Reputation : 1
Points : 7056
Registration date : 2011-03-29
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
urusan dunia jgn dibandingkan dgn akhirat.....
Tuh kan otak ente pada karatan....
Kenikmatan akhirat jangan disamain dengan dunia.... hehehehe
Makanya ente jawab dulu tS berikut ttg konsep Surga-Neraka Kristen :
https://murtadinkafirun.forumotion.com/t7818-bagaimanakah-kaum-kafir-menjelaskan-ttg-neraka
Utk dunia.... gunakan akal.... nah sekarang didunia ga pake logika dan akal ya jadinya orang2 macam ente hehehehehe
Tuh kan otak ente pada karatan....
Kenikmatan akhirat jangan disamain dengan dunia.... hehehehe
Makanya ente jawab dulu tS berikut ttg konsep Surga-Neraka Kristen :
https://murtadinkafirun.forumotion.com/t7818-bagaimanakah-kaum-kafir-menjelaskan-ttg-neraka
Utk dunia.... gunakan akal.... nah sekarang didunia ga pake logika dan akal ya jadinya orang2 macam ente hehehehehe
lihd- SILVER MEMBERS
-
Number of posts : 2075
Location : Bait Allah
Job/hobbies : Merevisi Injil
Humor : Tolong carikan ahli sains yg TOP utk menjumlahkan 1+1+1= ...??
Reputation : -76
Points : 7084
Registration date : 2011-03-09
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
lihd wrote:urusan dunia jgn dibandingkan dgn akhirat.....
Tuh kan otak ente pada karatan....
Kenikmatan akhirat jangan disamain dengan dunia.... hehehehe
Makanya ente jawab dulu tS berikut ttg konsep Surga-Neraka Kristen :
https://murtadinkafirun.forumotion.com/t7818-bagaimanakah-kaum-kafir-menjelaskan-ttg-neraka
Utk dunia.... gunakan akal.... nah sekarang didunia ga pake logika dan akal ya jadinya orang2 macam ente hehehehehe
Mungkin ente emang paling pinter di dunia he he
salam
Piss- SILVER MEMBERS
- Number of posts : 1888
Reputation : 1
Points : 7056
Registration date : 2011-03-29
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
Piss wrote:agus wrote:susu.tahu wrote:Piss wrote:agus wrote:Kayaknya nggak tahu dia tuh bro...
Iya bro, dia ngga tahu kalo allah yang di quran itu kurang kuasa. Ngeluarin tiga kitab, kok hanya bisa jaga satu. dimana maha kuasanya ya?
Itu artinya menurut muslim Allah ngga konsisten.....ngga mau menjaga FirmanNya....Buktinya kitab2 sebelum quran dibiarin aja dipalsukan.....padahal kan kalau Allah mau pasti Dia sanggup menjaga FirmanNya. Orang2 jahil yg berniat memalsukan kitab2 apalah artinya sih buat Allah yang Maha Kuasa.
Tapi yah gitu deh menurut logikanya muslim, emang Allah sengaja membiarkan kitab2 sebelum quran dipalsukan supaya bisa diturunkan quran deh.....karena katanya cuma quran revisi terakhir yang paling sempurna.
Hanya yang membuat kami bertanya2......kalau Allah ngga konsisten dengan FirmanNya....apakah yakin bahwa quran juga akan tetap terjaga keasliannya ????
Buktinya kitab2 sebelumnya aja dibiarin dipalsukan....
Makanya diturunkan Al-quran untuk meluruskan apa yang kalian ada-adakan. Gampang toh jawabannya...
Ha ha..
Bro udah ngerti belum logikanya? he he
Salam
maksudnya logika apa ?
agus- SILVER MEMBERS
-
Number of posts : 8588
Location : Everywhere but no where
Job/hobbies : Baca-baca
Humor : Shaggy yang malang
Reputation : 45
Points : 14834
Registration date : 2010-04-16
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
susu.tahu wrote:Piss wrote:agus wrote:Kayaknya nggak tahu dia tuh bro...
