MURTADIN_KAFIRUN
WELCOME

Join the forum, it's quick and easy

MURTADIN_KAFIRUN
WELCOME
MURTADIN_KAFIRUN
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Latest topics
» Yeremia 23 & Ulangan 13 mengisyaratkan Muhammad nabi palsu
ASAL USUL KATA "TUHAN" EmptyFri 02 Feb 2024, 5:21 pm by buncis hitam

» kenapa muhammad suka makan babi????
ASAL USUL KATA "TUHAN" EmptyWed 31 Jan 2024, 1:04 am by naufal

» NYATA & FAKTA : TERNYATA YESUS PILIH MENGAULI KELEDAI DARIPADA WANITA!!! (sebuah penghinaan OLEH PAULUS)
ASAL USUL KATA "TUHAN" EmptyFri 12 Jan 2024, 9:39 pm by Uwizuya

» SORGA ISLAM RUMAH PELACUR ALLOH SWT...........
ASAL USUL KATA "TUHAN" EmptyTue 02 Jan 2024, 12:48 am by Pajar

» Moon Split or Islamic Hoax?
ASAL USUL KATA "TUHAN" EmptyWed 13 Dec 2023, 3:34 pm by admin

» In Islam a Woman Must be Submissive and Serve her Husband
ASAL USUL KATA "TUHAN" EmptyWed 13 Dec 2023, 3:32 pm by admin

» Who Taught Allah Math?
ASAL USUL KATA "TUHAN" EmptyWed 13 Dec 2023, 3:31 pm by admin

» BISNIS GEREJA YUUUKZ....LUMAYAN LOH UNTUNGNYA....
ASAL USUL KATA "TUHAN" EmptyWed 05 Jul 2023, 1:57 pm by buncis hitam

» ISLAM: Palsu, Maut, Tak Akan Tobat, Amburadul
ASAL USUL KATA "TUHAN" EmptySun 07 May 2023, 9:50 am by MANTAN KADRUN

Gallery


ASAL USUL KATA "TUHAN" Empty
MILIS MURTADIN_KAFIRUN
MURTADIN KAFIRUNexMUSLIM INDONESIA BERJAYA12 Oktober Hari Murtad Dari Islam Sedunia

Kami tidak memfitnah, tetapi menyatakan fakta kebenaran yang selama ini selalu ditutupi oleh muslim untuk menyembunyikan kebejatan nabinya

Menyongsong Punahnya Islam

Wadah syiar Islam terlengkap & terpercaya, mari sebarkan selebaran artikel yang sesungguhnya tentang si Pelacur Alloh Swt dan Muhammad bin Abdullah yang MAHA TERKUTUK itu ke dunia nyata!!!!
 

Kebrutalan dan keberingasan muslim di seantero dunia adalah bukti bahwa Islam agama setan (AJARAN JAHAT,BUAS,BIADAB,CABUL,DUSTA).  Tuhan (KEBENARAN) tidak perlu dibela, tetapi setan (KEJAHATAN) perlu mendapat pembelaan manusia agar dustanya terus bertahan

Subscribe to MURTADIN_KAFIRUN

Powered by us.groups.yahoo.com

Who is online?
In total there are 67 users online :: 0 Registered, 0 Hidden and 67 Guests :: 2 Bots

None

[ View the whole list ]


Most users ever online was 354 on Wed 26 May 2010, 4:49 pm
RSS feeds


Yahoo! 
MSN 
AOL 
Netvibes 
Bloglines 


Social bookmarking

Social bookmarking reddit      

Bookmark and share the address of MURTADINKAFIRUN on your social bookmarking website

Bookmark and share the address of MURTADIN_KAFIRUN on your social bookmarking website


ASAL USUL KATA "TUHAN"

+4
lord jambrong
yang berserah diri
musicman
Tom Jerry
8 posters

Go down

ASAL USUL KATA "TUHAN" Empty ASAL USUL KATA "TUHAN"

Post by Tom Jerry Tue 03 May 2011, 5:14 pm

ASAL USUL KATA "TUHAN"

Mengetahui Asal usul kata Tuhan

Pada mulanya kata tuhan hanyalah 'pelesetan' dari kata tuan; dan ini terjadi karena kesalahan seorang Belanda bernama Leijdecker pada tahun 1678. Peristiwa itu diterangkan secara menarik oleh Alif Danya Munsyi di majalah Tiara (1984). Ia menyebutkan bahwa peristiwa itu terjadi sebagai salah satu gejala paramasuai, yaitu penambahan bunyi h yang nirguna pada kata-kata tertentu, misalnya hembus, hempas, hasut, dan tuhan.

Alif mengatakan bahwa gejala itu timbul karena pengaruh lafal
daerah, rasa tak percaya pada diri sendiri, dan yang sangat penting adalah yang berkaitan dengan penjajahan bangsa-bangsa Eropa terhadap bangsa Indonesia. "Lingua Franca Melayu yang dipakai bangsa-bangsa Eropa, antara lain Portugis dan Belanda, sebagai bahasa administrasi untuk kegiatan ekonomi dan politik di seantero Nusantara, juga dipakai dalam kepentingan penyiaran agama Nasrani, agama umum yang dianut oleh bangsa-bangsa Eropa," tulis Alif.

Lebih lanjut Alif mengatakan bahwa peralihan tuan menjadi tuhan, sepenuhnya bersumber dari kepercayaan mereka atas Yesus. Mereka biasa menyebut Yesus dengan panggilan "tuan", yang dalam bahasa Yunani adalah 'Kyrios', dalam bahasa Portugis 'senor', dalam bahasa Belanda 'heere', dalam bahasa Prancis 'seigneur', dan dalam bahasa Inggris 'lord'.

Perhatikan kutipan berikut ini:
Sebutan Tuan bagi Yesus berasal dari surat-surat Paulus, orang Turki, yang menggunakan bahasa Yunani kepada bangsa Yahudi, Rumawi, dan Yunani di daerah Hellenisme. Pada setiap akhir suratnya, Paulus selalu menyebut Yesus sebagai Tuan: "Semoga rahmat Yesus Tuan kita menyertai ruh kita." Kalimat di atas, dalam bahasa Portugis, berbunyi: "A graca de mosso senhor Jesus Cristo seja com ovosso espiritu"
Kalimat di atas, dalam bahasa Belanda berbunyi: "De genade van onzen heere Jezus Christus zij met uw geest"
Kalimat di atas, dalam bahasa Prancisnya, berbunyi: "Que la grace de notre seigneur Jesus-Christ soit avec votre esprit"

Kalimat diatas, dalam bahasa Inggris, berbunyi: "The grace of or lord Jesus Christ be whit your spirit"
Ketika penghayatan ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, mula-mula oleh bangsa Portugis bernama Browerius, pada tahun 1663, sebutan Yesus masih Tuan, tetapi ketika orang Belanda bernama Leijdecker pada tahun 1678 menerjemahkan surat-surat Paulus itu, sebutan Tuan telah berubah menjadi Tuhan. Dengan kata lain, Leijdecker yang pertama kali menulis Tuhan.

Dengan demikian, jelaslah bahwa kosakata Tuhan masuk ke dalam bahasa Indonesia sebagai pengaruh teologi (agama) Kristen. Pada mulanya hanya sebagai 'plesetan' atau 'salah tulis' orang Belanda, tapi selanjutnya dibakukan sebagai kosakata baru yang disejajarkan dengan kata ilah dalam bahasa Arab. Karena itulah dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta (orang Katolik) tidak memberikan keterangan apa pun tentang kata Tuhan, kecuali menyamakannya dengan Allah!

Demikian bila kita bicara asal-usul kata Tuhan, sekadar untuk
mengungkapkan bahwa bekas-bekas penjajahan masih bertebaran dimana-mana, dan banyak diantaranya yang menjadi warisan abadi bagi bangsa Indonesia.

Dari berbagai sumber

http://www.indonesiaindonesia.com/f/80839-mengetahui-asal-usul-kata-tuhan/



Asal Kata ‘Tuhan’

Sering sekali di berbagai forum saya menemukan beragam diskusi sampai perdebatan mengenai tuhan. Pertanyaan-pertanyaan seperti “Apakah tuhan itu ada?” atau “Apa bukti keberadaan tuhan?” selalu muncul dalam suatu perdebatan pro dan kontra mengenai tuhan. Tetapi ketika ada pertanyaan yang mempertanyakan etimologi atau asal kata dari kata ‘tuhan’ itu sendiri, banyak yang tidak bisa menjawabnya.

Kata ‘tuhan’ ternyata berasal dari kata ‘tuan’ yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tidak lain berarti: 1. orang tempat mengabdi, 2. yang memberi pekerjaan, 3. orang laki-laki yang patut dihormati. Singkatnya ‘tuan’ memiliki arti ‘yang ditinggikan‘ yang sepadan dengan pengertian kata ‘lord’ dalam bahasa Inggris.

Penjelasan pembentukan dan perubahan kata ‘tuan’ menjadi kata ‘tuhan’ dapat kita simak dalam artikel yang disampaikan oleh Remy Sylado seorang ahli bahasa. Artikel tersebut berjudul “Bapa Jadi Bapak, Tuan Jadi Tuhan, Bangsa Jadi Bangsat“ dan ditulis di kompas.com yang sayangnya sekarang datanya tidak dapat diakses lagi. Namun, tidak perlu khawatir karena saya memiliki salinan dari artikel beliau tersebut. Berikut di bawah ini adalah artikel tersebut. Selamat membaca!

Bapa Jadi Bapak, Tuan Jadi Tuhan, Bangsa Jadi Bangsat

Oleh Remy Sylado

SATU-satunya ejaan baku yang pernah dikenal di masa lampau, selama berabad-abad, untuk perkataan yang padan dengan ayah, adalah bapa, bukan bapak. Demikian kita simak lema ini dalam salah satu kamus bahasa Indonesia yang terdahulu, Kamus Moderen Bahasa Indonesia oleh Sutan Mohammad Zain.

Dengan mengacu itu, di bawah nanti kita akan melihat terjadinya perubahan harafiah dari bapa menjadi bapak, yang kemudian berkembang menjadi dua entri yang sama-sama terpakai, masing-masing bertalian dengan tradisi yang melahirkan semacam truisme yang khas disertai rasa percaya, yang membuatnya terbatas di satu pihak, dan tradisi yang berkembang dan membuatnya berubah dan menjadi leluasa di lain pihak.

Sebegitu jauh, dua lema itu, yaitu bapa dan bapak, baru kita jumpai pembedaannya secara harafiah, tanpa uraian yang jelas, melalui Kamus Besar Bahasa Indonesia di bawah selia Anton M Moeliono. Apa yang dicatat oleh kamus resmi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen P&K, atas dua kata tersebut, memang tidak kita jumpai dalam kamus standar sebelumnya, Kamus Umum Bahasa Indonesia oleh WJS Poerwadarminta. Dalam kamus Poerwadarminta itu kita hanya membaca satu lema saja, yaitu: bapa(k). Ini artinya, kata ini bisa dibaca bapa, bisa juga bapak. Huruf ‘k’ di situ, sesuai dengan ejaan Suwandi, dimaksudkan sebagai ganti tanda (‘), yang dalam tulisan Melayu lama beraksara Arab gundul biasanya ditandai dengan hamzah.

Walaupun memang tanpa uraian yang jelas mengenai mengapa ada bapa dan ada pula bapak dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, toh dengan menghadirkan saja dua lema dengan perbedaan harafiah, tanpa disertai pula tanda anak panah yang lazim untuk rujuk silang, maka cukup beralasan disimpulkan bahwa kamus ini telah menunjukkan dua tradisi yang dimaksud di atas.

Sebelum kita memeriksa lebih rinci mengenai hal itu, coba kita perhatikan terlebih dulu soal bagaimana kamus ini memberi deskripsi akan kedua lema tersebut:

bapa, orang laki-laki yang dipandang sebagai orang tua…

bapak, 1 orang tua laki-laki, ayah; 2 orang laki-laki yang dalam pertalian kekeluargaan boleh dianggap sama dengan ayah; 3 orang yang dipandang sebagai orang tua atau orang yang dihormati; 4 panggilan kepada orang laki-laki yang lebih tua dari yang memanggil; 5 orang yang menjadi pelindung; 6 pejabat…

Khusus menyangkut lema bapa, maka dengannya kita dapat melihat dengan jelas akan hubungan tradisi bahasa tulis yang berpangkal pada masa di mana perkataan ini pertama kali muncul dalam pustaka bahasa Indonesia beraksara Latin. Pustaka pertama Indonesia yang beraksara Latin tentu saja muncul di sini setelah bangsa-bangsa Barat menjelajah kemudian menjajah Indonesia. Salah satu buku penting dari kepustakaan lama yang dalamnya tersua perkataan bapa dengan pengertian yang khas, pertalian yang unik, dan penghayatan yang istimewa bagi pemakainya, adalah terjemahan Melayu atas kitab suci Nasrani. Penerjemahan kitab suci Nasrani, yang notabene merupakan buku-buku awal bahasa Indonesia dengan huruf Latin, seluruhnya dikerjakan oleh orang-orang Belanda sejak tahun 1629-hampir seratus tahun setelah sekolah pertama di Indonesia dengan sistem pendidikan dan pengajaran Barat didirikan di Ambon oleh Portugis-dan terus berulang direvisi dalam setiap abadnya sampai abad ke-20.

