Similar topics
Latest topics
Most Viewed Topics
Most active topic starters
kuku bima | ||||
admin | ||||
kermit katak lucu | ||||
hamba tuhan | ||||
feifei_fairy | ||||
paulusjancok | ||||
agus | ||||
gusti_bara | ||||
Muslim binti Muskitawati | ||||
Bejat |
Most active topics
MILIS MURTADIN_KAFIRUN
MURTADIN KAFIRUNexMUSLIM INDONESIA BERJAYA12 Oktober Hari Murtad Dari Islam Sedunia Menyongsong Punahnya Islam
Wadah syiar Islam terlengkap & terpercaya, mari sebarkan selebaran artikel yang sesungguhnya tentang si Pelacur Alloh Swt dan Muhammad bin Abdullah yang MAHA TERKUTUK itu ke dunia nyata!!!!
Who is online?
In total there are 43 users online :: 0 Registered, 0 Hidden and 43 Guests :: 1 BotNone
Most users ever online was 354 on Wed 26 May 2010, 4:49 pm
Social bookmarking
Bookmark and share the address of MURTADINKAFIRUN on your social bookmarking website
Bookmark and share the address of MURTADIN_KAFIRUN on your social bookmarking website
dosa iblis cuman satu, sombong
2 posters
Page 1 of 1
dosa iblis cuman satu, sombong
Apa dosa iblis sampai ia dikutuk Allah dan dilarang masuk surga? Kita tahu jawabannya: iblis menolak perintah Allah untuk bersujud kepada Adam. Apa dosa Adam sehingga ia diusir dari surga? Kita tahu jawabannya: Adam melanggar larangan Allah untuk tidak memakan buah khuldi.
Yang mengherankan kita adalah kenapa nasib Adam berbeda dengan nasib iblis? Bukankah keduanya berbuat dosa? Namun mengapa pada kasus Adam, Allah berkenan memaafkan Adam sedangkan pada kasus iblis, Allah melaknat iblis?
Ibn Qayyim al-Jauziyah dalam "al-Fawaid" mencoba menghilangkan rasa heran kita. Bagi murid Ibn Taimiyah ini, terdapat perbedaan filosofi antara "menolak perintah Allah" dengan "melanggar larangan Allah". Iblis menolak perintah Allah karena kesombongan dirinya yang merasa lebih unggul dari Adam. Sedangkan Adam melanggar larangan Allah karena dorongan nafsu.
Kesombongan berakibat fatal. Hadis Nabi mengatakan,
"Tidak akan masuk surga orang yang dihatinya ada sebesar dzarrah (biji sawi) dari sifat sombong."
Al-Qur'an melukiskan sifat iblis dengan "....ia enggan dan takabur, dan adalah ia termasuk golongan orang-orang kafir" (QS 2: 34)
Pada kasus Adam, dorongan hawa nafsu yang dimilikinya membuat ia "tergelincir" namun ketika ia sadar akibat buruk perbuatannya, ia langsung memohon ampunan Allah. Ini menunjukkan hawa nafsu manusia bisa cepat dipadamkan dan manusia tak segan meminta maaf kepada Allah.
Kesombongan rupanya jauh lebih berbahaya daripada godaan hawa nafsu. Kesombongan sulit dilenyapkan. Efek sombong membuat Allah murka. Kesombongan membuat kita enggan mengakui kesalahan kita. Alih-alih menyadari kekeliruan yang kita perbuat, kita malah sibuk mencari pembenaran rasional atas kesalahan kita. Na’udzubillah....
Tengoklah diri kita. Ketika kita tidak melakukan perintah Allah, dan melanggar larangan-Nya, apakah itu kita lakukan karena kita sombong? Moga-moga tidak!
Tengok diri kita sekali lagi, apakah kita sering menganggap diri kita lebih spesial dibanding orang lain? Apakah kita sering merasa lebih paham tentang Islam dibanding saudara-saudara kita? Apakah kita merasa harus mendapat “hak khusus” ketika melanggar suatu aturan ?
Apakah kita sudah merasa bakal masuk surga dan menganggap orang lain bakal masuk neraka? Apa dorongan hati kita ketika kita tebar tuduhan sesat, bid’ah, atau kafir kepada saudara-saudara kita se-Islam, yang kebetulan berbeda pemahaman keislamannya dengan kita?
Buka cermin hati kita. Ketika kita hamburkan emosi kita menanggapi pendapat orang lain yang berbeda dengan kita, apakah itu didorong oleh perasaaan bahwa lawan diskusi kita tidak mengerti tentang topik diskusi sehingga hanya kitalah yang paham akan topik tersebut. Kitalah yang selalu benar; dan yang lain cenderung selalu salah. Jika ini yang ada di hati, maka berhati-hatilah karena kita sudah ‘diperbudak’ oleh kesombongan kita.
Ketika kita kecam pendapat ulama yang kebetulan berbeda dengan kita, apakah itu karena kita merasa lebih tahu dari ulama itu? Ketika hati kita menjerit, “Aku lebih objektif karena aku jauh dari istana, sedangkan ulama itu menjual ayat ilahi karena sering sowan ke istana,” ingatlah kisah iblis ketika dia berkata, “Aku dicipta dari api karena itu aku lebih tinggi dari Adam yang dicipta dari tanah!” Padahal disisi Allah, ketakwaan adalah ukuran-Nya; bukan soal tanah-api, tidak juga soal istana atau gubuk.
Ketika kita berhasil menumbangkan sebuah rejim, apakah kita berhak menepuk dada atas usaha kita dan menganggap orang lain sebagai oportunis dan pahlawan kesiangan? Moga-moga tidak! Namun, apakah kita merasa lebih “Islami” dengan pihak lain hanya karena kita atau partai kita memuat simbol keislaman, sementara yang lain konon hanya menekankan pada ³substansi² semata; bukan ‘simbol’? Pada akhirnya, apakah kita tolak perintah Allah untuk menjaga ukhuwah dan saling berkasih sayang dengan saudara kita hanya karena ‘baju’ kita berbeda?
Kubur rasa sombong, pendam nafsu kita dan jangan tolak perintah Allah! Jadilah Adam, yang merintih memohon ampunan Ilahi; jangan jadi Iblis yang takabur dan sombong!
Yang mengherankan kita adalah kenapa nasib Adam berbeda dengan nasib iblis? Bukankah keduanya berbuat dosa? Namun mengapa pada kasus Adam, Allah berkenan memaafkan Adam sedangkan pada kasus iblis, Allah melaknat iblis?
Ibn Qayyim al-Jauziyah dalam "al-Fawaid" mencoba menghilangkan rasa heran kita. Bagi murid Ibn Taimiyah ini, terdapat perbedaan filosofi antara "menolak perintah Allah" dengan "melanggar larangan Allah". Iblis menolak perintah Allah karena kesombongan dirinya yang merasa lebih unggul dari Adam. Sedangkan Adam melanggar larangan Allah karena dorongan nafsu.
Kesombongan berakibat fatal. Hadis Nabi mengatakan,
"Tidak akan masuk surga orang yang dihatinya ada sebesar dzarrah (biji sawi) dari sifat sombong."
Al-Qur'an melukiskan sifat iblis dengan "....ia enggan dan takabur, dan adalah ia termasuk golongan orang-orang kafir" (QS 2: 34)
Pada kasus Adam, dorongan hawa nafsu yang dimilikinya membuat ia "tergelincir" namun ketika ia sadar akibat buruk perbuatannya, ia langsung memohon ampunan Allah. Ini menunjukkan hawa nafsu manusia bisa cepat dipadamkan dan manusia tak segan meminta maaf kepada Allah.
Kesombongan rupanya jauh lebih berbahaya daripada godaan hawa nafsu. Kesombongan sulit dilenyapkan. Efek sombong membuat Allah murka. Kesombongan membuat kita enggan mengakui kesalahan kita. Alih-alih menyadari kekeliruan yang kita perbuat, kita malah sibuk mencari pembenaran rasional atas kesalahan kita. Na’udzubillah....
Tengoklah diri kita. Ketika kita tidak melakukan perintah Allah, dan melanggar larangan-Nya, apakah itu kita lakukan karena kita sombong? Moga-moga tidak!
Tengok diri kita sekali lagi, apakah kita sering menganggap diri kita lebih spesial dibanding orang lain? Apakah kita sering merasa lebih paham tentang Islam dibanding saudara-saudara kita? Apakah kita merasa harus mendapat “hak khusus” ketika melanggar suatu aturan ?
Apakah kita sudah merasa bakal masuk surga dan menganggap orang lain bakal masuk neraka? Apa dorongan hati kita ketika kita tebar tuduhan sesat, bid’ah, atau kafir kepada saudara-saudara kita se-Islam, yang kebetulan berbeda pemahaman keislamannya dengan kita?
Buka cermin hati kita. Ketika kita hamburkan emosi kita menanggapi pendapat orang lain yang berbeda dengan kita, apakah itu didorong oleh perasaaan bahwa lawan diskusi kita tidak mengerti tentang topik diskusi sehingga hanya kitalah yang paham akan topik tersebut. Kitalah yang selalu benar; dan yang lain cenderung selalu salah. Jika ini yang ada di hati, maka berhati-hatilah karena kita sudah ‘diperbudak’ oleh kesombongan kita.
Ketika kita kecam pendapat ulama yang kebetulan berbeda dengan kita, apakah itu karena kita merasa lebih tahu dari ulama itu? Ketika hati kita menjerit, “Aku lebih objektif karena aku jauh dari istana, sedangkan ulama itu menjual ayat ilahi karena sering sowan ke istana,” ingatlah kisah iblis ketika dia berkata, “Aku dicipta dari api karena itu aku lebih tinggi dari Adam yang dicipta dari tanah!” Padahal disisi Allah, ketakwaan adalah ukuran-Nya; bukan soal tanah-api, tidak juga soal istana atau gubuk.
Ketika kita berhasil menumbangkan sebuah rejim, apakah kita berhak menepuk dada atas usaha kita dan menganggap orang lain sebagai oportunis dan pahlawan kesiangan? Moga-moga tidak! Namun, apakah kita merasa lebih “Islami” dengan pihak lain hanya karena kita atau partai kita memuat simbol keislaman, sementara yang lain konon hanya menekankan pada ³substansi² semata; bukan ‘simbol’? Pada akhirnya, apakah kita tolak perintah Allah untuk menjaga ukhuwah dan saling berkasih sayang dengan saudara kita hanya karena ‘baju’ kita berbeda?
Kubur rasa sombong, pendam nafsu kita dan jangan tolak perintah Allah! Jadilah Adam, yang merintih memohon ampunan Ilahi; jangan jadi Iblis yang takabur dan sombong!
paulusjancok- BLUE MEMBERS
-
Number of posts : 809
Age : 36
Humor : Yesus nggak pake sempak...hanya orang GOBLOK yang menyembahnya
Reputation : 1
Points : 6486
Registration date : 2011-08-12
dosa iblis cuman satu, sombong
paulusjancok wrote:Apa dosa iblis sampai ia dikutuk Allah dan dilarang masuk surga? Kita tahu jawabannya: iblis menolak perintah Allah untuk bersujud kepada Adam. Apa dosa Adam sehingga ia diusir dari surga? Kita tahu jawabannya: Adam melanggar larangan Allah untuk tidak memakan buah khuldi.
Yang mengherankan kita adalah kenapa nasib Adam berbeda dengan nasib iblis? Bukankah keduanya berbuat dosa? Namun mengapa pada kasus Adam, Allah berkenan memaafkan Adam sedangkan pada kasus iblis, Allah melaknat iblis?
Ibn Qayyim al-Jauziyah dalam "al-Fawaid" mencoba menghilangkan rasa heran kita. Bagi murid Ibn Taimiyah ini, terdapat perbedaan filosofi antara "menolak perintah Allah" dengan "melanggar larangan Allah". Iblis menolak perintah Allah karena kesombongan dirinya yang merasa lebih unggul dari Adam. Sedangkan Adam melanggar larangan Allah karena dorongan nafsu.
Kesombongan berakibat fatal. Hadis Nabi mengatakan,
"Tidak akan masuk surga orang yang dihatinya ada sebesar dzarrah (biji sawi) dari sifat sombong."
Al-Qur'an melukiskan sifat iblis dengan "....ia enggan dan takabur, dan adalah ia termasuk golongan orang-orang kafir" (QS 2: 34)
Pada kasus Adam, dorongan hawa nafsu yang dimilikinya membuat ia "tergelincir" namun ketika ia sadar akibat buruk perbuatannya, ia langsung memohon ampunan Allah. Ini menunjukkan hawa nafsu manusia bisa cepat dipadamkan dan manusia tak segan meminta maaf kepada Allah.
Kesombongan rupanya jauh lebih berbahaya daripada godaan hawa nafsu. Kesombongan sulit dilenyapkan. Efek sombong membuat Allah murka. Kesombongan membuat kita enggan mengakui kesalahan kita. Alih-alih menyadari kekeliruan yang kita perbuat, kita malah sibuk mencari pembenaran rasional atas kesalahan kita. Na’udzubillah....
Tengoklah diri kita. Ketika kita tidak melakukan perintah Allah, dan melanggar larangan-Nya, apakah itu kita lakukan karena kita sombong? Moga-moga tidak!
Tengok diri kita sekali lagi, apakah kita sering menganggap diri kita lebih spesial dibanding orang lain? Apakah kita sering merasa lebih paham tentang Islam dibanding saudara-saudara kita? Apakah kita merasa harus mendapat “hak khusus” ketika melanggar suatu aturan ?
Apakah kita sudah merasa bakal masuk surga dan menganggap orang lain bakal masuk neraka? Apa dorongan hati kita ketika kita tebar tuduhan sesat, bid’ah, atau kafir kepada saudara-saudara kita se-Islam, yang kebetulan berbeda pemahaman keislamannya dengan kita?
Buka cermin hati kita. Ketika kita hamburkan emosi kita menanggapi pendapat orang lain yang berbeda dengan kita, apakah itu didorong oleh perasaaan bahwa lawan diskusi kita tidak mengerti tentang topik diskusi sehingga hanya kitalah yang paham akan topik tersebut. Kitalah yang selalu benar; dan yang lain cenderung selalu salah. Jika ini yang ada di hati, maka berhati-hatilah karena kita sudah ‘diperbudak’ oleh kesombongan kita.
Ketika kita kecam pendapat ulama yang kebetulan berbeda dengan kita, apakah itu karena kita merasa lebih tahu dari ulama itu? Ketika hati kita menjerit, “Aku lebih objektif karena aku jauh dari istana, sedangkan ulama itu menjual ayat ilahi karena sering sowan ke istana,” ingatlah kisah iblis ketika dia berkata, “Aku dicipta dari api karena itu aku lebih tinggi dari Adam yang dicipta dari tanah!” Padahal disisi Allah, ketakwaan adalah ukuran-Nya; bukan soal tanah-api, tidak juga soal istana atau gubuk.
Ketika kita berhasil menumbangkan sebuah rejim, apakah kita berhak menepuk dada atas usaha kita dan menganggap orang lain sebagai oportunis dan pahlawan kesiangan? Moga-moga tidak! Namun, apakah kita merasa lebih “Islami” dengan pihak lain hanya karena kita atau partai kita memuat simbol keislaman, sementara yang lain konon hanya menekankan pada ³substansi² semata; bukan ‘simbol’? Pada akhirnya, apakah kita tolak perintah Allah untuk menjaga ukhuwah dan saling berkasih sayang dengan saudara kita hanya karena ‘baju’ kita berbeda?
Kubur rasa sombong, pendam nafsu kita dan jangan tolak perintah Allah! Jadilah Adam, yang merintih memohon ampunan Ilahi; jangan jadi Iblis yang takabur dan sombong!
MEMANG BENAARRR!!!! DOSA IBLIS CUMA SATU: SOMBONG!!! DAN INI JUGA YANG DIAJARKAN MUHAMMAD: KESOMBONGAN YANG MEMBUATNYA BERANGGAPAN BAHWA IA MAMPU UNTUK MENDAPATKAN KESELAMATAN MELALUI AMAL IBADAH PADAHAL ALLAH TIDAK BUTUH AMAL IBADAH KITA; ALLAH PERLU KETAATAN; KERENDAHAN HATI DAN PENGAKUAN KITA BAHWA DIA ADALAH ALLAH YANG SEDEMIKIAN BESAR KASIHNYA SEHINGGA IA MAU DATANG KE DUNIA UNTUK MENYELAMATKAN UMATNYA YANG BERDOSA; JUST AS SIMPLE AS THAT!!!!
barabasmurtad77- BLUE MEMBERS
- Number of posts : 625
Reputation : 0
Points : 5214
Registration date : 2011-11-01
Similar topics
» Salah Satu Fakta kenapa allah swt adalah IBLIS
» YUDAS ISKARIOT DAN IBLIS ADALAH PAHLAWAN BAGI PENEBUSAN DOSA UMMAT KRISTEN
» JIKA ALL0H YANG MENYESATKAN KAFIR, LALU SIAPAKAH YANG DISESATKAN IBLIS? ATAU ALLOH ITU SENDIRI ADALAH IBLIS?IBLIS?
» YUDAS ISKARIOT DAN IBLIS ADALAH PAHLAWAN BAGI PENEBUSAN DOSA UMMAT KRISTEN
» JIKA ALL0H YANG MENYESATKAN KAFIR, LALU SIAPAKAH YANG DISESATKAN IBLIS? ATAU ALLOH ITU SENDIRI ADALAH IBLIS?IBLIS?
Page 1 of 1
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum
Fri 02 Feb 2024, 5:21 pm by buncis hitam
» kenapa muhammad suka makan babi????
Wed 31 Jan 2024, 1:04 am by naufal
» NYATA & FAKTA : TERNYATA YESUS PILIH MENGAULI KELEDAI DARIPADA WANITA!!! (sebuah penghinaan OLEH PAULUS)
Fri 12 Jan 2024, 9:39 pm by Uwizuya
» SORGA ISLAM RUMAH PELACUR ALLOH SWT...........
Tue 02 Jan 2024, 12:48 am by Pajar
» Moon Split or Islamic Hoax?
Wed 13 Dec 2023, 3:34 pm by admin
» In Islam a Woman Must be Submissive and Serve her Husband
Wed 13 Dec 2023, 3:32 pm by admin
» Who Taught Allah Math?
Wed 13 Dec 2023, 3:31 pm by admin
» BISNIS GEREJA YUUUKZ....LUMAYAN LOH UNTUNGNYA....
Wed 05 Jul 2023, 1:57 pm by buncis hitam
» ISLAM: Palsu, Maut, Tak Akan Tobat, Amburadul
Sun 07 May 2023, 9:50 am by MANTAN KADRUN