Latest topics
Most Viewed Topics
Most active topic starters
kuku bima | ||||
admin | ||||
kermit katak lucu | ||||
hamba tuhan | ||||
feifei_fairy | ||||
paulusjancok | ||||
agus | ||||
gusti_bara | ||||
Muslim binti Muskitawati | ||||
Bejat |
Most active topics
MILIS MURTADIN_KAFIRUN
MURTADIN KAFIRUNexMUSLIM INDONESIA BERJAYA12 Oktober Hari Murtad Dari Islam Sedunia Menyongsong Punahnya Islam
Wadah syiar Islam terlengkap & terpercaya, mari sebarkan selebaran artikel yang sesungguhnya tentang si Pelacur Alloh Swt dan Muhammad bin Abdullah yang MAHA TERKUTUK itu ke dunia nyata!!!!
Who is online?
In total there are 88 users online :: 0 Registered, 0 Hidden and 88 Guests :: 2 BotsNone
Most users ever online was 354 on Wed 26 May 2010, 4:49 pm
Social bookmarking
Bookmark and share the address of MURTADINKAFIRUN on your social bookmarking website
Bookmark and share the address of MURTADIN_KAFIRUN on your social bookmarking website
Maurice Bucaille Membuktikan Kebenaran AL-Qur’an
Page 1 of 1
Maurice Bucaille Membuktikan Kebenaran AL-Qur’an
Suatu hari di pertengahan tahun 1975,
sebuah tawaran dari pemerintah Prancis datang kepada pemerintah Mesir.
Negara Eropa tersebut menawarkan bantuan untuk meneliti, mempelajari,
dan menganalisis mumi Firaun. Tawaran tersebut disambut baik oleh
Mesir. Setelah mendapat restu dari pemerintah Mesir, mumi Firaun
tersebut kemudian digotong ke Prancis. Bahkan, pihak Prancis membuat
pesta penyambutan kedatangan mumi Firaun dengan pesta yang sangat
meriah.
Mumi itu pun dibawa ke ruang khusus di Pusat Purbakala Prancis, yang
selanjutnya dilakukan penelitian sekaligus mengungkap rahasia di
baliknya oleh para ilmuwan terkemuka dan para pakar dokter bedah dan
otopsi di Prancis. Pemimpin ahli bedah sekaligus penanggung jawab utama
dalam penelitian mumi ini adalah Prof. Dr. Maurice Bucaille.
Bucaille adalah ahli bedah kenamaan
Prancis dan pernah mengepalai klinik bedah di Universitas Paris. Ia
dilahirkan di Pont-L’Eveque, Prancis, pada 19 Juli 1920. Bucaille
memulai kariernya di bidang kedokteran pada 1945 sebagai ahli
gastroenterology. Dan, pada 1973, ia ditunjuk menjadi dokter keluarga
oleh Raja Faisal dari Arab Saudi.
Tidak hanya anggota keluarga Raja Faisal yang menjadi pasiennya.
Anggota keluarga Presiden Mesir kala itu, Anwar Sadat, diketahui juga
termasuk dalam daftar pasien yang pernah menggunakan jasanya.
Namanya mulai terkenal ketika ia menulis buku tentang Bibel,
Alquran, dan ilmu pengetahuan modern atau judul aslinya dalam bahasa
Prancis yaitu La Bible, le Coran et la Science di tahun 1976.
Ketertarikan Bucaille terhadap Islam mulai muncul ketika secara
intens dia mendalami kajian biologi dan hubungannya dengan beberapa
doktrin agama. Karenanya, ketika datang kesempatan kepada Bucaille
untuk meneliti, mempelajari, dan menganalisis mumi Firaun, ia
mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menguak misteri di balik
penyebab kematian sang raja Mesir kuno tersebut.
Ternyata, hasil akhir yang ia peroleh sangat mengejutkan! Sisa-sisa
garam yang melekat pada tubuh sang mumi adalah bukti terbesar bahwa dia
telah mati karena tenggelam. Jasadnya segera dikeluarkan dari laut dan
kemudian dibalsem untuk segera dijadikan mumi agar awet.
Penemuan tersebut masih menyisakan sebuah pertanyaan dalam kepala
sang profesor. Bagaimana jasad tersebut bisa lebih baik dari
jasad-jasad yang lain, padahal dia dikeluarkan dari laut?
Prof Bucaille lantas menyiapkan laporan akhir tentang sesuatu yang
diyakininya sebagai penemuan baru, yaitu tentang penyelamatan mayat
Firaun dari laut dan pengawetannya. Laporan akhirnya ini dia terbitkan
dengan judul Mumi Firaun; Sebuah Penelitian Medis Modern, dengan judul aslinya, Les momies des Pharaons et la midecine. Berkat buku ini, dia menerima penghargaan Le
prix Diane-Potier-Boes (penghargaan dalam sejarah) dari Academie
Frantaise dan Prix General (Penghargaan umum) dari Academie Nationale
de Medicine, Prancis.
Terkait dengan laporan akhir yang disusunnya, salah seorang di
antara rekannya membisikkan sesuatu di telinganya seraya berkata: ”Jangan tergesa-gesa karena sesungguhnya kaum Muslimin telah berbicara tentang tenggelamnya mumi ini”. Bucaille awalnya mengingkari kabar ini dengan keras sekaligus menganggapnya mustahil.
Menurutnya, pengungkapan rahasia seperti ini tidak mungkin diketahui
kecuali dengan perkembangan ilmu modern, melalui peralatan canggih yang
mutakhir dan akurat.
Hingga salah seorang di antara mereka berkata bahwa Alquran yang
diyakini umat Islam telah meriwayatkan kisah tenggelamnya Firaun dan
kemudian diselamatkannya mayatnya.
Ungkapan itu makin membingungkan Bucaille. Lalu, dia mulai berpikir
dan bertanya-tanya. Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi? Bahkan,
mumi tersebut baru ditemukan sekitar tahun 1898 M, sementara Alquran
telah ada ribuan tahun sebelumnya.
Ia duduk semalaman memandang mayat Firaun dan terus memikirkan hal
tersebut. Ucapan rekannya masih terngiang-ngiang dibenaknya, bahwa
Alquran–kitab suci umat Islam–telah membicarakan kisah Firaun yang
jasadnya diselamatkan dari kehancuran sejak ribuan tahun lalu.
Sementara itu, dalam kitab suci agama lain, hanya membicarakan
tenggelamnya Firaun di tengah lautan saat mengejar Musa, dan tidak
membicarakan tentang mayat Firaun. Bucaille pun makin bingung dan terus
memikirkan hal itu.
Ia berkata pada dirinya sendiri. ‘‘Apakah masuk akal mumi di
depanku ini adalah Firaun yang akan menangkap Musa? Apakah masuk akal,
Muhammad mengetahui hal itu, padahal kejadiannya ada sebelum Alquran
diturunkan?”
Prof Bucaille tidak bisa tidur, dia meminta untuk didatangkan Kitab
Taurat (Perjanjian Lama). Diapun membaca Taurat yang menceritakan:
”Airpun kembali (seperti semula), menutupi kereta, pasukan berkuda, dan
seluruh tentara Firaun yang masuk ke dalam laut di belakang mereka,
tidak tertinggal satu pun di antara mereka”.
Kemudian dia membandingkan dengan Injil. Ternyata, Injil juga tidak
membicarakan tentang diselamatkannya jasad Firaun dan masih tetap utuh.
Karena itu, ia semakin bingung.
Berikrar Islam
Setelah perbaikan terhadap mayat Firaun dan pemumiannya, Prancis
mengembalikan mumi tersebut ke Mesir. Akan tetapi, tidak ada keputusan
yang mengembirakannya, tidak ada pikiran yang membuatnya tenang
semenjak ia mendapatkan temuan dan kabar dari rekannya tersebut, yakni
kabar bahwa kaum Muslimin telah saling menceritakan tentang
penyelamatan mayat tersebut. Dia pun memutuskan untuk menemui sejumlah
ilmuwan otopsi dari kaum Muslimin.
Dari sini kemudian terjadilah perbincangan untuk pertama kalinya
dengan peneliti dan ilmuwan Muslim. Ia bertanya tentang kehidupan Musa,
perbuatan yang dilakukan Firaun, dan pengejarannya pada Musa hingga dia
tenggelam dan bagaimana jasad Firaun diselamatkan dari laut.
Maka, berdirilah salah satu di antara ilmuwan Muslim tersebut seraya
membuka mushaf Alquran dan membacakan untuk Bucaille firman Allah SWT
yang artinya: ”Maka pada hari ini kami selamatkan badanmu
supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang
sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari
tanda-tanda kekuasaan Kami.” (QS Yunus: 92).
Ayat ini sangat menyentuh hati Bucaille. Ia mengatakan bahwa ayat
Alquran tersebut masuk akal dan mendorong sains untuk maju. Hatinya
bergetar, dan getaran itu membuatnya berdiri di hadapan orang-orang
yang hadir seraya menyeru dengan lantang: ”Sungguh aku masuk Islam dan
aku beriman dengan Alquran ini”.
Ia pun kembali ke Prancis dengan wajah baru, berbeda dengan wajah
pada saat dia pergi dulu. Sejak memeluk Islam, ia menghabiskan waktunya
untuk meneliti tingkat kesesuaian hakikat ilmiah dan penemuan-penemuan
modern dengan Alquran, serta mencari satu pertentangan ilmiah yang
dibicarakan Alquran.
Semua hasil penelitiannya tersebut kemudian ia bukukan dengan judul
Bibel, Alquran dan Ilmu Pengetahuan Modern, judul asli dalam bahasa
Prancis, La Bible, le Coran et la Science. Buku yang
dirilis tahun 1976 ini menjadi best-seller internasional (laris) di
dunia Muslim dan telah diterjemahkan ke hampir semua bahasa utama umat
Muslim di dunia.
Karyanya ini menerangkan bahwa Alquran sangat konsisten dengan ilmu
pengetahuan dan sains, sedangkan Al-Kitab atau Bibel tidak demikian.
Bucaille dalam bukunya mengkritik Bibel yang ia anggap tidak konsisten
dan penurunannya diragukan.
sebuah tawaran dari pemerintah Prancis datang kepada pemerintah Mesir.
Negara Eropa tersebut menawarkan bantuan untuk meneliti, mempelajari,
dan menganalisis mumi Firaun. Tawaran tersebut disambut baik oleh
Mesir. Setelah mendapat restu dari pemerintah Mesir, mumi Firaun
tersebut kemudian digotong ke Prancis. Bahkan, pihak Prancis membuat
pesta penyambutan kedatangan mumi Firaun dengan pesta yang sangat
meriah.
Mumi itu pun dibawa ke ruang khusus di Pusat Purbakala Prancis, yang
selanjutnya dilakukan penelitian sekaligus mengungkap rahasia di
baliknya oleh para ilmuwan terkemuka dan para pakar dokter bedah dan
otopsi di Prancis. Pemimpin ahli bedah sekaligus penanggung jawab utama
dalam penelitian mumi ini adalah Prof. Dr. Maurice Bucaille.
Bucaille adalah ahli bedah kenamaan
Prancis dan pernah mengepalai klinik bedah di Universitas Paris. Ia
dilahirkan di Pont-L’Eveque, Prancis, pada 19 Juli 1920. Bucaille
memulai kariernya di bidang kedokteran pada 1945 sebagai ahli
gastroenterology. Dan, pada 1973, ia ditunjuk menjadi dokter keluarga
oleh Raja Faisal dari Arab Saudi.
Tidak hanya anggota keluarga Raja Faisal yang menjadi pasiennya.
Anggota keluarga Presiden Mesir kala itu, Anwar Sadat, diketahui juga
termasuk dalam daftar pasien yang pernah menggunakan jasanya.
Namanya mulai terkenal ketika ia menulis buku tentang Bibel,
Alquran, dan ilmu pengetahuan modern atau judul aslinya dalam bahasa
Prancis yaitu La Bible, le Coran et la Science di tahun 1976.
Ketertarikan Bucaille terhadap Islam mulai muncul ketika secara
intens dia mendalami kajian biologi dan hubungannya dengan beberapa
doktrin agama. Karenanya, ketika datang kesempatan kepada Bucaille
untuk meneliti, mempelajari, dan menganalisis mumi Firaun, ia
mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menguak misteri di balik
penyebab kematian sang raja Mesir kuno tersebut.
Ternyata, hasil akhir yang ia peroleh sangat mengejutkan! Sisa-sisa
garam yang melekat pada tubuh sang mumi adalah bukti terbesar bahwa dia
telah mati karena tenggelam. Jasadnya segera dikeluarkan dari laut dan
kemudian dibalsem untuk segera dijadikan mumi agar awet.
Penemuan tersebut masih menyisakan sebuah pertanyaan dalam kepala
sang profesor. Bagaimana jasad tersebut bisa lebih baik dari
jasad-jasad yang lain, padahal dia dikeluarkan dari laut?
Prof Bucaille lantas menyiapkan laporan akhir tentang sesuatu yang
diyakininya sebagai penemuan baru, yaitu tentang penyelamatan mayat
Firaun dari laut dan pengawetannya. Laporan akhirnya ini dia terbitkan
dengan judul Mumi Firaun; Sebuah Penelitian Medis Modern, dengan judul aslinya, Les momies des Pharaons et la midecine. Berkat buku ini, dia menerima penghargaan Le
prix Diane-Potier-Boes (penghargaan dalam sejarah) dari Academie
Frantaise dan Prix General (Penghargaan umum) dari Academie Nationale
de Medicine, Prancis.
Terkait dengan laporan akhir yang disusunnya, salah seorang di
antara rekannya membisikkan sesuatu di telinganya seraya berkata: ”Jangan tergesa-gesa karena sesungguhnya kaum Muslimin telah berbicara tentang tenggelamnya mumi ini”. Bucaille awalnya mengingkari kabar ini dengan keras sekaligus menganggapnya mustahil.
Menurutnya, pengungkapan rahasia seperti ini tidak mungkin diketahui
kecuali dengan perkembangan ilmu modern, melalui peralatan canggih yang
mutakhir dan akurat.
Hingga salah seorang di antara mereka berkata bahwa Alquran yang
diyakini umat Islam telah meriwayatkan kisah tenggelamnya Firaun dan
kemudian diselamatkannya mayatnya.
Ungkapan itu makin membingungkan Bucaille. Lalu, dia mulai berpikir
dan bertanya-tanya. Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi? Bahkan,
mumi tersebut baru ditemukan sekitar tahun 1898 M, sementara Alquran
telah ada ribuan tahun sebelumnya.
Ia duduk semalaman memandang mayat Firaun dan terus memikirkan hal
tersebut. Ucapan rekannya masih terngiang-ngiang dibenaknya, bahwa
Alquran–kitab suci umat Islam–telah membicarakan kisah Firaun yang
jasadnya diselamatkan dari kehancuran sejak ribuan tahun lalu.
Sementara itu, dalam kitab suci agama lain, hanya membicarakan
tenggelamnya Firaun di tengah lautan saat mengejar Musa, dan tidak
membicarakan tentang mayat Firaun. Bucaille pun makin bingung dan terus
memikirkan hal itu.
Ia berkata pada dirinya sendiri. ‘‘Apakah masuk akal mumi di
depanku ini adalah Firaun yang akan menangkap Musa? Apakah masuk akal,
Muhammad mengetahui hal itu, padahal kejadiannya ada sebelum Alquran
diturunkan?”
Prof Bucaille tidak bisa tidur, dia meminta untuk didatangkan Kitab
Taurat (Perjanjian Lama). Diapun membaca Taurat yang menceritakan:
”Airpun kembali (seperti semula), menutupi kereta, pasukan berkuda, dan
seluruh tentara Firaun yang masuk ke dalam laut di belakang mereka,
tidak tertinggal satu pun di antara mereka”.
Kemudian dia membandingkan dengan Injil. Ternyata, Injil juga tidak
membicarakan tentang diselamatkannya jasad Firaun dan masih tetap utuh.
Karena itu, ia semakin bingung.
Berikrar Islam
Setelah perbaikan terhadap mayat Firaun dan pemumiannya, Prancis
mengembalikan mumi tersebut ke Mesir. Akan tetapi, tidak ada keputusan
yang mengembirakannya, tidak ada pikiran yang membuatnya tenang
semenjak ia mendapatkan temuan dan kabar dari rekannya tersebut, yakni
kabar bahwa kaum Muslimin telah saling menceritakan tentang
penyelamatan mayat tersebut. Dia pun memutuskan untuk menemui sejumlah
ilmuwan otopsi dari kaum Muslimin.
Dari sini kemudian terjadilah perbincangan untuk pertama kalinya
dengan peneliti dan ilmuwan Muslim. Ia bertanya tentang kehidupan Musa,
perbuatan yang dilakukan Firaun, dan pengejarannya pada Musa hingga dia
tenggelam dan bagaimana jasad Firaun diselamatkan dari laut.
Maka, berdirilah salah satu di antara ilmuwan Muslim tersebut seraya
membuka mushaf Alquran dan membacakan untuk Bucaille firman Allah SWT
yang artinya: ”Maka pada hari ini kami selamatkan badanmu
supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang
sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari
tanda-tanda kekuasaan Kami.” (QS Yunus: 92).
Ayat ini sangat menyentuh hati Bucaille. Ia mengatakan bahwa ayat
Alquran tersebut masuk akal dan mendorong sains untuk maju. Hatinya
bergetar, dan getaran itu membuatnya berdiri di hadapan orang-orang
yang hadir seraya menyeru dengan lantang: ”Sungguh aku masuk Islam dan
aku beriman dengan Alquran ini”.
Ia pun kembali ke Prancis dengan wajah baru, berbeda dengan wajah
pada saat dia pergi dulu. Sejak memeluk Islam, ia menghabiskan waktunya
untuk meneliti tingkat kesesuaian hakikat ilmiah dan penemuan-penemuan
modern dengan Alquran, serta mencari satu pertentangan ilmiah yang
dibicarakan Alquran.
Semua hasil penelitiannya tersebut kemudian ia bukukan dengan judul
Bibel, Alquran dan Ilmu Pengetahuan Modern, judul asli dalam bahasa
Prancis, La Bible, le Coran et la Science. Buku yang
dirilis tahun 1976 ini menjadi best-seller internasional (laris) di
dunia Muslim dan telah diterjemahkan ke hampir semua bahasa utama umat
Muslim di dunia.
Karyanya ini menerangkan bahwa Alquran sangat konsisten dengan ilmu
pengetahuan dan sains, sedangkan Al-Kitab atau Bibel tidak demikian.
Bucaille dalam bukunya mengkritik Bibel yang ia anggap tidak konsisten
dan penurunannya diragukan.
Page 1 of 1
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum
Fri 02 Feb 2024, 5:21 pm by buncis hitam
» kenapa muhammad suka makan babi????
Wed 31 Jan 2024, 1:04 am by naufal
» NYATA & FAKTA : TERNYATA YESUS PILIH MENGAULI KELEDAI DARIPADA WANITA!!! (sebuah penghinaan OLEH PAULUS)
Fri 12 Jan 2024, 9:39 pm by Uwizuya
» SORGA ISLAM RUMAH PELACUR ALLOH SWT...........
Tue 02 Jan 2024, 12:48 am by Pajar
» Moon Split or Islamic Hoax?
Wed 13 Dec 2023, 3:34 pm by admin
» In Islam a Woman Must be Submissive and Serve her Husband
Wed 13 Dec 2023, 3:32 pm by admin
» Who Taught Allah Math?
Wed 13 Dec 2023, 3:31 pm by admin
» BISNIS GEREJA YUUUKZ....LUMAYAN LOH UNTUNGNYA....
Wed 05 Jul 2023, 1:57 pm by buncis hitam
» ISLAM: Palsu, Maut, Tak Akan Tobat, Amburadul
Sun 07 May 2023, 9:50 am by MANTAN KADRUN