Adalah Kamus Umum Bahasa Indonesia oleh JS Badudu (yang bertolak dari kamus Sutan Mohammad Zain), kita baca dua lema ini, bapa dan bapak dalam deskripsi yang memperjelas hakikatnya masing-masing. Pada entri bapa, kita baca keterangan yang lazim digunakan oleh pihak Nasrani, yaitu Allah Bapa. Keterangannya, “sebutan dalam agama Kristen yang sama dengan dalam agama Islam Allah Subhanahu Wa Taala.” Sementara, dalam kamus Sutan Mohammad Zain tadi, keterangannya untuk kata bapa adalah, “kurang halus dari pada ayah, lebih halus dari pada pa’ saja.”

Secara khusus, pertalian antara bapa dan Allah dalam kitab suci Nasrani sebagai buku awal kepustakaan Indonesia beraksara Latin itu, adalah dari perikop Matius 6, yaitu tentang doa yang diajarkan Isa Almasih-dalam terjemahan sekarang-adalah “Bapa kami yang di sorga, dikuduskanlah nama-Mu.” Dalam terjemahan-terjemahan bahasa Barat dari mana terjemahan Indonesia berangkat, kalimat ini berbunyi, Belanda: “Onze Vader, Die in de hemelen zijt. Uw Naam worde geheiligd”; Inggris: “Our Father which art in heaven, hallowed be thy name”; Perancis: “Notre Pére qui es aux cieux. Que ton nom soit sanctifié”; Portugis: “Pai nosso que estás nos céus, santificado seja o teu nome.” Dengan memberi contoh terjemahan-terjemahan bahasa Eropa, yang semuanya bersumber dari teks asli bahasa Yunani, maksudnya untuk menyimak dan membandingkan, bahwa dalam bahasa-bahasa Eropa tersebut tidak ada perbedaan antara vader-father-pére-pai bagi God-God-Dieu-Deus dan bagi mens-man-homme-homem; tidak seperti dalam bahasa Indonesia kalangan Nasrani yang membedakan bapa bagi Allah, dan bapak bagi manusia. Mungkin di situlah kelebihan bahasa Indonesia.

Dalam kamusnya yang disebut di atas, Sutan Mohammad Zain mengaku, memasukkan pelbagai kata dari kepustakaan lama untuk bahan studi bidang sastra, dari kamus yang standar dan terpakai sampai menjelang penyerahan kedaulatan RI, yaitu kamus bahasa Melayu karya HC Klinkert. Dalam daftar pustaka acuan dari kamus bahasa Indonesia yang diselia Anton M Moeliono itu juga kita baca dua kamus karya HC Klinkert tersebut, yaitu Nieuw Maleisch-Nederlandsch Woordenboek dan Nieuw Nederlandsch-Maleisch Woordenboek.

Nama Klinkert sendiri di kalangan Nasrani sejak abad ke-19 dikenal sebagai penerjemah kita-kitab injil bahasa Melayu yang paling bagus. Terjemahan injilnya dalam bahasa Melayu, sebagai kitab diterbitkan pada tahun 1863, menyangkut kata bapa dari perikop Matius 6 tersebut, bahkan masih diajarkan oleh orang-orang tua di Minahasa sampai tahun 1970-an. Terjemahan Klinkert untuk ayat ini adalah, (sesuai yang tercetak), “Bapa kami jang ada disorga, dipermoeliakanlah kiranja Namamoe.” Kalimat terjemahan Klinkert ini telah dibuat menjadi ‘paereten’ (jimat yang dibungkus kain merah untuk diikatkan di pinggang supaya konon untuk kebal peluru) oleh prajurit-prajurit asal Minahasa yang dibina menjadi mersose (marechaussee) di Magelang, Jawa Tengah (Jateng) untuk keperluan perang di Aceh akhir abad ke-19.

Walau berkutat dengan bahasa, dan menjadi ahli, sebetulnya Klinkert tidak berlatar sekolah tinggi bahasa. Sebelum berangkat ke Indonesia, selagi masih di Nederland, ia bekerja berganti-ganti dan berpindah-pindah, mulai dari buruh pabrik, tukang ukur tanah, sampai masinis kapal. Karena kecelakaan yang dideritanya dalam pekerjaannya selaku masinis kapal, ia berhenti, lantas mendaftar untuk menjadi zending gereja Menonite-yaitu gereja yang oleh awam dimasukkan dalam gugus Reformasi, embrio dari gereja Jawi-yang bertugas di sekitar Muria, Jateng.

Awal mula Klinkert menerjemahkan injil karena melihat terjemahan yang sudah ada sebelumnya, yang telah dibuat atas titah pemerintahan kolonial, oleh Melchior Leijdecker, sulit dipahami oleh pemakai bahasa Melayu umum, yaitu Melayu yang digunakan di pasar-pasar. Terjemahan yang terbit tahun 1733, dianggap sangat sulit, karena terlalu banyaknya kata serapan Arab dan Persia di luar Sansekerta yang dipakainya, dan tidak dipahami oleh khalayak biasa yang tidak berpengalaman membaca sastra Melayu beraksara Arab gundul. Alkitab terjemahan Leijdecker itu adalah “Elkitab, ija itu segala surat Perdjandjian Lama dan Baharuw atas titah Segala Tuwan Pemarentah Kompanija. Untuk perikop tentang doa yang menyangkut kata bapa tersebut. dalam terjemahan Leijdecker adalah. “Bapa kamij jang ada disawrga, namamu dipersutjikanlah kiranja.”

Sebelum Leijdecker mengerjakan terjemahannya itu, terjemahan-terjemahan bahasa Melayu untuk kitab suci Nasrani, yang notabene merupakan tonggak dari buku bahasa Indonesia awal yang bertuliskan huruf Latin, adalah yang dikerjakan oleh Albert Cornelisz Ruyl pada tahun 1629, dicetak di Enkhuizen, Belanda: serta terjemahan Daniel Brouwerius pada tahun 1668, dicetak di Amsterdam, Belanda. Dalam terjemahan Ruyl dan Brouwerius, kata yang dimaksud di atas, dieja dobel ‘p’, yaitu Bappa. Pada terjemahan Ruyl kalimatnya adalah “Bappa kita yang berdudok kadalam surga, bermumin menjadi akan namma-mu”; sedangkan pada terjemahan Brouwerius kalimatnya adalah “Bappa cami, jang adda de Surga. Namma-mou jadi bersacti.”

Untuk melihat lebih persis bagaimana kata bapa, bukan bapa’, atau bapak, ditulis dengan cara Melayu lama yang awalnya menggunakan huruf Arab gundul, kita dapat memeriksa pula perikop yang sama ini dalam terjemahan yang dikerjakan oleh William Girdlestone Shellebear, perwira tinggi yang bertugas di Singapura pada tahun 1886. Sebagai komandan dari pasukan laskar Melayu, Shellebear belajar bahasa Melayu dari seorang munsyi terpandang, Datuk Dalam Johar, anak didik langsung dari Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Untuk kata padan ayah yang dimaksud, dapat kita simak dalam terjemahannya dengan huruf Arab gundul, yang kita latinkan di sini, ejaannya menjadi, “ya bapa kami yang disurga, terhormatlah kiranya namamu.” Jika kita simak teks ini dalam huruf Arab gundul sesuai yang ditulis oleh Shellebear, maka kata bapa itu adalah ( ), bukan (), atau (), sebagaimana yang berkembang di Indonesia.

Jika kita memeriksa kamus bahasa Malaysia, misalnya Kamus Harian karya Mohd. Salleh Daud dan Asmah Haji Omar (yang pernah dicetak di Indonesia atas izin Federal Publications, Selangor Malaysia), maka di sini pun kita hanya melihat satu saja lema yang baku dalam bahasa Malaysia, yaitu bapa.

Tapi akhirnya memang harus dikatakan, bahwa menariknya bahasa Indonesia sebagai bahasa yang berkembang-yang antara lain dengan memindai kata bapa yang menjadi bapak dengan deskripsi beragam atas lema yang kedua di konteks ini-menunjukkan bahwa bahasa ini tidak sama lagi dengan bahasa Melayu yang digunakan di Malaysia. Sertamerta yang hendak dipindai di atasnya, adalah, bagaimana tradisi yang tertera dalam perikop tersebut, yang awalnya dari pola patriarkhat semit, dalam hal ini Yahudi, melalui pewartaan yang inklusif dengan hellenisme, atau katakanlah Yunani kafir, untuk kata yang aslinya adalah pater, dalam bahasa Indonesia menjadi bapa dan kemudian bapak sebagai suatu perkataan dengan kandungan figuratif dan literal atas sosok seorang ayah, telah berkembang menjadi banyak ragam makna mencakup kaitannya dengan sosiologis dan hubungannya dengan politik. Dalam bahasa Yunani, dari mana kitab injil pertama-tama ditulis, tidak ada beda antara pater untuk Theos (Allah), dan pater untuk anthropos (manusia), sebagaimana halnya juga terjemahan-terjemahan injil dalam bahasa-bahasa Eropa umumnya seperti yang sudah kita simak di atas.

Dalam bahasa Indonesia sekarang, yang akan kita lihat berikut ini, terasa bahwa ketika kata bapak kita gunakan di luar rumah, jadi bukan kepada ayah sendiri, dengannya ada hubungan unik yang hanya bisa dipahami dan kemudian diejawantah dalam pikiran manusia Indonesia sendiri. Perkataan yang bermula melintas dalam tatanan budaya nasional, yang artinya berkonteks politik ini, sebagai suatu pengertian yang mengandung nilai persaudaraan, hakikat kesedarahan, dan rasa senasib-sepenanggungan dalam prayojana kebangsaan, pelan-pelan berubah bersama dengan perubahan politik yang mengubah juga tatanan sosial, jadi suatu istilah yang berjarak, yang acapkali diucapkan dengan perasaan jengkel.

Dulu, ketika presiden pertama RI berkenan dipanggil bung, yaitu sebutan akrab untuk abang atau kakak, maka dengannya memang terlihat kemauan untuk menaruh orang yang memanggilnya sebagai saudara, sedarah, keluarga. Tapi ketika presiden pertama itu dimakzulkan oleh Orde Baru, maka presiden kedua lebih berkenan dipanggil bapak. Namun, bapak yang disebutkan untuk presiden kedua tersebut-apalagi setelah kelewat rajinnya menteri penerangannya tampil di televisi untuk mengulang-ulang kalimat yang sama, “menurut petunjuk bapak presiden”-maka lambatlaun sebutan ini kehilangan fatsoen untuk membangkitkan takzim, sebaliknya orang banyak merasakannya sebagai suatu istilah berjarak yang mengandung ancaman ketakutan, momok, teror.

Dari masa itu juga kita merekam beberapa istilah yang berlatar pada perubahan tatanan karena pelaku-pelaku politik yang menjadi aneh antaranya karena kehilangan hatinurani, menjalar ke dalam perilaku para birokrat disegala urusan. Istilah yang pernah dimasyhurkan oleh Mochtar Lubis pada orasinya yang bagus itu, adalah ABS (asal bapak senang), berlanjut dengan istilah lain antara bapakisme dan ABG (anak bapak gua), yang semuanya dihubungkan dengan kelakuan-kelakuan norak, korupsi: maling duit negara buat foya-foya dengan bini muda.

ADA lagi perkataan yang hebat sekali, terjadi dalam bahasa orang Indonesia, yang awalnya tersua dalam bahasa tulis Melayu berhuruf Latin, juga melintas dari tradisi gereja, yaitu perkataan yang dengan sendirinya dipahami dari sudut teologi Nasrani, menyangkut substansi ilahi dalam insani. Perkataan yang dimaksudkan adalah Tuan dan Tuhan.

Pemakai bahasa Indonesia semuanya mengerti bahwa perkataan tuan sifatnya insani, dan perkataan tuhan sifatnya ilahi. Artinya, walaupun dalam kata tuan diterangkan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia dengan beberapa catatan, antara lain: satu orang tempat mengabdi, dua yang memberi pekerjaan, tiga orang laki-laki yang patut dihormati, tetap saja dalamnya tidak mengandung pengertian ilahi.

Sebentar lagi kita akan melihat perubahan ejaan dari Tuan ke Tuhan dalam kitab suci Nasrani terjemahan Melayu dengan huruf Latin. Melalui itu dapat gerangan kita simpulkan bahwa pencarian ejaan yang lebih aktual untuk sebutan khusus bagi Isa Almasih dalam terjemahan bahasa Melayu beraksara Latin-yang bersumber dari injil asli bahasa Yunani untuk perkataan Kyrios-menjadi Tuhan dan sebelumnya Tuan, serta-merta telah melahirkan juga eksegesis yang jamak. Sebelum kita memeriksa bukti itu dengan membuka pelbagai versi terjemahan kitab suci Nasrani tersebut-semuanya masih tersimpan dengan rapi di perpustakaan Lembaga Alkitab Indonesia, yang sebagian fotokopinya kami sertakan di sini-patutlah terlebih dulu kita melihat juga bagaimana orang Nasrani sekarang mencatat perkataan Tuhan dalam kamus-kamusnya tentang gereja.

