ratusan ribu kristen belanda berbondong-bondong masuk islam

DEN HAAG malam itu menggigil dalam suhu udara 3 derajat
Celcius. "Inilah masjid kita," kata M Chaeron, mantan Ketua
Persatuan Pemuda Muslim se Eropa (PPME), kepada Republika di
Den Haag. Dari luar, bangunan itu tidak mirip dengan masjid
umumnya. Rumah panjang bertingkat dua, tanpa kubah. Suasana
masjid baru terlihat ketika masuk ke dalam. Ada mihrab dan
bentangan sajadah. Masjid Al-Hikmah di Heeswijkpein,
Moerwijk kota Den Haag itu awalnya adalah gereja Immanuel.



Pada akhir 1995, di saat umat Islam Indonesia berupaya
keras mengumpulkan dana untuk mendirikan masjid -- setelah
musholah Al-Ittihad tidak dapat lagi menampung jamaah yang
terus bertambah -- Probosutedjo, pengusaha Indonesia,
membeli gereja tersebut dan mewakafkannya atas nama kakaknya
RH Haris Sutjipto, yang wafat di Leiden, Desember 1995
setelah dirawat di kota itu. Masjid itu diserahterimakan
Probo untuk umat Islam pada 1 Juli 1996.


Mengapa gereja? Untuk mendirikan bangunan baru di Belanda
tidak mudah, sementara ketika itu banyak gereja yang tidak
lagi difungsikan dan dijual kepada umum. Menurut Ahmad Nafan
Sulchan, salah seorang pendiri PPME, masyarakat sekitar
gereja lebih senang gereja itu dijadikan masjid daripada
digunakan untuk kepentingan lain, diskotik misalnya.


Gereja Immanuel itu kini menjadi masjid. Lantai bawah
digunakan untuk pengajian dan kegiatan remaja Islam. Lantai
atas untuk shalat. Pada Ramadhan lalu, masjid Al-Hikmah
dipenuhi warga Indonesia, yang diperkirakan lebih 5.000
orang.


Berdirinya Masjid Al-Hikmah memperpanjang deretan jumlah
masjid di Belanda. Pada 1990 saja, jumlah masjid sudah
mencapai 300 di seluruh Belanda. Ini meningkat jauh dari
1971, yang ketika itu hanya terdapat beberapa buah, di
antaranya Masjid Mubarak yang didirikan kalangan Ahmadiyah
(1953), dan Masjid Maluku An-Nur di Balk. Masjid Maluku itu
didirikan eks anggota Koninklijk Nederlandse Indische Leger
(KNIL). Pada 1951-1952 sekitar 12 ribu anggota KNIL beserta
keluarganya dari Maluku dibawa ke Belanda. Sebagian mereka
beragama Kristen, sebagian lainnya Islam. Saat ini
diperkirakan terdapat lebih 50 ribu orang Maluku di Belanda.



Berdasarkan data statistik Central Bureau de Statistiek
1994, jumlah umat Islam dari 15.341.553 jumlah penduduk
Belanda saat itu, menempati posisi ketiga (3,7 persen),
setelah Katolik Roma (32 persen), dan Kristen Protestan (22
persen). Sebanyak 40 persen warga Belanda mengaku tidak
beragama, dan sekitar 0,5 persen pemeluk Hindu. Pada 1971,
jumlah umat Islam 54.300 jiwa, dan meningkat pesat pada 1993
menjadi 560.300 jiwa. Kenaikan rata-rata 0,6 persen setahun.
Umat Islam itu berasal dari Turki (46 persen), Maroko (38,8
persen), Suriname (6,2 persen), Pakistan (2,2 persen), Mesir
(0,7 persen), Tunisia (0,9 persen), Indonesia (1,6 persen),
dan lainnya (3,9 persen). Bertambahnya jumlah umat Islam
dari tahun ke tahun itu, diperkirakan berasal dari imigran
dan sebagian lain mendapatkan hidayah, dan pernikahan.


Islam di Belanda awalnya diperkenalkan sekelompok
mubaligh Ahmadiyah. Kelompok yang menamakan dirinya Holland
Mission ini giat berdakwah melalui diskusi dan berbagai
tulisan. Mereka juga menerjemahkan Alquran ke dalam bahasa
Belanda.


