Latest topics
Most Viewed Topics
Most active topic starters
kuku bima | ||||
admin | ||||
kermit katak lucu | ||||
hamba tuhan | ||||
feifei_fairy | ||||
paulusjancok | ||||
agus | ||||
gusti_bara | ||||
Muslim binti Muskitawati | ||||
Bejat |
Most active topics
MILIS MURTADIN_KAFIRUN
MURTADIN KAFIRUNexMUSLIM INDONESIA BERJAYA12 Oktober Hari Murtad Dari Islam Sedunia Menyongsong Punahnya Islam
Wadah syiar Islam terlengkap & terpercaya, mari sebarkan selebaran artikel yang sesungguhnya tentang si Pelacur Alloh Swt dan Muhammad bin Abdullah yang MAHA TERKUTUK itu ke dunia nyata!!!!
Who is online?
In total there are 48 users online :: 0 Registered, 0 Hidden and 48 Guests :: 2 BotsNone
Most users ever online was 354 on Wed 26 May 2010, 4:49 pm
Social bookmarking
Bookmark and share the address of MURTADINKAFIRUN on your social bookmarking website
Bookmark and share the address of MURTADIN_KAFIRUN on your social bookmarking website
Kata-kata yang hilang dalam Alquran
2 posters
Page 1 of 1
Kata-kata yang hilang dalam Alquran
Kata-kata yang hilang dalam Alquran
Kalau kita simak ayat-ayat Alquran, banyak sekali kalimat-kalimat yang tidak jelas, sehingga para penerjemah perlu menambahkan kata-katanya sendiri ke dalam ayat tersebut dengan tujuan agar kalimatnya bisa dimengerti.
Ada kalanya, tambahan kata-kata penerjemah di dalam ayat itu tepat, tetapi lebih banyak lagi tambahan kata-kata penerjemah di dalam ayat itu tidak tepat dan cenderung untuk mengaburkan makna sesungguhnya dari suatu kalimat.
Mengapa ayat-ayat Alquran yang kata Muhammad adalah ayat-ayat yang jelas dan terperinci (QS 6:114, QS 11:1, QS 2:99, QS 47:20, QS 45:25, QS 36:17, QS 26:194-195, QS 24:1, QS 6:149), ada sebagian kalimat-kalimatnya yang tidak jelas dan seolah-olah ada beberapa kata yang memang sengaja dihapus/dihilangkan agar makna suatu ayat menjadi kabur?
Contoh 1: kalimat pertama dari QS 4:24
Kalau kita baca ayat di atas, kita akan bingung apa sebenarnya yang dimaksud ayat tersebut. Karena itu kita perlu mengetahui apa latar belakang dikarangnya ayat tersebut, dari situlah kita dapat mengerti maksudnya. Menurut Kitab Asbabun Nuzul Jalaludin As-Suyuti, halaman 158-159, sebab-sebab dikarangnya ayat tersebut oleh Muhammad adalah sebagai berikut.
Anda lihat, ketika itu muslim ingin menggauli para tawanan wanita yang bersuami. Catat: MENGGAULI.
Kemudian Muhammad berkata:
Jelaslah bahwa kata-kata Muhammad itu tidak lengkap. Seharusnya kalimatnya berbunyi:
Konteks ayat itu bukan MENIKAHI, melainkan MENGGAULI.
Tetapi penerjemah yang malu terhadap konteks ayat itu, dengan sengaja mengubah makna ayat itu dari menggauli menjadi menikahi, sehingga jadilah kalimatnya seperti berikut:
Penerjemah rupanya hendak menyembunyikan makna bejat dari ayat tersebut.
Jika kalimat asli QS 4:24 tersebut adalah “dan diharamkan menggauli wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki” Lalu kenapa kata-kata “DIHARAMKAN MENGGAULI” itu tidak ada lagi pada ayat tersebut?
Apakah para penyalin Quran di masa khalifah Usman merasa malu mencantumkan kata-kata tersebut sehingga kemudian mereka menghapusnya?
Bagi orang-orang muslim pada zaman itu, mungkin tidak ada masalah walau kata-kata itu dihapus, karena mereka sudah mengerti apa yang dimaksud dalam ayat itu, sehingga kata-kata yang dihapus itu sebenarnya ada namun dibaca di dalam hati, dan tidak tercantumkan di dalam ayat itu secara eksplisit.
Jadi sewaktu orang-orang di jaman Usman itu membaca: “dan wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki” mereka mengerti maksudnya, dan kata-kata “DIHARAMKAN MENGGAULI” itu adalah kata-kata yang tak terucapkan secara lisan namun hanya terucapkan dalam batin.
Hal itu menimbulkan kebingungan bagi orang-orang di masa selanjutnya, terutama mereka yang tidak tahu ASBABUN NUZUL-nya.
Dan penghapusan kata-kata dalam ayat tersebut memberi peluang bagi para penafsir di masa selanjutnya untuk menyisipkan kata-kata mereka sendiri agar ayat tersebut menjadi jelas sesuai dengan pemahaman masing-masing, dan tidak lagi sesuai dengan aslinya seperti sewaktu Muhammad mengarangnya.
Kita memang tidak bisa mengatakan para penerjemah mengubah isi Alquran, karena apa yang mereka tambahkan itu hanya terjemahannya (dan itu pun dengan jujur ditandai dengan kurung), bukan naskah bahasa Arabnya.
Tetapi patut kita sesalkan, Alquran yang diklaim isinya akan tetap murni sampai hari kiamat, dan tidak berubah (masih tetap sama seperti sewaktu Muhammad mengucapkannya), ternyata ada oknum yang dengan sengaja melakukan “korupsi” atau “menghapus” beberapa kata dalam ayat-ayatnya sehingga ayat tersebut bagi orang-orang yang hidup di masa selanjutnya menjadi ayat-ayat aneh dan sukar untuk dipahami kecuali mereka harus mempelajari asbabun nuzulnya.
Dengan demikian, Alquran, tidak hanya raib beberapa ayat sebagaimana dilaporkan Aisyah bahwa ada ayat-ayat rajam yang hilang dimakan kambing,namun juga ada kesengajaan dari pihak penyalin Quran di masa awal menghapus beberapa buah kata dalam sebuah ayat.
Kalau kita tidak ingin menuduh pihak penyalin, maka alternatif kedua adalah kita menuduh Muhammad sebagai seorang pengarang ayat yang bodoh, karena ia mengucapkan kalimat tak sempurna, di mana kalimatnya tak lengkap dan ada beberapa kata yang seharusnya ada namun tidak ia ucapkan.
Ada beberapa orang berpendapat bahwa QS 4:24 merupakan kelanjutan dari QS 4:23. Memang, para penyalin rupanya sengaja menempatkan ayat itu setelah QS 4:23, yang mengatur tentang perempuan-perempuan mana saja yang boleh dan tidak boleh dikawini/digauli. Itu bukan Muhammad yang menentukannya. Muhammad tidak pernah menentukan satu ayat harus ditempatkan di mana dan di surat apa, melainkan itu sepenuhnya adalah atas inisiatif dari para penyalin Quran. Dan berdasarkan asbabun nuzul, QS 4:23 dan QS 4:24 tidak berhubungan, dan kedua ayat itu diturunkan di saat yang berlainan dan di tempat yang berbeda pula.
Selanjutnya saya akan tunjukkan bahwa ada lagi kata-kata dalam ayat Quran yang sengaja dihapus atau dibikin raib oleh para penyalin.
Contoh 2: kalimat ketiga dari QS 4:24
Simak ayat berikut.
Ayat di atas sedang membicarakan apa ya? Hemmm…….
Apakah mahar itu diberikan belakangan sebagai bayaran atas kenikmatan yang telah diberikan istri kita? Hmm…..
Agar tidak bingung dan menerka-nerka, mari kita selidiki asbabun nuzul ayat tersebut dari Literatur Islam tertua.
Jadi, berdasarkan mushaf Ubai bin Ka’b yang dibaca Abu Khuraib dan bacaan lisan Ibnu Abbas, kalimat ayatnya seharusnya berbunyi:
Lalu siapakah yang telah menghapus kalimat “sampai pada batas waktu yang ditentukan” dari dalam ayat tersebut?
Jawabannya ada di sini:
Jadi, kalifah Umar tampaknya sebagai orang yang patut dicurigai sebagai oknum yang menghapus kata-kata tersebut, karena dia tidak menyetujui nikah mut’ah, yang kemudian dilanjutkan oleh kalifah Usman dengan membakari mushaf-mushaf untuk menghilangkan jejak. Inilah kelicikan Islam. Namun kita beruntung karena ternyata masih ada beberapa mushaf yang lolos dari pembakaran, yaitu mushaf milik Ubai bin Ka'b.
Dihapusnya kata-kata “sampai pada batas waktu yang ditentukan” dari dalam kalimat ketiga ayat 24 itu menyebabkan makna kalimat tersebut menjadi kabur dan membingungkan.
Kesimpulan kita terhadap ayat tersebut adalah:
Kalimat ketiga dalam ayat surat An-Nisa (QS 4): 24 itu ternyata adalah tentang nikah mut’ah, yaitu kawin kontrak, di mana laki-laki dan perempuan terikat dalam hubungan suami-istri hanya sampai pada batas waktu tertentu yang telah disepakati bersama dalam akad. Setelah lewat waktu tersebut, keduanya menjadi bebas dan bukan suami-istri lagi.
Kalau sekarang kaum sunni mengatakan nikah Mut’ah sudah dibatalkan, maka logikanya, bagaimanakah ayat Alquran bisa dibatalkan oleh hadist?
Tidak ada satupun ayat dalam Alquran yang memansokh nikah mut’ah kecuali ucapan Muhammad yang terekam dalam hadist. Manakah yang lebih tinggi hukumnya: Firman Alloh ataukah Perkataan Muhammad?
Tapi di topik ini bukan itu yang saya persoalkan, melainkan persoalan “RAIBNYA BEBERAPA KATA DALAM ALQURAN”, di mana hal itu menjadi bukti bahwa Alquran tidaklah semurni dugaan kita selama ini.
Kita menjadi sadar, bahwa Alquran, sebagaimana buku-buku biasa pada umumnya, tidak luput dari “jamahan” orang-orang yang berkuasa karena ada unsur kepentingan, baik untuk menyembunyikan makna sesungguhnya dari suatu ayat, maupun untuk maksud lain.
Kadang agar ayat-ayat itu terkesan suci, maka dihapuslah beberapa kata yang dianggap dapat merusak kesan suci tersebut.
Jadi di situlah kebohongan Islam semakin sempurna, ketika Muhammad dahulu tidak mampu menyembunyikan kebobrokannya di muka umum, lambat laun kebobrokan perilaku dan ajaran-ajarannya tertutupi lewat pengikisan demi pengikisan (seperti kasus raibnya beberapa kata dalam Quran) dan polesan-polesan karangan fiksi agar KOTORAN KUCING berubah jadi EMAS MURNI.
Kalau kita simak ayat-ayat Alquran, banyak sekali kalimat-kalimat yang tidak jelas, sehingga para penerjemah perlu menambahkan kata-katanya sendiri ke dalam ayat tersebut dengan tujuan agar kalimatnya bisa dimengerti.
Ada kalanya, tambahan kata-kata penerjemah di dalam ayat itu tepat, tetapi lebih banyak lagi tambahan kata-kata penerjemah di dalam ayat itu tidak tepat dan cenderung untuk mengaburkan makna sesungguhnya dari suatu kalimat.
Mengapa ayat-ayat Alquran yang kata Muhammad adalah ayat-ayat yang jelas dan terperinci (QS 6:114, QS 11:1, QS 2:99, QS 47:20, QS 45:25, QS 36:17, QS 26:194-195, QS 24:1, QS 6:149), ada sebagian kalimat-kalimatnya yang tidak jelas dan seolah-olah ada beberapa kata yang memang sengaja dihapus/dihilangkan agar makna suatu ayat menjadi kabur?
Contoh 1: kalimat pertama dari QS 4:24
- QS 4:24. dan wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki
Kalau kita baca ayat di atas, kita akan bingung apa sebenarnya yang dimaksud ayat tersebut. Karena itu kita perlu mengetahui apa latar belakang dikarangnya ayat tersebut, dari situlah kita dapat mengerti maksudnya. Menurut Kitab Asbabun Nuzul Jalaludin As-Suyuti, halaman 158-159, sebab-sebab dikarangnya ayat tersebut oleh Muhammad adalah sebagai berikut.
Anda lihat, ketika itu muslim ingin menggauli para tawanan wanita yang bersuami. Catat: MENGGAULI.
Kemudian Muhammad berkata:
- dan wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (QS 4:24)
Jelaslah bahwa kata-kata Muhammad itu tidak lengkap. Seharusnya kalimatnya berbunyi:
- dan diharamkan menggauli wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (QS 4:24)
Konteks ayat itu bukan MENIKAHI, melainkan MENGGAULI.
Tetapi penerjemah yang malu terhadap konteks ayat itu, dengan sengaja mengubah makna ayat itu dari menggauli menjadi menikahi, sehingga jadilah kalimatnya seperti berikut:
- QS 4:24. dan (diharamkan juga kamu menikahi) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki
Penerjemah rupanya hendak menyembunyikan makna bejat dari ayat tersebut.
Jika kalimat asli QS 4:24 tersebut adalah “dan diharamkan menggauli wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki” Lalu kenapa kata-kata “DIHARAMKAN MENGGAULI” itu tidak ada lagi pada ayat tersebut?
Apakah para penyalin Quran di masa khalifah Usman merasa malu mencantumkan kata-kata tersebut sehingga kemudian mereka menghapusnya?
Bagi orang-orang muslim pada zaman itu, mungkin tidak ada masalah walau kata-kata itu dihapus, karena mereka sudah mengerti apa yang dimaksud dalam ayat itu, sehingga kata-kata yang dihapus itu sebenarnya ada namun dibaca di dalam hati, dan tidak tercantumkan di dalam ayat itu secara eksplisit.
Jadi sewaktu orang-orang di jaman Usman itu membaca: “dan wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki” mereka mengerti maksudnya, dan kata-kata “DIHARAMKAN MENGGAULI” itu adalah kata-kata yang tak terucapkan secara lisan namun hanya terucapkan dalam batin.
Hal itu menimbulkan kebingungan bagi orang-orang di masa selanjutnya, terutama mereka yang tidak tahu ASBABUN NUZUL-nya.
Dan penghapusan kata-kata dalam ayat tersebut memberi peluang bagi para penafsir di masa selanjutnya untuk menyisipkan kata-kata mereka sendiri agar ayat tersebut menjadi jelas sesuai dengan pemahaman masing-masing, dan tidak lagi sesuai dengan aslinya seperti sewaktu Muhammad mengarangnya.
Kita memang tidak bisa mengatakan para penerjemah mengubah isi Alquran, karena apa yang mereka tambahkan itu hanya terjemahannya (dan itu pun dengan jujur ditandai dengan kurung), bukan naskah bahasa Arabnya.
Tetapi patut kita sesalkan, Alquran yang diklaim isinya akan tetap murni sampai hari kiamat, dan tidak berubah (masih tetap sama seperti sewaktu Muhammad mengucapkannya), ternyata ada oknum yang dengan sengaja melakukan “korupsi” atau “menghapus” beberapa kata dalam ayat-ayatnya sehingga ayat tersebut bagi orang-orang yang hidup di masa selanjutnya menjadi ayat-ayat aneh dan sukar untuk dipahami kecuali mereka harus mempelajari asbabun nuzulnya.
Dengan demikian, Alquran, tidak hanya raib beberapa ayat sebagaimana dilaporkan Aisyah bahwa ada ayat-ayat rajam yang hilang dimakan kambing,namun juga ada kesengajaan dari pihak penyalin Quran di masa awal menghapus beberapa buah kata dalam sebuah ayat.
Kalau kita tidak ingin menuduh pihak penyalin, maka alternatif kedua adalah kita menuduh Muhammad sebagai seorang pengarang ayat yang bodoh, karena ia mengucapkan kalimat tak sempurna, di mana kalimatnya tak lengkap dan ada beberapa kata yang seharusnya ada namun tidak ia ucapkan.
Ada beberapa orang berpendapat bahwa QS 4:24 merupakan kelanjutan dari QS 4:23. Memang, para penyalin rupanya sengaja menempatkan ayat itu setelah QS 4:23, yang mengatur tentang perempuan-perempuan mana saja yang boleh dan tidak boleh dikawini/digauli. Itu bukan Muhammad yang menentukannya. Muhammad tidak pernah menentukan satu ayat harus ditempatkan di mana dan di surat apa, melainkan itu sepenuhnya adalah atas inisiatif dari para penyalin Quran. Dan berdasarkan asbabun nuzul, QS 4:23 dan QS 4:24 tidak berhubungan, dan kedua ayat itu diturunkan di saat yang berlainan dan di tempat yang berbeda pula.
Selanjutnya saya akan tunjukkan bahwa ada lagi kata-kata dalam ayat Quran yang sengaja dihapus atau dibikin raib oleh para penyalin.
Contoh 2: kalimat ketiga dari QS 4:24
Simak ayat berikut.
- Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya, sebagai suatu kewajiban. (QS 4:24)
Ayat di atas sedang membicarakan apa ya? Hemmm…….
Apakah mahar itu diberikan belakangan sebagai bayaran atas kenikmatan yang telah diberikan istri kita? Hmm…..
Agar tidak bingung dan menerka-nerka, mari kita selidiki asbabun nuzul ayat tersebut dari Literatur Islam tertua.
Jadi, berdasarkan mushaf Ubai bin Ka’b yang dibaca Abu Khuraib dan bacaan lisan Ibnu Abbas, kalimat ayatnya seharusnya berbunyi:
- Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati di antara mereka sampai pada batas waktu yang ditentukan, berikanlah kepada mereka maharnya, sebagai suatu kewajiban. QS 4:24
Lalu siapakah yang telah menghapus kalimat “sampai pada batas waktu yang ditentukan” dari dalam ayat tersebut?
Jawabannya ada di sini:
Jadi, kalifah Umar tampaknya sebagai orang yang patut dicurigai sebagai oknum yang menghapus kata-kata tersebut, karena dia tidak menyetujui nikah mut’ah, yang kemudian dilanjutkan oleh kalifah Usman dengan membakari mushaf-mushaf untuk menghilangkan jejak. Inilah kelicikan Islam. Namun kita beruntung karena ternyata masih ada beberapa mushaf yang lolos dari pembakaran, yaitu mushaf milik Ubai bin Ka'b.
Dihapusnya kata-kata “sampai pada batas waktu yang ditentukan” dari dalam kalimat ketiga ayat 24 itu menyebabkan makna kalimat tersebut menjadi kabur dan membingungkan.
Kesimpulan kita terhadap ayat tersebut adalah:
Kalimat ketiga dalam ayat surat An-Nisa (QS 4): 24 itu ternyata adalah tentang nikah mut’ah, yaitu kawin kontrak, di mana laki-laki dan perempuan terikat dalam hubungan suami-istri hanya sampai pada batas waktu tertentu yang telah disepakati bersama dalam akad. Setelah lewat waktu tersebut, keduanya menjadi bebas dan bukan suami-istri lagi.
Kalau sekarang kaum sunni mengatakan nikah Mut’ah sudah dibatalkan, maka logikanya, bagaimanakah ayat Alquran bisa dibatalkan oleh hadist?
Tidak ada satupun ayat dalam Alquran yang memansokh nikah mut’ah kecuali ucapan Muhammad yang terekam dalam hadist. Manakah yang lebih tinggi hukumnya: Firman Alloh ataukah Perkataan Muhammad?
Tapi di topik ini bukan itu yang saya persoalkan, melainkan persoalan “RAIBNYA BEBERAPA KATA DALAM ALQURAN”, di mana hal itu menjadi bukti bahwa Alquran tidaklah semurni dugaan kita selama ini.
Kita menjadi sadar, bahwa Alquran, sebagaimana buku-buku biasa pada umumnya, tidak luput dari “jamahan” orang-orang yang berkuasa karena ada unsur kepentingan, baik untuk menyembunyikan makna sesungguhnya dari suatu ayat, maupun untuk maksud lain.
Kadang agar ayat-ayat itu terkesan suci, maka dihapuslah beberapa kata yang dianggap dapat merusak kesan suci tersebut.
Jadi di situlah kebohongan Islam semakin sempurna, ketika Muhammad dahulu tidak mampu menyembunyikan kebobrokannya di muka umum, lambat laun kebobrokan perilaku dan ajaran-ajarannya tertutupi lewat pengikisan demi pengikisan (seperti kasus raibnya beberapa kata dalam Quran) dan polesan-polesan karangan fiksi agar KOTORAN KUCING berubah jadi EMAS MURNI.
Re: Kata-kata yang hilang dalam Alquran
kafir dongok cap stempel duladi cs mah mang suka bikin sensasi:.... [herannya nih mah dah dijawab malah ditanyain lagi]
Persaksian tentang keaslian Al-Quran
Ibnu Abbas sendiri mengatakan:
Sahih Bukhari Volume 9, Book 92, Number 461:
Narrated Ubaidullah:
Ibn 'Abbas said, "Why do you ask the people of the scripture about anything while your Book (Quran) which has been revealed to Allah's Apostle is newer and the latest? You read it pure, undistorted and unchanged, and Allah has told you that the people of the scripture (Jews and Christians) changed their scripture and distorted it, and wrote the scripture with their own hands and said, 'It is from Allah,' to sell it for a little gain. Does not the knowledge which has come to you prevent you from asking them about anything? No, by Allah, we have never seen any man from them asking you regarding what has been revealed to you!"
Persaksian tentang keaslian Al-Quran
Ibnu Abbas sendiri mengatakan:
Sahih Bukhari Volume 9, Book 92, Number 461:
Narrated Ubaidullah:
Ibn 'Abbas said, "Why do you ask the people of the scripture about anything while your Book (Quran) which has been revealed to Allah's Apostle is newer and the latest? You read it pure, undistorted and unchanged, and Allah has told you that the people of the scripture (Jews and Christians) changed their scripture and distorted it, and wrote the scripture with their own hands and said, 'It is from Allah,' to sell it for a little gain. Does not the knowledge which has come to you prevent you from asking them about anything? No, by Allah, we have never seen any man from them asking you regarding what has been revealed to you!"
Page 1 of 1
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum
Fri 02 Feb 2024, 5:21 pm by buncis hitam
» kenapa muhammad suka makan babi????
Wed 31 Jan 2024, 1:04 am by naufal
» NYATA & FAKTA : TERNYATA YESUS PILIH MENGAULI KELEDAI DARIPADA WANITA!!! (sebuah penghinaan OLEH PAULUS)
Fri 12 Jan 2024, 9:39 pm by Uwizuya
» SORGA ISLAM RUMAH PELACUR ALLOH SWT...........
Tue 02 Jan 2024, 12:48 am by Pajar
» Moon Split or Islamic Hoax?
Wed 13 Dec 2023, 3:34 pm by admin
» In Islam a Woman Must be Submissive and Serve her Husband
Wed 13 Dec 2023, 3:32 pm by admin
» Who Taught Allah Math?
Wed 13 Dec 2023, 3:31 pm by admin
» BISNIS GEREJA YUUUKZ....LUMAYAN LOH UNTUNGNYA....
Wed 05 Jul 2023, 1:57 pm by buncis hitam
» ISLAM: Palsu, Maut, Tak Akan Tobat, Amburadul
Sun 07 May 2023, 9:50 am by MANTAN KADRUN