Agaknya buku pertama yang memberi keterangan tentang Tuhan dengan cara yang mungkin mengejutkan awam adalah Ensiklopedi Populer Gereja oleh Adolf Heuken SJ. Keterangannya di situ, Tuhan, “arti kata ‘Tuhan’ ada hubungannya dengan kata Melayu ‘tuan’ yang berarti atasan/penguasa/pemilik.” Ensiklopedia yang hanya satu jilid ini pertama terbit pada tahun 1976. Keterangan tersebut masih kita baca lagi dalam ensiklopedianya yang lebih paripurna, terdiri dari lima jilid, terbit pada tahun 1991, yaitu Ensiklopedi Gereja.

Melihat keterangan itu, dan melihat pula pemakaian kata Tuhan merupakan sesuatu yang mudasir dalam agama Kristen, maka boleh dibilang hal itu sepenuhnya merupakan masalah teologi Kristen. Sesuai data yang kita punyai, istilah Tuhan yang berasal dari kata Tuan, pertama hadir dalam peta kepustakaan Melayu beraksara Latin lewat terjemahan kitabsuci Nasrani tersebut. Perkataan ini dimaksudkan untuk mewakili sifat-sifat omnipresensi atas kata bahasa Yunani, Kyrios, dengan kaitannya pada tradisi Ibrani untuk kata Adon, Adonai, dengan aktualitas sebagai raja dalam kata Yahweh. Maka, memang akan membingungkan, jika orang membaca kitabsuci Nasrani terjemahan Indonesia. Dalam kitab pertama, Perjanjian Lama yang aslinya berbahasa Ibrani, untuk kata-kata Adonai dan Yahweh semua diterjemahkan menjadi Tuhan, sementara dalam kitab kedua, Perjanjian Baru, untuk kata Kyrios juga diterjemahkan menjadi Tuhan.

Dalam kitab suci Nasrani bahasa Melayu beraksara Latin terjemahan Brouwerius yang muncul pada tahun 1668, untuk kata yang dalam bahasa Yunaninya, Kyrios, dan sebutan ini diperuntukkan bagi Isa Almasih, diterjemahkannya menjadi tuan. Coba kita periksa itu dalam buku kelima Perjanjian Baru, dari bagian surat injili Paulus kepada umat di Roma. Kita baca bagian 1:1-4, yaitu, “Paulo Jesu Christo pounja hamba, Apostolo bapangil, bertsjerei pada Deos pounja Evangelio, (Nang dia daulou souda djandji derri Nabbi Nabbinja, dalam Sagrada Scriptoura). Derri Annanja lacki lacki (jang souda berjadi derri bidji David dalam daging: Jang dengan coassa souda caliatan jang Annac Deos, dalam Spirito yang bersaksiakan carna bangon derri matti) artinya Jesu Christon Tuan cami.”

Berhubung terjemahan Brouwerius ini dianggap sulit, antara lain banyaknya serapan kata bahasa Portugis, dan karenanya hanya mudah dipakai di kalangan komunitas bekas-bekas budak Portugis, para Mardijker, maka timbul gagasan orang-orang saleh di antara bedebah-bedebah VOC untuk menerjemahkan kembali seluruh bagian Alkitab: Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dengan bahasa Melayu yang benar-benar bagus. Tugas itu diserahkan kepada Melchior Leijdecker, pendeta tentara yang berlatar pendidikan kedokteran.

Melalui terjemahan Leijdecker-lah kita menemukan perubahan harafiah dari Tuan menjadi Tuhan. Dalam kitab terjemahannya ini, ‘Elkitab, ija itu segala suat Perdjandjian Lama dan Baharuw atas titah Segala Tuawan Pemarentah Kompanija, pada perikop yang sama dengan terjemahan Brouwerius di atas, teksnya adalah, “Pawlus sa’awrang hamba ‘Isaj ‘Elmeseih, Rasul jang terdoa, jang tasakuw akan memberita Indjil Allah, (Jang dihulu telah dedjandjinja awleh Nabijnja, didalam Suratan yang khudus). Akan Anaknja laki (jang sudah djadi deri beneh Daud atas perij daging: Jang telah detantukan Anakh Allah dengan kawasa atas perij Rohu-’Itakhdis, deri pada kabangkitan deri antara awrang mati,) janij ‘Isaj Elmeseih Tuhan kamij.”

Jelas, yang tadinya oleh Brouwerius diterjemahkan Tuan-sama dengan bahasa Portugis Senhor, Perancis Seigneur, Inggris Lord, Belanda Heere-melalui Leijdecker berubah menjadi Tuhan. Nanti pada abad-abad berikut, sepanjang 200 tahun, penerjemah Alkitab bahasa Melayu melanjutkan penemuan Leijdecker tersebut. Kini kata Tuhan yang mula-mula ditemukan Leijdecker untuk mewakili dua pengertian pelik insani & ilahi dalam teologi Kristen atas sosok Isa Almasih-masalah rumit yang memang telah menyebabkan gereja bertikai dan setelah itu melahirkan kredo-kredo: Nicea, Constantinopel, Chalcedon-akhirnya menjadi lema khas dalam bahasa Indonesia.

Apa yang dilakukan Leijdecker, mengapa Tuan menjadi Tuhan, merupakan masalah khas bahasa Indonesia. Hadirnya huruf ‘h’ dalam beberapa kata bahasa Indonesia, seperti ‘asut’ menjadi ‘hasut’, ‘utang’ menjadi ‘hutang’, ‘empas’ menjadi ‘hempas’, ‘silakan’ menjadi ‘silakan’, agaknya seiring dengan kasus nominatif dan singularis dalam tatabahasa Sansekerta ke Kawi dan Jawa. Misalnya tertulis ‘hana’ dibaca ‘ono’, ‘hapa’ dibaca ‘opo’. Di samping itu gagasan Leijdecker mengeja Tuhan untuk mengiring lafaz palatal ‘n’ dengan tepat. Banyak orang yang baru belajar Melayu, bekas budak Portugis asal Goa, terpengaruh Portugis, melafaz ‘n’ menjadi ‘ng’. Juga di Ambon, di pusat tujuan bangsa-bangsa Barat untuk memperoleh rempah-rempah, Tuan dibaca Tuang. Bahkan setelah Leijdecker mengeja Tuhan pun, orang Ambon tetap membacanya Tuang, sampai sekarang. Maka, di Ambon Tuang Ala berarti Tuhan Allah. Selain itu orang Kristen Ambon menyebut Allah Bapa sebagai Tete Manis, harafiahnya berarti ‘kakek yang baik’.

Leijdecker sendiri banyak melakukan kerancuan transliterasi atas kata-kata Melayu dari aksara Arab gundul ke Latin. Melalui contoh acuan perikop di atas, terlihat jelas, bahwa ia tidak mengetahui ketentuan menulis kata-kata Melayu dalam aksara Arab gundul. Umpamanya, agar ‘w’ dan ‘y’ berbunyi ‘o’ dan ‘i’ di depannya harus dipasang alif. Contohnya ‘orang’ adalah (), ‘oleh’ adalah (), ‘itu’ adalah ().

Sudah tentu terjemahan Leijdecker itu tidak mudah dipahami oleh pembaca awam. Karenanya, di abad berikut, di zaman penjajahan Inggris, timbul gagasan untuk merevisi terjemahan Leijdecker tersebut. Robert Hutchings, pastor gereja Anglikan, menghitung sekitar 10.000 kata yang diacu Leijdecker itu tidak tersua dalam kamus Melayu karya William Marsden yang standar baru itu. Terjemahan revisi ini terbit pada tahun 1817, dicetak di Serampura, India.

Sebelum itu, dua tahun setelah Gubernur Jenderal Inggris Raffles, menggantikan kedudukan Gubernur Jenderal Belanda Janssens, telah datang seorang zending dari lembaga London Missionary Society, yaitu William Milne, ke Malaka menemui Abdullah bin Abdulkadir Munsyi, meminta bantuannya untuk merevisi terjemahan Leijdecker. Lalu, bersama Claudius Thomsen, mereka mengerjakan revisi atas terjemahan Leijdecker tersebut. Abdullah bin Abdulkadir Munsyi merasa terganjel khususnya pada sebutan ‘bapa’ kepada Allah, dan ‘anak Allah’ kepada Isa Almasih. Memang, perkataan itu dipahami pihak Nasrani sebagai acuan teologis, bukan antropologis, untuk mengaktualkan hakikat masyiah dari leluri Ibrani, yang berkonteks diurapi dan bangkit dari kematian.

Setelah itu masih dilakukan lagi revisi-revisi terjemahan Melayu atas kitabsuci Nasrani tersebut oleh pihak zending Inggris. Yang berikut dipimpin oleh Benjamin Keasberry, dan karyanya itu dibantu pula oleh Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Revisi terjemahan ini terbit pada tahun 1852, dicetak di Singapura.

Namun, di antara sekian banyak revisi yang dikerjakan sepanjang abad ke-19 sampai abad ke-20, bahkan sampai bahasa Melayu menjadi bahasa kebangsaan Indonesia, terlihat dengan jelas, bahwa lema yang digagas Leijdecker untuk menyebut Isa Almasih, Tuhan, telah terus terpakai. Penyusun kamus di abad ke-19 pun membakukannya sebagai lema tersendiri di luar Tuan.

Terjemahan kitabsuci Nasrani yang dianggap tertib bahasa Melayunya adalah yang dikerjakan Klinkert. Ia membakukan Tuhan dalam kitab terjemahan itu menurut pengertian yang sama dengan bahasa sekarang. Klinkert menulis dua versi, yaitu edisi Melayu rendah, Wasijat Yang Baroe, terbit pada tahun 1875; dan edisi Melayu tinggi, Kitaboe’lkoedoes, terbit pada tahun 1879. Versi yang kedua ini merupakan kitab yang paling populer di Minahasa. Di Minahasalah tempat lahirnya gereja protestan yang berorientasi kebangsaan, lima tahun setelah Sumpah pemuda, yaitu KGPM.

Kini, secara linguistik, tidak ada masalah bagi kata Tuhan yang muradif dengan pengertian ilahi. Nama ini pun sudah maktub dalam Pancasila. Yang tidak kurang melahirkan pertanyaan, mengapa sila pertama itu berbunyi ‘ketuhanan yang mahaesa’, ‘bukan ‘Tuhan yang mahaesa’ saja. Dengan ‘ketuhanan’, terkesan seakan-akan ada banyak Tuhan di Indonesia, tapi hanya satu Tuhan yang mesti disembah. Memang, dalam kalimat ini kita meraba adanya kompromi politis dari pendiri-pendiri republik. Tidak muncul diskusi bahasa mengenai hal itu sebelum amandemen yang lalu.

TAPI, agaknya bukan itu masalah paling menarik saat ini menyangkut kata Bapak dan Tuhan. Yang paling menarik saat ini adalah menyaksikan Bapak-Bapak-yang duduk di eksekutif, legislatif, yudikatif-yang kelihatannya sudah tidak takut lagi kepada Tuhan. Sudah ketahuan korupsi atau menerima suap, masih berani bersumpah demi nama Tuhan bahwa mereka bersih. Lebih celaka lagi, sudah divonis pun oleh pengadilan, masih ngotot menganggap diri tidak bersalah. Malahan Bapak-Bapak separtai pun membela mati-matian kepada Bapak ketua partai. Yang dilakukan oleh Bapak-Bapak separtai terhadap Bapak ketua partai adalah suatu ‘solidaritas dalam kebersalahan’. Astaga, Bapak-Bapak yang sudah tidak takut lagi kepada Tuhan itu, mengira bahwa Tuhan tidak melihat dusta dan tipunya itu, agaknya sedang mengubah kualitas bangsa menjadi bangsat!

Sumber: http://smystery.wordpress.com/2008/07/20/asal-kata-tuhan/
Tom Jerry
Tom Jerry
SILVER MEMBERS
SILVER MEMBERS

Male
Number of posts : 1829
Location : Jakarta
Job/hobbies : Cari kebenaran
Reputation : 11
Points : 7251
Registration date : 2010-09-21

Back to top Go down

ASAL USUL KATA "TUHAN" Empty Re: ASAL USUL KATA "TUHAN"

Post by Tom Jerry Tue 03 May 2011, 5:26 pm

Jadi, kata Lord = Tuan >> yg artinya Penguasa, bisa Allah, Raja, bos, majikan, dsb.
The Lord = Sang Tuan (satu-satunya) >> Allah YME

Kata God = Allah >> yg artinya sesembahan, Yang Disembah
Karena sudah terlanjur menerima kata Tuhan, maka :
God = Allah = Tuhan >> artinya sama, sesembahan.

The God = Allah (satu-satunya) dari:
The God of Abraham, The God of Isaac, and The God of Jacob =
Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub.