Iya bro, dia ngga tahu kalo allah yang di quran itu kurang kuasa. Ngeluarin tiga kitab, kok hanya bisa jaga satu. dimana maha kuasanya ya?
Itu artinya menurut muslim Allah ngga konsisten.....ngga mau menjaga FirmanNya....Buktinya kitab2 sebelum quran dibiarin aja dipalsukan.....padahal kan kalau Allah mau pasti Dia sanggup menjaga FirmanNya. Orang2 jahil yg berniat memalsukan kitab2 apalah artinya sih buat Allah yang Maha Kuasa.
Tapi yah gitu deh menurut logikanya muslim, emang Allah sengaja membiarkan kitab2 sebelum quran dipalsukan supaya bisa diturunkan quran deh.....karena katanya cuma quran revisi terakhir yang paling sempurna.
Hanya yang membuat kami bertanya2......kalau Allah ngga konsisten dengan FirmanNya....apakah yakin bahwa quran juga akan tetap terjaga keasliannya ????
Buktinya kitab2 sebelumnya aja dibiarin dipalsukan....
alhamdulillah akhirnya ngaku juga kalo kitabnya dipalsukan
echofon- BLUE MEMBERS
-
Number of posts : 152
Age : 32
Location : tersesat di dunia maya
Job/hobbies : ngetwitter
Humor : 1+1+1=1?
Reputation : 0
Points : 5118
Registration date : 2011-04-22
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
susu.tahu wrote:Gak_Mau_DiSembah wrote:@susuNamun menurut saya pribadi Allah tidaklah seperti itu, FirmanNya akan tetap Kekal sampai selama2nya dan saya percaya bahwa Allah tidaklah perlu merevisi FirmanNya, karena Allah Maha Kuasa dan Ia sanggup menjaga FirmanNya yang Kudus dan Mulia dari siapapun yg berniat memalsukannya.
Karena sekalipun ada manusia yang berniat memalsukan FirmanNya namun bagi Tuhan tidak ada hal yang mustahil, apalagi di dalam menjaga FirmanNya.....Ia pasti menjaganya dari orang2 yang berniat memalsukan.
ane mau nanya dulu neh..... knapa Allah menurunkan Injil, padahal sudah pernah menurunkan Taurat...
Menurut anda jawabannya apa bro???
karena Allah hanya menurunkan Taurat dan Injil, setelah itu tidak ada lagi.
Nanya kemana dijawab kemana....
Coba pahami pertanyaannya dulu bro...
Gak_Mau_DiSembah- SILVER MEMBERS
-
Number of posts : 1054
Location : Calon Penghuni Surga
Job/hobbies : Masak ayam panggang, Yesus jgn minta yah....
Humor : dogma gereja: gak blh bantah, gak usah banyak nanya, telen aja..(kl ada yg salah) di edit aja... gtu aja kok repot!!!
Reputation : 2
Points : 6152
Registration date : 2011-02-08
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
agus wrote:susu.tahu wrote:Piss wrote:agus wrote:Kayaknya nggak tahu dia tuh bro...
Iya bro, dia ngga tahu kalo allah yang di quran itu kurang kuasa. Ngeluarin tiga kitab, kok hanya bisa jaga satu. dimana maha kuasanya ya?
Itu artinya menurut muslim Allah ngga konsisten.....ngga mau menjaga FirmanNya....Buktinya kitab2 sebelum quran dibiarin aja dipalsukan.....padahal kan kalau Allah mau pasti Dia sanggup menjaga FirmanNya. Orang2 jahil yg berniat memalsukan kitab2 apalah artinya sih buat Allah yang Maha Kuasa.
Tapi yah gitu deh menurut logikanya muslim, emang Allah sengaja membiarkan kitab2 sebelum quran dipalsukan supaya bisa diturunkan quran deh.....karena katanya cuma quran revisi terakhir yang paling sempurna.
Hanya yang membuat kami bertanya2......kalau Allah ngga konsisten dengan FirmanNya....apakah yakin bahwa quran juga akan tetap terjaga keasliannya ????
