MENCUCI TANGAN SEBELUM MAKAN

entah disengaja atau tidak, siang itu sang penjual sabun datang ke pangkalan becak.

setelah berbasa-basi dengan semar, sang penjual sabun itu cerita kalau tadi habis terjatuh gara-gara terperosok dalam lubang di jalanan. pantes saja pakaiannya, yang biasanya rapi, necis, dan harum, tampak kotooooor dan bau... bauuuu sekali...seperti bau kotoran kerbau, yang memang menjadi raja di jalanan desa semar.

"saya minta es teh sama lele penyet!" katanya pada miss tika pemilik warung.

tak perlu menunggu lama, es teh telah siap. dan sesaat kemudian separuh gelas telah menghilang..

"wahh.. beneran haus nih orang.." kata semar dalam hati.

kemudian, lele penyet pun terhidang. dengan lahap sang penjual sabun menyantap habis makanan itu, tanpa cuci tangan lebih dulu...
kawan-kawan semar di pangkalan becak itu cuman melongo. mereka berbisik-bisik, entah apa yang dibahas.

selesai makan, orang itu berkata, "pak semar, sepertinya nanti malam kami tidak bisa datang. kami ada acara yang sangat penting dan mungkin saja selesainya sudah larut."
"oo.. ndak apa-apa."

"tapi, besok lusa, pasti kami akan datang lagi."
"baiklah kalau begitu."

sang penjual sabun itu lalu membayar makanan dan minuman yang dipesan, lalu beranjak pergi.

"kang, siapa orang itu?" tanya kawan sebaya semar.
"penjual sabun."

"sampeyan sudah kenal lama ya?" tanya yang lain.
"ndak juga. beberapa hari ini, beliau dan kawannya ngajak ngobrol di rumah saya."

"kelakuannya aneh." yang lain menimpali.
"aneh gimana?" jawab semar.

"mosok makan ndak pakek cuci tangan. padahal tadi bilangnya jatuh di kubangan kebo kan?"
"huss.. itu bukan aneh. tapi memang sudah tradisinya begitu."

"maksud sampeyan gimana?"
"menurut primbon orang itu, cuci tangan itu ndak penting."

"wah kacau nih..."
"lha ya ndak tahu. wong primbonnya cerita begini, suatu hari, ada beberapa orang dari desa seberang yang kebetulan diantaranya juga ada yang ahli primbon kuno. saat itu, mereka melihat murid-murid junjungan penjual sabun itu terlhat makan dengan lahap. diantara mereka ada yang tidak cuci tangan lebih dulu. lalu, orang-orang dari desa seberang itu tanya:

"Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?"

nah, sama junjungannya di jawab:

Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat nabi tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.
Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.
Perintah Sang Pencipta kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia."

jadi, menurut para penafsir primbon penjual sabun itu, cuci tangan itu ndak penting, karena tidak diajarkan oleh Sang Pencipta."

"lha tapi, kata dokter, cuci tangan itu kan untuk menjaga kesehatan...?"
"dokter itu manusia to? jadi, kalau melakukan ajaran manusia dan tapi ndak nurut sama Sang Pencipta bisa masuk neraka.."

"tapi.. tapi cuci tangan kan penting..?"
"saya kan tidak bilang tidak penting. yang bilang itu kan primbon penjual sabun itu."

"tapi..."
"sudah, ndak ada tapi-tapian." potong semar. "intinya adalah, selama masih nurut sama adat-istiadat dan anjuran dari manusia, maka ibadahnya tu jadi percuma.."

pembahasan soal cuci tangan itu terhenti, karena semar dapat giliran narik penumpang. kawan-kawan yang ditinggalkannya masih dibelit dengan berbagai pertanyaan dan penasaran yang belum terjawab..

Hhihihihihi... jadi bingung nih
Yg diikutin jadi Tuhan ato Manusia yah?

Nyimak terus.... kali2 aja ada lanjutannya kyak novel sebelah

jadi binun mau ikut Tuhan berKANCUT atau manusia bergelar dokter yah??

tahukah sampeyan bahwasanya, dalil andalan dalam primbon penjual sabun, soal semua makanan itu halal dan ndak ada yang haram, ternyata sama sekali ndak ngomongin soal makanan, tapi ngomongin (salah satunya) soal penting-tidaknya cuci tangan sebelum makan?

silahkan cek sendiri ya..

Nasib penjual sabun gimana ya ? Apa kena cacingan tuh orang...

agus wrote:Nasib penjual sabun gimana ya ? Apa kena cacingan tuh orang...

belum kelihatan. semar kan ndak tahu apa isi perutnya.... tapi masih nongol terus kok di gubuk semar.. silahkan diintip terus..

selesai mengantar penumpangnya ke tempat tujuan, semar pun kembali ke pangkalan. ternyata, kawan-kawannya masih saja menunggu untuk melanjutkan rasan-rasan mengenai penjual sabun barusan.

"o ya kang," kata togog, "orang tadi kan pesen lele penyet..?"
"kayaknya iya sih. terus kenapa?"

"bukankah lele itu tidak bersisik?"
"memang bener. siapa bilang tidak? lalu kenapa kalau tidak bersisik?"

"bukankah, semua jenis ikan yang tidak bersisik itu haram?"
"kata siapa? bagi saya, ndak ada tuh dalilnya.."

"bukan bagi sampeyan, kang."
"lantas?"

"bagi orang itu... primbonnya kan bilang begitu..."
"ah, cuman Kesepakatan Lama. ndak penting itu."

"kok sampeyan bilang gitu?"
"biasanya, kalau soal begituan Kesepakatan Lama itu ndak berlaku. tapi kalau soal-soal yang diperlukan ya dipakai lagi.."

"jadi... mulur-mungkret gitu ya.."
"yah.. sebut saja gitu.. tergantung situasi dan kondisi lah.."