ayat poligami: ayat paling gak jelas;kabur;bersayap: pokoknya gelap dehhh

kermit katak lucu wrote:inilah ayat quran ttg poligami yang luar biasa kabur dan bersayap ,yang bukan cuma bikin bingung kafir,tapi juga bikin bingung muslim:


Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.


http://quran.com/4/3



BUKTINYA:


baik muslim yang pro poligami maupun yang anti poligami menggunakan ayat ini untuk mendukung gagasan mereka.


berikut ini kermit copas yang anti poligami dari blog JIL :





Saat Islam datang turun aturan yang membatasi maksimal empat orang saja, dengan syarat ketat yang bagi sejumlah pemikir muslim tidak mungkin bisa terpenuhi oleh seorang laki-laki. Asas keadilan tentu bukan sekadar keadilan kuantitatif semacam pemberian materi atau waktu gilir antar-istri, tapi mencakup keadilan kualitatif (kasih sayang yang merupakan fondasi dan filosofi utama kehidupan rumah tangga). Itulah mengapa di ujung ayat yang sering dijadikan dasar bagi kebolehan (mubahah) praktik poligami Tuhan mewanti-wanti, “Dan apabila kamu takut tidak bisa berbuat adil, maka nikahilah seorang saja” [QS. 4]. Itu berarti ideal moral yang dicanangkan al-Quran adalah praktik monogami.

Alasan dibolehkannya poligami di masa awal generasi Islam, seperti yang diungkap Muhammad Abduh (1849-1905), karena saat itu jumlah laki-laki lebih sedikit dibandingkan perempuan akibat banyak yang mati di medan pertempuran. Dengan dalih melindungi dan mengayomi, laki-laki dibolehkan menikahi perempuan lebih dari satu. Juga dengan begitu penyebaran Islam semakin cepat dengan terus menambah jumlah pemeluknya. Sebab perempuan yang dinikahi diharapkan masuk Islam beserta keluarganya. Selain itu, dengan poligami kemungkinan pecahnya konflik antar-suku dapat dicegah. Saat ini, keadaan sudah jelas banyak berubah. Poligami, lanjut Abduh, justru melahirkan banyak persoalan yang mengancam keutuhan bangunan mahligai rumah tangga. Sering timbul percekcokan. Belum lagi efek domino bagi perkembangan psikologi anak yang lahir dari pernikahan poligami. Sering mereka merasa kurang diperhatikan, haus kasih sayang dan, celakanya, secara tidak langsung dididik dalam suasana yang kedap perselisihan dan percekcokan tersebut. Karena itulah Abduh jelas-jelas melarang praktik poligami mengingat syarat adil yang diminta teks tidak mungkin bisa dipenuhi. (Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar IV, tt. h. 347-350).

Tradisi poligami, seperti yang dipahami dalam teks itu, tidak lebih pantulan realitas sosial yang mengemuka saat itu. Faktanya ialah perempuan kala itu dalam kondisi terpinggirkan. Dalam hal poligami, Alquran merekam praktik itu sebab ia adalah realitas sosial masyarakat saat itu. Tak terlalu salah jika Thaha Husein (1889-1950) dalam Fi Syi’r al-Jahili (tt. h. 25-33), dengan berani mengambil hipotesa bahwa Alquran pada dasarnya adalah cermin budaya masyarakat Arab Jahiliyah (pra-Islam). Karena itu, seruan poligami dalam teks itu harus dipandang sebagai sebuah proses yang belum final dan masih terbuka bagi “pembacaan lain” sesuai dengan konteks sosial kontemporer. Jika hipotesa Husein dikembangkan, akan dijumpai pemahaman bahwa Alquran sesungguhnya adalah respon terhadap berbagai persoalan umat kala itu. Sebagai respon, tentu saja Alquran menyesuaikan dengan keadaan setempat yang saat itu dipenuhi dominasi budaya patriarkhi.

Momentum Hari Kartini sudah sepantasnya dijadikan media refleksi untuk merenungkan kembali kesahihan poligami yang tersembul dalam UU RI Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Di situ diterangkan kebolehan poligami selama mengantongi ijin istri sebelumnya. Keterangan itu malah dikuatkan UU RI No. 7/1989 pasal 49 yang menugasi Pengadilan Agama untuk menangani poligami. Pemerintah seharusnya memikirkan nasib kaum perempuan yang hak-hak kebebasan dasarnya terancam oleh tradisi poligami. Sebab sampai saat ini masalah poligami seolah-olah tidak ditangani serius dan tenggelam dalam gelombang besar masalah yang silih berganti menerpa bangsa ini. Asumsi melindungi dan mengayomi sebagai pijakan fungsi sosial poligami sudah sepantasnya dikaji ulang sekaligus dialihkan pada hal-hal lain yang kebutuhannya lebih mendesak.

Dengan kata lain, UU anti-poligami mendesak untuk segera direalisasikan demi melindungi kaum perempuan dari golongan tertentu yang ingin mereguk keuntungan dengan memelintir seruan teks untuk kepentingan poligami. Keberanian pemerintah Turki di bawah kepemimpinan Musthafa Kemal Ataturk mensahkan UU yang melarang poligami di tahun 1926 perlu dijadikan teladan. Juga pemerintah Tunisia di bawah presiden Bourguiba pada tahun 1956 yang melakukan hal serupa layak ditiru. Dan di sisi lain, mandat perjuangan emansipasi dan pemberdayaan perempuan yang menjadi cita-cita agung Kartini, dengan demikian, akan menemukan titik terang. Dan beginilah sesungguhnya salah satu aspek substansial untuk menghormati kebesaran Kartini, bukan dengan retorika semata. []


sedangkan yang propoligami,kermit copas dari blog era muslim:


Mengutip Surat An-Nisa ayat :3 di atas, jelas bagi kita umat Islam, Allah Azza Wa Jalla telah memberikan hak kepada seorang lelaki untuk berpoligami sampai 4 orang isteri. Menanggapi ayat ini, para mufassir (ahli tafsir) menjelaskan, tujuan dari berpoligami adalah takut terjerat ke dalam perbuatan zina.

Penafsiran kontemporer terhadap praktik poligami sekarang “dilarang”, tidak lebih akibat pola hidup permisif, konsumtif, dan bertabiat liberalis-kapitalistik. Umat Islam pun kehilangan orientasi, pijakan, dan harga diri. Nilai-nilai akhlak Islam yang dianut dan dimuliakan, kini ditinggalkan bahkan dicibir. Anehnya, perbuatan zina yang sering dilakoni pejabat publik mendapat legitimasi.

Membicarakan rekonseptualisasi poligami kontemporer sekarang ini, bukan maksud penulis untuk melegitimasi kekeliruan yang sering dilakukan setiap suami ketika mereka berpoligami. Berbabagai macam ragam kekeliruan seorang suami ketika berpoligami, tidak lantas kita kaum muslimah untuk menentang hukum Allah.

”Barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia berkuasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya dan Kami masukkan ia ke dalam neraka Jahannam.(Memang), Jahanam itu tempat kembali yang buruk” (An-Nisa : 115).

lor=red]]Para ulama sepakat bahwa orang yang mengingkari atau membenci ayat Al-Quran adalah murtad, demikian pula, orang yang mengingkari hadist-hadist mutawatir[/size]. Orang-orang yang mengingkari poligami (padahal dasar hukumnya disebutkan dalam Al-Quran dan Hadist), maka tidak diragukan lagi kekafiran dan kemurtadan bagi mereka.

Zaman kontemporer ini merupakan zaman syubuhat (tuduhan dan keraguan) yang dicanangkan oleh musuh-musuh Islam. “…… Sedangkan orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran”) (An-Nisa : 27).


jadi nampaknya orang2 JIL udah dianggap murtad yaa?????


epilog:


katanya ayat quran jelas,terang, tegas, mana buktinya slim??????????????????????






http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=1&ved=0CBUQFjAA&url=http%3A%2F%2Fislamlib.com%2Fid%2Fartikel%2Fmeneguhkan-kembali-gerakan-anti-poligami&ei=eChqTrSIBYefiAfJlIXIBA&usg=AFQjCNF9VvtIaKGwOTfyA4HZNoOQhKqiFQ


http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=19&ved=0CFgQFjAIOAo&url=http%3A%2F%2Fwww.eramuslim.com%2Fakhwat%2Fmuslimah%2Frekonseptualisasi-poligami-kontemporer.htm&ei=4i1qTuDaB6q0iQfivNW1BA&usg=AFQjCNGOgxylV12EWk-yP0o9VuGhLIq3mA

hamba tuhan wrote:

kermit katak lucu wrote:inilah ayat quran ttg poligami yang luar biasa kabur dan bersayap ,yang bukan cuma bikin bingung kafir,tapi juga bikin bingung muslim:


Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.


http://quran.com/4/3



BUKTINYA:


baik muslim yang pro poligami maupun yang anti poligami menggunakan ayat ini untuk mendukung gagasan mereka.


berikut ini kermit copas yang anti poligami dari blog JIL :





Saat Islam datang turun aturan yang membatasi maksimal empat orang saja, dengan syarat ketat yang bagi sejumlah pemikir muslim tidak mungkin bisa terpenuhi oleh seorang laki-laki. Asas keadilan tentu bukan sekadar keadilan kuantitatif semacam pemberian materi atau waktu gilir antar-istri, tapi mencakup keadilan kualitatif (kasih sayang yang merupakan fondasi dan filosofi utama kehidupan rumah tangga). Itulah mengapa di ujung ayat yang sering dijadikan dasar bagi kebolehan (mubahah) praktik poligami Tuhan mewanti-wanti, “Dan apabila kamu takut tidak bisa berbuat adil, maka nikahilah seorang saja” [QS. 4]. Itu berarti ideal moral yang dicanangkan al-Quran adalah praktik monogami.

Alasan dibolehkannya poligami di masa awal generasi Islam, seperti yang diungkap Muhammad Abduh (1849-1905), karena saat itu jumlah laki-laki lebih sedikit dibandingkan perempuan akibat banyak yang mati di medan pertempuran. Dengan dalih melindungi dan mengayomi, laki-laki dibolehkan menikahi perempuan lebih dari satu. Juga dengan begitu penyebaran Islam semakin cepat dengan terus menambah jumlah pemeluknya. Sebab perempuan yang dinikahi diharapkan masuk Islam beserta keluarganya. Selain itu, dengan poligami kemungkinan pecahnya konflik antar-suku dapat dicegah. Saat ini, keadaan sudah jelas banyak berubah. Poligami, lanjut Abduh, justru melahirkan banyak persoalan yang mengancam keutuhan bangunan mahligai rumah tangga. Sering timbul percekcokan. Belum lagi efek domino bagi perkembangan psikologi anak yang lahir dari pernikahan poligami. Sering mereka merasa kurang diperhatikan, haus kasih sayang dan, celakanya, secara tidak langsung dididik dalam suasana yang kedap perselisihan dan percekcokan tersebut. Karena itulah Abduh jelas-jelas melarang praktik poligami mengingat syarat adil yang diminta teks tidak mungkin bisa dipenuhi. (Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar IV, tt. h. 347-350).

Tradisi poligami, seperti yang dipahami dalam teks itu, tidak lebih pantulan realitas sosial yang mengemuka saat itu. Faktanya ialah perempuan kala itu dalam kondisi terpinggirkan. Dalam hal poligami, Alquran merekam praktik itu sebab ia adalah realitas sosial masyarakat saat itu. Tak terlalu salah jika Thaha Husein (1889-1950) dalam Fi Syi’r al-Jahili (tt. h. 25-33), dengan berani mengambil hipotesa bahwa Alquran pada dasarnya adalah cermin budaya masyarakat Arab Jahiliyah (pra-Islam). Karena itu, seruan poligami dalam teks itu harus dipandang sebagai sebuah proses yang belum final dan masih terbuka bagi “pembacaan lain” sesuai dengan konteks sosial kontemporer. Jika hipotesa Husein dikembangkan, akan dijumpai pemahaman bahwa Alquran sesungguhnya adalah respon terhadap berbagai persoalan umat kala itu. Sebagai respon, tentu saja Alquran menyesuaikan dengan keadaan setempat yang saat itu dipenuhi dominasi budaya patriarkhi.

Momentum Hari Kartini sudah sepantasnya dijadikan media refleksi untuk merenungkan kembali kesahihan poligami yang tersembul dalam UU RI Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Di situ diterangkan kebolehan poligami selama mengantongi ijin istri sebelumnya. Keterangan itu malah dikuatkan UU RI No. 7/1989 pasal 49 yang menugasi Pengadilan Agama untuk menangani poligami. Pemerintah seharusnya memikirkan nasib kaum perempuan yang hak-hak kebebasan dasarnya terancam oleh tradisi poligami. Sebab sampai saat ini masalah poligami seolah-olah tidak ditangani serius dan tenggelam dalam gelombang besar masalah yang silih berganti menerpa bangsa ini. Asumsi melindungi dan mengayomi sebagai pijakan fungsi sosial poligami sudah sepantasnya dikaji ulang sekaligus dialihkan pada hal-hal lain yang kebutuhannya lebih mendesak.

Dengan kata lain, UU anti-poligami mendesak untuk segera direalisasikan demi melindungi kaum perempuan dari golongan tertentu yang ingin mereguk keuntungan dengan memelintir seruan teks untuk kepentingan poligami. Keberanian pemerintah Turki di bawah kepemimpinan Musthafa Kemal Ataturk mensahkan UU yang melarang poligami di tahun 1926 perlu dijadikan teladan. Juga pemerintah Tunisia di bawah presiden Bourguiba pada tahun 1956 yang melakukan hal serupa layak ditiru. Dan di sisi lain, mandat perjuangan emansipasi dan pemberdayaan perempuan yang menjadi cita-cita agung Kartini, dengan demikian, akan menemukan titik terang. Dan beginilah sesungguhnya salah satu aspek substansial untuk menghormati kebesaran Kartini, bukan dengan retorika semata. []


sedangkan yang propoligami,kermit copas dari blog era muslim:


Mengutip Surat An-Nisa ayat :3 di atas, jelas bagi kita umat Islam, Allah Azza Wa Jalla telah memberikan hak kepada seorang lelaki untuk berpoligami sampai 4 orang isteri. Menanggapi ayat ini, para mufassir (ahli tafsir) menjelaskan, tujuan dari berpoligami adalah takut terjerat ke dalam perbuatan zina.

Penafsiran kontemporer terhadap praktik poligami sekarang “dilarang”, tidak lebih akibat pola hidup permisif, konsumtif, dan bertabiat liberalis-kapitalistik. Umat Islam pun kehilangan orientasi, pijakan, dan harga diri. Nilai-nilai akhlak Islam yang dianut dan dimuliakan, kini ditinggalkan bahkan dicibir. Anehnya, perbuatan zina yang sering dilakoni pejabat publik mendapat legitimasi.

Membicarakan rekonseptualisasi poligami kontemporer sekarang ini, bukan maksud penulis untuk melegitimasi kekeliruan yang sering dilakukan setiap suami ketika mereka berpoligami. Berbabagai macam ragam kekeliruan seorang suami ketika berpoligami, tidak lantas kita kaum muslimah untuk menentang hukum Allah.

”Barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia berkuasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya dan Kami masukkan ia ke dalam neraka Jahannam.(Memang), Jahanam itu tempat kembali yang buruk” (An-Nisa : 115).

lor=red]]Para ulama sepakat bahwa orang yang mengingkari atau membenci ayat Al-Quran adalah murtad, demikian pula, orang yang mengingkari hadist-hadist mutawatir[/size]. Orang-orang yang mengingkari poligami (padahal dasar hukumnya disebutkan dalam Al-Quran dan Hadist), maka tidak diragukan lagi kekafiran dan kemurtadan bagi mereka.

Zaman kontemporer ini merupakan zaman syubuhat (tuduhan dan keraguan) yang dicanangkan oleh musuh-musuh Islam. “…… Sedangkan orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran”) (An-Nisa : 27).


jadi nampaknya orang2 JIL udah dianggap murtad yaa?????


epilog:


katanya ayat quran jelas,terang, tegas, mana buktinya slim??????????????????????






http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=1&ved=0CBUQFjAA&url=http%3A%2F%2Fislamlib.com%2Fid%2Fartikel%2Fmeneguhkan-kembali-gerakan-anti-poligami&ei=eChqTrSIBYefiAfJlIXIBA&usg=AFQjCNF9VvtIaKGwOTfyA4HZNoOQhKqiFQ


http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=19&ved=0CFgQFjAIOAo&url=http%3A%2F%2Fwww.eramuslim.com%2Fakhwat%2Fmuslimah%2Frekonseptualisasi-poligami-kontemporer.htm&ei=4i1qTuDaB6q0iQfivNW1BA&usg=AFQjCNGOgxylV12EWk-yP0o9VuGhLIq3mA

ini juga kabur alias gak jelas deh kermit....

BIS Ulangan 17:16 Raja tak boleh memiliki banyak kuda untuk tentaranya dan tak boleh menyuruh bangsa ini kembali ke Mesir untuk membeli kuda, karena TUHAN telah berkata bahwa umat-Nya tak boleh kembali ke negeri itu.
17:17 Raja tak boleh punya banyak istri, supaya ia jangan membelakangi TUHAN. Ia juga tak boleh memperkaya diri dengan perak dan emas.

Raja Salomo :
1 Raja-raja 11:3 Ia mempunyai tujuh ratus isteri dari kaum bangsawan dan tiga ratus gundik; isteri-isterinya itu menarik hatinya dari pada TUHAN.

Raja Daud:
Pernikahan pertama dengan Mikhal anak Saul pada 1 Samuel 18:27 “…… Kemudian Saul memberikan Mikhal, anaknya, kepadanya menjadi isterinya”

Dan tujuh istri yang lain pada 1 Tawarikh 3:1-9 yakni:
1.Ahinoam, perempuan Yizreel
2.Abigail, perempuan Karmel;
3.Maakha, yakni anak perempuan Talmai, raja Gesur
4.Hagit
5.Abital
6.Egla
7.Batsyua(Betsyeba) binti Amiel

Belum terhitung adalah para budak hamba Raja Daud

kermit katak lucu wrote:

hamba tuhan wrote:

kermit katak lucu wrote:inilah ayat quran ttg poligami yang luar biasa kabur dan bersayap ,yang bukan cuma bikin bingung kafir,tapi juga bikin bingung muslim:


Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.


http://quran.com/4/3



BUKTINYA:


baik muslim yang pro poligami maupun yang anti poligami menggunakan ayat ini untuk mendukung gagasan mereka.


berikut ini kermit copas yang anti poligami dari blog JIL :





Saat Islam datang turun aturan yang membatasi maksimal empat orang saja, dengan syarat ketat yang bagi sejumlah pemikir muslim tidak mungkin bisa terpenuhi oleh seorang laki-laki. Asas keadilan tentu bukan sekadar keadilan kuantitatif semacam pemberian materi atau waktu gilir antar-istri, tapi mencakup keadilan kualitatif (kasih sayang yang merupakan fondasi dan filosofi utama kehidupan rumah tangga). Itulah mengapa di ujung ayat yang sering dijadikan dasar bagi kebolehan (mubahah) praktik poligami Tuhan mewanti-wanti, “Dan apabila kamu takut tidak bisa berbuat adil, maka nikahilah seorang saja” [QS. 4]. Itu berarti ideal moral yang dicanangkan al-Quran adalah praktik monogami.

Alasan dibolehkannya poligami di masa awal generasi Islam, seperti yang diungkap Muhammad Abduh (1849-1905), karena saat itu jumlah laki-laki lebih sedikit dibandingkan perempuan akibat banyak yang mati di medan pertempuran. Dengan dalih melindungi dan mengayomi, laki-laki dibolehkan menikahi perempuan lebih dari satu. Juga dengan begitu penyebaran Islam semakin cepat dengan terus menambah jumlah pemeluknya. Sebab perempuan yang dinikahi diharapkan masuk Islam beserta keluarganya. Selain itu, dengan poligami kemungkinan pecahnya konflik antar-suku dapat dicegah. Saat ini, keadaan sudah jelas banyak berubah. Poligami, lanjut Abduh, justru melahirkan banyak persoalan yang mengancam keutuhan bangunan mahligai rumah tangga. Sering timbul percekcokan. Belum lagi efek domino bagi perkembangan psikologi anak yang lahir dari pernikahan poligami. Sering mereka merasa kurang diperhatikan, haus kasih sayang dan, celakanya, secara tidak langsung dididik dalam suasana yang kedap perselisihan dan percekcokan tersebut. Karena itulah Abduh jelas-jelas melarang praktik poligami mengingat syarat adil yang diminta teks tidak mungkin bisa dipenuhi. (Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar IV, tt. h. 347-350).

Tradisi poligami, seperti yang dipahami dalam teks itu, tidak lebih pantulan realitas sosial yang mengemuka saat itu. Faktanya ialah perempuan kala itu dalam kondisi terpinggirkan. Dalam hal poligami, Alquran merekam praktik itu sebab ia adalah realitas sosial masyarakat saat itu. Tak terlalu salah jika Thaha Husein (1889-1950) dalam Fi Syi’r al-Jahili (tt. h. 25-33), dengan berani mengambil hipotesa bahwa Alquran pada dasarnya adalah cermin budaya masyarakat Arab Jahiliyah (pra-Islam). Karena itu, seruan poligami dalam teks itu harus dipandang sebagai sebuah proses yang belum final dan masih terbuka bagi “pembacaan lain” sesuai dengan konteks sosial kontemporer. Jika hipotesa Husein dikembangkan, akan dijumpai pemahaman bahwa Alquran sesungguhnya adalah respon terhadap berbagai persoalan umat kala itu. Sebagai respon, tentu saja Alquran menyesuaikan dengan keadaan setempat yang saat itu dipenuhi dominasi budaya patriarkhi.

Momentum Hari Kartini sudah sepantasnya dijadikan media refleksi untuk merenungkan kembali kesahihan poligami yang tersembul dalam UU RI Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Di situ diterangkan kebolehan poligami selama mengantongi ijin istri sebelumnya. Keterangan itu malah dikuatkan UU RI No. 7/1989 pasal 49 yang menugasi Pengadilan Agama untuk menangani poligami. Pemerintah seharusnya memikirkan nasib kaum perempuan yang hak-hak kebebasan dasarnya terancam oleh tradisi poligami. Sebab sampai saat ini masalah poligami seolah-olah tidak ditangani serius dan tenggelam dalam gelombang besar masalah yang silih berganti menerpa bangsa ini. Asumsi melindungi dan mengayomi sebagai pijakan fungsi sosial poligami sudah sepantasnya dikaji ulang sekaligus dialihkan pada hal-hal lain yang kebutuhannya lebih mendesak.

Dengan kata lain, UU anti-poligami mendesak untuk segera direalisasikan demi melindungi kaum perempuan dari golongan tertentu yang ingin mereguk keuntungan dengan memelintir seruan teks untuk kepentingan poligami. Keberanian pemerintah Turki di bawah kepemimpinan Musthafa Kemal Ataturk mensahkan UU yang melarang poligami di tahun 1926 perlu dijadikan teladan. Juga pemerintah Tunisia di bawah presiden Bourguiba pada tahun 1956 yang melakukan hal serupa layak ditiru. Dan di sisi lain, mandat perjuangan emansipasi dan pemberdayaan perempuan yang menjadi cita-cita agung Kartini, dengan demikian, akan menemukan titik terang. Dan beginilah sesungguhnya salah satu aspek substansial untuk menghormati kebesaran Kartini, bukan dengan retorika semata. []


sedangkan yang propoligami,kermit copas dari blog era muslim:


Mengutip Surat An-Nisa ayat :3 di atas, jelas bagi kita umat Islam, Allah Azza Wa Jalla telah memberikan hak kepada seorang lelaki untuk berpoligami sampai 4 orang isteri. Menanggapi ayat ini, para mufassir (ahli tafsir) menjelaskan, tujuan dari berpoligami adalah takut terjerat ke dalam perbuatan zina.

Penafsiran kontemporer terhadap praktik poligami sekarang “dilarang”, tidak lebih akibat pola hidup permisif, konsumtif, dan bertabiat liberalis-kapitalistik. Umat Islam pun kehilangan orientasi, pijakan, dan harga diri. Nilai-nilai akhlak Islam yang dianut dan dimuliakan, kini ditinggalkan bahkan dicibir. Anehnya, perbuatan zina yang sering dilakoni pejabat publik mendapat legitimasi.

Membicarakan rekonseptualisasi poligami kontemporer sekarang ini, bukan maksud penulis untuk melegitimasi kekeliruan yang sering dilakukan setiap suami ketika mereka berpoligami. Berbabagai macam ragam kekeliruan seorang suami ketika berpoligami, tidak lantas kita kaum muslimah untuk menentang hukum Allah.

”Barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia berkuasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya dan Kami masukkan ia ke dalam neraka Jahannam.(Memang), Jahanam itu tempat kembali yang buruk” (An-Nisa : 115).

lor=red]]Para ulama sepakat bahwa orang yang mengingkari atau membenci ayat Al-Quran adalah murtad, demikian pula, orang yang mengingkari hadist-hadist mutawatir[/size]. Orang-orang yang mengingkari poligami (padahal dasar hukumnya disebutkan dalam Al-Quran dan Hadist), maka tidak diragukan lagi kekafiran dan kemurtadan bagi mereka.

Zaman kontemporer ini merupakan zaman syubuhat (tuduhan dan keraguan) yang dicanangkan oleh musuh-musuh Islam. “…… Sedangkan orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran”) (An-Nisa : 27).


jadi nampaknya orang2 JIL udah dianggap murtad yaa?????


epilog:


katanya ayat quran jelas,terang, tegas, mana buktinya slim??????????????????????






http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=1&ved=0CBUQFjAA&url=http%3A%2F%2Fislamlib.com%2Fid%2Fartikel%2Fmeneguhkan-kembali-gerakan-anti-poligami&ei=eChqTrSIBYefiAfJlIXIBA&usg=AFQjCNF9VvtIaKGwOTfyA4HZNoOQhKqiFQ


http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=19&ved=0CFgQFjAIOAo&url=http%3A%2F%2Fwww.eramuslim.com%2Fakhwat%2Fmuslimah%2Frekonseptualisasi-poligami-kontemporer.htm&ei=4i1qTuDaB6q0iQfivNW1BA&usg=AFQjCNGOgxylV12EWk-yP0o9VuGhLIq3mA

ini juga kabur alias gak jelas deh kermit....

BIS Ulangan 17:16 Raja tak boleh memiliki banyak kuda untuk tentaranya dan tak boleh menyuruh bangsa ini kembali ke Mesir untuk membeli kuda, karena TUHAN telah berkata bahwa umat-Nya tak boleh kembali ke negeri itu.
17:17 Raja tak boleh punya banyak istri, supaya ia jangan membelakangi TUHAN. Ia juga tak boleh memperkaya diri dengan perak dan emas.

Raja Salomo :
1 Raja-raja 11:3 Ia mempunyai tujuh ratus isteri dari kaum bangsawan dan tiga ratus gundik; isteri-isterinya itu menarik hatinya dari pada TUHAN.

Raja Daud:
Pernikahan pertama dengan Mikhal anak Saul pada 1 Samuel 18:27 “…… Kemudian Saul memberikan Mikhal, anaknya, kepadanya menjadi isterinya”

Dan tujuh istri yang lain pada 1 Tawarikh 3:1-9 yakni:
1.Ahinoam, perempuan Yizreel
2.Abigail, perempuan Karmel;
3.Maakha, yakni anak perempuan Talmai, raja Gesur
4.Hagit
5.Abital
6.Egla
7.Batsyua(Betsyeba) binti Amiel

Belum terhitung adalah para budak hamba Raja Daud

ampun netter satu ini,begonya minta ampun, yang ditanya apa.jawabannya ngaco. OOT terussssssssssssssssssss

enggakjelas wrote:HUIHUIHUI

KITAB SENDIRI SALAH .. KARENA KITAB LAEN JUGA SALAH..
ATAU
KRN KITAB LAEN SALAH BERARTI KITAB SENDIRI BOLEH SALAH

HEEEMMM.. KAYAKNYA INI LOGIKA O'ON NIH..

HUIHUIHUI

Anti-Ezalor wrote:Iya. Ayat itu kan jelas sangat. KHUSU BAGI LAKi-LAKI yang berlaku adil terhadap dia-dianya.
Apa yang salah?

kermit katak lucu wrote:

Anti-Ezalor wrote:Iya. Ayat itu kan jelas sangat. KHUSU BAGI LAKi-LAKI yang berlaku adil terhadap dia-dianya.
Apa yang salah?

sekarang saya tanya, syarat adil diatas , adil menurut siapa?????


adil menurut sang istri yang dipoligami atau adil menurut sang suami????

bagaimana jika sang suami telah merasa berlaku adil tetapi sang istri merasa sang suami belum berlaku adil????


tolong jangan dijawab adil menurut awloh....karna itu bukan jawaban yang real.

sekarang saya tanya, syarat adil diatas , adil menurut siapa?????
adil menurut sang istri yang dipoligami atau adil menurut sang suami????
bagaimana jika sang suami telah merasa berlaku adil tetapi sang istri merasa sang suami belum berlaku adil????

Anti-Ezalor wrote:

kermit katak lucu wrote:

Anti-Ezalor wrote:Iya. Ayat itu kan jelas sangat. KHUSU BAGI LAKi-LAKI yang berlaku adil terhadap dia-dianya.
Apa yang salah?

sekarang saya tanya, syarat adil diatas , adil menurut siapa?????


adil menurut sang istri yang dipoligami atau adil menurut sang suami????

bagaimana jika sang suami telah merasa berlaku adil tetapi sang istri merasa sang suami belum berlaku adil????


tolong jangan dijawab adil menurut awloh....karna itu bukan jawaban yang real.

sekarang saya tanya, syarat adil diatas , adil menurut siapa?????
adil menurut sang istri yang dipoligami atau adil menurut sang suami????
bagaimana jika sang suami telah merasa berlaku adil tetapi sang istri merasa sang suami belum berlaku adil????

Anda terlalu memaksa, Sudah Tentu Muslim itu berpedoman pada Kitabnya Al-Qur`an. Kalau Adil menurut masing-masing, gak bakalan ada yang merasa puas, malahan salah-satunya ada yang keberatan. Ingat sesuatu yang baik itu datangnya dari Alloh. Ya mau gimana lagi, Kita Manusia Biasa, Bukan Manusia yang sederajat dengan Tuhan yang bisa memberikan penilaian yang Baik dan yang Buruk.

Adil memberikan Nafkah Lahir & Batin, kasih sayangnya juga harus Adil. Jangan sampai dia nya ada yang kecewa.
Misalnya ada kejadian berat sebelah seperti ini. Ada di surat Al-imran, tapi gk tahu ayat berapa, kayak gini isinya.
Apabila istri kamu jelek, maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya ada sesuatu yang kamu tidak sukai. Bertaubatlah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha Penerima Taubat (maaf kalau ada kesalahan, soalnya saya hanya mengingat sedikit-sedkit)

Ingat jelek diatas ada makna tertentu. Setiap orang mempunyai selera atau pandangan masing-masing!

Biasanya ada cerita Suami suka lebih sayang pada istri barunya iyakan? Padahal di ayat tersebut, Alloh benar-benar memperingatkan untuk berlaku Adil kepada dia-dianya. Dan harus bersabar jika terjadi suatu kendala, atau cobaan saat bersama dia-dia.
Karena itu lah Alloh, menyuruh untuk selalu bertaubat (bertaubat berarti memohoh ampun, dan berusaha untuk tidak mengulangnya lagi)

Kan Suaminya sendiri, yang mengaku sanggup beristri lebih dari 1 (pada awalnya kan wajib sanggup).

Coba aja sekarang, yang Poligami banyak gak? dikit kan? Kenapa? Karena Poligami itu khusus bagi laki-laki yang sanggup berlaku adil.

Masih kurang jelas juga?

Betapa Hebatnya Al-Qur`an, Untuk menyelsaikan masalah-masalah manusia. Yang memberikan, penyelesaian yang Adil, Damai, dan Sangat Tepat Tentunya?

Tambahan lagi dah, Ayat Al-Qur`an untuk mencegah-cegah Terjadinya Perselingkuhan... hohohoho.... Mantab Kan??? yang gini juga ada
Surah An-Nur: 31 agar mereka memelihara/menundukkan pandangannya dan kemaluannya karena hal itu lebih suci baginya. Dengan adanya perintah “katakanlah” itu, bermaksud untuk menasehati dirinya dan orang yang dinasehati agar apa yang dikerjakan orang tersebut nantinya berjalan dengan baik. Jika tidak, mungkin orang tersebut termasuk orang-orang yang disindir oleh Allah,
Hayo siapa siapa yang matanya suka berkeliaran ketempat lain selain Pasangannya? inikan awal mula terjadinya perselingkuhan atau ZINAH?
Hai-hati kalau Anda termasuk orang yang disindir oleh Alloh !!!!
Astaghfirullohaladzim.....

Kalua masih belum jelas, boleh ditanyakan. Tapi ingat !!! Muslim (orang yang berserah diri pada Alloh) hanya berpedoman pada Al-Qur`an Dan Hadist, dan Sunnah Rasul. Seperti yang diperintahkan dalam Al-Qur`an itu sendiri.
Wassalam.....

kermit katak lucu wrote:

Anti-Ezalor wrote:

kermit katak lucu wrote:

Anti-Ezalor wrote:Iya. Ayat itu kan jelas sangat. KHUSU BAGI LAKi-LAKI yang berlaku adil terhadap dia-dianya.
Apa yang salah?

sekarang saya tanya, syarat adil diatas , adil menurut siapa?????


adil menurut sang istri yang dipoligami atau adil menurut sang suami????

bagaimana jika sang suami telah merasa berlaku adil tetapi sang istri merasa sang suami belum berlaku adil????


tolong jangan dijawab adil menurut awloh....karna itu bukan jawaban yang real.

sekarang saya tanya, syarat adil diatas , adil menurut siapa?????
adil menurut sang istri yang dipoligami atau adil menurut sang suami????
bagaimana jika sang suami telah merasa berlaku adil tetapi sang istri merasa sang suami belum berlaku adil????

Anda terlalu memaksa, Sudah Tentu Muslim itu berpedoman pada Kitabnya Al-Qur`an. Kalau Adil menurut masing-masing, gak bakalan ada yang merasa puas, malahan salah-satunya ada yang keberatan. Ingat sesuatu yang baik itu datangnya dari Alloh. Ya mau gimana lagi, Kita Manusia Biasa, Bukan Manusia yang sederajat dengan Tuhan yang bisa memberikan penilaian yang Baik dan yang Buruk.

Adil memberikan Nafkah Lahir & Batin, kasih sayangnya juga harus Adil. Jangan sampai dia nya ada yang kecewa.
Misalnya ada kejadian berat sebelah seperti ini. Ada di surat Al-imran, tapi gk tahu ayat berapa, kayak gini isinya.
Apabila istri kamu jelek, maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya ada sesuatu yang kamu tidak sukai. Bertaubatlah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha Penerima Taubat (maaf kalau ada kesalahan, soalnya saya hanya mengingat sedikit-sedkit)

Ingat jelek diatas ada makna tertentu. Setiap orang mempunyai selera atau pandangan masing-masing!

Biasanya ada cerita Suami suka lebih sayang pada istri barunya iyakan? Padahal di ayat tersebut, Alloh benar-benar memperingatkan untuk berlaku Adil kepada dia-dianya. Dan harus bersabar jika terjadi suatu kendala, atau cobaan saat bersama dia-dia.
Karena itu lah Alloh, menyuruh untuk selalu bertaubat (bertaubat berarti memohoh ampun, dan berusaha untuk tidak mengulangnya lagi)

Kan Suaminya sendiri, yang mengaku sanggup beristri lebih dari 1 (pada awalnya kan wajib sanggup).

Coba aja sekarang, yang Poligami banyak gak? dikit kan? Kenapa? Karena Poligami itu khusus bagi laki-laki yang sanggup berlaku adil.

Masih kurang jelas juga?

Betapa Hebatnya Al-Qur`an, Untuk menyelsaikan masalah-masalah manusia. Yang memberikan, penyelesaian yang Adil, Damai, dan Sangat Tepat Tentunya?

Tambahan lagi dah, Ayat Al-Qur`an untuk mencegah-cegah Terjadinya Perselingkuhan... hohohoho.... Mantab Kan??? yang gini juga ada
Surah An-Nur: 31 agar mereka memelihara/menundukkan pandangannya dan kemaluannya karena hal itu lebih suci baginya. Dengan adanya perintah “katakanlah” itu, bermaksud untuk menasehati dirinya dan orang yang dinasehati agar apa yang dikerjakan orang tersebut nantinya berjalan dengan baik. Jika tidak, mungkin orang tersebut termasuk orang-orang yang disindir oleh Allah,
Hayo siapa siapa yang matanya suka berkeliaran ketempat lain selain Pasangannya? inikan awal mula terjadinya perselingkuhan atau ZINAH?
Hai-hati kalau Anda termasuk orang yang disindir oleh Alloh !!!!
Astaghfirullohaladzim.....

Kalua masih belum jelas, boleh ditanyakan. Tapi ingat !!! Muslim (orang yang berserah diri pada Alloh) hanya berpedoman pada Al-Qur`an Dan Hadist, dan Sunnah Rasul. Seperti yang diperintahkan dalam Al-Qur`an itu sendiri.
Wassalam.....

jawaban abstrak gak jelas...


sekarang jawab saja pertanyaan real saya:


apakah AA Gym telah berlaku adil menurut standard islam??????

Anti-Ezalor wrote:

kermit katak lucu wrote:

Anti-Ezalor wrote:

kermit katak lucu wrote:

Anti-Ezalor wrote:Iya. Ayat itu kan jelas sangat. KHUSU BAGI LAKi-LAKI yang berlaku adil terhadap dia-dianya.
Apa yang salah?

sekarang saya tanya, syarat adil diatas , adil menurut siapa?????


adil menurut sang istri yang dipoligami atau adil menurut sang suami????

bagaimana jika sang suami telah merasa berlaku adil tetapi sang istri merasa sang suami belum berlaku adil????


tolong jangan dijawab adil menurut awloh....karna itu bukan jawaban yang real.

sekarang saya tanya, syarat adil diatas , adil menurut siapa?????
adil menurut sang istri yang dipoligami atau adil menurut sang suami????
bagaimana jika sang suami telah merasa berlaku adil tetapi sang istri merasa sang suami belum berlaku adil????

Anda terlalu memaksa, Sudah Tentu Muslim itu berpedoman pada Kitabnya Al-Qur`an. Kalau Adil menurut masing-masing, gak bakalan ada yang merasa puas, malahan salah-satunya ada yang keberatan. Ingat sesuatu yang baik itu datangnya dari Alloh. Ya mau gimana lagi, Kita Manusia Biasa, Bukan Manusia yang sederajat dengan Tuhan yang bisa memberikan penilaian yang Baik dan yang Buruk.

Adil memberikan Nafkah Lahir & Batin, kasih sayangnya juga harus Adil. Jangan sampai dia nya ada yang kecewa.
Misalnya ada kejadian berat sebelah seperti ini. Ada di surat Al-imran, tapi gk tahu ayat berapa, kayak gini isinya.
Apabila istri kamu jelek, maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya ada sesuatu yang kamu tidak sukai. Bertaubatlah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha Penerima Taubat (maaf kalau ada kesalahan, soalnya saya hanya mengingat sedikit-sedkit)

Ingat jelek diatas ada makna tertentu. Setiap orang mempunyai selera atau pandangan masing-masing!

Biasanya ada cerita Suami suka lebih sayang pada istri barunya iyakan? Padahal di ayat tersebut, Alloh benar-benar memperingatkan untuk berlaku Adil kepada dia-dianya. Dan harus bersabar jika terjadi suatu kendala, atau cobaan saat bersama dia-dia.
Karena itu lah Alloh, menyuruh untuk selalu bertaubat (bertaubat berarti memohoh ampun, dan berusaha untuk tidak mengulangnya lagi)

Kan Suaminya sendiri, yang mengaku sanggup beristri lebih dari 1 (pada awalnya kan wajib sanggup).

Coba aja sekarang, yang Poligami banyak gak? dikit kan? Kenapa? Karena Poligami itu khusus bagi laki-laki yang sanggup berlaku adil.

Masih kurang jelas juga?

Betapa Hebatnya Al-Qur`an, Untuk menyelsaikan masalah-masalah manusia. Yang memberikan, penyelesaian yang Adil, Damai, dan Sangat Tepat Tentunya?

Tambahan lagi dah, Ayat Al-Qur`an untuk mencegah-cegah Terjadinya Perselingkuhan... hohohoho.... Mantab Kan??? yang gini juga ada
Surah An-Nur: 31 agar mereka memelihara/menundukkan pandangannya dan kemaluannya karena hal itu lebih suci baginya. Dengan adanya perintah “katakanlah” itu, bermaksud untuk menasehati dirinya dan orang yang dinasehati agar apa yang dikerjakan orang tersebut nantinya berjalan dengan baik. Jika tidak, mungkin orang tersebut termasuk orang-orang yang disindir oleh Allah,
Hayo siapa siapa yang matanya suka berkeliaran ketempat lain selain Pasangannya? inikan awal mula terjadinya perselingkuhan atau ZINAH?
Hai-hati kalau Anda termasuk orang yang disindir oleh Alloh !!!!
Astaghfirullohaladzim.....

Kalua masih belum jelas, boleh ditanyakan. Tapi ingat !!! Muslim (orang yang berserah diri pada Alloh) hanya berpedoman pada Al-Qur`an Dan Hadist, dan Sunnah Rasul. Seperti yang diperintahkan dalam Al-Qur`an itu sendiri.
Wassalam.....

jawaban abstrak gak jelas...


sekarang jawab saja pertanyaan real saya:


apakah AA Gym telah berlaku adil menurut standard islam??????

Gak jelas dari mana??? Bukan jawaban yang Abstrak. Tapi Anda tidak Memahami.
Kalau keluarga AA Gym mah, saya gak tahu. Saya bukan anggota dari mereka. Tapi menurut Issue yg beredar, katanya si AA Berat Sebelah.
SAYA TIDAK TAHU!!!! BUKAN PERI GOSHIP SAYA TEH !!! Mungkin Sang Kodok bisa mengetahuinya?

kermit katak lucu wrote:

Anti-Ezalor wrote:

kermit katak lucu wrote:

Anti-Ezalor wrote:

kermit katak lucu wrote:

Anti-Ezalor wrote:Iya. Ayat itu kan jelas sangat. KHUSU BAGI LAKi-LAKI yang berlaku adil terhadap dia-dianya.
Apa yang salah?

sekarang saya tanya, syarat adil diatas , adil menurut siapa?????


adil menurut sang istri yang dipoligami atau adil menurut sang suami????

bagaimana jika sang suami telah merasa berlaku adil tetapi sang istri merasa sang suami belum berlaku adil????


tolong jangan dijawab adil menurut awloh....karna itu bukan jawaban yang real.

sekarang saya tanya, syarat adil diatas , adil menurut siapa?????
adil menurut sang istri yang dipoligami atau adil menurut sang suami????
bagaimana jika sang suami telah merasa berlaku adil tetapi sang istri merasa sang suami belum berlaku adil????

Anda terlalu memaksa, Sudah Tentu Muslim itu berpedoman pada Kitabnya Al-Qur`an. Kalau Adil menurut masing-masing, gak bakalan ada yang merasa puas, malahan salah-satunya ada yang keberatan. Ingat sesuatu yang baik itu datangnya dari Alloh. Ya mau gimana lagi, Kita Manusia Biasa, Bukan Manusia yang sederajat dengan Tuhan yang bisa memberikan penilaian yang Baik dan yang Buruk.

Adil memberikan Nafkah Lahir & Batin, kasih sayangnya juga harus Adil. Jangan sampai dia nya ada yang kecewa.
Misalnya ada kejadian berat sebelah seperti ini. Ada di surat Al-imran, tapi gk tahu ayat berapa, kayak gini isinya.
Apabila istri kamu jelek, maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya ada sesuatu yang kamu tidak sukai. Bertaubatlah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha Penerima Taubat (maaf kalau ada kesalahan, soalnya saya hanya mengingat sedikit-sedkit)

Ingat jelek diatas ada makna tertentu. Setiap orang mempunyai selera atau pandangan masing-masing!

Biasanya ada cerita Suami suka lebih sayang pada istri barunya iyakan? Padahal di ayat tersebut, Alloh benar-benar memperingatkan untuk berlaku Adil kepada dia-dianya. Dan harus bersabar jika terjadi suatu kendala, atau cobaan saat bersama dia-dia.
Karena itu lah Alloh, menyuruh untuk selalu bertaubat (bertaubat berarti memohoh ampun, dan berusaha untuk tidak mengulangnya lagi)

Kan Suaminya sendiri, yang mengaku sanggup beristri lebih dari 1 (pada awalnya kan wajib sanggup).

Coba aja sekarang, yang Poligami banyak gak? dikit kan? Kenapa? Karena Poligami itu khusus bagi laki-laki yang sanggup berlaku adil.

Masih kurang jelas juga?

Betapa Hebatnya Al-Qur`an, Untuk menyelsaikan masalah-masalah manusia. Yang memberikan, penyelesaian yang Adil, Damai, dan Sangat Tepat Tentunya?

Tambahan lagi dah, Ayat Al-Qur`an untuk mencegah-cegah Terjadinya Perselingkuhan... hohohoho.... Mantab Kan??? yang gini juga ada
Surah An-Nur: 31 agar mereka memelihara/menundukkan pandangannya dan kemaluannya karena hal itu lebih suci baginya. Dengan adanya perintah “katakanlah” itu, bermaksud untuk menasehati dirinya dan orang yang dinasehati agar apa yang dikerjakan orang tersebut nantinya berjalan dengan baik. Jika tidak, mungkin orang tersebut termasuk orang-orang yang disindir oleh Allah,
Hayo siapa siapa yang matanya suka berkeliaran ketempat lain selain Pasangannya? inikan awal mula terjadinya perselingkuhan atau ZINAH?
Hai-hati kalau Anda termasuk orang yang disindir oleh Alloh !!!!
Astaghfirullohaladzim.....

Kalua masih belum jelas, boleh ditanyakan. Tapi ingat !!! Muslim (orang yang berserah diri pada Alloh) hanya berpedoman pada Al-Qur`an Dan Hadist, dan Sunnah Rasul. Seperti yang diperintahkan dalam Al-Qur`an itu sendiri.
Wassalam.....

jawaban abstrak gak jelas...


sekarang jawab saja pertanyaan real saya:


apakah AA Gym telah berlaku adil menurut standard islam??????

Gak jelas dari mana??? Bukan jawaban yang Abstrak. Tapi Anda tidak Memahami.
Kalau keluarga AA Gym mah, saya gak tahu. Saya bukan anggota dari mereka. Tapi menurut Issue yg beredar, katanya si AA Berat Sebelah.
SAYA TIDAK TAHU!!!! BUKAN PERI GOSHIP SAYA TEH !!! Mungkin Sang Kodok bisa mengetahuinya?

kalo saya muslim dan ingin berpoligami, dan saya yakin sekali saya sanggup berlaku adil, bagaimana saya tahu, saya bersikap objektif?????? mungkin keyakinan saya diorong nafsu saya ingin beristri lagi,atau ternyata memang benar2 saya sanggup berlaku adil???? bagaimna cara menilai yang obyektif,bahwa saya benar2 sanggup berlaku adil????

kermit katak lucu wrote:kalo saya muslim dan ingin berpoligami, dan saya yakin sekali saya sanggup berlaku adil, bagaimana saya tahu, saya bersikap objektif?????? mungkin keyakinan saya diorong nafsu saya ingin beristri lagi,atau ternyata memang benar2 saya sanggup berlaku adil???? bagaimna cara menilai yang obyektif,bahwa saya benar2 sanggup berlaku adil????

kermit katak lucu wrote:kalo saya muslim dan ingin berpoligami, dan saya yakin sekali saya sanggup berlaku adil, bagaimana saya tahu, saya bersikap objektif?????? mungkin keyakinan saya diorong nafsu saya ingin beristri lagi,atau ternyata memang benar2 saya sanggup berlaku adil???? bagaimna cara menilai yang obyektif,bahwa saya benar2 sanggup berlaku adil????

abu hanan wrote:

kermit katak lucu wrote:kalo saya muslim dan ingin berpoligami, dan saya yakin sekali saya sanggup berlaku adil, bagaimana saya tahu, saya bersikap objektif?????? mungkin keyakinan saya diorong nafsu saya ingin beristri lagi,atau ternyata memang benar2 saya sanggup berlaku adil???? bagaimna cara menilai yang obyektif,bahwa saya benar2 sanggup berlaku adil????

Termasuk adil adalah jujur pada diri sendiri.
Obyektif atau tidak,andalah yang menilai.

masnuntholab wrote:Di Kristen ada larangan poligami nggak yah?

kermit katak lucu wrote:inilah ayat quran ttg poligami yang luar biasa kabur dan bersayap ,yang bukan cuma bikin bingung kafir,tapi juga bikin bingung muslim:


Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.


http://quran.com/4/3



BUKTINYA:


baik muslim yang pro poligami maupun yang anti poligami menggunakan ayat ini untuk mendukung gagasan mereka.


berikut ini kermit copas yang anti poligami dari blog JIL :





Saat Islam datang turun aturan yang membatasi maksimal empat orang saja, dengan syarat ketat yang bagi sejumlah pemikir muslim tidak mungkin bisa terpenuhi oleh seorang laki-laki. Asas keadilan tentu bukan sekadar keadilan kuantitatif semacam pemberian materi atau waktu gilir antar-istri, tapi mencakup keadilan kualitatif (kasih sayang yang merupakan fondasi dan filosofi utama kehidupan rumah tangga). Itulah mengapa di ujung ayat yang sering dijadikan dasar bagi kebolehan (mubahah) praktik poligami Tuhan mewanti-wanti, “Dan apabila kamu takut tidak bisa berbuat adil, maka nikahilah seorang saja” [QS. 4]. Itu berarti ideal moral yang dicanangkan al-Quran adalah praktik monogami.

Alasan dibolehkannya poligami di masa awal generasi Islam, seperti yang diungkap Muhammad Abduh (1849-1905), karena saat itu jumlah laki-laki lebih sedikit dibandingkan perempuan akibat banyak yang mati di medan pertempuran. Dengan dalih melindungi dan mengayomi, laki-laki dibolehkan menikahi perempuan lebih dari satu. Juga dengan begitu penyebaran Islam semakin cepat dengan terus menambah jumlah pemeluknya. Sebab perempuan yang dinikahi diharapkan masuk Islam beserta keluarganya. Selain itu, dengan poligami kemungkinan pecahnya konflik antar-suku dapat dicegah. Saat ini, keadaan sudah jelas banyak berubah. Poligami, lanjut Abduh, justru melahirkan banyak persoalan yang mengancam keutuhan bangunan mahligai rumah tangga. Sering timbul percekcokan. Belum lagi efek domino bagi perkembangan psikologi anak yang lahir dari pernikahan poligami. Sering mereka merasa kurang diperhatikan, haus kasih sayang dan, celakanya, secara tidak langsung dididik dalam suasana yang kedap perselisihan dan percekcokan tersebut. Karena itulah Abduh jelas-jelas melarang praktik poligami mengingat syarat adil yang diminta teks tidak mungkin bisa dipenuhi. (Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar IV, tt. h. 347-350).

Tradisi poligami, seperti yang dipahami dalam teks itu, tidak lebih pantulan realitas sosial yang mengemuka saat itu. Faktanya ialah perempuan kala itu dalam kondisi terpinggirkan. Dalam hal poligami, Alquran merekam praktik itu sebab ia adalah realitas sosial masyarakat saat itu. Tak terlalu salah jika Thaha Husein (1889-1950) dalam Fi Syi’r al-Jahili (tt. h. 25-33), dengan berani mengambil hipotesa bahwa Alquran pada dasarnya adalah cermin budaya masyarakat Arab Jahiliyah (pra-Islam). Karena itu, seruan poligami dalam teks itu harus dipandang sebagai sebuah proses yang belum final dan masih terbuka bagi “pembacaan lain” sesuai dengan konteks sosial kontemporer. Jika hipotesa Husein dikembangkan, akan dijumpai pemahaman bahwa Alquran sesungguhnya adalah respon terhadap berbagai persoalan umat kala itu. Sebagai respon, tentu saja Alquran menyesuaikan dengan keadaan setempat yang saat itu dipenuhi dominasi budaya patriarkhi.

Momentum Hari Kartini sudah sepantasnya dijadikan media refleksi untuk merenungkan kembali kesahihan poligami yang tersembul dalam UU RI Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Di situ diterangkan kebolehan poligami selama mengantongi ijin istri sebelumnya. Keterangan itu malah dikuatkan UU RI No. 7/1989 pasal 49 yang menugasi Pengadilan Agama untuk menangani poligami. Pemerintah seharusnya memikirkan nasib kaum perempuan yang hak-hak kebebasan dasarnya terancam oleh tradisi poligami. Sebab sampai saat ini masalah poligami seolah-olah tidak ditangani serius dan tenggelam dalam gelombang besar masalah yang silih berganti menerpa bangsa ini. Asumsi melindungi dan mengayomi sebagai pijakan fungsi sosial poligami sudah sepantasnya dikaji ulang sekaligus dialihkan pada hal-hal lain yang kebutuhannya lebih mendesak.

Dengan kata lain, UU anti-poligami mendesak untuk segera direalisasikan demi melindungi kaum perempuan dari golongan tertentu yang ingin mereguk keuntungan dengan memelintir seruan teks untuk kepentingan poligami. Keberanian pemerintah Turki di bawah kepemimpinan Musthafa Kemal Ataturk mensahkan UU yang melarang poligami di tahun 1926 perlu dijadikan teladan. Juga pemerintah Tunisia di bawah presiden Bourguiba pada tahun 1956 yang melakukan hal serupa layak ditiru. Dan di sisi lain, mandat perjuangan emansipasi dan pemberdayaan perempuan yang menjadi cita-cita agung Kartini, dengan demikian, akan menemukan titik terang. Dan beginilah sesungguhnya salah satu aspek substansial untuk menghormati kebesaran Kartini, bukan dengan retorika semata. []


sedangkan yang propoligami,kermit copas dari blog era muslim:


Mengutip Surat An-Nisa ayat :3 di atas, jelas bagi kita umat Islam, Allah Azza Wa Jalla telah memberikan hak kepada seorang lelaki untuk berpoligami sampai 4 orang isteri. Menanggapi ayat ini, para mufassir (ahli tafsir) menjelaskan, tujuan dari berpoligami adalah takut terjerat ke dalam perbuatan zina.

Penafsiran kontemporer terhadap praktik poligami sekarang “dilarang”, tidak lebih akibat pola hidup permisif, konsumtif, dan bertabiat liberalis-kapitalistik. Umat Islam pun kehilangan orientasi, pijakan, dan harga diri. Nilai-nilai akhlak Islam yang dianut dan dimuliakan, kini ditinggalkan bahkan dicibir. Anehnya, perbuatan zina yang sering dilakoni pejabat publik mendapat legitimasi.

Membicarakan rekonseptualisasi poligami kontemporer sekarang ini, bukan maksud penulis untuk melegitimasi kekeliruan yang sering dilakukan setiap suami ketika mereka berpoligami. Berbabagai macam ragam kekeliruan seorang suami ketika berpoligami, tidak lantas kita kaum muslimah untuk menentang hukum Allah.

”Barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia berkuasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya dan Kami masukkan ia ke dalam neraka Jahannam.(Memang), Jahanam itu tempat kembali yang buruk” (An-Nisa : 115).

lor=red]]Para ulama sepakat bahwa orang yang mengingkari atau membenci ayat Al-Quran adalah murtad, demikian pula, orang yang mengingkari hadist-hadist mutawatir[/size]. Orang-orang yang mengingkari poligami (padahal dasar hukumnya disebutkan dalam Al-Quran dan Hadist), maka tidak diragukan lagi kekafiran dan kemurtadan bagi mereka.

Zaman kontemporer ini merupakan zaman syubuhat (tuduhan dan keraguan) yang dicanangkan oleh musuh-musuh Islam. “…… Sedangkan orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran”) (An-Nisa : 27).


jadi nampaknya orang2 JIL udah dianggap murtad yaa?????


epilog:


katanya ayat quran jelas,terang, tegas, mana buktinya slim??????????????????????






http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=1&ved=0CBUQFjAA&url=http%3A%2F%2Fislamlib.com%2Fid%2Fartikel%2Fmeneguhkan-kembali-gerakan-anti-poligami&ei=eChqTrSIBYefiAfJlIXIBA&usg=AFQjCNF9VvtIaKGwOTfyA4HZNoOQhKqiFQ


http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=19&ved=0CFgQFjAIOAo&url=http%3A%2F%2Fwww.eramuslim.com%2Fakhwat%2Fmuslimah%2Frekonseptualisasi-poligami-kontemporer.htm&ei=4i1qTuDaB6q0iQfivNW1BA&usg=AFQjCNGOgxylV12EWk-yP0o9VuGhLIq3mA

yg ngg jelas dan gelap itu otak anda dalam mengulas mit... :D


anda ini mit...yang bagusan dikit kl bikin ulasan donk..
masak mau sebut pertentangan tafsir dalam Umat Islam..tapi anda membandingkan umat Islam dengan Non Islam?

yah pasti bertentangan donk..
gk sekalian anda ulas perbedaan tafsir dalam umat Islam...sekalian aja anda ambil dr Atheis yg anti Tuhan...

hehe...kl itu bukan perbedaan tafsir dalam umat Islam...tp perbandingan dengan Non Islam donk..

http://islamlib.com/



Tuh lihat...
Tuhannya aja Allah, Yesus,Api,Sai Baba,Sang Hyang Widi....dsb....dsb...

masak anda ambil hujjah dr mereka....trus anda bilang ada pertentangan dalam Umat Islam?

ambil donk....dari kaum yg menyebut "Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Utusan Allah"....

itu baru benar...

kermit katak lucu wrote:

abu hanan wrote:

kermit katak lucu wrote:kalo saya muslim dan ingin berpoligami, dan saya yakin sekali saya sanggup berlaku adil, bagaimana saya tahu, saya bersikap objektif?????? mungkin keyakinan saya diorong nafsu saya ingin beristri lagi,atau ternyata memang benar2 saya sanggup berlaku adil???? bagaimna cara menilai yang obyektif,bahwa saya benar2 sanggup berlaku adil????

Termasuk adil adalah jujur pada diri sendiri.
Obyektif atau tidak,andalah yang menilai.

kadang2 jujur pada diri sendiri, tidak mudah , sering kita tertipu oleh angan2 kita sendiri.

musicman wrote:

kermit katak lucu wrote:inilah ayat quran ttg poligami yang luar biasa kabur dan bersayap ,yang bukan cuma bikin bingung kafir,tapi juga bikin bingung muslim:


Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.


http://quran.com/4/3



BUKTINYA:


baik muslim yang pro poligami maupun yang anti poligami menggunakan ayat ini untuk mendukung gagasan mereka.


berikut ini kermit copas yang anti poligami dari blog JIL :





Saat Islam datang turun aturan yang membatasi maksimal empat orang saja, dengan syarat ketat yang bagi sejumlah pemikir muslim tidak mungkin bisa terpenuhi oleh seorang laki-laki. Asas keadilan tentu bukan sekadar keadilan kuantitatif semacam pemberian materi atau waktu gilir antar-istri, tapi mencakup keadilan kualitatif (kasih sayang yang merupakan fondasi dan filosofi utama kehidupan rumah tangga). Itulah mengapa di ujung ayat yang sering dijadikan dasar bagi kebolehan (mubahah) praktik poligami Tuhan mewanti-wanti, “Dan apabila kamu takut tidak bisa berbuat adil, maka nikahilah seorang saja” [QS. 4]. Itu berarti ideal moral yang dicanangkan al-Quran adalah praktik monogami.

Alasan dibolehkannya poligami di masa awal generasi Islam, seperti yang diungkap Muhammad Abduh (1849-1905), karena saat itu jumlah laki-laki lebih sedikit dibandingkan perempuan akibat banyak yang mati di medan pertempuran. Dengan dalih melindungi dan mengayomi, laki-laki dibolehkan menikahi perempuan lebih dari satu. Juga dengan begitu penyebaran Islam semakin cepat dengan terus menambah jumlah pemeluknya. Sebab perempuan yang dinikahi diharapkan masuk Islam beserta keluarganya. Selain itu, dengan poligami kemungkinan pecahnya konflik antar-suku dapat dicegah. Saat ini, keadaan sudah jelas banyak berubah. Poligami, lanjut Abduh, justru melahirkan banyak persoalan yang mengancam keutuhan bangunan mahligai rumah tangga. Sering timbul percekcokan. Belum lagi efek domino bagi perkembangan psikologi anak yang lahir dari pernikahan poligami. Sering mereka merasa kurang diperhatikan, haus kasih sayang dan, celakanya, secara tidak langsung dididik dalam suasana yang kedap perselisihan dan percekcokan tersebut. Karena itulah Abduh jelas-jelas melarang praktik poligami mengingat syarat adil yang diminta teks tidak mungkin bisa dipenuhi. (Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar IV, tt. h. 347-350).

Tradisi poligami, seperti yang dipahami dalam teks itu, tidak lebih pantulan realitas sosial yang mengemuka saat itu. Faktanya ialah perempuan kala itu dalam kondisi terpinggirkan. Dalam hal poligami, Alquran merekam praktik itu sebab ia adalah realitas sosial masyarakat saat itu. Tak terlalu salah jika Thaha Husein (1889-1950) dalam Fi Syi’r al-Jahili (tt. h. 25-33), dengan berani mengambil hipotesa bahwa Alquran pada dasarnya adalah cermin budaya masyarakat Arab Jahiliyah (pra-Islam). Karena itu, seruan poligami dalam teks itu harus dipandang sebagai sebuah proses yang belum final dan masih terbuka bagi “pembacaan lain” sesuai dengan konteks sosial kontemporer. Jika hipotesa Husein dikembangkan, akan dijumpai pemahaman bahwa Alquran sesungguhnya adalah respon terhadap berbagai persoalan umat kala itu. Sebagai respon, tentu saja Alquran menyesuaikan dengan keadaan setempat yang saat itu dipenuhi dominasi budaya patriarkhi.

Momentum Hari Kartini sudah sepantasnya dijadikan media refleksi untuk merenungkan kembali kesahihan poligami yang tersembul dalam UU RI Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Di situ diterangkan kebolehan poligami selama mengantongi ijin istri sebelumnya. Keterangan itu malah dikuatkan UU RI No. 7/1989 pasal 49 yang menugasi Pengadilan Agama untuk menangani poligami. Pemerintah seharusnya memikirkan nasib kaum perempuan yang hak-hak kebebasan dasarnya terancam oleh tradisi poligami. Sebab sampai saat ini masalah poligami seolah-olah tidak ditangani serius dan tenggelam dalam gelombang besar masalah yang silih berganti menerpa bangsa ini. Asumsi melindungi dan mengayomi sebagai pijakan fungsi sosial poligami sudah sepantasnya dikaji ulang sekaligus dialihkan pada hal-hal lain yang kebutuhannya lebih mendesak.

Dengan kata lain, UU anti-poligami mendesak untuk segera direalisasikan demi melindungi kaum perempuan dari golongan tertentu yang ingin mereguk keuntungan dengan memelintir seruan teks untuk kepentingan poligami. Keberanian pemerintah Turki di bawah kepemimpinan Musthafa Kemal Ataturk mensahkan UU yang melarang poligami di tahun 1926 perlu dijadikan teladan. Juga pemerintah Tunisia di bawah presiden Bourguiba pada tahun 1956 yang melakukan hal serupa layak ditiru. Dan di sisi lain, mandat perjuangan emansipasi dan pemberdayaan perempuan yang menjadi cita-cita agung Kartini, dengan demikian, akan menemukan titik terang. Dan beginilah sesungguhnya salah satu aspek substansial untuk menghormati kebesaran Kartini, bukan dengan retorika semata. []


sedangkan yang propoligami,kermit copas dari blog era muslim:


Mengutip Surat An-Nisa ayat :3 di atas, jelas bagi kita umat Islam, Allah Azza Wa Jalla telah memberikan hak kepada seorang lelaki untuk berpoligami sampai 4 orang isteri. Menanggapi ayat ini, para mufassir (ahli tafsir) menjelaskan, tujuan dari berpoligami adalah takut terjerat ke dalam perbuatan zina.

Penafsiran kontemporer terhadap praktik poligami sekarang “dilarang”, tidak lebih akibat pola hidup permisif, konsumtif, dan bertabiat liberalis-kapitalistik. Umat Islam pun kehilangan orientasi, pijakan, dan harga diri. Nilai-nilai akhlak Islam yang dianut dan dimuliakan, kini ditinggalkan bahkan dicibir. Anehnya, perbuatan zina yang sering dilakoni pejabat publik mendapat legitimasi.

Membicarakan rekonseptualisasi poligami kontemporer sekarang ini, bukan maksud penulis untuk melegitimasi kekeliruan yang sering dilakukan setiap suami ketika mereka berpoligami. Berbabagai macam ragam kekeliruan seorang suami ketika berpoligami, tidak lantas kita kaum muslimah untuk menentang hukum Allah.

”Barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia berkuasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya dan Kami masukkan ia ke dalam neraka Jahannam.(Memang), Jahanam itu tempat kembali yang buruk” (An-Nisa : 115).

lor=red]]Para ulama sepakat bahwa orang yang mengingkari atau membenci ayat Al-Quran adalah murtad, demikian pula, orang yang mengingkari hadist-hadist mutawatir[/size]. Orang-orang yang mengingkari poligami (padahal dasar hukumnya disebutkan dalam Al-Quran dan Hadist), maka tidak diragukan lagi kekafiran dan kemurtadan bagi mereka.

Zaman kontemporer ini merupakan zaman syubuhat (tuduhan dan keraguan) yang dicanangkan oleh musuh-musuh Islam. “…… Sedangkan orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran”) (An-Nisa : 27).


jadi nampaknya orang2 JIL udah dianggap murtad yaa?????


epilog:


katanya ayat quran jelas,terang, tegas, mana buktinya slim??????????????????????






http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=1&ved=0CBUQFjAA&url=http%3A%2F%2Fislamlib.com%2Fid%2Fartikel%2Fmeneguhkan-kembali-gerakan-anti-poligami&ei=eChqTrSIBYefiAfJlIXIBA&usg=AFQjCNF9VvtIaKGwOTfyA4HZNoOQhKqiFQ


http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=19&ved=0CFgQFjAIOAo&url=http%3A%2F%2Fwww.eramuslim.com%2Fakhwat%2Fmuslimah%2Frekonseptualisasi-poligami-kontemporer.htm&ei=4i1qTuDaB6q0iQfivNW1BA&usg=AFQjCNGOgxylV12EWk-yP0o9VuGhLIq3mA

yg ngg jelas dan gelap itu otak anda dalam mengulas mit... :D


anda ini mit...yang bagusan dikit kl bikin ulasan donk..
masak mau sebut pertentangan tafsir dalam Umat Islam..tapi anda membandingkan umat Islam dengan Non Islam?

yah pasti bertentangan donk..
gk sekalian anda ulas perbedaan tafsir dalam umat Islam...sekalian aja anda ambil dr Atheis yg anti Tuhan...

hehe...kl itu bukan perbedaan tafsir dalam umat Islam...tp perbandingan dengan Non Islam donk..

http://islamlib.com/



Tuh lihat...
Tuhannya aja Allah, Yesus,Api,Sai Baba,Sang Hyang Widi....dsb....dsb...

masak anda ambil hujjah dr mereka....trus anda bilang ada pertentangan dalam Umat Islam?

ambil donk....dari kaum yg menyebut "Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Utusan Allah"....

itu baru benar...

kermit katak lucu wrote:

musicman wrote:

kermit katak lucu wrote:inilah ayat quran ttg poligami yang luar biasa kabur dan bersayap ,yang bukan cuma bikin bingung kafir,tapi juga bikin bingung muslim:


Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.


http://quran.com/4/3



BUKTINYA:


baik muslim yang pro poligami maupun yang anti poligami menggunakan ayat ini untuk mendukung gagasan mereka.


berikut ini kermit copas yang anti poligami dari blog JIL :





Saat Islam datang turun aturan yang membatasi maksimal empat orang saja, dengan syarat ketat yang bagi sejumlah pemikir muslim tidak mungkin bisa terpenuhi oleh seorang laki-laki. Asas keadilan tentu bukan sekadar keadilan kuantitatif semacam pemberian materi atau waktu gilir antar-istri, tapi mencakup keadilan kualitatif (kasih sayang yang merupakan fondasi dan filosofi utama kehidupan rumah tangga). Itulah mengapa di ujung ayat yang sering dijadikan dasar bagi kebolehan (mubahah) praktik poligami Tuhan mewanti-wanti, “Dan apabila kamu takut tidak bisa berbuat adil, maka nikahilah seorang saja” [QS. 4]. Itu berarti ideal moral yang dicanangkan al-Quran adalah praktik monogami.

Alasan dibolehkannya poligami di masa awal generasi Islam, seperti yang diungkap Muhammad Abduh (1849-1905), karena saat itu jumlah laki-laki lebih sedikit dibandingkan perempuan akibat banyak yang mati di medan pertempuran. Dengan dalih melindungi dan mengayomi, laki-laki dibolehkan menikahi perempuan lebih dari satu. Juga dengan begitu penyebaran Islam semakin cepat dengan terus menambah jumlah pemeluknya. Sebab perempuan yang dinikahi diharapkan masuk Islam beserta keluarganya. Selain itu, dengan poligami kemungkinan pecahnya konflik antar-suku dapat dicegah. Saat ini, keadaan sudah jelas banyak berubah. Poligami, lanjut Abduh, justru melahirkan banyak persoalan yang mengancam keutuhan bangunan mahligai rumah tangga. Sering timbul percekcokan. Belum lagi efek domino bagi perkembangan psikologi anak yang lahir dari pernikahan poligami. Sering mereka merasa kurang diperhatikan, haus kasih sayang dan, celakanya, secara tidak langsung dididik dalam suasana yang kedap perselisihan dan percekcokan tersebut. Karena itulah Abduh jelas-jelas melarang praktik poligami mengingat syarat adil yang diminta teks tidak mungkin bisa dipenuhi. (Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar IV, tt. h. 347-350).

Tradisi poligami, seperti yang dipahami dalam teks itu, tidak lebih pantulan realitas sosial yang mengemuka saat itu. Faktanya ialah perempuan kala itu dalam kondisi terpinggirkan. Dalam hal poligami, Alquran merekam praktik itu sebab ia adalah realitas sosial masyarakat saat itu. Tak terlalu salah jika Thaha Husein (1889-1950) dalam Fi Syi’r al-Jahili (tt. h. 25-33), dengan berani mengambil hipotesa bahwa Alquran pada dasarnya adalah cermin budaya masyarakat Arab Jahiliyah (pra-Islam). Karena itu, seruan poligami dalam teks itu harus dipandang sebagai sebuah proses yang belum final dan masih terbuka bagi “pembacaan lain” sesuai dengan konteks sosial kontemporer. Jika hipotesa Husein dikembangkan, akan dijumpai pemahaman bahwa Alquran sesungguhnya adalah respon terhadap berbagai persoalan umat kala itu. Sebagai respon, tentu saja Alquran menyesuaikan dengan keadaan setempat yang saat itu dipenuhi dominasi budaya patriarkhi.

Momentum Hari Kartini sudah sepantasnya dijadikan media refleksi untuk merenungkan kembali kesahihan poligami yang tersembul dalam UU RI Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Di situ diterangkan kebolehan poligami selama mengantongi ijin istri sebelumnya. Keterangan itu malah dikuatkan UU RI No. 7/1989 pasal 49 yang menugasi Pengadilan Agama untuk menangani poligami. Pemerintah seharusnya memikirkan nasib kaum perempuan yang hak-hak kebebasan dasarnya terancam oleh tradisi poligami. Sebab sampai saat ini masalah poligami seolah-olah tidak ditangani serius dan tenggelam dalam gelombang besar masalah yang silih berganti menerpa bangsa ini. Asumsi melindungi dan mengayomi sebagai pijakan fungsi sosial poligami sudah sepantasnya dikaji ulang sekaligus dialihkan pada hal-hal lain yang kebutuhannya lebih mendesak.

Dengan kata lain, UU anti-poligami mendesak untuk segera direalisasikan demi melindungi kaum perempuan dari golongan tertentu yang ingin mereguk keuntungan dengan memelintir seruan teks untuk kepentingan poligami. Keberanian pemerintah Turki di bawah kepemimpinan Musthafa Kemal Ataturk mensahkan UU yang melarang poligami di tahun 1926 perlu dijadikan teladan. Juga pemerintah Tunisia di bawah presiden Bourguiba pada tahun 1956 yang melakukan hal serupa layak ditiru. Dan di sisi lain, mandat perjuangan emansipasi dan pemberdayaan perempuan yang menjadi cita-cita agung Kartini, dengan demikian, akan menemukan titik terang. Dan beginilah sesungguhnya salah satu aspek substansial untuk menghormati kebesaran Kartini, bukan dengan retorika semata. []


sedangkan yang propoligami,kermit copas dari blog era muslim:


Mengutip Surat An-Nisa ayat :3 di atas, jelas bagi kita umat Islam, Allah Azza Wa Jalla telah memberikan hak kepada seorang lelaki untuk berpoligami sampai 4 orang isteri. Menanggapi ayat ini, para mufassir (ahli tafsir) menjelaskan, tujuan dari berpoligami adalah takut terjerat ke dalam perbuatan zina.

Penafsiran kontemporer terhadap praktik poligami sekarang “dilarang”, tidak lebih akibat pola hidup permisif, konsumtif, dan bertabiat liberalis-kapitalistik. Umat Islam pun kehilangan orientasi, pijakan, dan harga diri. Nilai-nilai akhlak Islam yang dianut dan dimuliakan, kini ditinggalkan bahkan dicibir. Anehnya, perbuatan zina yang sering dilakoni pejabat publik mendapat legitimasi.

Membicarakan rekonseptualisasi poligami kontemporer sekarang ini, bukan maksud penulis untuk melegitimasi kekeliruan yang sering dilakukan setiap suami ketika mereka berpoligami. Berbabagai macam ragam kekeliruan seorang suami ketika berpoligami, tidak lantas kita kaum muslimah untuk menentang hukum Allah.

”Barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia berkuasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya dan Kami masukkan ia ke dalam neraka Jahannam.(Memang), Jahanam itu tempat kembali yang buruk” (An-Nisa : 115).

lor=red]]Para ulama sepakat bahwa orang yang mengingkari atau membenci ayat Al-Quran adalah murtad, demikian pula, orang yang mengingkari hadist-hadist mutawatir[/size]. Orang-orang yang mengingkari poligami (padahal dasar hukumnya disebutkan dalam Al-Quran dan Hadist), maka tidak diragukan lagi kekafiran dan kemurtadan bagi mereka.

Zaman kontemporer ini merupakan zaman syubuhat (tuduhan dan keraguan) yang dicanangkan oleh musuh-musuh Islam. “…… Sedangkan orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran”) (An-Nisa : 27).


jadi nampaknya orang2 JIL udah dianggap murtad yaa?????


epilog:


katanya ayat quran jelas,terang, tegas, mana buktinya slim??????????????????????






http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=1&ved=0CBUQFjAA&url=http%3A%2F%2Fislamlib.com%2Fid%2Fartikel%2Fmeneguhkan-kembali-gerakan-anti-poligami&ei=eChqTrSIBYefiAfJlIXIBA&usg=AFQjCNF9VvtIaKGwOTfyA4HZNoOQhKqiFQ


http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=19&ved=0CFgQFjAIOAo&url=http%3A%2F%2Fwww.eramuslim.com%2Fakhwat%2Fmuslimah%2Frekonseptualisasi-poligami-kontemporer.htm&ei=4i1qTuDaB6q0iQfivNW1BA&usg=AFQjCNGOgxylV12EWk-yP0o9VuGhLIq3mA

yg ngg jelas dan gelap itu otak anda dalam mengulas mit... :D


anda ini mit...yang bagusan dikit kl bikin ulasan donk..
masak mau sebut pertentangan tafsir dalam Umat Islam..tapi anda membandingkan umat Islam dengan Non Islam?

yah pasti bertentangan donk..
gk sekalian anda ulas perbedaan tafsir dalam umat Islam...sekalian aja anda ambil dr Atheis yg anti Tuhan...

hehe...kl itu bukan perbedaan tafsir dalam umat Islam...tp perbandingan dengan Non Islam donk..

http://islamlib.com/



Tuh lihat...
Tuhannya aja Allah, Yesus,Api,Sai Baba,Sang Hyang Widi....dsb....dsb...

masak anda ambil hujjah dr mereka....trus anda bilang ada pertentangan dalam Umat Islam?

ambil donk....dari kaum yg menyebut "Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Utusan Allah"....

itu baru benar...

kalo Dr. Siti Musdah Mulia...masuk gak tuhh dalam " umat islam??"

musicman wrote:

kermit katak lucu wrote:inilah ayat quran ttg poligami yang luar biasa kabur dan bersayap ,yang bukan cuma bikin bingung kafir,tapi juga bikin bingung muslim:


Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.


http://quran.com/4/3



BUKTINYA:


baik muslim yang pro poligami maupun yang anti poligami menggunakan ayat ini untuk mendukung gagasan mereka.


berikut ini kermit copas yang anti poligami dari blog JIL :





Saat Islam datang turun aturan yang membatasi maksimal empat orang saja, dengan syarat ketat yang bagi sejumlah pemikir muslim tidak mungkin bisa terpenuhi oleh seorang laki-laki. Asas keadilan tentu bukan sekadar keadilan kuantitatif semacam pemberian materi atau waktu gilir antar-istri, tapi mencakup keadilan kualitatif (kasih sayang yang merupakan fondasi dan filosofi utama kehidupan rumah tangga). Itulah mengapa di ujung ayat yang sering dijadikan dasar bagi kebolehan (mubahah) praktik poligami Tuhan mewanti-wanti, “Dan apabila kamu takut tidak bisa berbuat adil, maka nikahilah seorang saja” [QS. 4]. Itu berarti ideal moral yang dicanangkan al-Quran adalah praktik monogami.

Alasan dibolehkannya poligami di masa awal generasi Islam, seperti yang diungkap Muhammad Abduh (1849-1905), karena saat itu jumlah laki-laki lebih sedikit dibandingkan perempuan akibat banyak yang mati di medan pertempuran. Dengan dalih melindungi dan mengayomi, laki-laki dibolehkan menikahi perempuan lebih dari satu. Juga dengan begitu penyebaran Islam semakin cepat dengan terus menambah jumlah pemeluknya. Sebab perempuan yang dinikahi diharapkan masuk Islam beserta keluarganya. Selain itu, dengan poligami kemungkinan pecahnya konflik antar-suku dapat dicegah. Saat ini, keadaan sudah jelas banyak berubah. Poligami, lanjut Abduh, justru melahirkan banyak persoalan yang mengancam keutuhan bangunan mahligai rumah tangga. Sering timbul percekcokan. Belum lagi efek domino bagi perkembangan psikologi anak yang lahir dari pernikahan poligami. Sering mereka merasa kurang diperhatikan, haus kasih sayang dan, celakanya, secara tidak langsung dididik dalam suasana yang kedap perselisihan dan percekcokan tersebut. Karena itulah Abduh jelas-jelas melarang praktik poligami mengingat syarat adil yang diminta teks tidak mungkin bisa dipenuhi. (Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar IV, tt. h. 347-350).

Tradisi poligami, seperti yang dipahami dalam teks itu, tidak lebih pantulan realitas sosial yang mengemuka saat itu. Faktanya ialah perempuan kala itu dalam kondisi terpinggirkan. Dalam hal poligami, Alquran merekam praktik itu sebab ia adalah realitas sosial masyarakat saat itu. Tak terlalu salah jika Thaha Husein (1889-1950) dalam Fi Syi’r al-Jahili (tt. h. 25-33), dengan berani mengambil hipotesa bahwa Alquran pada dasarnya adalah cermin budaya masyarakat Arab Jahiliyah (pra-Islam). Karena itu, seruan poligami dalam teks itu harus dipandang sebagai sebuah proses yang belum final dan masih terbuka bagi “pembacaan lain” sesuai dengan konteks sosial kontemporer. Jika hipotesa Husein dikembangkan, akan dijumpai pemahaman bahwa Alquran sesungguhnya adalah respon terhadap berbagai persoalan umat kala itu. Sebagai respon, tentu saja Alquran menyesuaikan dengan keadaan setempat yang saat itu dipenuhi dominasi budaya patriarkhi.

Momentum Hari Kartini sudah sepantasnya dijadikan media refleksi untuk merenungkan kembali kesahihan poligami yang tersembul dalam UU RI Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Di situ diterangkan kebolehan poligami selama mengantongi ijin istri sebelumnya. Keterangan itu malah dikuatkan UU RI No. 7/1989 pasal 49 yang menugasi Pengadilan Agama untuk menangani poligami. Pemerintah seharusnya memikirkan nasib kaum perempuan yang hak-hak kebebasan dasarnya terancam oleh tradisi poligami. Sebab sampai saat ini masalah poligami seolah-olah tidak ditangani serius dan tenggelam dalam gelombang besar masalah yang silih berganti menerpa bangsa ini. Asumsi melindungi dan mengayomi sebagai pijakan fungsi sosial poligami sudah sepantasnya dikaji ulang sekaligus dialihkan pada hal-hal lain yang kebutuhannya lebih mendesak.

Dengan kata lain, UU anti-poligami mendesak untuk segera direalisasikan demi melindungi kaum perempuan dari golongan tertentu yang ingin mereguk keuntungan dengan memelintir seruan teks untuk kepentingan poligami. Keberanian pemerintah Turki di bawah kepemimpinan Musthafa Kemal Ataturk mensahkan UU yang melarang poligami di tahun 1926 perlu dijadikan teladan. Juga pemerintah Tunisia di bawah presiden Bourguiba pada tahun 1956 yang melakukan hal serupa layak ditiru. Dan di sisi lain, mandat perjuangan emansipasi dan pemberdayaan perempuan yang menjadi cita-cita agung Kartini, dengan demikian, akan menemukan titik terang. Dan beginilah sesungguhnya salah satu aspek substansial untuk menghormati kebesaran Kartini, bukan dengan retorika semata. []


sedangkan yang propoligami,kermit copas dari blog era muslim:


Mengutip Surat An-Nisa ayat :3 di atas, jelas bagi kita umat Islam, Allah Azza Wa Jalla telah memberikan hak kepada seorang lelaki untuk berpoligami sampai 4 orang isteri. Menanggapi ayat ini, para mufassir (ahli tafsir) menjelaskan, tujuan dari berpoligami adalah takut terjerat ke dalam perbuatan zina.

Penafsiran kontemporer terhadap praktik poligami sekarang “dilarang”, tidak lebih akibat pola hidup permisif, konsumtif, dan bertabiat liberalis-kapitalistik. Umat Islam pun kehilangan orientasi, pijakan, dan harga diri. Nilai-nilai akhlak Islam yang dianut dan dimuliakan, kini ditinggalkan bahkan dicibir. Anehnya, perbuatan zina yang sering dilakoni pejabat publik mendapat legitimasi.

Membicarakan rekonseptualisasi poligami kontemporer sekarang ini, bukan maksud penulis untuk melegitimasi kekeliruan yang sering dilakukan setiap suami ketika mereka berpoligami. Berbabagai macam ragam kekeliruan seorang suami ketika berpoligami, tidak lantas kita kaum muslimah untuk menentang hukum Allah.

”Barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia berkuasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya dan Kami masukkan ia ke dalam neraka Jahannam.(Memang), Jahanam itu tempat kembali yang buruk” (An-Nisa : 115).

lor=red]]Para ulama sepakat bahwa orang yang mengingkari atau membenci ayat Al-Quran adalah murtad, demikian pula, orang yang mengingkari hadist-hadist mutawatir[/size]. Orang-orang yang mengingkari poligami (padahal dasar hukumnya disebutkan dalam Al-Quran dan Hadist), maka tidak diragukan lagi kekafiran dan kemurtadan bagi mereka.

Zaman kontemporer ini merupakan zaman syubuhat (tuduhan dan keraguan) yang dicanangkan oleh musuh-musuh Islam. “…… Sedangkan orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran”) (An-Nisa : 27).


jadi nampaknya orang2 JIL udah dianggap murtad yaa?????


epilog:


katanya ayat quran jelas,terang, tegas, mana buktinya slim??????????????????????






http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=1&ved=0CBUQFjAA&url=http%3A%2F%2Fislamlib.com%2Fid%2Fartikel%2Fmeneguhkan-kembali-gerakan-anti-poligami&ei=eChqTrSIBYefiAfJlIXIBA&usg=AFQjCNF9VvtIaKGwOTfyA4HZNoOQhKqiFQ


http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=19&ved=0CFgQFjAIOAo&url=http%3A%2F%2Fwww.eramuslim.com%2Fakhwat%2Fmuslimah%2Frekonseptualisasi-poligami-kontemporer.htm&ei=4i1qTuDaB6q0iQfivNW1BA&usg=AFQjCNGOgxylV12EWk-yP0o9VuGhLIq3mA

yg ngg jelas dan gelap itu otak anda dalam mengulas mit... :D


anda ini mit...yang bagusan dikit kl bikin ulasan donk..
masak mau sebut pertentangan tafsir dalam Umat Islam..tapi anda membandingkan umat Islam dengan Non Islam?

yah pasti bertentangan donk..
gk sekalian anda ulas perbedaan tafsir dalam umat Islam...sekalian aja anda ambil dr Atheis yg anti Tuhan...

hehe...kl itu bukan perbedaan tafsir dalam umat Islam...tp perbandingan dengan Non Islam donk..

http://islamlib.com/



Tuh lihat...
Tuhannya aja Allah, Yesus,Api,Sai Baba,Sang Hyang Widi....dsb....dsb...

masak anda ambil hujjah dr mereka....trus anda bilang ada pertentangan dalam Umat Islam?

ambil donk....dari kaum yg menyebut "Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Utusan Allah"....

itu baru benar...

kermit katak lucu wrote:

musicman wrote:

kermit katak lucu wrote:inilah ayat quran ttg poligami yang luar biasa kabur dan bersayap ,yang bukan cuma bikin bingung kafir,tapi juga bikin bingung muslim:


Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.


http://quran.com/4/3



BUKTINYA:


baik muslim yang pro poligami maupun yang anti poligami menggunakan ayat ini untuk mendukung gagasan mereka.


berikut ini kermit copas yang anti poligami dari blog JIL :





Saat Islam datang turun aturan yang membatasi maksimal empat orang saja, dengan syarat ketat yang bagi sejumlah pemikir muslim tidak mungkin bisa terpenuhi oleh seorang laki-laki. Asas keadilan tentu bukan sekadar keadilan kuantitatif semacam pemberian materi atau waktu gilir antar-istri, tapi mencakup keadilan kualitatif (kasih sayang yang merupakan fondasi dan filosofi utama kehidupan rumah tangga). Itulah mengapa di ujung ayat yang sering dijadikan dasar bagi kebolehan (mubahah) praktik poligami Tuhan mewanti-wanti, “Dan apabila kamu takut tidak bisa berbuat adil, maka nikahilah seorang saja” [QS. 4]. Itu berarti ideal moral yang dicanangkan al-Quran adalah praktik monogami.

Alasan dibolehkannya poligami di masa awal generasi Islam, seperti yang diungkap Muhammad Abduh (1849-1905), karena saat itu jumlah laki-laki lebih sedikit dibandingkan perempuan akibat banyak yang mati di medan pertempuran. Dengan dalih melindungi dan mengayomi, laki-laki dibolehkan menikahi perempuan lebih dari satu. Juga dengan begitu penyebaran Islam semakin cepat dengan terus menambah jumlah pemeluknya. Sebab perempuan yang dinikahi diharapkan masuk Islam beserta keluarganya. Selain itu, dengan poligami kemungkinan pecahnya konflik antar-suku dapat dicegah. Saat ini, keadaan sudah jelas banyak berubah. Poligami, lanjut Abduh, justru melahirkan banyak persoalan yang mengancam keutuhan bangunan mahligai rumah tangga. Sering timbul percekcokan. Belum lagi efek domino bagi perkembangan psikologi anak yang lahir dari pernikahan poligami. Sering mereka merasa kurang diperhatikan, haus kasih sayang dan, celakanya, secara tidak langsung dididik dalam suasana yang kedap perselisihan dan percekcokan tersebut. Karena itulah Abduh jelas-jelas melarang praktik poligami mengingat syarat adil yang diminta teks tidak mungkin bisa dipenuhi. (Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar IV, tt. h. 347-350).

Tradisi poligami, seperti yang dipahami dalam teks itu, tidak lebih pantulan realitas sosial yang mengemuka saat itu. Faktanya ialah perempuan kala itu dalam kondisi terpinggirkan. Dalam hal poligami, Alquran merekam praktik itu sebab ia adalah realitas sosial masyarakat saat itu. Tak terlalu salah jika Thaha Husein (1889-1950) dalam Fi Syi’r al-Jahili (tt. h. 25-33), dengan berani mengambil hipotesa bahwa Alquran pada dasarnya adalah cermin budaya masyarakat Arab Jahiliyah (pra-Islam). Karena itu, seruan poligami dalam teks itu harus dipandang sebagai sebuah proses yang belum final dan masih terbuka bagi “pembacaan lain” sesuai dengan konteks sosial kontemporer. Jika hipotesa Husein dikembangkan, akan dijumpai pemahaman bahwa Alquran sesungguhnya adalah respon terhadap berbagai persoalan umat kala itu. Sebagai respon, tentu saja Alquran menyesuaikan dengan keadaan setempat yang saat itu dipenuhi dominasi budaya patriarkhi.

Momentum Hari Kartini sudah sepantasnya dijadikan media refleksi untuk merenungkan kembali kesahihan poligami yang tersembul dalam UU RI Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Di situ diterangkan kebolehan poligami selama mengantongi ijin istri sebelumnya. Keterangan itu malah dikuatkan UU RI No. 7/1989 pasal 49 yang menugasi Pengadilan Agama untuk menangani poligami. Pemerintah seharusnya memikirkan nasib kaum perempuan yang hak-hak kebebasan dasarnya terancam oleh tradisi poligami. Sebab sampai saat ini masalah poligami seolah-olah tidak ditangani serius dan tenggelam dalam gelombang besar masalah yang silih berganti menerpa bangsa ini. Asumsi melindungi dan mengayomi sebagai pijakan fungsi sosial poligami sudah sepantasnya dikaji ulang sekaligus dialihkan pada hal-hal lain yang kebutuhannya lebih mendesak.

Dengan kata lain, UU anti-poligami mendesak untuk segera direalisasikan demi melindungi kaum perempuan dari golongan tertentu yang ingin mereguk keuntungan dengan memelintir seruan teks untuk kepentingan poligami. Keberanian pemerintah Turki di bawah kepemimpinan Musthafa Kemal Ataturk mensahkan UU yang melarang poligami di tahun 1926 perlu dijadikan teladan. Juga pemerintah Tunisia di bawah presiden Bourguiba pada tahun 1956 yang melakukan hal serupa layak ditiru. Dan di sisi lain, mandat perjuangan emansipasi dan pemberdayaan perempuan yang menjadi cita-cita agung Kartini, dengan demikian, akan menemukan titik terang. Dan beginilah sesungguhnya salah satu aspek substansial untuk menghormati kebesaran Kartini, bukan dengan retorika semata. []


sedangkan yang propoligami,kermit copas dari blog era muslim:


Mengutip Surat An-Nisa ayat :3 di atas, jelas bagi kita umat Islam, Allah Azza Wa Jalla telah memberikan hak kepada seorang lelaki untuk berpoligami sampai 4 orang isteri. Menanggapi ayat ini, para mufassir (ahli tafsir) menjelaskan, tujuan dari berpoligami adalah takut terjerat ke dalam perbuatan zina.

Penafsiran kontemporer terhadap praktik poligami sekarang “dilarang”, tidak lebih akibat pola hidup permisif, konsumtif, dan bertabiat liberalis-kapitalistik. Umat Islam pun kehilangan orientasi, pijakan, dan harga diri. Nilai-nilai akhlak Islam yang dianut dan dimuliakan, kini ditinggalkan bahkan dicibir. Anehnya, perbuatan zina yang sering dilakoni pejabat publik mendapat legitimasi.

Membicarakan rekonseptualisasi poligami kontemporer sekarang ini, bukan maksud penulis untuk melegitimasi kekeliruan yang sering dilakukan setiap suami ketika mereka berpoligami. Berbabagai macam ragam kekeliruan seorang suami ketika berpoligami, tidak lantas kita kaum muslimah untuk menentang hukum Allah.

”Barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia berkuasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya dan Kami masukkan ia ke dalam neraka Jahannam.(Memang), Jahanam itu tempat kembali yang buruk” (An-Nisa : 115).

lor=red]]Para ulama sepakat bahwa orang yang mengingkari atau membenci ayat Al-Quran adalah murtad, demikian pula, orang yang mengingkari hadist-hadist mutawatir[/size]. Orang-orang yang mengingkari poligami (padahal dasar hukumnya disebutkan dalam Al-Quran dan Hadist), maka tidak diragukan lagi kekafiran dan kemurtadan bagi mereka.

Zaman kontemporer ini merupakan zaman syubuhat (tuduhan dan keraguan) yang dicanangkan oleh musuh-musuh Islam. “…… Sedangkan orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran”) (An-Nisa : 27).


jadi nampaknya orang2 JIL udah dianggap murtad yaa?????


epilog:


katanya ayat quran jelas,terang, tegas, mana buktinya slim??????????????????????






http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=1&ved=0CBUQFjAA&url=http%3A%2F%2Fislamlib.com%2Fid%2Fartikel%2Fmeneguhkan-kembali-gerakan-anti-poligami&ei=eChqTrSIBYefiAfJlIXIBA&usg=AFQjCNF9VvtIaKGwOTfyA4HZNoOQhKqiFQ


http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=19&ved=0CFgQFjAIOAo&url=http%3A%2F%2Fwww.eramuslim.com%2Fakhwat%2Fmuslimah%2Frekonseptualisasi-poligami-kontemporer.htm&ei=4i1qTuDaB6q0iQfivNW1BA&usg=AFQjCNGOgxylV12EWk-yP0o9VuGhLIq3mA

yg ngg jelas dan gelap itu otak anda dalam mengulas mit... :D


anda ini mit...yang bagusan dikit kl bikin ulasan donk..
masak mau sebut pertentangan tafsir dalam Umat Islam..tapi anda membandingkan umat Islam dengan Non Islam?

yah pasti bertentangan donk..
gk sekalian anda ulas perbedaan tafsir dalam umat Islam...sekalian aja anda ambil dr Atheis yg anti Tuhan...

hehe...kl itu bukan perbedaan tafsir dalam umat Islam...tp perbandingan dengan Non Islam donk..

http://islamlib.com/



Tuh lihat...
Tuhannya aja Allah, Yesus,Api,Sai Baba,Sang Hyang Widi....dsb....dsb...

masak anda ambil hujjah dr mereka....trus anda bilang ada pertentangan dalam Umat Islam?

ambil donk....dari kaum yg menyebut "Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Utusan Allah"....

itu baru benar...

kalo Dr. Siti Musdah Mulia...masuk gak tuhh dalam " umat islam??"

ah...pernyataan saya sudah jelas..
untuk orang2 muslim yg mengatakan bahwa "ada Tuhan lain selain Allah SWT"...

saya yakin 1000000 persen bahwa syahadat JIL masih "Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Utusan Allah"....

yakin saja tidak cukup dalam diskusi dunia maya..tp perlu referensi dan bukti
saya sudah memberikan bukti bahwa JIL mengakui Tuhan mereka banyak..

jadi
berikan saja Bukti dari apa yg anda Yakini mit..

kermit katak lucu wrote:#TwitFatwa: Syarat menjadi Muslim sederhana kok: membaca syahadat dan menjalankan rukun Islam yg 5. Krn itu, jangan mudah mengkafirkan.


itu adalah jargon ulil JIL yang sering saya dengar. memangnya ada berapa jenis syahadat dalam islam???


syahadat islam cuma satu, yang kita semua sudah tahu,

kermit katak lucu wrote:

kermit katak lucu wrote:#TwitFatwa: Syarat menjadi Muslim sederhana kok: membaca syahadat dan menjalankan rukun Islam yg 5. Krn itu, jangan mudah mengkafirkan.


itu adalah jargon ulil JIL yang sering saya dengar. memangnya ada berapa jenis syahadat dalam islam???


syahadat islam cuma satu, yang kita semua sudah tahu,

bagi JIL, Tuhan itu Maha Esa, satu,hanya nama2 dan bagaimana sifat caranya hadir dalam kehidupan manusia saja yang berbeda2 ...

al-fikr wrote:back to topic

Allah Maha Mengetahui kalau ternyata masalah adil mungkin akan selalu diperdebatkan dalam hukum poligami...mungkin ayat lanjutannya bisa menambahkan.


An Nisaa' 129

Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.


perasaan udah jelas banget masalah poligami dibahas, koq ketemu lagi masalah nyang sama ya...

al-fikr wrote:back to topic

Allah Maha Mengetahui kalau ternyata masalah adil mungkin akan selalu diperdebatkan dalam hukum poligami...mungkin ayat lanjutannya bisa menambahkan.


An Nisaa' 129

Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.


perasaan udah jelas banget masalah poligami dibahas, koq ketemu lagi masalah nyang sama ya...

kermit katak lucu wrote:

al-fikr wrote:back to topic

Allah Maha Mengetahui kalau ternyata masalah adil mungkin akan selalu diperdebatkan dalam hukum poligami...mungkin ayat lanjutannya bisa menambahkan.


An Nisaa' 129

Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.


perasaan udah jelas banget masalah poligami dibahas, koq ketemu lagi masalah nyang sama ya...

annisaa ayat 3 berkata boleh poligami dengan syarat harus adil.

annissa 129 berkata bahwa manusia tidak akan sanggup berlaku adil, ( jadi otomatis poligami terlarang , logikanya seharusnya begitu kan??)

tapi di annisa ayat 3 poligami boleh kok asal adil...

dst..dst... lingkaran kontradiksi....

masnuntholab wrote:Di Kristen ada larangan poligami nggak yah?

kermit katak lucu wrote:

al-fikr wrote:back to topic

Allah Maha Mengetahui kalau ternyata masalah adil mungkin akan selalu diperdebatkan dalam hukum poligami...mungkin ayat lanjutannya bisa menambahkan.


An Nisaa' 129

Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.


perasaan udah jelas banget masalah poligami dibahas, koq ketemu lagi masalah nyang sama ya...

annisaa ayat 3 berkata boleh poligami dengan syarat harus adil.

annissa 129 berkata bahwa manusia tidak akan sanggup berlaku adil, ( jadi otomatis poligami terlarang , logikanya seharusnya begitu kan??)

tapi di annisa ayat 3 poligami boleh kok asal adil...

dst..dst... lingkaran kontradiksi....