8 bocah dibacok di gereja HKBP

[MEDAN] Delapan orang bocah dibacok orang yang mengalami gangguan kejiwaan saat sedang melaksanakan ibadah di Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) di Desa Simanosor, Kecamatan Sibabangun, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), atau berjarak sekitar 380 kilometer (Km) dari Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut), Minggu (4/11).

Tiga orang di antara bocah malang tersebut tewas dengan kondisi mengenaskan. Ketiganya adalah Joki Nainggolan (4), Rohanna boru Panggabean (4) dan Aprilia boru Pasaribu (4). Mereka tewas dengan kondisi luka bacokan di kepala, tubuh,  dan leher. Lima orang lainnya dalam kondisi kritis dilarikan ke rumah sakit terdekat.

Lima korban yang kondisinya mengkhawatirkan itu yakni, Habel Hutabarat (9), Nandar Simanjuntak (5), Samuel Pasaribu (16), Dapot Pasaribu (40) dan Ferdinand Sitompul (40). Sedangkan pelaku pembacokan yang mengalami gangguan kejiwaan itu adalah Bernard Gultom (33), yang rumahnya tidak jauh dari tempat kejadian perkara (TKP), juga tewas akibat diamuk massa.

Kepala Kepolisian Sektor Sibabangun, Iptu Panji Ali Chandra, saat dihubungi mengatakan, Gultom tewas dalam perjalanan menuju rumah sakit. Dia diamankan polisi dalam kondisi wajah berlumuran darah. Masyarakat yang mengetahui banyak anak - anak menjadi korban pembacokan itu, dan melihat tiga orang tewas di dalam gereja, langsung mengamuk.

"Beberapa saksi sudah dimintai keterangan perihal kejadian tersebut. Masyarakat menyampaikan, bahwa Gultom adalah warga setempat yang terkadang kondisinya normal dan bila kumat sering mengamuk. Saat kondisinya kumat, Gultom membawa golok panjang dan tombak. Dia langsung membabibuta membacok anak - anak saat beribadah," katanya.

Panji menerangkan, Gultom sesuai dengan pengakuan warga,  jauh hari sebelumnya juga sering mengamuk. Tidak dapat diketahui secara pasti, penyebab dari mengamuknya Gultom sehingga membacoki anak - anak saat sedang melaksanakan ibadah tersebut. Sebelum kejadian mengamuknya Gultom, situasi di kampung itu masih sangat lengang.

Tokoh masyarakat di Sibabangun, Esron Panggabean mengatakan, kejadian  miris itu akibat kelalaian keluarga Gultom. Apalagi, mereka tidak hati - hati dalam menyimpan golok, mengingat kondisi salah seorang keluarganya yang kurang waras tersebut. Keluarga Gultom disalahkan karena tidak melakukan pengawasan meski sudah sering mengamuk.

"Sangat wajar bila masyarakat yang melihat kejadian, terutama keluarga dari korban yang tewas tersebut, melampiaskan kekesalan terhadap si Gultom. Sebab, Gultom melukai serta menghabisi para korbannya saat sedang beribadah. Sesaat sebelum kejadian, anak - anak tersebut tidak ada  yang mengejek Gultom. Bahkan, anak - anak itu diantar orangtuanya ke gereja. [155]