ISLAM SUDAH KADALUWARSA

ISLAM SUDAH KADALUWARSA
by Amil Imani

Islam sudah kadaluwarsa, demikian kata Muhammad sendirI.

“Berapa lama kepercayaanmu akan bertahan?” Muhammad ditanya. “En salahat ummati fa laha yom. Va en fasadat fa laha nesfe yom. Val yomo ende rabbeka alfe sanaton men ma taedoon”— Jika Umat saya menjadi soleh, (agama saya) akan bertahan satu hari, jika dikorupsi, (agama saya) akan tahan hanya setengah hari. “Dan satu harinya Allah sama saja dgn 1000 tahun bagimu,” jawabnya.

Ini dikutip dalam salah satu kronikel ttg Muhamad. Jadi, jika Umatnya benar2 hidup sesuai dgn standar kesolehan, 1000 tahun sudah lewat. Tetapi Islam, sistim kepercayaan yang sangat terpecah2, itu masih juga beredar dan ditandang oleh satu milyar orang yg menyebut diri Muslim.

Alusi Muhamad ttg “kesolehan” dan “korupsi” perlu diperhatikan. Semua hal di bumi terbatas daur hidupnya: entah bakteria, pohon, gunung ataupun ide, termasuk agama. Pembaharuan nampaknya adalah prinsip utama planet ini beserta isinya. Dan utk memungkinkan pembaharuan, yang tua –mau tak mau- harus mundur.

Begitu wadah baru terbentuk, otomatis timbul kekuatan2 utk mematikannya. Kematian, sebenarnya adalah pra-kelahiran. Tanpa kematian, semua akan membeku. Kematian adalah bahan mentah bagi kelahiran baru. Kematian dan membusuknya sebuah pohon, misalnya, menyediakan nutrisi yg diperlukan bibit2 baru: matinya teori fisika Newton merupakan dasar lahirnya teori relativitas Einstein.

Kematian dan pembaharuan juga fundamental bagi agama. Utk alasan inilah banyak agama menjanjikan pembaharuan dlm bentuk seorang pribadi penyelamat. Kaum Yahudi misalnya, menunggu sang Messiah; orang Kristen menunggu ‘the second coming’; dan ada Muslim yg menanti2 munculnya sang Mahdi, sementara ada juga yg menanti “Rejateh Hossain,”—kembalinya Hossain.

Apa yg membuat agama kadaluwarsa ?

Matinya sebuah wadah biologis diakibatkan trauma, virus atau bakteria. Virus dan bakteria adalam pembunuh utama manusia dan sampai sekarang merupakan tantangan terbesar bidang perobatan. Missi mereka adalah utk membunuh kehidupan. Selain itu mereka pandai mutasi.

Yg belum begitu dimengerti umum adalah ttg perihal virus2 psiko-sosial atau ‘psychosocial viruses’— PSVs. Spt juga dgn wadah biologis, virus psiko-sosial juga bermissi utk menghancurkan sebuah ide, fungsi mental atau agama dan membantu dilahirkannya pemikiran baru. Berbagai bentuk gangguan mental adalah hasil interaksi antara PSVs dan imunitas orang ybs. Tidak semua mutasi yg diakibatkan
PSVs bersifat mematikan. Ada juga yg memperbaiki kemanusiaan. Tapi tanpa sumbangan PSVs, umat manusia akan mandeg perkembangannya.

Dlm hal Islam, kelompok khusus PSVs sedang bekerja pada detik Muhamad melancarkan agamanya dan mutasipun menyusul tidak lama kemudian. Pertama, ada Islam versi Mekah atau Islam Lemah. Selama 13 tahun, ajaran Muhamad, spt yg dicatatkan dlm ayat2 pemula dlm Quran, adalah mengenai hal2 indah saja. Hanya segelintir orang yg tertarik pada apa yg dikotbahkannya. Malah, orang melecehkannya dan ia harus melarikan diri dari tempat tinggalnya, Mekah, ke Medinah. Disana, terjadilah mutasi besar2an: Islam Medinah atau Islam Tirani. Muncullah ayat2 Medinah dlm Quran yg penuh intoleransi, eksklusivitas, dan diridhoinya kekerasan melawan non-Muslim. Mutasi ini sangat cocok dgn perangai Arab2 biadab dan merekapun berbondong2 memeluk agama baru yg dibawa Muhamad.

PSV jaman Muhamad terus bermutasi pada bangsa2 di negara2 lain yg dijajahnya. Setiap agama dan kepercayaan mereka —sistim imunitasi masing2—menanggapi sang penjajah dgn berbeda2. Ada yg melawan serangan penjajah dan mengalahkannya, ada juga yg kalah dan dipaksa tunduk. Namun beberapa dari mereka, setelah sekian waktu, berhasil mengusir penjajah, sementara yg lainnya malah mencakupkannya kedalam sistim kepercayaan mereka sendiri. Lama kelamaan, mutasi atas bangsa2 ini menjadi begitu bervariasi sampai mereka tidak lagi dapat dikenali dari yg aslinya.

Islam kini terdiri dari lusinan sekte besar dan ratusan subsekte kecil serta aliran2.
Dua contoh akan fakta bahwa Islamnya Muhamad sudah kadaluwarsa dan membusuk.

Satu cabang Islam Sunni, contohnya Wahhabi, sudah membaur dgn budaya
Pashtun Afghanistan dan Pakistan dan hasilnya adalah versi Islamnya Taliban : ‘agama’ yg paling reaksioner, represif dan biadab.

Dipihak Shi’ah, misalnya, ada sekte Ghulat Alavi yg hanya berpegang pada satu dari kelima rukun Islam: Shahadat. Mereka tidak solat, tidak puasa, tidak naik haji ataupun berzakat ria. Wanita2 Alavi boleh berpartisipasi pada semua upacara agama dan tidak diwajibkan memakai jilbab—beda sekali dgn Taliban, yg bahkan tidak mengijinkan wanita keluar rumah tanpa diiringi saudara lelaki apalagi bersekolah.

Kaum Ghulat Alavi memuja Imam Ali dan Imam2 lainnya. Imam Ali bahkan dipuja sbg tuhan. Mereka mengucapkan, “Ali khoda neest, valee as khoda joda neest”—Ali bukan Tuhan, tapi ia tidak terpisah dari Tuhan. Sekte ini menempatkan Imam Ali diatas Nabi Muhamad.

Kesimpulannya, selain perhitungan Muhammad sendiri ttg umur agamanya, fakta2 secara konklusif menunjukkan bahwa Islam sudah kadaluwarsa. Dlm waktu mendatang, bagian2 komponennya mengalami mutasi drastis sampai satu2nya hal yg menghubungkan Muslim adalah namanya saja : Islam dan Quran.

----------------------------
Amil Imani is an Iranian-born American citizen and pro-democracy activist residing in the United States of America. He maintains a website at Amil Imani