Buktinya kitab2 sebelumnya aja dibiarin dipalsukan....
Makanya diturunkan Al-quran untuk meluruskan apa yang kalian ada-adakan. Gampang toh jawabannya...
Hihi ..
yah itulah satu-satunya kitab revisi di dunia...
Salam
Piss- SILVER MEMBERS
- Number of posts : 1888
Reputation : 1
Points : 7056
Registration date : 2011-03-29
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
Piss wrote:agus wrote:susu.tahu wrote:Piss wrote:agus wrote:Kayaknya nggak tahu dia tuh bro...
Iya bro, dia ngga tahu kalo allah yang di quran itu kurang kuasa. Ngeluarin tiga kitab, kok hanya bisa jaga satu. dimana maha kuasanya ya?
Itu artinya menurut muslim Allah ngga konsisten.....ngga mau menjaga FirmanNya....Buktinya kitab2 sebelum quran dibiarin aja dipalsukan.....padahal kan kalau Allah mau pasti Dia sanggup menjaga FirmanNya. Orang2 jahil yg berniat memalsukan kitab2 apalah artinya sih buat Allah yang Maha Kuasa.
Tapi yah gitu deh menurut logikanya muslim, emang Allah sengaja membiarkan kitab2 sebelum quran dipalsukan supaya bisa diturunkan quran deh.....karena katanya cuma quran revisi terakhir yang paling sempurna.
Hanya yang membuat kami bertanya2......kalau Allah ngga konsisten dengan FirmanNya....apakah yakin bahwa quran juga akan tetap terjaga keasliannya ????
Buktinya kitab2 sebelumnya aja dibiarin dipalsukan....
Makanya diturunkan Al-quran untuk meluruskan apa yang kalian ada-adakan. Gampang toh jawabannya...
Hihi ..
yah itulah satu-satunya kitab revisi di dunia...
Salam
ya udah kalau anda menyebutkan istilahnya tu revisi, ttp itu kan yg datangnya dr Allah, artinya Kitab sebelumnya yg telah rusak dibuat manusia, maka Allah jualah yg berhak menyempurnakannya kembali dengan turunnya Al-Quran ini..
Para perevisi Alkitab TIDAKLAH berhak masuk keranahnya Allah, dengan merevisi ayat Alkitab serta menambahnya..
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
mantap mas bro, postingannya sangat bermanfaat!
sidiq- RED MEMBERS
-
Number of posts : 17
Reputation : 0
Points : 4999
Registration date : 2011-04-03
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
sori ikut nimbrung
Udah pada pernah ikut ajaran KAPITAYAN GAK??
disitu (AJARAN KAPITAYAN) banyak sekali hal yang bisa di dapatkan antara lain semua kejadian di dunia ini bisa dilogika dan sangat berkaitan satu dengan yang lain (kita di tuntut untuk mencari, menelaah dan melaksanakannya), mungkin ulasan sederhana ini dapat memberikan gambaran mengenai kitab2 Allah antara lain Suhuf, Taurat, Injil dan Zabur (menurut penjelasan para ulama) dan sebenarnya masih ada beberapa lagi yang tidak disebutkan oleh para ulama (al : Weda, Kapitayan dll)
agama yang kita anut masing2 diibaratkan kendaraan / mobil yang akan membawa kita ke suatu tempat yang akan berakhir dengan rusaknya mobil itu dan itu di ibaratkan dengan "KIAMAT"
pada tahun 1970 an Toyota mengenalkan seri Corola (kita kenal CORVET), tahun 1980 an Toyota mengenalkan DX (seri Corola), tahun 1990 an Toyota pun mengenalkan Great terakhir era 2000 an Toyota mengenalkan "All New Corola" dst dan yang lebih heboh lagi munculnya beberapa produk tiruan "mirip Toyota" yang merupakan produkk dari China
produk2 itupun merupakan rangkaian penyempurnaan produk dari produk2 sebelumnya yang dilakukan melalui riset di dalam tubuh Toyota maupun masukan dari pengguna mobil tersebut bahkan diliat dari efek modifikasi penggunanya. (apakah anda mau mengeluarkan uang sebesar 100 jt hanya untuk membeli toyota tahun 70an, tentu tidak)