Dalam In het Land van de Overheerser karya Harry A Poeze,
seperti dikutip Muhammad Hisyam dalam buku PPME; Sekilas
Sejarah dan Peranannya dalam Dakwah Islam di Nederland,
orang Islam pertama yang datang ke Belanda justru adalah
Abdus Samad, Duta Besar Kesultanan Aceh untuk Belanda, pada
tahun 1602. Hanya saja, kedatangan Abdus Samad ketika itu
tidak dalam misi dakwah, selain waktu kunjungan yang
singkat.


Selain Ahmadiyah, Islam mulai berkembang melalui
orang-orang Indonesia. Ketika Belanda menerapkan politik
etis, orang-orang Indonesia yang sebagian besar beragama
Islam, berdatangan ke Belanda. Pada 1930-an, mereka
mendirikan Perkoempoelan Islam. Organisasi, yang didirikan
seorang Belanda Van Beetem yang kemudian berganti nama
menjadi Mohammad Ali, ini diakui pemerintah Belanda, dan
merupakan organisasi Islam pertama.


Selanjutnya, pada 1951-1952, sekitar 12 ribu anggota KNIL
yang sebagian besar berasal dari Maluku, sebanyak 200 di
antaranya beragama Islam, datang ke Belanda. Mereka yang
semula ditempatkan dalam satu kamp dengan non-Muslim, lalu
memisahkan diri dan bergabung sesama Muslim di kamp
Wijldemaerk, Desa Balk, Provinsi Friesland. Di sinilah
mereka membangun Masjid An-Nur yang dipimpin Haji Ahmad Tan.
Sebagian lain, yang pindah ke Riiderkerk, mendirikan Masjid
Baiturrahman yang indah pada 1990. Masjid ini pendanaannya
dibantu Pemerintah Belanda.


Muslim Indonesia



Seperti Muslim Maluku, Ahmadiyah, Maroko, Suriname, dan
Tunisia -- yang mendirikan organisasi, tempat ibadah,
dakwah, dan membina agama bagi kelompoknya -- Muslim
Indonesia pun membentuk kelompok tersendiri. Selain
Perkoempoelan Islam, juga berdiri Persatuan Pemuda Muslim se
Eropa (PPME) pada 1971. PPME yang hingga kini tetap
bertahan, didirikan oleh mahasiswa dan pemuda Indonesia di
Belanda dan Timur Tengah. Menurut Ahmad Nafan Sulchan, para
mahasiswa Indonesia dari Timur Tengah, termasuk Abdurrahman
Wahid (Gus Dur) -- kini Presiden RI -- umumnya memilih
Belanda dan Jerman sebagai tempat liburan. Melalui
diskusi-diskusi intensif, para pemuda dan mahasiswa
Indonesia di perantauan tersebut, akhirnya disepakati
dibentuknya sebuah organisasi.


Pertemuan pertama diadakan pada musim dingin awal Januari
1971 di Den Haag. Hadir ketika itu dari Rotterdam yakni Gus
Dur, T Razali, Moh Chaeron, A Hambali Maksum, Abdul Muiz
Kaderi, Rais Mustafa, dan Moh Sayuti Suaib. Dari Den Haag
hadir Ramhat Zitter, Amir Alhajri, dan Jus Muhtar; dari
Jerman Abdul Wahid Kadungga, Ali Baba, dan A Donny.


Pada 12 April 1971, PPME resmi dibentuk. Ketua ketika itu
dipilih Abdul Wahid Kadungga, sekteratis Hambali Maksum. Gus
Dur ketika itu diunggulkan memimpin organisasi ini, namun ia
menolak karena berencana pulang ke Indonesia.


Ahmad Nafan Sulchan bercerita, jika ke Belanda Gus Dur
selalu bertemu dengan para pengurus PPME, bahkan menginap di
Mushola Al-Ittihad yang didirikan PPME. Beberapa bulan
sebelum menjadi Presiden RI, Gus Dur sempat mengatakan bahwa
jika ia datang lagi ke Belanda, ia tidak lagi bisa bebas
seperti semula karena sudah diatur protokoler."Ternyata,
benar. Gus Dur kini menjadi Presiden," ujar Nafan kepada
Republika di Den Haag dua pekan lalu.