Pengertian "Tuan Yesus" tetap menunjukkan Yesus sebagai Sang Penguasa satu-satunya, Allah Yang Maha Esa.
Tom Jerry
Tom Jerry
SILVER MEMBERS
SILVER MEMBERS

Male
Number of posts : 1829
Location : Jakarta
Job/hobbies : Cari kebenaran
Reputation : 11
Points : 7251
Registration date : 2010-09-21

Back to top Go down

ASAL USUL KATA "TUHAN" Empty Re: ASAL USUL KATA "TUHAN"

Post by musicman Tue 03 May 2011, 5:34 pm

http://smystery.wordpress.com/2008/07/20/asal-kata-tuhan/
http://www.indonesiaindonesia.com/f/80839-mengetahui-asal-usul-kata-tuhan/

yah ampun...itu apaan tom??
yg satu forum gratisan...yg satu blog orang??


ambil referensi dr web Gratisan tom??

saya juga bisa tulis disitu..."Tuhan dr Pohon"..trus anda percaya aja?

ada2...aja.... ASAL USUL KATA "TUHAN" 581260
musicman
musicman
SILVER MEMBERS
SILVER MEMBERS

Number of posts : 2736
Reputation : 7
Points : 7766
Registration date : 2011-01-04

Back to top Go down

ASAL USUL KATA "TUHAN" Empty Re: ASAL USUL KATA "TUHAN"

Post by yang berserah diri Tue 03 May 2011, 6:40 pm

Tom Jerry wrote:ASAL USUL KATA "TUHAN"

Mengetahui Asal usul kata Tuhan

Pada mulanya kata tuhan hanyalah 'pelesetan' dari kata tuan; dan ini terjadi karena kesalahan seorang Belanda bernama Leijdecker pada tahun 1678. Peristiwa itu diterangkan secara menarik oleh Alif Danya Munsyi di majalah Tiara (1984). Ia menyebutkan bahwa peristiwa itu terjadi sebagai salah satu gejala paramasuai, yaitu penambahan bunyi h yang nirguna pada kata-kata tertentu, misalnya hembus, hempas, hasut, dan tuhan.

Alif mengatakan bahwa gejala itu timbul karena pengaruh lafal
daerah, rasa tak percaya pada diri sendiri, dan yang sangat penting adalah yang berkaitan dengan penjajahan bangsa-bangsa Eropa terhadap bangsa Indonesia. "Lingua Franca Melayu yang dipakai bangsa-bangsa Eropa, antara lain Portugis dan Belanda, sebagai bahasa administrasi untuk kegiatan ekonomi dan politik di seantero Nusantara, juga dipakai dalam kepentingan penyiaran agama Nasrani, agama umum yang dianut oleh bangsa-bangsa Eropa," tulis Alif.

Lebih lanjut Alif mengatakan bahwa peralihan tuan menjadi tuhan, sepenuhnya bersumber dari kepercayaan mereka atas Yesus. Mereka biasa menyebut Yesus dengan panggilan "tuan", yang dalam bahasa Yunani adalah 'Kyrios', dalam bahasa Portugis 'senor', dalam bahasa Belanda 'heere', dalam bahasa Prancis 'seigneur', dan dalam bahasa Inggris 'lord'.

Perhatikan kutipan berikut ini:
Sebutan Tuan bagi Yesus berasal dari surat-surat Paulus, orang Turki, yang menggunakan bahasa Yunani kepada bangsa Yahudi, Rumawi, dan Yunani di daerah Hellenisme. Pada setiap akhir suratnya, Paulus selalu menyebut Yesus sebagai Tuan: "Semoga rahmat Yesus Tuan kita menyertai ruh kita." Kalimat di atas, dalam bahasa Portugis, berbunyi: "A graca de mosso senhor Jesus Cristo seja com ovosso espiritu"
Kalimat di atas, dalam bahasa Belanda berbunyi: "De genade van onzen heere Jezus Christus zij met uw geest"
Kalimat di atas, dalam bahasa Prancisnya, berbunyi: "Que la grace de notre seigneur Jesus-Christ soit avec votre esprit"

Kalimat diatas, dalam bahasa Inggris, berbunyi: "The grace of or lord Jesus Christ be whit your spirit"
Ketika penghayatan ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, mula-mula oleh bangsa Portugis bernama Browerius, pada tahun 1663, sebutan Yesus masih Tuan, tetapi ketika orang Belanda bernama Leijdecker pada tahun 1678 menerjemahkan surat-surat Paulus itu, sebutan Tuan telah berubah menjadi Tuhan. Dengan kata lain, Leijdecker yang pertama kali menulis Tuhan.

Dengan demikian, jelaslah bahwa kosakata Tuhan masuk ke dalam bahasa Indonesia sebagai pengaruh teologi (agama) Kristen. Pada mulanya hanya sebagai 'plesetan' atau 'salah tulis' orang Belanda, tapi selanjutnya dibakukan sebagai kosakata baru yang disejajarkan dengan kata ilah dalam bahasa Arab. Karena itulah dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta (orang Katolik) tidak memberikan keterangan apa pun tentang kata Tuhan, kecuali menyamakannya dengan Allah!

Demikian bila kita bicara asal-usul kata Tuhan, sekadar untuk
mengungkapkan bahwa bekas-bekas penjajahan masih bertebaran dimana-mana, dan banyak diantaranya yang menjadi warisan abadi bagi bangsa Indonesia.

Dari berbagai sumber

http://www.indonesiaindonesia.com/f/80839-mengetahui-asal-usul-kata-tuhan/



Asal Kata ‘Tuhan’

Sering sekali di berbagai forum saya menemukan beragam diskusi sampai perdebatan mengenai tuhan. Pertanyaan-pertanyaan seperti “Apakah tuhan itu ada?” atau “Apa bukti keberadaan tuhan?” selalu muncul dalam suatu perdebatan pro dan kontra mengenai tuhan. Tetapi ketika ada pertanyaan yang mempertanyakan etimologi atau asal kata dari kata ‘tuhan’ itu sendiri, banyak yang tidak bisa menjawabnya.

Kata ‘tuhan’ ternyata berasal dari kata ‘tuan’ yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tidak lain berarti: 1. orang tempat mengabdi, 2. yang memberi pekerjaan, 3. orang laki-laki yang patut dihormati. Singkatnya ‘tuan’ memiliki arti ‘yang ditinggikan‘ yang sepadan dengan pengertian kata ‘lord’ dalam bahasa Inggris.

Penjelasan pembentukan dan perubahan kata ‘tuan’ menjadi kata ‘tuhan’ dapat kita simak dalam artikel yang disampaikan oleh Remy Sylado seorang ahli bahasa. Artikel tersebut berjudul “Bapa Jadi Bapak, Tuan Jadi Tuhan, Bangsa Jadi Bangsat“ dan ditulis di kompas.com yang sayangnya sekarang datanya tidak dapat diakses lagi. Namun, tidak perlu khawatir karena saya memiliki salinan dari artikel beliau tersebut. Berikut di bawah ini adalah artikel tersebut. Selamat membaca!

Bapa Jadi Bapak, Tuan Jadi Tuhan, Bangsa Jadi Bangsat

Oleh Remy Sylado

SATU-satunya ejaan baku yang pernah dikenal di masa lampau, selama berabad-abad, untuk perkataan yang padan dengan ayah, adalah bapa, bukan bapak. Demikian kita simak lema ini dalam salah satu kamus bahasa Indonesia yang terdahulu, Kamus Moderen Bahasa Indonesia oleh Sutan Mohammad Zain.

Dengan mengacu itu, di bawah nanti kita akan melihat terjadinya perubahan harafiah dari bapa menjadi bapak, yang kemudian berkembang menjadi dua entri yang sama-sama terpakai, masing-masing bertalian dengan tradisi yang melahirkan semacam truisme yang khas disertai rasa percaya, yang membuatnya terbatas di satu pihak, dan tradisi yang berkembang dan membuatnya berubah dan menjadi leluasa di lain pihak.

Sebegitu jauh, dua lema itu, yaitu bapa dan bapak, baru kita jumpai pembedaannya secara harafiah, tanpa uraian yang jelas, melalui Kamus Besar Bahasa Indonesia di bawah selia Anton M Moeliono. Apa yang dicatat oleh kamus resmi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen P&K, atas dua kata tersebut, memang tidak kita jumpai dalam kamus standar sebelumnya, Kamus Umum Bahasa Indonesia oleh WJS Poerwadarminta. Dalam kamus Poerwadarminta itu kita hanya membaca satu lema saja, yaitu: bapa(k). Ini artinya, kata ini bisa dibaca bapa, bisa juga bapak. Huruf ‘k’ di situ, sesuai dengan ejaan Suwandi, dimaksudkan sebagai ganti tanda (‘), yang dalam tulisan Melayu lama beraksara Arab gundul biasanya ditandai dengan hamzah.

Walaupun memang tanpa uraian yang jelas mengenai mengapa ada bapa dan ada pula bapak dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, toh dengan menghadirkan saja dua lema dengan perbedaan harafiah, tanpa disertai pula tanda anak panah yang lazim untuk rujuk silang, maka cukup beralasan disimpulkan bahwa kamus ini telah menunjukkan dua tradisi yang dimaksud di atas.

Sebelum kita memeriksa lebih rinci mengenai hal itu, coba kita perhatikan terlebih dulu soal bagaimana kamus ini memberi deskripsi akan kedua lema tersebut:

bapa, orang laki-laki yang dipandang sebagai orang tua…

bapak, 1 orang tua laki-laki, ayah; 2 orang laki-laki yang dalam pertalian kekeluargaan boleh dianggap sama dengan ayah; 3 orang yang dipandang sebagai orang tua atau orang yang dihormati; 4 panggilan kepada orang laki-laki yang lebih tua dari yang memanggil; 5 orang yang menjadi pelindung; 6 pejabat…

Khusus menyangkut lema bapa, maka dengannya kita dapat melihat dengan jelas akan hubungan tradisi bahasa tulis yang berpangkal pada masa di mana perkataan ini pertama kali muncul dalam pustaka bahasa Indonesia beraksara Latin. Pustaka pertama Indonesia yang beraksara Latin tentu saja muncul di sini setelah bangsa-bangsa Barat menjelajah kemudian menjajah Indonesia. Salah satu buku penting dari kepustakaan lama yang dalamnya tersua perkataan bapa dengan pengertian yang khas, pertalian yang unik, dan penghayatan yang istimewa bagi pemakainya, adalah terjemahan Melayu atas kitab suci Nasrani. Penerjemahan kitab suci Nasrani, yang notabene merupakan buku-buku awal bahasa Indonesia dengan huruf Latin, seluruhnya dikerjakan oleh orang-orang Belanda sejak tahun 1629-hampir seratus tahun setelah sekolah pertama di Indonesia dengan sistem pendidikan dan pengajaran Barat didirikan di Ambon oleh Portugis-dan terus berulang direvisi dalam setiap abadnya sampai abad ke-20.

Adalah Kamus Umum Bahasa Indonesia oleh JS Badudu (yang bertolak dari kamus Sutan Mohammad Zain), kita baca dua lema ini, bapa dan bapak dalam deskripsi yang memperjelas hakikatnya masing-masing. Pada entri bapa, kita baca keterangan yang lazim digunakan oleh pihak Nasrani, yaitu Allah Bapa. Keterangannya, “sebutan dalam agama Kristen yang sama dengan dalam agama Islam Allah Subhanahu Wa Taala.” Sementara, dalam kamus Sutan Mohammad Zain tadi, keterangannya untuk kata bapa adalah, “kurang halus dari pada ayah, lebih halus dari pada pa’ saja.”

Secara khusus, pertalian antara bapa dan Allah dalam kitab suci Nasrani sebagai buku awal kepustakaan Indonesia beraksara Latin itu, adalah dari perikop Matius 6, yaitu tentang doa yang diajarkan Isa Almasih-dalam terjemahan sekarang-adalah “Bapa kami yang di sorga, dikuduskanlah nama-Mu.” Dalam terjemahan-terjemahan bahasa Barat dari mana terjemahan Indonesia berangkat, kalimat ini berbunyi, Belanda: “Onze Vader, Die in de hemelen zijt. Uw Naam worde geheiligd”; Inggris: “Our Father which art in heaven, hallowed be thy name”; Perancis: “Notre Pére qui es aux cieux. Que ton nom soit sanctifié”; Portugis: “Pai nosso que estás nos céus, santificado seja o teu nome.” Dengan memberi contoh terjemahan-terjemahan bahasa Eropa, yang semuanya bersumber dari teks asli bahasa Yunani, maksudnya untuk menyimak dan membandingkan, bahwa dalam bahasa-bahasa Eropa tersebut tidak ada perbedaan antara vader-father-pére-pai bagi God-God-Dieu-Deus dan bagi mens-man-homme-homem; tidak seperti dalam bahasa Indonesia kalangan Nasrani yang membedakan bapa bagi Allah, dan bapak bagi manusia. Mungkin di situlah kelebihan bahasa Indonesia.

Dalam kamusnya yang disebut di atas, Sutan Mohammad Zain mengaku, memasukkan pelbagai kata dari kepustakaan lama untuk bahan studi bidang sastra, dari kamus yang standar dan terpakai sampai menjelang penyerahan kedaulatan RI, yaitu kamus bahasa Melayu karya HC Klinkert. Dalam daftar pustaka acuan dari kamus bahasa Indonesia yang diselia Anton M Moeliono itu juga kita baca dua kamus karya HC Klinkert tersebut, yaitu Nieuw Maleisch-Nederlandsch Woordenboek dan Nieuw Nederlandsch-Maleisch Woordenboek.