Begitu pula dengan agama, pada awalnya agama Suhuf diturunkan, kemudian agama2 berikutnya hingga turunlah Alqur'an, dimana semua yang tersurat di dalamnya merupakan penyempurnaan dari semua yang pernah diturunkan sebelumnya (saya pribadi menemukan di Kapitayan). Dan penyempurnaan itu dilakukan karena telah banyak penyelewengan yang dilakukan oleh umat2 terdahulu (demi kepentingan politik dan kekuasaan), Allah tidak menginginkan ciptaanNya terjerumus dalam api neraka, oleh karena itu Allah menurunkan Al Qur'an sebagai penyempurna ke tauhidan manusia (apabila tetap dirusak lagi, sudah tidak ada agama lain yang akan diturunkan, janji Allah hanya satu "KIAMAT", dan itu janji yang pasti) (semoga ulasan sederhana ini cukup membuka pikiran sampeyan2 yang suka menghujat agama)
NOte :
Bagi yang suka mengolok2 agama lain, hati2 aja, berpikirlah dengan nurani jangan dengan otak, dari pengalaman hidup yang pernah saya jalani "TIDAK AKAN SELAMAT DAN BAHAGIA BAGI ORANG2 YANG SUKA MEMPEROLOK AGAMA LAIN"
Udah pada pernah ikut ajaran KAPITAYAN GAK??
disitu (AJARAN KAPITAYAN) banyak sekali hal yang bisa di dapatkan antara lain semua kejadian di dunia ini bisa dilogika dan sangat berkaitan satu dengan yang lain (kita di tuntut untuk mencari, menelaah dan melaksanakannya), mungkin ulasan sederhana ini dapat memberikan gambaran mengenai kitab2 Allah antara lain Suhuf, Taurat, Injil dan Zabur (menurut penjelasan para ulama) dan sebenarnya masih ada beberapa lagi yang tidak disebutkan oleh para ulama (al : Weda, Kapitayan dll)
agama yang kita anut masing2 diibaratkan kendaraan / mobil yang akan membawa kita ke suatu tempat yang akan berakhir dengan rusaknya mobil itu dan itu di ibaratkan dengan "KIAMAT"
pada tahun 1970 an Toyota mengenalkan seri Corola (kita kenal CORVET), tahun 1980 an Toyota mengenalkan DX (seri Corola), tahun 1990 an Toyota pun mengenalkan Great terakhir era 2000 an Toyota mengenalkan "All New Corola" dst dan yang lebih heboh lagi munculnya beberapa produk tiruan "mirip Toyota" yang merupakan produkk dari China
produk2 itupun merupakan rangkaian penyempurnaan produk dari produk2 sebelumnya yang dilakukan melalui riset di dalam tubuh Toyota maupun masukan dari pengguna mobil tersebut bahkan diliat dari efek modifikasi penggunanya. (apakah anda mau mengeluarkan uang sebesar 100 jt hanya untuk membeli toyota tahun 70an, tentu tidak)
Begitu pula dengan agama, pada awalnya agama Suhuf diturunkan, kemudian agama2 berikutnya hingga turunlah Alqur'an, dimana semua yang tersurat di dalamnya merupakan penyempurnaan dari semua yang pernah diturunkan sebelumnya (saya pribadi menemukan di Kapitayan). Dan penyempurnaan itu dilakukan karena telah banyak penyelewengan yang dilakukan oleh umat2 terdahulu (demi kepentingan politik dan kekuasaan), Allah tidak menginginkan ciptaanNya terjerumus dalam api neraka, oleh karena itu Allah menurunkan Al Qur'an sebagai penyempurna ke tauhidan manusia (apabila tetap dirusak lagi, sudah tidak ada agama lain yang akan diturunkan, janji Allah hanya satu "KIAMAT", dan itu janji yang pasti) (semoga ulasan sederhana ini cukup membuka pikiran sampeyan2 yang suka menghujat agama)
NOte :
Bagi yang suka mengolok2 agama lain, hati2 aja, berpikirlah dengan nurani jangan dengan otak, dari pengalaman hidup yang pernah saya jalani "TIDAK AKAN SELAMAT DAN BAHAGIA BAGI ORANG2 YANG SUKA MEMPEROLOK AGAMA LAIN"
oedhiex- Number of posts : 5
Reputation : 0
Points : 4958
Registration date : 2011-04-27
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
oedhiex wrote:sori ikut nimbrung
Udah pada pernah ikut ajaran KAPITAYAN GAK??