Mushola Al-Ittihad yang terletak di Daguerrestr No 2 Den
Haag itu, juga pernah dikunjungi tokoh-tokoh Indonesia,
antara lain Jenderal Purn AH Nasution, Ruslan Abdul Gani,
Munawir Sadjzali, Nurcholis Madjid, WS Rendra, Emha Ainun
Nadjib, dan Taufik Abdullah.


Setelah PPME terbentuk di Belanda, dua tahun kemudian di
Jerman dibentuk pula PPME. Pernyataan berdirinya PPME pada
19 Januari 1973 itu antara lain ditandatangani oleh Akias
AM, Romdhon Bernama Kusumah, AM Saefuddin, Saiful Rangkuti,
Hasbi Tirtapraja, Sofyan Sadeli, Suparwata Rasyid, Titie
Bernama Kusumah, Syamsuddin, Masykur Abdullah. Ketua umum
dijabat Rasjid Soeparwata, seketaris umum Sofyan Sadeli.
Sedangkan AM Saefuddin, mantan Menpangan, sebagai penasihat.



Dengan berdirinya PPME Jerman, status PPME Belanda
akhirnya dinaikkan menjadi Dewan Pimpinan Pusat PPME,
sedangkan Jerman menjadi Dewan Perwakilan Wilayah. Juga
dibentuk DPW lain, yakni DPW Holland dengan cabang antara
lain Amsterdam, Den Haag, Rotterdam, dan Delf. Di Jerman,
dibentuk cabang Dortmund, Frankfurt, Darmstadt, Offenbach,
Giessen, dan Berlin.


Dalam perjalanannya, PPME yang menyadari posisi umat
Islam minoritas, menjalin kerjasama organisasi-organisasi
Islam internasional. Kontak-kontak kerjasama antara lain
dilakukan dengan Mu'tamar al-'Alam al Islami di Pakistan,
Muslim Word League di Makkah, Rabithah al-'Alam al-Islami di
Makkah, dan World Assembly of Muslim Youth (WAMY) di Riyad.
Hubungan dengan lembaga-lembaga tersebut antara lain soal
buku-buku dan informasi. PPME adalah anggota tetap WAMY.



Hubungan kerjasama juga dilakukan dengan
organisasi-organisasi Islam di Belanda dan Jerman, antara
lain dengan organisasi Islam Turki, Maroko, Tunisia, dan
Suriname. Di Belanda, juga berdiri Nederlandse Islamitische
Parlement (NIP), organisasi yang bergerak dalam bidang
penggalangan dan penyatuan organisasi-organisasi Islam di
Belanda. Selain itu ada pula Federasi Organisatie Muslim
Nederland. Federasi ini berfungsi mewakili kepentingan umat
Islam dalam hubungannya dengan Pemerintah Belanda. Hubungan
PPME dengan organisasi-organisasi itu antara lain menyangkut
tukar menukar informasi.


Dalam skala besar, PPME menjalin hubungan dengan Rabithah
Alam Islami, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), dan
Stichting Der Islamitische Gemeenten in Suriname (SIS),
dalam mengirim dai-dai ke Suriname. Melalui PPME pula,
sejumlah alumni Timur Tengah berhasil direkrut sebagai guru
agama di Suriname.


Selain itu, PPME juga ikut memprakarsai berdirinya
Federatie Organisaties Muslim Nederland, yang diketuai tokoh
Muslim Belanda Abdul Wahid van Bommel. Organisasi ini
kemudian bubar dan diganti Islamitische Informatie Centrum.



Untuk internal, PPME pun giat mendorong remaja Muslim
belajar Islam. Menurut Chaeron, mantan ketua PPME periode
1976-1979, pada setiap libur para remaja Islam dari
Amsterdam, Den Haag maupun Rotterdam melaksanakan flits
school atau pesantren kilat. "Kita perlu terus menerus
memberikan pengajaran agama kepada mereka," ujar mantan
wartawan Harian Abadi ini.


