islam yang tidak diceritakan bag :2 ( yesus bukanlah tuhan !!!!)

Sebagai umat Islam pengikut paham Ahlussunnah wal-Jama’ah sudah sayogyanya kita lebih membentengi diri dalam berakidah, beramal dan bermoral. Salah satu hal penting dalam akidah kita adalah memahami tentang keEsaan Allah SWT sebagai Tuhan Pencipta dan Pengatur alam-semesta. Di mana tak ada apa pun atau siapa pun yang berhak dan pantas dituhankan selain dari-Nya. Sifat-sifat ketuhanan hanya dimiliki oleh-Nya, bukan oleh yang lain-lain, termasuk Nabi Isa Al-Masih a.s. yang sebenarnya juga salah satu dari sekian banyak utusan-Nya.

Nabi Isa adalah manusia istimewa yang diciptakan dari kalimat “Jadilah engkau!” (Kun!) maka jadilah dia sebagai manusia dalam rahim ibundanya, Maryam puteri Imran dari Bani Israil yang tak pernah terjamah oleh laki-laki selama hidupnya. Maryam telah dinazarkan oleh ayahandanya untuk didedikasikan total beribadah kepada Allah di sebuah tempat ibadah yang disebut mihrab.

Dalam ayat 6 dan 7 QS Al-Fatihah [1] kita diajarkan untuk meminta petunjuk (hidayah) kepada Allah SWT agar mendapatkan jalan yang lurus, yang bukan jalannya orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalannya orang-orang yang tersesat. Menurut kebanyakan pakar tafsir bahwa yang dimaksud dengan orang-orang yang dimurkai adalah orang-orang Yahudi, yang telah dimurkai oleh Allah karena mempermainkan kitab Allah dan membunuh beberapa orang nabi. Ada pun orang-orang yang tersesat itu adalah orang-orang Kristen, sebab mereka telah menganggap Isa Al-Masih sebagai anak Allah sekaligus menuhankannya.

KEDENGKIAN ELIT YAHUDI

Isa dari Galilea atau Isa dari Nazareth adalah Al-Masih yang pernah dijanjikan Allah dalam Perjanjian Lama (Torat) kepada Bani Israil. Bangsa Yahudi kecewa karena Al-Masih yang mereka tunggu-tunggu sejak belasan abad itu ternyata bukan terlahir dari elit Yahudi yang berkuasa saat itu. Kekecewaan itu lantas berubah menjadi kedengkian yang pada akhirnya berujung makar untuk menghabisi Al-Masih. Namun Allah yang menjadi Pengutus Al-Masih tidak membiarkan hal itu terjadi. Isa Al-Masih diangkat oleh Allah ke atas langit, sebuah tempat yang dikehendaki-Nya. Allah akan menurunkannya kembali kelak menjelang hari kiamat dalam sebuah misi membunuh Dajjal dan menegakkan kembali syariat Nabi Muhammad SAW. Artinya, suatu saat nanti Isa Al-Masih akan menjadi umat Muhammad SAW.

Isa Al-Masih merupakan salah satu Rasul Allah yang memiliki gelar Ulul-azmi (orang-orang yang memiliki keteguhan hati yang luar biasa). Bagaimana tidak, tantangan yang dihadapi Nabi Isa dalam berdakwah begitu dahsyat hingga sampai pada upaya makar oleh elit Yahudi dengan berkonspirasi bersama pasukan Byzantium yang ada di walayah Kana’an untuk menghabisi dirinya. Selama berdakwah sekian lamanya itu, Nabi Isa hanya memiliki 12 orang murid yang dalam Al-Qur’an disebut Al-Hawaariyyuun. Nabi Isa menghadapi tantangan dari elit Yahudi yang tidak menghendaki kehadirannya karena dianggap mengancam pengaruh mereka kepada masyarakat saat itu.

Nabi Isa memang sosok manusia yang sangat istimewa. Di samping dia terlahir tanpa ayah dari seorang ibu yang taat beribadah kepada Allah SWT dalam mihrabnya, beliau juga memiliki mukjizat-mukjizat yang luar biasa. Ia bisa menciptakan burung dari tanah liat yang kemudian hidup dan terbang setelah ditiupnya. Isa dapat menyembuhkan orang yang terkena penyakit kusta, belang dan penyakit berat lainnya hanya dengan menyentuh atau mengusap mereka. Ia juga mengetahui berbagai makanan dan minuman yang pernah dikonsumsi oleh seseorang maupun yang masih disimpan atau ditimbun di rumah mereka. Semua itu ditegaskan oleh Nabi Isa sebagai sesuatu yang terjadi karena izin (kehendak dan kuasa) Allah SWT. Dan yang paling luar-biasa dari sekian mukjizat Nabi Isa adalah kemampuannya menghidupkan kembali orang-orang mati.

Nabi Isa berdakwah kepada bangsa Israil untuk meng-Esakan Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Nabi Isa menegaskan bahwa dirinya adalah utusan Allah yang diutus untuk menyampaikan pesan-pesan Allah dalam Perjanjian Baru mau pun Perjanjian Lama yang dibawanya. Ia memerintahkan Bani Israil agar senantiasa menyembah Allah sebagai Tuhan baginya dan bagi kaumnya. Namun sayangnya, hanya sedikit saja dari mereka yang mau menerima dakwah monoteisme (tauhid) Nabi Isa ini. Kebanyakan dari elit Yahudi malah mengingkari Isa Al-Masih dengan menyebutnya sebagai tukang sihir.

PAUL DAN TEOLOGI TRINITAS

Nabi Isa tidak pernah sekalipun mengklaim bahwa dirinya adalah anak Allah, apalagi sebagai Tuhan. Nabi Isa tidak pernah membangun konsep teologi multitiesme atau trinitas sebagaimana keyakinan orang-orang Kristen. Beliau menegaskan dirinya adalah hamba Allah. Artinya, Nabi Isa sendiri juga meng-Esakan dan Konsep teologi trinitas sama sekali tidak bersumber dari Nabi Isa maupun murid-muridnya yang berjumlah 12 orang itu. Konsep trinitas adalah murni gagasan Paul. Banyak yang meragukan bahwa Paul sendiri pernah bertemu langsung dengan Nabi Isa, meski pun ada pendapat yang mengatakan dia hidup semasa dengan Nabi Isa.

Paul yang sejatinya pengikut Judaism (Yahudi) itu telah melampaui batas dalam menilai sosok Isa Al-Masih. Tidak mustahil dalam hal itu ia mempunyai kepentingan terselubung dengan mencoba menawarkan konsep ketuhanan Isa (Jesus) kepada bangsa Israil yang tidak mengetahui apa pun perihal isi Al-Kitab. Drama penyaliban “Isa” palsu (Baca: Tytayus) merupakan pelampiasan kekesalan elit Yahudi yang tidak pernah yakin bahwa mereka telah berhasil menangkap Nabi Isa yang telah terlebih dahulu diselamatkan oleh Allah SWT. Hal itu menjadi modal tersendiri bagi Paul untuk menyakinkan masyarakat awam bahwa Isa adalah anak Allah yang berkorban untuk menebus dosa umat manusia seluruhnya.

Pada saat “Isa” (palsu) disalib beramai-ramai oleh elit Yahudi, tak seorang pun menganggap Isa sebagai Tuhan atau anak Tuhan saat itu. Peristiwa yang disaksikan langsung oleh komunitas Yahudi itu menyisakan tanda-tanya dan keraguan di antara elit Yahudi sendiri. Jangankan menuhankan, mengimani pada kerasulan Isa saja orang-orang Yahudi saat itu tidak mau. Jadi, kosep ketuhanan Isa (Jesus) sebenarnya belum ada pada saat peristiwa itu terjadi, mau pun ketika Nabi Isa masih ada di tengah bangsanya. Al-Qur’an menegaskan bahwa orang-orang Yahudi tidak pernah berhasil menangkap apalagi membunuh Nabi Isa Al-Masih.

Jika saja Paul bukan berasal dari kalangan Yahudi, mungkin konsep teologi yang dibangunnya tidak akan pernah mendapatkan respon apa pun dari komunitas Bani Israil. Yang patut menjadi pertanyaan untuk menggugat keberadaan Paul adalah: apakah membangun konsep teologi trinitas dan penebusan dosa itu timbul dari persepsi (nurani)nya, ataukah sekedar skenario untuk meraih tujuan-tujuan terselubung? Hal ini patut menjadi pertanyaan mengingat Paul adalah orang Yahudi tulen pada mulanya. Bagaimana seorang Yahudi tulen yang semula mengingkari kerasulan Isa tiba-tiba berbalik- arah bahkan menuhankannya?

Al-Qur’an menegaskan bahwa Isa Al-Masih adalah hamba dan rasul Allah yang diutus bagi bangsanya sendiri (Israil). Bahwa Isa dan ibundanya adalah manusia yang makan makanan sebagaimana manusia lainnya. Itu artinya bahwa beliau juga mengalami rasa lapar dan haus. Isa tercipta sebagai tanda kekuasaan (ayat) Allah bagi seluruh manusia. Penciptaan Isa mirip dengan penciptaan Adam. Jika Isa terlahir tanpa ayah, maka Adam terwujud tanpa ayah dan tanpa ibu. Allah Maha Kuasa menciptakan segala sesuatu yang berada di luar proses lazim dan kewajaran. Kelahiran Isa Al-Masih sekaligus menjadi mukjizat kerasulannya, dan sama sekali tidak berarti bahwa ia adalah anak Allah. Maha Suci Allah dari segala klaim orang-orang zalim itu.

MANUSIA ANAK MANUSIA

Jika Isa Al-Masih terlahir tanpa ayah, dapat menyembuhkan orang buta, tuli dan kusta, menghidupkan orang mati, maka itu semua adalah mukjizat dari Allah. Nabi Musa juga memiliki mukjizat membelah Laut Merah. Nabi Ibrahim tak terbakar oleh api orang-orang Babelonia (Namrudz), atau pun Nabi Dawud yang melenturkan baja dengan kedua tangan kosongnya. Ingatlah juga bagaimana Nabi Sulaiman dapat berbicara dengan berbagai binatang dan mengendalikan tentara dari bangsa jin.

Jika Nabi Isa adalah benar-benar anak Allah, mengapa Nabi Muhammad SAW tidak diperintahkan untuk menyembahnya? Padahal kerasulan Nabi Muhammad juga termaktub dalam Perjanjian Baru. Jika Al-Masih adalah salah satu dari tiga unsur Tuhan, mengapa beliau sendiri juga menyembah Allah? Rasionalkah Tuhan menyembah Tuhan? Jika Isa putera Maryam adalah anak Tuhan mengapa dia menghindari kejaran pasukan Byzantium yang mencarinya sebelum dia diangkat oleh Allah? Allah SWT Maha Pengampun atas hamba-Nya sebagaimana juga tertulis dalam Al-Kitab. Jika demikian, perlukah Allah harus mengorbankan ”anak-Nya” hanya untuk mengampuni dosa umat manusia? Konsep trinitas dan penebusan dosa sama sekali tidak rasional dan tidak logis.

Isa putera Maryam adalah manusia dan anak manusia. Isa tidak pernah mengklaim dirinya sebagai Tuhan. Isa hanyalah seorang utusan Tuhan yang diutus untuk menyelamatkan bangsanya dari kesyirikan dan kesesatan dengan penuh cinta- kasih. Nabi Isa memang tidak membangun kekuatan politik sebagaimana Nabi Muhammad SAW, atau Nabi Sulaiman a.s. Nabi Isa adalah jalan menuju Allah bagi bangsanya, dengan kapasitas sebagai seorang Nabi dan Rasul, bukan sebagai bagian dari Tuhan. Allah tidak pernah melebur diriNya pada diri Isa Al-Masih, tetapi untuk menguatkan kerasulan Isa, Maka Allah SWT memberinya mukjizat-mukjizat luar-biasa seperti sudah disebutkan di atas.

Syariat Nabi Isa tidak jauh berbeda dengan Nabi-nabi sebelumnya, yakni menjalankan shalat dan menunaikan zakat selama nyawa masih dikandung badan. Nabi Isa memiliki kelembutan hati yang luar biasa. Selalu mengedepankan cinta kasih dalam dakwahnya. Meski demikian, hati orang Yahudi terlalu keras untuk diluluhkan. Ibarat madu yang diberikan oleh Nabi Isa kepada mereka, maka mereka membalasnya dengan memberikan racun yang mematikan.

Allah adalah Allah Yang Esa, Tuhan bagi bangsa Israil dan Tuhan seluruh umat di dunia. Maha Suci Allah dari segala hal yang tidak patut bagi-Nya. Sungguh, telah benar-benar kufur orang yang mengatakan bahwa Allah adalah Al-Masih putera Maryam. Tiada tuhan melainkan Allah. Tak ada sekutu bagi-Nya. Wallahu A’lamu bish-shawab. (Disarikan dari QS Ali Imran [3] ayat 35-55 dan QS Maryam [19] ayat 16-36). Anshory Huzaimi

[b]