Similar topics
Latest topics
Most Viewed Topics
Most active topic starters
kuku bima | ||||
admin | ||||
kermit katak lucu | ||||
hamba tuhan | ||||
feifei_fairy | ||||
paulusjancok | ||||
agus | ||||
gusti_bara | ||||
Muslim binti Muskitawati | ||||
Bejat |
Most active topics
MILIS MURTADIN_KAFIRUN
MURTADIN KAFIRUNexMUSLIM INDONESIA BERJAYA12 Oktober Hari Murtad Dari Islam Sedunia Menyongsong Punahnya Islam
Wadah syiar Islam terlengkap & terpercaya, mari sebarkan selebaran artikel yang sesungguhnya tentang si Pelacur Alloh Swt dan Muhammad bin Abdullah yang MAHA TERKUTUK itu ke dunia nyata!!!!
Who is online?
In total there are 79 users online :: 0 Registered, 0 Hidden and 79 Guests :: 2 BotsNone
Most users ever online was 354 on Wed 26 May 2010, 4:49 pm
Social bookmarking
Bookmark and share the address of MURTADINKAFIRUN on your social bookmarking website
Bookmark and share the address of MURTADIN_KAFIRUN on your social bookmarking website
Ajaran Kristen Ternyata Tak Mampu Mengubah Perilaku Umatnya
4 posters
Page 1 of 1
Ajaran Kristen Ternyata Tak Mampu Mengubah Perilaku Umatnya
Ajaran Kristen Ternyata Tak Mampu Mengubah Perilaku Umatnya -- Gereja Katolik Keuskupan Timika, Papua merasa mereka telah gagal dalam mengubah "perilaku mabuk" sebagian masyarakat suku Amungme dan Kamoro di wilayah itu.
Pastor Paroki Katedral Tiga Raja Timika, Romo Amandus Rahadat Pr dikutip Antara, Rabu mengatakan kasus tewasnya lima warga Kampung Nayaro gara-gara mengonsumsi minuman keras (miras) racikan spirtus, kuku bima dan air kelapa dan juga kasus tewasnya empat mahasiswa asal Mimika usai pesta miras di Bandung pekan lalu menjadi tamparan keras bagi gereja setempat.
"Selama kurang lebih 100 tahun gereja ada di tanah Mimika-Amungsa, pastor, tim pastoral dan gereja buat apa sehingga masyarakat tetap minum, mabuk dan mati gara-gara miras. Itu artinya, kami telah gagal membina mentalitas dan moral umat," kata Romo Amandus.
Pastor yang sudah enam tahun bertugas di Gereja Katedral Timika itu mengaku sempat menitikan air mata saat memberikan khotbah pada perayaan misa hari Minggu (9/1). Saat itu, Romo Amandus menyinggung tentang kejadian memilukan yang dialami warga Kampung Nayaro dan para orang tua yang tak kuasa menahan sedih taatkala menerima kepulangan anak-anak mereka dari Jawa dalam keadaan tak bernyawa dalam peti mati.
"Atas nama seluruh misionaris yang berkarya di tanah Mimika dan Amungsa mulai dari Pastor Tillemans (yang juga mantan Uskup Agung Merauke) hingga Pastor Franke Mollen, atas nama Uskup dan atas nama Gereja Katolik, kami mohon ampun dari Tuhan karena kami telah gagal," tuturnya.
Romo Amandus mengatakan, selama ini Gereja Katolik di Mimika bersama elemen lainnya sudah berjuang keras untuk mengarahkan umat agar tidak mengonsumsi miras dan berperilaku mabuk-mabukan. Namun semua upaya itu sia-sia karena sebagian orang Katolik setempat masih menjadi "hamba miras".
"Menjadi pertanyaan, apakah orang-orang yang mati karena miras ini benar merupakan orang Katolik ataukah hanya Katolik KTP saja. Kalau benar-benar merasa diri orang Katolik jangan bikin malu," imbaunya.
Ia mengatakan, dalam arus modernisasi saat ini semua hal ditawarkan kepada manusia baik sisi positif maupun negatif seperti pelacuran, miras dan lain-lain. Semua tawaran kenikmatan itu, katanya, akan terpulang kembali kepada kesadaran pribadi setiap orang untuk memilih jalan yang mana.
"Kalau tidak mau terinfeksi HIV, jangan pergi ke tempat pelacuran. Kalau tidak mau mabuk dan mati akibat mengonsumsi miras, jangan beli miras. Semua kembali kepada mentalitas pribadi masing-masing," katanya.
Romo Amandus melarang umat Katolik setempat melakukan razia tempat-tempat penjualan miras baik miras kemasan pabrik maupun miras racikan.
"Mulai sekarang jangan lagi protes dan razia tempat jual minuman. Di mana-mana minuman dijual bebas seperti di Jayapura dan Jakarta, tergantung kita sendiri mau beli atau tidak, mau mati atau tidak. Orang mengonsumsi minuman untuk senang-senang, bukan untuk mati," tuturnya.
Warga tewas bertambah
Sementara itu dari data Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) Timika, jumlah warga Nayaro yang tewas akibat mengonsumsi miras racikan bertambah menjadi lima orang.
Kepala Bagian Humas RSMM Timika, Maria Kotorok kepada ANTARA, Rabu mengatakan ada dua warga Nayaro yang tewas akhir pekan lalu setelah menjalani perawatan intensif di RSMM Timika selama beberapa hari.
Kedua orang tersebut yaitu Siprianus Operawiri dan Beni Apoka. Sebelumnya satu rekan mereka atas nama Yohanis Umurufu meninggal pada 3 Januari saat penanganan awal di UGD RSMM Timika. Dua warga lainnya yaitu Agus Arwaparo dan Marthen Nawaripi meninggal di Kampung Nayaro pada Minggu (2/1) sebelum sempat dibawa ke rumah sakit.
Menurut Maria, saat ini masih terdapat sembilan warga Kampung Nayaro yang menjalani perawatan di RSMM Timika. Enam orang dirawat di ruang intensif (high care) atas nama Dominggus Operawiri (22), Rafael Mametapo (45), Germanus Irahewa (29), Yacobus Keraparo (22), Yonas Arwaparo (17), dan Yulius Manauw (15).
Sedangkan tiga lainnya dirawat di Bangsal Theresia yaitu Anselmus Keramokeyauw (22), Martinus Ponsan (21) dan Erik Tirapara (25).
Maria mengatakan, kondisi delapan pasien cukup baik, namun Anselmus sering berteriak-teriak.
Sembilan pasien itu masuk ke RSMM Timika pada mulai 3 Januari hingga 8 Januari.
Para pasien tersebut diduga mengalami keracunan miras racikan spirtus, kuku bima dan air kelapa saat malam pergantian tahun, Jumat (31/12)
Pastor Paroki Katedral Tiga Raja Timika, Romo Amandus Rahadat Pr dikutip Antara, Rabu mengatakan kasus tewasnya lima warga Kampung Nayaro gara-gara mengonsumsi minuman keras (miras) racikan spirtus, kuku bima dan air kelapa dan juga kasus tewasnya empat mahasiswa asal Mimika usai pesta miras di Bandung pekan lalu menjadi tamparan keras bagi gereja setempat.
"Selama kurang lebih 100 tahun gereja ada di tanah Mimika-Amungsa, pastor, tim pastoral dan gereja buat apa sehingga masyarakat tetap minum, mabuk dan mati gara-gara miras. Itu artinya, kami telah gagal membina mentalitas dan moral umat," kata Romo Amandus.
Pastor yang sudah enam tahun bertugas di Gereja Katedral Timika itu mengaku sempat menitikan air mata saat memberikan khotbah pada perayaan misa hari Minggu (9/1). Saat itu, Romo Amandus menyinggung tentang kejadian memilukan yang dialami warga Kampung Nayaro dan para orang tua yang tak kuasa menahan sedih taatkala menerima kepulangan anak-anak mereka dari Jawa dalam keadaan tak bernyawa dalam peti mati.
"Atas nama seluruh misionaris yang berkarya di tanah Mimika dan Amungsa mulai dari Pastor Tillemans (yang juga mantan Uskup Agung Merauke) hingga Pastor Franke Mollen, atas nama Uskup dan atas nama Gereja Katolik, kami mohon ampun dari Tuhan karena kami telah gagal," tuturnya.
Romo Amandus mengatakan, selama ini Gereja Katolik di Mimika bersama elemen lainnya sudah berjuang keras untuk mengarahkan umat agar tidak mengonsumsi miras dan berperilaku mabuk-mabukan. Namun semua upaya itu sia-sia karena sebagian orang Katolik setempat masih menjadi "hamba miras".
"Menjadi pertanyaan, apakah orang-orang yang mati karena miras ini benar merupakan orang Katolik ataukah hanya Katolik KTP saja. Kalau benar-benar merasa diri orang Katolik jangan bikin malu," imbaunya.
Ia mengatakan, dalam arus modernisasi saat ini semua hal ditawarkan kepada manusia baik sisi positif maupun negatif seperti pelacuran, miras dan lain-lain. Semua tawaran kenikmatan itu, katanya, akan terpulang kembali kepada kesadaran pribadi setiap orang untuk memilih jalan yang mana.
"Kalau tidak mau terinfeksi HIV, jangan pergi ke tempat pelacuran. Kalau tidak mau mabuk dan mati akibat mengonsumsi miras, jangan beli miras. Semua kembali kepada mentalitas pribadi masing-masing," katanya.
Romo Amandus melarang umat Katolik setempat melakukan razia tempat-tempat penjualan miras baik miras kemasan pabrik maupun miras racikan.
"Mulai sekarang jangan lagi protes dan razia tempat jual minuman. Di mana-mana minuman dijual bebas seperti di Jayapura dan Jakarta, tergantung kita sendiri mau beli atau tidak, mau mati atau tidak. Orang mengonsumsi minuman untuk senang-senang, bukan untuk mati," tuturnya.
Warga tewas bertambah
Sementara itu dari data Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) Timika, jumlah warga Nayaro yang tewas akibat mengonsumsi miras racikan bertambah menjadi lima orang.
Kepala Bagian Humas RSMM Timika, Maria Kotorok kepada ANTARA, Rabu mengatakan ada dua warga Nayaro yang tewas akhir pekan lalu setelah menjalani perawatan intensif di RSMM Timika selama beberapa hari.
Kedua orang tersebut yaitu Siprianus Operawiri dan Beni Apoka. Sebelumnya satu rekan mereka atas nama Yohanis Umurufu meninggal pada 3 Januari saat penanganan awal di UGD RSMM Timika. Dua warga lainnya yaitu Agus Arwaparo dan Marthen Nawaripi meninggal di Kampung Nayaro pada Minggu (2/1) sebelum sempat dibawa ke rumah sakit.
Menurut Maria, saat ini masih terdapat sembilan warga Kampung Nayaro yang menjalani perawatan di RSMM Timika. Enam orang dirawat di ruang intensif (high care) atas nama Dominggus Operawiri (22), Rafael Mametapo (45), Germanus Irahewa (29), Yacobus Keraparo (22), Yonas Arwaparo (17), dan Yulius Manauw (15).
Sedangkan tiga lainnya dirawat di Bangsal Theresia yaitu Anselmus Keramokeyauw (22), Martinus Ponsan (21) dan Erik Tirapara (25).
Maria mengatakan, kondisi delapan pasien cukup baik, namun Anselmus sering berteriak-teriak.
Sembilan pasien itu masuk ke RSMM Timika pada mulai 3 Januari hingga 8 Januari.
Para pasien tersebut diduga mengalami keracunan miras racikan spirtus, kuku bima dan air kelapa saat malam pergantian tahun, Jumat (31/12)
hamba tuhan1- SILVER MEMBERS
- Number of posts : 1211
Location : aceh
Reputation : -56
Points : 5970
Registration date : 2011-07-01
Re: Ajaran Kristen Ternyata Tak Mampu Mengubah Perilaku Umatnya
hamba tuhan1 wrote:Ajaran Kristen Ternyata Tak Mampu Mengubah Perilaku Umatnya -- Gereja Katolik Keuskupan Timika, Papua merasa mereka telah gagal dalam mengubah "perilaku mabuk" sebagian masyarakat suku Amungme dan Kamoro di wilayah itu.
Pastor Paroki Katedral Tiga Raja Timika, Romo Amandus Rahadat Pr dikutip Antara, Rabu mengatakan kasus tewasnya lima warga Kampung Nayaro gara-gara mengonsumsi minuman keras (miras) racikan spirtus, kuku bima dan air kelapa dan juga kasus tewasnya empat mahasiswa asal Mimika usai pesta miras di Bandung pekan lalu menjadi tamparan keras bagi gereja setempat.
"Selama kurang lebih 100 tahun gereja ada di tanah Mimika-Amungsa, pastor, tim pastoral dan gereja buat apa sehingga masyarakat tetap minum, mabuk dan mati gara-gara miras. Itu artinya, kami telah gagal membina mentalitas dan moral umat," kata Romo Amandus.
Pastor yang sudah enam tahun bertugas di Gereja Katedral Timika itu mengaku sempat menitikan air mata saat memberikan khotbah pada perayaan misa hari Minggu (9/1). Saat itu, Romo Amandus menyinggung tentang kejadian memilukan yang dialami warga Kampung Nayaro dan para orang tua yang tak kuasa menahan sedih taatkala menerima kepulangan anak-anak mereka dari Jawa dalam keadaan tak bernyawa dalam peti mati.
"Atas nama seluruh misionaris yang berkarya di tanah Mimika dan Amungsa mulai dari Pastor Tillemans (yang juga mantan Uskup Agung Merauke) hingga Pastor Franke Mollen, atas nama Uskup dan atas nama Gereja Katolik, kami mohon ampun dari Tuhan karena kami telah gagal," tuturnya.
Romo Amandus mengatakan, selama ini Gereja Katolik di Mimika bersama elemen lainnya sudah berjuang keras untuk mengarahkan umat agar tidak mengonsumsi miras dan berperilaku mabuk-mabukan. Namun semua upaya itu sia-sia karena sebagian orang Katolik setempat masih menjadi "hamba miras".
"Menjadi pertanyaan, apakah orang-orang yang mati karena miras ini benar merupakan orang Katolik ataukah hanya Katolik KTP saja. Kalau benar-benar merasa diri orang Katolik jangan bikin malu," imbaunya.
Ia mengatakan, dalam arus modernisasi saat ini semua hal ditawarkan kepada manusia baik sisi positif maupun negatif seperti pelacuran, miras dan lain-lain. Semua tawaran kenikmatan itu, katanya, akan terpulang kembali kepada kesadaran pribadi setiap orang untuk memilih jalan yang mana.
"Kalau tidak mau terinfeksi HIV, jangan pergi ke tempat pelacuran. Kalau tidak mau mabuk dan mati akibat mengonsumsi miras, jangan beli miras. Semua kembali kepada mentalitas pribadi masing-masing," katanya.
Romo Amandus melarang umat Katolik setempat melakukan razia tempat-tempat penjualan miras baik miras kemasan pabrik maupun miras racikan.
"Mulai sekarang jangan lagi protes dan razia tempat jual minuman. Di mana-mana minuman dijual bebas seperti di Jayapura dan Jakarta, tergantung kita sendiri mau beli atau tidak, mau mati atau tidak. Orang mengonsumsi minuman untuk senang-senang, bukan untuk mati," tuturnya.
Warga tewas bertambah
Sementara itu dari data Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) Timika, jumlah warga Nayaro yang tewas akibat mengonsumsi miras racikan bertambah menjadi lima orang.
Kepala Bagian Humas RSMM Timika, Maria Kotorok kepada ANTARA, Rabu mengatakan ada dua warga Nayaro yang tewas akhir pekan lalu setelah menjalani perawatan intensif di RSMM Timika selama beberapa hari.
Kedua orang tersebut yaitu Siprianus Operawiri dan Beni Apoka. Sebelumnya satu rekan mereka atas nama Yohanis Umurufu meninggal pada 3 Januari saat penanganan awal di UGD RSMM Timika. Dua warga lainnya yaitu Agus Arwaparo dan Marthen Nawaripi meninggal di Kampung Nayaro pada Minggu (2/1) sebelum sempat dibawa ke rumah sakit.
Menurut Maria, saat ini masih terdapat sembilan warga Kampung Nayaro yang menjalani perawatan di RSMM Timika. Enam orang dirawat di ruang intensif (high care) atas nama Dominggus Operawiri (22), Rafael Mametapo (45), Germanus Irahewa (29), Yacobus Keraparo (22), Yonas Arwaparo (17), dan Yulius Manauw (15).
Sedangkan tiga lainnya dirawat di Bangsal Theresia yaitu Anselmus Keramokeyauw (22), Martinus Ponsan (21) dan Erik Tirapara (25).
Maria mengatakan, kondisi delapan pasien cukup baik, namun Anselmus sering berteriak-teriak.
Sembilan pasien itu masuk ke RSMM Timika pada mulai 3 Januari hingga 8 Januari.
Para pasien tersebut diduga mengalami keracunan miras racikan spirtus, kuku bima dan air kelapa saat malam pergantian tahun, Jumat (31/12)
ha ha...
emang kalo lokalisasi pelacuran ama diskotik itu digrebek kira-kira menurut anda berapa orang yang ngaku agamanya islam ya ha ha...
emang di penjara ga ada yang napi yang beragama islam ya ha ha..
hadooh hentikan dong berpikiran sempit seperti ini...
salam
Piss- SILVER MEMBERS
- Number of posts : 1888
Reputation : 1
Points : 6858
Registration date : 2011-03-29
Re: Ajaran Kristen Ternyata Tak Mampu Mengubah Perilaku Umatnya
mksut nya bang HT tuh gni...Piss wrote:hamba tuhan1 wrote:Ajaran Kristen Ternyata Tak Mampu Mengubah Perilaku Umatnya -- Gereja Katolik Keuskupan Timika, Papua merasa mereka telah gagal dalam mengubah "perilaku mabuk" sebagian masyarakat suku Amungme dan Kamoro di wilayah itu.
Pastor Paroki Katedral Tiga Raja Timika, Romo Amandus Rahadat Pr dikutip Antara, Rabu mengatakan kasus tewasnya lima warga Kampung Nayaro gara-gara mengonsumsi minuman keras (miras) racikan spirtus, kuku bima dan air kelapa dan juga kasus tewasnya empat mahasiswa asal Mimika usai pesta miras di Bandung pekan lalu menjadi tamparan keras bagi gereja setempat.
"Selama kurang lebih 100 tahun gereja ada di tanah Mimika-Amungsa, pastor, tim pastoral dan gereja buat apa sehingga masyarakat tetap minum, mabuk dan mati gara-gara miras. Itu artinya, kami telah gagal membina mentalitas dan moral umat," kata Romo Amandus.
Pastor yang sudah enam tahun bertugas di Gereja Katedral Timika itu mengaku sempat menitikan air mata saat memberikan khotbah pada perayaan misa hari Minggu (9/1). Saat itu, Romo Amandus menyinggung tentang kejadian memilukan yang dialami warga Kampung Nayaro dan para orang tua yang tak kuasa menahan sedih taatkala menerima kepulangan anak-anak mereka dari Jawa dalam keadaan tak bernyawa dalam peti mati.
"Atas nama seluruh misionaris yang berkarya di tanah Mimika dan Amungsa mulai dari Pastor Tillemans (yang juga mantan Uskup Agung Merauke) hingga Pastor Franke Mollen, atas nama Uskup dan atas nama Gereja Katolik, kami mohon ampun dari Tuhan karena kami telah gagal," tuturnya.
Romo Amandus mengatakan, selama ini Gereja Katolik di Mimika bersama elemen lainnya sudah berjuang keras untuk mengarahkan umat agar tidak mengonsumsi miras dan berperilaku mabuk-mabukan. Namun semua upaya itu sia-sia karena sebagian orang Katolik setempat masih menjadi "hamba miras".
"Menjadi pertanyaan, apakah orang-orang yang mati karena miras ini benar merupakan orang Katolik ataukah hanya Katolik KTP saja. Kalau benar-benar merasa diri orang Katolik jangan bikin malu," imbaunya.
Ia mengatakan, dalam arus modernisasi saat ini semua hal ditawarkan kepada manusia baik sisi positif maupun negatif seperti pelacuran, miras dan lain-lain. Semua tawaran kenikmatan itu, katanya, akan terpulang kembali kepada kesadaran pribadi setiap orang untuk memilih jalan yang mana.
"Kalau tidak mau terinfeksi HIV, jangan pergi ke tempat pelacuran. Kalau tidak mau mabuk dan mati akibat mengonsumsi miras, jangan beli miras. Semua kembali kepada mentalitas pribadi masing-masing," katanya.
Romo Amandus melarang umat Katolik setempat melakukan razia tempat-tempat penjualan miras baik miras kemasan pabrik maupun miras racikan.
"Mulai sekarang jangan lagi protes dan razia tempat jual minuman. Di mana-mana minuman dijual bebas seperti di Jayapura dan Jakarta, tergantung kita sendiri mau beli atau tidak, mau mati atau tidak. Orang mengonsumsi minuman untuk senang-senang, bukan untuk mati," tuturnya.
Warga tewas bertambah
Sementara itu dari data Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) Timika, jumlah warga Nayaro yang tewas akibat mengonsumsi miras racikan bertambah menjadi lima orang.
Kepala Bagian Humas RSMM Timika, Maria Kotorok kepada ANTARA, Rabu mengatakan ada dua warga Nayaro yang tewas akhir pekan lalu setelah menjalani perawatan intensif di RSMM Timika selama beberapa hari.
Kedua orang tersebut yaitu Siprianus Operawiri dan Beni Apoka. Sebelumnya satu rekan mereka atas nama Yohanis Umurufu meninggal pada 3 Januari saat penanganan awal di UGD RSMM Timika. Dua warga lainnya yaitu Agus Arwaparo dan Marthen Nawaripi meninggal di Kampung Nayaro pada Minggu (2/1) sebelum sempat dibawa ke rumah sakit.
Menurut Maria, saat ini masih terdapat sembilan warga Kampung Nayaro yang menjalani perawatan di RSMM Timika. Enam orang dirawat di ruang intensif (high care) atas nama Dominggus Operawiri (22), Rafael Mametapo (45), Germanus Irahewa (29), Yacobus Keraparo (22), Yonas Arwaparo (17), dan Yulius Manauw (15).
Sedangkan tiga lainnya dirawat di Bangsal Theresia yaitu Anselmus Keramokeyauw (22), Martinus Ponsan (21) dan Erik Tirapara (25).
Maria mengatakan, kondisi delapan pasien cukup baik, namun Anselmus sering berteriak-teriak.
Sembilan pasien itu masuk ke RSMM Timika pada mulai 3 Januari hingga 8 Januari.
Para pasien tersebut diduga mengalami keracunan miras racikan spirtus, kuku bima dan air kelapa saat malam pergantian tahun, Jumat (31/12)
ha ha...
emang kalo lokalisasi pelacuran ama diskotik itu digrebek kira-kira menurut anda berapa orang yang ngaku agamanya islam ya ha ha...
emang di penjara ga ada yang napi yang beragama islam ya ha ha..
hadooh hentikan dong berpikiran sempit seperti ini...
salam
di kristen kan halal mnum miras...
dan itu akibatnya...
di silam haram miras...
karena tkut kjadian sperti itu...
klo org yg nglanggar bkan slah agama dong...
javascript:emoticonp('')
Re: Ajaran Kristen Ternyata Tak Mampu Mengubah Perilaku Umatnya
Piss wrote:hamba tuhan1 wrote:Ajaran Kristen Ternyata Tak Mampu Mengubah Perilaku Umatnya -- Gereja Katolik Keuskupan Timika, Papua merasa mereka telah gagal dalam mengubah "perilaku mabuk" sebagian masyarakat suku Amungme dan Kamoro di wilayah itu.
Pastor Paroki Katedral Tiga Raja Timika, Romo Amandus Rahadat Pr dikutip Antara, Rabu mengatakan kasus tewasnya lima warga Kampung Nayaro gara-gara mengonsumsi minuman keras (miras) racikan spirtus, kuku bima dan air kelapa dan juga kasus tewasnya empat mahasiswa asal Mimika usai pesta miras di Bandung pekan lalu menjadi tamparan keras bagi gereja setempat.
"Selama kurang lebih 100 tahun gereja ada di tanah Mimika-Amungsa, pastor, tim pastoral dan gereja buat apa sehingga masyarakat tetap minum, mabuk dan mati gara-gara miras. Itu artinya, kami telah gagal membina mentalitas dan moral umat," kata Romo Amandus.
Pastor yang sudah enam tahun bertugas di Gereja Katedral Timika itu mengaku sempat menitikan air mata saat memberikan khotbah pada perayaan misa hari Minggu (9/1). Saat itu, Romo Amandus menyinggung tentang kejadian memilukan yang dialami warga Kampung Nayaro dan para orang tua yang tak kuasa menahan sedih taatkala menerima kepulangan anak-anak mereka dari Jawa dalam keadaan tak bernyawa dalam peti mati.
"Atas nama seluruh misionaris yang berkarya di tanah Mimika dan Amungsa mulai dari Pastor Tillemans (yang juga mantan Uskup Agung Merauke) hingga Pastor Franke Mollen, atas nama Uskup dan atas nama Gereja Katolik, kami mohon ampun dari Tuhan karena kami telah gagal," tuturnya.
Romo Amandus mengatakan, selama ini Gereja Katolik di Mimika bersama elemen lainnya sudah berjuang keras untuk mengarahkan umat agar tidak mengonsumsi miras dan berperilaku mabuk-mabukan. Namun semua upaya itu sia-sia karena sebagian orang Katolik setempat masih menjadi "hamba miras".
"Menjadi pertanyaan, apakah orang-orang yang mati karena miras ini benar merupakan orang Katolik ataukah hanya Katolik KTP saja. Kalau benar-benar merasa diri orang Katolik jangan bikin malu," imbaunya.
Ia mengatakan, dalam arus modernisasi saat ini semua hal ditawarkan kepada manusia baik sisi positif maupun negatif seperti pelacuran, miras dan lain-lain. Semua tawaran kenikmatan itu, katanya, akan terpulang kembali kepada kesadaran pribadi setiap orang untuk memilih jalan yang mana.
"Kalau tidak mau terinfeksi HIV, jangan pergi ke tempat pelacuran. Kalau tidak mau mabuk dan mati akibat mengonsumsi miras, jangan beli miras. Semua kembali kepada mentalitas pribadi masing-masing," katanya.
Romo Amandus melarang umat Katolik setempat melakukan razia tempat-tempat penjualan miras baik miras kemasan pabrik maupun miras racikan.
"Mulai sekarang jangan lagi protes dan razia tempat jual minuman. Di mana-mana minuman dijual bebas seperti di Jayapura dan Jakarta, tergantung kita sendiri mau beli atau tidak, mau mati atau tidak. Orang mengonsumsi minuman untuk senang-senang, bukan untuk mati," tuturnya.
Warga tewas bertambah
Sementara itu dari data Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) Timika, jumlah warga Nayaro yang tewas akibat mengonsumsi miras racikan bertambah menjadi lima orang.
Kepala Bagian Humas RSMM Timika, Maria Kotorok kepada ANTARA, Rabu mengatakan ada dua warga Nayaro yang tewas akhir pekan lalu setelah menjalani perawatan intensif di RSMM Timika selama beberapa hari.
Kedua orang tersebut yaitu Siprianus Operawiri dan Beni Apoka. Sebelumnya satu rekan mereka atas nama Yohanis Umurufu meninggal pada 3 Januari saat penanganan awal di UGD RSMM Timika. Dua warga lainnya yaitu Agus Arwaparo dan Marthen Nawaripi meninggal di Kampung Nayaro pada Minggu (2/1) sebelum sempat dibawa ke rumah sakit.
Menurut Maria, saat ini masih terdapat sembilan warga Kampung Nayaro yang menjalani perawatan di RSMM Timika. Enam orang dirawat di ruang intensif (high care) atas nama Dominggus Operawiri (22), Rafael Mametapo (45), Germanus Irahewa (29), Yacobus Keraparo (22), Yonas Arwaparo (17), dan Yulius Manauw (15).
Sedangkan tiga lainnya dirawat di Bangsal Theresia yaitu Anselmus Keramokeyauw (22), Martinus Ponsan (21) dan Erik Tirapara (25).
Maria mengatakan, kondisi delapan pasien cukup baik, namun Anselmus sering berteriak-teriak.
Sembilan pasien itu masuk ke RSMM Timika pada mulai 3 Januari hingga 8 Januari.
Para pasien tersebut diduga mengalami keracunan miras racikan spirtus, kuku bima dan air kelapa saat malam pergantian tahun, Jumat (31/12)
ha ha...
emang kalo lokalisasi pelacuran ama diskotik itu digrebek kira-kira menurut anda berapa orang yang ngaku agamanya islam ya ha ha...
emang di penjara ga ada yang napi yang beragama islam ya ha ha..
hadooh hentikan dong berpikiran sempit seperti ini...
salam
hhmmm....
Lagi - lagi otak udang ini.....
Indonesia adl mayoritas Islam.....
Kalo di amerika sono... yg paling byk di penjara itu orang Kristen
Yg paling banyak di gerebek di diskotik itu orang Kristen.....
otak udang...
you7tube7com- SILVER MEMBERS
-
Number of posts : 3297
Reputation : -35
Points : 8563
Registration date : 2010-01-23
Similar topics
» Peran Anshar dalam Mengubah Perilaku Muhammad
» Ternyata kitab perjanjian baru kristen plagiat ajaran budha
» Sungguh memalukan, tuduhan mengubah-ubah kitab suci ternyata dilakukan oleh Islam sendiri
» Ternyata kitab perjanjian baru kristen plagiat ajaran budha
» Sungguh memalukan, tuduhan mengubah-ubah kitab suci ternyata dilakukan oleh Islam sendiri
Page 1 of 1
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum
Fri 02 Feb 2024, 5:21 pm by buncis hitam
» kenapa muhammad suka makan babi????
Wed 31 Jan 2024, 1:04 am by naufal
» NYATA & FAKTA : TERNYATA YESUS PILIH MENGAULI KELEDAI DARIPADA WANITA!!! (sebuah penghinaan OLEH PAULUS)
Fri 12 Jan 2024, 9:39 pm by Uwizuya
» SORGA ISLAM RUMAH PELACUR ALLOH SWT...........
Tue 02 Jan 2024, 12:48 am by Pajar
» Moon Split or Islamic Hoax?
Wed 13 Dec 2023, 3:34 pm by admin
» In Islam a Woman Must be Submissive and Serve her Husband
Wed 13 Dec 2023, 3:32 pm by admin
» Who Taught Allah Math?
Wed 13 Dec 2023, 3:31 pm by admin
» BISNIS GEREJA YUUUKZ....LUMAYAN LOH UNTUNGNYA....
Wed 05 Jul 2023, 1:57 pm by buncis hitam
» ISLAM: Palsu, Maut, Tak Akan Tobat, Amburadul
Sun 07 May 2023, 9:50 am by MANTAN KADRUN