Dalam kegiatan dakwah dan sosial, PPME antara lain
melakukan pengislaman, mengorganisasi perjalanan haji/umroh,
pernikahan, dan memelihara solidaritas kekeluargaan. Dalam
pengislaman, menurut laporan kerja kepengurusan periode
pertama (71-73), PPME mengislamkan 21 orang (enam lelaki, 15
perempuan). Tahun 1984-1986 sebanyak sembilan orang yang
terdiri diri dari orang Indonesia, Belanda, dan Inggris.
Periode berikutnya sebanyak enam keluarga atau 33 orang.
Jumlah seluruhnya tidak ada data resmi.


PPME juga memanfaatkan media elektronik dalam berdakwah.
Melalui Kepala Seksi Siaran Bahasa Indonesia di Radio
Hilversum, Ny Ardamari Sudji, pada 1970-an PPME diberikan
kesempatan untuk mengisi siaran khusus Mimbar Jumat di radio
tersebut. Namun sejak Januari 1994, acara itu ditiadakan
lagi karena munculnya peraturan dari Pemerintah Belanda
menghapuskan acara-acara yang tidak diprioritaskan atas
pertimbangan keuangan.


PPME telah berbuat banyak. Masjid Al-Hikmah, yang semula
adalah bangunan gereja, pun berdiri kokoh. Dalam buku tamu
di pintu masuk masjid, Republika menulis pesan: Insya Allah,
dari sini, dari masjid ini, Islam berjaya kembali di Eropa.

ndonesia.faithfreedom.org/forum/ribuan-muslim-di-australia-murtad-t49786/

Ini Indonesianya.

Teman-teman yang terkasih,
Saya senang berada di New York lagi, meski di negaraku hari ini adalah hari Ratu, perayaan nasional. Inilah kenapa saya memakai dasi jingga saya.

Terima kasih, Nina, untuk mengorganisir acara ini dan memberikan saya kesempatan untuk berbicara kepada kalian semua. Selalu menyenangkan berada di antara teman. Sebuah kehormatan berada di sini di tengah begitu banyak orang yang perduli pada keberlangsungan kebebasan dalam peradaban kita.

Senang berada di Amerika, simbol kemerdekaan, tanah orang merdeka, tanah di mana orang masih diizinkan untuk berbicara dengan bebas. Saya tahu apa yang saya bicarakan. Saya dibebaskan setelah siksaan hukum yang berlangsung hampir 3 tahun. Saya dibawa ke pengadilan karena berkata kritis tentang islam.

Meski di akhir hari saya dibebaskan, kasus pengadilan itu memalukan. Itu adalah mimpi buruk yang memakan waktu, uang dan tenaga. Permainan yang terjadi di Belanda ini selama beberapa tahun terakhir tidak akan pernah terjadi di negaramu yang hebat ini, di mana Amandemen Pertama menjamin warga kebebasan mengekspresikan pendapat mereka.

Amandemen Pertama inilah yang kita butuhkan di Belanda dan Eropa.
Saya di New York untuk merilis buku saya “Marked for Death”. Buku itu menjelaskan kenapa islam adalah bahaya terbesar pada kebebasan yang dihadapi dunia sekarang ini. Buku ini berargumentasi kenapa islam adalah ideologi totaliter daripada sebuah agama. Buku ini mengungkapkan betapa islam sudah sangat merubah Eropa dalam beberapa dekade ini. Buku ini menyingkapkan budaya relatifisme yang sudah mempengaruhi Eropa begitu dalam sehingga banyak di Eropa yang menolak untuk berjuang demi kemerdekaan dan lebih suka menyenangkan islam.

Seperti yang Anda ketahui, orang yang berani bicara seperti saya dan saya membayar harga mahal untuk mengatakan kebenaran ini. Di luar usaha hukum untuk membungkam saya, ada juga ancaman dari muslim radikal untuk membunuhku. Saya hidup dalam perlindungan polisi permanen sudah 8 tahun sekarang. Orang seperti saya membayar harga ini karena berbicara kebenaran soal islam. Tapi saya tidak menyesali satu kata pun. Aku melihatnya sebagai tugas untuk memperingati Barat.

Saya sudah menjelajah jauh ke dalam dunia islam. Saya sudah membaca quran. Saya sudah mempelajari kehidupan Muhammad. Itu membuatku menyadari bahwa islam adalah ideologi yang sangat berbahaya daripada sebuah agama. Ini adalah kebenaran. Ideologi yang keras ini ingin memaksakan hukum shariah islamiah di seluruh dunia, termasuk kita, para kafir, para non-muslim. Idelogi yang tidak manusiawi ini juga terang-terangan anti-Semit.