Nama Klinkert sendiri di kalangan Nasrani sejak abad ke-19 dikenal sebagai penerjemah kita-kitab injil bahasa Melayu yang paling bagus. Terjemahan injilnya dalam bahasa Melayu, sebagai kitab diterbitkan pada tahun 1863, menyangkut kata bapa dari perikop Matius 6 tersebut, bahkan masih diajarkan oleh orang-orang tua di Minahasa sampai tahun 1970-an. Terjemahan Klinkert untuk ayat ini adalah, (sesuai yang tercetak), “Bapa kami jang ada disorga, dipermoeliakanlah kiranja Namamoe.” Kalimat terjemahan Klinkert ini telah dibuat menjadi ‘paereten’ (jimat yang dibungkus kain merah untuk diikatkan di pinggang supaya konon untuk kebal peluru) oleh prajurit-prajurit asal Minahasa yang dibina menjadi mersose (marechaussee) di Magelang, Jawa Tengah (Jateng) untuk keperluan perang di Aceh akhir abad ke-19.

Walau berkutat dengan bahasa, dan menjadi ahli, sebetulnya Klinkert tidak berlatar sekolah tinggi bahasa. Sebelum berangkat ke Indonesia, selagi masih di Nederland, ia bekerja berganti-ganti dan berpindah-pindah, mulai dari buruh pabrik, tukang ukur tanah, sampai masinis kapal. Karena kecelakaan yang dideritanya dalam pekerjaannya selaku masinis kapal, ia berhenti, lantas mendaftar untuk menjadi zending gereja Menonite-yaitu gereja yang oleh awam dimasukkan dalam gugus Reformasi, embrio dari gereja Jawi-yang bertugas di sekitar Muria, Jateng.

Awal mula Klinkert menerjemahkan injil karena melihat terjemahan yang sudah ada sebelumnya, yang telah dibuat atas titah pemerintahan kolonial, oleh Melchior Leijdecker, sulit dipahami oleh pemakai bahasa Melayu umum, yaitu Melayu yang digunakan di pasar-pasar. Terjemahan yang terbit tahun 1733, dianggap sangat sulit, karena terlalu banyaknya kata serapan Arab dan Persia di luar Sansekerta yang dipakainya, dan tidak dipahami oleh khalayak biasa yang tidak berpengalaman membaca sastra Melayu beraksara Arab gundul. Alkitab terjemahan Leijdecker itu adalah “Elkitab, ija itu segala surat Perdjandjian Lama dan Baharuw atas titah Segala Tuwan Pemarentah Kompanija. Untuk perikop tentang doa yang menyangkut kata bapa tersebut. dalam terjemahan Leijdecker adalah. “Bapa kamij jang ada disawrga, namamu dipersutjikanlah kiranja.”

Sebelum Leijdecker mengerjakan terjemahannya itu, terjemahan-terjemahan bahasa Melayu untuk kitab suci Nasrani, yang notabene merupakan tonggak dari buku bahasa Indonesia awal yang bertuliskan huruf Latin, adalah yang dikerjakan oleh Albert Cornelisz Ruyl pada tahun 1629, dicetak di Enkhuizen, Belanda: serta terjemahan Daniel Brouwerius pada tahun 1668, dicetak di Amsterdam, Belanda. Dalam terjemahan Ruyl dan Brouwerius, kata yang dimaksud di atas, dieja dobel ‘p’, yaitu Bappa. Pada terjemahan Ruyl kalimatnya adalah “Bappa kita yang berdudok kadalam surga, bermumin menjadi akan namma-mu”; sedangkan pada terjemahan Brouwerius kalimatnya adalah “Bappa cami, jang adda de Surga. Namma-mou jadi bersacti.”

Untuk melihat lebih persis bagaimana kata bapa, bukan bapa’, atau bapak, ditulis dengan cara Melayu lama yang awalnya menggunakan huruf Arab gundul, kita dapat memeriksa pula perikop yang sama ini dalam terjemahan yang dikerjakan oleh William Girdlestone Shellebear, perwira tinggi yang bertugas di Singapura pada tahun 1886. Sebagai komandan dari pasukan laskar Melayu, Shellebear belajar bahasa Melayu dari seorang munsyi terpandang, Datuk Dalam Johar, anak didik langsung dari Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Untuk kata padan ayah yang dimaksud, dapat kita simak dalam terjemahannya dengan huruf Arab gundul, yang kita latinkan di sini, ejaannya menjadi, “ya bapa kami yang disurga, terhormatlah kiranya namamu.” Jika kita simak teks ini dalam huruf Arab gundul sesuai yang ditulis oleh Shellebear, maka kata bapa itu adalah ( ), bukan (), atau (), sebagaimana yang berkembang di Indonesia.

Jika kita memeriksa kamus bahasa Malaysia, misalnya Kamus Harian karya Mohd. Salleh Daud dan Asmah Haji Omar (yang pernah dicetak di Indonesia atas izin Federal Publications, Selangor Malaysia), maka di sini pun kita hanya melihat satu saja lema yang baku dalam bahasa Malaysia, yaitu bapa.

Tapi akhirnya memang harus dikatakan, bahwa menariknya bahasa Indonesia sebagai bahasa yang berkembang-yang antara lain dengan memindai kata bapa yang menjadi bapak dengan deskripsi beragam atas lema yang kedua di konteks ini-menunjukkan bahwa bahasa ini tidak sama lagi dengan bahasa Melayu yang digunakan di Malaysia. Sertamerta yang hendak dipindai di atasnya, adalah, bagaimana tradisi yang tertera dalam perikop tersebut, yang awalnya dari pola patriarkhat semit, dalam hal ini Yahudi, melalui pewartaan yang inklusif dengan hellenisme, atau katakanlah Yunani kafir, untuk kata yang aslinya adalah pater, dalam bahasa Indonesia menjadi bapa dan kemudian bapak sebagai suatu perkataan dengan kandungan figuratif dan literal atas sosok seorang ayah, telah berkembang menjadi banyak ragam makna mencakup kaitannya dengan sosiologis dan hubungannya dengan politik. Dalam bahasa Yunani, dari mana kitab injil pertama-tama ditulis, tidak ada beda antara pater untuk Theos (Allah), dan pater untuk anthropos (manusia), sebagaimana halnya juga terjemahan-terjemahan injil dalam bahasa-bahasa Eropa umumnya seperti yang sudah kita simak di atas.

Dalam bahasa Indonesia sekarang, yang akan kita lihat berikut ini, terasa bahwa ketika kata bapak kita gunakan di luar rumah, jadi bukan kepada ayah sendiri, dengannya ada hubungan unik yang hanya bisa dipahami dan kemudian diejawantah dalam pikiran manusia Indonesia sendiri. Perkataan yang bermula melintas dalam tatanan budaya nasional, yang artinya berkonteks politik ini, sebagai suatu pengertian yang mengandung nilai persaudaraan, hakikat kesedarahan, dan rasa senasib-sepenanggungan dalam prayojana kebangsaan, pelan-pelan berubah bersama dengan perubahan politik yang mengubah juga tatanan sosial, jadi suatu istilah yang berjarak, yang acapkali diucapkan dengan perasaan jengkel.

Dulu, ketika presiden pertama RI berkenan dipanggil bung, yaitu sebutan akrab untuk abang atau kakak, maka dengannya memang terlihat kemauan untuk menaruh orang yang memanggilnya sebagai saudara, sedarah, keluarga. Tapi ketika presiden pertama itu dimakzulkan oleh Orde Baru, maka presiden kedua lebih berkenan dipanggil bapak. Namun, bapak yang disebutkan untuk presiden kedua tersebut-apalagi setelah kelewat rajinnya menteri penerangannya tampil di televisi untuk mengulang-ulang kalimat yang sama, “menurut petunjuk bapak presiden”-maka lambatlaun sebutan ini kehilangan fatsoen untuk membangkitkan takzim, sebaliknya orang banyak merasakannya sebagai suatu istilah berjarak yang mengandung ancaman ketakutan, momok, teror.

Dari masa itu juga kita merekam beberapa istilah yang berlatar pada perubahan tatanan karena pelaku-pelaku politik yang menjadi aneh antaranya karena kehilangan hatinurani, menjalar ke dalam perilaku para birokrat disegala urusan. Istilah yang pernah dimasyhurkan oleh Mochtar Lubis pada orasinya yang bagus itu, adalah ABS (asal bapak senang), berlanjut dengan istilah lain antara bapakisme dan ABG (anak bapak gua), yang semuanya dihubungkan dengan kelakuan-kelakuan norak, korupsi: maling duit negara buat foya-foya dengan bini muda.

ADA lagi perkataan yang hebat sekali, terjadi dalam bahasa orang Indonesia, yang awalnya tersua dalam bahasa tulis Melayu berhuruf Latin, juga melintas dari tradisi gereja, yaitu perkataan yang dengan sendirinya dipahami dari sudut teologi Nasrani, menyangkut substansi ilahi dalam insani. Perkataan yang dimaksudkan adalah Tuan dan Tuhan.

Pemakai bahasa Indonesia semuanya mengerti bahwa perkataan tuan sifatnya insani, dan perkataan tuhan sifatnya ilahi. Artinya, walaupun dalam kata tuan diterangkan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia dengan beberapa catatan, antara lain: satu orang tempat mengabdi, dua yang memberi pekerjaan, tiga orang laki-laki yang patut dihormati, tetap saja dalamnya tidak mengandung pengertian ilahi.

Sebentar lagi kita akan melihat perubahan ejaan dari Tuan ke Tuhan dalam kitab suci Nasrani terjemahan Melayu dengan huruf Latin. Melalui itu dapat gerangan kita simpulkan bahwa pencarian ejaan yang lebih aktual untuk sebutan khusus bagi Isa Almasih dalam terjemahan bahasa Melayu beraksara Latin-yang bersumber dari injil asli bahasa Yunani untuk perkataan Kyrios-menjadi Tuhan dan sebelumnya Tuan, serta-merta telah melahirkan juga eksegesis yang jamak. Sebelum kita memeriksa bukti itu dengan membuka pelbagai versi terjemahan kitab suci Nasrani tersebut-semuanya masih tersimpan dengan rapi di perpustakaan Lembaga Alkitab Indonesia, yang sebagian fotokopinya kami sertakan di sini-patutlah terlebih dulu kita melihat juga bagaimana orang Nasrani sekarang mencatat perkataan Tuhan dalam kamus-kamusnya tentang gereja.

Agaknya buku pertama yang memberi keterangan tentang Tuhan dengan cara yang mungkin mengejutkan awam adalah Ensiklopedi Populer Gereja oleh Adolf Heuken SJ. Keterangannya di situ, Tuhan, “arti kata ‘Tuhan’ ada hubungannya dengan kata Melayu ‘tuan’ yang berarti atasan/penguasa/pemilik.” Ensiklopedia yang hanya satu jilid ini pertama terbit pada tahun 1976. Keterangan tersebut masih kita baca lagi dalam ensiklopedianya yang lebih paripurna, terdiri dari lima jilid, terbit pada tahun 1991, yaitu Ensiklopedi Gereja.

Melihat keterangan itu, dan melihat pula pemakaian kata Tuhan merupakan sesuatu yang mudasir dalam agama Kristen, maka boleh dibilang hal itu sepenuhnya merupakan masalah teologi Kristen. Sesuai data yang kita punyai, istilah Tuhan yang berasal dari kata Tuan, pertama hadir dalam peta kepustakaan Melayu beraksara Latin lewat terjemahan kitabsuci Nasrani tersebut. Perkataan ini dimaksudkan untuk mewakili sifat-sifat omnipresensi atas kata bahasa Yunani, Kyrios, dengan kaitannya pada tradisi Ibrani untuk kata Adon, Adonai, dengan aktualitas sebagai raja dalam kata Yahweh. Maka, memang akan membingungkan, jika orang membaca kitabsuci Nasrani terjemahan Indonesia. Dalam kitab pertama, Perjanjian Lama yang aslinya berbahasa Ibrani, untuk kata-kata Adonai dan Yahweh semua diterjemahkan menjadi Tuhan, sementara dalam kitab kedua, Perjanjian Baru, untuk kata Kyrios juga diterjemahkan menjadi Tuhan.

Dalam kitab suci Nasrani bahasa Melayu beraksara Latin terjemahan Brouwerius yang muncul pada tahun 1668, untuk kata yang dalam bahasa Yunaninya, Kyrios, dan sebutan ini diperuntukkan bagi Isa Almasih, diterjemahkannya menjadi tuan. Coba kita periksa itu dalam buku kelima Perjanjian Baru, dari bagian surat injili Paulus kepada umat di Roma. Kita baca bagian 1:1-4, yaitu, “Paulo Jesu Christo pounja hamba, Apostolo bapangil, bertsjerei pada Deos pounja Evangelio, (Nang dia daulou souda djandji derri Nabbi Nabbinja, dalam Sagrada Scriptoura). Derri Annanja lacki lacki (jang souda berjadi derri bidji David dalam daging: Jang dengan coassa souda caliatan jang Annac Deos, dalam Spirito yang bersaksiakan carna bangon derri matti) artinya Jesu Christon Tuan cami.”

Berhubung terjemahan Brouwerius ini dianggap sulit, antara lain banyaknya serapan kata bahasa Portugis, dan karenanya hanya mudah dipakai di kalangan komunitas bekas-bekas budak Portugis, para Mardijker, maka timbul gagasan orang-orang saleh di antara bedebah-bedebah VOC untuk menerjemahkan kembali seluruh bagian Alkitab: Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dengan bahasa Melayu yang benar-benar bagus. Tugas itu diserahkan kepada Melchior Leijdecker, pendeta tentara yang berlatar pendidikan kedokteran.