disitu (AJARAN KAPITAYAN) banyak sekali hal yang bisa di dapatkan antara lain semua kejadian di dunia ini bisa dilogika dan sangat berkaitan satu dengan yang lain (kita di tuntut untuk mencari, menelaah dan melaksanakannya), mungkin ulasan sederhana ini dapat memberikan gambaran mengenai kitab2 Allah antara lain Suhuf, Taurat, Injil dan Zabur (menurut penjelasan para ulama) dan sebenarnya masih ada beberapa lagi yang tidak disebutkan oleh para ulama (al : Weda, Kapitayan dll)
agama yang kita anut masing2 diibaratkan kendaraan / mobil yang akan membawa kita ke suatu tempat yang akan berakhir dengan rusaknya mobil itu dan itu di ibaratkan dengan "KIAMAT"
pada tahun 1970 an Toyota mengenalkan seri Corola (kita kenal CORVET), tahun 1980 an Toyota mengenalkan DX (seri Corola), tahun 1990 an Toyota pun mengenalkan Great terakhir era 2000 an Toyota mengenalkan "All New Corola" dst dan yang lebih heboh lagi munculnya beberapa produk tiruan "mirip Toyota" yang merupakan produkk dari China
produk2 itupun merupakan rangkaian penyempurnaan produk dari produk2 sebelumnya yang dilakukan melalui riset di dalam tubuh Toyota maupun masukan dari pengguna mobil tersebut bahkan diliat dari efek modifikasi penggunanya. (apakah anda mau mengeluarkan uang sebesar 100 jt hanya untuk membeli toyota tahun 70an, tentu tidak)
Begitu pula dengan agama, pada awalnya agama Suhuf diturunkan, kemudian agama2 berikutnya hingga turunlah Alqur'an, dimana semua yang tersurat di dalamnya merupakan penyempurnaan dari semua yang pernah diturunkan sebelumnya (saya pribadi menemukan di Kapitayan). Dan penyempurnaan itu dilakukan karena telah banyak penyelewengan yang dilakukan oleh umat2 terdahulu (demi kepentingan politik dan kekuasaan), Allah tidak menginginkan ciptaanNya terjerumus dalam api neraka, oleh karena itu Allah menurunkan Al Qur'an sebagai penyempurna ke tauhidan manusia (apabila tetap dirusak lagi, sudah tidak ada agama lain yang akan diturunkan, janji Allah hanya satu "KIAMAT", dan itu janji yang pasti) (semoga ulasan sederhana ini cukup membuka pikiran sampeyan2 yang suka menghujat agama)
NOte :
Bagi yang suka mengolok2 agama lain, hati2 aja, berpikirlah dengan nurani jangan dengan otak, dari pengalaman hidup yang pernah saya jalani "TIDAK AKAN SELAMAT DAN BAHAGIA BAGI ORANG2 YANG SUKA MEMPEROLOK AGAMA LAIN"
Selamat bergabung bro....
Tentang KAPITAYAN,,, malah saya baru dengar dari anda (maaf kl kuper)
Nanya lg neh bro.... suhuf itu kan wahyu Allah yg diturunkan kepada Adam as, Syits as, Idris as, Ibrahim as, dan Musa as kan bro??? apakah itu juga termasuk kitab Allah??? *mengutip pernyataan mas bro di atas*
Gak_Mau_DiSembah- SILVER MEMBERS
-
Number of posts : 1054
Location : Calon Penghuni Surga
Job/hobbies : Masak ayam panggang, Yesus jgn minta yah....
Humor : dogma gereja: gak blh bantah, gak usah banyak nanya, telen aja..(kl ada yg salah) di edit aja... gtu aja kok repot!!!
Reputation : 2
Points : 6152
Registration date : 2011-02-08
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
Piss wrote:agus wrote:susu.tahu wrote:Piss wrote:agus wrote:Kayaknya nggak tahu dia tuh bro...
Iya bro, dia ngga tahu kalo allah yang di quran itu kurang kuasa. Ngeluarin tiga kitab, kok hanya bisa jaga satu. dimana maha kuasanya ya?
Itu artinya menurut muslim Allah ngga konsisten.....ngga mau menjaga FirmanNya....Buktinya kitab2 sebelum quran dibiarin aja dipalsukan.....padahal kan kalau Allah mau pasti Dia sanggup menjaga FirmanNya. Orang2 jahil yg berniat memalsukan kitab2 apalah artinya sih buat Allah yang Maha Kuasa.
Tapi yah gitu deh menurut logikanya muslim, emang Allah sengaja membiarkan kitab2 sebelum quran dipalsukan supaya bisa diturunkan quran deh.....karena katanya cuma quran revisi terakhir yang paling sempurna.
Hanya yang membuat kami bertanya2......kalau Allah ngga konsisten dengan FirmanNya....apakah yakin bahwa quran juga akan tetap terjaga keasliannya ????
Buktinya kitab2 sebelumnya aja dibiarin dipalsukan....
Makanya diturunkan Al-quran untuk meluruskan apa yang kalian ada-adakan. Gampang toh jawabannya...
Hihi ..
yah itulah satu-satunya kitab revisi di dunia...
Salam
Hahahaha
revisi kok ngomong revisi
jeruk makan jeruk
lain kali belajar yang bener biar kalo ditanya 1+1+1 jawabnya 3
echofon- BLUE MEMBERS
-
Number of posts : 152
Age : 32
Location : tersesat di dunia maya
Job/hobbies : ngetwitter
Humor : 1+1+1=1?
Reputation : 0
Points : 5118
Registration date : 2011-04-22
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
echofon wrote:Piss wrote:agus wrote:susu.tahu wrote:Piss wrote:agus wrote:Kayaknya nggak tahu dia tuh bro...
Iya bro, dia ngga tahu kalo allah yang di quran itu kurang kuasa. Ngeluarin tiga kitab, kok hanya bisa jaga satu. dimana maha kuasanya ya?
Itu artinya menurut muslim Allah ngga konsisten.....ngga mau menjaga FirmanNya....Buktinya kitab2 sebelum quran dibiarin aja dipalsukan.....padahal kan kalau Allah mau pasti Dia sanggup menjaga FirmanNya. Orang2 jahil yg berniat memalsukan kitab2 apalah artinya sih buat Allah yang Maha Kuasa.
Tapi yah gitu deh menurut logikanya muslim, emang Allah sengaja membiarkan kitab2 sebelum quran dipalsukan supaya bisa diturunkan quran deh.....karena katanya cuma quran revisi terakhir yang paling sempurna.
Hanya yang membuat kami bertanya2......kalau Allah ngga konsisten dengan FirmanNya....apakah yakin bahwa quran juga akan tetap terjaga keasliannya ????
Buktinya kitab2 sebelumnya aja dibiarin dipalsukan....
Makanya diturunkan Al-quran untuk meluruskan apa yang kalian ada-adakan. Gampang toh jawabannya...
Hihi ..
yah itulah satu-satunya kitab revisi di dunia...
