Similar topics
Latest topics
Most Viewed Topics
Most active topic starters
kuku bima | ||||
admin | ||||
kermit katak lucu | ||||
hamba tuhan | ||||
feifei_fairy | ||||
paulusjancok | ||||
agus | ||||
gusti_bara | ||||
Muslim binti Muskitawati | ||||
Bejat |
Most active topics
MILIS MURTADIN_KAFIRUN
MURTADIN KAFIRUNexMUSLIM INDONESIA BERJAYA12 Oktober Hari Murtad Dari Islam Sedunia Menyongsong Punahnya Islam
Wadah syiar Islam terlengkap & terpercaya, mari sebarkan selebaran artikel yang sesungguhnya tentang si Pelacur Alloh Swt dan Muhammad bin Abdullah yang MAHA TERKUTUK itu ke dunia nyata!!!!
Who is online?
In total there are 90 users online :: 0 Registered, 0 Hidden and 90 Guests :: 2 BotsNone
Most users ever online was 354 on Wed 26 May 2010, 4:49 pm
Social bookmarking
Bookmark and share the address of MURTADINKAFIRUN on your social bookmarking website
Bookmark and share the address of MURTADIN_KAFIRUN on your social bookmarking website
KEJUJURAN RASULULLAH
3 posters
Page 1 of 1
KEJUJURAN RASULULLAH
Kejujuran Rasulullah Ketika bulan Rajab hadir, nyaris seluruh umat Islam teringat akan peristiwa isra' dan mi'rajnya Rasulullah Saw. Yaitu, peristiwa hilangnya kanjeng Rasul Saw. di separuh malam dan kembali dengan membawa 'pesan' dari Sidratul Muntaha untuk menunaikan sholat lima waktu. Kejadian 'wisata' malam itu merupakan ujian untuk umat Islam. Seberapa besarkah keyakinan meraka terhadap kejujuran Rasulullah Saw. dan risalah yang dibawanya? Ya, 'wisata' itu bukan hanya bagian dari mukjizat Rasulullah, tapi juga bagian dari 'penyeleksian' keimanan umat Islam, baik mereka yang mendengar cerita Rasulullah secara langsung maupun mereka yang tak bertemu, namun hidup di zaman yang serba ingin membuktikan segala hal yang tak mungkin menurut akal mereka, tapi pernah terjadi di masa-masa sebelumnya.
Ternyata, 'penyeleksian' keimanan itu pun menuai banyak hasil. Ada yang semakin taat dan percaya kepada Rasulullah, bahkan ada yang menyatakan bahwa lebih dari itu pun mereka sangat mempercayainya. Namun, tak sedikit juga 'vonis' keras datang dengan menegaskan bahwa 'wisata' Rasulullah malam itu hanya cerita 'fiktif' belaka, sehingga mereka pun menjadi kafir. Sungguh, 'penyeleksian' keimanan yang selektif terjadi saat membawa 'pesan' shalat lima waktu.
Kini, yang perlu menjadi pusat perhatiaan umat Islam hanya satu. Yaitu, pentingnya kejujuran. Kenapa Abu Bakar begitu meyakini cerita 'wisata' Rasulullah dari Mesjdil haram ke Mesjidil Aqsha kemudian dilanjutkan naik ke langit ketujuh dengan mengenderai Buraq dan 'bertemu' dengan Allah di Sidratul Muntaha? Jawabannya hanya satu, karena 'buah' sifat jujur Rasulullah Saw.
Bukan cerita asing lagi bagaimana kejujuran Rasulullah sebelum diangkat menjadi Rasul. Seluruh orang Quraisy bahkan Abu Jahal, pembesar suku Quraisy sekalipun sangat mengakui kejujuran Rasulullah. "Inna la nukadzdzibuka wa lakin nukadzdzibu alladzi ji 'ta bihi" (Sesungguhnya kami tidak mendustaimu, hanya saja kami mendustai ajaran yang kamu bawa)", demikian komentar Abu Jahal akan kejujuran kanjeng Rasul Saw, Muhammad bin Abdullah di hadapan suku Quraisy.