Melalui terjemahan Leijdecker-lah kita menemukan perubahan harafiah dari Tuan menjadi Tuhan. Dalam kitab terjemahannya ini, ‘Elkitab, ija itu segala suat Perdjandjian Lama dan Baharuw atas titah Segala Tuawan Pemarentah Kompanija, pada perikop yang sama dengan terjemahan Brouwerius di atas, teksnya adalah, “Pawlus sa’awrang hamba ‘Isaj ‘Elmeseih, Rasul jang terdoa, jang tasakuw akan memberita Indjil Allah, (Jang dihulu telah dedjandjinja awleh Nabijnja, didalam Suratan yang khudus). Akan Anaknja laki (jang sudah djadi deri beneh Daud atas perij daging: Jang telah detantukan Anakh Allah dengan kawasa atas perij Rohu-’Itakhdis, deri pada kabangkitan deri antara awrang mati,) janij ‘Isaj Elmeseih Tuhan kamij.”

Jelas, yang tadinya oleh Brouwerius diterjemahkan Tuan-sama dengan bahasa Portugis Senhor, Perancis Seigneur, Inggris Lord, Belanda Heere-melalui Leijdecker berubah menjadi Tuhan. Nanti pada abad-abad berikut, sepanjang 200 tahun, penerjemah Alkitab bahasa Melayu melanjutkan penemuan Leijdecker tersebut. Kini kata Tuhan yang mula-mula ditemukan Leijdecker untuk mewakili dua pengertian pelik insani & ilahi dalam teologi Kristen atas sosok Isa Almasih-masalah rumit yang memang telah menyebabkan gereja bertikai dan setelah itu melahirkan kredo-kredo: Nicea, Constantinopel, Chalcedon-akhirnya menjadi lema khas dalam bahasa Indonesia.

Apa yang dilakukan Leijdecker, mengapa Tuan menjadi Tuhan, merupakan masalah khas bahasa Indonesia. Hadirnya huruf ‘h’ dalam beberapa kata bahasa Indonesia, seperti ‘asut’ menjadi ‘hasut’, ‘utang’ menjadi ‘hutang’, ‘empas’ menjadi ‘hempas’, ‘silakan’ menjadi ‘silakan’, agaknya seiring dengan kasus nominatif dan singularis dalam tatabahasa Sansekerta ke Kawi dan Jawa. Misalnya tertulis ‘hana’ dibaca ‘ono’, ‘hapa’ dibaca ‘opo’. Di samping itu gagasan Leijdecker mengeja Tuhan untuk mengiring lafaz palatal ‘n’ dengan tepat. Banyak orang yang baru belajar Melayu, bekas budak Portugis asal Goa, terpengaruh Portugis, melafaz ‘n’ menjadi ‘ng’. Juga di Ambon, di pusat tujuan bangsa-bangsa Barat untuk memperoleh rempah-rempah, Tuan dibaca Tuang. Bahkan setelah Leijdecker mengeja Tuhan pun, orang Ambon tetap membacanya Tuang, sampai sekarang. Maka, di Ambon Tuang Ala berarti Tuhan Allah. Selain itu orang Kristen Ambon menyebut Allah Bapa sebagai Tete Manis, harafiahnya berarti ‘kakek yang baik’.

Leijdecker sendiri banyak melakukan kerancuan transliterasi atas kata-kata Melayu dari aksara Arab gundul ke Latin. Melalui contoh acuan perikop di atas, terlihat jelas, bahwa ia tidak mengetahui ketentuan menulis kata-kata Melayu dalam aksara Arab gundul. Umpamanya, agar ‘w’ dan ‘y’ berbunyi ‘o’ dan ‘i’ di depannya harus dipasang alif. Contohnya ‘orang’ adalah (), ‘oleh’ adalah (), ‘itu’ adalah ().

Sudah tentu terjemahan Leijdecker itu tidak mudah dipahami oleh pembaca awam. Karenanya, di abad berikut, di zaman penjajahan Inggris, timbul gagasan untuk merevisi terjemahan Leijdecker tersebut. Robert Hutchings, pastor gereja Anglikan, menghitung sekitar 10.000 kata yang diacu Leijdecker itu tidak tersua dalam kamus Melayu karya William Marsden yang standar baru itu. Terjemahan revisi ini terbit pada tahun 1817, dicetak di Serampura, India.

Sebelum itu, dua tahun setelah Gubernur Jenderal Inggris Raffles, menggantikan kedudukan Gubernur Jenderal Belanda Janssens, telah datang seorang zending dari lembaga London Missionary Society, yaitu William Milne, ke Malaka menemui Abdullah bin Abdulkadir Munsyi, meminta bantuannya untuk merevisi terjemahan Leijdecker. Lalu, bersama Claudius Thomsen, mereka mengerjakan revisi atas terjemahan Leijdecker tersebut. Abdullah bin Abdulkadir Munsyi merasa terganjel khususnya pada sebutan ‘bapa’ kepada Allah, dan ‘anak Allah’ kepada Isa Almasih. Memang, perkataan itu dipahami pihak Nasrani sebagai acuan teologis, bukan antropologis, untuk mengaktualkan hakikat masyiah dari leluri Ibrani, yang berkonteks diurapi dan bangkit dari kematian.

Setelah itu masih dilakukan lagi revisi-revisi terjemahan Melayu atas kitabsuci Nasrani tersebut oleh pihak zending Inggris. Yang berikut dipimpin oleh Benjamin Keasberry, dan karyanya itu dibantu pula oleh Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Revisi terjemahan ini terbit pada tahun 1852, dicetak di Singapura.

Namun, di antara sekian banyak revisi yang dikerjakan sepanjang abad ke-19 sampai abad ke-20, bahkan sampai bahasa Melayu menjadi bahasa kebangsaan Indonesia, terlihat dengan jelas, bahwa lema yang digagas Leijdecker untuk menyebut Isa Almasih, Tuhan, telah terus terpakai. Penyusun kamus di abad ke-19 pun membakukannya sebagai lema tersendiri di luar Tuan.

Terjemahan kitabsuci Nasrani yang dianggap tertib bahasa Melayunya adalah yang dikerjakan Klinkert. Ia membakukan Tuhan dalam kitab terjemahan itu menurut pengertian yang sama dengan bahasa sekarang. Klinkert menulis dua versi, yaitu edisi Melayu rendah, Wasijat Yang Baroe, terbit pada tahun 1875; dan edisi Melayu tinggi, Kitaboe’lkoedoes, terbit pada tahun 1879. Versi yang kedua ini merupakan kitab yang paling populer di Minahasa. Di Minahasalah tempat lahirnya gereja protestan yang berorientasi kebangsaan, lima tahun setelah Sumpah pemuda, yaitu KGPM.

Kini, secara linguistik, tidak ada masalah bagi kata Tuhan yang muradif dengan pengertian ilahi. Nama ini pun sudah maktub dalam Pancasila. Yang tidak kurang melahirkan pertanyaan, mengapa sila pertama itu berbunyi ‘ketuhanan yang mahaesa’, ‘bukan ‘Tuhan yang mahaesa’ saja. Dengan ‘ketuhanan’, terkesan seakan-akan ada banyak Tuhan di Indonesia, tapi hanya satu Tuhan yang mesti disembah. Memang, dalam kalimat ini kita meraba adanya kompromi politis dari pendiri-pendiri republik. Tidak muncul diskusi bahasa mengenai hal itu sebelum amandemen yang lalu.

TAPI, agaknya bukan itu masalah paling menarik saat ini menyangkut kata Bapak dan Tuhan. Yang paling menarik saat ini adalah menyaksikan Bapak-Bapak-yang duduk di eksekutif, legislatif, yudikatif-yang kelihatannya sudah tidak takut lagi kepada Tuhan. Sudah ketahuan korupsi atau menerima suap, masih berani bersumpah demi nama Tuhan bahwa mereka bersih. Lebih celaka lagi, sudah divonis pun oleh pengadilan, masih ngotot menganggap diri tidak bersalah. Malahan Bapak-Bapak separtai pun membela mati-matian kepada Bapak ketua partai. Yang dilakukan oleh Bapak-Bapak separtai terhadap Bapak ketua partai adalah suatu ‘solidaritas dalam kebersalahan’. Astaga, Bapak-Bapak yang sudah tidak takut lagi kepada Tuhan itu, mengira bahwa Tuhan tidak melihat dusta dan tipunya itu, agaknya sedang mengubah kualitas bangsa menjadi bangsat!

Sumber: http://smystery.wordpress.com/2008/07/20/asal-kata-tuhan/
HAHAHAHA
ASAL USUL KATA "TUHAN" 581260 ASAL USUL KATA "TUHAN" 581260 ASAL USUL KATA "TUHAN" 581260 ASAL USUL KATA "TUHAN" 581260 ASAL USUL KATA "TUHAN" 581260
KATA TUHAN TERNYATA PLESETAN DARI KATA TUAN
AH ITU MAH PEMBELAAN DARI ORANG KRISTEN SENDIRI, BIAR YANG DALAM AL KITABNYA BILA ADA KATA "TUAN" BISA BERARTI "TUHAN"
LO GOBLOK NGASIH REFERENSI SEPERTI INI
KLO KATA TUHAN BERASAL DARI PLESETAN
BERARTI KATA TUHAN TADINYA TIDAK ADA
yang berserah diri
yang berserah diri
BLUE MEMBERS
BLUE MEMBERS

Male
Number of posts : 903
Location : BUMI ALLAH SWT
Job/hobbies : MEMBERI PERINGATAN
Humor : A: kenapa yesus disalib?,,,|B: untuk menebus dosa| | A: salah | B: terus apa dong? | A: karena jalannya lambat|
Reputation : -1
Points : 5795
Registration date : 2011-01-16

Back to top Go down

ASAL USUL KATA "TUHAN" Empty Re: ASAL USUL KATA "TUHAN"

Post by lord jambrong Tue 03 May 2011, 6:51 pm

jadi yesus jadi tuhan cuma PLESETAN doang! ASAL USUL KATA "TUHAN" 581260 ASAL USUL KATA "TUHAN" 581260 good job tomjer
lord jambrong
lord jambrong
RED MEMBERS
RED MEMBERS

Male
Number of posts : 67
Location : dibukit zaitun nungguin sohib ane turun
Job/hobbies : melihat kekonyolan kresetan
Humor : kenapa adonan semen disembah kresten?
Reputation : 0
Points : 4918
Registration date : 2011-02-05

http://www.kekonyolanalkitab.blogspot.com

Back to top Go down

ASAL USUL KATA "TUHAN" Empty Re: ASAL USUL KATA "TUHAN"

Post by Mr.Zee Tue 03 May 2011, 7:05 pm

Maklum lah kan ayatnya 873 bukan ucapan yesus...bambahanya ngawur..!!
Misal ;

Bolehkah makan babi ?

a. Babi haram dimakan (Ulangan 14:8, Imamat 11:7, Yesaya 66:17).
b. Kata Paulus, semua daging binatang halal dimakan, tidak ada yang haram (I Korintus 6: 12, I Korintus 10:25, Kolose 2:16, I Timotius 4-5, Roma 14:17).

Ikut Yesus pa Paulus ya?

ASAL USUL KATA "TUHAN" 626304 ASAL USUL KATA "TUHAN" 626304 ASAL USUL KATA "TUHAN" 626304 ASAL USUL KATA "TUHAN" 626304 ASAL USUL KATA "TUHAN" 626304 ASAL USUL KATA "TUHAN" 357511
Mr.Zee
Mr.Zee
RED MEMBERS
RED MEMBERS

Number of posts : 11
Reputation : 0
Points : 4771
Registration date : 2011-05-01

Back to top Go down

ASAL USUL KATA "TUHAN" Empty Re: ASAL USUL KATA "TUHAN"

Post by Gak_Mau_DiSembah Tue 03 May 2011, 8:33 pm

Mr.Zee wrote:Maklum lah kan ayatnya 873 bukan ucapan yesus...bambahanya ngawur..!!
Misal ;

Bolehkah makan babi ?

a. Babi haram dimakan (Ulangan 14:8, Imamat 11:7, Yesaya 66:17).
b. Kata Paulus, semua daging binatang halal dimakan, tidak ada yang haram (I Korintus 6: 12, I Korintus 10:25, Kolose 2:16, I Timotius 4-5, Roma 14:17).

Ikut Yesus pa Paulus ya?

ASAL USUL KATA "TUHAN" 626304 ASAL USUL KATA "TUHAN" 626304 ASAL USUL KATA "TUHAN" 626304 ASAL USUL KATA "TUHAN" 626304 ASAL USUL KATA "TUHAN" 626304 ASAL USUL KATA "TUHAN" 357511

jelas ikut yg enak2 aja lah bro....
yg gak enak dan kuno gak usah diikutin....
ASAL USUL KATA "TUHAN" 581260

Btw,,, selamat bergabung Mr. Zee.....
ASAL USUL KATA "TUHAN" 706181
Gak_Mau_DiSembah
Gak_Mau_DiSembah
SILVER MEMBERS
SILVER MEMBERS

Female
Number of posts : 1054
Location : Calon Penghuni Surga
Job/hobbies : Masak ayam panggang, Yesus jgn minta yah....
Humor : dogma gereja: gak blh bantah, gak usah banyak nanya, telen aja..(kl ada yg salah) di edit aja... gtu aja kok repot!!!
Reputation : 2
Points : 5960
Registration date : 2011-02-08

Back to top Go down

ASAL USUL KATA "TUHAN" Empty Re: ASAL USUL KATA "TUHAN"

Post by Tom Jerry Wed 04 May 2011, 3:59 pm

Memang tidak ada istilah "Allah Yesus" (God Jesus), melainkan "Tuan Yesus" (Lord Jesus)... Namun demikian pengertian "Tuan" di sini merujuk kepada Yang Ilahi satu-satunya, Allah Israel, yakni "sang TUAN Allah", "YHWH Allah" (The LORD God-Kejadian 2:4) atau "Tuan YHWH", "Tuan sang TUAN", "Tuan ALLAH" (Lord GOD-Kejadian 15:2).