Salam
Hahahaha
revisi kok ngomong revisi
jeruk makan jeruk
lain kali belajar yang bener biar kalo ditanya 1+1+1 jawabnya 3
Hi hi...
inilah jawaban paling asyik dari orang yang percaya kitab revisi, keluaran allah yang kuarang kuasa, dengan judul yang lucu-lucu pula ha ha
salam
Piss- SILVER MEMBERS
- Number of posts : 1888
Reputation : 1
Points : 7056
Registration date : 2011-03-29
Re: Mengapa hanya Al-Qur’an yang dijaga oleh ALLAH?. Mengapa kitab-kitab ALLAH sebelumnya yaitu : Taurat, Zabur dan Injil tidak terjaga keasliannya?
kitabnya tidak di palsukan...tapi ditambah2i dan dikurang-kurangi..sehingga banyak yang terkecoh...lha Al-Quran diturunkan untuk mengembalikan kitab2 sebelumnya...gitu brosusu.tahu wrote:agus wrote:Baik Injil, Taurat dan Zabur adalah kitab-kitab suci yang terdahulu yang diberikan kepada para nabi-nabi terdahulu. Anda salah mengira bahwa kitab-kitab tersebut oleh kaum muslimin dianggap telah dipalsukan semuanya. Masih ada beberapa ayat yang asli, namun banyak juga yang dipalsukan.
Agar kerancuan ini tidak berlarut-larut, maka diturunkan Al-quran untuk meluruskan semua yang telah dipalsukan tersebut. Gampang toh cara berpikirnya, gitu aja koq ngotot.... :04: :04: :04:
maaf bro....bukannya saya ngotot.....hanya saja kenapa Allah membiarkan kitab2 sebelumnya dipalsukan? Bukankah Allah Maha Kuasa....dan kalau Ia menghendaki utk menjaga pasti Kitab2 itu akan terjaga....benar kan ?
Sama seperti anda sangat yakin bahwa Allah-lah yang menjaga keaslian quran...
Jadi terus terang saja pernyataan kalian mengenai bahwa Allah hanya menjaga quran dan tidak menjaga Kitab2 sebelumnya membuat saya berpikir bahwa Allah yang kalian percayai tidaklah konsisten dengan firmannya.....
Namun menurut saya pribadi Allah tidaklah seperti itu, FirmanNya akan tetap Kekal sampai selama2nya dan saya percaya bahwa Allah tidaklah perlu merevisi FirmanNya, karena Allah Maha Kuasa dan Ia sanggup menjaga FirmanNya yang Kudus dan Mulia dari siapapun yg berniat memalsukannya.
Karena sekalipun ada manusia yang berniat memalsukan FirmanNya namun bagi Tuhan tidak ada hal yang mustahil, apalagi di dalam menjaga FirmanNya.....Ia pasti menjaganya dari orang2 yang berniat memalsukan.
sabda alam- BLUE MEMBERS
- Number of posts : 824
Reputation : -6
Points : 5809
Registration date : 2011-04-28
Page 1 of 1
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum
Sat 20 Jul 2024, 3:43 pm by darwinToo
» Kenapa Muhammad & muslim ngamuk kalo Islam dikritik?
Sat 20 Jul 2024, 3:41 pm by darwinToo
» Penistaan "Agama"...==> Agama sama seperti cewek/cowok.
Sat 20 Jul 2024, 3:40 pm by darwinToo
» kenapa muhammad suka makan babi????
Sat 20 Jul 2024, 3:39 pm by darwinToo
» Yeremia 23 & Ulangan 13 mengisyaratkan Muhammad nabi palsu
Fri 02 Feb 2024, 5:21 pm by buncis hitam
» NYATA & FAKTA : TERNYATA YESUS PILIH MENGAULI KELEDAI DARIPADA WANITA!!! (sebuah penghinaan OLEH PAULUS)
Fri 12 Jan 2024, 9:39 pm by Uwizuya
» SORGA ISLAM RUMAH PELACUR ALLOH SWT...........
Tue 02 Jan 2024, 12:48 am by Pajar
» Moon Split or Islamic Hoax?
Wed 13 Dec 2023, 3:34 pm by admin
» In Islam a Woman Must be Submissive and Serve her Husband
Wed 13 Dec 2023, 3:32 pm by admin