Para Pemuka Lintas Agama Bertemu di Ramallah Untuk Mengecam Zionis Israel

Pemuka agama dari kalangan Muslim, Kristen dan Yahudi telah bertemu di Ramallah pada hari Rabu kemarin (5/1) untuk menyatakan sikap bersama mereka mengenai pendudukan Israel di Yerusalem.

Para pemimpin agama tersebut bertemu di kantor Komisi Islam-Kristen dalam Mendukung Yerusalem dan Situs Suci.

Dalam sebuah konferensi pers yang berlangsung di kantor komisi di Ramallah, sekretaris jenderal komisi Dr. Hasan khatir menyambut para pejabat agama tersebut, khususnya Rabbi Yisrael Hirsch, pimpinan kelompok Yahudi Neturei Karta.

Khatir mengatakan, konferensi pers diadakan untuk menyangkal "kebohongan-kebohongan Zionis."

Pendudukan Israel telah menghancurkan rumah-rumah, membangun permukiman ilegal Yahudi, menahan penduduk Aran dan membuat warga Palestina menjadi pengungsi atas nama agama," katanya.

Juga di atas nama agama, pendudukan Israel menodai tempat suci, membunuh perempuan dan anak-anak dan melanggar hukum internasional dan agama, ia melanjutkan.

Khatir menolak komentar terakhir oleh pejabat Israel yang mengklaim bahwa bangunan selatan kompleks Masjid Al-Aqsha berada di ambang kehancuran. Pernyataan tersebut adalah bukti bahwa pihak berwenang Israel memang berencana untuk melakukan yahudisasi kota suci dan mengusir warga Palestina, katanya.

Mufti Agung Yerusalem Syaikh Muhammad Hussein dalam pernyataannya yang ditujukan kepada wartawan, mengatakan Yerusalem adalah kiblat pertama bagi umat Islam.

Syaikh Muhammad Hussein mengatakan Yerusalem tidak hanya untuk bangsa Palestina, namun untuk semua orang Arab dan umat Muslim dan mereka harus memprioritaskan kota itu sebelum hilang.

Berbicara atas nama komunitas Kristen di Yerusalem, Pastor Manuel Musallam mempertahankan bahwa negara Palestina harus diakui dengan batas-batas yang jelas dan dengan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya.

Musallam menambahkan bahwa pengungsi Palestina harus kembali ke Palestina dan ke Yerusalem pada khususnya. Ia mendesak Vatikan dan masyarakat internasional untuk menekan pemerintah Israel untuk mengakhiri kebijakan yang agresif di Yerusalem.

Pemimpin Kristen itu juga menuntut agar Israel memperbolehkan umat Muslim dan Kristen untuk mengakses kota suci selama hari libur keagamaan.

Sedangkan Rabbi Hirsch mengatakan kelompoknya Neturei Karta menentang pendudukan Israel terhadap Yerusalem. Organisasi Yahudi Ortodoks ini didirikan pada tahun 1938 dan menentang Zionisme.

"Hal ini diperlukan untuk menjelaskan posisi nyata orang-orang Yahudi terhadap Zionisme yang telah menodai tanah Palestina dan kota suci Yerusalem selama lebih dari 62 tahun Mereka menindas menggunakan ajaran Yudaisme palsu dalam nama Israel."

Pemimpin Yahudi tersebut meminta Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki Moon untuk menggunakan yurisdiksinya untuk mengakhiri "pendudukan dan yahudisasi Yerusalem sekali dan untuk semuanya."

Rabbi juga mengecam pembunuhan baru-baru ini terhadap demonstran anti-dinding pemisah yang meninggal setelah menghirup gas air mata yang ditembakkan oleh pasukan Israel.

"Kami mengambil kesempatan ini untuk sangat mengutuk pembunuhan wanita Palestina Jawahir Abu Rahma oleh penjahat perang tentara Israel. Kami merekomendasikan Mahkamah Internasional untuk menuntut mereka dari tuduhan kejahatan perang terhadap warga Palestina yang tak berdosa." (fq/mna)
http://www.eramuslim.com/berita/palestina/para-pemuka-agama-bertemu-di-ramallah-kecam-zionis-israel.htm