Bagaimana nasib kata "Tuhan"? Karena sudah terlanjur diterima sebagai kosa kata bahasa Indonesia, maka kita bisa samakan artinya dengan Allah atau Ilah atau Yang Ilahi satu-satunya....

Jadi, pengertian "Tuan Yesus" adalah Yesus yang adalah Penguasa tubuh, jiwa dan roh atau jiwa dan raga orang2 yang percaya kepada-Nya.

Loh, kalo begitu istilah "Tuhan Yesus" itu salah?
Kalau bahasa Inggrisnya menjadi "God Jesus" memang agak kurang lazim, namun khan "Jesus is God" (Yesus adalah Allah atau Yesus adalah Tuhan), maka istilah "Tuhan Yesus" cocok di telinga kita dan bisa kita terima dalam bahasa Indonesia sehari-hari, karena Yesus adalah Tuhan atau Allah...!!! Yesus adalah sang Tuan, Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja (Wahyu 17:14)...!!!
Tom Jerry
Tom Jerry
SILVER MEMBERS
SILVER MEMBERS

Male
Number of posts : 1829
Location : Jakarta
Job/hobbies : Cari kebenaran
Reputation : 11
Points : 7251
Registration date : 2010-09-21

Back to top Go down

ASAL USUL KATA "TUHAN" Empty Re: ASAL USUL KATA "TUHAN"

Post by musicman Wed 04 May 2011, 4:54 pm

Tom Jerry wrote:Memang tidak ada istilah "Allah Yesus" (God Jesus), melainkan "Tuan Yesus" (Lord Jesus)... Namun demikian pengertian "Tuan" di sini merujuk kepada Yang Ilahi satu-satunya, Allah Israel, yakni "sang TUAN Allah", "YHWH Allah" (The LORD God-Kejadian 2:4) atau "Tuan YHWH", "Tuan sang TUAN", "Tuan ALLAH" (Lord GOD-Kejadian 15:2).

Bagaimana nasib kata "Tuhan"? Karena sudah terlanjur diterima sebagai kosa kata bahasa Indonesia, maka kita bisa samakan artinya dengan Allah atau Ilah atau Yang Ilahi satu-satunya....

Jadi, pengertian "Tuan Yesus" adalah Yesus yang adalah Penguasa tubuh, jiwa dan roh atau jiwa dan raga orang2 yang percaya kepada-Nya.

Loh, kalo begitu istilah "Tuhan Yesus" itu salah?
Kalau bahasa Inggrisnya menjadi "God Jesus" memang agak kurang lazim, namun khan "Jesus is God" (Yesus adalah Allah atau Yesus adalah Tuhan), maka istilah "Tuhan Yesus" cocok di telinga kita dan bisa kita terima dalam bahasa Indonesia sehari-hari, karena Yesus adalah Tuhan atau Allah...!!! Yesus adalah sang Tuan, Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja (Wahyu 17:14)...!!!

Ini nanya lagi neeeh jawab yang bener...
ADONAY itu artinya TUAN ato TUHAN

Tuan tanpa divination ya....ngerti gak artinya?

saya nanya itu aja............

ayo tom....Coba jawab....
musicman
musicman
SILVER MEMBERS
SILVER MEMBERS

Number of posts : 2736
Reputation : 7
Points : 7766
Registration date : 2011-01-04

Back to top Go down

ASAL USUL KATA "TUHAN" Empty Re: ASAL USUL KATA "TUHAN"

Post by yang berserah diri Wed 04 May 2011, 10:07 pm

Tom Jerry wrote:Memang tidak ada istilah "Allah Yesus" (God Jesus), melainkan "Tuan Yesus" (Lord Jesus)... Namun demikian pengertian "Tuan" di sini merujuk kepada Yang Ilahi satu-satunya, Allah Israel, yakni "sang TUAN Allah", "YHWH Allah" (The LORD God-Kejadian 2:4) atau "Tuan YHWH", "Tuan sang TUAN", "Tuan ALLAH" (Lord GOD-Kejadian 15:2).

Bagaimana nasib kata "Tuhan"? Karena sudah terlanjur diterima sebagai kosa kata bahasa Indonesia, maka kita bisa samakan artinya dengan Allah atau Ilah atau Yang Ilahi satu-satunya....

Jadi, pengertian "Tuan Yesus" adalah Yesus yang adalah Penguasa tubuh, jiwa dan roh atau jiwa dan raga orang2 yang percaya kepada-Nya.

Loh, kalo begitu istilah "Tuhan Yesus" itu salah?
Kalau bahasa Inggrisnya menjadi "God Jesus" memang agak kurang lazim, namun khan "Jesus is God" (Yesus adalah Allah atau Yesus adalah Tuhan), maka istilah "Tuhan Yesus" cocok di telinga kita dan bisa kita terima dalam bahasa Indonesia sehari-hari, karena Yesus adalah Tuhan atau Allah...!!! Yesus adalah sang Tuan, Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja (Wahyu 17:14)...!!!

sejak kapan tuan bisa dikatakan ilahi?
klo gtu misalkan gw blng, "kepada tuan kepala negara yg terhormat, silahkan berpidato sekarang",,,, apakah artinya kepala negara tersebut tuhan?
trus lo tuliskan YHWH, lo tau gk bahasa Ibraninya YHWH?
yang berserah diri
yang berserah diri
BLUE MEMBERS
BLUE MEMBERS

Male
Number of posts : 903
Location : BUMI ALLAH SWT
Job/hobbies : MEMBERI PERINGATAN
Humor : A: kenapa yesus disalib?,,,|B: untuk menebus dosa| | A: salah | B: terus apa dong? | A: karena jalannya lambat|
Reputation : -1
Points : 5795
Registration date : 2011-01-16

Back to top Go down

ASAL USUL KATA "TUHAN" Empty Re: ASAL USUL KATA "TUHAN"

Post by BOTELHEM Wed 04 May 2011, 10:16 pm

Mr.Zee wrote:Maklum lah kan ayatnya 873 bukan ucapan yesus...bambahanya ngawur..!!
Misal ;

Bolehkah makan babi ?

a. Babi haram dimakan (Ulangan 14:8, Imamat 11:7, Yesaya 66:17).
b. Kata Paulus, semua daging binatang halal dimakan, tidak ada yang haram (I Korintus 6: 12, I Korintus 10:25, Kolose 2:16, I Timotius 4-5, Roma 14:17).

Ikut Yesus pa Paulus ya?

ASAL USUL KATA "TUHAN" 626304 ASAL USUL KATA "TUHAN" 626304 ASAL USUL KATA "TUHAN" 626304 ASAL USUL KATA "TUHAN" 626304 ASAL USUL KATA "TUHAN" 626304 ASAL USUL KATA "TUHAN" 357511

Wah Bro, gak berenti2 jalannya, gak capek jalannya...??ehhe
salam kenal dr saya..
ASAL USUL KATA "TUHAN" 280186
BOTELHEM
BOTELHEM
MUSLIM
MUSLIM

Male
Number of posts : 2632
Location : -Dunia Maya-
Humor : Jesus vs ALLAH..mana yg menang..??
Reputation : 8
Points : 7796
Registration date : 2010-10-09

http://laskarislam.indonesianforum.net/

Back to top Go down

ASAL USUL KATA "TUHAN" Empty Re: ASAL USUL KATA "TUHAN"

Post by Tom Jerry Thu 05 May 2011, 5:25 pm

musicman wrote:Ini nanya lagi neeeh jawab yang bener...
ADONAY itu artinya TUAN ato TUHAN

Tuan tanpa divination ya....ngerti gak artinya?

saya nanya itu aja............

ayo tom....Coba jawab....

ADONAY artinya Tuan... yang luas pemakaiannya... seperti di Kejadian 15:2 di mana Adonay YHWH diterjemahkan jadi Lord GOD (Tuan ALLAH, hanya LAI menerjemahkannya Tuhan ALLAH).
Tom Jerry
Tom Jerry
SILVER MEMBERS
SILVER MEMBERS

Male
Number of posts : 1829
Location : Jakarta
Job/hobbies : Cari kebenaran
Reputation : 11
Points : 7251
Registration date : 2010-09-21

Back to top Go down

ASAL USUL KATA "TUHAN" Empty Re: ASAL USUL KATA "TUHAN"

Post by musicman Thu 05 May 2011, 6:30 pm

Tom Jerry wrote:
musicman wrote:Ini nanya lagi neeeh jawab yang bener...
ADONAY itu artinya TUAN ato TUHAN

Tuan tanpa divination ya....ngerti gak artinya?

saya nanya itu aja............

ayo tom....Coba jawab....

ADONAY artinya Tuan... yang luas pemakaiannya... seperti di Kejadian 15:2 di mana Adonay YHWH diterjemahkan jadi Lord GOD (Tuan ALLAH, hanya LAI menerjemahkannya Tuhan ALLAH).

Ini versi bible yang tidak setuju setuju L'adoni =Tuhan ...lord = huruf kecil
Coba lihat bible versi :

Revised Standard Version
http://bible.oremus.org/?passage=psalms+110
New English Bible
http://www.bible.org/netbible/index.htm
(cari Psalms 110:1)

saya mo tanya TOM.....

ikut bible yang mana? setuju KJV ...dan kawan2 ....

atau setuju RSV dan New English bible??




ASAL USUL KATA "TUHAN" 994211
aduh...saya kok kalo diskusi dengan kristen...suka tertawa sendiri..serius
musicman
musicman
SILVER MEMBERS
SILVER MEMBERS

Number of posts : 2736
Reputation : 7
Points : 7766
Registration date : 2011-01-04

Back to top Go down

ASAL USUL KATA "TUHAN" Empty Re: ASAL USUL KATA "TUHAN"

Post by yang berserah diri Thu 05 May 2011, 8:56 pm

si tom gk bisa jawab pertanyaan gw
kalau pun menjawab nanti tidak akan masuk logika alasannya
yang berserah diri
yang berserah diri
BLUE MEMBERS
BLUE MEMBERS

Male
Number of posts : 903
Location : BUMI ALLAH SWT
Job/hobbies : MEMBERI PERINGATAN
Humor : A: kenapa yesus disalib?,,,|B: untuk menebus dosa| | A: salah | B: terus apa dong? | A: karena jalannya lambat|
Reputation : -1
Points : 5795
Registration date : 2011-01-16

Back to top Go down

ASAL USUL KATA "TUHAN" Empty Re: ASAL USUL KATA "TUHAN"

Post by Tom Jerry Fri 06 May 2011, 12:52 pm

musicman wrote:
Tom Jerry wrote:
musicman wrote:Ini nanya lagi neeeh jawab yang bener...
ADONAY itu artinya TUAN ato TUHAN

Tuan tanpa divination ya....ngerti gak artinya?

saya nanya itu aja............

ayo tom....Coba jawab....

ADONAY artinya Tuan... yang luas pemakaiannya... seperti di Kejadian 15:2 di mana Adonay YHWH diterjemahkan jadi Lord GOD (Tuan ALLAH, hanya LAI menerjemahkannya Tuhan ALLAH).

Ini versi bible yang tidak setuju setuju L'adoni =Tuhan ...lord = huruf kecil
Coba lihat bible versi :

Revised Standard Version
http://bible.oremus.org/?passage=psalms+110
New English Bible
http://www.bible.org/netbible/index.htm
(cari Psalms 110:1)

saya mo tanya TOM.....

ikut bible yang mana? setuju KJV ...dan kawan2 ....

atau setuju RSV dan New English bible??




ASAL USUL KATA "TUHAN" 994211
aduh...saya kok kalo diskusi dengan kristen...suka tertawa sendiri..serius
musicman wrote:Ini versi bible yang tidak setuju setuju L'adoni =Tuhan ...lord = huruf kecil
Coba lihat bible versi :

Revised Standard Version
http://bible.oremus.org/?passage=psalms+110
New English Bible
http://www.bible.org/netbible/index.htm
(cari Psalms 110:1)

saya mo tanya TOM.....

ikut bible yang mana? setuju KJV ...dan kawan2 ....

atau setuju RSV dan New English bible??
The LORD said unto my Lord, Sit thou at my right hand, until I make thine enemies thy footstool. (KJV)
The Lord says to my lord, ‘Sit at my right hand until I make your enemies your footstool.’ (New RSV)
Here is the Lord’s proclamation to my lord: “Sit down at my right hand until I make your enemies your footstool!” (NET)

Terjemahan yang benar adalah versi New RSV dan NET, yaitu "my lord" (huruf kecil) dari kata Ibrani "ladoni"... Namun demikian ngak pengaruh banget, karena Lord (huruf besar) ngak selalu utk Tuhan, tetapi juga gelar untuk pangeran atau bangsawan (manusia)...

"lord" >> for human
"Lord" >> for divine (God) and human


lord

–noun
1. a person who has authority, control, or power over others; a master, chief, or ruler.
2. a person who exercises authority from property rights; an owner of land, houses, etc.
3. a person who is a leader or has great influence in a chosen profession: the great lords of banking.


World English Dictionary

lord

— n
1. a person who has power or authority over others, such as a monarch or master
2. a male member of the nobility, esp in Britain
3. Compare lady (in medieval Europe) a feudal superior, esp the master of a manor
4. a husband considered as head of the household (archaic except in the facetious phrase lord and master )
5. astrology a planet having a dominating influence
6. my lord a respectful form of address used to a judge, bishop, or nobleman

— vb
7. rare ( tr ) to make a lord of (a person)
8. to act in a superior manner towards (esp in the phrase lord it over )


Lord

— n
1. a title given to God or Jesus Christ
2. ( Brit )
a. a title given to men of high birth, specifically to an earl, marquess, baron, or viscount
b. a courtesy title given to the younger sons of a duke or marquess
c. the ceremonial title of certain high officials or of a bishop or archbishop: Lord Mayor ; Lord of Appeal ; Law Lord ; Lord Bishop of Durham

— interj
3. ( sometimes not capital ) an exclamation of dismay, surprise, etc: Good Lord! ; Lord only knows!

Tom Jerry
Tom Jerry
SILVER MEMBERS
SILVER MEMBERS

Male
Number of posts : 1829
Location : Jakarta
Job/hobbies : Cari kebenaran
Reputation : 11
Points : 7251
Registration date : 2010-09-21

Back to top Go down

ASAL USUL KATA "TUHAN" Empty Re: ASAL USUL KATA "TUHAN"

Post by Tom Jerry Fri 06 May 2011, 1:26 pm

yang berserah diri wrote:
Tom Jerry wrote:Memang tidak ada istilah "Allah Yesus" (God Jesus), melainkan "Tuan Yesus" (Lord Jesus)... Namun demikian pengertian "Tuan" di sini merujuk kepada Yang Ilahi satu-satunya, Allah Israel, yakni "sang TUAN Allah", "YHWH Allah" (The LORD God-Kejadian 2:4) atau "Tuan YHWH", "Tuan sang TUAN", "Tuan ALLAH" (Lord GOD-Kejadian 15:2).

Bagaimana nasib kata "Tuhan"? Karena sudah terlanjur diterima sebagai kosa kata bahasa Indonesia, maka kita bisa samakan artinya dengan Allah atau Ilah atau Yang Ilahi satu-satunya....

Jadi, pengertian "Tuan Yesus" adalah Yesus yang adalah Penguasa tubuh, jiwa dan roh atau jiwa dan raga orang2 yang percaya kepada-Nya.

Loh, kalo begitu istilah "Tuhan Yesus" itu salah?
Kalau bahasa Inggrisnya menjadi "God Jesus" memang agak kurang lazim, namun khan "Jesus is God" (Yesus adalah Allah atau Yesus adalah Tuhan), maka istilah "Tuhan Yesus" cocok di telinga kita dan bisa kita terima dalam bahasa Indonesia sehari-hari, karena Yesus adalah Tuhan atau Allah...!!! Yesus adalah sang Tuan, Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja (Wahyu 17:14)...!!!

sejak kapan tuan bisa dikatakan ilahi?
klo gtu misalkan gw blng, "kepada tuan kepala negara yg terhormat, silahkan berpidato sekarang",,,, apakah artinya kepala negara tersebut tuhan?
trus lo tuliskan YHWH, lo tau gk bahasa Ibraninya YHWH?
lord (tuan)

–noun (kata benda)
1. a person who has authority, control, or power over others; a master, chief, or ruler.
(1. seseorang/pribadi yang memiliki otoritas/wewenang, atau kuasa atas orang2 lain; seorang guru kepala, seorang kepala, atau seorang penguasa.)
2. a person who exercises authority from property rights; an owner of land, houses, etc.
(2. seseorang/pribadi yang melakukan otoritas/wewenang dari hak-hak harta benda; seorang pemilik tanah, rumah, dll.)
3. a person who is a leader or has great influence in a chosen profession: the great lords of banking.
(3. seseorang/pribadi yang merupakan seorang pemimpin atau memiliki pengaruh besar dalam suatu profesi terpilih: kepala perbankan.)

Mengingat TUHAN adalah penguasa langit dan bumi, pemilik alam semesta ini, maka TUHAN disebut juga The Lord (pakai "The"), (Sang) Tuan, maksudnya Penguasa satu-satunya ("The") yang berkuasa atas manusia, binatang, tumbuh2an, dan alam sekitarnya, bahkan langit dan bumi dan seluruh alam semesta. Contoh pemakaian "The": The Sun (Sang Matahari satu-satunya), The Moon (Sang Bulan satu-satunya), The Earth (Sang Bumi satu-satunya). Terjemahan yang benar (bahasa Indo) dari The Lord adalah Tuan, namun karena seorang Belanda terlanjur menambahkan konsonan "h" menjadi Tuhan, ya ngak apa-apa kita terima Tuhan sebagai = Sesembahan (Allah atau Ilah), Yang Ilahi, Yang Mahaesa, Yang Mahasuci, Yang Mahatinggi...

YHWH = YHVH = Lord = יֱהוִה֙ (Ibrani) = Yah·weh

י Yodh "Y"
ה He "H"
ו Waw "W"/“V” atau pengganti vokal "O"/"U" vowel
ה He "H" (atau sering sebuah huruf bisu pada akhir kata)
Tom Jerry
Tom Jerry
SILVER MEMBERS
SILVER MEMBERS

Male
Number of posts : 1829
Location : Jakarta
Job/hobbies : Cari kebenaran
Reputation : 11
Points : 7251
Registration date : 2010-09-21

Back to top Go down

ASAL USUL KATA "TUHAN" Empty Re: ASAL USUL KATA "TUHAN"

Post by Tom Jerry Fri 06 May 2011, 1:52 pm

Oh ya,

Seorang kepala Uskup (Bishop) di Inggris disebut juga Tuan (Lord).... dengan huruf besar.


Lord

— n
1. a title given to God or Jesus Christ
2. ( Brit )
a. a title given to men of high birth, specifically to an earl, marquess, baron, or viscount
b. a courtesy title given to the younger sons of a duke or marquess
c. the ceremonial title of certain high officials or of a bishop or archbishop: Lord Mayor ; Lord of Appeal ; Law Lord ; Lord Bishop of Durham
Tom Jerry
Tom Jerry
SILVER MEMBERS
SILVER MEMBERS

Male
Number of posts : 1829
Location : Jakarta
Job/hobbies : Cari kebenaran
Reputation : 11
Points : 7251
Registration date : 2010-09-21

Back to top Go down

ASAL USUL KATA "TUHAN" Empty Re: ASAL USUL KATA "TUHAN"

Post by yang berserah diri Fri 06 May 2011, 6:21 pm

Tom Jerry wrote:
yang berserah diri wrote:
Tom Jerry wrote:Memang tidak ada istilah "Allah Yesus" (God Jesus), melainkan "Tuan Yesus" (Lord Jesus)... Namun demikian pengertian "Tuan" di sini merujuk kepada Yang Ilahi satu-satunya, Allah Israel, yakni "sang TUAN Allah", "YHWH Allah" (The LORD God-Kejadian 2:4) atau "Tuan YHWH", "Tuan sang TUAN", "Tuan ALLAH" (Lord GOD-Kejadian 15:2).

Bagaimana nasib kata "Tuhan"? Karena sudah terlanjur diterima sebagai kosa kata bahasa Indonesia, maka kita bisa samakan artinya dengan Allah atau Ilah atau Yang Ilahi satu-satunya....

Jadi, pengertian "Tuan Yesus" adalah Yesus yang adalah Penguasa tubuh, jiwa dan roh atau jiwa dan raga orang2 yang percaya kepada-Nya.

Loh, kalo begitu istilah "Tuhan Yesus" itu salah?
Kalau bahasa Inggrisnya menjadi "God Jesus" memang agak kurang lazim, namun khan "Jesus is God" (Yesus adalah Allah atau Yesus adalah Tuhan), maka istilah "Tuhan Yesus" cocok di telinga kita dan bisa kita terima dalam bahasa Indonesia sehari-hari, karena Yesus adalah Tuhan atau Allah...!!! Yesus adalah sang Tuan, Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja (Wahyu 17:14)...!!!

sejak kapan tuan bisa dikatakan ilahi?
klo gtu misalkan gw blng, "kepada tuan kepala negara yg terhormat, silahkan berpidato sekarang",,,, apakah artinya kepala negara tersebut tuhan?
trus lo tuliskan YHWH, lo tau gk bahasa Ibraninya YHWH?
lord (tuan)

–noun (kata benda)
1. a person who has authority, control, or power over others; a master, chief, or ruler.
(1. seseorang/pribadi yang memiliki otoritas/wewenang, atau kuasa atas orang2 lain; seorang guru kepala, seorang kepala, atau seorang penguasa.)
2. a person who exercises authority from property rights; an owner of land, houses, etc.
(2. seseorang/pribadi yang melakukan otoritas/wewenang dari hak-hak harta benda; seorang pemilik tanah, rumah, dll.)
3. a person who is a leader or has great influence in a chosen profession: the great lords of banking.
(3. seseorang/pribadi yang merupakan seorang pemimpin atau memiliki pengaruh besar dalam suatu profesi terpilih: kepala perbankan.)

Mengingat TUHAN adalah penguasa langit dan bumi, pemilik alam semesta ini, maka TUHAN disebut juga The Lord (pakai "The"), (Sang) Tuan, maksudnya Penguasa satu-satunya ("The") yang berkuasa atas manusia, binatang, tumbuh2an, dan alam sekitarnya, bahkan langit dan bumi dan seluruh alam semesta. Contoh pemakaian "The": The Sun (Sang Matahari satu-satunya), The Moon (Sang Bulan satu-satunya), The Earth (Sang Bumi satu-satunya). Terjemahan yang benar (bahasa Indo) dari The Lord adalah Tuan, namun karena seorang Belanda terlanjur menambahkan konsonan "h" menjadi Tuhan, ya ngak apa-apa kita terima Tuhan sebagai = Sesembahan (Allah atau Ilah), Yang Ilahi, Yang Mahaesa, Yang Mahasuci, Yang Mahatinggi...

YHWH = YHVH = Lord = יֱהוִה֙ (Ibrani) = Yah·weh

י Yodh "Y"
ה He "H"
ו Waw "W"/“V” atau pengganti vokal "O"/"U" vowel
ה He "H" (atau sering sebuah huruf bisu pada akhir kata)
coba lo balik 180 derajat tulisan yahweh itu
maka akan terlihat jelas siapakah yahweh yg dimaksud
ASAL USUL KATA "TUHAN" 796688 ASAL USUL KATA "TUHAN" 796688 ASAL USUL KATA "TUHAN" 796688 ASAL USUL KATA "TUHAN" 796688
yang berserah diri
yang berserah diri
BLUE MEMBERS
BLUE MEMBERS

Male
Number of posts : 903
Location : BUMI ALLAH SWT
Job/hobbies : MEMBERI PERINGATAN
Humor : A: kenapa yesus disalib?,,,|B: untuk menebus dosa| | A: salah | B: terus apa dong? | A: karena jalannya lambat|
Reputation : -1
Points : 5795
Registration date : 2011-01-16

Back to top Go down

ASAL USUL KATA "TUHAN" Empty Re: ASAL USUL KATA "TUHAN"

Post by hakeem Tue 19 Jul 2011, 5:50 pm

Trinitas dan Ketuhanan Yesus tidak bisa dipahami, hanya bisa ter-imani dengan pertolongan dari Roh Kudus… Ini adalah iman, ini adalah kepercayaan… Namun demikian jika iman atau kepercayaan ini tidak bisa dipahami, bukanlah berarti Allah SWT yang ada di Islam pastilah Tuhan…!!
-----------
Tuhan menciptakan Bunda Maria sebagai medianya untuk turun ke dunia. Melalui perantaraan Roh Kudus, Bunda Maria mengandung benih Tuhan. Yesus yang dianggap Tuhan dalam bentuk manusia perlu dikandung 9 bulan lamanya. Perlu diberi makan. Perlu diberi minum. Dan pada akhirnya, setelah 30-an tahun lamanya berada di tengah-tengah manusia, Tuhan dalam bentuk manusia tadi, perlu dihukum di kayu salib sebagai penebusan dosa manusia. Dari peristiwa itu, disimpulkanlah bahwa Tuhan itu terdiri dari 3 oknum, yakni Bapa, Anak (Yesus), dan Roh Kudus.
Sungguh suatu hal yang tidak bisa dipahami. ASAL USUL KATA "TUHAN" 416135 😕 :scratch: No Question
hakeem
hakeem
BLUE MEMBERS
BLUE MEMBERS

Number of posts : 193
Reputation : 1
Points : 4874
Registration date : 2011-07-17

Back to top Go down

ASAL USUL KATA "TUHAN" Empty Re: ASAL USUL KATA "TUHAN"

Post by Sponsored content


Sponsored content


Back to top Go down

Back to top

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum