Similar topics
Latest topics
Most Viewed Topics
Most active topic starters
kuku bima | ||||
admin | ||||
kermit katak lucu | ||||
hamba tuhan | ||||
feifei_fairy | ||||
paulusjancok | ||||
agus | ||||
gusti_bara | ||||
Muslim binti Muskitawati | ||||
Bejat |
Most active topics
MILIS MURTADIN_KAFIRUN
MURTADIN KAFIRUNexMUSLIM INDONESIA BERJAYA12 Oktober Hari Murtad Dari Islam Sedunia Menyongsong Punahnya Islam
Wadah syiar Islam terlengkap & terpercaya, mari sebarkan selebaran artikel yang sesungguhnya tentang si Pelacur Alloh Swt dan Muhammad bin Abdullah yang MAHA TERKUTUK itu ke dunia nyata!!!!
Who is online?
In total there are 111 users online :: 0 Registered, 0 Hidden and 111 Guests :: 2 BotsNone
Most users ever online was 354 on Wed 26 May 2010, 4:49 pm
Social bookmarking
Bookmark and share the address of MURTADINKAFIRUN on your social bookmarking website
Bookmark and share the address of MURTADIN_KAFIRUN on your social bookmarking website
Kisah Muallaf ” Anastasia R “ dari budha masuk islam
4 posters
Page 1 of 1
Kisah Muallaf ” Anastasia R “ dari budha masuk islam
Lingkungan, pergaulan, dan keraguan adalah jalan yang mengantarkan saya ke jalan agama Tauhid. Saya terlahir dan besar dalam didikan agama Budha. Sejak kecil saya diarahkan untuk terus mempelajari agama Budha. Buku-buku ajaran Budha merupakan bacaan wajib dalam kehidupan saya. Vihara adalah rumah saya yang kedua dalam menekuni agama Budha.
Tahun 1996, saya masuk ke sebuah sekolah teknik menengah (STM) di Jakarta. Umumnya sekolah teknik, mayoritas muridnya kaum pria. Meskipun begitu, banyak juga murid wanita yang sekolah di sini. Di sekolah ini, murid wanitanya kebanyakan mengenakan jilbab sebagai penutup kepala, sedangkan murid prianya sangat aktif dalam kegiatan bimbingan rohani Islam. Selama bersekolah di sini, saya merasakan sebuah pengalaman yang berkesan. Lingkungan yang cukup keras, namun agamis serta sangat toleran. Mungkin hanya saya yang beragama Budha dan warga keturunan. Saya sangat senang bergaul dengan mereka.
Dari pergaulan di lingkungan sekolah yang toleran ini, saya mulai berani berbincang-bincang dengan teman dan kakak kelas perihal ajaran agama masing-masing, terutama dengan Irwan. Irwan yang aktif di rohis OSIS sering bercerita tentang prinsip-prinsip ajaran Islam, seperti rukun iman dan rukun Islam.
Cerita dan penjelasan Irwan ini sangat berkesan di hati saya. Setiap dia bercerita tentang Islam, saya tekun menyimak dan sesekali bertanya. Terkadang saya suka membandingkan ajaran-ajaran agama Budha dengan ajaran Islam. Saya terus bertanya-tanya dalam hati, bagaimana dengan ajaran agama saya? Rupanya keterangan Irwan adalah awal dari ketertarikan saya pada ajaran Islam.
RAGU PADA AJARAN BUDHA
Memang, saya akui, ajaran Budha sudah mendarah daging dalam diri saya. Saya pernah menjadi pengasuh agama Budha buat anak-anak kecil. Bahkan, saya mempunyai perpustakaan khusus ajaran-ajaran Budha dan tempat sembahyang (altar) sendiri di rumah. Setiap jam lima (17.00) sore, saya sembahyang dan membaca parita (doa-doa dalam agama Budha, dalam dua bahasa: Sansekerta dan Pali India), serta bermeditasi. Tapi, perbincangan dan pergaulan dengan Irwan serta teman-teman putri lainnya, membuat saya sempat ragu pada ajaran agama saya sendiri. Islam, menurut saya, sangat rasional dan beda dengan ajaran-ajaran agama saya, Budha Tri Dharma, yang merupakan percampuran antara ajaran Budha dan ajaran Konghucu (ajaran nenek moyang bangsa Cina). Dari ajaran Budha Tri Dharma ini, saya suka bertanya, mengapa agama ini hanya mengajarkan dan menonjolkan upacara ritual ajaran nenek moyang saja? Saya terus bertanyatanya dalam hati.
Secara harfiah, Tri artinya tiga, Dharma artinya ajaran. Memang, ajaran Budha berasal dari tanah Hindustan (India). Ajaran ini dibawa oleh Sidharta Gautama. Mulanya disebarkan di India, lalu menyebar ke daratan Cina. Pada waktu itu, di Cina berkembang pesat ajaran Laotze dan Konghucu, yang mengajarkan tentang ajaran tradisi nenek moyang. Kedua ajaran ini mengajarkan tentang dharnia ‘kebaikan’. Ajaran Budha yang datang ke daratan Cina, kemudian masuk bersatu dengan ajaran Laotze dan Konghucu. Jadi, ajaran Budha Tri Dharma yang saya anut merupakan percampuran antara ajaran Budha dan tradisi nenek moyang yang berasal dari Laotze dan Konghucu.
Rasa ragu ini membuat saya ingin berontak. Saya sudah tidak yakin lagi dan ragu pada agama Budha ini. Karena perpaduan tiga unsur yang berbeda ini, setiap beribadah diharuskan ada bunga dan lilin. Entah, untuk apa itu semua? Selain ragu, saya juga membandingkan cara beribadah agama Islam dan Budha. Menurut pengamatan saya, tata cara peribadahan umat Islam sangat sederhana dan tidak rumit. Dengan berpakaian bersih, berwudhu, dan berniat, umat Islam dapat menjalankan ibadah pokoknya, shalat.
Lain dengan Budha yang menjadi ajaran agama saya. Ia sangat rumit. Selain itu, saya juga mengamati ajaran-ajaran agama lainnya dan ada perbedaan. Setelah mengamati perbedaan itu, saya yakin dengan keraguan saya terhadap ajaranajaran Budha. Saya bertekad untuk meninggalkan agama Budha. Saya ingin mendalami agama Islam sebagai keyakinan baru, sebagaimana yang dianut teman-teman saya di sekolah.
MASUK ISLAM
Keinginan itu saya utarakan kepada Irwan. Ia sangat gembira menanggapi keinginan saya itu. Irwan menyarankan agar saya segera berkonsultasi dengan guru agama di sekolah. Ketertarikan kepada agama Islam mulai tumbuh di hati saya. Di sekolah, saya berdiskusi dengan teman-teman aktivis rohani islam (rohis), di rumah saya senang mendengarkan suara azan.
Namun, keinginan itu berbenturan dengan kehendak orang tua. Mereka sangat marah saat saya sengaja mendengarkan azan dan televisi. Mereka langsung mematikan televisi sambil berkata, “Awas, kalau kamu sampai tertarik.” Ucapan ini merupakan ancaman bagi keyakinan bagi saya. Benturan ini untung hanya terjadi di rumah. Untuk menghindari benturan dan agar dapat menjalankan keyakinan baru saya sengaja kos dekat rumah. Saya tidak ingin berbenturan lagi dengan pihak keluarga. Jika mereka tahu saya berniat pindah agama, mereka tentu akan memindahkan saya ke sekolah khusus yang memberikan mata pelajaran agama Budha. Keluarga saya tentu akan menjauhi saya dan semua aktivitas saya akan dipantau dan diperketat.
Benturan ini membuat saya bertekad untuk terus meyakini agama Islam sebagai pilihan. Alhamdulillah, tekad saya ini mendapat dukungan dari teman kos dan teman-teman sekolah. Oleh para guru, saya terus dibimbing. Tepat pada suatu acara sekolah, khususnya pada acara keagamaan, saya mengikrarkan diri menjadi seorang muallaf. Saya mengucapkan ikrar dua kalimat syahadat di hadapan teman-teman dan disaksikan oleh para guru. Mereka sangat gembira. Apalagi saya, tentunya. Saya sangat senang atas sambutan dan dukungan mereka.
Guna mendalami keyakinan agama, saya berusaha untuk mendalami ajaran agama Islam. Saya belajar dan Irwan dan teman-teman Rohis. Selain itu, saya juga banyak menelaah buku-buku agama Islam. Saya bertekad untuk menjalankan ajaran agama secara benar dan sungguh-sungguh. Saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.
http://databaseartikel.com/all-islam/20112207-kisah-muallaf-anastasia-r.html
Tahun 1996, saya masuk ke sebuah sekolah teknik menengah (STM) di Jakarta. Umumnya sekolah teknik, mayoritas muridnya kaum pria. Meskipun begitu, banyak juga murid wanita yang sekolah di sini. Di sekolah ini, murid wanitanya kebanyakan mengenakan jilbab sebagai penutup kepala, sedangkan murid prianya sangat aktif dalam kegiatan bimbingan rohani Islam. Selama bersekolah di sini, saya merasakan sebuah pengalaman yang berkesan. Lingkungan yang cukup keras, namun agamis serta sangat toleran. Mungkin hanya saya yang beragama Budha dan warga keturunan. Saya sangat senang bergaul dengan mereka.
Dari pergaulan di lingkungan sekolah yang toleran ini, saya mulai berani berbincang-bincang dengan teman dan kakak kelas perihal ajaran agama masing-masing, terutama dengan Irwan. Irwan yang aktif di rohis OSIS sering bercerita tentang prinsip-prinsip ajaran Islam, seperti rukun iman dan rukun Islam.
Cerita dan penjelasan Irwan ini sangat berkesan di hati saya. Setiap dia bercerita tentang Islam, saya tekun menyimak dan sesekali bertanya. Terkadang saya suka membandingkan ajaran-ajaran agama Budha dengan ajaran Islam. Saya terus bertanya-tanya dalam hati, bagaimana dengan ajaran agama saya? Rupanya keterangan Irwan adalah awal dari ketertarikan saya pada ajaran Islam.
RAGU PADA AJARAN BUDHA
Memang, saya akui, ajaran Budha sudah mendarah daging dalam diri saya. Saya pernah menjadi pengasuh agama Budha buat anak-anak kecil. Bahkan, saya mempunyai perpustakaan khusus ajaran-ajaran Budha dan tempat sembahyang (altar) sendiri di rumah. Setiap jam lima (17.00) sore, saya sembahyang dan membaca parita (doa-doa dalam agama Budha, dalam dua bahasa: Sansekerta dan Pali India), serta bermeditasi. Tapi, perbincangan dan pergaulan dengan Irwan serta teman-teman putri lainnya, membuat saya sempat ragu pada ajaran agama saya sendiri. Islam, menurut saya, sangat rasional dan beda dengan ajaran-ajaran agama saya, Budha Tri Dharma, yang merupakan percampuran antara ajaran Budha dan ajaran Konghucu (ajaran nenek moyang bangsa Cina). Dari ajaran Budha Tri Dharma ini, saya suka bertanya, mengapa agama ini hanya mengajarkan dan menonjolkan upacara ritual ajaran nenek moyang saja? Saya terus bertanyatanya dalam hati.
Secara harfiah, Tri artinya tiga, Dharma artinya ajaran. Memang, ajaran Budha berasal dari tanah Hindustan (India). Ajaran ini dibawa oleh Sidharta Gautama. Mulanya disebarkan di India, lalu menyebar ke daratan Cina. Pada waktu itu, di Cina berkembang pesat ajaran Laotze dan Konghucu, yang mengajarkan tentang ajaran tradisi nenek moyang. Kedua ajaran ini mengajarkan tentang dharnia ‘kebaikan’. Ajaran Budha yang datang ke daratan Cina, kemudian masuk bersatu dengan ajaran Laotze dan Konghucu. Jadi, ajaran Budha Tri Dharma yang saya anut merupakan percampuran antara ajaran Budha dan tradisi nenek moyang yang berasal dari Laotze dan Konghucu.
Rasa ragu ini membuat saya ingin berontak. Saya sudah tidak yakin lagi dan ragu pada agama Budha ini. Karena perpaduan tiga unsur yang berbeda ini, setiap beribadah diharuskan ada bunga dan lilin. Entah, untuk apa itu semua? Selain ragu, saya juga membandingkan cara beribadah agama Islam dan Budha. Menurut pengamatan saya, tata cara peribadahan umat Islam sangat sederhana dan tidak rumit. Dengan berpakaian bersih, berwudhu, dan berniat, umat Islam dapat menjalankan ibadah pokoknya, shalat.
Lain dengan Budha yang menjadi ajaran agama saya. Ia sangat rumit. Selain itu, saya juga mengamati ajaran-ajaran agama lainnya dan ada perbedaan. Setelah mengamati perbedaan itu, saya yakin dengan keraguan saya terhadap ajaranajaran Budha. Saya bertekad untuk meninggalkan agama Budha. Saya ingin mendalami agama Islam sebagai keyakinan baru, sebagaimana yang dianut teman-teman saya di sekolah.
MASUK ISLAM
Keinginan itu saya utarakan kepada Irwan. Ia sangat gembira menanggapi keinginan saya itu. Irwan menyarankan agar saya segera berkonsultasi dengan guru agama di sekolah. Ketertarikan kepada agama Islam mulai tumbuh di hati saya. Di sekolah, saya berdiskusi dengan teman-teman aktivis rohani islam (rohis), di rumah saya senang mendengarkan suara azan.
Namun, keinginan itu berbenturan dengan kehendak orang tua. Mereka sangat marah saat saya sengaja mendengarkan azan dan televisi. Mereka langsung mematikan televisi sambil berkata, “Awas, kalau kamu sampai tertarik.” Ucapan ini merupakan ancaman bagi keyakinan bagi saya. Benturan ini untung hanya terjadi di rumah. Untuk menghindari benturan dan agar dapat menjalankan keyakinan baru saya sengaja kos dekat rumah. Saya tidak ingin berbenturan lagi dengan pihak keluarga. Jika mereka tahu saya berniat pindah agama, mereka tentu akan memindahkan saya ke sekolah khusus yang memberikan mata pelajaran agama Budha. Keluarga saya tentu akan menjauhi saya dan semua aktivitas saya akan dipantau dan diperketat.
Benturan ini membuat saya bertekad untuk terus meyakini agama Islam sebagai pilihan. Alhamdulillah, tekad saya ini mendapat dukungan dari teman kos dan teman-teman sekolah. Oleh para guru, saya terus dibimbing. Tepat pada suatu acara sekolah, khususnya pada acara keagamaan, saya mengikrarkan diri menjadi seorang muallaf. Saya mengucapkan ikrar dua kalimat syahadat di hadapan teman-teman dan disaksikan oleh para guru. Mereka sangat gembira. Apalagi saya, tentunya. Saya sangat senang atas sambutan dan dukungan mereka.
Guna mendalami keyakinan agama, saya berusaha untuk mendalami ajaran agama Islam. Saya belajar dan Irwan dan teman-teman Rohis. Selain itu, saya juga banyak menelaah buku-buku agama Islam. Saya bertekad untuk menjalankan ajaran agama secara benar dan sungguh-sungguh. Saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.
http://databaseartikel.com/all-islam/20112207-kisah-muallaf-anastasia-r.html
hamba tuhan- MUSLIM
-
Number of posts : 9932
Age : 23
Location : Aceh
Humor : Obrolan Santai dengan Om Yesus
Reputation : -206
Points : 15875
Registration date : 2010-09-20
Re: Kisah Muallaf ” Anastasia R “ dari budha masuk islam
hamba tuhan wrote:Lingkungan, pergaulan, dan keraguan adalah jalan yang mengantarkan saya ke jalan agama Tauhid. Saya terlahir dan besar dalam didikan agama Budha. Sejak kecil saya diarahkan untuk terus mempelajari agama Budha. Buku-buku ajaran Budha merupakan bacaan wajib dalam kehidupan saya. Vihara adalah rumah saya yang kedua dalam menekuni agama Budha.
Tahun 1996, saya masuk ke sebuah sekolah teknik menengah (STM) di Jakarta. Umumnya sekolah teknik, mayoritas muridnya kaum pria. Meskipun begitu, banyak juga murid wanita yang sekolah di sini. Di sekolah ini, murid wanitanya kebanyakan mengenakan jilbab sebagai penutup kepala, sedangkan murid prianya sangat aktif dalam kegiatan bimbingan rohani Islam. Selama bersekolah di sini, saya merasakan sebuah pengalaman yang berkesan. Lingkungan yang cukup keras, namun agamis serta sangat toleran. Mungkin hanya saya yang beragama Budha dan warga keturunan. Saya sangat senang bergaul dengan mereka.
Dari pergaulan di lingkungan sekolah yang toleran ini, saya mulai berani berbincang-bincang dengan teman dan kakak kelas perihal ajaran agama masing-masing, terutama dengan Irwan. Irwan yang aktif di rohis OSIS sering bercerita tentang prinsip-prinsip ajaran Islam, seperti rukun iman dan rukun Islam.
Cerita dan penjelasan Irwan ini sangat berkesan di hati saya. Setiap dia bercerita tentang Islam, saya tekun menyimak dan sesekali bertanya. Terkadang saya suka membandingkan ajaran-ajaran agama Budha dengan ajaran Islam. Saya terus bertanya-tanya dalam hati, bagaimana dengan ajaran agama saya? Rupanya keterangan Irwan adalah awal dari ketertarikan saya pada ajaran Islam.
RAGU PADA AJARAN BUDHA
Memang, saya akui, ajaran Budha sudah mendarah daging dalam diri saya. Saya pernah menjadi pengasuh agama Budha buat anak-anak kecil. Bahkan, saya mempunyai perpustakaan khusus ajaran-ajaran Budha dan tempat sembahyang (altar) sendiri di rumah. Setiap jam lima (17.00) sore, saya sembahyang dan membaca parita (doa-doa dalam agama Budha, dalam dua bahasa: Sansekerta dan Pali India), serta bermeditasi. Tapi, perbincangan dan pergaulan dengan Irwan serta teman-teman putri lainnya, membuat saya sempat ragu pada ajaran agama saya sendiri. Islam, menurut saya, sangat rasional dan beda dengan ajaran-ajaran agama saya, Budha Tri Dharma, yang merupakan percampuran antara ajaran Budha dan ajaran Konghucu (ajaran nenek moyang bangsa Cina). Dari ajaran Budha Tri Dharma ini, saya suka bertanya, mengapa agama ini hanya mengajarkan dan menonjolkan upacara ritual ajaran nenek moyang saja? Saya terus bertanyatanya dalam hati.
Secara harfiah, Tri artinya tiga, Dharma artinya ajaran. Memang, ajaran Budha berasal dari tanah Hindustan (India). Ajaran ini dibawa oleh Sidharta Gautama. Mulanya disebarkan di India, lalu menyebar ke daratan Cina. Pada waktu itu, di Cina berkembang pesat ajaran Laotze dan Konghucu, yang mengajarkan tentang ajaran tradisi nenek moyang. Kedua ajaran ini mengajarkan tentang dharnia ‘kebaikan’. Ajaran Budha yang datang ke daratan Cina, kemudian masuk bersatu dengan ajaran Laotze dan Konghucu. Jadi, ajaran Budha Tri Dharma yang saya anut merupakan percampuran antara ajaran Budha dan tradisi nenek moyang yang berasal dari Laotze dan Konghucu.
Rasa ragu ini membuat saya ingin berontak. Saya sudah tidak yakin lagi dan ragu pada agama Budha ini. Karena perpaduan tiga unsur yang berbeda ini, setiap beribadah diharuskan ada bunga dan lilin. Entah, untuk apa itu semua? Selain ragu, saya juga membandingkan cara beribadah agama Islam dan Budha. Menurut pengamatan saya, tata cara peribadahan umat Islam sangat sederhana dan tidak rumit. Dengan berpakaian bersih, berwudhu, dan berniat, umat Islam dapat menjalankan ibadah pokoknya, shalat.
Lain dengan Budha yang menjadi ajaran agama saya. Ia sangat rumit. Selain itu, saya juga mengamati ajaran-ajaran agama lainnya dan ada perbedaan. Setelah mengamati perbedaan itu, saya yakin dengan keraguan saya terhadap ajaranajaran Budha. Saya bertekad untuk meninggalkan agama Budha. Saya ingin mendalami agama Islam sebagai keyakinan baru, sebagaimana yang dianut teman-teman saya di sekolah.
MASUK ISLAM
Keinginan itu saya utarakan kepada Irwan. Ia sangat gembira menanggapi keinginan saya itu. Irwan menyarankan agar saya segera berkonsultasi dengan guru agama di sekolah. Ketertarikan kepada agama Islam mulai tumbuh di hati saya. Di sekolah, saya berdiskusi dengan teman-teman aktivis rohani islam (rohis), di rumah saya senang mendengarkan suara azan.
Namun, keinginan itu berbenturan dengan kehendak orang tua. Mereka sangat marah saat saya sengaja mendengarkan azan dan televisi. Mereka langsung mematikan televisi sambil berkata, “Awas, kalau kamu sampai tertarik.” Ucapan ini merupakan ancaman bagi keyakinan bagi saya. Benturan ini untung hanya terjadi di rumah. Untuk menghindari benturan dan agar dapat menjalankan keyakinan baru saya sengaja kos dekat rumah. Saya tidak ingin berbenturan lagi dengan pihak keluarga. Jika mereka tahu saya berniat pindah agama, mereka tentu akan memindahkan saya ke sekolah khusus yang memberikan mata pelajaran agama Budha. Keluarga saya tentu akan menjauhi saya dan semua aktivitas saya akan dipantau dan diperketat.
Benturan ini membuat saya bertekad untuk terus meyakini agama Islam sebagai pilihan. Alhamdulillah, tekad saya ini mendapat dukungan dari teman kos dan teman-teman sekolah. Oleh para guru, saya terus dibimbing. Tepat pada suatu acara sekolah, khususnya pada acara keagamaan, saya mengikrarkan diri menjadi seorang muallaf. Saya mengucapkan ikrar dua kalimat syahadat di hadapan teman-teman dan disaksikan oleh para guru. Mereka sangat gembira. Apalagi saya, tentunya. Saya sangat senang atas sambutan dan dukungan mereka.
Guna mendalami keyakinan agama, saya berusaha untuk mendalami ajaran agama Islam. Saya belajar dan Irwan dan teman-teman Rohis. Selain itu, saya juga banyak menelaah buku-buku agama Islam. Saya bertekad untuk menjalankan ajaran agama secara benar dan sungguh-sungguh. Saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.
http://databaseartikel.com/all-islam/20112207-kisah-muallaf-anastasia-r.html
Buddha Tridharma memang merupakan ajaran gabungan dari Kong Hu Cu, Taoisme< dan Buddha
ajaran Buddha disini dinilai cocok krn ada keserasian dlm
1. cattari ariya saccani
2. kamma & punabbhava
3. tilakkhana
4. paticcasamuppada
5. sila & samadh
hal tersebut dlm agama Buddha hanya sebagai ritual pengajaran
bagi mereka yang telah mengetahui itu hanya menjadi pengetahuan belaka
maka tidak heran bagi saya orng yang berpengetahuan seperti itu kemudian berpindah kepercayaan
padahal dlm Buddhis kepercayaan itu tidak ada, kepercayaan itu adalah produk dari pikiran
setelah anda mendalami Buddhis dlm meditasi ( vi[[asana ) bahkan ajaran Sidharta sekalipun menjadi penghalang menuju pencerahan
ada pepatah mengatakan "Bagai telunjuk ( ajaran ) menuju ke Bulan ( kebenaran )"
jika anda hanya mengarh ke telunjuk anda akan kehilangan essensi dari Bulan
jadi... jika anda hanya terpaku pada kita suci, pendapat orang ( ilmuan, ahli agama, dll, isu, gosip, bahkan kata Sidharta sendiri ) maka janga berharap Kebenaran
didalam meditasi ZEN lbh ekstirm lagi
"Jika Anda bertemu seorang Buddha, bunuh Buddha itu. Jika Anda bertemu seorang Sesepuh (Patriark), bunuh Sesepuh itu. Jika Anda bertemu seorang arahat, bunuh arahat itu. Jika Anda bertemu dengan orang tuamu, bunuh orang tuamu. Jika Anda bertemu sanak saudaramu, bunuh sanak saudaramu. Dengan demikian, untuk pertama kalinya engkau akan memperoleh pembebasan, tidak akan terlibat berbagai hal, dan pergi dengan bebas ke mana pun Anda ingin pergi."
[Linji Yixuan, Master Zen, abad 9 M]
intinya dalah membunuh ajaran bukan melekatinya, selama anda melekatinya amda tidak akan mem\nemukan kebenaran, karena semua itu adalah olah"pikiran"
Salam
dessertsnake- RED MEMBERS
- Number of posts : 32
Reputation : 0
Points : 4748
Registration date : 2011-06-05
Re: Kisah Muallaf ” Anastasia R “ dari budha masuk islam
dessertsnake wrote:hamba tuhan wrote:Lingkungan, pergaulan, dan keraguan adalah jalan yang mengantarkan saya ke jalan agama Tauhid. Saya terlahir dan besar dalam didikan agama Budha. Sejak kecil saya diarahkan untuk terus mempelajari agama Budha. Buku-buku ajaran Budha merupakan bacaan wajib dalam kehidupan saya. Vihara adalah rumah saya yang kedua dalam menekuni agama Budha.
Tahun 1996, saya masuk ke sebuah sekolah teknik menengah (STM) di Jakarta. Umumnya sekolah teknik, mayoritas muridnya kaum pria. Meskipun begitu, banyak juga murid wanita yang sekolah di sini. Di sekolah ini, murid wanitanya kebanyakan mengenakan jilbab sebagai penutup kepala, sedangkan murid prianya sangat aktif dalam kegiatan bimbingan rohani Islam. Selama bersekolah di sini, saya merasakan sebuah pengalaman yang berkesan. Lingkungan yang cukup keras, namun agamis serta sangat toleran. Mungkin hanya saya yang beragama Budha dan warga keturunan. Saya sangat senang bergaul dengan mereka.
Dari pergaulan di lingkungan sekolah yang toleran ini, saya mulai berani berbincang-bincang dengan teman dan kakak kelas perihal ajaran agama masing-masing, terutama dengan Irwan. Irwan yang aktif di rohis OSIS sering bercerita tentang prinsip-prinsip ajaran Islam, seperti rukun iman dan rukun Islam.
Cerita dan penjelasan Irwan ini sangat berkesan di hati saya. Setiap dia bercerita tentang Islam, saya tekun menyimak dan sesekali bertanya. Terkadang saya suka membandingkan ajaran-ajaran agama Budha dengan ajaran Islam. Saya terus bertanya-tanya dalam hati, bagaimana dengan ajaran agama saya? Rupanya keterangan Irwan adalah awal dari ketertarikan saya pada ajaran Islam.
RAGU PADA AJARAN BUDHA
Memang, saya akui, ajaran Budha sudah mendarah daging dalam diri saya. Saya pernah menjadi pengasuh agama Budha buat anak-anak kecil. Bahkan, saya mempunyai perpustakaan khusus ajaran-ajaran Budha dan tempat sembahyang (altar) sendiri di rumah. Setiap jam lima (17.00) sore, saya sembahyang dan membaca parita (doa-doa dalam agama Budha, dalam dua bahasa: Sansekerta dan Pali India), serta bermeditasi. Tapi, perbincangan dan pergaulan dengan Irwan serta teman-teman putri lainnya, membuat saya sempat ragu pada ajaran agama saya sendiri. Islam, menurut saya, sangat rasional dan beda dengan ajaran-ajaran agama saya, Budha Tri Dharma, yang merupakan percampuran antara ajaran Budha dan ajaran Konghucu (ajaran nenek moyang bangsa Cina). Dari ajaran Budha Tri Dharma ini, saya suka bertanya, mengapa agama ini hanya mengajarkan dan menonjolkan upacara ritual ajaran nenek moyang saja? Saya terus bertanyatanya dalam hati.
Secara harfiah, Tri artinya tiga, Dharma artinya ajaran. Memang, ajaran Budha berasal dari tanah Hindustan (India). Ajaran ini dibawa oleh Sidharta Gautama. Mulanya disebarkan di India, lalu menyebar ke daratan Cina. Pada waktu itu, di Cina berkembang pesat ajaran Laotze dan Konghucu, yang mengajarkan tentang ajaran tradisi nenek moyang. Kedua ajaran ini mengajarkan tentang dharnia ‘kebaikan’. Ajaran Budha yang datang ke daratan Cina, kemudian masuk bersatu dengan ajaran Laotze dan Konghucu. Jadi, ajaran Budha Tri Dharma yang saya anut merupakan percampuran antara ajaran Budha dan tradisi nenek moyang yang berasal dari Laotze dan Konghucu.
Rasa ragu ini membuat saya ingin berontak. Saya sudah tidak yakin lagi dan ragu pada agama Budha ini. Karena perpaduan tiga unsur yang berbeda ini, setiap beribadah diharuskan ada bunga dan lilin. Entah, untuk apa itu semua? Selain ragu, saya juga membandingkan cara beribadah agama Islam dan Budha. Menurut pengamatan saya, tata cara peribadahan umat Islam sangat sederhana dan tidak rumit. Dengan berpakaian bersih, berwudhu, dan berniat, umat Islam dapat menjalankan ibadah pokoknya, shalat.
Lain dengan Budha yang menjadi ajaran agama saya. Ia sangat rumit. Selain itu, saya juga mengamati ajaran-ajaran agama lainnya dan ada perbedaan. Setelah mengamati perbedaan itu, saya yakin dengan keraguan saya terhadap ajaranajaran Budha. Saya bertekad untuk meninggalkan agama Budha. Saya ingin mendalami agama Islam sebagai keyakinan baru, sebagaimana yang dianut teman-teman saya di sekolah.
MASUK ISLAM
Keinginan itu saya utarakan kepada Irwan. Ia sangat gembira menanggapi keinginan saya itu. Irwan menyarankan agar saya segera berkonsultasi dengan guru agama di sekolah. Ketertarikan kepada agama Islam mulai tumbuh di hati saya. Di sekolah, saya berdiskusi dengan teman-teman aktivis rohani islam (rohis), di rumah saya senang mendengarkan suara azan.
Namun, keinginan itu berbenturan dengan kehendak orang tua. Mereka sangat marah saat saya sengaja mendengarkan azan dan televisi. Mereka langsung mematikan televisi sambil berkata, “Awas, kalau kamu sampai tertarik.” Ucapan ini merupakan ancaman bagi keyakinan bagi saya. Benturan ini untung hanya terjadi di rumah. Untuk menghindari benturan dan agar dapat menjalankan keyakinan baru saya sengaja kos dekat rumah. Saya tidak ingin berbenturan lagi dengan pihak keluarga. Jika mereka tahu saya berniat pindah agama, mereka tentu akan memindahkan saya ke sekolah khusus yang memberikan mata pelajaran agama Budha. Keluarga saya tentu akan menjauhi saya dan semua aktivitas saya akan dipantau dan diperketat.
Benturan ini membuat saya bertekad untuk terus meyakini agama Islam sebagai pilihan. Alhamdulillah, tekad saya ini mendapat dukungan dari teman kos dan teman-teman sekolah. Oleh para guru, saya terus dibimbing. Tepat pada suatu acara sekolah, khususnya pada acara keagamaan, saya mengikrarkan diri menjadi seorang muallaf. Saya mengucapkan ikrar dua kalimat syahadat di hadapan teman-teman dan disaksikan oleh para guru. Mereka sangat gembira. Apalagi saya, tentunya. Saya sangat senang atas sambutan dan dukungan mereka.
Guna mendalami keyakinan agama, saya berusaha untuk mendalami ajaran agama Islam. Saya belajar dan Irwan dan teman-teman Rohis. Selain itu, saya juga banyak menelaah buku-buku agama Islam. Saya bertekad untuk menjalankan ajaran agama secara benar dan sungguh-sungguh. Saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.
http://databaseartikel.com/all-islam/20112207-kisah-muallaf-anastasia-r.html
Buddha Tridharma memang merupakan ajaran gabungan dari Kong Hu Cu, Taoisme< dan Buddha
ajaran Buddha disini dinilai cocok krn ada keserasian dlm
1. cattari ariya saccani
2. kamma & punabbhava
3. tilakkhana
4. paticcasamuppada
5. sila & samadh
hal tersebut dlm agama Buddha hanya sebagai ritual pengajaran
bagi mereka yang telah mengetahui itu hanya menjadi pengetahuan belaka
maka tidak heran bagi saya orng yang berpengetahuan seperti itu kemudian berpindah kepercayaan
padahal dlm Buddhis kepercayaan itu tidak ada, kepercayaan itu adalah produk dari pikiran
setelah anda mendalami Buddhis dlm meditasi ( vi[[asana ) bahkan ajaran Sidharta sekalipun menjadi penghalang menuju pencerahan
ada pepatah mengatakan "Bagai telunjuk ( ajaran ) menuju ke Bulan ( kebenaran )"
jika anda hanya mengarh ke telunjuk anda akan kehilangan essensi dari Bulan
jadi... jika anda hanya terpaku pada kita suci, pendapat orang ( ilmuan, ahli agama, dll, isu, gosip, bahkan kata Sidharta sendiri ) maka janga berharap Kebenaran
didalam meditasi ZEN lbh ekstirm lagi
"Jika Anda bertemu seorang Buddha, bunuh Buddha itu. Jika Anda bertemu seorang Sesepuh (Patriark), bunuh Sesepuh itu. Jika Anda bertemu seorang arahat, bunuh arahat itu. Jika Anda bertemu dengan orang tuamu, bunuh orang tuamu. Jika Anda bertemu sanak saudaramu, bunuh sanak saudaramu. Dengan demikian, untuk pertama kalinya engkau akan memperoleh pembebasan, tidak akan terlibat berbagai hal, dan pergi dengan bebas ke mana pun Anda ingin pergi."
[Linji Yixuan, Master Zen, abad 9 M]
intinya dalah membunuh ajaran bukan melekatinya, selama anda melekatinya amda tidak akan mem\nemukan kebenaran, karena semua itu adalah olah"pikiran"
Salam
peranan akal dapat menundukkan kekuatan iman. Iman harus mau didahului oleh akal. Yang harus dipercaya adalah apa yang telah disetujui atau dapat diterima oleh akal.
berpikir itu berada di luar iman(di luar kepercayaan). Karena itu berpikir merupakan sesuatu yang berdiri sendiri.
hamba tuhan- MUSLIM
-
Number of posts : 9932
Age : 23
Location : Aceh
Humor : Obrolan Santai dengan Om Yesus
Reputation : -206
Points : 15875
Registration date : 2010-09-20
Re: Kisah Muallaf ” Anastasia R “ dari budha masuk islam
hamba tuhan wrote:dessertsnake wrote:hamba tuhan wrote:Lingkungan, pergaulan, dan keraguan adalah jalan yang mengantarkan saya ke jalan agama Tauhid. Saya terlahir dan besar dalam didikan agama Budha. Sejak kecil saya diarahkan untuk terus mempelajari agama Budha. Buku-buku ajaran Budha merupakan bacaan wajib dalam kehidupan saya. Vihara adalah rumah saya yang kedua dalam menekuni agama Budha.
Tahun 1996, saya masuk ke sebuah sekolah teknik menengah (STM) di Jakarta. Umumnya sekolah teknik, mayoritas muridnya kaum pria. Meskipun begitu, banyak juga murid wanita yang sekolah di sini. Di sekolah ini, murid wanitanya kebanyakan mengenakan jilbab sebagai penutup kepala, sedangkan murid prianya sangat aktif dalam kegiatan bimbingan rohani Islam. Selama bersekolah di sini, saya merasakan sebuah pengalaman yang berkesan. Lingkungan yang cukup keras, namun agamis serta sangat toleran. Mungkin hanya saya yang beragama Budha dan warga keturunan. Saya sangat senang bergaul dengan mereka.
Dari pergaulan di lingkungan sekolah yang toleran ini, saya mulai berani berbincang-bincang dengan teman dan kakak kelas perihal ajaran agama masing-masing, terutama dengan Irwan. Irwan yang aktif di rohis OSIS sering bercerita tentang prinsip-prinsip ajaran Islam, seperti rukun iman dan rukun Islam.
Cerita dan penjelasan Irwan ini sangat berkesan di hati saya. Setiap dia bercerita tentang Islam, saya tekun menyimak dan sesekali bertanya. Terkadang saya suka membandingkan ajaran-ajaran agama Budha dengan ajaran Islam. Saya terus bertanya-tanya dalam hati, bagaimana dengan ajaran agama saya? Rupanya keterangan Irwan adalah awal dari ketertarikan saya pada ajaran Islam.
RAGU PADA AJARAN BUDHA
Memang, saya akui, ajaran Budha sudah mendarah daging dalam diri saya. Saya pernah menjadi pengasuh agama Budha buat anak-anak kecil. Bahkan, saya mempunyai perpustakaan khusus ajaran-ajaran Budha dan tempat sembahyang (altar) sendiri di rumah. Setiap jam lima (17.00) sore, saya sembahyang dan membaca parita (doa-doa dalam agama Budha, dalam dua bahasa: Sansekerta dan Pali India), serta bermeditasi. Tapi, perbincangan dan pergaulan dengan Irwan serta teman-teman putri lainnya, membuat saya sempat ragu pada ajaran agama saya sendiri. Islam, menurut saya, sangat rasional dan beda dengan ajaran-ajaran agama saya, Budha Tri Dharma, yang merupakan percampuran antara ajaran Budha dan ajaran Konghucu (ajaran nenek moyang bangsa Cina). Dari ajaran Budha Tri Dharma ini, saya suka bertanya, mengapa agama ini hanya mengajarkan dan menonjolkan upacara ritual ajaran nenek moyang saja? Saya terus bertanyatanya dalam hati.
Secara harfiah, Tri artinya tiga, Dharma artinya ajaran. Memang, ajaran Budha berasal dari tanah Hindustan (India). Ajaran ini dibawa oleh Sidharta Gautama. Mulanya disebarkan di India, lalu menyebar ke daratan Cina. Pada waktu itu, di Cina berkembang pesat ajaran Laotze dan Konghucu, yang mengajarkan tentang ajaran tradisi nenek moyang. Kedua ajaran ini mengajarkan tentang dharnia ‘kebaikan’. Ajaran Budha yang datang ke daratan Cina, kemudian masuk bersatu dengan ajaran Laotze dan Konghucu. Jadi, ajaran Budha Tri Dharma yang saya anut merupakan percampuran antara ajaran Budha dan tradisi nenek moyang yang berasal dari Laotze dan Konghucu.
Rasa ragu ini membuat saya ingin berontak. Saya sudah tidak yakin lagi dan ragu pada agama Budha ini. Karena perpaduan tiga unsur yang berbeda ini, setiap beribadah diharuskan ada bunga dan lilin. Entah, untuk apa itu semua? Selain ragu, saya juga membandingkan cara beribadah agama Islam dan Budha. Menurut pengamatan saya, tata cara peribadahan umat Islam sangat sederhana dan tidak rumit. Dengan berpakaian bersih, berwudhu, dan berniat, umat Islam dapat menjalankan ibadah pokoknya, shalat.
Lain dengan Budha yang menjadi ajaran agama saya. Ia sangat rumit. Selain itu, saya juga mengamati ajaran-ajaran agama lainnya dan ada perbedaan. Setelah mengamati perbedaan itu, saya yakin dengan keraguan saya terhadap ajaranajaran Budha. Saya bertekad untuk meninggalkan agama Budha. Saya ingin mendalami agama Islam sebagai keyakinan baru, sebagaimana yang dianut teman-teman saya di sekolah.
MASUK ISLAM
Keinginan itu saya utarakan kepada Irwan. Ia sangat gembira menanggapi keinginan saya itu. Irwan menyarankan agar saya segera berkonsultasi dengan guru agama di sekolah. Ketertarikan kepada agama Islam mulai tumbuh di hati saya. Di sekolah, saya berdiskusi dengan teman-teman aktivis rohani islam (rohis), di rumah saya senang mendengarkan suara azan.
Namun, keinginan itu berbenturan dengan kehendak orang tua. Mereka sangat marah saat saya sengaja mendengarkan azan dan televisi. Mereka langsung mematikan televisi sambil berkata, “Awas, kalau kamu sampai tertarik.” Ucapan ini merupakan ancaman bagi keyakinan bagi saya. Benturan ini untung hanya terjadi di rumah. Untuk menghindari benturan dan agar dapat menjalankan keyakinan baru saya sengaja kos dekat rumah. Saya tidak ingin berbenturan lagi dengan pihak keluarga. Jika mereka tahu saya berniat pindah agama, mereka tentu akan memindahkan saya ke sekolah khusus yang memberikan mata pelajaran agama Budha. Keluarga saya tentu akan menjauhi saya dan semua aktivitas saya akan dipantau dan diperketat.
Benturan ini membuat saya bertekad untuk terus meyakini agama Islam sebagai pilihan. Alhamdulillah, tekad saya ini mendapat dukungan dari teman kos dan teman-teman sekolah. Oleh para guru, saya terus dibimbing. Tepat pada suatu acara sekolah, khususnya pada acara keagamaan, saya mengikrarkan diri menjadi seorang muallaf. Saya mengucapkan ikrar dua kalimat syahadat di hadapan teman-teman dan disaksikan oleh para guru. Mereka sangat gembira. Apalagi saya, tentunya. Saya sangat senang atas sambutan dan dukungan mereka.
Guna mendalami keyakinan agama, saya berusaha untuk mendalami ajaran agama Islam. Saya belajar dan Irwan dan teman-teman Rohis. Selain itu, saya juga banyak menelaah buku-buku agama Islam. Saya bertekad untuk menjalankan ajaran agama secara benar dan sungguh-sungguh. Saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.
http://databaseartikel.com/all-islam/20112207-kisah-muallaf-anastasia-r.html
Buddha Tridharma memang merupakan ajaran gabungan dari Kong Hu Cu, Taoisme< dan Buddha
ajaran Buddha disini dinilai cocok krn ada keserasian dlm
1. cattari ariya saccani
2. kamma & punabbhava
3. tilakkhana
4. paticcasamuppada
5. sila & samadh
hal tersebut dlm agama Buddha hanya sebagai ritual pengajaran
bagi mereka yang telah mengetahui itu hanya menjadi pengetahuan belaka
maka tidak heran bagi saya orng yang berpengetahuan seperti itu kemudian berpindah kepercayaan
padahal dlm Buddhis kepercayaan itu tidak ada, kepercayaan itu adalah produk dari pikiran
setelah anda mendalami Buddhis dlm meditasi ( vi[[asana ) bahkan ajaran Sidharta sekalipun menjadi penghalang menuju pencerahan
ada pepatah mengatakan "Bagai telunjuk ( ajaran ) menuju ke Bulan ( kebenaran )"
jika anda hanya mengarh ke telunjuk anda akan kehilangan essensi dari Bulan
jadi... jika anda hanya terpaku pada kita suci, pendapat orang ( ilmuan, ahli agama, dll, isu, gosip, bahkan kata Sidharta sendiri ) maka janga berharap Kebenaran
didalam meditasi ZEN lbh ekstirm lagi
"Jika Anda bertemu seorang Buddha, bunuh Buddha itu. Jika Anda bertemu seorang Sesepuh (Patriark), bunuh Sesepuh itu. Jika Anda bertemu seorang arahat, bunuh arahat itu. Jika Anda bertemu dengan orang tuamu, bunuh orang tuamu. Jika Anda bertemu sanak saudaramu, bunuh sanak saudaramu. Dengan demikian, untuk pertama kalinya engkau akan memperoleh pembebasan, tidak akan terlibat berbagai hal, dan pergi dengan bebas ke mana pun Anda ingin pergi."
[Linji Yixuan, Master Zen, abad 9 M]
intinya dalah membunuh ajaran bukan melekatinya, selama anda melekatinya amda tidak akan mem\nemukan kebenaran, karena semua itu adalah olah"pikiran"
Salam
peranan akal dapat menundukkan kekuatan iman. Iman harus mau didahului oleh akal. Yang harus dipercaya adalah apa yang telah disetujui atau dapat diterima oleh akal.
berpikir itu berada di luar iman(di luar kepercayaan). Karena itu berpikir merupakan sesuatu yang berdiri sendiri.
maaf anda hanya bermain kata2
apa itu iman ?
apa itu akal ?
"berpikir itu berada di luar iman(di luar kepercayaan)" apakah pada saat lahir anda sudah mengimani "Agama", saya rasa tidak, setelah akal ( pikiran) anda mengenal segala sesuatu yg terkondisi maka anda mengenal yg disebut pengetahuan, pengetahuanyang menurut anda cocok maka anda sebut sebagai "iman"
kenyataannya semua olah dari pikiran atas pengetahuan yang anda dapat dari kecil hingga dewasa, anda tidak menemukannya sendiri ,melainkan karena [pengetahuan kemudian anda cocokan sesuai dgn logika anda baru anda "percaya bahwa itulah kebenaran
padahal semua itu olah pikiran, hanya saja kita tidak menggali lebih dalam karena ada norma serta aturan dan kemelekatan terhadap ajaran itu utk tidak di ragukan, maka kita meyakininya
sayangnya tidak semua orang berani keluar dari kotak, mereka percaya dan meyakini pengetahuan yang meraka sebut dgn "iman " utk ttp di percaya
tetapi semua itu kembali kepada manusia itu sendiri, sy disini hanya sebagai komentor yg melihat bagaimana kenyataan itu terjadi
silahkan anda lanjutkan "iman" anda, sy tidak akan menggangu
mohon maaf sebelumnya
salam
dessertsnake- RED MEMBERS
- Number of posts : 32
Reputation : 0
Points : 4748
Registration date : 2011-06-05
Re: Kisah Muallaf ” Anastasia R “ dari budha masuk islam
dessertsnake wrote:hamba tuhan wrote:dessertsnake wrote:hamba tuhan wrote:Lingkungan, pergaulan, dan keraguan adalah jalan yang mengantarkan saya ke jalan agama Tauhid. Saya terlahir dan besar dalam didikan agama Budha. Sejak kecil saya diarahkan untuk terus mempelajari agama Budha. Buku-buku ajaran Budha merupakan bacaan wajib dalam kehidupan saya. Vihara adalah rumah saya yang kedua dalam menekuni agama Budha.
Tahun 1996, saya masuk ke sebuah sekolah teknik menengah (STM) di Jakarta. Umumnya sekolah teknik, mayoritas muridnya kaum pria. Meskipun begitu, banyak juga murid wanita yang sekolah di sini. Di sekolah ini, murid wanitanya kebanyakan mengenakan jilbab sebagai penutup kepala, sedangkan murid prianya sangat aktif dalam kegiatan bimbingan rohani Islam. Selama bersekolah di sini, saya merasakan sebuah pengalaman yang berkesan. Lingkungan yang cukup keras, namun agamis serta sangat toleran. Mungkin hanya saya yang beragama Budha dan warga keturunan. Saya sangat senang bergaul dengan mereka.
Dari pergaulan di lingkungan sekolah yang toleran ini, saya mulai berani berbincang-bincang dengan teman dan kakak kelas perihal ajaran agama masing-masing, terutama dengan Irwan. Irwan yang aktif di rohis OSIS sering bercerita tentang prinsip-prinsip ajaran Islam, seperti rukun iman dan rukun Islam.
Cerita dan penjelasan Irwan ini sangat berkesan di hati saya. Setiap dia bercerita tentang Islam, saya tekun menyimak dan sesekali bertanya. Terkadang saya suka membandingkan ajaran-ajaran agama Budha dengan ajaran Islam. Saya terus bertanya-tanya dalam hati, bagaimana dengan ajaran agama saya? Rupanya keterangan Irwan adalah awal dari ketertarikan saya pada ajaran Islam.
RAGU PADA AJARAN BUDHA
Memang, saya akui, ajaran Budha sudah mendarah daging dalam diri saya. Saya pernah menjadi pengasuh agama Budha buat anak-anak kecil. Bahkan, saya mempunyai perpustakaan khusus ajaran-ajaran Budha dan tempat sembahyang (altar) sendiri di rumah. Setiap jam lima (17.00) sore, saya sembahyang dan membaca parita (doa-doa dalam agama Budha, dalam dua bahasa: Sansekerta dan Pali India), serta bermeditasi. Tapi, perbincangan dan pergaulan dengan Irwan serta teman-teman putri lainnya, membuat saya sempat ragu pada ajaran agama saya sendiri. Islam, menurut saya, sangat rasional dan beda dengan ajaran-ajaran agama saya, Budha Tri Dharma, yang merupakan percampuran antara ajaran Budha dan ajaran Konghucu (ajaran nenek moyang bangsa Cina). Dari ajaran Budha Tri Dharma ini, saya suka bertanya, mengapa agama ini hanya mengajarkan dan menonjolkan upacara ritual ajaran nenek moyang saja? Saya terus bertanyatanya dalam hati.
Secara harfiah, Tri artinya tiga, Dharma artinya ajaran. Memang, ajaran Budha berasal dari tanah Hindustan (India). Ajaran ini dibawa oleh Sidharta Gautama. Mulanya disebarkan di India, lalu menyebar ke daratan Cina. Pada waktu itu, di Cina berkembang pesat ajaran Laotze dan Konghucu, yang mengajarkan tentang ajaran tradisi nenek moyang. Kedua ajaran ini mengajarkan tentang dharnia ‘kebaikan’. Ajaran Budha yang datang ke daratan Cina, kemudian masuk bersatu dengan ajaran Laotze dan Konghucu. Jadi, ajaran Budha Tri Dharma yang saya anut merupakan percampuran antara ajaran Budha dan tradisi nenek moyang yang berasal dari Laotze dan Konghucu.
Rasa ragu ini membuat saya ingin berontak. Saya sudah tidak yakin lagi dan ragu pada agama Budha ini. Karena perpaduan tiga unsur yang berbeda ini, setiap beribadah diharuskan ada bunga dan lilin. Entah, untuk apa itu semua? Selain ragu, saya juga membandingkan cara beribadah agama Islam dan Budha. Menurut pengamatan saya, tata cara peribadahan umat Islam sangat sederhana dan tidak rumit. Dengan berpakaian bersih, berwudhu, dan berniat, umat Islam dapat menjalankan ibadah pokoknya, shalat.
Lain dengan Budha yang menjadi ajaran agama saya. Ia sangat rumit. Selain itu, saya juga mengamati ajaran-ajaran agama lainnya dan ada perbedaan. Setelah mengamati perbedaan itu, saya yakin dengan keraguan saya terhadap ajaranajaran Budha. Saya bertekad untuk meninggalkan agama Budha. Saya ingin mendalami agama Islam sebagai keyakinan baru, sebagaimana yang dianut teman-teman saya di sekolah.
MASUK ISLAM
Keinginan itu saya utarakan kepada Irwan. Ia sangat gembira menanggapi keinginan saya itu. Irwan menyarankan agar saya segera berkonsultasi dengan guru agama di sekolah. Ketertarikan kepada agama Islam mulai tumbuh di hati saya. Di sekolah, saya berdiskusi dengan teman-teman aktivis rohani islam (rohis), di rumah saya senang mendengarkan suara azan.
Namun, keinginan itu berbenturan dengan kehendak orang tua. Mereka sangat marah saat saya sengaja mendengarkan azan dan televisi. Mereka langsung mematikan televisi sambil berkata, “Awas, kalau kamu sampai tertarik.” Ucapan ini merupakan ancaman bagi keyakinan bagi saya. Benturan ini untung hanya terjadi di rumah. Untuk menghindari benturan dan agar dapat menjalankan keyakinan baru saya sengaja kos dekat rumah. Saya tidak ingin berbenturan lagi dengan pihak keluarga. Jika mereka tahu saya berniat pindah agama, mereka tentu akan memindahkan saya ke sekolah khusus yang memberikan mata pelajaran agama Budha. Keluarga saya tentu akan menjauhi saya dan semua aktivitas saya akan dipantau dan diperketat.
Benturan ini membuat saya bertekad untuk terus meyakini agama Islam sebagai pilihan. Alhamdulillah, tekad saya ini mendapat dukungan dari teman kos dan teman-teman sekolah. Oleh para guru, saya terus dibimbing. Tepat pada suatu acara sekolah, khususnya pada acara keagamaan, saya mengikrarkan diri menjadi seorang muallaf. Saya mengucapkan ikrar dua kalimat syahadat di hadapan teman-teman dan disaksikan oleh para guru. Mereka sangat gembira. Apalagi saya, tentunya. Saya sangat senang atas sambutan dan dukungan mereka.
Guna mendalami keyakinan agama, saya berusaha untuk mendalami ajaran agama Islam. Saya belajar dan Irwan dan teman-teman Rohis. Selain itu, saya juga banyak menelaah buku-buku agama Islam. Saya bertekad untuk menjalankan ajaran agama secara benar dan sungguh-sungguh. Saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.
http://databaseartikel.com/all-islam/20112207-kisah-muallaf-anastasia-r.html
Buddha Tridharma memang merupakan ajaran gabungan dari Kong Hu Cu, Taoisme< dan Buddha
ajaran Buddha disini dinilai cocok krn ada keserasian dlm
1. cattari ariya saccani
2. kamma & punabbhava
3. tilakkhana
4. paticcasamuppada
5. sila & samadh
hal tersebut dlm agama Buddha hanya sebagai ritual pengajaran
bagi mereka yang telah mengetahui itu hanya menjadi pengetahuan belaka
maka tidak heran bagi saya orng yang berpengetahuan seperti itu kemudian berpindah kepercayaan
padahal dlm Buddhis kepercayaan itu tidak ada, kepercayaan itu adalah produk dari pikiran
setelah anda mendalami Buddhis dlm meditasi ( vi[[asana ) bahkan ajaran Sidharta sekalipun menjadi penghalang menuju pencerahan
ada pepatah mengatakan "Bagai telunjuk ( ajaran ) menuju ke Bulan ( kebenaran )"
jika anda hanya mengarh ke telunjuk anda akan kehilangan essensi dari Bulan
jadi... jika anda hanya terpaku pada kita suci, pendapat orang ( ilmuan, ahli agama, dll, isu, gosip, bahkan kata Sidharta sendiri ) maka janga berharap Kebenaran
didalam meditasi ZEN lbh ekstirm lagi
"Jika Anda bertemu seorang Buddha, bunuh Buddha itu. Jika Anda bertemu seorang Sesepuh (Patriark), bunuh Sesepuh itu. Jika Anda bertemu seorang arahat, bunuh arahat itu. Jika Anda bertemu dengan orang tuamu, bunuh orang tuamu. Jika Anda bertemu sanak saudaramu, bunuh sanak saudaramu. Dengan demikian, untuk pertama kalinya engkau akan memperoleh pembebasan, tidak akan terlibat berbagai hal, dan pergi dengan bebas ke mana pun Anda ingin pergi."
[Linji Yixuan, Master Zen, abad 9 M]
intinya dalah membunuh ajaran bukan melekatinya, selama anda melekatinya amda tidak akan mem\nemukan kebenaran, karena semua itu adalah olah"pikiran"
Salam
peranan akal dapat menundukkan kekuatan iman. Iman harus mau didahului oleh akal. Yang harus dipercaya adalah apa yang telah disetujui atau dapat diterima oleh akal.
berpikir itu berada di luar iman(di luar kepercayaan). Karena itu berpikir merupakan sesuatu yang berdiri sendiri.
maaf anda hanya bermain kata2
apa itu iman ?
apa itu akal ?
"berpikir itu berada di luar iman(di luar kepercayaan)" apakah pada saat lahir anda sudah mengimani "Agama", saya rasa tidak, setelah akal ( pikiran) anda mengenal segala sesuatu yg terkondisi maka anda mengenal yg disebut pengetahuan, pengetahuanyang menurut anda cocok maka anda sebut sebagai "iman"
kenyataannya semua olah dari pikiran atas pengetahuan yang anda dapat dari kecil hingga dewasa, anda tidak menemukannya sendiri ,melainkan karena [pengetahuan kemudian anda cocokan sesuai dgn logika anda baru anda "percaya bahwa itulah kebenaran
padahal semua itu olah pikiran, hanya saja kita tidak menggali lebih dalam karena ada norma serta aturan dan kemelekatan terhadap ajaran itu utk tidak di ragukan, maka kita meyakininya
sayangnya tidak semua orang berani keluar dari kotak, mereka percaya dan meyakini pengetahuan yang meraka sebut dgn "iman " utk ttp di percaya
tetapi semua itu kembali kepada manusia itu sendiri, sy disini hanya sebagai komentor yg melihat bagaimana kenyataan itu terjadi
silahkan anda lanjutkan "iman" anda, sy tidak akan menggangu
mohon maaf sebelumnya
salam
maaf juga... apa anda tdk tau apa itu iman? dan apa itu akal????
hamba tuhan- MUSLIM
-
Number of posts : 9932
Age : 23
Location : Aceh
Humor : Obrolan Santai dengan Om Yesus
Reputation : -206
Points : 15875
Registration date : 2010-09-20
Re: Kisah Muallaf ” Anastasia R “ dari budha masuk islam
hamba tuhan wrote:dessertsnake wrote:hamba tuhan wrote:dessertsnake wrote:hamba tuhan wrote:Lingkungan, pergaulan, dan keraguan adalah jalan yang mengantarkan saya ke jalan agama Tauhid. Saya terlahir dan besar dalam didikan agama Budha. Sejak kecil saya diarahkan untuk terus mempelajari agama Budha. Buku-buku ajaran Budha merupakan bacaan wajib dalam kehidupan saya. Vihara adalah rumah saya yang kedua dalam menekuni agama Budha.
Tahun 1996, saya masuk ke sebuah sekolah teknik menengah (STM) di Jakarta. Umumnya sekolah teknik, mayoritas muridnya kaum pria. Meskipun begitu, banyak juga murid wanita yang sekolah di sini. Di sekolah ini, murid wanitanya kebanyakan mengenakan jilbab sebagai penutup kepala, sedangkan murid prianya sangat aktif dalam kegiatan bimbingan rohani Islam. Selama bersekolah di sini, saya merasakan sebuah pengalaman yang berkesan. Lingkungan yang cukup keras, namun agamis serta sangat toleran. Mungkin hanya saya yang beragama Budha dan warga keturunan. Saya sangat senang bergaul dengan mereka.
Dari pergaulan di lingkungan sekolah yang toleran ini, saya mulai berani berbincang-bincang dengan teman dan kakak kelas perihal ajaran agama masing-masing, terutama dengan Irwan. Irwan yang aktif di rohis OSIS sering bercerita tentang prinsip-prinsip ajaran Islam, seperti rukun iman dan rukun Islam.
Cerita dan penjelasan Irwan ini sangat berkesan di hati saya. Setiap dia bercerita tentang Islam, saya tekun menyimak dan sesekali bertanya. Terkadang saya suka membandingkan ajaran-ajaran agama Budha dengan ajaran Islam. Saya terus bertanya-tanya dalam hati, bagaimana dengan ajaran agama saya? Rupanya keterangan Irwan adalah awal dari ketertarikan saya pada ajaran Islam.
RAGU PADA AJARAN BUDHA
Memang, saya akui, ajaran Budha sudah mendarah daging dalam diri saya. Saya pernah menjadi pengasuh agama Budha buat anak-anak kecil. Bahkan, saya mempunyai perpustakaan khusus ajaran-ajaran Budha dan tempat sembahyang (altar) sendiri di rumah. Setiap jam lima (17.00) sore, saya sembahyang dan membaca parita (doa-doa dalam agama Budha, dalam dua bahasa: Sansekerta dan Pali India), serta bermeditasi. Tapi, perbincangan dan pergaulan dengan Irwan serta teman-teman putri lainnya, membuat saya sempat ragu pada ajaran agama saya sendiri. Islam, menurut saya, sangat rasional dan beda dengan ajaran-ajaran agama saya, Budha Tri Dharma, yang merupakan percampuran antara ajaran Budha dan ajaran Konghucu (ajaran nenek moyang bangsa Cina). Dari ajaran Budha Tri Dharma ini, saya suka bertanya, mengapa agama ini hanya mengajarkan dan menonjolkan upacara ritual ajaran nenek moyang saja? Saya terus bertanyatanya dalam hati.
Secara harfiah, Tri artinya tiga, Dharma artinya ajaran. Memang, ajaran Budha berasal dari tanah Hindustan (India). Ajaran ini dibawa oleh Sidharta Gautama. Mulanya disebarkan di India, lalu menyebar ke daratan Cina. Pada waktu itu, di Cina berkembang pesat ajaran Laotze dan Konghucu, yang mengajarkan tentang ajaran tradisi nenek moyang. Kedua ajaran ini mengajarkan tentang dharnia ‘kebaikan’. Ajaran Budha yang datang ke daratan Cina, kemudian masuk bersatu dengan ajaran Laotze dan Konghucu. Jadi, ajaran Budha Tri Dharma yang saya anut merupakan percampuran antara ajaran Budha dan tradisi nenek moyang yang berasal dari Laotze dan Konghucu.
Rasa ragu ini membuat saya ingin berontak. Saya sudah tidak yakin lagi dan ragu pada agama Budha ini. Karena perpaduan tiga unsur yang berbeda ini, setiap beribadah diharuskan ada bunga dan lilin. Entah, untuk apa itu semua? Selain ragu, saya juga membandingkan cara beribadah agama Islam dan Budha. Menurut pengamatan saya, tata cara peribadahan umat Islam sangat sederhana dan tidak rumit. Dengan berpakaian bersih, berwudhu, dan berniat, umat Islam dapat menjalankan ibadah pokoknya, shalat.
Lain dengan Budha yang menjadi ajaran agama saya. Ia sangat rumit. Selain itu, saya juga mengamati ajaran-ajaran agama lainnya dan ada perbedaan. Setelah mengamati perbedaan itu, saya yakin dengan keraguan saya terhadap ajaranajaran Budha. Saya bertekad untuk meninggalkan agama Budha. Saya ingin mendalami agama Islam sebagai keyakinan baru, sebagaimana yang dianut teman-teman saya di sekolah.
MASUK ISLAM
Keinginan itu saya utarakan kepada Irwan. Ia sangat gembira menanggapi keinginan saya itu. Irwan menyarankan agar saya segera berkonsultasi dengan guru agama di sekolah. Ketertarikan kepada agama Islam mulai tumbuh di hati saya. Di sekolah, saya berdiskusi dengan teman-teman aktivis rohani islam (rohis), di rumah saya senang mendengarkan suara azan.
Namun, keinginan itu berbenturan dengan kehendak orang tua. Mereka sangat marah saat saya sengaja mendengarkan azan dan televisi. Mereka langsung mematikan televisi sambil berkata, “Awas, kalau kamu sampai tertarik.” Ucapan ini merupakan ancaman bagi keyakinan bagi saya. Benturan ini untung hanya terjadi di rumah. Untuk menghindari benturan dan agar dapat menjalankan keyakinan baru saya sengaja kos dekat rumah. Saya tidak ingin berbenturan lagi dengan pihak keluarga. Jika mereka tahu saya berniat pindah agama, mereka tentu akan memindahkan saya ke sekolah khusus yang memberikan mata pelajaran agama Budha. Keluarga saya tentu akan menjauhi saya dan semua aktivitas saya akan dipantau dan diperketat.
Benturan ini membuat saya bertekad untuk terus meyakini agama Islam sebagai pilihan. Alhamdulillah, tekad saya ini mendapat dukungan dari teman kos dan teman-teman sekolah. Oleh para guru, saya terus dibimbing. Tepat pada suatu acara sekolah, khususnya pada acara keagamaan, saya mengikrarkan diri menjadi seorang muallaf. Saya mengucapkan ikrar dua kalimat syahadat di hadapan teman-teman dan disaksikan oleh para guru. Mereka sangat gembira. Apalagi saya, tentunya. Saya sangat senang atas sambutan dan dukungan mereka.
Guna mendalami keyakinan agama, saya berusaha untuk mendalami ajaran agama Islam. Saya belajar dan Irwan dan teman-teman Rohis. Selain itu, saya juga banyak menelaah buku-buku agama Islam. Saya bertekad untuk menjalankan ajaran agama secara benar dan sungguh-sungguh. Saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.
http://databaseartikel.com/all-islam/20112207-kisah-muallaf-anastasia-r.html
Buddha Tridharma memang merupakan ajaran gabungan dari Kong Hu Cu, Taoisme< dan Buddha
ajaran Buddha disini dinilai cocok krn ada keserasian dlm
1. cattari ariya saccani
2. kamma & punabbhava
3. tilakkhana
4. paticcasamuppada
5. sila & samadh
hal tersebut dlm agama Buddha hanya sebagai ritual pengajaran
bagi mereka yang telah mengetahui itu hanya menjadi pengetahuan belaka
maka tidak heran bagi saya orng yang berpengetahuan seperti itu kemudian berpindah kepercayaan
padahal dlm Buddhis kepercayaan itu tidak ada, kepercayaan itu adalah produk dari pikiran
setelah anda mendalami Buddhis dlm meditasi ( vi[[asana ) bahkan ajaran Sidharta sekalipun menjadi penghalang menuju pencerahan
ada pepatah mengatakan "Bagai telunjuk ( ajaran ) menuju ke Bulan ( kebenaran )"
jika anda hanya mengarh ke telunjuk anda akan kehilangan essensi dari Bulan
jadi... jika anda hanya terpaku pada kita suci, pendapat orang ( ilmuan, ahli agama, dll, isu, gosip, bahkan kata Sidharta sendiri ) maka janga berharap Kebenaran
didalam meditasi ZEN lbh ekstirm lagi
"Jika Anda bertemu seorang Buddha, bunuh Buddha itu. Jika Anda bertemu seorang Sesepuh (Patriark), bunuh Sesepuh itu. Jika Anda bertemu seorang arahat, bunuh arahat itu. Jika Anda bertemu dengan orang tuamu, bunuh orang tuamu. Jika Anda bertemu sanak saudaramu, bunuh sanak saudaramu. Dengan demikian, untuk pertama kalinya engkau akan memperoleh pembebasan, tidak akan terlibat berbagai hal, dan pergi dengan bebas ke mana pun Anda ingin pergi."
[Linji Yixuan, Master Zen, abad 9 M]
intinya dalah membunuh ajaran bukan melekatinya, selama anda melekatinya amda tidak akan mem\nemukan kebenaran, karena semua itu adalah olah"pikiran"
Salam
peranan akal dapat menundukkan kekuatan iman. Iman harus mau didahului oleh akal. Yang harus dipercaya adalah apa yang telah disetujui atau dapat diterima oleh akal.
berpikir itu berada di luar iman(di luar kepercayaan). Karena itu berpikir merupakan sesuatu yang berdiri sendiri.
maaf anda hanya bermain kata2
apa itu iman ?
apa itu akal ?
"berpikir itu berada di luar iman(di luar kepercayaan)" apakah pada saat lahir anda sudah mengimani "Agama", saya rasa tidak, setelah akal ( pikiran) anda mengenal segala sesuatu yg terkondisi maka anda mengenal yg disebut pengetahuan, pengetahuanyang menurut anda cocok maka anda sebut sebagai "iman"
kenyataannya semua olah dari pikiran atas pengetahuan yang anda dapat dari kecil hingga dewasa, anda tidak menemukannya sendiri ,melainkan karena [pengetahuan kemudian anda cocokan sesuai dgn logika anda baru anda "percaya bahwa itulah kebenaran
padahal semua itu olah pikiran, hanya saja kita tidak menggali lebih dalam karena ada norma serta aturan dan kemelekatan terhadap ajaran itu utk tidak di ragukan, maka kita meyakininya
sayangnya tidak semua orang berani keluar dari kotak, mereka percaya dan meyakini pengetahuan yang meraka sebut dgn "iman " utk ttp di percaya
tetapi semua itu kembali kepada manusia itu sendiri, sy disini hanya sebagai komentor yg melihat bagaimana kenyataan itu terjadi
silahkan anda lanjutkan "iman" anda, sy tidak akan menggangu
mohon maaf sebelumnya
salam
maaf juga... apa anda tdk tau apa itu iman? dan apa itu akal????
Temenku dessertsnake... besok kita lanjut lg diskusinya, izin pamit dl mau istirahat....
salam
hamba tuhan- MUSLIM
-
Number of posts : 9932
Age : 23
Location : Aceh
Humor : Obrolan Santai dengan Om Yesus
Reputation : -206
Points : 15875
Registration date : 2010-09-20
Re: Kisah Muallaf ” Anastasia R “ dari budha masuk islam
hamba tuhan wrote:hamba tuhan wrote:dessertsnake wrote:hamba tuhan wrote:dessertsnake wrote:hamba tuhan wrote:Lingkungan, pergaulan, dan keraguan adalah jalan yang mengantarkan saya ke jalan agama Tauhid. Saya terlahir dan besar dalam didikan agama Budha. Sejak kecil saya diarahkan untuk terus mempelajari agama Budha. Buku-buku ajaran Budha merupakan bacaan wajib dalam kehidupan saya. Vihara adalah rumah saya yang kedua dalam menekuni agama Budha.
Tahun 1996, saya masuk ke sebuah sekolah teknik menengah (STM) di Jakarta. Umumnya sekolah teknik, mayoritas muridnya kaum pria. Meskipun begitu, banyak juga murid wanita yang sekolah di sini. Di sekolah ini, murid wanitanya kebanyakan mengenakan jilbab sebagai penutup kepala, sedangkan murid prianya sangat aktif dalam kegiatan bimbingan rohani Islam. Selama bersekolah di sini, saya merasakan sebuah pengalaman yang berkesan. Lingkungan yang cukup keras, namun agamis serta sangat toleran. Mungkin hanya saya yang beragama Budha dan warga keturunan. Saya sangat senang bergaul dengan mereka.
Dari pergaulan di lingkungan sekolah yang toleran ini, saya mulai berani berbincang-bincang dengan teman dan kakak kelas perihal ajaran agama masing-masing, terutama dengan Irwan. Irwan yang aktif di rohis OSIS sering bercerita tentang prinsip-prinsip ajaran Islam, seperti rukun iman dan rukun Islam.
Cerita dan penjelasan Irwan ini sangat berkesan di hati saya. Setiap dia bercerita tentang Islam, saya tekun menyimak dan sesekali bertanya. Terkadang saya suka membandingkan ajaran-ajaran agama Budha dengan ajaran Islam. Saya terus bertanya-tanya dalam hati, bagaimana dengan ajaran agama saya? Rupanya keterangan Irwan adalah awal dari ketertarikan saya pada ajaran Islam.
RAGU PADA AJARAN BUDHA
Memang, saya akui, ajaran Budha sudah mendarah daging dalam diri saya. Saya pernah menjadi pengasuh agama Budha buat anak-anak kecil. Bahkan, saya mempunyai perpustakaan khusus ajaran-ajaran Budha dan tempat sembahyang (altar) sendiri di rumah. Setiap jam lima (17.00) sore, saya sembahyang dan membaca parita (doa-doa dalam agama Budha, dalam dua bahasa: Sansekerta dan Pali India), serta bermeditasi. Tapi, perbincangan dan pergaulan dengan Irwan serta teman-teman putri lainnya, membuat saya sempat ragu pada ajaran agama saya sendiri. Islam, menurut saya, sangat rasional dan beda dengan ajaran-ajaran agama saya, Budha Tri Dharma, yang merupakan percampuran antara ajaran Budha dan ajaran Konghucu (ajaran nenek moyang bangsa Cina). Dari ajaran Budha Tri Dharma ini, saya suka bertanya, mengapa agama ini hanya mengajarkan dan menonjolkan upacara ritual ajaran nenek moyang saja? Saya terus bertanyatanya dalam hati.
Secara harfiah, Tri artinya tiga, Dharma artinya ajaran. Memang, ajaran Budha berasal dari tanah Hindustan (India). Ajaran ini dibawa oleh Sidharta Gautama. Mulanya disebarkan di India, lalu menyebar ke daratan Cina. Pada waktu itu, di Cina berkembang pesat ajaran Laotze dan Konghucu, yang mengajarkan tentang ajaran tradisi nenek moyang. Kedua ajaran ini mengajarkan tentang dharnia ‘kebaikan’. Ajaran Budha yang datang ke daratan Cina, kemudian masuk bersatu dengan ajaran Laotze dan Konghucu. Jadi, ajaran Budha Tri Dharma yang saya anut merupakan percampuran antara ajaran Budha dan tradisi nenek moyang yang berasal dari Laotze dan Konghucu.
Rasa ragu ini membuat saya ingin berontak. Saya sudah tidak yakin lagi dan ragu pada agama Budha ini. Karena perpaduan tiga unsur yang berbeda ini, setiap beribadah diharuskan ada bunga dan lilin. Entah, untuk apa itu semua? Selain ragu, saya juga membandingkan cara beribadah agama Islam dan Budha. Menurut pengamatan saya, tata cara peribadahan umat Islam sangat sederhana dan tidak rumit. Dengan berpakaian bersih, berwudhu, dan berniat, umat Islam dapat menjalankan ibadah pokoknya, shalat.
Lain dengan Budha yang menjadi ajaran agama saya. Ia sangat rumit. Selain itu, saya juga mengamati ajaran-ajaran agama lainnya dan ada perbedaan. Setelah mengamati perbedaan itu, saya yakin dengan keraguan saya terhadap ajaranajaran Budha. Saya bertekad untuk meninggalkan agama Budha. Saya ingin mendalami agama Islam sebagai keyakinan baru, sebagaimana yang dianut teman-teman saya di sekolah.
MASUK ISLAM
Keinginan itu saya utarakan kepada Irwan. Ia sangat gembira menanggapi keinginan saya itu. Irwan menyarankan agar saya segera berkonsultasi dengan guru agama di sekolah. Ketertarikan kepada agama Islam mulai tumbuh di hati saya. Di sekolah, saya berdiskusi dengan teman-teman aktivis rohani islam (rohis), di rumah saya senang mendengarkan suara azan.
Namun, keinginan itu berbenturan dengan kehendak orang tua. Mereka sangat marah saat saya sengaja mendengarkan azan dan televisi. Mereka langsung mematikan televisi sambil berkata, “Awas, kalau kamu sampai tertarik.” Ucapan ini merupakan ancaman bagi keyakinan bagi saya. Benturan ini untung hanya terjadi di rumah. Untuk menghindari benturan dan agar dapat menjalankan keyakinan baru saya sengaja kos dekat rumah. Saya tidak ingin berbenturan lagi dengan pihak keluarga. Jika mereka tahu saya berniat pindah agama, mereka tentu akan memindahkan saya ke sekolah khusus yang memberikan mata pelajaran agama Budha. Keluarga saya tentu akan menjauhi saya dan semua aktivitas saya akan dipantau dan diperketat.
Benturan ini membuat saya bertekad untuk terus meyakini agama Islam sebagai pilihan. Alhamdulillah, tekad saya ini mendapat dukungan dari teman kos dan teman-teman sekolah. Oleh para guru, saya terus dibimbing. Tepat pada suatu acara sekolah, khususnya pada acara keagamaan, saya mengikrarkan diri menjadi seorang muallaf. Saya mengucapkan ikrar dua kalimat syahadat di hadapan teman-teman dan disaksikan oleh para guru. Mereka sangat gembira. Apalagi saya, tentunya. Saya sangat senang atas sambutan dan dukungan mereka.
Guna mendalami keyakinan agama, saya berusaha untuk mendalami ajaran agama Islam. Saya belajar dan Irwan dan teman-teman Rohis. Selain itu, saya juga banyak menelaah buku-buku agama Islam. Saya bertekad untuk menjalankan ajaran agama secara benar dan sungguh-sungguh. Saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.
http://databaseartikel.com/all-islam/20112207-kisah-muallaf-anastasia-r.html
Buddha Tridharma memang merupakan ajaran gabungan dari Kong Hu Cu, Taoisme< dan Buddha
ajaran Buddha disini dinilai cocok krn ada keserasian dlm
1. cattari ariya saccani
2. kamma & punabbhava
3. tilakkhana
4. paticcasamuppada
5. sila & samadh
hal tersebut dlm agama Buddha hanya sebagai ritual pengajaran
bagi mereka yang telah mengetahui itu hanya menjadi pengetahuan belaka
maka tidak heran bagi saya orng yang berpengetahuan seperti itu kemudian berpindah kepercayaan
padahal dlm Buddhis kepercayaan itu tidak ada, kepercayaan itu adalah produk dari pikiran
setelah anda mendalami Buddhis dlm meditasi ( vi[[asana ) bahkan ajaran Sidharta sekalipun menjadi penghalang menuju pencerahan
ada pepatah mengatakan "Bagai telunjuk ( ajaran ) menuju ke Bulan ( kebenaran )"
jika anda hanya mengarh ke telunjuk anda akan kehilangan essensi dari Bulan
jadi... jika anda hanya terpaku pada kita suci, pendapat orang ( ilmuan, ahli agama, dll, isu, gosip, bahkan kata Sidharta sendiri ) maka janga berharap Kebenaran
didalam meditasi ZEN lbh ekstirm lagi
"Jika Anda bertemu seorang Buddha, bunuh Buddha itu. Jika Anda bertemu seorang Sesepuh (Patriark), bunuh Sesepuh itu. Jika Anda bertemu seorang arahat, bunuh arahat itu. Jika Anda bertemu dengan orang tuamu, bunuh orang tuamu. Jika Anda bertemu sanak saudaramu, bunuh sanak saudaramu. Dengan demikian, untuk pertama kalinya engkau akan memperoleh pembebasan, tidak akan terlibat berbagai hal, dan pergi dengan bebas ke mana pun Anda ingin pergi."
[Linji Yixuan, Master Zen, abad 9 M]
intinya dalah membunuh ajaran bukan melekatinya, selama anda melekatinya amda tidak akan mem\nemukan kebenaran, karena semua itu adalah olah"pikiran"
Salam
peranan akal dapat menundukkan kekuatan iman. Iman harus mau didahului oleh akal. Yang harus dipercaya adalah apa yang telah disetujui atau dapat diterima oleh akal.
berpikir itu berada di luar iman(di luar kepercayaan). Karena itu berpikir merupakan sesuatu yang berdiri sendiri.
maaf anda hanya bermain kata2
apa itu iman ?
apa itu akal ?
"berpikir itu berada di luar iman(di luar kepercayaan)" apakah pada saat lahir anda sudah mengimani "Agama", saya rasa tidak, setelah akal ( pikiran) anda mengenal segala sesuatu yg terkondisi maka anda mengenal yg disebut pengetahuan, pengetahuanyang menurut anda cocok maka anda sebut sebagai "iman"
kenyataannya semua olah dari pikiran atas pengetahuan yang anda dapat dari kecil hingga dewasa, anda tidak menemukannya sendiri ,melainkan karena [pengetahuan kemudian anda cocokan sesuai dgn logika anda baru anda "percaya bahwa itulah kebenaran
padahal semua itu olah pikiran, hanya saja kita tidak menggali lebih dalam karena ada norma serta aturan dan kemelekatan terhadap ajaran itu utk tidak di ragukan, maka kita meyakininya
sayangnya tidak semua orang berani keluar dari kotak, mereka percaya dan meyakini pengetahuan yang meraka sebut dgn "iman " utk ttp di percaya
tetapi semua itu kembali kepada manusia itu sendiri, sy disini hanya sebagai komentor yg melihat bagaimana kenyataan itu terjadi
silahkan anda lanjutkan "iman" anda, sy tidak akan menggangu
mohon maaf sebelumnya
salam
maaf juga... apa anda tdk tau apa itu iman? dan apa itu akal????
Temenku dessertsnake... besok kita lanjut lg diskusinya, izin pamit dl mau istirahat....
salam
Baiklah, terimakasih sebelumnya
sdh bisa berdialog dgn baik meskipun msh ada perbedaan
tetapi perbedaan bukanlah halangan, perbedaan tidak menentukan "kebenaran", sama belum tentu "benar"
dessertsnake- RED MEMBERS
- Number of posts : 32
Reputation : 0
Points : 4748
Registration date : 2011-06-05
Re: Kisah Muallaf ” Anastasia R “ dari budha masuk islam
dessertsnake wrote:hamba tuhan wrote:hamba tuhan wrote:dessertsnake wrote:hamba tuhan wrote:dessertsnake wrote:hamba tuhan wrote:Lingkungan, pergaulan, dan keraguan adalah jalan yang mengantarkan saya ke jalan agama Tauhid. Saya terlahir dan besar dalam didikan agama Budha. Sejak kecil saya diarahkan untuk terus mempelajari agama Budha. Buku-buku ajaran Budha merupakan bacaan wajib dalam kehidupan saya. Vihara adalah rumah saya yang kedua dalam menekuni agama Budha.
Tahun 1996, saya masuk ke sebuah sekolah teknik menengah (STM) di Jakarta. Umumnya sekolah teknik, mayoritas muridnya kaum pria. Meskipun begitu, banyak juga murid wanita yang sekolah di sini. Di sekolah ini, murid wanitanya kebanyakan mengenakan jilbab sebagai penutup kepala, sedangkan murid prianya sangat aktif dalam kegiatan bimbingan rohani Islam. Selama bersekolah di sini, saya merasakan sebuah pengalaman yang berkesan. Lingkungan yang cukup keras, namun agamis serta sangat toleran. Mungkin hanya saya yang beragama Budha dan warga keturunan. Saya sangat senang bergaul dengan mereka.
Dari pergaulan di lingkungan sekolah yang toleran ini, saya mulai berani berbincang-bincang dengan teman dan kakak kelas perihal ajaran agama masing-masing, terutama dengan Irwan. Irwan yang aktif di rohis OSIS sering bercerita tentang prinsip-prinsip ajaran Islam, seperti rukun iman dan rukun Islam.
Cerita dan penjelasan Irwan ini sangat berkesan di hati saya. Setiap dia bercerita tentang Islam, saya tekun menyimak dan sesekali bertanya. Terkadang saya suka membandingkan ajaran-ajaran agama Budha dengan ajaran Islam. Saya terus bertanya-tanya dalam hati, bagaimana dengan ajaran agama saya? Rupanya keterangan Irwan adalah awal dari ketertarikan saya pada ajaran Islam.
RAGU PADA AJARAN BUDHA
Memang, saya akui, ajaran Budha sudah mendarah daging dalam diri saya. Saya pernah menjadi pengasuh agama Budha buat anak-anak kecil. Bahkan, saya mempunyai perpustakaan khusus ajaran-ajaran Budha dan tempat sembahyang (altar) sendiri di rumah. Setiap jam lima (17.00) sore, saya sembahyang dan membaca parita (doa-doa dalam agama Budha, dalam dua bahasa: Sansekerta dan Pali India), serta bermeditasi. Tapi, perbincangan dan pergaulan dengan Irwan serta teman-teman putri lainnya, membuat saya sempat ragu pada ajaran agama saya sendiri. Islam, menurut saya, sangat rasional dan beda dengan ajaran-ajaran agama saya, Budha Tri Dharma, yang merupakan percampuran antara ajaran Budha dan ajaran Konghucu (ajaran nenek moyang bangsa Cina). Dari ajaran Budha Tri Dharma ini, saya suka bertanya, mengapa agama ini hanya mengajarkan dan menonjolkan upacara ritual ajaran nenek moyang saja? Saya terus bertanyatanya dalam hati.
Secara harfiah, Tri artinya tiga, Dharma artinya ajaran. Memang, ajaran Budha berasal dari tanah Hindustan (India). Ajaran ini dibawa oleh Sidharta Gautama. Mulanya disebarkan di India, lalu menyebar ke daratan Cina. Pada waktu itu, di Cina berkembang pesat ajaran Laotze dan Konghucu, yang mengajarkan tentang ajaran tradisi nenek moyang. Kedua ajaran ini mengajarkan tentang dharnia ‘kebaikan’. Ajaran Budha yang datang ke daratan Cina, kemudian masuk bersatu dengan ajaran Laotze dan Konghucu. Jadi, ajaran Budha Tri Dharma yang saya anut merupakan percampuran antara ajaran Budha dan tradisi nenek moyang yang berasal dari Laotze dan Konghucu.
Rasa ragu ini membuat saya ingin berontak. Saya sudah tidak yakin lagi dan ragu pada agama Budha ini. Karena perpaduan tiga unsur yang berbeda ini, setiap beribadah diharuskan ada bunga dan lilin. Entah, untuk apa itu semua? Selain ragu, saya juga membandingkan cara beribadah agama Islam dan Budha. Menurut pengamatan saya, tata cara peribadahan umat Islam sangat sederhana dan tidak rumit. Dengan berpakaian bersih, berwudhu, dan berniat, umat Islam dapat menjalankan ibadah pokoknya, shalat.
Lain dengan Budha yang menjadi ajaran agama saya. Ia sangat rumit. Selain itu, saya juga mengamati ajaran-ajaran agama lainnya dan ada perbedaan. Setelah mengamati perbedaan itu, saya yakin dengan keraguan saya terhadap ajaranajaran Budha. Saya bertekad untuk meninggalkan agama Budha. Saya ingin mendalami agama Islam sebagai keyakinan baru, sebagaimana yang dianut teman-teman saya di sekolah.
MASUK ISLAM
Keinginan itu saya utarakan kepada Irwan. Ia sangat gembira menanggapi keinginan saya itu. Irwan menyarankan agar saya segera berkonsultasi dengan guru agama di sekolah. Ketertarikan kepada agama Islam mulai tumbuh di hati saya. Di sekolah, saya berdiskusi dengan teman-teman aktivis rohani islam (rohis), di rumah saya senang mendengarkan suara azan.
Namun, keinginan itu berbenturan dengan kehendak orang tua. Mereka sangat marah saat saya sengaja mendengarkan azan dan televisi. Mereka langsung mematikan televisi sambil berkata, “Awas, kalau kamu sampai tertarik.” Ucapan ini merupakan ancaman bagi keyakinan bagi saya. Benturan ini untung hanya terjadi di rumah. Untuk menghindari benturan dan agar dapat menjalankan keyakinan baru saya sengaja kos dekat rumah. Saya tidak ingin berbenturan lagi dengan pihak keluarga. Jika mereka tahu saya berniat pindah agama, mereka tentu akan memindahkan saya ke sekolah khusus yang memberikan mata pelajaran agama Budha. Keluarga saya tentu akan menjauhi saya dan semua aktivitas saya akan dipantau dan diperketat.
Benturan ini membuat saya bertekad untuk terus meyakini agama Islam sebagai pilihan. Alhamdulillah, tekad saya ini mendapat dukungan dari teman kos dan teman-teman sekolah. Oleh para guru, saya terus dibimbing. Tepat pada suatu acara sekolah, khususnya pada acara keagamaan, saya mengikrarkan diri menjadi seorang muallaf. Saya mengucapkan ikrar dua kalimat syahadat di hadapan teman-teman dan disaksikan oleh para guru. Mereka sangat gembira. Apalagi saya, tentunya. Saya sangat senang atas sambutan dan dukungan mereka.
Guna mendalami keyakinan agama, saya berusaha untuk mendalami ajaran agama Islam. Saya belajar dan Irwan dan teman-teman Rohis. Selain itu, saya juga banyak menelaah buku-buku agama Islam. Saya bertekad untuk menjalankan ajaran agama secara benar dan sungguh-sungguh. Saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.
http://databaseartikel.com/all-islam/20112207-kisah-muallaf-anastasia-r.html
Buddha Tridharma memang merupakan ajaran gabungan dari Kong Hu Cu, Taoisme< dan Buddha
ajaran Buddha disini dinilai cocok krn ada keserasian dlm
1. cattari ariya saccani
2. kamma & punabbhava
3. tilakkhana
4. paticcasamuppada
5. sila & samadh
hal tersebut dlm agama Buddha hanya sebagai ritual pengajaran
bagi mereka yang telah mengetahui itu hanya menjadi pengetahuan belaka
maka tidak heran bagi saya orng yang berpengetahuan seperti itu kemudian berpindah kepercayaan
padahal dlm Buddhis kepercayaan itu tidak ada, kepercayaan itu adalah produk dari pikiran
setelah anda mendalami Buddhis dlm meditasi ( vi[[asana ) bahkan ajaran Sidharta sekalipun menjadi penghalang menuju pencerahan
ada pepatah mengatakan "Bagai telunjuk ( ajaran ) menuju ke Bulan ( kebenaran )"
jika anda hanya mengarh ke telunjuk anda akan kehilangan essensi dari Bulan
jadi... jika anda hanya terpaku pada kita suci, pendapat orang ( ilmuan, ahli agama, dll, isu, gosip, bahkan kata Sidharta sendiri ) maka janga berharap Kebenaran
didalam meditasi ZEN lbh ekstirm lagi
"Jika Anda bertemu seorang Buddha, bunuh Buddha itu. Jika Anda bertemu seorang Sesepuh (Patriark), bunuh Sesepuh itu. Jika Anda bertemu seorang arahat, bunuh arahat itu. Jika Anda bertemu dengan orang tuamu, bunuh orang tuamu. Jika Anda bertemu sanak saudaramu, bunuh sanak saudaramu. Dengan demikian, untuk pertama kalinya engkau akan memperoleh pembebasan, tidak akan terlibat berbagai hal, dan pergi dengan bebas ke mana pun Anda ingin pergi."
[Linji Yixuan, Master Zen, abad 9 M]
intinya dalah membunuh ajaran bukan melekatinya, selama anda melekatinya amda tidak akan mem\nemukan kebenaran, karena semua itu adalah olah"pikiran"
Salam
peranan akal dapat menundukkan kekuatan iman. Iman harus mau didahului oleh akal. Yang harus dipercaya adalah apa yang telah disetujui atau dapat diterima oleh akal.
berpikir itu berada di luar iman(di luar kepercayaan). Karena itu berpikir merupakan sesuatu yang berdiri sendiri.
maaf anda hanya bermain kata2
apa itu iman ?
apa itu akal ?
"berpikir itu berada di luar iman(di luar kepercayaan)" apakah pada saat lahir anda sudah mengimani "Agama", saya rasa tidak, setelah akal ( pikiran) anda mengenal segala sesuatu yg terkondisi maka anda mengenal yg disebut pengetahuan, pengetahuanyang menurut anda cocok maka anda sebut sebagai "iman"
kenyataannya semua olah dari pikiran atas pengetahuan yang anda dapat dari kecil hingga dewasa, anda tidak menemukannya sendiri ,melainkan karena [pengetahuan kemudian anda cocokan sesuai dgn logika anda baru anda "percaya bahwa itulah kebenaran
padahal semua itu olah pikiran, hanya saja kita tidak menggali lebih dalam karena ada norma serta aturan dan kemelekatan terhadap ajaran itu utk tidak di ragukan, maka kita meyakininya
sayangnya tidak semua orang berani keluar dari kotak, mereka percaya dan meyakini pengetahuan yang meraka sebut dgn "iman " utk ttp di percaya
tetapi semua itu kembali kepada manusia itu sendiri, sy disini hanya sebagai komentor yg melihat bagaimana kenyataan itu terjadi
silahkan anda lanjutkan "iman" anda, sy tidak akan menggangu
mohon maaf sebelumnya
salam
maaf juga... apa anda tdk tau apa itu iman? dan apa itu akal????
Temenku dessertsnake... besok kita lanjut lg diskusinya, izin pamit dl mau istirahat....
salam
Baiklah, terimakasih sebelumnya
sdh bisa berdialog dgn baik meskipun msh ada perbedaan
tetapi perbedaan bukanlah halangan, perbedaan tidak menentukan "kebenaran", sama belum tentu "benar"
sama2 temenku.... terimakasih juga....
hamba tuhan- MUSLIM
-
Number of posts : 9932
Age : 23
Location : Aceh
Humor : Obrolan Santai dengan Om Yesus
Reputation : -206
Points : 15875
Registration date : 2010-09-20
Re: Kisah Muallaf ” Anastasia R “ dari budha masuk islam
Hahaha
Kisah stensilan di percaya, buktinya cuma dari link muslim.
Capeee dehhhhh.
Kisah stensilan di percaya, buktinya cuma dari link muslim.
Capeee dehhhhh.
syurga bidadari- RED MEMBERS
- Number of posts : 92
Reputation : -2
Points : 4789
Registration date : 2011-06-23
Re: Kisah Muallaf ” Anastasia R “ dari budha masuk islam
syurga bidadari wrote:Hahaha
Kisah stensilan di percaya, buktinya cuma dari link muslim.
Capeee dehhhhh.
datang kelokasi benar atau tidaknya :
Paguyuban Mualaf Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK)
Jl. Taman Sunda Kelapa No. 16, Menteng
Jakarta Pusat
abu nawas- RED MEMBERS
- Number of posts : 33
Reputation : 0
Points : 4723
Registration date : 2011-07-05
Similar topics
» Hidayah Dari Adzan Subuh, Seorang Budha Masuk Islam
» muallaf logic; masuk islam supaya gak dipenjara
» IMANI, GADIS SRILANKA : DARI BUDHA PINDAH KE ISLAM
» muallaf logic; masuk islam supaya gak dipenjara
» IMANI, GADIS SRILANKA : DARI BUDHA PINDAH KE ISLAM
Page 1 of 1
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum
Fri 02 Feb 2024, 5:21 pm by buncis hitam
» kenapa muhammad suka makan babi????
Wed 31 Jan 2024, 1:04 am by naufal
» NYATA & FAKTA : TERNYATA YESUS PILIH MENGAULI KELEDAI DARIPADA WANITA!!! (sebuah penghinaan OLEH PAULUS)
Fri 12 Jan 2024, 9:39 pm by Uwizuya
» SORGA ISLAM RUMAH PELACUR ALLOH SWT...........
Tue 02 Jan 2024, 12:48 am by Pajar
» Moon Split or Islamic Hoax?
Wed 13 Dec 2023, 3:34 pm by admin
» In Islam a Woman Must be Submissive and Serve her Husband
Wed 13 Dec 2023, 3:32 pm by admin
» Who Taught Allah Math?
Wed 13 Dec 2023, 3:31 pm by admin
» BISNIS GEREJA YUUUKZ....LUMAYAN LOH UNTUNGNYA....
Wed 05 Jul 2023, 1:57 pm by buncis hitam
» ISLAM: Palsu, Maut, Tak Akan Tobat, Amburadul
Sun 07 May 2023, 9:50 am by MANTAN KADRUN