Ideologi ini juga menyakiti muslim. Islam percaya bahwa semua yang perlu diketahui manusia bisa ditemukan dalam quran. Oleh karena itu, bermusuhan dengan segala bentuk inovasi. Tapi tanpa inovasi tidak akan ada kemajuan dan manusia tidak bisa sejahtera.

Sayangnya, banyak orang buta terhadap sifat asli islam. Mereka buta karena mereka tidak menyadari apa itu islam dan secara salah percaya bahwa islam adalah agama seperti agama lain.

Saya sudah menulis buku untuk menginformasikan mereka.

Islam gagal 4 ujian utama yang harus dipenuhi agama:
1. Masuk ke dalam sebuah agama harus berupa pilihan pribadi;
2. Tidak ada agama apa pun yang boleh menuntut murtad harus dibunuh;
3. Sebuah agama tidak boleh menuntut penindasan terhadap mereka yang tidak termasuk di dalamnya;
4. Sebuah agama harus sejalan dengan HAM dasar.


Saya juga menulis buku saya karena saya bukan pengalah. Barat mampu mengalahkan islam yang totaliter seperti mengalahkan Nazisme dan Komunisme di masa lalu.

Buku saya didedikasikan untuk kebebasan. Terinsipirasi oleh begitu banyak pejuang kemerdekaan, dari generasi sebelumnya tapi juga dari orang-orang pada zaman kita. Kebetulan, dua orang, yang saya maksudkan dalam buku, hadir di dalam ruangan hari ini: Andy Bostom and Ibn Warraq.

Untungnya, kami tidak sendirian dalam perjuangan kemerdekaan. Kami ditemani pahlawan dan teman-teman. Ini memberikan kami kekuatan untuk melanjutkan.

Untuk mengalahkan islam, kita harus melakukan 4 hal.
Pertama dan yang terpenting berbicara kebenaran, selalu dan di mana pun tentang islam. Seperti warga Amerika, warga di Belanda dan negara Eropa lainnya sangat membutuhkan Amandemen Pertama.

Itu akan memampukan mereka untuk berbicara kebenaran tentang islam dan Muhammad. Dalam melakukan itu kami akan menelanjangi ideologi berbahaya ini dan penemunya. Kita harus mendorong muslim untuk meninggalkan islam dan memilih kebebasan dan kesejahteraan.

Kedua, kita harus percaya dalam superioritas nilai Barat kita. Kalau kita tidak percaya dengan nilai Barat kita sendiri, kita tidak akan bisa siap bertahan melawan mereka. Itulah kenapa kita harus mengakhiri penyakit terbesar di dunia sekarang ini, buaya relatifisme yag berpura-pura bahwa semua budaya adalah sederajat. Ini sama sekali tidak benar. Peradaban Yahudi -Kristen dan humanis kita jauh lebih superior dari peradaban mana pun seperti peradaban barbar islamiah. Seharusnya kita tidak usah takut mengatakannya. Lebih bebas, lebih demokratis, lebih toleran daripada peradaban mana pun yang pernah dilihat dunia.

Ketiga, kita harus menghentikan pengislamisasian masyarakat kita, dengan membatasi imigrasi dari negara islam, dan mengusir mereka yang melanggar hukum kita dan melakukan kekerasan. Kalau kalian menghormati hukum kami, kalian boleh tinggal; kalau tidak kalian tidak pantas berada di sini dan kami akan mengusirmu.

Dan keempat, kita harus mempertegas kembali identitas nasional kita. Negara bagian memampukan pemerintahan mandiri dan determinasi diri. Wawasan ini menuntun Zionis untuk mendirikan Israel sebagai tanah air Yahudi.

Zionisme mengajarkan kita satu dari pelajaran yang terpenting yang dibutuhkan dunia modern sekarang. Theodor Herzl berargumentasi bahwa negara Yahudi akan memfasilitasi “Semangat Yahudi baru yang berkembang.” Sekarang, kita butuh negara bagian kita sendiri untuk memimpin semangat Barat baru kita sendiri yang sedang berkembang.

Negarakita adalah rumah di mana kebebasan dan demokrasi sejahtera. Ini benar untuk Belanda. Ini benar untuk Amerika. Ini benar untuk Israel.

