Similar topics
Latest topics
Most Viewed Topics
Most active topic starters
kuku bima | ||||
admin | ||||
kermit katak lucu | ||||
hamba tuhan | ||||
feifei_fairy | ||||
paulusjancok | ||||
agus | ||||
gusti_bara | ||||
Muslim binti Muskitawati | ||||
Bejat |
Most active topics
MILIS MURTADIN_KAFIRUN
MURTADIN KAFIRUNexMUSLIM INDONESIA BERJAYA12 Oktober Hari Murtad Dari Islam Sedunia Menyongsong Punahnya Islam
Wadah syiar Islam terlengkap & terpercaya, mari sebarkan selebaran artikel yang sesungguhnya tentang si Pelacur Alloh Swt dan Muhammad bin Abdullah yang MAHA TERKUTUK itu ke dunia nyata!!!!
Who is online?
In total there are 32 users online :: 0 Registered, 0 Hidden and 32 Guests :: 1 BotNone
Most users ever online was 412 on Tue 29 Oct 2024, 11:45 pm
Social bookmarking
Bookmark and share the address of MURTADINKAFIRUN on your social bookmarking website
Bookmark and share the address of MURTADIN_KAFIRUN on your social bookmarking website
kanjeng gusti yesus menurut penggambaran orang jawa
Page 1 of 1
kanjeng gusti yesus menurut penggambaran orang jawa
Kanjeng Gusti ‘Isa, Kalimatullah, dan Sang Manunggaling Kawula - Gusti
Tulisan
ini sepenuhnya saya ambil dari buku “Menyongsong Sang Ratu Adil -
Perjumpaan Iman Kristen dan Kejawen”, karya Bambang Noorsena , Penerbit
Yayasan Andi - Yogyakarta, 2003, (hal. 17 - 23).
Dalam perspektif
Kristiani, ‘Isa adalah wahyu Allah yang menjadi manusia. Dalam sosok
Juru Selamat dunia itu, kerinduan manusia untuk bersatu dengan Allah
mendapatkan kepastian. ‘Isa al-Masih adalah “Sang Manunggaling Kawula
Gusti” sendiri. Gelar “Manunggaling Kawula-Gusti” (Yunani : en anthropo
theos) bagi kanjeng Gusti ‘Isa berasalah dari Santo Antonius dari
Antiokia (tahun 68 - 107). Ditekankan pula bahwa Kristus serempak dalam
kodrat ganda-Nya: “Menurut daging dan menurut Roh, dilahirkan dan tidak
dilahirkan, lahir dari Maria dan lahir dari Allah. Bila diterjemahkan
dalam “bahasa ngelmu” Jawa: mungguh ing daging lan mungguhing roh,
pinutra nora pinutrake, mijil saka Maryam lan mijil saka Allah,
loro-loroning atunggil.
“Sebagai sabda Allah”, tulis Santo
Ignatius selanjutnya, “Kristus keluar dari Dzat Allah apa seges
proelthon (dari keheninigan kekal). ‘Isa adalah Kalimatullah, SAbda
Langgeng kang mijil saking Dzat Allah Kang Maha Langgeng ing
kelanggengan (Firman abadi yang keluar dari Dzat Allah yang abadi dari
keabadian). Mengatasi ruang, waktu, qabla kulla ad duhr (sebelum segala
abad), bi ghayri jasad (bukan kelahiran jasad).
Itulah kelahiran
Ilahi Sabda Allah dari Allah min al Ab dunu al-umin. Lahir dari SAng
BApa tanpa ibu. Mijil saking Hyang Agung saderenging wonten jagad bawana
gung, tanpa dunung, tanpa biyung. Mengapa ditegaskan tanpa ruang, tanpa
waktu, tanpa jasad, dan tanpa ibu? SEbab Allah itu, Non et generans
neque genita. Maksudnya, persis sama dengan dalil Islam Lam Yalid wa lam
Yulad. Allah itu tidak beranak dan tidak diperanakkan secara fisik.
Firman
Allah itu kemudian nuzul (turun) dari surga dan menjadi manusia untuk
mengembalikan manusia yang telah jatuh ke dalam dosa “mulih marang
mulanira” (kembali ke asal mulanya), yaitu “yang diciptakan menurut
gambar dan rupa Allah” (Jawa: tinulad saka pesemon lan citrane Gusti
Allah). Sebab sebagaimana Firman Allah, Kanjeng Gusti ‘Isa adalah
“Citrane Gusti Allah kang orang katingal” (Kolose 1:15, “Gambar Allah
yang tidak kelihatan”).
Firman Allah yang ghayr al-Makhlug (bukan
ciptaan), menjadi model bagi seluruh manusia “yang diciptakan menurut
gambar dan rupa-Nya” (Kejadian 1:26-27). Dan setelah kejatuhan manusia
dalam dosa, tidak ada seorang pun yang mampu mengembalikan manusia
kepada fitrah penciptaannya mula-mula menurut gambar dan rupa Allah itu,
jikalau bukan gambar dan rupa Allah sendiri, yaitu Kanjeng Nabi ‘Isa
Kalimatullah (SAbda Allah).
Dalam penghayatan Kristen,
keselamatan manusia tidak hantya digambarkan dengan “munggah swarga”
(masuk surga) saja. Apalagi kalau surga masih digambarkan dengan kolam
susu, mandi madu, dan para bidadari cantik, serta gambaran kenikmatan
duniawi lainnya. Dalam pandangan Kristen, tujuan keselamatan manusia
adalah mencapai “manunggaling kawula-Gusti”. Itulah yang dimaksud dengan
“…dadia tunggal sipaf kaya Allah” (II Peterus 1:4). Dalam terjemahan
bahasa Arab: tasyiru syuraka’a fii ath-athabiat al-Ilahi-yah (”…supaya
mengambil bagian dalam kodrat Ilahi”).
Di sini tampaklah iman
Kristen, terlebih bila didekati dalam penghayatan di atas, sebenarnya
dapat disebut sebagai “ngelmu tuwa”. Bahkan ngelmu yang paling tuwa
daripada segala ilmu, yang dalam Kejawen dianggap sebagai suatu kekeran
(rahasia).
Dalam bahasa orang Kebatinan, dalam kodrat ganda
Kristus itu sekaligus ditemukan Gustining jagad cilik (Tuhan atas
mikrokosmos) dan Gustining jagad gedhe (Tuhan atas makrokosmos). Namun
sebagaimana dikemukakan Kreamer, ngelmu inilah yang blak-blakan tanpa
tedeng aling-aling dibuka para kiai Kristen Jawa itu. SEbab rahasia itu
ternyata merupakaninti pewartaan Injil, meminjam istilah Rasul Paulus :
pambabaring kekeran kang kasidem wiwit purwaning zaman (pernyataan
rahasia, yang didiamkan sejak permulaan zaman), tetapi yang sekarang
telah dinyatakan dan yang menurut perintah Allah yang abadi, telah
diberitakan oleh kitab-kitab para nabi kepada segala bangsa” (Roma
16:25-26).
Kenyataan ini dikemukakan dengan bukan tanpa
menyangkal perbedaannya, sehingga seolah-olah kita menerima suatu
kekristenan sebagai ngelmu sebagaimana dipahami oleh R. Ng.
Ranggawarsita. Sebab dalam hal “manunggaling kawula-Gusti”, kekristenan
tidak mengizinkan pandangan bahwa manusia lebur dalam wujud wajib,
suksma kawekas, dan alam kodrat. Dalam bahasa gereja, umat beriman
manunggal dengan salirane Sang Kristus (tubuh Kristus) secara mistik.
Mustahil manusia lebur dalam Dzat Allah, sebab Allah itu Khalik
(Pencipta) dan manusia itu makhluk (ciptaan). Abba Yuhanna Mansyur dari
Damaskus mengibaratkan hubungan kawula-Gusti seperti pedang dan api.
Pedang dibakar oleh api menjadi tajam. Manusia ibarat pedang dan Allah
ibarat api. Api membakar pedang dan meningkatkan kualitasnya menjadi
sempurna. Namun, pedang tetap pedang dan api tetap menjadi api.
Bentuk
radikal terhadap penghayatan kebatinan Jawa, tambak pada ajaran Syekh
Siti Jenar. Akan etapi pandangan Kejawen tentang hal itu memang tidak
pernah sama. Beberapa varian penghayatan tetap mempertahankan
batas-batas antara Khalik dan makhluk, khususnya yang tampak pada
penghayatan Islam Jawa yang lebih santri.
Dengan penghayatan ini,
penghayatan Jawa bertambah satu varian lagi. Penghayatan Islam
tampaknya lebih berat kepada aspek tanzih (transedensi Ilahi), sedangkan
Kejawen dengan latar belakang Hindu-Budha pada aspek tasybih atau
imanensi-Nya. Kekristenan tampaknya barada di tengah-tengahnya, tidak
lain karena Yesus sebagai model manunggaling kawula-Gusti. Akhirnya
semakin pararel Kejawen-Kristen dikumpulkan, tampaknya iman Kristen
menabur benih di tempat yang cukup subur. Dalam banyak ungkapan Kejawen
kita telah menangkap bayang-bayang, yang mengarah kepada cahaya-Nya yang
penuh, yaitu kasunyatan mengenai keselamatan itu sendiri. SEbuah
penantian yang penuh cinta dan kerinduan. Bukan berjaga di puncak malam
yang gelap, melainkan ketika … langit ring bang wetan wus katon raina
dening sunaring hyang bagaskara. Ya, sebuah penantian kala sayap-sayap
fajar telah memekar, menuju rembang siang nan terang-benderang.
Tulisan
ini sepenuhnya saya ambil dari buku “Menyongsong Sang Ratu Adil -
Perjumpaan Iman Kristen dan Kejawen”, karya Bambang Noorsena , Penerbit
Yayasan Andi - Yogyakarta, 2003, (hal. 17 - 23).
Dalam perspektif
Kristiani, ‘Isa adalah wahyu Allah yang menjadi manusia. Dalam sosok
Juru Selamat dunia itu, kerinduan manusia untuk bersatu dengan Allah
mendapatkan kepastian. ‘Isa al-Masih adalah “Sang Manunggaling Kawula
Gusti” sendiri. Gelar “Manunggaling Kawula-Gusti” (Yunani : en anthropo
theos) bagi kanjeng Gusti ‘Isa berasalah dari Santo Antonius dari
Antiokia (tahun 68 - 107). Ditekankan pula bahwa Kristus serempak dalam
kodrat ganda-Nya: “Menurut daging dan menurut Roh, dilahirkan dan tidak
dilahirkan, lahir dari Maria dan lahir dari Allah. Bila diterjemahkan
dalam “bahasa ngelmu” Jawa: mungguh ing daging lan mungguhing roh,
pinutra nora pinutrake, mijil saka Maryam lan mijil saka Allah,
loro-loroning atunggil.
“Sebagai sabda Allah”, tulis Santo
Ignatius selanjutnya, “Kristus keluar dari Dzat Allah apa seges
proelthon (dari keheninigan kekal). ‘Isa adalah Kalimatullah, SAbda
Langgeng kang mijil saking Dzat Allah Kang Maha Langgeng ing
kelanggengan (Firman abadi yang keluar dari Dzat Allah yang abadi dari
keabadian). Mengatasi ruang, waktu, qabla kulla ad duhr (sebelum segala
abad), bi ghayri jasad (bukan kelahiran jasad).
Itulah kelahiran
Ilahi Sabda Allah dari Allah min al Ab dunu al-umin. Lahir dari SAng
BApa tanpa ibu. Mijil saking Hyang Agung saderenging wonten jagad bawana
gung, tanpa dunung, tanpa biyung. Mengapa ditegaskan tanpa ruang, tanpa
waktu, tanpa jasad, dan tanpa ibu? SEbab Allah itu, Non et generans
neque genita. Maksudnya, persis sama dengan dalil Islam Lam Yalid wa lam
Yulad. Allah itu tidak beranak dan tidak diperanakkan secara fisik.
Firman
Allah itu kemudian nuzul (turun) dari surga dan menjadi manusia untuk
mengembalikan manusia yang telah jatuh ke dalam dosa “mulih marang
mulanira” (kembali ke asal mulanya), yaitu “yang diciptakan menurut
gambar dan rupa Allah” (Jawa: tinulad saka pesemon lan citrane Gusti
Allah). Sebab sebagaimana Firman Allah, Kanjeng Gusti ‘Isa adalah
“Citrane Gusti Allah kang orang katingal” (Kolose 1:15, “Gambar Allah
yang tidak kelihatan”).
Firman Allah yang ghayr al-Makhlug (bukan
ciptaan), menjadi model bagi seluruh manusia “yang diciptakan menurut
gambar dan rupa-Nya” (Kejadian 1:26-27). Dan setelah kejatuhan manusia
dalam dosa, tidak ada seorang pun yang mampu mengembalikan manusia
kepada fitrah penciptaannya mula-mula menurut gambar dan rupa Allah itu,
jikalau bukan gambar dan rupa Allah sendiri, yaitu Kanjeng Nabi ‘Isa
Kalimatullah (SAbda Allah).
Dalam penghayatan Kristen,
keselamatan manusia tidak hantya digambarkan dengan “munggah swarga”
(masuk surga) saja. Apalagi kalau surga masih digambarkan dengan kolam
susu, mandi madu, dan para bidadari cantik, serta gambaran kenikmatan
duniawi lainnya. Dalam pandangan Kristen, tujuan keselamatan manusia
adalah mencapai “manunggaling kawula-Gusti”. Itulah yang dimaksud dengan
“…dadia tunggal sipaf kaya Allah” (II Peterus 1:4). Dalam terjemahan
bahasa Arab: tasyiru syuraka’a fii ath-athabiat al-Ilahi-yah (”…supaya
mengambil bagian dalam kodrat Ilahi”).
Di sini tampaklah iman
Kristen, terlebih bila didekati dalam penghayatan di atas, sebenarnya
dapat disebut sebagai “ngelmu tuwa”. Bahkan ngelmu yang paling tuwa
daripada segala ilmu, yang dalam Kejawen dianggap sebagai suatu kekeran
(rahasia).
Dalam bahasa orang Kebatinan, dalam kodrat ganda
Kristus itu sekaligus ditemukan Gustining jagad cilik (Tuhan atas
mikrokosmos) dan Gustining jagad gedhe (Tuhan atas makrokosmos). Namun
sebagaimana dikemukakan Kreamer, ngelmu inilah yang blak-blakan tanpa
tedeng aling-aling dibuka para kiai Kristen Jawa itu. SEbab rahasia itu
ternyata merupakaninti pewartaan Injil, meminjam istilah Rasul Paulus :
pambabaring kekeran kang kasidem wiwit purwaning zaman (pernyataan
rahasia, yang didiamkan sejak permulaan zaman), tetapi yang sekarang
telah dinyatakan dan yang menurut perintah Allah yang abadi, telah
diberitakan oleh kitab-kitab para nabi kepada segala bangsa” (Roma
16:25-26).
Kenyataan ini dikemukakan dengan bukan tanpa
menyangkal perbedaannya, sehingga seolah-olah kita menerima suatu
kekristenan sebagai ngelmu sebagaimana dipahami oleh R. Ng.
Ranggawarsita. Sebab dalam hal “manunggaling kawula-Gusti”, kekristenan
tidak mengizinkan pandangan bahwa manusia lebur dalam wujud wajib,
suksma kawekas, dan alam kodrat. Dalam bahasa gereja, umat beriman
manunggal dengan salirane Sang Kristus (tubuh Kristus) secara mistik.
Mustahil manusia lebur dalam Dzat Allah, sebab Allah itu Khalik
(Pencipta) dan manusia itu makhluk (ciptaan). Abba Yuhanna Mansyur dari
Damaskus mengibaratkan hubungan kawula-Gusti seperti pedang dan api.
Pedang dibakar oleh api menjadi tajam. Manusia ibarat pedang dan Allah
ibarat api. Api membakar pedang dan meningkatkan kualitasnya menjadi
sempurna. Namun, pedang tetap pedang dan api tetap menjadi api.
Bentuk
radikal terhadap penghayatan kebatinan Jawa, tambak pada ajaran Syekh
Siti Jenar. Akan etapi pandangan Kejawen tentang hal itu memang tidak
pernah sama. Beberapa varian penghayatan tetap mempertahankan
batas-batas antara Khalik dan makhluk, khususnya yang tampak pada
penghayatan Islam Jawa yang lebih santri.
Dengan penghayatan ini,
penghayatan Jawa bertambah satu varian lagi. Penghayatan Islam
tampaknya lebih berat kepada aspek tanzih (transedensi Ilahi), sedangkan
Kejawen dengan latar belakang Hindu-Budha pada aspek tasybih atau
imanensi-Nya. Kekristenan tampaknya barada di tengah-tengahnya, tidak
lain karena Yesus sebagai model manunggaling kawula-Gusti. Akhirnya
semakin pararel Kejawen-Kristen dikumpulkan, tampaknya iman Kristen
menabur benih di tempat yang cukup subur. Dalam banyak ungkapan Kejawen
kita telah menangkap bayang-bayang, yang mengarah kepada cahaya-Nya yang
penuh, yaitu kasunyatan mengenai keselamatan itu sendiri. SEbuah
penantian yang penuh cinta dan kerinduan. Bukan berjaga di puncak malam
yang gelap, melainkan ketika … langit ring bang wetan wus katon raina
dening sunaring hyang bagaskara. Ya, sebuah penantian kala sayap-sayap
fajar telah memekar, menuju rembang siang nan terang-benderang.
shellameliala- BLUE MEMBERS
-
Number of posts : 213
Location : medan
Humor : gw pasti bisa jadi muallaf
Reputation : 0
Points : 4884
Registration date : 2012-07-25
Re: kanjeng gusti yesus menurut penggambaran orang jawa
kalo Yesus versi Kejawen...pake baju belang belang...pake sarung dan
blankon....terus keris nyelip
dibelakang....ngomonggnya...alllloooooonnnnn banget.......
begini ngomongnya waktu Tuhan yesus berangkat ke sorga: Kulo badhe nderek transmigrasi ndoro.......
blankon....terus keris nyelip
dibelakang....ngomonggnya...alllloooooonnnnn banget.......
begini ngomongnya waktu Tuhan yesus berangkat ke sorga: Kulo badhe nderek transmigrasi ndoro.......
shellameliala- BLUE MEMBERS
-
Number of posts : 213
Location : medan
Humor : gw pasti bisa jadi muallaf
Reputation : 0
Points : 4884
Registration date : 2012-07-25
Similar topics
» Nasib Orang Jawa Yang Bersaing Hidup Dengan Harimau Jawa !!!
» MENURUT YESUS ORANG YAHUDI ITU KETURUNAN IBLIS
» YESUS AKAN MENGUSIR ORANG-ORANG YG MEMANGGIL DIA TUHAN
» MENURUT YESUS ORANG YAHUDI ITU KETURUNAN IBLIS
» YESUS AKAN MENGUSIR ORANG-ORANG YG MEMANGGIL DIA TUHAN
Page 1 of 1
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum
Sat 20 Jul 2024, 3:43 pm by darwinToo
» Kenapa Muhammad & muslim ngamuk kalo Islam dikritik?
Sat 20 Jul 2024, 3:41 pm by darwinToo
» Penistaan "Agama"...==> Agama sama seperti cewek/cowok.
Sat 20 Jul 2024, 3:40 pm by darwinToo
» kenapa muhammad suka makan babi????
Sat 20 Jul 2024, 3:39 pm by darwinToo
» Yeremia 23 & Ulangan 13 mengisyaratkan Muhammad nabi palsu
Fri 02 Feb 2024, 5:21 pm by buncis hitam
» NYATA & FAKTA : TERNYATA YESUS PILIH MENGAULI KELEDAI DARIPADA WANITA!!! (sebuah penghinaan OLEH PAULUS)
Fri 12 Jan 2024, 9:39 pm by Uwizuya
» SORGA ISLAM RUMAH PELACUR ALLOH SWT...........
Tue 02 Jan 2024, 12:48 am by Pajar
» Moon Split or Islamic Hoax?
Wed 13 Dec 2023, 3:34 pm by admin
» In Islam a Woman Must be Submissive and Serve her Husband
Wed 13 Dec 2023, 3:32 pm by admin