Bahkan, jika dirunut lebih jauh dan mendalam. Khadijah, isteri Rasulullah Saw. yang selalu bersamanya, sungguh, sangat mengagumi kejujuran Rasulullah. Sehingga kata-kata kekagumannya itu pun muncul bak air mengalir ketika Rasulullah menerima wahyu pertama kali, "Absyir, pa waallahi la yukhjikaallahu abadan.fa waallahi innaka latashilurrahma wa tusyaddiqol haditsa" (Bergembiralah, Demi Allah, Dia tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Demi Allah, seseungguhnya kamu adalah orang yang senantiasa menjalin hubungan silaturrahmi dan selalu berkata benar)", ujar Khadijah sambil menenangkan Rasulullah yang begitu ketakutakan setelah bertemu Jibril di gua Hira.
Juga, Rasulullah Saw. sendiri pun mengakui akan kejujurannya. Pengakuan itu terjadi saat Abdullah bin Umar sedang menulis hadits yang baru didengarnya dari Rasulullah, dan ingin menghapalnya. Tiba-tiba datang beberapa orang dari suku Quraisy melarang dan menahannya untuk menulis. Kemudian mereka mengatakan, "Apa benar kamu sedang menulis hadits yang kamu dengar dari Rasulullah? Bukankah Rasulullah juga manusia yang berbicara saat marah dan senang?". Abdullah bin Umar pun berhenti menulis. Dengan rasa tak puas, ia datang menemui Rasulullah dan menceritakan apa yang terjadi. Dengan sigap Rasulullah Saw. berkata, "Uktub, fa waalladzi nafsi biyadihi ma kharaja minni illa haqqun (Tulislah, demi diriku dalam genggaman-Nya, apapun yang kuucapkan tidak lain adalah kebenaran)".
Subhanallah, sifat jujur Rasulullah Saw. bukan saja tampak dalam kondisi serius. Saat sedang bercanda, kanjeng Rasul Saw. pun tetap konsisten berperilaku jujur. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, bahwa datang seorang wanita yang sudah lansia menemui Rasulullah dan memohon agar didoakan masuk surga. Lantas Rasulullah Saw. menjawab, "Ya umma fulan, innal jannata la tadkhullah 'ajuzun (Wahai ibu, sungguh surga itu tidak akan dimasuki wanita tua)". Kontan, wanita tua itu menangis. Kemudian Rasulullah Saw berkata kembali, "Aku mendapat kabar bahwa tidak akan masuk surga wanita yang sudah tua, karena Allah mengatakan," Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta dan sebaya umurmya." (Qs. Al-Waaqi'ah [56]: 35-37). Seketika itu juga wanita yang menangis tadi pun tersenyum, dan mengetauhi bahwa di dalam surga tidak ada lagi yang tua, semuanya dijadikan muda.
Karena itu, Rasulullah senantiasa mengingatkan umatnya untuk selalu berkata jujur dan menjauhi sifat dusta. Rasulullah berpesan, "Berperilaku jujurlah kamu. Sesungguhnya kejujuran menuntun kepada kebaikan. Kebaikan menunjukkan jalan menuju surga. Setiap manusia yang selalu berkata jujur dan memilih kejujuran hingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Jauhi kamulah sifat sombong. Sesungguhnya kesombongan itu menuntun ke arah kedurhakaan. Kedurhakaan membawa ke neraka. Setiap manusia yang selalu berbohong dan memilih kebohongan hingga tertulis di sisi Allah sebagai pendusta."
Semoga dengan memperingati momentum 'wisata' isra' dan mi'rajnya Rasulullah Saw. kita dapat menempa diri menjadi manusia yang jujur. Karena mengikuti sifat Rasulullah adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim. “Katakanlah (wahai Muhammad): Jika kamu benar-benar mencintai Allah ikutilah aku, niscaya Allah akan mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” (Qs. Ali Imran [3] : 31). Rabbana Yahdiina
Ternyata, 'penyeleksian' keimanan itu pun menuai banyak hasil. Ada yang semakin taat dan percaya kepada Rasulullah, bahkan ada yang menyatakan bahwa lebih dari itu pun mereka sangat mempercayainya. Namun, tak sedikit juga 'vonis' keras datang dengan menegaskan bahwa 'wisata' Rasulullah malam itu hanya cerita 'fiktif' belaka, sehingga mereka pun menjadi kafir. Sungguh, 'penyeleksian' keimanan yang selektif terjadi saat membawa 'pesan' shalat lima waktu.
Kini, yang perlu menjadi pusat perhatiaan umat Islam hanya satu. Yaitu, pentingnya kejujuran. Kenapa Abu Bakar begitu meyakini cerita 'wisata' Rasulullah dari Mesjdil haram ke Mesjidil Aqsha kemudian dilanjutkan naik ke langit ketujuh dengan mengenderai Buraq dan 'bertemu' dengan Allah di Sidratul Muntaha? Jawabannya hanya satu, karena 'buah' sifat jujur Rasulullah Saw.
Bukan cerita asing lagi bagaimana kejujuran Rasulullah sebelum diangkat menjadi Rasul. Seluruh orang Quraisy bahkan Abu Jahal, pembesar suku Quraisy sekalipun sangat mengakui kejujuran Rasulullah. "Inna la nukadzdzibuka wa lakin nukadzdzibu alladzi ji 'ta bihi" (Sesungguhnya kami tidak mendustaimu, hanya saja kami mendustai ajaran yang kamu bawa)", demikian komentar Abu Jahal akan kejujuran kanjeng Rasul Saw, Muhammad bin Abdullah di hadapan suku Quraisy.
Bahkan, jika dirunut lebih jauh dan mendalam. Khadijah, isteri Rasulullah Saw. yang selalu bersamanya, sungguh, sangat mengagumi kejujuran Rasulullah. Sehingga kata-kata kekagumannya itu pun muncul bak air mengalir ketika Rasulullah menerima wahyu pertama kali, "Absyir, pa waallahi la yukhjikaallahu abadan.fa waallahi innaka latashilurrahma wa tusyaddiqol haditsa" (Bergembiralah, Demi Allah, Dia tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Demi Allah, seseungguhnya kamu adalah orang yang senantiasa menjalin hubungan silaturrahmi dan selalu berkata benar)", ujar Khadijah sambil menenangkan Rasulullah yang begitu ketakutakan setelah bertemu Jibril di gua Hira.
Juga, Rasulullah Saw. sendiri pun mengakui akan kejujurannya. Pengakuan itu terjadi saat Abdullah bin Umar sedang menulis hadits yang baru didengarnya dari Rasulullah, dan ingin menghapalnya. Tiba-tiba datang beberapa orang dari suku Quraisy melarang dan menahannya untuk menulis. Kemudian mereka mengatakan, "Apa benar kamu sedang menulis hadits yang kamu dengar dari Rasulullah? Bukankah Rasulullah juga manusia yang berbicara saat marah dan senang?". Abdullah bin Umar pun berhenti menulis. Dengan rasa tak puas, ia datang menemui Rasulullah dan menceritakan apa yang terjadi. Dengan sigap Rasulullah Saw. berkata, "Uktub, fa waalladzi nafsi biyadihi ma kharaja minni illa haqqun (Tulislah, demi diriku dalam genggaman-Nya, apapun yang kuucapkan tidak lain adalah kebenaran)".
Subhanallah, sifat jujur Rasulullah Saw. bukan saja tampak dalam kondisi serius. Saat sedang bercanda, kanjeng Rasul Saw. pun tetap konsisten berperilaku jujur. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, bahwa datang seorang wanita yang sudah lansia menemui Rasulullah dan memohon agar didoakan masuk surga. Lantas Rasulullah Saw. menjawab, "Ya umma fulan, innal jannata la tadkhullah 'ajuzun (Wahai ibu, sungguh surga itu tidak akan dimasuki wanita tua)". Kontan, wanita tua itu menangis. Kemudian Rasulullah Saw berkata kembali, "Aku mendapat kabar bahwa tidak akan masuk surga wanita yang sudah tua, karena Allah mengatakan," Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta dan sebaya umurmya." (Qs. Al-Waaqi'ah [56]: 35-37). Seketika itu juga wanita yang menangis tadi pun tersenyum, dan mengetauhi bahwa di dalam surga tidak ada lagi yang tua, semuanya dijadikan muda.
Karena itu, Rasulullah senantiasa mengingatkan umatnya untuk selalu berkata jujur dan menjauhi sifat dusta. Rasulullah berpesan, "Berperilaku jujurlah kamu. Sesungguhnya kejujuran menuntun kepada kebaikan. Kebaikan menunjukkan jalan menuju surga. Setiap manusia yang selalu berkata jujur dan memilih kejujuran hingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Jauhi kamulah sifat sombong. Sesungguhnya kesombongan itu menuntun ke arah kedurhakaan. Kedurhakaan membawa ke neraka. Setiap manusia yang selalu berbohong dan memilih kebohongan hingga tertulis di sisi Allah sebagai pendusta."
Semoga dengan memperingati momentum 'wisata' isra' dan mi'rajnya Rasulullah Saw. kita dapat menempa diri menjadi manusia yang jujur. Karena mengikuti sifat Rasulullah adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim. “Katakanlah (wahai Muhammad): Jika kamu benar-benar mencintai Allah ikutilah aku, niscaya Allah akan mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” (Qs. Ali Imran [3] : 31). Rabbana Yahdiina
agus- SILVER MEMBERS
-
Number of posts : 8588
Location : Everywhere but no where
Job/hobbies : Baca-baca
Humor : Shaggy yang malang
Reputation : 45
Points : 14640
Registration date : 2010-04-16
Re: KEJUJURAN RASULULLAH
agus wrote:Kejujuran Rasulullah Ketika bulan Rajab hadir, nyaris seluruh umat Islam teringat akan peristiwa isra' dan mi'rajnya Rasulullah Saw. Yaitu, peristiwa hilangnya kanjeng Rasul Saw. di separuh malam dan kembali dengan membawa 'pesan' dari Sidratul Muntaha untuk menunaikan sholat lima waktu. Kejadian 'wisata' malam itu merupakan ujian untuk umat Islam. Seberapa besarkah keyakinan meraka terhadap kejujuran Rasulullah Saw. dan risalah yang dibawanya? Ya, 'wisata' itu bukan hanya bagian dari mukjizat Rasulullah, tapi juga bagian dari 'penyeleksian' keimanan umat Islam, baik mereka yang mendengar cerita Rasulullah secara langsung maupun mereka yang tak bertemu, namun hidup di zaman yang serba ingin membuktikan segala hal yang tak mungkin menurut akal mereka, tapi pernah terjadi di masa-masa sebelumnya.
Ternyata, 'penyeleksian' keimanan itu pun menuai banyak hasil. Ada yang semakin taat dan percaya kepada Rasulullah, bahkan ada yang menyatakan bahwa lebih dari itu pun mereka sangat mempercayainya. Namun, tak sedikit juga 'vonis' keras datang dengan menegaskan bahwa 'wisata' Rasulullah malam itu hanya cerita 'fiktif' belaka, sehingga mereka pun menjadi kafir. Sungguh, 'penyeleksian' keimanan yang selektif terjadi saat membawa 'pesan' shalat lima waktu.
Kini, yang perlu menjadi pusat perhatiaan umat Islam hanya satu. Yaitu, pentingnya kejujuran. Kenapa Abu Bakar begitu meyakini cerita 'wisata' Rasulullah dari Mesjdil haram ke Mesjidil Aqsha kemudian dilanjutkan naik ke langit ketujuh dengan mengenderai Buraq dan 'bertemu' dengan Allah di Sidratul Muntaha? Jawabannya hanya satu, karena 'buah' sifat jujur Rasulullah Saw.
Bukan cerita asing lagi bagaimana kejujuran Rasulullah sebelum diangkat menjadi Rasul. Seluruh orang Quraisy bahkan Abu Jahal, pembesar suku Quraisy sekalipun sangat mengakui kejujuran Rasulullah. "Inna la nukadzdzibuka wa lakin nukadzdzibu alladzi ji 'ta bihi" (Sesungguhnya kami tidak mendustaimu, hanya saja kami mendustai ajaran yang kamu bawa)", demikian komentar Abu Jahal akan kejujuran kanjeng Rasul Saw, Muhammad bin Abdullah di hadapan suku Quraisy.
Bahkan, jika dirunut lebih jauh dan mendalam. Khadijah, isteri Rasulullah Saw. yang selalu bersamanya, sungguh, sangat mengagumi kejujuran Rasulullah. Sehingga kata-kata kekagumannya itu pun muncul bak air mengalir ketika Rasulullah menerima wahyu pertama kali, "Absyir, pa waallahi la yukhjikaallahu abadan.fa waallahi innaka latashilurrahma wa tusyaddiqol haditsa" (Bergembiralah, Demi Allah, Dia tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Demi Allah, seseungguhnya kamu adalah orang yang senantiasa menjalin hubungan silaturrahmi dan selalu berkata benar)", ujar Khadijah sambil menenangkan Rasulullah yang begitu ketakutakan setelah bertemu Jibril di gua Hira.
Juga, Rasulullah Saw. sendiri pun mengakui akan kejujurannya. Pengakuan itu terjadi saat Abdullah bin Umar sedang menulis hadits yang baru didengarnya dari Rasulullah, dan ingin menghapalnya. Tiba-tiba datang beberapa orang dari suku Quraisy melarang dan menahannya untuk menulis. Kemudian mereka mengatakan, "Apa benar kamu sedang menulis hadits yang kamu dengar dari Rasulullah? Bukankah Rasulullah juga manusia yang berbicara saat marah dan senang?". Abdullah bin Umar pun berhenti menulis. Dengan rasa tak puas, ia datang menemui Rasulullah dan menceritakan apa yang terjadi. Dengan sigap Rasulullah Saw. berkata, "Uktub, fa waalladzi nafsi biyadihi ma kharaja minni illa haqqun (Tulislah, demi diriku dalam genggaman-Nya, apapun yang kuucapkan tidak lain adalah kebenaran)".
Subhanallah, sifat jujur Rasulullah Saw. bukan saja tampak dalam kondisi serius. Saat sedang bercanda, kanjeng Rasul Saw. pun tetap konsisten berperilaku jujur. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, bahwa datang seorang wanita yang sudah lansia menemui Rasulullah dan memohon agar didoakan masuk surga. Lantas Rasulullah Saw. menjawab, "Ya umma fulan, innal jannata la tadkhullah 'ajuzun (Wahai ibu, sungguh surga itu tidak akan dimasuki wanita tua)". Kontan, wanita tua itu menangis. Kemudian Rasulullah Saw berkata kembali, "Aku mendapat kabar bahwa tidak akan masuk surga wanita yang sudah tua, karena Allah mengatakan," Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta dan sebaya umurmya." (Qs. Al-Waaqi'ah [56]: 35-37). Seketika itu juga wanita yang menangis tadi pun tersenyum, dan mengetauhi bahwa di dalam surga tidak ada lagi yang tua, semuanya dijadikan muda.
Karena itu, Rasulullah senantiasa mengingatkan umatnya untuk selalu berkata jujur dan menjauhi sifat dusta. Rasulullah berpesan, "Berperilaku jujurlah kamu. Sesungguhnya kejujuran menuntun kepada kebaikan. Kebaikan menunjukkan jalan menuju surga. Setiap manusia yang selalu berkata jujur dan memilih kejujuran hingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Jauhi kamulah sifat sombong. Sesungguhnya kesombongan itu menuntun ke arah kedurhakaan. Kedurhakaan membawa ke neraka. Setiap manusia yang selalu berbohong dan memilih kebohongan hingga tertulis di sisi Allah sebagai pendusta."
Semoga dengan memperingati momentum 'wisata' isra' dan mi'rajnya Rasulullah Saw. kita dapat menempa diri menjadi manusia yang jujur. Karena mengikuti sifat Rasulullah adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim. “Katakanlah (wahai Muhammad): Jika kamu benar-benar mencintai Allah ikutilah aku, niscaya Allah akan mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” (Qs. Ali Imran [3] : 31). Rabbana Yahdiina
Khawariz- BLUE MEMBERS
- Number of posts : 132
Reputation : 4
Points : 5126
Registration date : 2010-10-02
Page 1 of 1
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum
Fri 02 Feb 2024, 5:21 pm by buncis hitam
» kenapa muhammad suka makan babi????
Wed 31 Jan 2024, 1:04 am by naufal
» NYATA & FAKTA : TERNYATA YESUS PILIH MENGAULI KELEDAI DARIPADA WANITA!!! (sebuah penghinaan OLEH PAULUS)
Fri 12 Jan 2024, 9:39 pm by Uwizuya
» SORGA ISLAM RUMAH PELACUR ALLOH SWT...........
Tue 02 Jan 2024, 12:48 am by Pajar
» Moon Split or Islamic Hoax?
Wed 13 Dec 2023, 3:34 pm by admin
» In Islam a Woman Must be Submissive and Serve her Husband
Wed 13 Dec 2023, 3:32 pm by admin
» Who Taught Allah Math?
Wed 13 Dec 2023, 3:31 pm by admin
» BISNIS GEREJA YUUUKZ....LUMAYAN LOH UNTUNGNYA....
Wed 05 Jul 2023, 1:57 pm by buncis hitam
» ISLAM: Palsu, Maut, Tak Akan Tobat, Amburadul
Sun 07 May 2023, 9:50 am by MANTAN KADRUN