Israel adalah satu-satunya demokrasi di Timur Tengah. Israel adalah cahaya kebebasan di daerah yang tidak bebas, cahaya kehidupan di tempat kegelapan. Kalau Israel jatuh, Barat akan jatuh.

Para ibu di Barat bisa tidur dengan aman karena para ibu Israel di malam hari khawatir akan putra-putra mereka dalam tentara. Perjuangan mereka adalah perjuangan kita. Kita harus mendukungnya.

Israel, memang , pos terdepan vital dari peradaban Barat. Itulah kenapa islam mengkondisikan pengikut setianya untuk membenci negara Yahudi dan memandang kehancurannya sangat penting. Adalah kewajiban kita untuk mendukung Israel.
Semua argumen dibuat dalam buku saya, yang mana saya juga menjelaskan bagaimana kita bisa membela kebebasan dan melawan islamisasi dan budaya relativisme dengan cara non-kekerasan dan demokratis. Bahkan, itu yang dilakukan partaiku, partai Kebebasan, di Belanda.

Saat aku mulai berbicara menentang islam 10 tahun yang lalu, dua hal terjadi. Para muslim extrimis dari Belanda dan seluruh dunia menandai saya untuk dibunuh, tapi rakyat Belanda datang padaku untuk mendukung. Di tahun 2010, kami menjadi partai terbesar ketiga di Belanda. Meski PW tidak menjadi rekan koalisi dalam pemerintahan Belanda, hampir 2 tahun kami mendukung pemerintah minoritas pusat-tengah untuk usaha menggulung Sharia di Holand, menghentikan proses islamisasi, dengan menangkal budaya relativisme.

Pemerintahan Belanda bahkan memiliki keberanian untuk menentang OIC yang berkuasa, Organisation of Islamic Conference (Organisasi Konferensi Islam). OIC adalah organisasi internasional dari 57 negara islam, sebagian besar dari mereka adalah tiran yang barbar.

OIC ini merupakan blok voting terbesar di PBB. Mereka mengkritisi kenyataan bahwa Belanda membebaskan saya dari semua tuduhan dalam pengadilan kasus saya. Tapi Belanda menyatakan dengan jelas pada OIC bahwa kebebasan berbicara tidak akan diberangus di Belanda. Belanda bilang pada OIC dengan gamblang: “Pemerintah Belanda menjauhkan diri dari sepenuhnya dari permintaan untuk membungkam seorang politisi." Tidak pernah sebelumnya pemerintahan Eropa punya keberanian melawan OIC dengan cara tegas begitu.

Sayangnya, minggu lalu, Partai Kebebasan memutuskan untuk mengakhiri dukungannya pada pemerintah. Seperti yang Anda bayangkan, ini keputusan yang sulit bagi kami, mengingat banyak hal juga termasuk subyek islamisasi yang masih belum kami capai. Namun sayangnya, pemerintah Belanda sebelumnya – seperti pemerintah di Eropa mana pun – telah menyerahkan bagian penting kedaulatan kami ke Uni Eropa, sebuah institusi institution dijalani oleh birokrat yang tidak dipilih dan tidak demokratis.

Uni Eropa mengendalikan perbatasan kami dan memutuskan atas sebagian besar peraturan imigrasi. Uni Eropa juga memaksakan kebijakan kesederhanaan di negara kami.

Saat pemerintah, untuk mematuhi peraturan-peraturan Uni Eropa, memutuskan untuk meningkatkan pajak dan memotong dana dengan mengorbankan warga daripada pemangkasan di pemerintahan, partai saya tidak punya pilihan lain selain menurunkan pemerintah dan kami melakukannya minggu lalu.

Kami sekarang memasuki Pemilu, yang akan diadakan tanggal 12 September. Kampanye pemilihan kami akan berfokus pada kebutuhan untuk memulihkan kedaulatan nasional kami, karena tanpa kedaulatan kami, kami tidak bisa membela identitas kami dan melawan islamisasi.

Teman-temanku, kami melanjutkan usaha kami. Lawan kami tidak berhasil menggertak kami. Mereka tidak sanggup membungkamku. Mereka menjerit dan berteriak, tapi kami tidak akan pernah menyerah. Satu dari presiden favoritku pernah Ronald Reagan pernah berkata: “Masa depan bukan milik yang berhati lemah.” Reagan benar. Masa depan adalah milik kita.
Di tahun 2008, saya meluncurkan Fitna, sebuah dokumentaris tentang pesan sebenarnya dari quran. Besok, saya meluncurkan buku saya. Saya menulisnya untuk memberitahu orang-orang dan mendorong muslim pecinta kebebasan untuk meninggalkan islam. Dan melihat islam yang sebenarnya.

Saya mendukung sepenuhnya mereka yang berjuang demi kebebasan di dunia islam. Orang Arab, Turki, Iran, Pakistan, dan orang Indonesia memiliki potensi besar. Kalau mereka bisa membebaskan diri dari kuk islam, kalau mereka berhenti menjadikan Muhammad sebagai panutan, dan kalau mereka menyingkirkan quran yang penuh kebencian, mereka bisa mencapai hal-hal yang luar biasa.

Seperti yang saya katakan dalam buku saya – pesan saya untuk mereka, kepada seluruh muslim di seluruh dunia, adalah jelas: “Fatalisme bukan pilihan, Insya'awloh adalah kutukan; penundukan/penindasan adalah memalukan. Bebaskan diri kalian. Itu tergantung pada kalian.”

Saya menerima ratusan email dari seluruh dunia. Dari orang-orang di negara islam, dan dari orang-orang di negara Barat memohon pertolongan. Mereka juga ingin berjuang untuk kebebasan dan menghentikan proses islamisasi. Kita harus memberi nasihat dan pertolongan.

Saya meninggalkan Anda dengan 1 kutipan lagi dari Reagan: “Kita harus bertindak sekarang, untuk memelihara hari esok.” Memang, Teman-temanku, begitu banyak hal yang bisa kita lakukan. Hal-hal yang harus kita lakukan. Tapi kita bisa melakukannya hanya kalau kita saling bergantung. Anda bisa bergantung pada saya. Saya bicara, saya bicara, saya akan terus bicara. Saya berharap saya bisa bergantung pada dukungan Anda.

Kita berjuang untuk masa depan anak-anak kita, kelangsung semangat Barat, memelihara kemerdekaan dan demokrasi kita, warisan Yahudi Kristen dan humanis kita.

Kita harus berani dan menyelamatkan warisan dan konstitusi kita sendiri. Barat dalam bahaya, tapi kita masih bisa bertahan. Meski saat kita dihina, bahkan saat kita dilecehkan dan diintimidasi, meski kita ditandai untuk dibunuh – kita mesti berjuang untuk nilai-nilai kita, mengatakan kebenaran dan tidak pernah dibungkam.

Islam adalah satu dari beragam agama di Belanda. Muslim di Belanda jumlahnya sekitar satu juta orang. Kebanyakan mereka adalah keturunan imigran. Kaum muslim yang terbesar disana adalah keturunan Turki kemudian diikuti oleh Maroko kemudian Tunisia, Aljazair dan Suriname. Mereka ini adalah keturunan para pekerja migran pada tahun 1960an., jadi kebanyakan mereka dan keturunan mereka adalah warga negara Belanda. Tentu saja ada orang Belanda asli yang memeluk Islam tetapi kebanyakannya pindah agama karena alasan pernikahan. Tetapi jumlahnya sangat kecil.
[sunting]Statistik

Berdasarkan data statistik Central Bureau de Statistiek 1994, jumlah umat Islam dari 15.341.553 jumlah penduduk Belanda saat itu, menempati posisi ketiga (3,7 persen), setelah Katolik Roma (32 persen), dan Kristen Protestan (22 persen). Sebanyak 40 persen warga Belanda mengaku tidak beragama, dan sekitar 0,5 persen pemeluk Hindu. Pada 1971, jumlah umat Islam 54.300 jiwa, dan meningkat pesat pada 1993 menjadi 560.300 jiwa. Kenaikan rata-rata 0,6 persen setahun. Umat Islam itu berasal dari Turki (46 persen), Maroko (38,8 persen), Suriname (6,2 persen), Pakistan (2,2 persen), Mesir (0,7 persen), Tunisia (0,9 persen), Indonesia (1,6 persen), dan lainnya (3,9 persen). Bertambahnya jumlah umat Islam dari tahun ke tahun itu, diperkirakan berasal dari imigran dan sebagian lain mendapatkan hidayah, dan pernikahan.
[sunting]Islam Agama Nomor Satu Terbesar Di Belanda

Berdasarkan catatan statistik penduduk pemerintah Belanda terungkap, bahwa Islam berada pada posisi paling atas dalam daftar urutan jumlah pemeluk agama-agama yang ada di negara itu. Agama-agama seperti Kristen (Katolik dan Protestan), Yahudi, dan agama-agama lain yang terdaftar, berada pada urutan kemudian.
Data statistik itu dipublikasikan dalam harian Dutch Metro, edisi 29 Juli 2002, yang menyebutkan bahwa 13% dari penduduk ibukota Amsterdam tersebut adalah Muslim. Setelah itu penganut Katolik yang jumlahnya tidak lebih dari 10%, disusul penganut Gereja Protestan Reformasi yang hanya tercatat 5%. Sementara jumlah penganut Yahudi hanya 1%. Sisanya, para pemeluk kelompok agama-agama lain, yang total jumlahnya 12%.
Koran Belanda dengan oplag 3 juta eksemplar dan disebarkan secara cuma-cuma itu melaporkan, bahwa jumlah warga Muslim pada awal abad ke-20 belum begitu berarti. Hanya ada satu orang Muslim yang tercatat dalam Kantor Catatan Sipil di Amsterdam. Namun demikian, pada awal abad ke 21, jumlah kaum Muslimin merupakan komunitas agama terbesar. Berdasarkan catatan resmi pemerintah Belanda, jumlah kaum Muslimin seluruhnya 80.000 orang dari perkiraan kasar rakyat Amsterdam yang berjumlah 600.000 jiwa.
Ada sejumlah elemen yang mendorong percepatan jumlah kaum Muslimin di negeri Kincir Angin itu. Di kalangan elit warga ibukota Belanda, ternyata 59%nya tidak meyakini satu pun agama. Sebab mereka dihadapkan pada fakta bahwa efek dari gereja-gereja pada masyarakat Belanda umumnya mengalami kemunduran yang cukup signifikan, khususnya di Amsterdam. Hal itulah yang mendorong banyak gereja dan yayasan-yayasan agama umat Nasrani tutup atau menjual aset-aset mereka, lantaran kian merosotnya jumlah jama'ah mereka.
Sebaliknya, banyak para pengamat percaya bahwa saat ini agama Islam sedang menyebar dengan cepat, karena kalangan Muslim sangat respect terhadap ajaran-ajaran Islam dibandingkan dengan para pemeluk agama-agama lainnya. Faktor lainnya, karena kecenderungan kaum Muslimin memiliki banyak anak. Selain itu dakwah Islam sangat gencar merekrut pemeluk-pemeluk baru, khususnya mereka yang berasal dari etnis minoritas Afrika atau mereka dari kelompok atheis alias tak beragama.
Beberapa warga Muslim Belanda percaya, jumlah kaum Muslimin di ibukota Belanda tersebut bahkan lebih besar dari angka resmi yang dicatat pemerintah. Perlu diketahui, ribuan kaum Muslimin yang tidak tercatat secara resmi, hidup di Amsterdam secara ilegal, karena mereka terhalang oleh peraturan imigrasi Belanda yang ketat.
Kaum Muslimin Belanda juga percaya bahwa mereka merupakan pemeluk agama terbesar dari segi jumlah. Bukan hanya di Amsterdam, tetapi juga di kota-kota besar lainnya, seperti Rotterdam, Hague, Utrecht. Suatu data statistik Belanda yang mendukung fakta itu adalah, ketika tercatat bahwa seorang di antara tiap-tiap 4 kelahiran di Belanda adalah Muslim. Ini artinya bahwa separuh dari anak-anak berusia 18 tahun akan menjadi Muslim dalam 20 tahun mendatang.TERNYATA YANG MENJAJAH INDONESIA BUKAN KRISTEN.........JUSTRU ISLAMLAH YANG MENJAJAH INDONESIA.KRISTEN DI BELANDA SANGAT KECIL....CUMA 5 % SAJA......DASAR RAMPOK ...