MURTADIN_KAFIRUN
WELCOME

Join the forum, it's quick and easy

MURTADIN_KAFIRUN
WELCOME
MURTADIN_KAFIRUN
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Latest topics
» Yeremia 23 & Ulangan 13 mengisyaratkan Muhammad nabi palsu
Debat Antara Yang Mulia Ayatollah Montazeri dan Ali Sina  EmptyFri 02 Feb 2024, 5:21 pm by buncis hitam

» kenapa muhammad suka makan babi????
Debat Antara Yang Mulia Ayatollah Montazeri dan Ali Sina  EmptyWed 31 Jan 2024, 1:04 am by naufal

» NYATA & FAKTA : TERNYATA YESUS PILIH MENGAULI KELEDAI DARIPADA WANITA!!! (sebuah penghinaan OLEH PAULUS)
Debat Antara Yang Mulia Ayatollah Montazeri dan Ali Sina  EmptyFri 12 Jan 2024, 9:39 pm by Uwizuya

» SORGA ISLAM RUMAH PELACUR ALLOH SWT...........
Debat Antara Yang Mulia Ayatollah Montazeri dan Ali Sina  EmptyTue 02 Jan 2024, 12:48 am by Pajar

» Moon Split or Islamic Hoax?
Debat Antara Yang Mulia Ayatollah Montazeri dan Ali Sina  EmptyWed 13 Dec 2023, 3:34 pm by admin

» In Islam a Woman Must be Submissive and Serve her Husband
Debat Antara Yang Mulia Ayatollah Montazeri dan Ali Sina  EmptyWed 13 Dec 2023, 3:32 pm by admin

» Who Taught Allah Math?
Debat Antara Yang Mulia Ayatollah Montazeri dan Ali Sina  EmptyWed 13 Dec 2023, 3:31 pm by admin

» BISNIS GEREJA YUUUKZ....LUMAYAN LOH UNTUNGNYA....
Debat Antara Yang Mulia Ayatollah Montazeri dan Ali Sina  EmptyWed 05 Jul 2023, 1:57 pm by buncis hitam

» ISLAM: Palsu, Maut, Tak Akan Tobat, Amburadul
Debat Antara Yang Mulia Ayatollah Montazeri dan Ali Sina  EmptySun 07 May 2023, 9:50 am by MANTAN KADRUN

Gallery


Debat Antara Yang Mulia Ayatollah Montazeri dan Ali Sina  Empty
MILIS MURTADIN_KAFIRUN
MURTADIN KAFIRUNexMUSLIM INDONESIA BERJAYA12 Oktober Hari Murtad Dari Islam Sedunia

Kami tidak memfitnah, tetapi menyatakan fakta kebenaran yang selama ini selalu ditutupi oleh muslim untuk menyembunyikan kebejatan nabinya

Menyongsong Punahnya Islam

Wadah syiar Islam terlengkap & terpercaya, mari sebarkan selebaran artikel yang sesungguhnya tentang si Pelacur Alloh Swt dan Muhammad bin Abdullah yang MAHA TERKUTUK itu ke dunia nyata!!!!
 

Kebrutalan dan keberingasan muslim di seantero dunia adalah bukti bahwa Islam agama setan (AJARAN JAHAT,BUAS,BIADAB,CABUL,DUSTA).  Tuhan (KEBENARAN) tidak perlu dibela, tetapi setan (KEJAHATAN) perlu mendapat pembelaan manusia agar dustanya terus bertahan

Subscribe to MURTADIN_KAFIRUN

Powered by us.groups.yahoo.com

Who is online?
In total there are 98 users online :: 0 Registered, 0 Hidden and 98 Guests :: 1 Bot

None

[ View the whole list ]


Most users ever online was 354 on Wed 26 May 2010, 4:49 pm
RSS feeds


Yahoo! 
MSN 
AOL 
Netvibes 
Bloglines 


Social bookmarking

Social bookmarking reddit      

Bookmark and share the address of MURTADINKAFIRUN on your social bookmarking website

Bookmark and share the address of MURTADIN_KAFIRUN on your social bookmarking website


Debat Antara Yang Mulia Ayatollah Montazeri dan Ali Sina

Go down

Debat Antara Yang Mulia Ayatollah Montazeri dan Ali Sina  Empty Debat Antara Yang Mulia Ayatollah Montazeri dan Ali Sina

Post by feifei_fairy Tue 10 Aug 2010, 5:26 am

Debat Antara Yang Mulia
Ayatollah Montazeri dan Ali Sina



Debat Antara Yang Mulia Ayatollah Montazeri dan Ali Sina  Montazeripic

Ayatollah Montazeri


Di Bulletin Board of Jebhe Melli (Gerakan Nasional Demokrasi Iran)
aku menanyakan beberapa pertanyaan tentang Islam. Ayatollah Montazeri
menjawab beberapa pertanyaanku. Berikut adalah terjemahan suratnya dan
jawabanku padanya.


Ayatollah Montazeri adalah imam senior dari Iran yang tadinya
dipilih oleh Khomeini untuk menjadi penggantinya. Tapi pandangan
Montazeri yang liberal membuat Khomeini marah dan dia pun disingkirkan.
Di tahun2 ini, Ayatollah Khamanei, pengganti Khomeini, menjatuhkan
hukuman tahanan rumah bagi Ayatollah Montazeri. Tuan Montazeri masih
merupakan tokoh oposisi dari Pembaharuan Islam yang percaya pada Islam
tapi tidak percaya pada Velayate Faghih. Beliau adalah pemimpin agama
yang paling dihormati di Iran.


Usia muda Ayesha


Pertanyaan no. 1


Muhammad menikahi Ayesha pada waktu
ia berusia 6 tahun dan menidurinya pada ia berusia 9 tahun. Bagaimana
mungkin lelaki berusia 54 tahun memanggil dirinya utusan Tuhan punya
nafsu berahi pada gadis berusia 9 tahun?



1- Ayatollah Montazeri


Pada saat itu, tradisi perkawinan
berdasarkan kebiasaan2 dan upacara2 suku daerah. Tujuan pernikahan ini
hanyalah untuk memperkuat persahabatan antara ayah dari pengantin dan
karena itu perkawinan antara Sang Nabi dengan Ayesha berdasarkan alasan
politik.



Tanggapan A Sina.


Ini bukan alasan yang bagus untuk mengawini anak di bawah umur. Aku
tidak merasa terganggu dengan pernikahan Nabi dan anak Abu Bakr, tapi
kenyataannya adalah Ayesha itu anak kecil. Sungguh tidak layak bagi
utusan Tuhan untuk punya nafsu berahi pada anak kecil dan itu merupakan
sikap rendah akhlak. Di zaman ini jika seorang pria berusia 54 tahun
berhubungan kelamin dengan anak kecil 9 tahun, ia akan dipenjara dan
dibenci sebagai fedofilia. Kenapa Nabi harus dimaafkan?


2. Ayatollah Montazeri.


Sang Nabi di usia 25 tahun menikahi
Khadijah, wanita yang berusia 40 tahun dan Nabi tidak menikahi wanita
lain selama Khadijah hidup. Jika Nabi adalah orang yang haus sex, maka
ia tidak akan menikahi seorang wanita yang lebih tua dan setia padanya
sampai ia mati.



Sina:


Khadijah itu wanita kaya raya dan Nabi saat itu hanyalah pegawainya
yang miskin. Baginya, menikahi seorang wanita kaya adalah tangga ke atas
untuk mencapai status sosial yang lebih tinggi. Di umur itu, ia
hanyalah seorang anak yatim piatu dengan ambisi kecil. Karena ia
hanyalah seorang anak muda miskin, tidak ada yang menaruh perhatian
padanya. Khadijah adalah anugrah baginya. Khadijah menyediakan
kenyamanan dan kemapanan sehingga ia tidak usah khawatir dalam masalah
keuangan. Sekarang ia bisa bertapa di guanya dan membiarkan imajinasinya
terbang; ketemu jin, bertempur dengan setan, ngobrol dengan Jibril, dan
segala macam makhluk yang menghantui pikirannya yang suram.


Kalau ia tetap setia pada Khadijah bukanlah karena ia suci atau
setia tapi Khadijah seorang wanita yang berkuasa dan tidak akan toleran
kalau suaminya serong. Pada saat itu Muhammad tidak punya pengikut dan
ia akan kehilangan semuanya jika ia menyinggung perasaan istrinya yang
kayaraya. Kalau ini sampai terjadi, ini akan menghancurkan segalanya
bagi Muhammad.


Akan tetapi, Muhammad menunjukkan belangnya yang asli kala ia jadi
orang yang berkuasa dan tak ada yang dapat mengekangnya untuk melakukan
hal2 yang ia sukai. Pada saat itulah ia membuang semua norma2 kebajikan
dengan memakai selubung nama Allah-nya.


3- Ayatollah Montazeri.


Tujuan sang Nabi menikahi begitu banyak
wanita2 tua dan janda2, terpisah dari alasan2 sosial politik, adalah
untuk menaikkan status sosial mereka. Pada zaman itu, para wanita,
terutama budak2 wanita, hanya pula nilai moral yang kecil atau malah
tidak ada sama sekali sehingga mereka sampai2 mengubur bayi2
perempuannya hidup2.




Sina.


Sang Nabi menikahi Khadijah, seperti yang sudah kujelaskan
sebelumnya, adalah karena kekayaan Khadijah. Setelah Khadijah meninggal,
ia menikahi Ayesha yang baru berusia 6 tahun dan karena permintaan Abu
Bakr untuk tidak menidurinya dulu sampai 3 tahun setelah menikah. Selama
tiga tahun ini Muhammad butuh seorang wanita dan para wanita non-Muslim
tidak ada yang mau mengawininya karena mereka menduga ia orang gila.
Diantara pengikutnya yang masih sedikit itu, hanya tersedia sedikit
wanita2 yang dapat dikawininya. Sauda adalah wanita Muslim dan seorang
janda. Dia cocok untuk keadaan saat itu. Dia dapat menghangatkan ranjang
Muhammad dan mengurus rumah dan keperluannya. Muhammad menikahinya dua
bulan setelah kematian Khadijah. Khadijah dan Sauda hanyalah dua istri
Muhammad yang dikawininya bukan karena dorongan nafsu berahi, tapi
karena keadaannya saat itu. Hafza, anak Omar yang mungkin juga tidak
begitu cantik seperti yang dinyatakan oleh ayahnya sendiri, dan sang
Nabi mungkin mengawininya untuk menyenangkan Omar dan untuk alasan2
politis. Istri2 lainnya semuanya adalah perawan2 dan janda2 yang cantik.
Kebanyakan, meskipun tidak semuanya, adalah para remaja. Nabi mengawini
mereka atau meniduri mereka tanpa mengawininya hanya karena penampilan
mereka yang menarik. Kadang2 ia harus membelokkan beberapa aturan dan
bahkan membawa nama Tuhan untuk mengungkapkan firman baru baginya
sendiri untuk mengizinkan dirinya mendapat apa yang diingininya.
Contohnya di kasus Zaenab Bent Jahsh, Maryah dan Ayesha. Tidak ada
satupun istrinya yang menderita kurang gizi atau janda2 yang miskin dan
kesepian sebelum dinikahi olehnya. Kisah2 Safiyah, Maryah, dan Zaenab
adalah kisah2 cinta yang dibumbui nafsu berahi, pengkhianatan, dan
kejahatan.


Engkau betul waktu menyatakan keadaan para budak2 wanita yang parah
di zaman itu, tapi engkau lupa mengungkapkan bahwa banyak dari budak2
wanita ini yang tadinya adalah orang2 merdeka sebelum Nabi mengambil
kemerdekaannya dan menurunkan derajat mereka jadi budak2. Apakah engkau
mengatakan bahwa budak2 wanita ini seharusnya berterima kasih pada sang
Nabi yang membunuh orang2 yang mereka cintai dan menjual diri mereka di
pasar2 perbudakan untuk seorang Muslim yang lalu menggunakan mereka
sebagai pelayan dan budak nafsu berahi?




4- Ayatollah Montazeri


Pernikahan sang Nabi dengan Ayesha
terjadi di kira2 tahun pertama atau kedua Hijra dan karena paksaan ayah
Ayesha yakni Abu Bakr dan beberapa kawannya. Setelah kematian Khadijah,
sang Nabi tetap sendirian selama beberapa saat. Alasan satu2nya menikahi
Ayesha adalah karena alasan politis. Alasan pernikahan ini karena sang
Nabi di bawah tekanan2 berat dari para musuhnya seperti Abu Lahab dan
Abu Jahl dan Nabi sangat bergantung pada perlindungan suku2 lain. Abu
Bakr punya pengaruh daerah yang kuat. Dalam keadaan seperti itu, adalah
tidak bijaksana bagi Nabi untuk menolak tawaran Abu Bakr. Pada
kenyataannya, pernikahan ini adalah simbol dan bukan untuk memuaskan
nafsu sex sang Nabi, karena aturannya seorang pria 53 tahun tidak
mungkin punya gairah seksual terhadap anak berusia 9 tahun.




Sina


Sang Nabi tidak menikahi Ayesha bukan karena paksaan ayahnya. Banyak
Hadith yang menunjukkan bahwa Nabi-lah yang bernafsu terhadap Ayesha
dan meminta Abu Bakr untuk menyerahkan anaknya yang masih berusia 6
tahun itu untuk dinikahi. Malah sebenarnya Abu Bakr kaget sekali atas
permintaan itu. Dia menolaknya dengan alasan dia adalah saudara angkat
sang Nabi, yang dengan sendirinya membuat pernikahan seperti itu haram.
Tapi Nabi menolak alasan Abu Bakr dengan berkata bahwa mereka bukan
saudara sedarah dan sumpah persaudaraan mereka tidak dapat diterapkan di
kasus ini.


Sahih Bukhari 7.18
Dinyatakan
'Ursa:
Sang Nabi meminta Abu Bakr
untuk menyerahkan Aisha untuk dinikahi. Abu Bakr berkata,”Tapi engkau
saudaraku.” Nabi berkata, ”Engkau saudaraku dalam agama Allah dan
BukuNya, tapi ia (Aisha) adalah sah untuk dinikahiku.”



Orang2 Arab waktu itu masih primitif dengan sedikit aturan2 yang
harus ditaati. Tapi mereka punya kode etik yang dihormati dengan cermat.
Contohnya, meskipun mereka berperang sepanjang tahun, mereka
menghilangkan semua permusuhan di beberapa bulan suci dalam tahun itu.
Mereka juga menganggap Mekah adalah kota suci dan tidak berperang
terhadapnya. Istri dari anak angkat seorang pria akan dianggap sebagai
menantu wanitanya dan pria itu tidak akan menikahi menantu wanita itu.
Adalah suatu kebiasaan untuk membuat sumpah persaudaraan dan menganggap
satu sama lain sebagai saudara kandung. Sang Nabi melecehkan semua
aturan2 ini setiap kali aturan2 ini menghalangi keinginannya.


Abu Bakr dan Muhammad sudah bersumpah untuk menjadi saudara bagi
satu sama lain. Jadi berdasarkan adat mereka, Ayesha seharusnya sudah
seperti keponakan bagi sang Nabi Suci. Tapi inipun tidak menghentikannya
untuk menikahinya walaupun Ayesha masih berusia 6 tahun.


Tapi Nabi yang berubah-ubah moralnya tergantung keadaan ini
menggunakan alasan yang sama untuk menolak menikahi anak Hamza, yang
juga merupakan saudara angkat Nabi, karena anak perempuan Hamza tidak
begitu cantik.


Sahih Bukhari V.7, B62, N. 37
Dinyatakan
Ibn 'Abbas:
Dikatakan pada sang
Nabi,”Maukah engkau menikahi anak perempuan Hamza?” Nabi menjawab,”Dia
adalah keponakan angkatku
(anak saudara angkatku[/i]).”



Di Hadith berikut, sang Nabi menceritakan secara rahasia pada Ayesha
bahwa ia bermimpi tentang dia sebelum meminta ayahnya untuk
memperistrinya.


Sahih Bukhari 9.140
Dinyatakan
'Aisha:
Nabi Allah berkata
padaku,”Kau ditampakkan padaku dua kali (dalam mimpiku) sebelum aku
menikahimu. Aku melihat seorang malaikat membawamu dalam kain sutra, dan
aku berkata padanya,’Singkapkan (dia), ‘ dan lihatlah, tampaklah
engkau. Aku berkata (pada diriku sendiri), ‘jika ini dari Allah, maka
ini harus terjadi.’ Maka kau ditunjukkan padaku, malaikat membawamu
dengan sehelai kain sutra, dan aku berkata (pada malaikat), ‘Singkapkan
(dia), dan lihat, tampaklah engkau. Aku berkata (pada diriku sendiri),
‘jika ini dari Allah, maka ini harus terjadi.’”



Alasan bahwa perkawinan ini ‘politis’ dapat disangkal dengan mudah.
Abu Bakr adalah kawan baik Nabi, dia adalah salah satu pengikutnya dan
saudara angkatnya, dia berasal dari suku yang sama dengan Nabi; tidak
ada alasan bagi Nabi Allah untuk meniduri anak kecil Abu Bakr untuk
mempererat persahabatannya. Bukti menunjukkan bahwa sang Nabi suci
mengambil kesempatan dari kesetiaan Abu Bakr dan merusak kepercayaannya
pada Nabi sampai ia harus menyerahkan anak gadisnya yang masih kecil
untuk dikawini Nabi. Bagaimana engkau dapat menolak permintaan seseorang
yang kau percaya sebagai utusan Tuhan?


Abu Jahl (biangnya ketidakpedulian) adalah nama ejekan yang
diberikan pada Adul Hakam (biangnya yang tak terpelajar). Sukar untuk
dimengerti dengan cara apa meniduri anak 9 tahun dapat melindungi Nabi
dari Abu Jahl? Seperti yang kaukatakan, perkawinan ini terjadi di tahun
pertama dan kedua setelah Hijra. Musuh Nabi ada di Mekah. Meskipun
jikalau perkawinan itu memang melindungi sang Nabi, meskipun ini tetap
tidak masuk akal, dia sebenarnya sudah aman berada di Medinah. Jadi
alibi (alasan) ini tidak dapat diterima.


Pokok masalahnya bukan pada Nabi menikahi anak perempuan Abu Bakr.
Tapi masalahnya adalah dia berhubungan seks dengan anak berumur 9 tahun.
Jika engkau mengatakan ini untuk melindungi dirinya, maka Nabi adalah
seorang oportunis (orang yang ambil kesempatan untuk cari selamat) yang
memperkosa anak umur 9 tahun untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Mohon
jangan katakan ini bukanlah pemerkosaan karena anak berusia 9 tahun
belum cukup dewasa untuk bisa mengambil keputusan (seksual) dan karena
itulah ini merupakan pemerkosaan. Pembelaanmu memberatkan sang utusan
Allah itu lebih daripada tuduhanku sendiri.


Kaukatakan pernikahan ini bersifat simbolis. Bagaimana mungkin
simbolik jika sang Nabi mendekati Ayesha ketika ia, ini berdasarkan
pengakuannya sendiri lho, sedang bermain dengan mainan2nya dan Nabi
memberinya mainan yang lain sama sekali yang ‘MENGEJUTKAN’ anak kecil
itu?


Sahih Bukhari Volume 7, Book 62,
Number 90
Dinyatakan Aisha:
Ketika
sang Nabi menikahiku, ibu datang padaku dan membawaku ke dalam rumah
(sang Nabi) dan TIDAK ADA YANG MENGAGETKANKU SELAIN KEDATANGAN SANG NABI
ALLAH PADAKU DI PAGI HARI.



Kau katakan,” .. aturannya seorang pria 53 tahun tidak mungkin punya
gairah sexual terhadap anak berusia 9 tahun.” Ini sungguh benar. Inilah
hal utama yang kuutarakan. Sayangnya, kita tidak hidup di dunia yang
sempurna dan ada beberapa orang yang sakit jiwa dan melawan aturan2.
Zaman sekarang pun ada orang2 tua yang berfantasi melakukan hubungan
seks dengan anak2 kecil, menyimpan foto2 mereka (anak2 kecil tsb.) dan
saling menukar foto2 dengan orang lain yang sama sakit jiwanya di
internet. Mereka ini dikenal sebagai fedofilia dan untuk melindungi
anak2 kita, kita masukkan orang seperti ini dalam penjara. Jika sang
Nabi tidak ‘mengagetkan’ gadis kecil itu di pagi hari yang sama kala
ibunya membawanya ke rumah Nabi, maka aku dapat menerimanya sebagai
perkawinan “simbolik”, meskipun sebenarnya tidak jelas manfaatnya. Tapi
jika kita lihat bahwa sang Nabi Allah meniduri gadis kecil itu di hari
yang sama dia dibawa ke rumah Nabi, maka perkawinan ini sukar untuk
dipandang sebagai sesuatu yang “simbolik”. Simbol apa?




5- Ayatollah Montazeri.


Tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi
udara mempengaruhi pertumbuhan tubuh dan jiwa para gadis dan pertumbuhan
mereka lebih cepat di udara panas.



Sina:


Di pokok pembicaraan terdahulu, engkau menjelaskan bahwa perkawinan
ini simbolis dan “aturannya seorang pria 53 tahun tidak mungkin punya
gairah sexual terhadap anak berusia 9 tahun”. Tapi sekarang engkau
membahas masalah ini dari sudut yang berbeda sama sekali.


Saya yakin gadis2 berusia 9 tahun di Arabia adalah masih sama dengan
anak2 kecil berusia 9 tahun. Kecuali engkau memajukan teori evolusi
bahwa ras manusia harus menjalani mutasi besar2an selama jangka waktu
1.400 tahun ini dan di zaman dulu para wanita mencapai kedewasaan pada
usia 9 tahun, kenyataannya adalah sama bahwa sang Nabi punya nafsu
berahi terhadap seorang gadis kecil di bawah umur dan ini adalah salah.
Untuk meyakinkan bahwa anak2 berusia 9 tahun adalah tetap anak2, bahkan
pula di zaman Nabi, kita tidak perlu melihat jauh2 dari Hadith yang lain
yang dikisahkan sendiri oleh Ayesha. Di Hadith berikut, Ayesha
mengungkapkan bahwa ia sedang bermain di ayunan ketika ibunya membawanya
ke sang Nabi.


Sunan Abu-Dawud Buku 41, Nomer 4915,
juga Nomer 4915 and Nomer 4915
Dinyatakan Aisha, Ummul Mu'minin:
Sang Rasul Allah menikahiku ketika aku
berusia tujuh atau enam tahun. Ketika kami tiba di Medina, beberapa
wanita datang, menurut versi Bishr:Umm Ruman datang padaku ketika saya
sedang bermain ayunan. Mereka memandangku, mempersiapkanku, dan
mendandaniku. Kemudian aku dibawa ke Rasul Allah, dan ia hidup bersamaku
sebagai suami istri ketika aku berusia sembilan tahun. Ia (Umm Ruman)
menghentikanku di pintu, dan aku meledak tertawa.



Dan biasa bermain dengan boneka2nya.


Sahih Bukhari Volume 8, Buku 73,
Nomer 151
Dinyatakan 'Aisha:
Aku
biasa bermain dengan boneka2 di depan sang Nabi, dan kawan2 perempuanku
juga biasa bermain bersamaku. Kalau Rasul Allah biasanya masuk ke dalam
(tempat tinggalku) mereka lalu bersembunyi, tapi sang Nabi lalu
memanggil mereka untuk bergabung dan bermain bersamaku. (Bermain dengan
boneka2 atau bentuk2 yang serupa itu dilarang, tapi dalam kasus ini
diizinkan sebab Aisha saat itu masih anak kecil, belum mencapai usia pubertas
)

(Fateh-al-Bari halaman 143, Vol.13)


Sahih Muslim Buku 008, Nomer 3327:
'A'isha (Allah memberkatinya) melaporkan
bahwa Rasul Allah menikahinya ketika ia berusia tujuh tahun, dan ia
(Muhammad) membawanya ke rumahnya sebagai pengantin ketika ia berusia
sembilan tahun, dan boneka2nya dibawanya, dan ketika ia (Muhammad) mati,
ia (A’isha) berusia delapanbelas tahun.



Dalam aturannya, orang akan berkata jika ia masih bermain dengan
boneka2nya, ia belum cukup dewasa untuk mengetahui tentang seks, apalagi
dari orang yang cukup tua untuk jadi kakeknya.



6- Ayatollah Montazeri.


Perbedaan usia antara pria dan wanita
yang dinikahinya di masyarakat primitif dapat diterima dan sering
terjadi. Juga bukan merupakan hal yang tak layak atau cabul bagi seorang
pria untuk menikahi gadis2 yang sangat muda dan orang2 pada saat itu
tidak menganggap itu sebagai hal yang tak bermoral. Bahkan sampai hari
ini pun, orang masih menemukan perkawinan dengan gadis 2 yang masih
sangat muda diantara masyarakat Arab. Sebagai aturan, sebaiknya jangan
dibandingkan kebiasaan masyarakat adat dan primitif dengan kebiasaan
masyarakat modern dan maju di saat ini.




Sina


Aku setuju bahwa masyarakat primitif punya kebiasaan yang
mengejutkan bagi kepekaan masyarakat modern. Orang2 primitif banyak
melakukan hal2 yang mengagetkan kita saat ini. Mereka misalnya melakukan
pembunuhan korban manusia atau binatang, mempraktekkan diskriminasi
berdasarkan perbedaan jenis kelamin, perbudakan dan banyak lagi bentuk
pelanggaran hak2 kemanusiaan. Aku tidak mengecam masyarakat primitif
sebab mereka tidak tahu hal yang lebih baik. Aku mengutuk masyarakat
modern yang mengikuti masyarakat primitif itu dengan melakukan hal yang
dilakukan seorang pria yang hanyalah keluaran produk masyarakat
primitif. Aku mengutuk orang yang memanggil dirinya sendiri Nabi Allah,
“Pengampunan Tuhan pada dunia” “Rahmatu’llah lil Alamin” dan contoh bagi
seluruh umat manusia, yang sebaliknya memberi batasan contoh moral dan
kebajikan yang mengikuti kebiasaan hidup masyarakat2 primitifnya dan
lalu menegaskannya dan mengabadikannya sebagai suatu contoh. Aku
mengutuk masyarakat yang lupa keagungan dan kemegahannya di masa lampau
dan sekarang mencoba untuk meniru kebiasaan masyarakat primitif dan mau
menegakkan ajaran mereka yang purba dengan mengikuti nabinya yang tidak
punya ajaran baru apapun untuk masyarakat primitif dan ia sebenarnya
hanyalah produk dari masyarakat primitif itu.


Iya, memang kita harus membandingkan kebiasaan2 masyarakat dan suku
primitf dengan kebiasaan masyarakat modern dan maju saat ini. Tapi
kenapa kita harus mencontoh mereka? Kenapa kita harus mengikuti mereka?
Kenapa kita harus menerima nabi mereka yang tidak mampu melepaskan diri
dari sifat2 primitif, barbar, dan buas?


Jika sang Nabi benar2 seorang nabi, maka dia akan bertindak berbeda.
Ia tidak akan mengikuti kebiasaan2 masyarakat primitf tapi akan
menegakkan standard baru. Jika ia mengikuti kebiasaan masyarakat
primitifnya, kenapa kita harus mengikuti dia? Orang2 Muslim seluruh
dunia mempelajari kehidupan sang Nabi secara terperinci, mencoba
menirunya dalam segala hal yang dilakukannya. Mereka berpakaian seperti
dia, mengatur janggutnya seperti dia, jalan seperti dia, dan bicara
seperti dia, melakukan apa yang dia lakukan dan hidup seperti cara dia
hidup. Mereka percaya segala yang dilakukannya direstui Tuhan dan dia
dikirim untuk menjadi contoh bagi kaum manusia. Tapi meskipun begitu,
engkau baru saja tadi mengatakan bahwa yang dilakukannya tidak
mengindahkan aturan dan kebiasaan masyarakat primitif dan kita harus
mengampuni dosanya karena dia hanyalah korban dari masyarakat primitif
itu. Betapa malangnya kita yang belum melihat hal ini. Lihatlah apa yang
telah menimpa negara kita yang besar (Iran) yang telah melupakan masa
lalunya yang agung dan sekarang secara buta mengikuti orang yang meniru
kebiasaan2 masyarakatnya yang primitif. Dapatkah kita terjeblos lebih
dalam lagi dari ini? Adakah penghinaan yang lebih parah daripada ini?



7- Ayatollah Montazeri


Masalah2 di tiap waktu dan tempat harus
dilihat sesuai dengan standard2 waktu dan tempat saat itu sendiri dan
tidak dengan standard di lain waktu dan tempat. Di lain pihak kita
menemukan bahwa sang Nabi tidak melawan banyak kebiasaan pada zamannya
yang tidak jauh berbeda dengan tujuan2 pendidikan dan spiritual Islam.
Ia menghadapinya secara bertahap dan praktis untuk mengubah mereka
pelan2.




Sina


Aku setuju masalah2 harus dilihat dari konteks waktu dan tempatnya
saat itu. Sesuatu yang bisa diterima 1.400 tahun yang lalu di Arabia
mungkin tidak tampak baik saat ini. Mungkin kita sebaiknya tidak
menghakimi mereka secara keras. Tapi pertanyaannya adalah mengapa kita
harus mengikuti mereka? Pemecahan masalah yang layak saat itu ternyata
tidak layak lagi bagi waktu kita saat ini. Kenapa mengikuti doktrin yang
sudah kehilangan gunanya dan ditancapkan dalam sejarah?


Orang2 Muslim dinasehati untuk mengikuti Sunnah Nabi. Kau bilang
bahwa sang Nabi adalah orang Arab, mengikuti tradisi masyarakatnya
sendiri, sehingga yang dilakukannya adalah benar pada konteks itu. Tapi
dengan mengikuti dia, tidakkah kita mengabadikan kebiasaan2 orang2 Arab
1.400 tahun yang lalu yang tidak cocok dan sudah ketinggalan zaman?


Engkau menegaskan bahwa sang Nabi tidak melawan kebiasaan2 jelek itu
dan kebiasaan2 itu tidak jauh berbeda dari tujuan2 spiritual dan
pendidikan Islam. Maka pertanyaanku adalah apakah tujuan2 spiritual dan
pendidikan Islam? Apakah tujuan utama Islam itu sendiri? Jawaban orang
Muslim tentunya adalah untuk mengetahui bahwa Tuhan itu satu dan dia
tidak punya partner dan Muhammad adalah RasulNya. Ini adalah hal yang
paling diutamakan dalam Islam. Masalah2 moral dan etika jadi adalah
masalah kedua. Semua dosa dapat diampuni. Pencurian, pembunuhan, dan
fedofilia dapat diampuni tapi menggandakan Tuhan itu tidak.


Allah tidak mengampuni
penggandaan allah2 lain denganNya, tapi Ia memaafkan yang segala (dosa)
lainnya, pada siapa Ia berkenan, menggandakan allah2 lain dengan Allah
berarti sungguh melakukan dosa yang Paling besar.”
(Q.4: 48 ).


Dalam perkataan lain, Saddam Hussein, Idi Amin, Ben Laden, Khalkhali
dan Khomeini akan diampuni biarpun dosanya besar sekali karena mereka
adalah Muslim dan tidak menggandakan Tuhan tapi Gandhi, yang beragama
Hindu dan kaum Muslim percaya bahwa Hindu punya banyak dewa, akan
dibakar selamanya di neraka.


Kalau begitu, Allah ini tentunya sinting. Ia adalah makhluk yang
sinting dan begitu menderita sehingga sangat ingin dikenal oleh
ciptaan2Nya dan sangatlah pencemburu. Jika ini tuhannya Muhammad, maka
ia tidak layak dipuja tapi perlu segera dikunci di rumah sakit jiwa.


Tentang kebiasaan buruk orang2 yang tidak dilawan secara langsung
oleh sang Nabi suci tapi berusaha mengubah mereka pelan, apakah mereka
itu? Di dunia kami, fedofilia itu adalah tindak kejahatan. Sungguh
memalukan bahwa Nabi tidak memandang kasus fedofilia sebagai suatu kasus
yang sangat penting dan harus segera ditangani karena fedofilia ini
tidak bertentangan dengan tujuan2 spiritual Islam. Tapi aku sebenarnya
akan senang kalau melihat Nabi setidaknya menentangnya. Tapi tidak, ia
tidak menentangnya sama sekali. Ia malah mendukungnya dengan membuat
dirinya sebagai contoh. Ini bukanlah cara untuk “mengubah” sesuatu.
Inilah cara untuk menegaskannya, untuk mengabadikannya dan untuk
mempromosikannya.


Sebelum Islam, kami bangsa Iran adalah masyarakat yang berbudaya.
Kami tidak memiliki kebiasaan2 dan tradisi2 barbar ini. Terima kasih
atas jasa Islam tradisi2 memalukan ini merambat dalam budaya kita dan
dipraktekan di tanah air kita.


Fedofilia adalah satu dari pemberian2 Islam pada kita. Sang Nabi
suci menyokong banyak tradisi2 yang sama memuakannya. Pembunuhan pada
musuh adalah hal yang biasa sekarang di negara kita dan ini juga adalah
tradisi sang Nabi. Dia terbiasa mengirim pembunuh2 ke rumah2 musuhnya
dan membunuh mereka kala mereka tidur. Anggota2 terhormat Rezim Islam
Iran sekarang mengikuti tradisi utusan Tuhan ini (semoga damai berserta
hatinya yang suci murni tak ternoda).
feifei_fairy
feifei_fairy
KAFIRUN
KAFIRUN

Female
Number of posts : 802
Reputation : -14
Points : 7249
Registration date : 2008-12-20

https://www.facebook.com/Feifeifairy

Back to top Go down

Debat Antara Yang Mulia Ayatollah Montazeri dan Ali Sina  Empty Re: Debat Antara Yang Mulia Ayatollah Montazeri dan Ali Sina

Post by feifei_fairy Tue 10 Aug 2010, 5:27 am

Ayatollah Montazeri vs Ali Sina (2)



Debat antara Yang Mulia Ayatollah
Montazeri versus Ali Sina (2)



Pertanyaan nomer 2:

Bagaimana mungkin seseorang yang
memanggil dirinya utusan Tuhan ternyata merampok rombongan kafilah2
pedagang dan bertingkah seperti penjahat murahan dan penyamun jalanan?



Ayatollah Montazeri:

Penyerangan terhadap kafilah pedagang Quraish adalah karena kafilah
ini terdiri dari beberapa orang Mekah yang kayaraya yang merupakan musuh
Islam dan ditemani oleh Abu Sofyan yang dikenal sebagai musuh bebuyutan
Islam dan orang2 Muslim. Di tahun itu, permusuhan kaum Quraish dan
hasutan yang melawan Islam dan orang2 Muslim telah meningkat. Medina
jadi pusat kegiatan politik dan pemerintahan bagi orang2 Muslim dan kota
ini diserang musuh2nya yakni orang2 Quraish dari berbagai arah.


Banyak orang Muslim yang dipaksa meninggalkan rumahnya karena
penyerangan kaum Quraish dan mereka harus melarikan diri ke Medina.
Orang2 ini lalu ingin balas dendam dan mengambil kembali barang2 mereka
yang dirampas oleh kaum Quraish. Mereka diberitahu bahwa kafilah ini
membawa banyak barang2 berharga. Para pemimpin Muslim juga merencanakan
untuk membuat jalan raya itu jadi tidak aman bagi para musuh karena
jalan ini penting bagi kebutuhan ekonomi dan militer bagi mereka. Tujuan
utama serangan mendadak ini adalah memutuskan urat nadi sehingga musuh
jadi lemah dalam peperangan melawan kaum Muslim. Peperangan ini terus
berlanjut sampai Mekah ditaklukan.


Sudah jelas jika dua negara atau dua kekuatan sedang berperang, dan
saat itu tidak ada perjanjian damai diantara mereka, setiap pihak sah
saja untuk melemahkan kekuatan ekonomi dan militer pihak musuh dan
mengancam keamanannya.


Sejak dulu sampai sekarang hal ini dianggap sebagai perlakuan yang
wajar di seluruh dunia. Ini sungguh beda dengan perampok jalanan.
Perampok jalanan adalah penjahat dan pengacau yang membahayakan
kehidupan dan keselamatan orang2 yang hidup damai di kota atau negaranya
sendiri yang tidak saling membenci dan mencuri barang orang lain.


----------------------------------------------------------------------
------


TANGGAPAN A SINA


Wahai Ayatollah Ozma Montazeri,


Pertama-tama, aku ingin mengucapkan terima kasih karena engkau jujur
dan tidak seperti kebanyakan Muslim yang berkata semua perang2 sang
Nabi hanya merupakan upaya bela diri. Engkau mengakui bahwa dialah yang
jadi agresor dan memang dialah yang menyerang kafilah2 pedagang itu. Ini
menyingkat banyak waktu untuk kita berdua karena aku tidak usah
memberikan daftar begitu buanyaknya serangan2 dia ke siapa saja yang
dianggapnya sebagai musuh2nya.


Akan tetapi, engkau tampaknya mensahkan penyerangannya terhadap
kafilah2 pedagang, kota2, dan pembantaiannya terhadap penduduk sipil
karena kau memandangnya sebagai strategi militer untuk memperlemah
kedudukan musuh. Keterangan dari Muhammad sendiri adalah orang2 Muslim
punya hak untuk mengambil kembali apa yang dirampas oleh kaum Quraish
ketika mereka memaksa orang2 Muslim melarikan diri.


Tetapi sebenarnya, orang2 Mekah tidak mengusir orang2 Muslim ke luar
dari rumahnya. Orang2 Muslim ini ke luar karena keinginan mereka
sendiri dan karena paksaan Muhammad. Per-tama2, dia memerintahkan
pengikutnya untuk pergi ke Abyssinia dan ketika dia menemukan cukup
pengikut di Medinah, dia mengirim mereka ke sana.

Kebenarannya adalah meskipun faktanya Muhammad terus-menerus
menghina agama orang Quraish dan membuat marah mereka dengan kelakuannya
yang kasar, tidak satu pun kejadian pertengkaran fisik atau penindasan
terhadap Muhammad atau pengikutnya yang tercatat di sejarah2 Islam.


Saat ini, para Muslim tidak menoleransi kritik apapun terhadap
agamanya. Mereka dengan cepat main bunuh orang yang berani
mempertanyakan agamanya. Ini memang hal yang diajarkan sang Nabi. Tapi
orang2 Arab sebelum zaman Muhammad lebih toleran. Mereka tadinya biasa
hidup damai bersama dengan orang2 Yahudi dan Kristen tanpa ada
pertengkaran agama diantara mereka. Ujian berat terhadap toleransi
mereka terjadi ketika Muhammad mulai menghina dewa2 mereka. Meskipun
demikian, orang2 Quraish menunjukkan dengan jelas tingginya toleransi
mereka dan meskipun mereka tersinggung, mereka tidak pernah menyakiti
Muhammad ataupun seorang pun dari pengikutnya.


Bandingkan dengan perilaku terhadap kaum Baha’i di Iran. Baha’i
tidak menghina Muhammad atau Allahnya. Mereka tidak menolak para Imam
atau tidak menentang bagian manapun dalam Qur’an. Yang mereka katakan
adalah utusan mereka adalah Yang Dijanjikan dari orang2 Muslim. Ini
bukan apa2 dibandingkan dengan hinaan Muhammad terhadap kepercayaan
orang2 Quraish. Meskipun begitu orang2 Muslim tidak menahan diri untuk
tidak membunuh orang Baha’i. Mereka membunuh banyak dari orang2 Baha’i,
memenjarakan, menyiksa, memukul mereka, melecehkan hak2 manusiawinya dan
memperlakukan mereka secara biadab. Tidak satu pun perlakuan serupa
diterapkan kepada Muhammad dan pengikutnya di Mekah, juga bahkan ketika
ia terus-menerus menghina dewa2 mereka dan mengutuki agama mereka,
seakan menantang untuk bertengkar.


Ketika orang2 Mekah sudah tidak tahan lagi atas ejekan Muhammad
terhadap agama mereka, sekelompok pemimpin mereka datang ke Abu Talib,
paman Muhammad dan mereka mengeluh :”Keponakanmu telah menghina dewa2
dan agama kami dan mengatakan kami bodoh, dan kakek moyang kami semua
sesat. Sekarang, balaskanlah kami dari dia, atau, (melihat kamu juga
dalam keadaan yang sama dengan kami) biarkanlah dia agar kami bisa
membalas dia.” Abu Talib menjawab dengan lemah lembut dan meyakinkan
mereka bahwa ia akan menasehati keponakannya untuk bersikap hormat. Tapi
Muhammad tidak merubah kelakuannya. Sehingga orang2 Mekah itu sekali
lagi pergi bertemu Abu Talib dengan penuh rasa jengkel, dan memperingati
dia jika dia tidak mengekang keponakannya dari sikapnya yang
menyakitkan, mereka sendiri yang akan mengekang dia. Mereka menambahkan:
“dan sekarang kami sudah tidak bisa bersikap sabar lagi terhadap
pelecehannya pada kami, kakek moyang kami, dan dewa2 kami. Sekarang
tahanlah dia dari kami atau kamu berada di pihaknya sehingga kita perlu
mengambil keputusan diantara kita.”


Itulah yang tertulis tentang penindasan terhadap orang2 Muslim di
Mekah. Yang tertulis di atas adalah suatu peringatan tapi bukan ancaman
pembunuhan. Malah kenyataannya, dari waktu Abu Talib masih hidup sampai
dia meninggal, Muhammad tinggal di Mekah tanpa disakiti dan tidak ada
pengikutnya yang menderita penindasan.


Satu2nya kekerasan fisik yang ditulis terhadap seorang Muslim adalah
pemukulan yang dilakukan Omar terhadap adik perempuannya sendiri yang
telah memeluk Islam, dan ini juga yang kemudian membuatnya memeluk
Islam. Ini tidak dapat dianggap sebagai penindasan agama karena ini
adalah kekerasan masalah keluarga sebab Omar adalah orang yang gampang
marah dengan sifatnya yang labil, mudah lepas kendali dan lalu ngamuk.
Tapi Hadith ini pun mungkin tidak benar karena Hadith lain yang
diceritakan oleh Omar sendiri menggambarkan ia menjadi pemeluk Islam
dengan cara yang berbeda.


Maka timbulah pertanyaan, kalau tidak ada penindasan terhadap orang2
Muslim, siapa dong yang mengusir mereka ke luar dari rumah2 mereka?
Kita tahu banyak dari mereka yang meninggalkan Mekah dan pergi pertama
kali ke Abyssinia dan lalu ke Medina. Kenapa mereka meninggalkan rumah
mereka jika mereka tidak dalam keadaan bahaya?

Jawaban pertanyaan ini dapat ditemukan pada Muhammad dan apa yang
terjadi dalam pikirannya. Dialah yang meminta mereka pergi. Malah dia
memerintah mereka dengan memakai firman dari Allah. Ayat2 berikut dengan
jelas menunjukkan hal ini.


Lihat! Mereka yang percaya dan
meninggalkan rumahnya dan berjuang dengan kekayaan dan hidupnya untuk
kepentingan Allah, orang2 yang membawa mereka masuk dan menolong mereka:
mereka adalah kawan2 yang melindungi satu sama lain. Dan mereka yang
percaya tapi tidak mau meninggalkan rumahnya, kalian tidak punya tugas
untuk melindungi mereka sampai mereka meninggalkan rumahnya; tapi jika
mereka minta tolong padamu karena alasan agama maka itulah tugasmu untuk
menolong (mereka) kecuali terhadap orang2 yang diantara mereka dan
kalian terdapat suatu perjanjian. Allah mengetahui apa yang kalian
lakukan.”
Q.8: 72)


Ini adalah kata2 yang sangat keras terhadap pengikut2nya yang tidak
mau meninggalkan Mekah dan tetap tinggal di sana. Di bagian lain ia
menekankannya lebih lanjut.


Mereka ingin agar kalian jadi
tidak percaya sama seperti mereka tidak percaya, agar kalian sama
derajatnya (seperti mereka). Maka janganlah berkawan dengan mereka
sampai mereka meninggalkan rumahnya dalam jalan Allah; jika mereka balik
(membenci) maka tangkaplah mereka dan bunuh mereka di manapun kalian
menemukan mereka, and jangan berkawan dan jangan jadi penolong diantara
mereka
, (Q.4: 89)


Di ayat di atas Muhammad memerintahkan orang2nya di Mekah untuk
meninggalkan rumahnya dan pergi ke Medina. Dia bahkan lebih lanjut
memerintahkan Muslim2 lain untuk membunuh mereka jika mereka balik
kembali ke rumahnya. Ini sungguh sesuai dengan sifat kultis Islam. Jadi
kita bisa melihat bahwa kepergian orang2 Muslim dari Mekah tidak
disebabkan oleh penindasan kaum penyembah berhala. Tidak ada penindasan
dari mereka meskipun Muhammad menghina kaum Quarish sampai pada batas
kesabaran mereka. Para pengikut Muhammad baru meninggalkan Mekah karena
dia memerintahkan mereka untuk pergi. Caranya menekan sedemikian hebat
sampai2 dia berkata bahwa mereka akan masuk neraka jika mereka tetap
tinggal dan tidak mau pergi.


Lihat! Para malaikat membawa (kematian) bagi mereka ketika mereka
berdosa, (para malaikat) akan bertanya: apa yang sedang terjadi padamu?
Mereka akan berkata: Kami ditekan di daerah ini. (Para malaikat) akan
berkata: Tidakkah bumi milik Allah luas sehingga kalian bisa pindah ke
tempat lain? Karena itu, tempat kalian adalah di neraka, ujung
perjalanan kejahatan; (Q.4: 97)


Muhammad merencanakan untuk menaklukan Arabia dan menundukkan
Persia.


Pertanyaan yang kemudian timbul adalah: “kenapa?” Kenapa sang Nabi
memaksa pengikutnya beremigrasi padahal mereka tidak ditekan di kota
mereka sendiri? Kenapa dia memaksa mereka untuk meninggalkan tanah
asalnya? Cara ini sungguh tidak lazim sehingga banyak ahli2 sejarah
Islam dari dunia Barat seperti Sprenger dan Sir William Muir gagal
melihat rencana sebenarnya yang sedang digodok dalam kepala Muhammad
sejak hari2 awal waktu dia tahu bahwa hanya ada segelintir orang saja
yang sebenarnya percaya bahwa dia itu utusan Tuhan.


Muir dalam “Kisah Hidup Muhammad
mengutip Hishami:


Orang2 Koreish, mendengar bahwa Abu
Talib hampir mati, mengirim seorang utusan yang mengusahakan agar ada
ikatan di kedua belah pihak, bahwa setelah kematian Abu Talib, semua
kekangan pada Muhammad akan ditiadakan. Mereka mengajukan persyaratan
agar mereka tetap dapat memeluk agama kuno mereka, dan Muhammad harus
berjanji untuk tidak mengganggu atau ikut campur, dan sebaliknya mereka
pun setuju untuk tidak menganggu kepercayaannya.

Abu Talib
memanggil Muhammad dan menyampaikan permintaan wajar itu. Muhammad
menjawab- “Tidak, tapi ada satu kata, yang jika kalian katakan, kalian
akan jadi penakluk Arabia, dan menundukkan Ajam (Persia).”

“Bagus!”
kata Abu Jahl, “tidak ada satu kata seperti itu, tapi sepuluh.”

Muhammad
menjawab, “Maka dari itu katakanlah: Tidak ada Tuhan selain Allah, dan
tinggalkan agama kalian.”

Dan mereka pun menepukkan tangan
mereka dengan marah, “Apakah kamu memang benar2 ingin mengubah dewa2
kami jadi satu Tuhan? Sungguh aneh sekali!”

Dan mereka pun mulai
bersahutan satu sama lain, “Orang ini keras kepala dan tidak dapat
diajak kerja sama. Kalian tidak akan dapat persetujuan apapun yang
kalian harapkan. Kembalilah, dan biarkan kami menganut agama dari kakek
moyang kami sampai Tuhan menentukan masalah diantara kami dan dia.”

Maka
mereka bangkit dan pergi
. Hishami, halaman 136


Dari cerita di atas kita bisa mengambil beberapa fakta:

a.) Orang2 Quraish tidak menindas orang2 Muslim dan pemimpinnya

hanya meminta agar Muhammad menghormati kepercayaan mereka.

b.) Muhammad bersikeras untuk melanjutkan tingkah lakunya yang

kasar dan menghina orang2 Mekah dan agamanya.

c.) Muhammad mimpi untuk menaklukkan Arabia dan menundukkan

Ajam/Persia.


Sudah jadi jelas bahwa sang Nabi ketika masih di Mekah dengan
segelintir pengikut sebenarnya sudah ber-angan2 untuk menaklukkan Arabia
dan menundukkan Persia. Apakah layak bagi utusan Tuhan ber-angan2 untuk
menaklukkan” dan “menundukkan”?


Yang sewajarnya diharapkan dari orang yang dipilih Tuhan kan menjadi
terang bagi umat manusia, punya pemikiran2 yang lebih mulia untuk
membimbing, mendidik dan memerdekakan manusia, dan bukannya menaklukkan
dan menundukkan mereka. Ini adalah pemikiran2 para penakluk bengis
seperti Jengis Khan, Napoleon, Hitler dan bahkan Saddam Hussein. Tapi
pemikiran seperti ini tidak layak datang dari seorang Nabi Tuhan, yang
seharusnya memancarkan kasih sayang, belas kasihan, dan kualitas2
spiritual.


Sang Nabi adalah kasus jelas seorang megalomaniak. Dia penderita
manik depresif yang hebat. Ketika dia sedang penuh semangat, dia punya
angan2 untuk menaklukan dunia dan ketika ia sedang patah semangat, ia
penuh pikiran untuk bunuh diri.


Sahih Bukhari V. 9, Buku 87, Nomer 111

“….Inspirasi Illahi juga berhenti
sesaat dan sang Nabi jadi begitu sedih seperti yang telah kita dengar
bahwa ia beberapa kali bermaksud melemparkan dirinya dari puncak gunung
tinggi dan setiap kali ia naik ke atas gunung untuk melemparkan dirinya
ke bawah, Jibril akan muncul di depannya dan berkata, “O Muhammad!
Engkau memang betul2 Rasul Allah” dan hatinya jadi tenang dan ia pun
turun ke bawah dan kembali ke rumahnya. Dan jikalau masa datangnya
insipirasi jadi lama sekali, ia pun akan melakukannya lagi, tapi pada
saat ia mencapai puncak gunung, Jibril muncul di mukanya dan berkata
seperti yang telah dikatakan sebelumnya
.”


Perubahan suasana hati ini menunjukkan pada kita bahwa sang Nabi
bukanlah utusan dari tuhan manapun, tapi ia adalah orang yang sakit
jiwa, orang manik depresif yang labil. Impiannya untuk menaklukkan dan
mengalahkan begitu kuat, dan ini menggerogoti pikiran2nya sedemikian
rupa sehingga mengacaukan batas pengertian baik dan buruk dari
kesadarannya. Baginya, impian mendominasi menjadi tujuannya yang paling
utama. Dan untuk mencapai tujuan itu, ia tidak akan mau berhenti untuk
alasan apapun. Dia terdorong berbohong dan bohongnya itu sangat
meyakinkan sehingga ia bahkan berhasil membohongi dirinya sendiri.
Meskipun penglihatan2 awalnya adalah hasil dari khayalannya, jika
khayalan itu berhenti pun dia tetap saja mengeluarkan ayat2 karangan
sendiri dan menyatakan dengan teliti impian2nya yang megah dengan begitu
meyakinkan, dan gejala ini khas pada orang yang sakit jiwa.


Megalomaniak seperti Muhammad dan Hitler seringkali merupakan orang2
yang berkharisma dengan kepribadian yang mempesona yang bisa memukau
penontonnya dengan pidatonya, dengan semangatnya, dan dengan rasa
percaya dirinya. Melihat Hitler dengan pidatonya yang penuh keceriaan,
semangat, inspirasi dan pengaruh yang dibawakannya dengan penuh rasa
percaya diri yang memukau imajinasi jutaan orang Jerman yang
mendengarkannya, mungkin bisa memberi kita pandangan ke dalam pikiran
sang Rasul Allah dan mendapat penjelasan misteri dari sihirnya atas
pengikut dan pengabdinya yang naif dan sederhana.


Seperti yang dia katakan di tempat pamannya Abu Talib yang waktu itu
hampir mati, Muhammad bermimpi untuk menaklukkan Arabia dan menundukkan
Persia yang perkasa, bahkan ketika pengikutnya hanyalah kelompok kecil
yang tidak terlatih dan tidak berarti, tanpa kemampuan untuk melawan
atau membela diri. Tetapi dia tidak hanya jadi pemimpi belaka, tapi dia
juga adalah orang yang berusaha mewujudkan impiannya dengan tekad dan
keuletan yang utuh. Untuk perjuangan menjadi penguasa besar, dia tidak
segan2 mengorbankan apapun. Dia akan membunuh siapapun yang melawannya.
Dia akan membunuh orang2 yang berpaling daripadanya. Dia akan menghukum
mati siapapun yang mengritiknya. Dia akan membantai seluruh masyarakat
Yahudi dan Kristen di Jazirah Arabia dan melakukan salah satu genoside
(pembantaian masal rasial) pada masyarakat Yahudi di Medina dan Kheibar.
Dia akan mengarang cerita2 jin dan malaikat dan akan mengelabui
pengikutnya dengan kisah2 kunjungannya ke Surga dan Neraka untuk
mengontrol pengikut2nya yang gampang tertipu dan bodoh. Dan dia akan
menciptakan sebuah Allah, mengaku sebagai utusanNya dan menjadi satu2nya
penghubung bagiNya dan sehingga ia dapat meminta penyerahan total tanpa
syarat dari pengikutnya kepadanya seorang.


Impian2nya adalah tentang kemegahan dan rencananya adalah sempurna.
Waktunya tepat dan ia memiliki orang2 terbaik untuk membantunya. Orang2
Arab pada zamannya itu pikirannya takhayul, fanatik, ambisius, kejam,
barbar, keras kepala, punya sifat patriotik berlebihan, dan di atas
semuanya mereka adalah orang2 yang gampang tertipu dan gampang percaya.
Impian menaklukkan Arabia dan menundukkan Ajam cocok bagi orang yang
terpikat pada Muhammad di daerah itu.


Tapi bagaimana ia dapat mewujudkan impiannya tanpa pasukan tentara?
Bagaimana caranya agar ia dapat meyakinkan pengikutnya untuk mengangkat
pedang dan menggunakannya untuk membunuh saudara2, orangtua2, dan kawan2
mereka sendiri? Dia harus menciptakan perasaan tidak senang. Dia harus
menciptakan alasan kebencian yang tadinya tidak ada. Dia harus mengadu
saudara dengan saudara dan memecah belah orang2 sedemikian rupa sehingga
mereka dengan sukarela mengangkat pedang dan membabat satu sama lain
atas perintahnya.


Karena itu, di satu pihak ia menyelenggarakan kampanye untuk
menghina kepercayaan orang2 Quraish dan mengganggu mereka senantiasa
dengan perkataan yang kasar dan menyakitkan hati untuk membuat mereka
marah dan memusuhi yang selanjutnya akan menyerang dan menyakiti
pengikut Muhammad.dan sebaliknya membuat pengikut2 ini merasa menjadi
korban dan diperlakukan tidak benar. Di lain pihak, dia memaksa
pengikut2nya untuk menjalani kesukaran hidup di pengasingan,
meninggalkan rumah2 mereka dan pergi ke tanah asing. Jadi ia menempatkan
satu pihak bermusuhan dengan pihak lain, dan mengakibatkan pengikut2nya
merasa disesah. Sekarang mereka miskin, payah, dan menderita. Muhammad
membutuhkan rasa marah dan sakit hati ini untuk memperkuat pengaruhnya
pada mereka dan menguasai ketaatan mereka. Agar bisa berkuasa, dia harus
memecah belah dulu.


Untuk berkuasa atas orang2 bodoh dan membuat mereka berpihak
terhadapmu, engkau harus memberi mereka sekelompok musuh. Tidak ada yang
lebih dapat membuat orang2 berkumpul di sekeliling Muhammad selain
adanya pihak musuh. Ini merupakan tipuan paling kuno, yang sudah sangat
berhasil digunakan oleh semua diktator di seluruh sejarah hidup umat
manusia. Bahkan Ayatollah Khomeini pun menggunakan taktik politik ini
untuk memperkuat dominasinya terhadap orang2 Iran yang mudah ketipu yang
percaya pada kebohongannya.


Muhammad, yang membual di Qur’an “Makaroo va makara Allah. va Allah
khyrul makereen” merupakan pembohong ulung pula. Dia berhasil membuat
kebencian agama diatara orang2 yang meskipun bodoh dan fanatik tapi
sebelumnya tak pernah menunjukkan sikap tak bertoleransi pada agama
lain. Sekarang ia punya pengikut yang miskin, tidak puas, dan marah.
Mereka siap berperang baginya dan menolongnya untuk mewujudkan
impian2nya. Ketaatan pada “Tuhan dan Rasul Allah”, jadi semboyan Islam.
Dan tentu saja, seperti biasanya, Allah akan memunculkan ayat2 untuk
memberi NabiNya kekuasaan mutlak.


Siapapun yang tidak taat pada TUHAN DAN NABINYA, akan dimasukkan ke
dalam Api Neraka, mereka akan berada di sana, selamanya! (Q.72: 23)


Menarik untuk disimak bahwa setelah ber-tahun2 menderita cacian,
kaum Quraish memboikot usaha dagang dengan Muhammad dan pengikutnya.
Mereka tidak mau membeli ataupun menjual apapun pada Muhammad dan
pengikutnya. Mereka tidak mau menikah dengan siapapun dari kelompok
Muhammad. Mereka bahkan mengancam untuk menghukumnya jika dia tidak
berhenti menghina dewa2nya.


Selama waktu ini, Muhammad membentengi dirinya dengan anggota2
keluarganya, orang2 Hashemis (tanpa Abu Lahab) di Perempatan Mekah yang
dikenal sebagai She’b dari Abu Talib. Keadaan ini berlangsung selama 3
tahun. Selama itu, mereka hanya ke luar saat naik haji dan kembali lagi
setelah selesai. Suku Quarish tidak pernah menyerang Perempatan itu.
Sebaliknya, mereka tampak puas sekali bahwa Muhammad tidak lagi berada
di jalan2 meneriaki kata2 kotor pada dewa2 mereka.


Jika kaum Quraish ingin benar2 menghabisi orang2 Muslim dan Muhamad,
mereka punya banyak kesempatan untuk melakukan hal itu. Tapi meskipun
demikian mereka tidak menunjukkan sikap permusuhan dalam bentuk
kekerasan terhadap kaum Muslim. Sebenarnya jauh lebih mudah bagi mereka
untuk membasmi Muhammad beserta keluarganya daripada bagi Muhammad untuk
membasmi tiga suku Yahudi di Medina.


Meskipun begitu, suku Quraish tetap curiga pada sang Nabi dan
tindakan2nya, karena mereka mendengar jumlah pengikutnya bertambah di
Medina. Pesan2 Muhammad penuh nada kematian dan ancaman untuk membuat
mereka sengsara dan sikapnya pada orang2 Mekah jelas penuh permusuhan.
Karena itu, wajarlah jika mereka bersikap waspada pada tindak-tanduknya
dan mengawasinya dengan seksama. Kecurigaan mereka meningkat saat mereka
mengetahui bahwa sang Nabi mengadakan pertemuan rahasia di tengah malam
dengan para Peziarah dari Medina di Acaba, di pinggir kota Mekah.


Orang2 Mekah tidak dalam keadaan perang dengan orang2 Yathrib
(Medina) tapi meskipun demikian, orang2 Medina merupakan orang2 asing.
Apa hubungan sang Nabi dengan mereka? Mengapa dia bersekongkol dengan
orang2 asing dan apa tujuannya pertemuan rahasia dengan mereka di tengah
malam? Kita tidak dapat menyalahkan orang2 Quraish yang waswas dan
khawatir akan keselamatan mereka ketika melihat rapat gelap yang mungkin
mengancam kehidupan mereka.


Ini mengharuskan mereka untuk bertemu dan bicara dengan sang Nabi
untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Hasil pertemuan tidak jelas,
tapi yang pasti ini membuat Muhammad takut kehilangan nyawanya dan
melarikan diri dari Mekah ke rumah temannya, Abu Bakr.


Muhammad kemudian mengingat kejadian itu dan menerka mungkin mereka
berencana untuk menangkapnya, membunuh atau melenyapkannya. Tapi tidak
ada bukti akan terkaan itu dan bahkan dia sendiri maupun tuhannya yang
MAHA tahu tampaknya tidak yakin akan hasil akhir pertemuan itu.


"Dan teringat ketika orang2 tak
percaya merencanakan untuk melawanmu, dan mereka mungkin akan
menangkapmu, atau membunuhmu, atau melenyapkanmu. Ya, mereka
merencanakan, tapi Tuhan merencanakan yang sebaliknya. Dan Tuhan adalah
perencana terbaik
.” (Q.8: 29)



Di Medina


Setelah Muhammad dan Abu Bakr lari ke Medina, keluarga mereka
tinggal di tempat asal (Mekah) selama beberapa minggu. Tapi tidak ada
sesuatu pun yang terjadi pada mereka dan suku Quraish tidak pernah
menyakiti, mengusir atau mengganggu mereka sama sekali. Meskipun
sebagaimana yang diungkapkan Muir “bukannya tidak masuk akal untuk
menyandera mereka (keluarga Muhammad dan Abu Bakr) untuk berjaga-jaga
terhadap serangan dari Medina. Kenyataan ini menyebabkan kita ragu akan
tingginya tingkat kebencian dan kepahitan suku Quraish terhadap Muhammad
yang tampaknya tidak seperti yang biasanya diceritakan. Sesuai dengan
pandangan ini, ternyata yang pertama-tama menyerang duluan, setelah
peristiwa Hegira, adalah pihak Muhammad dan para pengikutnya. Setelah
beberapa kafilah mereka dijarah dan dihancurkan, dan darah dikucurkan,
barulah orang2 Mekah terpaksa membela diri mengangkat senjata”.


Kenyataan bahwa Muhammad dan Abu Bakar tenang2 saja terhadap
keamanan keluarga mereka yang ditinggalkan sendirian di Mekah jelas
menunjukkan bahwa sikap permusuhan yang dituduhkan pada kaum Quraish
terhadap orang2 Muslim ternyata dilebih-lebihkan dan hanya merupakan
alasan belaka untuk mensahkan penyerangan selanjutnya ke Mekah. Tiada
seorang Muslim pun yang diusir. Semuanya ke luar dari kota itu karena
keinginan sendiri. Sebagian dari mereka, ditahan oleh anggota keluarga
mereka sendiri dan beberapa yang menjadi budak tidak dapat ikut pergi.
Selebihnya ikut Muhammad tanpa gangguan dari suku Quraish.


Ketika Muhammad sampai di Medina, terdapat kira2 duaratus
pengikutnya (yang berasal dari Mekah) dan orang2 Medina dari suku2
Khazraj dan Aus yang percaya padanya dan mungkin jumlahnya juga sekitar
duaratusan. Orang2 Mekah bukanlah orang2 yang trampil dan biasanya
mereka bekerja di ladang2 dan perkebunan2. Kebanyakan bekerja sebagai
buruh dan pesuruh orang2 Yahudi yang kayaraya. Maka keadaan saat itu
sukar buat orang2 dari Mekah ini. Iman percaya pada Allah memang baik
tapi tidak bisa memberi mereka makan. Muhammad tahu bahwa dia tidak
dapat menguasai pengikutnya terlalu lama jika dia tidak bisa memenuhi
kebutuhan sehari-hari mereka. Lebih dari itu, ia memaksa mereka pindah
tempat untuk berperang bagi dia dan mendirikan kekuasaannya di seluruh
Arabia dan menundukkan Persia.


Akan tetapi pengikutnya yang berjumlah kecil itu tidak layak untuk
menerima tugas2 militer. Meskipun begitu dia telah menjanjikan mereka
yang meninggalkan rumah2nya di Mekah dan menggantinya dengan rumah yang
mewah di dunia dan sekaranglah waktu untuk mewujudkan janjinya, kalau
tidak ia akan menghadapi pemberontakan dan penolakan dari pengikut2nya.


Bagi mereka yang meninggalkan
rumah2 mereka karena Tuhan, setelah menderita tekanan, - Kita tentu akan
memberikan sebuah rumah mewah di dunia ini, tapi sebenarnya hadiah di
dunia baka lebih besar lagi. Jika saja mereka mengetahui (hal ini
)!”
(Q.16: 41)


Bagaimana mungkin dia dapat menyediakan segala kemewahan yang
dijanjikannya pada mereka di dunia ini? Tentu saja Allah sendiri tidak
dapat melakukan hal ini. Inilah saat dia harus menerapkan rencana yang
sudah dipikirkannya di tahun2 sebelumnya. Tentu saja menaklukkan Arabia
dan menundukkan Persia tidaklah mungkin dengan sedikit pengikut seperti
itu, tapi menyerangi kafilah pedagang dan merampoki barang2 mereka sih
bisa saja.



Sang Nabi jadi Garong.


Maka sang Nabi jadi seorang penggarong dan meskipun begitu dia tidak
berhenti berkhotbah, “Bicaralah yang baik terhadap orang2 …” 2: 83 atau
"Sabarlah pada apa yang mereka ucapkan, dan menjauhlah dari mereka
dengan halus”. .73: 10 dan mulailah kata darah “qateloo” (bunuh) terdengar sebagai
pesan2 Allah selanjutnya.

Selama enam bulan pertama kedatangan Muhammad di Medina, tidak ada
hal penting yang terjadi. Para pendatang termasuk Muhammad sendiri harus
berjuang untuk membeli sandang, pangan, papan.


Tapi pikiran2 Muhammad bukanlah pikiran damai. Dia punya rencana2,
rencana2 yang besar. Jumlah pengikutnya bertambah, sebagian menyebrang
dari Mekah untuk bergabung dan beberapa memeluk Islam di Medina.
Sekarang dia bisa memerintah sekelompok prajurit. Tapi orang2 Medina
bersumpah hanya akan membantu Muhammad mempertahankan diri jika dia
diserang, dan tidak mau ikut dia untuk menyerang orang2 Quraish.


Jadi Muhammad bukannya menyerang Mekah, tapi di bulan Desember, 622
M, di Ramadhan, tujuh bulan setelah kedatangannya, sang Nabi memanggil
pamannya Hamza, untuk memimpin 30 prajurit, untuk menyerang mendadak
kafilah orang2 Mekah yang baru kembali dari Syria di bawah pengawalan
Abul Hakam (Abu Jahl). Kafilah ini dijaga oleh kira2 300 orang.
Prajurit2 Hamza harus kembali dengan tangan kosong ke Medina dan Abul
Hakam melanjutkan perjalanan ke Mekah. Ini adalah pertempuran pertama
yang dimulai oleh Muhammad, yang lalu ditinggalkan karena kekurangan
orang dan perencanaan yang jelek. Tuhan yang memberitahu Muhammad untuk
menyerang dan merampok kafilah2 tidak memberitahu cara melakukan hal
itu. Dan sang Nabi pun haruslah belajar dari kegagalan2nya sama seperti
garong kemaren sore.


Kejadian berikutnya terjadi sebulan kemudian di bulan Januari, 623
M. Pada saat ini Muhammad mengirim pasukan yang dua kali lebih kuat
daripada penyerangan pertama, di bawah pimpinan Obeida, ibn Harith,
untuk menyerang kafilah yang dikawal oleh Abu Sofian dengan 200
pengawal. Kali ini orang2 Quraish dikejutkan kala unta2 mereka sedang
merumput dekat mata air di lembah Rabigh. Beberapa panah berterbangan ke
dua belah pihak tapi akhirnya para penyerang mundur setelah menyadari
jumlah mereka terlalu sedikit dibandingkan dengan orang2 kafilah
tersebut.


Sebulan kemudian, penyerangan ketiga dilakukan dan dipimpin oleh
Sa’d yang masih muda, dengan duapuluh prajurit, ke arah serangan yang
sama. Dia ingin bergerak sejauh Kharrar, yakni lembah yang terletak di
jalan ke Mekah, dan tiarap di sana sambil menunggu kafilah datang ke
sana. Seperti kebanyakan perampok yang mau menyerang tiba2, mereka
bergerak di malam hari dan tiarap bersembunyi di siang hari. Meskipun
begitu, ketika mereka sampai di tujuan di pagi hari kelima, mereka
menemukan bahwa kafilah telah berlalu sehari sebelumnya, dan mereka
kembali dengan tangan kosong ke Medina.


Darmawisata ini terjadi di musim dingin dan semi di tahun 623 M. Di
setiap kejadian, Muhammad mengikatkan sebuah bendera putih pada tongkat
atau lembing, dan menyerahkannya pada pemimpin kelompok pada saat
keberangkatan. Nama2 yang membawa bendera ini, dan juga nama2 ketua
kelompok, dicatat dengan teliti di Hadith2 dan juga perjalanan2 lain
yang penting.


Terdapa tiga kali lagi kegagalan perampokan yang diusahakan sang
Nabi dan orang2nya di Abwa, Bowat, dan Osheira.



Keberhasilan di Nakhlah


Lebih dari setahun berlalu, dan meskipun telah melakukan beberapa
kali usaha dan perjalanan, tak ada satupun dari usaha2 penggarongan sang
Nabi suci yang berhasil. Rasul Allah yang megalomaniak ini akhirnya
sadar kalau dia harus mencoba menyerang kafilah yang lebih kecil dulu.
Jadi waktu ia mendengar kabar bahwa ada kafilah pedagang yang pergi dari
Mekah ke Taif dan hanya dijaga oleh empat orang saja, dia cepat
mengambil kesempatan ini dan mengirim Abdallah ibn Jahsh, bersama tujuh
prajurit untuk merampok kafilah ini.


Gerombolan garong ini pergi ke Nakhla yang merupakan sebuah lembah
diantara Mekah dan Taif yang terkenal dengan perkebunan kormanya dan
mereka menunggu di sana. Dalam waktu singkat tibalah sebuah kafilah
mengangkut minuman anggur, kismis, dan kulit. Kafilah ini dijaga oleh
empat orang Quraish, yang jadi berhenti dan waspada melihat orang2 asing
di hadapannya. Untuk mengalihkan kecurigaan mereka, salah satu anak
buah Abdallah mencukur rambut kepalanya, yang merupakan tanda bahwa
mereka baru kembali dari naik haji, karena ini adalah bulan2 di saat
upacara itu dilakukan. Para kafilah lalu jadi tenang dan mengantar unta2
mereka ke padang rumput, dan mulai menyiapkan makanan bagi mereka
sendiri. Lalu seorang dari prajurit2 Abdallah menyerang dan melepas
sebuah anak panah, membunuh seorang dari kafilah di tempat itu juga.
Lalu yang lain menyerang para kafilah, membunuh dua orang, dan lainnya
disandera dan dibawa bersama barang2 curian ke Medina. Satu orang
berhasil melarikan diri.


Sewaktu tiba di Median, pengikut2 Muhammad kecewa karena Abdallah
dkk telah melanggar tradisi kokoh bahwa tidak boleh ada permusuhan di
bulan2 suci. Ini adalah hal yang memalukan bagi sang utusan Allah dan
dia pura2 marah. Dia ambil semua barang2 curian dan memenjarakan orang2
Quraish yang ditawan dan dia menunjukkan rasa tak senang. Tapi tak lama
kemudian sang Nabi yang penuh firman ini mengeluarkan sebuah firman baru
dari balik bajunya yang katanya dari Allah dan memaafkan pelanggaran
itu:


"Mereka akan bertanya padamu
mengenai Bulan2 Suci, apakah mereka boleh berperang. KATAKANLAH:
Berperang adalah menyedihkan; tapi merintangi jalan Tuhan, atau
menyangkalNya, dan menghalangi orang ke mesjid, dan lalu mengusir
orang2Nya, adalah lebih menyedihkan bagi Tuhan. Tergoda (untuk menyembah
berhala) adalah lebih menyedihkan daripada membunuh.
Mereka tidak
akan berhenti memerangimu sampai engkau meninggalkan keyakinanmu, jika
keyakinanmu itu melemahkan mereka; tapi siapapun diantaramu yang
menyangkal imanmu dan mati sebagai orang yang tak percaya, maka pastilah
jasa2nya tak dihitung di kehidupan kini dan kemudian. Merekalah
penghuni neraka, untuk selama2nya. Tapi bagi mereka yang percaya, dan
mereka yang pindah tempat demi kepentingan imannya, dan berjuang tulus
dalam jalan Tuhan, maka biarlah mereka berharap pengampunan Tuhan;
karena Tuhan pemaaf dan pengampun
.” (Q.2: 217)


Setelah mengumumkan ayat ini, Muhamad menyerahkan barang jarahan
pada Abdallah dkk, yang kemudian setelah memberikan seperlimanya pada
Muhammad, membagi sisanya diantara mereka. Sebelum Abdallah sampai di
Nakhla, dua orangnya, Sa’d dan Otba, kehilangan onta2 mereka yang
berkeliaran di gurun pasir. Mereka mengejar onta2 itu dan terlambat ikut
pertempuran di Nakhla.


Ketika Abdallah kembali ke Medina, dua orang ini belum datang.
muhamad takut mereka ditangkap orang2 Quraish dan tidak mau membayar
tebusan sampai dia yakin bahwa dua orang itu masih hidup: “jika kau
membunuh dua orangku, “katanya, “pasti aku akan membunuhmu pula.” Tapi
kemudia kedua orang itu muncul dan sang Nabi menerima uang tebusan bagi
mereka, 40 ons perak untuk setiap orang dan lalu membebaskan mereka.


Menyerang kafilah pedagang, berkelahi di bulan suci, menipu, dan
membunuh orang2 tak bersalah, merampas, menculik orang untuk disandera,
meminta uang tebusan, mengancam untuk membunuh, dll, semua ini adalah
tingkah laku yang tidak bisa diharapkan dari seorang utusan Tuhan. Yang
dilakukan sang Nabi di sini adalah tindakan kriminal. Tidak ada
pembenaran apapun dari tindakan tersebut.


Baru saat itulah orang2 Quraish jadi sadar bahwa musuh mereka tidak
menghormati aturan apapun. Menarik untuk diperhatikan bahwa penumpahan
darah pertama antara orang2 Muslim dan non-Muslim dilakukan oleh seorang
Muslim. Tidak bisa dikatakan bahwa pihak Muslim adalah korban dari
persengketaan ini. Merekalah yang selalu jadi penyerang, pelawan, dan
pemancing permasalahan.


Ibn Hisham menegaskan hal ini, “Ini adalah, barang rampasan pertama yang
diambil orang2 Muhammad, sandera2 pertama yang ditawannya, dan nyawa2
pertama yang mereka ambil
.” Sang Nabi menentukan Abdallah,
ketua penyamun Nakhah, dengan sebutan Amir al Mominin, " Pemimpin
Orang2 yang Setia " yang inilah sebutan yang kemudian dipakai oleh sang
Kalifah (pemimpin umat Islam) sejak itu..


Penyerangan ini menunjukkan bahwa sang Nabi dan para pengikutnya
sama sekali tidak menghormati baik nyawa manusia maupun bulan2 suci yang
dihormati oleh seluruh orang. Meskipun begitu, orang2 Quraish tidak
pula membalas. Meskipun beberapa Muslim masih tinggal di Mekah, orang2
Quraish tidak membalas dendam atau memperlakukan mereka dengan kejam.
Ini sungguh berbeda dengan sikap Nabi dalam menghukum yang orang yang
melawannya. Ketika orang2nya menangkap penjaga kafilah di Nakhlah, dia
sudah bersiap untuk membunuh mereka hanya karena dikiranya dua
prajuritnya tertangkap dan dibunuh di Mekah. Juga meskipun hal ini
benar, bagaimana mungkin seorang utusan Tuhan membunuh orang tak
bersalah atas dosa orang lain? Akan tetapi, tindakan semena-mena sang
Nabi yang paling keji adalah ketika dia membantai seluruh orang2 Quraish
sebagai pembalasan dendam atas pembunuhan satu orang Muslim yang
sebelumnya telah membunuh orang Yahudi.


Setelah keberhasilan menggarong di Nakhlah, sang Nabi menambah
kekayaannya dari usaha penggarongan yang lebih banyak dan menjadi
seorang akhli di bidang penjarahan dan peperangan. Lebih banyak kafilah
diserang dan lebih banyak lagi barang2 rampasan yang mengisi peti2 mati
sang Nabi dan memperkaya pengikutnya. Pada saat inilah sang Nabi mulai
mengeluarkan ayat2 yang menganjurkan orang untuk berperang dan membunuh.
Ini contohnya:


“Bawalah kabar2 baik bagi orang budiman. Sebenarnya Tuhan akan
menahan musuh dari mereka yang percaya, karena Tuhan tidak suka orang
murtad yang tak beriman. Diperbolehkan untuk berperang (melawan para
murtad) karena mereka (pengikut Muhammad) telah dirugikan; dan pasti
Tuhan yang Maha Perkasa membantu mereka yang diusir dari rumah2 mereka
tapi alasan yang adil, - tidak ada alasan lain selain mereka berkata
bahwa Tuhanlah Tuan kami. Dan sebenarnya jika tidak karena Tuhan menahan
umat manusia, sebagian dari mereka berhutang pada yang lain”. (Q.22:
41)


Lihatlah bagaimana sang Nabi suci memutar balik kenyataan untuk
mendorong pengikut2nya membunuh membabi-buta. Seperti yang kita lihat,
orang2 Muslim tidak “dirugikan” dan mereka tidak diusir dari rumah2
mereka. Orang2 Quraish tidak menindas mereka karena kepercayaan pada
Tuhan. Ayat2 yang menghasut ini bohong belaka. Tapi ia ingin mendorong
mereka untuk menjadi prajuritnya dan menolongnya mewujudkan impiannya
untuk menguasai Arabia dan menundukkan Ajam (Persia).


Perjanjian yang dibuat di Media mengharuskan penduduk kota itu untuk
melindungi Muhammad jika dia diserang orang2 Mekah, tapi penduduk
Medina tidak perlu ikut dalam melakukan serangan2, merampok, dan
memperkaya sang Nabi dengan barang2 hasil rajahan perang. Tapi Muhammad
butuh partisipasi mereka dalam perjalanan2nya. Pemecahan masalahnya,
seperti biasa, ditemukan dalam penglihatan illahi.


"Perang ditakdirkan bagimu, meskipun (perang) itu menjengkelkanmu.
Secara kebetulan kau tidak suka apa yang baik untukmu, dan menyukai yang
jahat bagimu. Tapi Tuhan mengetahui, dan kalian tidak.” Q ...


Pada titik ini kita bertanya pada diri kita sendiri apa yang membuat
seorang menjadi utusan Tuhan jika bukan karena perbuatan2 dan
tingkahlakunya yang baik? Dalam hal apa sang Nabi lebih baik daripada
penyamun biasa, gangster, perampok, pengacau, penjahat dan kriminal?



Pertanyaan akhir


Wahai Ayatollah, di suratmu engkau tampaknya menyetujui bahwa yang
sang Nabi lakukan adalah karena hasil akhir menentukan tujuan perbuatan.
Engkau tidak merasa terganggu bahwa yang dia lakukan sangat tak
bernorma, tidak jujur dan kejam karena ia adalah seorang utusan Tuhan
dan karena itu, apapun yang dilakukannya, meskipun nyata2 jahat,
dianggap baik.


Pokok utamanya bukan siapakah Muhammad dan apa yang dilakukannya.
Muhammad telah mati dan apa yang dilakukannya sudah berlalu (jadi bagian
sejarah). Masalah utamanya adalah siapakah KITA? Apa yang dapat
dikatakan dari sebuah masyarakat yang menganggap seorang penjahat,
pembantai, dan penggarong sebagai pemimpin agamanya? Apa yang dapat
dikatakan tentang kita, nilai2 dan moral kita, jika kita mengangkat
orang seperti Muhammad sebagai guru kita? Bagaimana kita bisa jadi
masyarakat berakhlak jika Nabi kita tercinta ini adalah seorang
pembunuh? Bagaimana kita bisa mendirikan nilai2 kemanusiaan yang penuh
toleransi, persamaan hak, keadilan dan belas kasihan jika pemimpin kita
tidak memiliki semua ini? Inilah pertanyaan2 yang harus dijawab negara
kita (Iran) dalam waktu genting sekarang. Inilah pertama kali sejak
hidup selama 1.400 tahun di bawah ancaman terror dan dibutakan matanya,
kita punya kesempatan untuk melihat diri kita sendiri, bertanya dan
menghadapi kenyataan.


Kita adalah hasil pemikiran kita dan kita berpikir tergantung apa
yang kita percayai. Dapatkah kita menjadi negara yang damai, menyayangi,
dan bermartabat jika kita percaya pada seorang yang ternyata adalah
pembantai masal, pembohong, pencuri, penjagal, pemerkosa, penyamun,
orang yang penuh nafsu berahi pada wanitas, suka berperang dengan penuh
kebencian? Dapatkah kita mengeyam kedamaian jika Nabi kita tak mengajar
apapun selain perang? Dapatkan kita bertoleransi satu sama lain dan
menghargai perbedaan kita jika orang yang kita muliakan ternyata
melecehkan semuanya yang berbeda dari dia? Dapatkah kita menghormati
para wanita dalam masyarakat kita jika pemimpin spiritual kita, yang
kita anggap tak pernah salah, menyatakan bahwa wanita kurang cerdas,
wanita adalah tulang2 iga yang bengkok, wanita adalah malapetaka dan
dikuasai Setan? Dapatkah kita mengganti kebencian yang membara dalam
hati kita pada kaum minoritas di sekitar jika Nabi kita bilang mereka
itu najis, harus dibunuh, ditekan, dihina dan bayar Jazyah? Dapatkan
kita mencintai satu sama lain jika Nabi kita mengharuskan kita membenci?
Bukankah sebenarnya seorang Pemimpin itu lebih maju daripada
pengikutnya? Bagaimana kita dapat maju jika pemimpin kita begitu
terbelakang?


Tujuan untuk mengetahui Islam dan kebenarannya pada akhirnya adalah
untuk mengetahui siapa kita, mengapa sejarah bangsa kita jadi seperti
ini dan bagaimana sampai kita bisa begini. Jika suatu jenis penyakit
telah diketahui dokter, maka dokter itu sebentar lagi akan mampu
menemukan obatnya. Inilah saatnya masyarakat kita menaruh perhatian atas
penyakit kita. Mungkin dengan ini kita sebentar lagi bisa mendapatkan
obat penyembuhnya.
feifei_fairy
feifei_fairy
KAFIRUN
KAFIRUN

Female
Number of posts : 802
Reputation : -14
Points : 7249
Registration date : 2008-12-20

https://www.facebook.com/Feifeifairy

Back to top Go down

Debat Antara Yang Mulia Ayatollah Montazeri dan Ali Sina  Empty Re: Debat Antara Yang Mulia Ayatollah Montazeri dan Ali Sina

Post by feifei_fairy Tue 10 Aug 2010, 5:28 am

Pembantaian Orang2 Yahudi


Pertanyaan Nomer 4


Sang Nabi memperkenalkan kebencian agama di Arabia dan, seperti
Hitler, iapun menghabisi orang2 Yahudi di Arabia melalui pembersihan
rasial (Yahudi) yang keji. Haruskah seorang utusan Tuhan bertindak
begitu kejam?


Ayatollah Montazeri


Membandingkan perlakuan Nabi terhadap
orang Yahudi di Medina dengan pembersihan ras (genosida) oleh Hitler
adalah tidak adil dan sangat kejam. Setelah pindah ke Medina, sang Nabi
memperlakukan orang2 Yahudi dengan sangat ramah. Perjanjian2 dan
persetujuan2 persahabatan ditandatangani diantara orang2 Yahudi dan sang
Nabi Suci. Adalah pihak kaum Yahudi yang bersekongkol dengan orang2
Mekah dan merekalah yang melanggar beberapa persetujuan. Bukti terinci
dari masalah2 ini tidak bisa dituliskan di surat ini (karena terlalu
banyak).




Sina


Sungguh mengherankan bahwa Yang Mulia Ayatollah Ozma menyebutku
“kejam” (zalim) karena membandingkan pembantaian orang2 Yahudi di Medina
dengan pembantaian orang2 Yahudi oleh Hitler (dikenal sebagai holokaus)
tapi tidak melihat kekejaman apapun pada pembunuhan berdarah dingin
terhadap 900 orang, pengasingan ribuan orang2 Yahudi, perbudakan kaum
wanitanya dan pembasmian total dari orang2 Yahudi di Arabia yang telah
menyebut Medina sebagai tempat tinggalnya selama 2.000 tahun. Hitler
membantai kaum Yahudi karena alasan ras. Muhammad membantai kaum Yahudi
karena alasan ras. Hitler berencana untuk membersihkan Jerman dari
seluruh kaum Yahudi. Muhammad berhasil membersihkan Arabia dari seluruh
kaum Yahudi. Apa bedanya? Kenapa aku disebut kejam karena membanding dua
kejadian yang serupa?



Penyerangan Terhadap Orang2 Yahudi


Terdapat tiga suku Yahudi di Medina, yakni Bani Qaynuqa, Bani Nadir,
dan Bani Quraiza. Setiap suku ini bersekutu dengan suku2 Arab lainnya
dan jika ada pertempuran diantara suku Arab sekutunya dengan suku Yahudi
lain, maka suku Yahudi ini akan memihak suku Arab sekutunya tersebut.
Ini merupakan bukti bahwa di Medina sebelum Islam tidak ada perselisihan
agama. Semua sikap tak bertoleransi agama diperkenalkan oleh sang Nabi.



Ketika sang Nabi masuk ke Medina, dia berharap orang2 Yahudi mau
memeluk agamanya. Dia berkhotbah tentang tuhan yang sama dengan tuhan
orang Yahudi, mengakui nabi2 mereka dan menceritakan kisah2 para nabi
tersebut. Dia telah memilih tanah suci orang Yahudi sebagai kiblat (arah
sembahyang) dan mengecoh mereka untuk mendapat kesetiaan kaum Yahudi.


W.N. ARAFAT yang menyangkal terjadinya holokaus pertama menulis: “Secara umum telah diakui bahwa pada awalnya
Nabi Muhammad berharap orang2 Yahudi di Yathrib, yang merupakan penganut
agama illahi, akan mengerti agama monotheism yang baru, yakni Islam.”
(1)



Tapi Muhammad heran sekali waktu kaum Yahudi, sama seperti kaum
Quraish, mengejeknya dan tidak peduli akan ajakannya. Setelah harapannya
pupus dan kesabarannya habis, sang Nabi jadi makin memusuhi orang2
Yahudi dan semakin tampak jelas bahwa dia suatu hari akan membalas
dendam.



PENYERANGAN TERHADAP BANI QAYNUQA:


Suku Yahudi pertama yang ditimpa kemurkaan sang Nabi adalah Bani
Qaynuqa. Mereka hidup di dalam beberapa bagian kota Madinah. Sebagai
mata pencaharian, mereka bekerja sebagai penambang emas, pandai besi dan
pertukangan untuk membuat alat2 kebutuhan rumah tangga. Inilah sebabnya
terdapat banyak peralatan perang di sebagian besar rumah2 mereka.


Saifur Rahman al-Mubarakpuri di AR-Raheeq Al-Makhtum menulis;

“Mereka (Bani Qaynuqa) mulai cari
gara2 dengan mencemooh orang2 Muslim, menyakiti hati orang2 Muslim yang
sering datang pasar2 mereka, dan bahkan mengancam kaum wanita Muslim.
Perilaku ini mulai membuat panas seluruh keadaan, sehingga sang Nabi
(damai menyertainya) bertemu dengan orang2 Yahudi tersebut, mengingatkan
dan mengajak mereka untuk bertindak waras, bijaksana, berpedoman, dan
ber-hati2 agar tidak terjadi pelanggaran hukum lagi. Meskipun begitu,
mereka tidak berubah dan tidak mengindahkan peringatannya, dan berkata:
“Jangan merasa hebat karena telah bisa mengalahkan orang2 Quraish yang
tidak berpengalaman dalam bertempur. Jika kamu bertempur dengan kami,
kamu akan menyadari bahwa kami benar2 ahli perang.”
(2)


Apapun yang dikatakan orang2 Yahudi pada Muhammad bukanlah suara
yang mewakili seluruh masyarakat Yahudi. Tapi bagi seseorang yang
mencari alasan untuk menyerang, ini merupakan kesempatan emas. Maududi
berkata, “Ini jelas merupakan tantangan
perang
.”


Tapi ini tidak benar. Kata2 ini tidak dikeluarkan oleh kepala Bani
Qaynuqa dan mereka pun tidak mengancam Muhammad. Kata2 ini diteriakkan
oleh sekelompok pengacau pada seseorang (Muhammad) yang mencoba
mengancam mereka dan mereka pun lalu, sesuai dengan ajaran mereka,
membalas balik mengancam. Hanya orang yang otaknya lumpuh dibius oleh
fanatism agama saja yang dapat mengartikan kata2 ancaman dari
segerombolan anak muda sebagai pernyataan perang seluruh orang2 Yahudi
terhadap orang2 Muslim. Adalah sangat tidak adil untuk menghukum sangat
berat seluruh masyarakat Yahudi dengan alasan karena beberapa dari
mereka balas dendam membunuh seorang Muslim yang telah membunuh seorang
Yahudi. Tindakan Muhammad ini bertentangan dengan kata2nya sendiri bahwa

tidak ada orang berbeban yang dapat menanggung beban orang lain

(Q. 53:38)


Ahli2 sejarah Muslim ingin menyalahkan semuanya pada kaum Yahudi dan
menggambarkan mereka sebagai kaum yang jahat dalam tulisan mereka.
Mencemooh bukanlah tindakan kriminal. Tapi hanya dengan memperhatikan
secara sekilas saja tanggapan orang Yahudi terhadap Muhammad, sudah bisa
terlihat jelas bahwa Muhammad bertemu mereka bukan untuk menasehati
tapi untuk mengancam mereka.


Ayat berikut dikatakan pada waktu pertemuan dan menunjukkan sikap
permusuhan sang Nabi ketika bertemu dengan orang2 Yahudi.


“Berkatalah
[O Muhammad pada orang2 tak beriman itu: ‘Kamu akan dikalahkan dan
dikumpulkan bersama ke Neraka, dan itu benar2 merupakan tempat yang
paling mengerikan untuk peristirahatan akhir.’ Telah terdapat suatu
Tanda bagimu (O orang2 Yahudi) pada dua pasukan yang bertemu (di
peperangan - perang Badr): Satu pihak bertempur demi Allah, dan pihak
lainnya adalah orang2 tak beriman. Mereka (orang2 yang beriman) melihat
mereka (orang2 yang tidak beriman) dengan mata mereka sendiri (bahwa
mereka) berjumlah dua kali lipat lebih banyak (meskipun sebenarnya
jumlah mereka tiga kali lipat lebih banyak). Dan Allah membantu dengan
KemenanganNya pada orang2 yang disukaiNya. Sesungguhnya, ini merupakan
peringatan bagi mereka yang mengerti.”
[Q.3: 22,13]


"Suatu hari seorang pandai besi
Yahudi membuat gusar seorang wanita Muslim karena mengikat ujung bajunya
ke punggungnya sampai bagian kemaluannya tampak. Seorang pria Muslim
kebetulan berada di situ dan dia lalu membunuh orang Yahudi itu; orang2
Yahudi membalas dengan membunuh pria Muslim itu. Keluarga pria tersebut
memanggil orang2 Muslim untuk meminta tolong dan perang pun dimulai.”
(2)


Kecelakaan seperti ini sering terjadi di masyarakat primitif. Bahkan
kenyataannya di masyarakat yang sangat berbudaya sekalipun banyak orang
terbunuh hanya gara2 pertengkaran di jalanan. Manusia bukanlah makhluk
yang sangat rasional. Kebanyakan orang bereaksi tanpa dapat diduga
dengan akibat yang mengerikan. Setiap orang yang bijaksana dalam keadaan
ini akan berusaha mengendurkan ketegangan dan menenangkan orang2 banyak
tanpa memihak. Tapi sikap Muhammad jauh daripada itu. Karena sudah
terbiasa dengan perampokannya pada kafilah2 yang sedang lewat, matanya
lalu tertuju pada kekayaan orang2 Yahudi di Yathrib dan dia sedang
mencari alasan untuk bertindak. Kecelakaan ini merupakan kesempatan emas
yang telah di-tunggu2 sang Nabi. Dan di hari Sabut, 15 Shawwal, 2 A.H.,
dia berangkat dengan para prajuritnya, dan mengepung benteng kaum
Yahudi dalam waktu 15 hari. Tanpa air, Bani Qaynuqa terpaksa menyerah
dan pasrah pada keputusan sang Nabi tentang hidup, kekayaan, wanita dan
anak2 mereka.


Maududi menulis,”Karena itu, sang
Nabi suci menyerang tempat mereka di ujung Shawwal (dan menurut
keterangan yang lain, di Dhi Qa’dah) A.H.2. Pengepungan berlangsung
kurang dari dua minggu waktu orang2 Yahudi akhirnya menyerah dan semua
pria yang bertempur diikat dan dijadikan tahanan. Sekarang Abdullah bin
Ubayy datang untuk mendukung orang2 Yahudi dan memaksa bahwa mereka
harus diampuni. Sang Nabi suci setuju akan permintaannya dan mengambil
keputusan bahwa Bani Qaynuqa harus mengasingkan diri dari Madinah dan
meninggalkan semua harta benda, peralatan perang, dan perlengkapan
berdagang. (Ibn Sa'd, Ibn Hisham, Tarikh Tabari).
(3)


Rincian tentang campur tangan Ubayy dengan sang Nabi ditulis di buku
sejarah Islam pertama, yakni Sirat.


"Asim b. `Umar b. Qatada berkata
bahwa Bani Qaynuqa adalah kelompok Yahudi pertama yang melanggar
perjanjian dengan Nabi dan mau berperang di daerah antara Badr dan Uhud,
dan sang Nabi mengepung mereka sampai mereka menyerah tanpa syarat.
`Abdullah b. Ubayy b. Salul menghadap Nabi dan berkata,’O Muhammad,
bersikaplah baik terhadap orang2 ini (orang2 Yahudi merupakan sekutu
Khazraj), tapi ditolak oleh Nabi. Dia mengulangi perkataannya, tapi Nabi
memalingkan tubuhnya, lalu dia memasukkan tangannya ke dalam kerah
jubah Nabi; sang Nabi jadi begitu marah sampai mukanya tampak hampir
hitam. Dia berkata, ‘Kurang ajar kamu, lepaskan aku.’ Dia menjawab,
‘Tidak, demi Tuhan, aku tidak akan melepaskanmu sampai kamu berlaku baik
terhadap orang2 ini. Empat ratus orang tanpa pemberitahuan dan tiga
ratus orang dengan pemberitahuan melindungiku dari seluruh musuhku;
masakan engkau mau membunuh mereka semua dalam satu pagi? Demi Tuhan,
aku takut keadaannya akan berubah.’ Sang Nabi menjawab, ’Engkau boleh
memiliki mereka.’
[Sirat, hal. 363]


Menurut keterangan al-Mubarakpuri "Bani
Qainuqa menyerahkan segala barang2, kekayaan dan peralatan perang pada
sang Nabi (damai menyertainya), yang lalu mengambil seperlima bagian dan
membagi sisanya untuk orang2nya. Setelah itu Bani Qainuqa diusir dari
seluruh tanah Arabia ke Azru’a di Syria di mana mereka tinggal sebentar
dan lalu menghilang.”
(2)


Tidak seorang pun bertanya: mengapa? Mengapa kecelakaan sepele
dijadikan alasan bagi utusan Tuhan untuk membuang seluruh masyarakat dan
merampas semua hartanya. Kejadian pengasingan di Kosovo masih segar di
ingatan kita tapi meskipun begitu Milosovic yang sekarang jadi tawanan
perang tidak mengambil harta para pengungsi perang. Dan kaum Yahudi saat
itu tidak punya tempat pengungsian yang disediakan PBB di luar Medina
dengan pertolongan Palang Merah dan badan kemanusiaan lain yang membantu
meringankan derita mereka. Bagaimana mungkin seorang manusia yang baik
dapat mensahkan tindakan kejam penghapusan ras oleh sang Nabi? Bagaimana
seorang dapat memanggil dirinya Muslim setelah belajar kebenaran
sejarah ini tentang Muhammad? Pada kenyataannya Abdullah bin Ubayy, yang
disebut tanpa ragu oleh al-Mubarakpuri sebagai orang “munafik”, datang
untuk memohon pengampunan pada para tawanan perang menunjukkan bahwa
rencana awal sang Nabi sebenarnya adalah membantai mereka semua. Ikut
campur dari bin Ubayy telah menyelamatkan nyawa mereka. Bagaimana
mungkin dapat dikatakan “munafik” jika dia ternyata lebih berbelas
kasihan daripada Rasul Allah dan Allah itu sendiri? Bukankah dia orang
yang bijaksana dibandingkan Muhammad?




PENYERANGAN ATAS BANI AN-NADIR


Yang berikut adalah giliran Bani Nadeer. Mereka ini merupakan suku
Yahudi yang lain di Medina. Ketua Bani Nadeer, yakni Ka`b Ibn Ashraf,
jadi khawatir akan keselamatan sukunya setelah menyaksikan nasib Bani
Qaynuqa dan bagaimana sang Nabi mengusir mereka tanpa alasan sama
sekali. Dia sadar bahwa Muhammad tidak akan berhenti untuk memusnahkan
orang2 Yahudi. Sudah jelas baginya bahwa sang Nabi adalah orang kejam
tanpa ampun, tanpa hati nurani, dan tanpa aturan. Dia akan membunuh
orang yang tak bersalah tanpa ragu. Ka`b tahu dia harus berbuat sesuatu
untuk melindungi rakyatnya. Karena inilah dia mulai berhubungan dengan
orang2 Mekah dan mencari perlindungan dari mereka kalau2 orang2 Muslim
berniat untuk menyerang rakyatnya.


Ka`b bin Ashraf, ketua Bani an-Nadeer, "adalah orang yang kaya yang terkenal karena ketampanannya,
dan seorang penyair, pergi ke Mekah
” tulis Maududi, “dan membujuk orang2 untuk melakukan balas
dendam dengan cara menulis dan membacakan syair sedih yang profokatif
bagi pemimpin2 Quraish yang dibunuh di Badr. Lalu dia kembali ke Madinah
dan menyusun ayat2 syair yang menghina keadaan wanita2 Muslim. Pada
akhirnya, sang Nabi suci marah atas kelakuan Ka’b dan mengirim Muhammad
bin Maslamah Ansari di bulan Rabi al-Awwal, A. H. 3, dan membunuh Ka`
b.”
(Ibn Sad, Ibn Hisham, Tabari).


Apa yang harus dilakukan pemimpin rakyat yang bijaksana kala dia
melihat seluruh rakyat suku yang sama dengan sukunya disergap tanpa
alasan oleh seorang tiran baru, dan yang lalu mengusir mereka dari tanah
lahirnya meskipun mereka punya perjanjian diantara keduabelah pihak?
Meskipun orang2 Muslim berkata bahwa orang2 Yahudilah yang melanggar
perjanjian, di tulisan sejarah mereka sendiri menunjukkan dengan jelas
bahwa Muhammad-lah yang harusnya disalahkan karena pelanggaran
perjanjian. Jika kisah2 yang dicatat oleh orang2 Muslim ini benar, Ka`b
bin Ashraf tidak punya pilihan selain pergi ke Mekah dan mencari bantuan
untuk melindungi rakyatnya. Muhammad, dengan kelakuannya terhadap Bani
Qaynuqa, bukanlah orang yang dapat dipercaya.


Apa yang dilakukan bin Ashraf bukanlah kejahatan. Dia adalah seorang
pemimpin yang khawatir akan keselamatan rakyatnya sendiri. Kejahatannya
adalah menulis puisi. Tidak ada hal yang dapat mensahkan perbuatan
Muhammad mengirim seorang pembunuh di tengah malam hari. Tidak ada
satupun, baik itu karena bin Ashraf menghubungi orang2 Mekah atau karena
puisinya menyindir Muhammad atau memuliakan kaum Quraish. Tidak ada
yang dapat disahkan untuk membunuh orang2 yang tidak setuju denganmu.
Apologis Muslim tidak malu akan pembunuhan yang dilakukan Muhammad dan
mensahkan semua yang dilakukannya tanpa pikir. Mereka berkata bahwa
dengan cara membunuh musuhnya secara pengecut, sebenarnya Muhammad
menyelamatkan banyak nyawa. Ini menunjukkan bahwa agama menghilangkan
kemampuan berpikir korbannya yang sebenarnya merupakan orang normal.


Bagaimana apologis Muslim yang fanatik ini mensahkan tindakan
pembunuhan Muhammad atas Abu Afak, seorang yang berusia 120 tahun, dan
Asma bint Marwan, seorang penyair wanita dan ibu dari lima anak kecil
yang kejahatannya adalah menyusun syair yang menyinggung sang Rasul
Allah yang suci? Dalam hal apakah dia lebih baik daripada Saddam
Hussein, Bin Laden atau penjahatan manapun? Bukankah pembunuhan para
wartawan, penulis dan ahli pikir di Republik Islam Iran dan rejim Islam
lain diilhami oleh yang dilakukan sang Nabi suci pada pengritiknya?


Kisah pembunuhan Ka`b ditulis di Hadis berikut.


BUKHARI, VOLUME 5, #369
Ditulis Jabir Abdullah:
Rasul Allah berkata “Siapakah yang
mau membunuh Ka`b bin al-Ashraf yang telah menyakiti Allah dan
RasulNya?” Berdirilah Maslama dan berkata,”O Rasul Allah! Maukah kamu
agar aku membunuhnya?” Sang Nabi berkata,”Iya”. Maslama berkata, “Maka
izinkan saya untuk berkata sesuatu (yang menipu Ka`b).” Sang Nabi
berkata, “Silakan katakan.”



Maslama mengunjungi Ka`b dan
berkata,”Orang itu (Muhammad) menuntut Sadaqa (zakat) darim kami, dan
dia telah menyusahkan kami, dan aku datang untuk meminjam sesuatu dari
kamu.” Ka`b menjawab, “Demi Allah, engkau akan merasa lelah berhubungan
dengan dia!” Maslama menjawab,”Sekarang karena kami sudah mengikuti dia,
kami tidak mau meninggalkan dia kecuali dan sampai kami melihat
bagaimana nasibnya akhirnya. Sekarang kami mau engkau meminjamkan dua
ekor unta dengan satu atau dua buah bekal makanan.” Ka`b berkata, “Iya,
tapi kalian harus menggadaikan sesuatu denganku.” Maslama dan kawannya
berkata,”Apa yang kau inginkan?” Ka’ b menjawab, “Gadaikanlah istri2mu
padaku.” Mereka menjawab, ”Bagaimana kami dapat menggadaikan istri2 kami
padamu sedangkan kamu adalah orang yang paling tampan diantara orang2
Arab?” Ka`b berkata, "Kalau begitu gadaikan anak2 lakimu padaku.” Mereka
berkata, “Bagaimana kami dapat menggadaikan anak2 laki kami padamu?
Nanti mereka akan diejek orang2 yang mengatakan ini dan itu dan mereka
telah digadaikan dengan seekor unta penuh bekal makanan. Ini akan
membuat kami sangat malu, tapi kami mau menggadaikan senjata2 kami
padamu.”

Maslama dan kawannya berjanji pada Ka`b bahwa Maslama
akan kembali padanya. Dia kembali pada Ka`b pala malam harinya bersama
saudara angkat Ka`b, yakni Abu Na'ila. Ka`b mengajak mereka ke
bentengnya dan dia pergi bersama mereka. Istrinya bertanya, "Hendak ke
manakah kau selarut ini?" Ka`b menjawab,"Maslama dan saudara (angkat) ku
Abu Na'ila telah datang." Istrinya menjawab, "Aku mendengar suara
seperti darah mengucur dari dirinya." Ka`b menjawab, "Mereka tidak lain
adalah saudaraku Maslama dan saudara angkatku Abu Na'ila. Orang dermawan
seharusnya menjawab permintaan (untuk datang) di malam hari meskipun
(permintaan itu) adalah undangan untuk dibunuh."
Maslama pergi dengan
dua orang dan berkata pada mereka, "Jika Ka`b datang, aku akan
menyentuh rambutnya dan mengendusnya (menghirup bau rambutnya), dan jika
kalian melihat aku telah mencengkeram kepalanya, tusuklah dia. Aku akan
biarkan kalian mengendus kepalanya."

Ka`b bin al-Ashraf datang
pada mereka, pakaiannya membungkus badannya dan menebarkan bau parfum.
Maslama berkata, "Aku belum pernah mencium bau yang lebih enak daripada
ini." Ka`b menjawab, "Aku kenal wanita2 Arab yang tahu bagaimana
menggunakan parfum kelas atas." Maslama minta pada ka`b, "Maukah engkau
mengizinkanku mengendus kepalamu?" Ka`b menjawab, "Boleh." Maslama
mengendusnya dan mengajak kawannya melakukan hal yang sama. Lalu ia
minta pada Ka`b lagi, "Maukah engkau mengizinkanku mengendus kepalamu?"
Ka`b berkata, "Ya". Ketika Maslama berhasil mencengkeram kepala Ka`b
erat2, dia berkata (pada kawan2nya), "Bunuh dia!" Lalu mereka
membunuhnya dan pergi melaporkan hal itu pada sang Nabi.



Kisah ini semakin lama semakin membuat orang ingin tahu bagaimana
akhirnya. Maududi melanjutkan ceritanya dan berkata "Beberapa saat setelah hukuman ini (yakni pengusiran Bani
Qainuqa dan pembunuhan Ka`b bin Ashraf), orang2 Yahudi dicekam rasa
takut yang hebat sehingga mereka tidak berani macem2 lagi. Tapi kemudian
di bulan Shawwal, A.H.3, orang2 Quraish berusaha membalas dendam atas
kekalahan mereka di Badr, dan mereka berbaris menuju Madinah dengan
persiapan besar. Orang2 Yahudi melihat jumlah prajurit Nabi hanyalah
kira2 1.000 orang melawan 3.000 orang Quraish. 300 prajurit munafik
telah meninggalkan pasukan Nabi dan balik menyerang ke Madinah. Orang2
Yahudi duluan melanggar perjanjian dengan cara menolak untuk bergabung
dengan sang Nabi suci untuk mempertahankan Madinah meskipun sebenarnya
mereka telah terikat dengan perjanjian itu."



Sungguh mengherankan jika orang2 Muslim mengharapkan bantuan dari
Bani Nadeer setelah mereka membunuh pemimpinnya yang bijaksana dan
menghabisi suku Yahudi saudara mereka Bani Qaynuqa. Muhammad membuktikan
diri sebagai tiran yang kejam yang tidak akan berhenti untuk alasan
apapun. Dia memerintahkan pembantaian atas musuh2nya dan besoknya dia
muncul di mesjid mengucapkan doa2 se-akan2 tidak terjadi apa2 dan dia
memuji pembantaian itu. Dia tidak memberi ampun orangtua yang berusia
120 tahun dan ibu yang sedang menyusui bayinya dan punya lima anak kecil
yang harus dipelihara. Dia akan mencari alasan untuk menyerang seluruh
masyarakat (yang memusuhinya), merampas semua harta-bendanya, dan
mengusir mereka dari tempat tinggalnya. Jika tidak karena seseorang yang
memohon pengampunan bagi orang2 ini, Muhammad tidak ragu lagi untuk
membantai ribuan masyarakat Bani Qaynuqa. Seperti yang dibualkan oleh
Maududi, orang2 Yahudi malang ini begitu ketakutan dan mereka tentunya
bertanya kapan giliran mereka (dibantai)? Meskipun begitu, orang2 Muslim
menyebut mereka pengkhianat karena tidak mau membantu bertempur bersama
setelah ketua mereka dibunuh. Bukankah membunuh Ka`b ibn Ashraf dan
mengusir Bani Qaynuqa berarti melanggar perjanjian? Atau mungkin
Muhammad mengira perjajiannya hanya berlaku sepihak dan pihak yang harus
mentaatinya adalah orang2 Yahudi, sedangkan dia sendiri bebas untuk
melakukan apapun yang dia inginkan!


Maududi menceritakan pertemuan Muhammad dengan Bani Nadeer sebagai
berikut: “Maka, ketika bertempur di
Perang Uhud, orang2 Muslim kalah sehingga Bani an-Nadir semakin berani.
Mereka sampai2 membuat rencana rahasia untuk membunuh sang Nabi suci
meskipun rencana ini gagal sebelum bisa dilaksanakan. Menurut rincian
kisahnya, setelah kecelakaan Bi'r Maunah (Safar, A. H. 4) Amr bin
Umayyah Damri salah membunuh dua pria dari Bani Amir dalam sebuah usaha
balas dendam. Dua orang dari Bani Amir sebenarnya merupakan sekutu
orang2 Muslim, tapi Amr mengira mereka itu musuh. Karena kesalahan ini,
orang2 Muslim berkewajiban mengganti rugi darah dua orang itu dengan
sejumlah uang. Karena Bani an-Nadir merupakan sekutu Bani Amir, sang
Nabi suci dan gerombolannya menemui mereka (Bani an-Nadir) untuk minta
tolong membayar uang darah tersebut. Kelihatannya mereka setuju untuk
menyumbang, seperti yang diharapkan Nabi, tapi diam2 mereka mengatur
rencana mengirim seorang untuk naik ke atap rumah Nabi ke tembok di mana
Nabi suci biasa duduk dan menjatuhkan batu untuk membunuhnya. Tapi
sebelum mereka dapat melaksanakan rencana itu, Allah memberitahu dia
tepat pada waktunya dan dia tiba2 berdiri dan kembali ke Madinah.”



Betapa konyolnya! Per-tama2, sang Nabi sudah melanggar perjanjian
apapun waktu dia membunuh Ka`b bin Ashraf. Dia sudah melanggar semua
perjanjian ketika dia merampas semua hartabenda Bani Qaynuqa dan
membuang mereka berjalan kaki di padang pasir. Sekarang prajuritnya
salah membunuh orang lain, dan lalu Bani Nadeer yang tak bersalah apa2
harus bayar uang ganti ruginya. Perjanjian yang dibuat tidak termasuk
bayar uang ganti rugi atas kejahatan yang dilakukan pihak lain.
Perjanjiannya adalah untuk mempertahankan Yathrib dari serangan kaum
musuh. Kejahatan Muhammad dan kegiatan gerombolannya bukanlah termasuk
isi perjanjian itu. Sungguh sukar dimengerti bahwasanya orang2
berpendidikan begitu bodoh dalam membaca kisah yang terjadi 1.400 tahun
yang lalu dan tidak seorang pun dari mereka yang diam dulu sebentar dan
berpikir. Dapatkan Anda bayangkan jika kisah yang sama terjadi lagi saat
ini diantara dua negara yang telah menandatangani sebuah perjanjian?
Marilah kita bayangkan kalau seorang presiden dari negara2 ini berakhlak
begitu rendah seperti Muhammad sehingga dia bertekad untuk membantai
musuh2nya, apakah mungkin dia lalu datang ke sekutunya dan menuntut
mereka untuk membayar ganti rugi kejahatan yang keliru dilakukannya?


Di kisah ini, sudah jelas bahwa Muhammad berkunjung ke Bani Nadeer
dan menyatakan permintaannya. Orang2 Yahudi yang ketakutan ini tentu
saja tahu bahwa perjanjian diantara mereka berdua tidak termasuk harus
membayar uang ganti rugi darah atas kekeliruan kejahatan yang dilakukan
Muhammad. Tapi mereka terlalu lemah dan takut untuk melawan tiran ini,
sehingga mereka setuju. Tapi ini bukanlah yang diinginkan dalam benak
Rasul Allah. Dia berharap mereka menolak permintaannya sehingga dia
dapat alasan untuk membasmi mereka sama seperti yang dilakukannya
terhadap Bani Qaynuqa. Bani Nadeer punya tanah yang paling terurus di
Yathrib. Muhammad mengicar perkebunan dan pertanian mereka. Bukhari
Volume 9, Buku 92, Nomer 447
Dia baru saja mulai
merasakan enaknya punya kekuasaan dan dia senang sekali dengan keadaan
barunya ini. Maka itu, dia harus dapat alasan baru. Waktu Bani Nadeer
mengecewakannya dengan setuju untuk bayar uang darah, dia harus cari
alasan baru untuk melaksanakan rencananya dan merampas kekayaan orang2
Yahudi yang kaya raya ini. Karena itulah, sang Nabi punya “ilham” baru.
Sungguh akal2an yang cemerlang. Dia mengatakan pada orang2nya bahwa
orang2 Yahudi merencanakan untuk membunuhnya. Pengikutnya percaya saja
ketika dia bercerita tentang Miiraj-nya yang ditemani oleh Jibril.
Mereka tidak mendapat kesukaran untuk percaya cerita konyol apapun yang
dikarangnya.


Al-Mubarakpouri menulis: “Suatu
ketika sang Nabi dan gerombolannya pergi menemui Bani Nadeer dan minta
tolong mereka untuk mengumpulkan uang darah yang harus dibayar Muhammad
pada Bani Amir karena ‘Amr bin Omaiyah Ad-Damari salah bunuh dua orang
dari mereka (Bani Amir). Semua ini sesuai dengan ketentuan perjanjian
keduabelah pihak yang telah ditandatangani. Setelah mendengar cerita
Muhammad, orang2 Yahudi setuju untuk membantu membayar uang darah dan
minta Muhammad dan kawannya Abu Bakr, ‘Umar, `Ali dan lainnya untuk
duduk di bawah tembok rumah mereka dan menunggu. Orang2 Yahudi
mengadakan rapat dan berencana untuk membunuh sang Nabi. Yang terkejam
dari mereka, `Amr bin Jahsh, bersedia untuk memanjat tembok dan
menjatuhkan sebuah batu besar di kepalanya. Seorang dari mereka, Salam
bin Mashkam, memperingati mereka untuk tidak melakukan hal itu, karena
mengira Allah akan memberitahu Nabi tentang rencana mereka, dan
menambahkan bahwa tindakan seperti itu akan melanggar perjanjian dengan
orang2 Muslim.

Pada kenyataannya, Jibril memang turun untuk
memberitahu sang Nabi tentang rencana jahat itu, sehingga dia dengan
gerombolannya cepat2 balik ke Madinah. Di tengah jalan, dia bilang pada
orang2nya tentang Pemberitahuan Illahi itu.”



Tentu saja Bani Nadeer adalah bagian dari perjanjian yang
ditandatangi sang Nabi dengan orang2 Medina. Tapi perjanjian itu adalah
untuk berperang melawan kaum Mekah jika mereka menyerang Medina dan
tidak untuk bayar ganti rugi kekeliruan pembunuhan yang dilakukan utusan
Allah. Meskipun permintaan ini sangat tak berdasar dan meskipun sang
Nabi telah membunuh pemimpin mereka, Bani Nadeer setuju untuk membayar
uang darah itu. Mereka tahu seperti apa Muhammad itu dan tidak mau
memberinya alasan untuk mengenyahkan mereka seperti yang dilakukannya
pada Bani Qaynuqa. Mereka tahu segala macam penolakan akan berarti
kematian mereka dan tidak ada pilihan selain menerima permintaan tak
adil ini.


Tapi sang Nabi yang tadinya jelas berharap permintaannya ditolak
sehingga punya alasan untuk berperang dengan mereka, menjadi kecewa
karena mereka menuruti kemauannya. Sang Rasul Allah tidak punya tujuan
lain selain cari alasan untuk memusnahkan Bani Nadeer.


Sang Nabi yang percaya bahwa Tuhan adalah khairul maakereen, “yang
paling hebat dalam mengelabui”, adalah sendirinya seorang yang jago
mengelabui. Kisahnya tentang Jibril yang memberitahu dia tentang rencana
pembunuhan orang Yahudi sama bohongnya dengan kisahnya tentang
kunjungannya ke neraka dan surga di malam Mi’raj atau kisah bualannya
ketemu jin dan setan. Kewarasan dan ketulusannya memang bisa diragukan
tapi dia mampu dengan mudah menipu para pengikutnya untuk percaya
padanya dan bersedia membunuh orang2 tak berdosa.


Pada kenyataannya, bukan orang2 Yahudi yang melanggar persetujuan
tapi Muhammad-lah yang melanggarnya dan dengan ini pula dia juga
melanggar azas kemanusiaan yang paling mendasar. Dia melanngar norma
kemanusiaan, moral kemanusiaan, hukum belas kasihan, aturan2 keadilan,
standard etika, dan prinsip2 kebajikan. Sang Nabi Allah tidak
mengindahkan perdamaian bagi orang2 yang menghalanginya dan selama 1.400
tahun menjerumuskan kemanusiaan ke dalam perang tiada akhir. Dia
menanamkan kebencian di dunia dan diantara pengikut2nya sehingga
akhirnya kebencian itu menggerogoti mereka dan umat manusia.


Kisah di atas menimbulkan beberapa pertanyaan yang lebih masuk akal.
Jika orang2 Yahudi ini memang benar2 ingin membunuh Muhammad, tidakkah
mereka dengan mudah menangkap dan membunuhnya beserta gerombolannya?
Kenapa musti menjatuhkan batu segala waktu Muhammad dan gerombolannya
sebenarnya sudah berada di tempat mereka? Dan mengapa Tuhan yang dapat
memperingatkan nabiNya yang tercinta tentang rencana pembunuhan
terhadapnya ternyata tidak membuat `Amr bin Jahsh mati? Kalau ‘Amr bin
Jahsh mati, seluruh orang2 Yahudi dan Nabi jadi selamat dari semua
perkara ini. Tidakkah Tuhan tahu kalau nabiNya itu tidak punya belas
kasihan dan pengampunan terhadap nyawa ribuan orang yang tak berdosa dan
membuat mereka semua membayar kesalahan yang dilakukan beberapa orang?
Jika Tuhan begitu marah pada orang2 Yahudi ini mengapa Dia tidak
membunuh mereka sendiri dengan penyakit? Kenapa Dia tidak memerintahkan
bumi untuk membelah diri dan menelan orang2 Yahudi tersebut seperti yang
ditulis di Alkitab? (Bilangan 16:30). Ini
akan jauh lebih mudah bagi orang2 Yahudi dan orang2 Muslim. Mengapa
Tuhan yang pengasih meminta hamba2nya yang tulus untuk berkelakuan
seperti pembunuh biasa dan penjagal2 yang kejam? Hanya orang beriman
buta saja yang tidak merinding mendengar kisah ini. Setiap orang waras
sudah bisa melihat kalau Muhammad me-ngarang2 semuanya untuk melanjutkan
rencana2nya membersihkan dan menjarah ras Yahudi.


Maududi menyelesaikan kisahnya dengan mengatakan, “Sekarang tidak ada alasan lagi untuk
memberikan kelonggaran. Sang Nabi suci dengan seketika mengirim ancaman
bahwa rencana pembunuhan yang mereka buat baginya sudah ketahuan; karena
itu, mereka harus pergi dari Madinah dalam waktu sepuluh hari; jika
masih ada yang tinggal setelah sepuluh hari, dia akan dibunuh pakai
pedang. Sementara itu Abdullah bin Ubayy mengirim pesan pada mereka
bahwa dia akan membantu mereka dengan 2.000 orang dan bahwa Bani
Quraizah dan Bani Ghatafan akan juga membantu; karena itu, mereka harus
tetap berdiam diri dan jangan pergi. Karena janji palsu ini, Bani Nadeer
menjawab sang Nabi bahwa mereka tidak akan meninggalkan Medina dan
terserah dia mau apa. Dengan sendirinya, di bulan Rabi' al-Awwal, A. H.
4, sang Nabi suci menyerang mereka, dan setelah dikepung beberapa hari
(menurut keterangan2 tradisi pengepungan berlangsung 6 hari, yang lain
berkata 15 hari), Bani Nadeer setuju untuk meninggalkan Madinah dengan
syarat agar mereka dapat membawa semua harta bendanya yang dapat
diangkut oleh onta2 mereka, kecuali persenjataan. Karena itu, Madinah
dibersihkan dari suku pengacau Yahudi yang kedua. Hanya dua orang dari
Bani an-Nadeer yang jadi Muslim dan tinggal di Madinah. Selebihnya pergi
ke Syria dan Khaiber.”



Muhammad tidak membantai Bani Nadeer seperti yang dilakukannya
terhadap Bani Qurayza, yakni suku Yahudi lain yang tinggal di Medina.
Tapi pikiran untuk melakukan pembantaian jelas muncul di kepalanya
seperti yang bisa kita lihat di tulisan Sirat berikut.


"Mengenai Bani al-Nadir, keluarlah
Sura Pengasingan yang menunjukkan bagaimana Tuhan menjatuhkan pembalasan
dendamNya pada mereka dan memberikan kekuatan pada NabiNya untuk
mengatasi mereka dan bagaimana Dia bertindak pada mereka. Tuhan berkata:
‘Mereka yang tidak percaya pada Qur’an diasingkan dari rumah mereka … ‘Maka pikirkan ini, barangsiapa yang
bijaksana. Jika Tuhan tidak menentukan pengasingan bagi mereka, ‘yang
adalah pembalasan dari Tuhan,’ Dia sudah akan menghukum mereka di dunia
ini,’
(Q. 59: 3) dengan pedang, ‘dan di dunia akherat mereka akan
dihukum di neraka’ pula.”
[Sirat, hal. 438]


Ada ayat di Qur’an yang berbicara tentang kejadian ini dan
menegaskan tindakan Muhammad untuk membunuh mereka dan menjadikan mereka
tawanan2.


"Dia
menyebabkan orang2 yang percaya Qur’an mengeluarkan mereka (Bani
Quraish) ke luar dari benteng2 mereka. Sebagian kau bunuh, sebagian lagi
kaujadikan tawanan.”
Q. 33: 26


Di kejadian inilah Muhammad memerintahkan penebangan dan pembakaran
pohon2, dan bahkan kemudian Allah mengeluarkan sebuah firman yang
merestui tindakan perusakan ini.


“Wahai
kamu (O orang2 Muslim) potonglah pohon2 palem (kepunyaan musuh), atau
kamu biarkan mereka (pohon2) berdiri di tangkai2nya, itu diijinkan
Allah.”
Q. 59: 5


Bani Quraizah dan Bani Ghatafan tidak datang menolong Bani Nadeer
dan mereka dipaksa menyerah dalam beberapa hari dan diasingkan dari
Medina. Sebagian pergi ke Syria dan sebagian ke Khaibar. Huyai Ibd
Akhtab yang merupakan ketua baru Bani Nadeer adalah sebagian orang yang
pergi ke Khaibar. Dia kemudian dibunuh beberapa tahun kemudian tatkala
sang Nabi menyerang Bani Quraiza dan anak perempuannya yang bernama
Safiyah dirampas sang Nabi ketika Khaibar jatuh ke tangan orang2 Muslim.



Al-Mubarkpouri menulis,

"Rasul Allah merampas senjata2,
tanah, rumah2, dan kekayaan. Diantara barang2 rampasan yang berhasil
diambilnya terdapat 50 baju baja, 50 pelindung kepala, dan 340 pedang.
Semua ini milik sang Nabi karena tidak terjadi pertempuran saat
penangkapan terjadi. Dia membagi barang rampasannya diantara para
Pendatang dan dua Pembantu miskin Abu Dujana dan Suhail bin Haneef. Sisa
bagian ini diberikannya pada keluarganya untuk hidup selama setahun.
Sisa seluruh jarahan diberikan kepada prajurit Muslim dengan
persenjataan bagi perang2 yang akan datang dalam nama Allah."



Hampir semua ayat2 Sûrah Al-Hashr (Bab 59 – Pertemuan) menjabarkan
pengusiran orang2 Yahudi dan memperlihatkan kelakuan rendah orang2
munafik. Ayat2 menunjukkan hukum2 yang sesuai dengan perampasan. Di
bagian ini, Allah, sang Maha Kuasa, memuji para Pendatang dan Pembantu.
Di bagian ini ditunjukkan izin sah untuk memotong dan membakar lahan dan
pohon2 musuh untuk keperluan militer. Perlakuan seperti tidak dianggap
sebagai perusakan besar2an selama ini sesuai dengan jalan Allah.


Seperti yang sudah jelas tampak dan para sejarawan Muslim pun tidak
malu untuk mengakui, tidak ada tindakan kejahatan selama ini dilakukan
di jalan Allah. Inilah contoh yang ditinggalkan sang Nabi bagi
pengikut2nya dan ini pulalah yang dilakukan oleh pengikut2 Islam yang
taat sepanjang sejarah. Ini mungkin bisa memberi penjelasan pada orang2
Barat apa yang mengilhami fundamentalisme dan terorisme Islam. Membunuh,
menjarah, memperkosa dan membantai adalah praktek2 Islami. Tidak ada
batasannya jika gunanya adalah untuk mengembangkan agama Allah.


Ironisnya, Surah ini berakhir dengan mendesak penganut Islam untuk
jadi suci dan menyiapkan diri mereka ke dunia akherat. Ini membuat orang
bertanya tentang sintingnya jalan pikiran pengarangnya dan betapa
jungkirbaliknya nilai2 yang dia junjung.


Kita yang berperasaan modern merasa heran mengapa pengikut2 Muhammad
tidak meninggalkannya setelah melihat kekejaman dan kebiadabannya. Tapi
rupanya melakukan perampasan dan penjarahan merupakan hal yang lumrah
di Arabia. Al-Mubarakpuri menulis, “Masyarakat
gurun pasir Bedouin hidup di tenda2 tak jauh dari daerah Madinah, …
tergantung pada usaha perampasan dan penjarahan sebagai mata
pencaharian.”
Ini adalah kebiasaan orang2 Arab untuk hidup.
Ketika Muhammad menggunakan cara2 yang sama untuk menimbun kekayaan dan
membangun kerajaannya, tak seorang pun kaget. Cara2 ini lumrah dan
semuanya melakukan hal itu. Malah kalau orang pergi perang untuk membawa
jarahan, mereka berdoa dulu pada dewa2nya. Jika mereka berhasil, mereka
me-muja2 dewa2nya dan mengagungkan mereka karena keperkasaannya. Orang2
Muslim dan Muhammad merupakan bagian dari budaya primitif ini dan punya
pemikiran primitif yang sama. Mereka memohon Allah, satu2nya dewa
mereka, untuk menang dan karena Muhammad tidak ragu untuk merampok
kafilah2 pedagang atau masyarakat yang tak bersenjata, dia dengan cepat
dapat memperkaya dirinya dan tentaranya.


Orang2 Arab ini menghubungkan kekuatan militer mereka dengan
kebesaran Allah. Apa yang mereka percayai tidak bisa disalahkan. Mereka
tidak tahu yang sebenarnya dan itulah satu2nya jalan hidup yang mereka
ketahui. Yang sungguh tragis mengenaskan adalah melihat di zaman masa
kini yang mengutamakan sains dan pendidikan, masyarakat berpendidikan
mengikuti agama orang yang bermental primitif.

Seperti yang kita ketahui, jika Bani Nadeer benar2 mau membunuh
Muhammad dan gerombolannya, mereka tidak perlu repot2 dengan rencana
rumit naik tembok segala untuk menjatuhkan batu. Dia sudah ada di kota
mereka dan mereka tinggal membunuhnya saja dengan mudah.


Tapi coba lihat andaikata Muhammad benar dan mereka ternyata
merencanakan untuk membunuhnya. Berdasarkan hukum apa ribuan orang dapat
dihukum karena satu usaha pembunuhan gagal yang dilakukan segelintir
orang? Apa salahnya bayi2 yang baru lahir, para wanita yang sedang
hamil, kaum tua Yahudi yang harus meninggalkan semua yang mereka miliki
dan jalan menyelamatkan diri di gurun pasir? Berapa banyak yang mati?
Mengapa mereka yang lemah harus membayar upaya membunuh yang dilakukan
segelintir orang2 suku mereka?


Hal lain yang penting untuk dipikirkan adalah Muhammad sesungguhnya
membunuh K’ab bin Ashraf ketua Bani Nadir dengan cara yang sangat
curang. Orang2 ini, berdasarkan agama dan tradisinya, punya hak penuh
untuk balas dendam. Mengapa Muhammad percaya bahwa dia boleh saja
membunuh musuhnya tanpa dihukum tapi rencana segelintir orang untuk
membunuhnya harus dihukum sedemikian berat? Apa jadinya dunia ini jika
kita mengikuti contoh tingkah laku Muhammad ini?


Aku bertanya pada para Muslim untuk menunjukkan satu saja contoh
peristiwa sejarah manusia di mana seluruh populasi ribuan manusia
dilenyapkan karena sebuah rencana pembunuhan gagal yang dilakukan
segelintir orang terhadap nyawa orang lain.


Sebuah hadis di Bukhari Volume 5, Buku 59, Nomer 362
menegaskan kisah ini. Penulis berbicara mengenai perlakuan orang2
Yahudi di Medina dan bagaimana Muhammad “membunuh
para pria dan membagi-bagi para wanita, anak2 dan harta benda diantara
para Muslim, tapi beberapa datang pada sang Nabi dan diberinya
pengampunan, dan mereka pun memeluk Islam. Dia mengasingkan semua orang
Yahudi dari Medina.”



Beberapa Muslim apologis berkata bahwa moralitas saat ini tidak
dapat diterapkan pada Muhammad yang hidup 1.400 tahun yang lalu. Mereka
bersikeras bahwa, “Semua kisah ini jadi masalah bagi banyak orang karena
pengetahuan mereka akan apa yang benar dan yang salah. Asal dari
pikiran (tentang moral) yang sakit ini berasal dari mentalitas Kristen
yang ‘memberikan pipi yang lain,’ dan ‘penebusan dosa Kristus,’ dan
kedua hal ini meracuni pikiran orang Eropa selama ber-abad2, sampai
mereka akhirnya sadar akan hal itu dan membuangnya.”


Aku tidak percaya bahwa nilai moral adalah suatu penyakit dan ini
tidak ada hubungannya dengan faham Kristiani pula. Moralitas menilai
hati nurani manusia dan penunjuknya adalah Hukum/Prinsip Emas (yakni:
perlakukan orang lain seperti engkau ingin dirimu diperlakukan). Kita
tahu apa yang baik atau salah jika kita membayangkan bagaimana kita
ingin diperlakukan.



PENYERANGAN TERHADAP BANI QURAIZA:


Yang berikut adalah Bani Quraiza. Tak lama setelah Pertempuran Parit
selesai, Muhammad mengaku bahwa malaikat utama Jibril telah
mengunjunginya untuk meminta dia menghunus pedangnya dan berangkat
ke tempat tinggal Bani Quraiza yang suka menghasut dan berperang melawan
mereka. Jibril memberitahu bahwa dia dengan pasukan malaikat akan
mengguncangkan benteng pertahanan mereka dan mengakibatkan ketakutan di
hati mereka.”
(
2) Sahih Bukhari Volume 5, Buku
59, Nomer 443



Tidak jelas mengapa sang malaikat utama butuh pertolongan orang2
Muslim untuk menghabisi orang2 Yahudi jika dia sendiri punya “pasukan
malaikat” yang akan menggoncangkan perbentengan orang2 Yahudi. Meskipun
demikian, “Rasul Allah dengan seketika
memanggil pembantunya dan menyuruhnya untuk mengumumkan permusuhan baru
melawan Bani Quraiza.”
(2)


Muhammad mengepalai pasukan jalan kaki berjumlah 3.000 orang dan 30
pasukan berkuda Ansar (Pembantu) dan Muhajireen (Pendatang).

Bani Quraiza diserang karena tidak membantu Muhammad ketika Quraish
menyerang Medina. Ali bersumpah bahwa dia tidak akan berhenti sampai dia
menghancurkan pasukan musuh atau mati terbunuh. Pertempuran ini
berlangsung selama 25 hari. Akhirnya Bani Quraiza menyerah tanpa syarat.
Muhammad memerintahkan semua pria diikat tangannya, sedangkan kaum
wanita dan anak2 dipisahkan dalam kurungan. Datanglah suku Al-Aws
mengetengahi dan memohon sang Nabi untuk berlaku lunak pada orang2
Yahudi. Muhammad menyarankan agar Sa‘d bin Mu‘adh, seorang bekas sekutu,
ditunjuk untuk memberikan hukuman bagi orang2 Yahudi, dan orang2 Al-Aws
setuju.


Sa‘d telah mengalami luka parah dalam pertempuran sebelumnya yang
dikenal sebagai Pertempuran Sekutu. Dia memberi hukuman “semua pria yang
sehat atau dapat bertempur dari Bani Qurayza harus dibunuh, para wanita
dan anak2 dijadikan tawanan dan harta benda mereka dibagikan diantara
pejuang2 Muslim.” Sahih Bukhari Volume 4, Buku 52, Nomer 280

Adalah mengherankan jikalau Muhammad yang mengaku sebagai utusan
Allah ternyata butuh keputusan seorang manusia. Tapi hukuman sangat
kejam ini persis dengan apa yang dia inginkan dan dia “menerima
keputusan tersebut dan berkata bahwa Sa’d memberi hukuman berdasarkan
Perintah Allah.”


Al-Bubarapouri menambahkan bahwa “Pada
kenyataannya, orang2 Yahudi layak dapat hukuman berat itu karena
pengkhianatan mereka terhadap Islam, dan banyaknya persenjataan yang
mereka miliki yang terdiri dari 1.500 pedang, 2.000 tombak, 300 pakaian
perang dan 500 tameng, dan semua ini jatuh ke tangan para Muslim.”
(4)


Para ahli sejarah Muslim dengan cepat memberi alasan tak berdasar
untuk mensahkan penyerangan ini seperti: mereka tidak “patuh”,
menyebabkan ‘perpecahan” atau jadi “pengkhianat” dan “melawan Islam”.
Tapi tidak ada tuduhan yang perbuatan dosa yang sesuai dengan hukuman
sekejam itu dan sampai membantai mereka semua.


Parit2 digali di pasar di Madinah dan sekitar 600 sampai 900 orang
dipenggal kepalanya.


Huyai, Ibn Akhtab, ketua Bani Nadeer dan dia adalah ayah dari
Safiyah, tertangkap di penyergapan ini dan dibawa menghadap sang Nabi
dengan tangan terikat di lehernya dengan seutas tali. Dengan berani dia
menolak Muhammad dan memilih untuk dipenggal daripada masuk Islam. Dia
diperintahkan duduk dan dipenggal saat itu juga.


Untuk membedakan pria dengan anak laki, kaum muda diperiksa dan jika
mereka sudah punya bulu kemaluan, maka mereka pun dipenggal.


Sunan Abu-Dawud Book 38, Nomer 4390
Dikisahkan
oleh Atiyyah al-Qurazi:
Aku adalah
seorang dari Bani Quraisah yang tertangkap. Mereka (prajurit Muslim)
memeriksa kami, dan siapa yang sudah mulai punya bulu kemaluan dibunuh,
dan siapa yang belum tidak dibunuh. Aku adalah salah satu dari mereka
yang belum punya bulu kemaluan.



Jika orang tidak melihat bahwa BUKAN begini seorang Nabi seharusnya
bertindak, maka orang itu tidak mengerti arti kemanusiaan. Aku percaya
kekejaman sang Nabi pada kaum Yahudi di Arabia sudah menjelaskan sendiri
bahwa dia bukan Nabi dan setiap orang yang bisa berpikir jelas akan
mengakui hal ini. Sungguh tidak bisa dipercaya bahwa seorang utusan
Tuhan dapat membunuh 600 sampai 900 orang dan mengusir ribuan orang
lainnya tanpa perasaan atau belas kasihan.


Orang yang kita panggil sebagai Nabi adalah orang yang penuh
kebencian. Dia tidak berpikir panjang untuk membunuh, tidak membawa
apapun kecuali kematian, tidak mengajar apapun selain balas dendam.
Muhammad bukanlah seorang “kasih Tuhan bagi umat manusia” tapi dia
adalah kutukan setan bagi kemanusiaan. Tidak hanya di hidupnya dia
membunuhi dan mengusir semua orang Yahudi yang dapat ditemuinya, tapi di
tempat tidurnya sebelum mati pun dia memerintahkan pengikutnya untuk
terus melanjutkan usaha pembersihan rasial yang telah dimulainya.


Bukhari Volume 4, Buku 52, Nomer 288

Sang Nabi hampir mati di ranjangnya, dan dia memberi tiga perintah,
salah satunya adalah mengenyahkan penyembah berhala dari Jazirah Arabia.



Bukhari Volume 4, Buku 52, Nomer 176
Dikisahkan oleh 'Abdullah bin 'Umar:
Rasul
Allah berkata, “Kalian (O kaum Muslim) akan berperang melawan orang2
Yahudi sampai beberapa dari mereka akan bersembunyi di balik bebatuan.
Bebatuan itu akan (mengkhianati mereka dan) berkata, ‘O Abdullah (hamba
Allah)! Ada seorang Yahudi bersembunyi di belakangku, maka bunuhlah
dia.’ “



Orang ini (Muhammad) adalah penjahat dan bukan utusan Tuhan. Dia
adalah pencuri, gangster, dan perampok jalanan. Dia memperkaya dirinya
sendiri dengan harta benda korbannya.


Bukhari Volume 4, Buku 52, Nomer 176
Dikisahkan oleh Anas bin Malik:
Orang2
biasa memberikan palem kurma untuk sang Nabi (sebagai hadiah), sampai
dia menaklukkan Bani Quraiza dan Bani An-Nadir, sesudah mana dia mulai
membalas kebaikan hati mereka.



Jika engkau masih percaya bahwa Muhammad adalah utusan Tuhan,
pikirkan sendiri apa yang terjadi dengan kemanusiaanmu.

Aku tidak akan membahas secara detail pembantaian atas Bani Quraiza
karena banyak sekali hal yang terjadi dan aku persilakan engkau
membacanya sendiri di link berikut ini.


What really happened to the Banu
Qurayza?


http://www.answering-islam.org.uk/Muham
... /BQurayza/


The article in the above link describes the massacre of the Banu
Quraiza and the reason why the Prophet chose Sa'd bin Mu'adh as the
arbitrator. This is a must read to understand Muhammad and his true
character. It should be read is sequence.

Part 1: The siege, the surrender & the intercession of al-Aus

Part 2: Who is Sa`d bin Mu`adh?

Part 3: Appointment of Sa`d bin Mu`adh, his judgment, its execution
and conclusions
feifei_fairy
feifei_fairy
KAFIRUN
KAFIRUN

Female
Number of posts : 802
Reputation : -14
Points : 7249
Registration date : 2008-12-20

https://www.facebook.com/Feifeifairy

Back to top Go down

Debat Antara Yang Mulia Ayatollah Montazeri dan Ali Sina  Empty Re: Debat Antara Yang Mulia Ayatollah Montazeri dan Ali Sina

Post by feifei_fairy Tue 10 Aug 2010, 5:29 am

Safiyah



Pertanyaan Nomer 3


Sang Nabi menyerang Kheibar,
memperbudak Safiyah dan memperkosanya di hari yang sama dia membunuh
suami, ayah, dan saudara2 Safiyah. Beginikah seharusnya tingkah laku
seorang utusan Tuhan?



Ayatollah Montazeri:


Untuk menjawab pertanyaan tentang
Safiyah, kita perlu memperhatikan hal2 di bawah ini.

Safiyah
adalah anak perempuan Huyah ibn Akhtab, yang merupakan ketua Bani Nadir.
Safiyah kehilangan ayahnya yang tewas di pertempuran Kheibar dan
suaminya dibunuh sebelum perjanjian perdamaian. Tawanan2 perang di zaman
itu hidup penuh kesulitan dan kesengsaraan. Karena alasan ini, menurut
usul sang Nabi, para wanita bangsa penyembah berhala yang tertangkap di
peperangan disuruh menikah pria2 Muslim yang sebelumnya menikah dengan
perempuan lain atau jadi budak2 untuk kelangsungan hidup mereka.
Poligami di saat itu adalah lumrah dan merupakan cara terbaik untuk
melindungi para wanita yang tidak punya suami, apalagi yang dijadikan
sandera2.




Sina


Wahai Ayatollah Ozma Montazeri,

Memang benar Safiyah telah kehilangan ayah, suami, dan saudara2nya,
tapi engkau lupa menyebut bahwa dia kehilangan semua orang2 itu karena
sang Nabi membunuh mereka. Membunuh orang2 dan mencuri wanita2nya
merupakan tradisi orang2 gua. Sewajarnya diharapkan bahwa seorang Nabi
Tuhan tidak akan melanjutkan kelakuan barbar orang2 gua tapi seharusnya
menetapkan standard etika dan petunjuk moral baru.


Engkau membuat sang Nabi tampaknya menolong kaum wanita ini dengan
mengawinkan mereka dan menyelamatkan mereka dari penderitaan. Tapi
jangan lupa menyebutkan bahwa Nabi-lah yang membuat mereka sengsara pada
mulanya. Para wanita ini bukan sandera perang sebelum Muhammad
menyerang kota2 mereka, membunuh orang2 yang mereka kasihi, dan
menjadikan mereka budak.


Yang dilakukan sang Nabi persis sama dengan biasa dilakukan penjahat
dan perampok di zaman dulu. Seorang mestinya kacaubalau dengan
pengertiannya akan nilai2 (kemanusiaan) sehingga sampai bisa melihat
adanya unsur kebaikan dari tindakan yang sama sekali memalukan dan
barbar oleh sang Nabi. Membunuh orang2 dan merampas para wanitanya
merupakan tindakan biadab. Tidak ada satupun kebaikan dari tindakan keji
ini.


Jikalau seperti yang kau katakan bahwa sang Nabi mau menyelamatkan
para wanita malang ini dari kesengsaraan yang mereka hadapi, kenapa dia
tidak menikah wanita yang tua? Kenapa dia memilih wanita yang paling
cantik? Safiyah dipilih karena penampilannya. Ini hadisnya.


Dikisahkan oleh 'Abdul 'Aziz:
Anas
berkata, 'Ketika Rasul Allah menyerang Khaibar, kami melakukan
sembahyang subuh ketika hari masih gelap. Sang Nabi berjalan menunggang
kuda dan Abu Talha berjalan menunggang kuda pula dan aku menunggang
kuda di belakang Abu Talha. Sang Nabi melewati jalan ke Khaibar dengan
cepat dan lututku menyentuh paha sang Nabi. Dia lalu menyingkapkan
pahanya dan kulihat warna putih di pahanya. Ketika dia memasuki kota,
dia berkata, ‘Allahu Akbar! Khaibar telah hancur. Ketika kita mendekati
suatu negara maka kemalangan menjadi pagi hari bagi mereka yang telah
diperingatkan.’ Dia mengulangi kalimat ini tiga kali. Orang2 ke luar
untuk bekerja dan beberapa berkata, ‘Muhammad (telah datang)’ (Beberapa
kawan kami berkata, “Dengan tentaranya.”) Kami menaklukkan Khaibar,
menangkap para tawanan, dan hartabenda rampasan dikumpulkan. Dihya
datang dan berkata, ‘O Nabi Allah! Berikan aku seorang budak wanita dari
para tawanan.’ Sang Nabi berkata, ‘Pergilah dan ambil budak mana saja.’
Dia mengambil Safiya bint Huyai. Seorang datang pada sang Nabi dan
berkata, ‘O Rasul Allah! Kauberikan Safiya bint Huyai pada Dihya dan dia
adalah yang tercantik dari suku2 Quraiza dan An-Nadir dan dia layak
bagimu seorang.’ Maka sang Nabi berkata,’Bawa dia (Dihya) beserta
Safiya.’ Lalu Dihya datang bersama Safiya dan ketika sang Nabi
melihatnya (Safiya), dia berkata pada Dihya,’Ambil budak wanita mana
saja lainnya dari para tawanan.’ Anas menambahkan: sang Nabi lalu
membebaskannya dan mengawininya.”

Thabit bertanya pada Anas,”O
Abu Hamza! Apa yang dibayar sang Nabi sebagai maharnya?” Dia menjawab,
“Dirinya sendiri adalah maharnya karena dia telah membebaskannya (dari
status budak) dan lalu mengawininya.” Anas menambahkan, “Di perjalanan,
Um Sulaim mendandaninya untuk (upacara) pernikahan dan malam ini Um
Sulaim mengantar Safiya sebagai pengantin sang Nabi. (
Sahih
Bukhari 1.367)


Dari Hadis di atas kita mengetahui bahwa penyerangan terhadap
Khaibar merupakan serangan mendadak. Orang2 kota tidak diperingatkan
lebih dahulu dan mereka tidak siap menghadapi serangan ini. Ini memang
kebiasaan sang Nabi untuk tidak membiarkan korbannya membela diri. Dia
akan menyerang mereka tidak dengan cara ksatria dan tanpa peringatan.
Pada kenyataannya nama Quzvah berarti “serangan mendadak”. Khaibar tidak
melanggar perjanjian apapun dengan Nabi, dan tidak ada tanda2 apapun
bahwa mereka membahayakan kedudukan orang2 Muslim. Satu2nya alasan sang
Nabi menyerang kota ini, membunuh siapa saja yang berdiri di jalannya
dan merampas wanita yang tercantik sebagai budak pemuas seks-nya adalah
karena dia menginginkan kekayaan masyarakat kota ini.


Sang Nabi suci tidak berhenti di sini, dia lalu memaksa lelaki dan
wanita tua yang tidak dibunuhnya dan tidak diambil sebagai budak seks
untuk membayar pajak tanah dan memberikan dia 50% dari hasil pendapatan.
Orang manapun dengan setitik rasa keadilan tahu bahwa ini bukanlah
keadilan. Yang dilakukan sang Nabi adalah jauh dari suci dan malah
perbuatan setan.



Ayatollah Montazeri


Setelah Safiyah jadi sandera, ada
beberapa orang yang ingin mengawininya. Tapi karena dia adalah putri
ketua suku, sang Nabi menghargai status sosialnya dan tidak
memperbolehkan orang lain untuk menikahinya. Safiyah sendiri ragu2 untuk
menikah dengan orang awam. Karena itu, sang Nabi untuk melindungi
Safiyah, bersedia menikahinya. Sang Nabi memberikan pilihan bagi Safiyah
untuk kembali ke saudara2nya atau tinggal di Medina dan memeluk Islam.
Dia berkata padanya jika dia ingin tetap menjadi seorang Yahudi, dia
tidak akan memaksanya masuk Islam. Safiyah memilih yang berikut (ikut
Nabi dan memeluk Islam). Ahli2 sejarah setuju bahwa menjadi istri sang
Nabi merupakan kehormatan besar dan dipandang sebagai harga diri yang
tinggi. Qur’an (Ahzab 6) menyebut istri2 Nabi sebagai “Para Ibu Orang2
Beriman”.




Sina


Tentang Safiyah, sudah jelas terbukti bahwa sang Nabi mengambilnya
hanya untuk satu alasan yaitu karena dia seorang wanita yang cantik.
Muhammad merampasnya dari Dahya setelah melihatnya. Ini tidak ada
hubungannya dengan posisi ayah Safiyah. Jika sang Nabi menaruh hormat
pada ayahnya dan posisinya, dia tentunya tidak memenggalnya. Kenyataan
ini sudah jelas bersinar bagaikan matahari. Engkau bebas untuk menutup
matamu dan menyangkalnya.


Engkau mengatakan bahwa sang Nabi memberikan Safiyah pilihan untuk
bergabung pada masyarakatnya atau mengikut dia. Sang Nabi membunuh
ayahnya, suaminya, dan banyak saudara2nya. Yang tinggal adalah mereka
yang harus bekerja di ladangnya dan membayar 50% penghasilan mereka pada
sang Nabi sebagai Jazyeh. Bahkan lalu sang Nabi berubah pendapat dalam
waktu singkat dan mengasingkan orang2 Yahudi dari Khaibar. Karena itu
pilihan yang kau katakan sebenarnya tidak banyak berarti. Itu hanyalah
pilihan antara memuaskan nafsu seks seorang lelaki tua yang busuk yang
telah membunuh orang2 yang dicintainya atau bergabung dengan sekelompok
lelaki dan wanita tua yang bukan prajurit atau terlalu tua untuk menjadi
budak pemuas seks bagi orang2nya sang Nabi. Di kasus pertama, Safiyah
punya kesempatan untuk hidup tapi jika dia bergabung dengan sisa orang2
Yahudi, maka nasibnya jadi tidak jelas, dia harus kerja di ladang dan
bayar separuh penghasilannya bagi sang Nabi. Tidak banyak pilihan
baginya.


Jadi istri Nabi mungkin lebih menguntungkan. Akan tetapi, aku
percaya bahwa lebih baik hidup dengan orang2 yang kita cintai daripada
dengan pembunuhnya, meskipun pembunuh itu adalah Nabi Allah.



Ayatollah Montazeri


Jika Rasul Allah – amit2 nih – memang
seorang yang penuh nafsu berahi, dia tidak akan menikah seorang wanita
tua berusia 40 tahun ketika dia masih muda waktu dia punya kesempatan
untuk menikah gadis2 tercantik dari suku2 terkemuka orang2 Arab. Di
pihak lain, orang yang penuh nafsu berahi biasanya juga bernafsu pada
tawaran kesenangan2 duniawi. Di sejarah tercatat bahwa sang Nabi dan
para istrinya hidup sederhana sekali dibandingkan keadaan saat itu,
sampai2 para istrinya ngomel dan menuntut sang Nabi. Dalam masalah
inilah Ahzab 28,29 dikeluarkan dan dia memberi istri2nya pilihan untuk
tetap tinggal dengan Nabi dan bertahan dalam kemiskinan atau cerai dan
pergi ke kehidupan duniawi yang lebih nyaman.




Sina


Rasul Allah itu MEMANG seorang yang penuh nafsu berahi. Tapi waktu
dia muda, dia itu miskin dan tidak ada yang menaruh perhatian padanya.
Tidak ada gadis muda dari suku terpandang yang mau menikah dengan
seorang miskin seperti Muhammad yang hanya mengurusi onta2 kepunyaan
wanita lain. Sang Nabi saat itu tidak punya kesempatan untuk menikahi
seorang wanita muda yang cantik. Khadijah dengan kekayaan dan
kekuasaannya merupakan suatu anugrah bagi sang Nabi yang lalu merubah
hidupnya sama sekali. Sifat asli Nabi jadi tampak nyata setelah Khadijah
meninggal dunia dan dia jadi orang yang berkuasa dari merampoki
kafilah2 pedagang. Pada saat itulah dia mulai mengumpulkan kekayaan dan
wanita2.


Muhammad bukan orang kaya ketika dia pergi ke Medina. Khadijah
tentunya telah kehilangan sebagian besar hartanya selama masa tiga tahun
yang berat ketika orang2 Mekah memboikot sang Nabi dan keluarganya
sebagai balasan bagi cemoohannya terhadap dewa2 mereka. Tahun pertamanya
di Medina sukar sekali. Dia hanya punya sedikit uang untuk hidup.
Usahanya merampoki beberapa kafilah pedagang gagal semua. Hanya ketika
di Nakhlah usaha perampokan kafilahnya berhasil dan dia memperkaya
dirinya dengan barang2 jarahan. Dibutuhkannya beberapa lagi usaha
perampokan dan pembasmian kaum Yahudi dan perampasan harta benda mereka
untuk menimbun banyak kekayaan.


Dan
Dia membuat kamu jadi ahli waris tanah2 mereka, rumah2 mereka, dan
barang2 mereka, dan sebuah tanah yang kamu tidak kunjungi (sebelumnya).
Dan Allah punya kekuasaan atas segala hal.
(Q.33: 27)


Tapi sang Nabi memandang rendah istri2nya dan tidak memberikan apa
yang mereka inginkan. Inilah alasannya mengapa saat mereka mengeluh dia
mengancam untuk menceraikan mereka. Dan memang betul ada satu waktu
istri2 Muhammad mengeluh karena dia tidak mau memberikan bagian cukup
dari kekayaan yang dicurinya dari kaum non-Muslim. Ayat berikut
merupakan lanjutan dari ayat sebelumnya yang dikatakan oleh Allah-nya:


O
Nabi! Katakan pada istri2mu: “Jika kamu sekalian memang ingin menikmati
kehidupan Duniawi dan pesonanya, silakan! Aku berikan kamu mut’ah dan
menceraikanmu dengan baik.
(Q.33: 28 )


Tapi
jika kamu sekalian mencari Allah dan RasulNya, dan tempat di akherat,
maka Allah telah mempersiapkan bagi siapa yang berbuat baik pahala yang
besar.
(Q.33: 29)


Sang Nabi jago sekali bertipudaya dan tahu bagaimana menguasai
istri2nya dan membuat mereka taat padanya dan melayaninya.


O
istri2 Nabi! Jika ada diantara kamu yang berbuat keji yang nyata, maka
hukuman akan berkali lipat dua baginya, dan hal ini mudah dilakukan
Allah.(
Q.33: 30)


Tapi
barang siapa yang taat dalam melayani Allah dan RasulNya, dan
mengerjakan amal yang saleh, Kami berikan pahala baginya dua kali lipat
dan Kami sediakan baginya rejeki yang mulia.
Q.33: 31)
feifei_fairy
feifei_fairy
KAFIRUN
KAFIRUN

Female
Number of posts : 802
Reputation : -14
Points : 7249
Registration date : 2008-12-20

https://www.facebook.com/Feifeifairy

Back to top Go down

Debat Antara Yang Mulia Ayatollah Montazeri dan Ali Sina  Empty Re: Debat Antara Yang Mulia Ayatollah Montazeri dan Ali Sina

Post by Sponsored content


Sponsored content


Back to top Go down

Back to top

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum