MURTADIN_KAFIRUN
WELCOME

Join the forum, it's quick and easy

MURTADIN_KAFIRUN
WELCOME
MURTADIN_KAFIRUN
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Latest topics
» Yeremia 23 & Ulangan 13 mengisyaratkan Muhammad nabi palsu
PERSAMAAN ANTARA NABI MUHAMMAD DENGAN "MAITREYA" !!! EmptyFri 02 Feb 2024, 5:21 pm by buncis hitam

» kenapa muhammad suka makan babi????
PERSAMAAN ANTARA NABI MUHAMMAD DENGAN "MAITREYA" !!! EmptyWed 31 Jan 2024, 1:04 am by naufal

» NYATA & FAKTA : TERNYATA YESUS PILIH MENGAULI KELEDAI DARIPADA WANITA!!! (sebuah penghinaan OLEH PAULUS)
PERSAMAAN ANTARA NABI MUHAMMAD DENGAN "MAITREYA" !!! EmptyFri 12 Jan 2024, 9:39 pm by Uwizuya

» SORGA ISLAM RUMAH PELACUR ALLOH SWT...........
PERSAMAAN ANTARA NABI MUHAMMAD DENGAN "MAITREYA" !!! EmptyTue 02 Jan 2024, 12:48 am by Pajar

» Moon Split or Islamic Hoax?
PERSAMAAN ANTARA NABI MUHAMMAD DENGAN "MAITREYA" !!! EmptyWed 13 Dec 2023, 3:34 pm by admin

» In Islam a Woman Must be Submissive and Serve her Husband
PERSAMAAN ANTARA NABI MUHAMMAD DENGAN "MAITREYA" !!! EmptyWed 13 Dec 2023, 3:32 pm by admin

» Who Taught Allah Math?
PERSAMAAN ANTARA NABI MUHAMMAD DENGAN "MAITREYA" !!! EmptyWed 13 Dec 2023, 3:31 pm by admin

» BISNIS GEREJA YUUUKZ....LUMAYAN LOH UNTUNGNYA....
PERSAMAAN ANTARA NABI MUHAMMAD DENGAN "MAITREYA" !!! EmptyWed 05 Jul 2023, 1:57 pm by buncis hitam

» ISLAM: Palsu, Maut, Tak Akan Tobat, Amburadul
PERSAMAAN ANTARA NABI MUHAMMAD DENGAN "MAITREYA" !!! EmptySun 07 May 2023, 9:50 am by MANTAN KADRUN

Gallery


PERSAMAAN ANTARA NABI MUHAMMAD DENGAN "MAITREYA" !!! Empty
MILIS MURTADIN_KAFIRUN
MURTADIN KAFIRUNexMUSLIM INDONESIA BERJAYA12 Oktober Hari Murtad Dari Islam Sedunia

Kami tidak memfitnah, tetapi menyatakan fakta kebenaran yang selama ini selalu ditutupi oleh muslim untuk menyembunyikan kebejatan nabinya

Menyongsong Punahnya Islam

Wadah syiar Islam terlengkap & terpercaya, mari sebarkan selebaran artikel yang sesungguhnya tentang si Pelacur Alloh Swt dan Muhammad bin Abdullah yang MAHA TERKUTUK itu ke dunia nyata!!!!
 

Kebrutalan dan keberingasan muslim di seantero dunia adalah bukti bahwa Islam agama setan (AJARAN JAHAT,BUAS,BIADAB,CABUL,DUSTA).  Tuhan (KEBENARAN) tidak perlu dibela, tetapi setan (KEJAHATAN) perlu mendapat pembelaan manusia agar dustanya terus bertahan

Subscribe to MURTADIN_KAFIRUN

Powered by us.groups.yahoo.com

Who is online?
In total there are 107 users online :: 0 Registered, 0 Hidden and 107 Guests :: 1 Bot

None

[ View the whole list ]


Most users ever online was 354 on Wed 26 May 2010, 4:49 pm
RSS feeds


Yahoo! 
MSN 
AOL 
Netvibes 
Bloglines 


Social bookmarking

Social bookmarking reddit      

Bookmark and share the address of MURTADINKAFIRUN on your social bookmarking website

Bookmark and share the address of MURTADIN_KAFIRUN on your social bookmarking website


PERSAMAAN ANTARA NABI MUHAMMAD DENGAN "MAITREYA" !!!

2 posters

Go down

PERSAMAAN ANTARA NABI MUHAMMAD DENGAN "MAITREYA" !!! Empty PERSAMAAN ANTARA NABI MUHAMMAD DENGAN "MAITREYA" !!!

Post by ustad Wed 28 Jan 2009, 1:52 pm

PERSAMAAN ANTARA NABI MUHAMMAD DENGAN "MAITREYA" !!!

Dalam kitab agama Budha yaitu INJIL BUDHA, Gautama Budha berkata: "Wahai Nanda, aku bukanlah Budha yang pertama di dunia, bukan pula yang terakhir. Pada suatu masa, akan lahir seorang Budha di dunia ini yang akan memberikan ajaran tentang kebenaran dan kebatilan....Dia akan menjadi pemimpin dan penuntun seluruh umat manusia....namanya ialah MAITREYA." (INJIL BUDHA, Carus, hal. 217). "Maitrea" artinya "yang penyayang", demikian juga dengan Muhammad, beliau mendapat gelar "Rahmatan lil 'Alamin" yang artinya "yang penyayang untuk alam semesta" (AL-QURAN SURAT AL-ANBIYA':107). Sedangkan Yesus bukanlah Maitreya, karena Yesus datang bukan untuk alam semesta melainkan hanya untuk umat Israel (MATIUS 15:24: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel" dan dalam MATIUS 10:5-6 Yesus berpesan kepada 12 orang muridnya: "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria; melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel").

ustad
MUSLIM
MUSLIM

Male
Number of posts : 91
Age : 71
Reputation : 4
Points : 5631
Registration date : 2009-01-25

Back to top Go down

PERSAMAAN ANTARA NABI MUHAMMAD DENGAN "MAITREYA" !!! Empty Muhammad bukanlah Maitreya, part 1

Post by miau_chang Wed 28 Jan 2009, 2:54 pm

Klaim bahwa
Muhammad adalah Maitreya didasarkan pada beberapa kesamaan antara
ramalan Buddha Gautama dengan kehidupan Muhammad. Tetapi klaim ini
kebanyakan hanya mengada-ada dan menghubung-hubungkan dengan tidak
logis. Bahkan klaim ini tidak mempedulikan aspek-aspek dari ramalan
Buddha Gautama yang dengan jelas menyebutkan kapan dan dalam kondisi
seperti apa seperti apa keadaan Buddha Maitreya muncul. Selain itu,
ketidaksesuaian ajaran antara Buddha Gautama dengan ajaran Muhammad
dalam hal-hal yang mendasar patut dipertanyakan karena seharusnya
ajaran Buddha dari masa ke masa adalah sama.


Tulisan ini
bukan bertujuan untuk menjelek-jelekkan agama lain, tetapi untuk
memberi penjelasan berdasarkan kitab-kitab suci Buddhis kenapa Muhammad
tidak mungkin adalah Maitreya. Fokus tulisan ini karena itu adalah
perbedaan fakta sejarah kehidupan Muhammad dengan ramalan Buddha
Gautama dan perbedaan ajaran antara Islam dan Buddhisme yang sangat
mendasar.




A. Ketidakcocokan dengan ramalan

  1. Buddha Maitreya akan datang setelah ajaran Buddha Gautama dilupakan




Suatu hari
ketika Buddha Gotama tinggal di hutan Banyan di Kapilavastu, Bhikkhu
Sariputta mendekati beliau dan mengajukan pertanyaan kepada Buddha
tentang Buddha yang akan datang. Dia berkata:


"Pahlawan yang akan mengikuti Anda sebagai Buddha, seperti apakah Dia?

Berdasarkan catatan semata, aku tidak dapat memahami. Nyatakanlah kepadaku, Yang Mahatahu."



Buddha kemudian menyatakan :

"… siklus Kami adalah siklus yang bahagia.

Ketiga pemimpin Buddha sudah pernah hidup

Pemimpin Buddha Kakusandha, Konagamana dan Kassapa

Buddha sekarang adalah Aku

Namun setelah Aku, Maitreya akan datang

Sementara siklus yang bahagia ini masih berlangsung…"

(Anagata-vamsa, Chronicles of Future Buddhas)



"Setelah kepergianku, lebih dahulu akan ada kemerosotan dan pelenyapan ajaranKu. Ini akan terjadi dalam 5 tahap:



  1. Lenyapnya pencapaian. Ketika tidak ada lagi bhikkhu yang mencapai tingkat kesucian
  2. Lenyapnya metode. Ketika
    tidak ada lagi Bhikkhu yang menjalankan peraturan para Bhikkhu yang
    berjumlah 227. Jumlah peraturan yang diikuti akhirnya hanya akan ada 4
    (4 parajika, peraturan yang paling dasar) dan setelah tidak ada bhikkhu
    yang menjalankan 4 parajika, metode lenyap.

  3. Lenyapnya ajaran. Ketika Tripitaka lenyap dari dunia dan manusia tidak mampu mengingat 4 baris syair Dharma:


Jangan berbuat jahat

Sempurnakan kebajikan

Sucikan hati dan pikiran

Itulah ajaran para Buddha

  1. Lenyapnya simbol-simbol. Ketika
    Bhikkhu-bhikkhu merosot cara hidupnya, menanggalkan jubah dan memakai
    carikan kain kuning. Mereka akan berdagang dan menikah. Ketika mereka
    membuang carikan kain kuning dan mulai melakukan pembunuhan terhadap
    binatang, simbol telah lenyap.

  2. Lenyapnya relik-relik. Setelah
    5000 tahun, relik-relik Buddha akan gagal mendapatkan penghormatan yang
    semestinya. Relik-relik tersebut tidak akan dihormati dimanapun.
    Relik-relik itu akan terbakar dengan sendirinya tanpa meninggalkan sisa
    setelah melakukan keajaiban-keajaiban yang disaksikan oleh para dewa.





Yang dapat dilihat secara jelas adalah bahwa saat ini Para
anggota sangha, para bhikkhu masih memakai jubah dan menjalankan
peraturan-peraturan kebhikkhuan secara lengkap, ajaran Buddha dalam
tripitaka masih lengkap, dan relik-relik Buddha masih dihormati di
banyak tempat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa masa kedatangan Buddha
Maitreya masih sangat lama.


Siapapun yang mengklaim dirinya atau orang lain sebagai Maitreya pada saat ini jelas tidak dapat dipercaya. Muhammad lahir pada tahun 570 Masehi, sekitar 1000 tahun setelah Buddha Gautama. Sedangkan Ajaran Buddha baru akan hilang 5000 tahun setelah Buddha.





  1. Buddha Maitreya akan datang setelah masa kegelapan berlalu


Menurut
Cakkavati Sihanada Sutta, disebutkan bahwa setelah Ajaran Buddha hilang
dari dunia, akan terjadi masa kegelapan dimana umur manusia semakin
berkurang karena moral manusia menurun:


"Para
bhikkhu, demikianlah, karena dana-dana tidak diberikan kepada
orang-orang miskin maka kemelaratan meluas... mencuri... kekerasan...
pembunuhan... berdusta... memfitnah... perzinahan... kata-kata kasar
dan membual... iri hati dan dendam ... pandangan sesat... berzinah
dengan saudara sendiri, keserakahan dan pemuasan nafsu... hingga kurang
berbakti kepada orang tua, kurang hormat kepada para samana dan pertapa
dan kurang patuh kepada pemimpin masyarakat berkembang dan meluas.
Karena hal-hal ini berkembang dan meluas maka batas usia kehidupan dan
kecantikan manusia berkurang, sehingga batas usia kehidupan manusia
pada masa itu adalah 250 tahun, akan tetapi batas usia kehidupan
anak-anak mereka hanya 100 tahun.


Para
bhikkhu, akan tiba suatu masa ketika keturunan dari manusia itu akan
mempunyai batas usia kehidupan hanya 10 tahun. Di antara orang-orang
yang batas usia kehidupan mereka 10 tahun, umur lima tahun bagi wanita
merupakan usia perkawinan. Pada masa kehidupan orang-orang ini, makanan
seperti dadi susu (ghee), mentega, minyak tila, gula dan garam akan
lenyap. Bagi mereka ini, biji-bijian kudrusa akan merupakan makanan
yang terbaik. Seperti pada masa sekarang, nasi dan kari merupakan
makanan yang terbaik, begitu pula biji-bijian kudrusa bagi mereka. Pada
masa orang-orang itu, sepuluh macam cara melakukan perbuatan baik akan
hilang, sedangkan sepuluh macam cara melakukan perbuatan jahat akan
berkembang dengan cepat, di antara mereka tidak ada lagi kata-kata yang
menyebut tentang perbuatan baik -- Siapa yang akan melakukan perbuatan
baik? Di antara mereka tidak ada lagi rasa berbakti kepada orang tua,
tidak ada lagi rasa menghormat kepada para samana dan pertapa serta
tidak ada lagi kepatuhan kepada para pemimpin masyarakat.
Kalau
seperti sekarang orang-orang masih berbakti kepada orang tua,
menghormat kepada para samana dan pertapa serta patuh kepada para
pemimpin, namun pada masa orang-orang... yang batas usia kehidupan
mereka hanya 10 tahun, rasa berbakti, hormat dan patuh tidak ada lagi.


Para
bhikku, di antara orang-orang yang batas usia kehidupan mereka 10 tahun
tidak akan ada lagi (pikiran yang membatasi untuk kawin dengan) ibu,
bibi dari pihak ibu, bibi dari pihak ayah, bibi dari pihak ayah yang
merupakan istri dari kakak ayah atau istri guru. Dunia akan diisi oleh
cara bersetubuh dengan siapa saja, bagaikan kambing, domba, burung,
babi, anjing dan srigala.
Di antara orang-orang ini saling
bermusuhan yang kuat akan menjadi hukum, perasaaan yang benci yang
hebat, dendam yang kuat serta keinginan membunuh dari ibu terhadap
anaknya, anak terhadap ibunya, ayah terhadap anaknya, anak terhadap
ayahnya, kakak terhadap adiknya, adik terhadap kakaknya dan
seterusnya... Hal ini terjadi bagaikan pikiran dari para olahragawan
yang menghadiri pertandingan, begitulah pikiran mereka.


Para
bhikku, bagi orang-orang yang batas kehidupan mereka 10 tahun itu akan
muncul suatu masa, yaitu munculnya pedang selama seminggu. Selama masa
ini mereka akan melihat individu lain sebagai binatang liar: pedang
tajam akan nampak selalu tersedia di tangan mereka dan mereka berpikir:
'Individu ini adalah binatang liar.' Dengan pedang mereka saling
membunuh.
Sementara itu ada orang-orang tertentu yang berpikir:
'Sebaiknya kita jangan membunuh atau kita tidak membiarkan orang lain
membunuh kita. Marilah kita menyembunyikan diri ke dalam belukar, ke
dalam hutan, ke cekungan di tepi sungai, ke dalam gua gunung dan kita
hidup dengan akar-akaran atau buah-buahan di hutan.' Mereka akan
melaksanakan hal ini selama seminggu. Pada hari ke tujuh mereka keluar
dari belukar, hutan, cekungan dan gua, mereka akan saling berangkulan
dan akan saling membantu, dengan berkata: 'O, kami masih hidup! Senang
sekali melihat anda masih hidup!'
Para bhikkhu, pada
orang-orang itu akan muncul keinginan-keinginan sebagai berikut :
'Karena kita melakukan cara-cara yang jahat, maka kita kehilangan
banyak sanak saudara.
Marilah
kita berbuat kebajikan-kebajikan. Sekarang, kebajikan apakah yang dapat
kita lakukan? Marilah kita berusaha untuk tidak melakukan pembunuhan.
Itu merupakan perbuatan baik yang dapat kita lakukan.'
Mereka akan berusaha untuk tidak membunuh, hal yang baik ini mereka laksanakan terus. Karena
melaksanakan kebajikan ini maka akibatnya batas usia kehidupan dan
kecantikan mereka bertambah. Bagi mereka yang batas usia hanya 10
tahun, akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak mereka mencapai 20
tahun.


Para
bhikkhu, hal-hal seperti ini akan terjadi pada orang-orang yang batas
usia kehidupan mereka 20 tahun: 'Sekarang, karena kita mengikuti dan
melaksanakan kebajikan maka batas usia kehidupan dan kecantikan kita
bertambah. Marilah kita meningkatkan kebajikan kita. Marilah kita
berusaha untuk tidak mengambil apa yang tidak diberikan, kita berusaha
untuk tidak berzinah, kita berusaha untuk tidak berdusta, kita berusaha
untuk tidak memfitnah, kita berusaha untuk tidak mengucapkan kata-kata
kasar, kita berusaha untuk tidak membual, kita berusaha untuk tidak
serakah, kita berusaha untuk tidak membenci, kita berusaha untuk tidak
berpandangan sesat, kita berusaha untuk tidak melakukan tiga hal
berikut, yaitu: tidak bersetubuh dengan keluarga sendiri, tidak tamak
dan tidak memuaskan nafsu. Marilah kita berbakti kepada orang tua kita,
kita menghormati para samana dan pertapa serta kita patuh kepada
pemimpin masyarakat. Marilah kita selalu melaksanakan
kebajikan-kebajikan ini.'
Demikianlah mereka akan selalu
melaksanakan kebajikan: tidak mengambil apa yang tidak diberikan...
berbakti kepada ke dua orang tua, menghormat para samana dan pertapa
serta patuh kepada pemimpin masyarakat. Karena mereka melaksanakan
kebajikan-kebajikan itu, maka batas usia kehidupan anak-anak dan
kecantikan manusia bertambah, sehingga mereka yang batas usia kehidupan
hanya 20 tahun, akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak mereka
mencapai 40 tahun. Selanjutnya, bagi mereka yang batas usia kehidupan
hanya 40 tahun, akan tetapi batas usia kehidupan anak-anak mereka
mencapai 80 tahun; .... anak-anak mereka mencapai 160 tahun;...
anak-anak mereka mencapai 320 tahun;... anak-anak mereka mencapai 640
tahun;... anak-anak mereka mencapai 2.000 tahun;... anak-anak mereka
mencapai 4.000 tahun;... anak-anak mereka mencapai 8.000 tahun;...
anak-anak mereka mencapai 20.000 tahun; anak-anak mereka mencapai
40.000 tahun; dan mereka yang pada masa itu hanya berbatas usia
kehidupan 40.000 tahun, akan tetapi anak-anak mereka akan mencapai
batas usia kehidupan 80.000 tahun."




Jadi
sebelum Budha Maitreya datang, akan ada masa kegelapan dimana usia
manusia sangat rendah, ketidakbajikan merajalela, incest tidak
dilarang, dan terjadi pemusnahan besar manusia karena mereka saling
membunuh.

Karena masa kegelapan ini belum datang, maka jelas bahwa kedatangan Buddha Maitreya masih sangat jauh.
miau_chang
miau_chang
KAFIRUN
KAFIRUN

Number of posts : 52
Reputation : 0
Points : 5589
Registration date : 2009-01-28

Back to top Go down

PERSAMAAN ANTARA NABI MUHAMMAD DENGAN "MAITREYA" !!! Empty Re: PERSAMAAN ANTARA NABI MUHAMMAD DENGAN "MAITREYA" !!!

Post by miau_chang Wed 28 Jan 2009, 2:55 pm


  1. Buddha Maitreya akan datang dalam masa kemakmuran


"Para
bhikkhu, di antara orang-orang yang batas usia kehidupan mereka 80.000,
maka usia perkawinan bagi wanita adalah pada usia 500 tahun. Pada masa
orang-orang ini hanya akan ada tiga macam penyakit -- keinginan, lupa
makan dan ketuaan. Pada masa kehidupan orang-orang ini Jambudipa akan
makmur dan jaya, desa-desa, kampung-kampung, kota-kota dan kota-kota
kerajaan akan berdekatan satu dengan yang lain sehingga ayam jantan
dapat terbang dari satu kota ke kota yang lain. Pada masa kehidupan
orang-orang ini, Jambudipa -- bagaikan avici -- akan penuh dengan
penduduk bagaikan hutan yang dipenuhi semak belukar. Pada masa
kehidupan orang-orang ini, kota Baranasi yang kita kenal sekarang akan
bernama Ketumati yang merupakan kota kerajaan yang besar dan makmur,
berpenduduk banyak dan padat serta berpangan cukup. Pada masa kehidupan
orang-orang ini, di Jambudipa akan terdapat 84.000 kota dengan Ketumati
sebagai ibu kota.


Para
bhikkhu, pada masa kehidupan orang-orang ini di Ketumati, ibu kota
kerajaan, akan muncul seorang raja Cakkavatti bernama Sankha, yang
jujur, memerintah berdasarkan kebenaran, penguasa empat penjuru dunia,
penakluk, pelindung rakyatnya dan pemilik tujuh macam permata, yaitu:
cakka, gajah, kuda, permata, wanita (istri), kepala rumah tangga dan
panglima perang. Ia akan memiliki keturunan lebih dari 1000 orang yang
merupakan ksatriya-ksatriya digjaya, penakluk musuh-musuh. Ia akan
menguasai dunia sampai ke batas lautan, tetapi ia menguasai dunia ini
bukan dengan kekerasan atau dengan pedang melainkan dengan kebenaran.


Para
bhikkhu, pada masa kehidupan orang-orang ini, di dalam dunia akan
muncul seorang Bhagava Arahat Sammasambuddha bernama Metteyya
(Maitreya), yang sempurna dalam pengetahuan dan pelaksanaannya,
sempurna menempuh jalan, pengenal segenap alam, pembimbing manusia yang
tiada taranya, yang sadar serta yang patut dimuliakan, yang sama
seperti saya sekarang. Ia, dengan dirinya sendiri akan mengetahui
dengan sempurna dan melihat dengan jelas alam semesta bersama alam-alam
kehidupan para dewa, brahma, mara, serta para samana, para pertapa,
para pangeran dan orang-orang lainnya, seperti apa yang saya tahu
dengan sempurna dan lihat dengan jelas sekarang. Dhamma kebenaran yang
indah pada permulaan, indah pada pertengahan dan indah pada akhir akan
dibabarkan dalam kata-kata dan semangat, kehidupan suci akan dibina dan
dipaparkan dengan sempurna dengan penuh kesucian, seperti yang saya
lakukan sekarang. Ia akan diikuti oleh beberapa ribu bhikkhu sangha,
seperti saya sekarang ini yang diikuti oleh beberapa ratus bhikkhu
sangha."


Bisa dilihat bahwa pada saat ini,

- Tidak ada raja yang sangat berkuasa bernama Sankha yang memerintah dengan adil. Di zaman Nabi Muhammad juga tidak ada raja seperti itu

- Usia manusia belum mencapai 80.000 tahun

- Kehidupan
manusia belum semakmur seperti yang diceritakan dalam Cakkavati
Sihanada Sutta, dimana tidak ada perang dan kebanyakan penyakit hilang.


Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedatangan Buddha Maitreya tidak mungkin terjadi sekarang.

Apalagi umur Nabi Muhammad SAW tidak sampai 80.000 tahun. Padahal Buddha Gautama mengatakan:

"Usia Buddha Maitreya adalah 80.000 tahun. Berada di dunia, beliau akan membawa banyak orang menyebrang"



  1. Seorang Buddha mempunyai 32 tanda manusia besar.


Seorang
Buddha di masa lalu maupun masa yang akan datang akan memiliki
ciri-ciri fisik yang sama. Ciri-ciri ini berjumlah 32, dan terdapat
dalam kitab-kitab Veda agama Hindu sebagai Maha Purisa Lakkhana (Tanda-tanda manusia agung).
Buddha Gautama menjelaskan tentang hal ini dalam Lakkhana Sutta (Sutta Pitaka,Digha Nikaya):

"Para
bhikkhu, apakah 32 Maha Purisa Lakkhana yang menyebabkan hanya ada dua
kemungkinan cara hidupnya dan tidak ada yang lain, jika ia hidup
sebagai manusia biasa, maka ia akan menjadi raja dunia (cakkavati), ...
maka ia akan menjadi Arahat Samma Sambuddha; yaitu:


1. Telapak kaki rata (suppatitthita-pado). Ini merupakan satu lakkhana dari Maha Purissa.

2. Pada telapak kakinya terdapat cakra dengan seribu ruji, lingkaran dan pusat dalam bentuk sempurna.

3. Tumit yang bagus (ayatapanhi).

4. Jari-jari panjang (digha-anguli)

5. Tangan dan kaki yang lembut serta halus (mudutaluna).

6. Tangan dan kaki bagaikan jala (jala-hattha-pado).

7. Pergelangan kaki yang agak tinggi (ussankha-pado).

8. Kaki yang bagaikan kaki kijang (enijanghi)

9. Kedua tangan dapat menyentuh atau menggosok kedua lutut tanpa membungkukkan badan.

10. Kemaluan terbungkus selaput (kosohitavattha-guyho).

11. Kulitnya bagaikan perunggu berwarna emas (suvannavanno)

12. Kulitnya sangat lembut dan halus / sehingga tidak ada debu yang dapat melekat pada kulit

13. Pada setiap pori kulit ditumbuhi sehelai bulu roma.

14. Rambut yang tumbuh pada pori-pori berwarna biru-hitam.

15. Potongan tubuh yang agung (brahmuiu-gatta).

16. Tujuh tonjolan (sattussado), yaitu pada kedua tangan, kedua kaki, kedua bahu dan badan.

17. Dada bagaikan dada singa (sihapubbaddha kayo).

18. Pada kedua bahunya tak ada lekukan (citantaramso).

19. Tinggi badan sama dengan panjang rentangan kedua tangan, bagaikan pohon (beringin), Nigroda.

20. Dada yang sama lebarnya (samavattakkhandho).

21. Indera perasa sangat peka (rasaggasaggi).

22. Rahang bagaikan rahang singa (siha-banu).

23. Empat puluh buah gigi (cattarisa-danto).

24. Gigi-geligi rata (sama-danto).

25. Antara gigi-gigi tak ada celah (avivara-danto).

26. Gigi putih bersih (susukka-datho).

27. Lidah panjang (pahuta-jivha).

28. Suara bagaikan suara-brahma, seperti suara burung Karavika.

29. Mata biru (abhinila netto).

30. Bulu mata lentik, bagaikan bulu mata sapi (gopakhumo).

31. Di antara alis-alis mata tumbuh sehelai rambut halus, putih bagaikan kapas yang lembut.

32. Kepala bagaikan berserban (unhisasiso)."



Seseorang
yang ingin mengklaim bahwa dirinya adalah Buddha, harus mempunyai 32
tanda ini. Muhammad tidak pernah disebutkan memiliki tanda-tanda
tersebut. Kita memang tidak dapat membuktikan apakah Muhammad mempunyai
ciri-ciri tersebut karena tidak ada gambaran fisik tentang Muhammad
yang dilestarikan oleh umat Islam.
miau_chang
miau_chang
KAFIRUN
KAFIRUN

Number of posts : 52
Reputation : 0
Points : 5589
Registration date : 2009-01-28

Back to top Go down

PERSAMAAN ANTARA NABI MUHAMMAD DENGAN "MAITREYA" !!! Empty Re: PERSAMAAN ANTARA NABI MUHAMMAD DENGAN "MAITREYA" !!!

Post by miau_chang Wed 28 Jan 2009, 3:01 pm


  1. Proklamasi kedatangan Buddha Maitreya


Sebelum
Bodhisattva Maitreya lahir terakhir kalinya sebagai manusia, para dewa
dan Brahma akan mengumumkan kedatangannya 1000 tahun sebelumnya. Umat
manusia yang pada saat itu masa hidupnya berusia 80.000 tahun akan
hidup dalam penantian 1000 tahun lamanya sebelum Buddha Maitreya
benar-benar lahir.


(Seorang Calon Buddha disebut Bodhisattva sebelum mencapai pencerahan sempurna)

  1. Buddha Maitreya dilahirkan dan dibesarkan dalam beberapa kondisi


· Boddhisattva
akan menjadi anak dari Kepala Pendeta Kerajaan, yang bernama Subrahma,
dan ibunya akan bernama Brahmavati (disebutkan dalam Visudhi Magga Bab
XIII, 127)


· Beliau
akan dinamai Ajita, dan akan memiliki 32 tanda utama dan 80 tanda
tambahan yang biasa dimiliki oleh Raja Dunia dan Buddha (daftar 80
tanda minor ada dalam pendahuluan Dasabodhisattuppattikatha/ The Birth-stories of the Ten Bodhisattas)


· Kondisi kelahiran yang menakjubkan:

Ibunya melahirkan Beliau dalam keadaan berdiri dan di dalam hutan. Bodhisattva akan
dilahirkan di taman rusa Isipatana…Ia dilahirkan tanpa noda…Segera
setelah lahir beliau akan berjalan ke utara, memeriksa empat penjuru,
dan mengumumkan bahwa beliau adalah yang termulia di dunia…tujuh hari
setelah Bodhisattva dilahirkan, ibunya meninggal dan terlahir di alam
dewa Tusita.


· Beliau akan menjalani kehidupan sebagai perumah tangga selama 8000 tahun.

· Beliau akan mempunyai empat istana yang bernama Sirivaddha, Vaddhamana, Siddhattha, and Candaka. Ia akan mempunyai 100.000 gadis penari.

· Istrinya akan bernama Candamukhi (Dasavatthuppakarana) dan anaknya bernama Brahmavaddhana



Jelas sekali Muhammad tidak memenuhi semua ramalan di atas.

  • Muhammad tidak mungkin lahir di hutan. Di Arab tidak ada hutan
  • Muhammad tidak bernama Ajita. Ia bukan anak kepala pendeta kerajaan
  • Semua
    Buddha segera setelah lahir langsung dapat berjalan dan berbicara,
    sementara tidak ada catatan Muhammad melakukan hal yang sama.

  • Ibunya meninggal pada waktu Muhammad berusia 6 tahun, bukan 7 hari
  • Muhammad tidak punya istana dan gadis penari, nama istri dan anaknya juga beda.


Bandingkan dengan fakta historis Muhammad di bawah:
Ayahnya bernama Abdullah bin Abdul-Muththalib bin Hâsyim bin 'Abd al-Manâf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'b.[1]
Ibunya bernama Aminah binti Wahab bin 'Abd Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka'b.[1]

Istrinya bernama Khadijah (dan lain-lain) dan anaknya bernama Fatimah.



  1. Buddha Maitreya dan pengikutnya meninggalkan keduniawian




"He
will become averse to sensual pleasures. Not looking for the
unsurpassed, great happiness and bliss in seeking honour, he will go
forth."


(Anagata-vamsa)

"kehidupan suci akan dibina dan dipaparkan dengan sempurna dengan penuh kesucian, seperti yang saya lakukan sekarang"

(Cakkavati Sihanada Sutta)



Semua
Bodhisattva memutuskan untuk meninggalkan keduniawian setelah mereka
melihat empat tanda (orang tua, orang sakit, orang mati, dan seorang
pertapa), dan setelah mereka mendapatkan seorang putra. Cerita
Bodhisattva Ajita secara detil diceritakan dalam Dasabodhisatta- uddesa:


Pada
umur delapan ribu tahun, Bodhisattva akan mengendarai kereta yang mirip
istana dewa dan ketika beliau pergi ke taman istana, beliau akan
melihat empat tanda.
Beliau akan mengembangkan perasaan tidak puas pada dunia, dan melepaskan keduniawian.


Beliau
akan mencukur rambut dan memakai jubah kuning. Bodhisattva kemudian
akan pergi ke salah satu istananya. Diikuti oleh para pengikutnya (yang
mencontoh beliau meninggalkan keduniawian), beliau akan duduk di bawah
pohon Naga dan bermeditasi selama 7 hari sebelum mencapai pencerahan
sempurna.

Seperti
Buddha Gautama yang meninggalkan keduniawian, meninggalkan anak dan
istri dan menjadi pertapa, begitu pulalah yang dilakukan oleh Buddha
Maitreya.

Disini terlihat perbedaan yang sangat mencolok karena seperti yang kita tahu bahwa:
· Muhammad tidak meninggalkan keluarganya sewaktu mendapatkan wahyu pertama
· Muhammad tidak hidup selibat, ataupun memakai jubah pertapa, dll
· Muhammad malah kawin lagi, mengambil 9 istri (minimal) setelah kematian istri pertamanya.
· Muhammad mendapat wahyu di dalam gua, bukan di bawah pohon.
· Muhammad menjadi pemimpin politik dan menguasai daerah-daerah. Hal ini juga terus dilakukan oleh penerusnya, para kalifah.

Hal ini
sangatlah berbeda dengan ramalan Buddha Gautama yang mendeskripsikan
Maitreya sebagai penerusnya yang akan hidup dengan cara yang mirip dan
mengajarkan ajaran yang sama.

Satu dari teks awal yang menyebutkan Maitreya adalah teks Sansekerta, Maitreyavyakaraana (The Prophecy of Maitreya), yang menyatakan bahwa dewa, manusia, dan makhluk lain akan memuja Maitreya dan:
"akan
hilang rasa ragunya, dan arus nafsu keinginan mereka akan terpotong;
bebas dari penderitaan mereka akan menyebrang lautan kelahiran kembali;
dan, sebagai hasil dari ajaran Maitreya, mereka akan menjalani
kehidupan suci. Tak akan lagi mereka menganggap apapun sebagai milik
mereka, mereka tidak akan mempunyai kepemilikan, tak ada emas atau
perak, tak ada rumah, tak ada keluarga!
Tapi
mereka akan menjalankan kehidupan suci selibat di bawah petunjuk
Maitreya. Mereka akan merobek jaring nafsu, mereka akan dapat memasuki
samadhi, dan mereka akan mendapat banyak kebahagiaan karena mereka
menjalankan kehidupan suci di bawah bimbingan Maitreya.
(Trans. in Conze 1959:241)

http://id.wikipedia.org/wiki/maitreya

"He will become averse to sensual pleasures. Not looking for the
unsurpassed, great happiness and bliss in seeking honour, he will go
forth."

(Anagata-vamsa)

"kehidupan suci akan dibina dan dipaparkan dengan sempurna dengan penuh kesucian, seperti yang saya lakukan sekarang"
(Cakkavati Sihanada Sutta)

Pada umur delapan ribu tahun, Bodhisattva akan
mengendarai kereta yang mirip istana dewa dan ketika beliau pergi ke
taman istana, beliau akan melihat empat tanda. Beliau akan
mengembangkan perasaan tidak puas pada dunia, dan melepaskan
keduniawian.

Beliau akan mencukur rambut dan memakai jubah kuning. Bodhisattva
kemudian akan pergi ke salah satu istananya. Diikuti oleh para
pengikutnya (yang mencontoh beliau meninggalkan keduniawian), beliau
akan duduk di bawah pohon Naga dan bermeditasi selama 7 hari sebelum
mencapai pencerahan sempurna.

Dasabodhisatta- uddesa


At that time Maitreya Bodhisattva will observe
carefully the faults of the five desires of the world and the
sufferings of sentient beings sinking in the long flow, and He will
pity those who are in the vast cycle of life and death. Observing
suffering, emptiness, and impermanence with such insightful thoughts, He will not delight in family life, but will consider it as confining as a prison.
........
"After speaking this stanza, Maitreya Bodhisattva will renounce family life to
learn the Way and to sit under the bodhi tree of dragon flowers in the
sublime vajra maṇḍala. This tree will be 50 yojanas tall, with its
branches and leaves spreading all about, radiating great bright light.
Its branches will be like a jeweled dragon, spitting out hundreds of
jeweled flowers. Its flowers and leaves will be in the colors of the
seven treasures, and its fruits in various colors will be pleasing to
sentient beings. No tree in the heavens or the human world can compare.

"At that time Maitreya Bodhisattva, together with 84,000 Brahmins, will
go to this maṇḍala. To renounce family life and to learn the Way, He will shave off his own hair. He will renounce family life in the morning and,
in the evening of the same day, will subjugate the four kinds of māras
and attain anuttara-samyak-saṁbodhi. He will then speak in verse:

'Long thinking of the sufferings of sentient beings
And wanting to rescue them, I was unable to do so.
Today I have attained the bodhi.
Suddenly, obstructions are no more.
I have also verified that sentient beings are śūnyatā
And that the original nature and appearance are true reality.
My sorrows and sufferings nevermore,
My lovingkingness and compassion are unconditional.
For the sake of rescuing you all,
I have given to innumerable people
My kingdom, my head, my eyes,
My hands, my feet, and my wife.
Beginning today are my liberation
And the unsurpassed great silence and stillness.
I will expound them to you all
And widely open the Sweet Nectar Way.
Such a fruition of great reward
Is all born from great endurance in the six pāramitās,
Such as almsgiving, observing precepts, and developing wisdom.
It is acquired also from great lovingkindness and compassion
As well as from untainted virtues.'

Buddhavacana Maitreya Bodhisattva Sutra
(Sutra Tentang Maitreya Bodhisattva Mencapai Buddha)
miau_chang
miau_chang
KAFIRUN
KAFIRUN

Number of posts : 52
Reputation : 0
Points : 5589
Registration date : 2009-01-28

Back to top Go down

PERSAMAAN ANTARA NABI MUHAMMAD DENGAN "MAITREYA" !!! Empty Re: PERSAMAAN ANTARA NABI MUHAMMAD DENGAN "MAITREYA" !!!

Post by miau_chang Wed 28 Jan 2009, 3:02 pm

He will have a retinue of 84,000 persons, whom he will instruct in the mantras. With this retinue he will one day go forth into the homeless life.
A Dragon tree will then be the tree under which he will win
enlightenment; its branches rise up to fifty leagues, and its foliage
spreads far and wide over six Kos. Underneath it Maitreya, the best of
men, will attain enlightenment- there can be no doubt on that.

Maitreyavyakarana (the Prophecy of Maitreya)

Thereafter he will follow the life of a royal
prince. When the time comes for him to be educated, Maitreya will be
the foremost of four thousand and eighty students and when it is time
to marry, Maitreya will have many wives with whom he will live for many
years. Then a great religious festival of Brahmins will take place in
his kingdom. During this festival, Maitreya will demonstrate that he
has come to realise the impermanent nature of phenomena and, seeing
the examples of ascetic monks, will declare his renunciation of cyclic
existence and his intention to leave his royal surroundings and follow
the religious way of life.
This decision will so greatly shock those around him that the whole palace and all his wives will fly up into space.

Thereafter, having made his decison to abandon the royal way of life,
Maitreya will depart into the forest. All the celestial beings and
saints will rejoice at his resolve and will offer prayers for his
success, protecting and caring for him as he meditates. Following his
example, many of his wives and one thousand and forty members of his
retinue together with numerous city dwellers will follow after him in
great devotion and also take ordination as religious practitioners.

Kriyatantra of Maitreya
miau_chang
miau_chang
KAFIRUN
KAFIRUN

Number of posts : 52
Reputation : 0
Points : 5589
Registration date : 2009-01-28

Back to top Go down

PERSAMAAN ANTARA NABI MUHAMMAD DENGAN "MAITREYA" !!! Empty Re: PERSAMAAN ANTARA NABI MUHAMMAD DENGAN "MAITREYA" !!!

Post by miau_chang Wed 28 Jan 2009, 3:03 pm


  1. Buddha Maitreya datang pada saat keadaan dunia berubah

Kedatangan
Maitreya ditandai oleh beberapa kejadian fisik. Lautan diprediksi akan
berkurang ukurannya, yang membuat Maitreya dapat menyebrang secara
bebas.

Di dalam Buddhavacana Maitreya Bodhisattva Sutra disebutkan:

"O, Arya Sariputra! Pada saat Buddha baru tersebut dilahirkan di dunia Jambudvipa. Situasi dan kondisi dunia Jambudvipa ini jauh lebih baik daripada sekarang! Air
laut agak susut dan daratan bertambah. Diameter permukaan laut dari
keempat lautan masing-masing akan menyusut kira-kira 3000 yojana, Bumi
Jambudvipa dalam 10.000 yojana persegi, persis kaca dibuat dari permata
lazuardi dan permukaan buminya demikian rata dan bersih"




  1. Buddha Maitreya memiliki fisik yang berbeda dengan manusia masa kini.


Dikisahkan
bahwa karena kebajikan mereka, manusia di masa depan akan berkembang
tubuhnya. Badan mereka akan menjadi sangat besar. Badan manusia masa
sekarang kecil karena banyak melakukan ketidakbajikan.


Many
details are given about the physical appearance of Buddha Metteyya. He
will be eighty-eight cubits high. His chest will be twenty-five cubits
in diameter. There will be twenty-two cubits from the soles of his feet
to the knees, from the knees to the navel, from the navel to the collar
bone, and from the collar bone to the apex of his head. His arms will
be twenty-five cubits long. The collar bones will be five cubits. Each
finger will be four cubits. Each palm will be five cubits. The
circumference of the neck will be five cubits. Each lip will be five
cubits. The length of his tongue will be ten cubits. His elevated nose
will be seven cubits. Each eye socket will be seven cubits. The eyes
themselves will be five cubits. The Anagatavamsa says his eyelashes
will be thick, that the eyes will be broad and pure, not winking day or
night; and that with his physical eye, he will be able to see large and
small things all around for ten leagues without obstruction. The space
between the eyebrows will be five cubits.(126) The
eyebrows will be five cubits. Each ear will be seven cubits. The
circumference of his face will be twenty-five cubits. The spiral of the
protuberance on his head will be twenty-five cubits.



10. Maitreya bukanlah yang terakhir
Muslim percaya bahwa Muhammad adalah nabi terakhir bagi dunia. Hal
ini ditegaskan oleh Muhammad sendiri. Namun menurut Buddhis, Maitreya
bukanlah yang terakhir karena masih akan ada Buddha yang lain.

Uttamo Metteyyo Ramo Pasenadi Kosalo ca

Abhibhu Dighasoni ca Candani ca Subo Todeyyabrahmano

Nalagiri Palaleyyo bodhisatta anukkamena

Sambodhim labhanti anagate.



Buddha Gotama predicted as follows:



In the future (ten) Bodhisattas will attain full awakening in the following order:

the most honourable (Ariya) Metteyya,

(King) Rama, (King) Pasenadi of Kosala, (the Deva) Abhibhu, (the Asura Deva) Dighasoni, (the

Brahman) Candani, (the young man) Subha, the Brahman Todeyya, (the

elephant) Nalagiri, and (the elephant) Palaleya.
(Anagatavamsa, bait pertama)
miau_chang
miau_chang
KAFIRUN
KAFIRUN

Number of posts : 52
Reputation : 0
Points : 5589
Registration date : 2009-01-28

Back to top Go down

PERSAMAAN ANTARA NABI MUHAMMAD DENGAN "MAITREYA" !!! Empty part 2: ketidakcocokan ajaran

Post by miau_chang Wed 28 Jan 2009, 3:07 pm


  1. Ketidakcocokan ajaran




  1. Kelahiran kembali dan karma


Salah satu
perbedaan besar ajaran Buddha dan ajaran Muhammad adalah mengenai
masalah kelahiran kembali dan Karma. Buddha Gautama dengan sangat
spesifik menyatakan bahwa kelahiran kembali adalah pasti, dan lebih
jauh menceritakan banyak kelahiran-Nya yang terdahulu.


Catatan mengenai kelahiran terdahulu Siddharta Gautama ini terkumpul di banyak tempat di Tripitaka. Contohnya:

  1. Jataka (Theravada). Kitab yang menceritakan kisah 547 kelahiran Bodhisattva yang terdahulu.
  2. Jatakamala
    (Mahayana). Kitab Jataka versi Mahayana dengan cerita yang lebih
    sedikit tetapi lebih mudah dimengerti dan lebih menekankan aspirasi
    pencapaian KeBuddhaan.

  3. Sutra
    Tentang Yang Bijak dan Yang Dungu (Mahayana). Menceritakan banyak
    cerita kelahiran kembali dan hukum sebab akibat (karma) yang dialami
    oleh Bodhisattva maupun murid-murid Buddha pada kelahiran sebelumnya.



Semua kitab
di atas menceritakan kisah yang sama, yaitu bagaimana seorang
Bodhisattva harus berjuang melalui banyak kelahiran untuk
menyempurnakan kualitas-kualitas baik dan perbuatan bajiknya. Perbuatan
bajik yang tidak mungkin dapat disempurnakan dalam satu kelahiran. Kesempurnaan (Paramita) yang disempurnakan melalui kelahiran yang tak terhitung jumlahnya. Kesempurnaan Berdana (Perfection of giving) misalnya, dicapai ketika Bodhisattva memberikan:


a. Hartanya, anak-anaknya, dan istrinya (Vessantara Jataka)

b. Organ tubuhnya (Maitribhala Jâtaka - Kisah Tentang Kekuatan Belas kasih)

c. Hidupnya. (contoh: Vyaghri Jataka)

Muhammad
tidak pernah memberikan ajaran tentang bagaimana tidak mementingkan
diri sendiri dan memberikan hidup sendiri untuk kebahagiaan orang lain.






Vyâghri Jâtaka

(Kisah Tentang Harimau)

Belas kasih Sang Buddha menjangkau seluruh makhluk hidup. Belas kasihnya yang sempurna, tiada terlukiskan serta tiada terbatas. Di kumandangkan dalam seluruh kelahiran masa lampaunya.

Sebelum beliau menjadi seorang Buddha, Bodhisattva dalam
rangkaian kelahirannya yang terlalu banyak untuk diingat, berdasarkan
kebijaksanaannya, memberkati dunia dengan tiada terhitung peragaan
belas kasihnya, yang ditunjukkan melalui perbuatan dana, kata-kata yang menyenangkan, pertolongan serta kesatuan ucapan dengan perbuatannya.


Dalam
salah satu kelahirannya, Bodhisattva terlahir dalam sebuah keluarga
brahmana yang dihormati berkat kemurnian sila serta ketekunan
ibadahnya. Sebagai hasil penimbunan kebajikandalam kehidupannya yang
lampau, ia mendapatkan dirinya bergelimang dalam kekayaan, kedudukan
dan kemasyhuran.


Sebagai pemuda, kedalaman kepandaiannya dicapai berkat kegigihannya dalam belajar. Dengan segera ia mahir dalam seni serta pengetahuan sedemikian hebatnya hingga bahkan para brahmana menghormatinya sebagai suri teladan, seperti ajaran sendiri; bagi para kesatria perang, ia dihormati laksana seorang raja. Bagi mereka
yang dahaga akan pengetahuan, ia tampak sebagai mata air pengetahuan
yang tak akan pernah mengering; dan bagi rakyat banyak, ia bagaikan
seorang dewa.


Namun
demikian dirinya tak merasa senang pada kekuasaan, kekayaan maupun
kemasyhuran. Karma masa lalunya dan perenungannya terhadap Dharma yang
terus-menerus, telah membuat batinnya murni; ia melihat segala sesuatu
dengan jelas bahwa penderitaan yang tiada akhirlah yang menyertai kebahagiaan duniawi, di samping sikap penolakan terhadap samsara telah mengakar dalam dirinya. Tanpa merasa ragu, ia telah menjauhkan diri dari kehidupan rumah tangga, seolah sebagai suatu penyakit, pindah ke tempat pengasingan dihutan sepi, yang menjadi terhias dengan kehadirannya.


Ditempat tersebut, bebas keterikatan dan seimbang, ia memancarkan ketenangan. Ia mempengaruhi bahkan orang-orang
duniawi yang tak tertarik pada kebajikan sekalipun, membuat mereka
berpaling dari keterikatannya pada perilaku jahat. Kebijaksanaan serta
kebajikan beliau tersebar kesegala penjuru, melembutkan bahkan hati
seekor binatang yang sangat buas sekalipun, hingga mereka berhenti saling menyakiti satu sama lain, sebaliknya, bahkan mulai menjalani hidup seperti sang pertapa sendiri. Melalui kekuatan kemurnian sila, pengendalian indriawi, kepuasan dan belas kasihnya, Bodhisattva, saat tak berhubungan dengan makluk-makhluk duniawi, tetap menunjukkan belas kasihnya kepada semua makhluk.


Mengingat bahwa keinginannya hanya sedikit, sikap kepura­puraan tidak dikenalnya; penghormatan, perolehan dan kesenangan, tidak menarik baginya. Ia bahkan membuat kagum para dewa, yang datang kepadanya untuk menyampaikan hormat. Mendengar tentang penolakan duniawi yang dilakukannya, para sahabat dekatnya, yang telah tertarik padanya karena kebajikannya, meninggalkan keluarga
mereka dan bergabung menjadi siswanya. Ia menerima mereka dengan senang
hati dan mengajari mereka apa yang mereka sebut sebagai tingkah laku
utama, rasa puas, penyucian indriawi, sikap sadar, ketidakterikatan,
meditasi pada maitri karuna serta ajaran­ajaran semacam lainnya.


Kenyataan kebahagiaannya menarik para siswa yang mempunyai kualitas seperti dirinya. Dan, melalui ajaran-ajarannya, sebagian besar dari para siswanya berhasil mencapai realisasi serta
berdiam dalam kebajikan, dengan demikian pintu yang menuju ke alam
rendah telah ditutup dan gerbang kebahagiaan telah terbuka lebar.


Pada suatu hari, Mahasattva (Makhluk Agung), dengan di iringi oleh seorang siswanya bernama Ajita (Bodhisattva Maitreya), pergi menyusuri jalan menuju ke gunung,
ke tempat yang sesuai untuk melakukan meditasi. Ketika mereka melintasi
sebuah jurang yang tertutup semak belukar, perenungan mereka terganggu
oleh suara binatang buas menggeram.


Bodhisattva mencarinya melalui jalan setapak ditepi jurang menuju ke sebuah ngarai kecil yang berada jauh dibawah, lalu melihat seekor harimau muda dengan mata sayu dan tubuh lunglai. Jelas sekali bahwa ia lemas, tidak makan selama beberapa hari disebabkan karena kesulitan sehabis melahirkan. Tersiksa oleh rasa lapar, ia ia mulai memandangi anaknya sendiri untuk dimakan. Bodhisattva melihat bahwa anaknya haus, tanpa rasa takut, penuh rasa percaya, mendekati ibunya yang menatapnya tajam dan menggeram seolah­olah ia anak harimau lain.

Tergeraklah hati Bodhisattva, bagaikan pohon besar yang terguncang oleh sebuah gempa bumi, terguncang oleh derita yang dilihatnya. Demikianlah orang yang sungguh berbelas kasih tersentuh penderitaan kecil makhluk lain, meski tak menghiraukan penderitaan berat dirinya sendiri.

Didorong oleh belas kasihnya yang agung, ia berkata kepada siswanya: "Oh, lihatlah betapa buruknya mengasihi diri sendiri; seorang ibu akan memakan anaknya demi memuaskan rasa laparnya! Beginilah, saudaraku ketidakpatutan dalam samsara. Siapakah yang lalu akan menuruti kecintaannya pada diri sendiri, bila mereka melihat apa yang akan diakibatkannya! Cepatlah pergi dan carikan mereka makanan, agar ia tidak menyakiti anaknya sendiri, dengan begitu juga tidak menyakiti dirinya sendiri. Aku akan berusaha menghalanginya sampai engkau kembali."

Siswanya pergi seperti yang diperintahkannya, tak menyangka bahwa Bodhisattva telah menjauhkan dirinya dengan alasan yang sama sekali berbeda. Karena Bodhisattva berpikir; "Mengapa aku harus mencari daging dari tubuh makhluk lain bila tubuhku sendiri
tersedia? Mencari daging makhluk lain belum dapat di pastikan, dan aku
akan kehilangan kesempatan untuk menolong. Tubuh sesungguhnya lemah,
tak memuaskan, selamanya kotor dan penyebab derita. Sungguh bodoh tak
menggunakannya demi kebajikan makhluk lain."


"Hanya dua alasan yang membuat orang mengabaikan penderitaan makhluk lain; adanya keterikatan, dan ketidaksanggupan

untuk memberikan yang dibutuhkan. Sebaliknya aku tidak merasa tenang selagi makhluk lain menderita, bilamana aku mempunyai kemampuan untuk menolong, mengapa aku tidak melakukannya?

"Bahkan jika mereka yang menderita itu telah melakukan suatu
kejahatan yang berat, aku tak dapat menahan apa yang kumiliki; hatiku
akan terbakar oleh rasa sesal tiada terkira, seperti semak kering yang
dilalap api. Karenanya, aku akan mencegah sebab penderitaan ini dengan
menjatuhkan diriku sendiri keatas tebing ini. Tubuhku akan mencegah harimau muda itu memakan anaknya sendiri dan menghindarkan anak-anaknya mati ditaring ibunya.


"Perbuatan ini akan membesarkan hati mereka-mereka yang berusaha untuk menolong dunia, sekaligus menjadi teladan bagi mereka yang lemah dalam berusaha. Ini akan diingat oleh mereka yang mengerti arti kemurahan hati, dan akan memacu pikiran kebajikan. Perbuatan ini akan membuat kecewa Mara dan menggembirakan para sahabat yang memiliki sifat-sifat Kebuddhaan, membuat malu mereka yang mementingkan diri sendiri, sombong serta penuh nafsu. Ini akan memberikan dorongan keyakinan pada para praktisi Mahayana, membuat bingung mereka yang mencela kemurahan hati. Pada saat yang sama, ini akan membersihkan jalan
menuju kelahiran dialam surga bagi mereka yang senang dalam beramal
dana. Aku akan memenuhi kehendak agungku, yaitu membawa kebajikan bagi
makhluk lain menggunakan tubuhku sendiri, dengan demikian aku akan
dapat mencapai Pencerahan Agung.


"Sebagaimana matahari yang memupus kegelapan dan membawa terang, demikian pula semoga perbuatan ini mengakhiri penderitaan dunia, membawa kebahagiaan selama-lamanya. Aku tidak melakukan perbuatan ini demi pujian ataupun harapan akan kedudukan, juga bukan demi ketenaran serta kebahagiaan kekal, perbuatan ini semata-mata demi kebajikan seluruh semesta, sehingga kebahagiaannya akan terus berkembang setiap kali kisah ini diungkapkan."

Selanjutnya, untuk membuat takjub bahkan para dewa yang cinta kedamaian, Bodhisattva menjatuhkan dirinya dari bibir bukit, dan dengan demikian telah memberikan hidupnya sendiri. Tubuhnya, saat membentur bumi, menimbulkan suara gaduh yang mengejutkan harimau, mengurungkan niatnya semula, mencarinya; menemukan Bodhisattva, ia lalu mulai memakannya.

Ajita segera datang dengan tangan kosong tak dapat menemukan daging apa pun. Ia memanggil-manggil gurunya, akan tetapi tak ada jawaban yang terdengar. Lalu pandangannya jatuh kearah bawah, ia menyaksikan gurunya sedang disantap oleh harimau. Rasa sedih serta duka memenuhi hatinya, namun demikian ia merasa takjub pada perbuatan tiada mementingkan diri luar biasa yang sedemikian agungnya.

"Betapa berbelas kasihnya Mahasattva terhadap makhluk yang sengsara, dan betapa bedanya terhadap nasib dirinya sendiri! Betapa berani dan perwira wujud belas kasihnya! Ia memiliki sila kebajikan sempurna, melampaui segala keagungan makhluk lain. Tubuhnya, yang begitu berharga oleh kebajikannya, kini telah berubah menjadi bejana yang patut untuk dipuja setinggi-tingginya.

"Betapa tegar dan seimbang batinnya, sekokoh bumi, namun demikian bagaimana tergetar oleh penderitaan makhluk lain! Betapa tak sempurnanya batinku sendiri bersikap terhadap perbuatan agungnya yang penuh keberanian ini. Sesungguhnya, makhluk hidup tak perlu lagi menderita, dalam perlindungannya. Berdasarkan kekuatan penolakan samsaranya, ia menaklukan segala penderitaan dan juga Mara, sumber keinginan, tak akan bangkit dengan mudah,


telah ditundukkan serta dikalahkan. Mari menghormat dengan berbagai cara kepada Mahasattva: atas kebajikannya yang tiada terbatas dan tiada terhingga, karenanya dialah pelindung bagi semua makhluk."




Apa
yang diajarkan Muhammad sangatlah berbeda. Ia mengajarkan akhir jaman
(kiamat) yang serupa dengan agama Kristen dan Yahudi dimana semua orang
akan diadili sesuai perbuatannya pada masa hidupnya. Manusia hanya
hidup satu kali. Tak ada hukum karma yang berlanjut di kehidupan
mendatang.

Padahal sudah jelas Maitreya dan Siddharta Gautama diceritakan pernah bertemu dalam salah satu kelahiran.
miau_chang
miau_chang
KAFIRUN
KAFIRUN

Number of posts : 52
Reputation : 0
Points : 5589
Registration date : 2009-01-28

Back to top Go down

PERSAMAAN ANTARA NABI MUHAMMAD DENGAN "MAITREYA" !!! Empty Re: PERSAMAAN ANTARA NABI MUHAMMAD DENGAN "MAITREYA" !!!

Post by miau_chang Wed 28 Jan 2009, 3:08 pm


  1. Beliau akan menceritakan Buddha Gautama secara jelas dan mendetil


Buddha
Maitreya akan secara jelas menceritakan kisah-kisah mengenai Buddha
sebelumnya, termasuk Buddha Gautama. Seperti juga Buddha Gautama yang
telah menceritakan secara jelas 24 Buddha sebelum Beliau.




"He
will tell the story of one of his past lives (Jataka) whenever
necessary, and he will teach the Buddhavamsa (The Chronicle of Buddhas)
to a gathering of his relatives."




Para
bhikkhu, berdasarkan pengertiannya yang sempurna tentang Dhamma-dhatu,
maka Tathagata dapat mengingat kembali para Buddha yang lampau. Karena
ia telah mencapai kesempurnaan, telah melenyapkan semua kekotoran
batin, telah menghancurkan semua rintangan, telah memutuskan lingkaran
kehidupan dan terbebas dari penderitan. Demikianlah, sehingga ia dapat
mengingat kelahiran para Buddha, nama mereka, keturunan mereka,
keluarga mereka, panjang usia kehidupan mereka, pasangan murid utama
mereka, bhikkhu pembantu mereka, kelompok bhikkhu yang datang
berkumpul; maka ia dapat berkata: "Demikian itulah kelahiran dari para
Bhagava, nama mereka, keturunan mereka, keluarga mereka, sila (moral)
mereka, Dhamma mereka, kebijaksanaan mereka, bagaimana mereka hidup dan
bagaimana mereka mencapai kesucian."


(Mahapadana Sutta, Digha Nikaya)



Kenapa
Buddha Maitreya menceritakan secara detil tentang Buddha Gautama?
Karena mereka pernah bertemu secara langsung dalam beberapa kehidupan.
Salah satu pertemuan tersebut diceritakan dalam
Vyaghri Jataka,
dimana Buddha Maitreya waktu itu adalah siswa senior pertapa yang
merupakan kelahiran terdahulu Buddha Gautama. (At different stages of
perfection two Bodhisattas may happen to be reborn at the same vicinity
at some very rare moments in their life's journey).




Nah,
Muhammad tidak pernah menceritakan Buddha Gautama dan Buddha-Buddha
sebelumnya yang telah diceritakan oleh Buddha Gautama. Maka, sangatlah
diragukan apakah Muhammad adalah penerus Buddha Gautama. Padahal Buddha
Maitreya dengan sangat jelas diramalkan sebagai penerus garis sislsilah
Buddha.




  1. Ahimsa dan cinta terhadap semua makhluk


Nama
Maitreya (sansekerta, bahasa pali: Metteya) berasal dari kata Maitri
(pali: Metta) yang artinya cinta kasih. Maitreya berarti `Ia yang
memiliki cinta kasih'. Seorang yang diklaim sebagai Maitreya seharusnya
mempunyai cinta kasih yang sangat istimewa.


Dikatakan
bahwa ajaran Buddha Gautama menekankan pada pengembangan kebijaksanaan
dan ajaran Buddha Maitreya akan menekankan pada cinta kasih. Bukan
berarti Maitreya memiliki cinta kasih yang lebih daripada Buddha
Gautama dan Buddha Gautama lebih bijaksana. Cinta kasih dan
kebijaksanaan semua Buddha adalah sama, yang berbeda hanyalah pada
penekanan ajaran.


Tidaklah
cukup mengatakan bahwa Muhammad dan ajarannya, Islam, memiliki cinta
kasih, atau Tuhan agama mereka adalah Maha-Pengasih, dll, untuk
menyamakan Muhammad dan Maitreya. Masalahnya cinta kasih yang
dimengerti dalam ajaran Buddha tidaklah sama dengan cinta kasih yang
dimengerti pada umumnya.


Cinta kasih dalam ajaran Buddha berarti cinta kasih pada semua makhluk di dunia, bahkan terhadap serangga terkecil sekalipun.



"Tak berbuat kesalahan walaupun kecil

Yang dapat dicela oleh para bijaksana

Hendaklah ia berpikir

Semoga semua makhluk berbahagia dan tentram

Semoga semua makhluk berbahagia



Makhluk hidup apa pun juga,

Yang lemah dan kuat tanpa kecuali

Yang panjang atau besar,

Yang sedang, pendek, kecil, atau gemuk

Yang tampak atau tak tampak,

Yang jauh atau pun dekat

Yang telah lahir atau akan lahir

Semoga semua makhluk berbahagia

….

Bagaikan seorang ibu mempertaruhkan jiwanya

Melindungi anaknya yang tunggal

Demikianlah terhadap semua makhluk

Dipancarkankannya pikiran kasih sayangnya tanpa batas

(Karaniya Metta Sutta – Khotbah tentang pengembangan cinta kasih)



Dari
sini kita dapat menyimpulkan bahwa Muhammad bukanlah Maitreya penerus
Buddha Gautama. Kenapa? Karena Buddha Maitreya seharusnya mengajarkan
praktek pengembangan cinta kasih yang minimal sama dengan Buddha
Gautama. Sehingga Maitreya juga akan mengajarkan cinta pada semua
makhluk dan mengajarkan ahimsa (tanpa kekerasan). Pembunuhan makhluk
lain akan dicela sebagai perbuatan buruk dan mengakibatkan karma
negatif.


Sementara
Muhammad tidak mengajarkan hal tersebut. Bahkan membunuh manusia dan
perang dalam kondisi tertentu diperbolehkan, apalagi membunuh binatang.
Muhammad
dikatakan
menyukai beberapa binatang (contohnya Unta) dan melarang mereka
dibunuh. Tetapi beberapa binatang dibunuh dengan sengaja. Contohnya,
dalam Islam, ada upacara kurban yang membunuh banyak ternak yang
merupakan upacara religius wajib.


Upacara
kurban sangat bertentangan dengan konsep cinta kasih kepada semua
makhluk. Upacara kurban juga secara spesifik ditentang/dikritik oleh
Buddha Gautama. Buddha berkata bahwa upacara kurban yang benar dan
mulia adalah:


"Brahmana,
dalam pelaksanaan upacara tidak ada sapi, kambing, unggas, babi yang
dibunuh atau tidak ada makhluk hidup mana pun yang dibunuh. Tidak ada
pohon yang ditebang untuk dijadikan tiang, tidak ada rumput 'Dabba'
yang disabit dan diletakkan di sekeliling tiang. Para pekerja dan
pembantu atau pekerja yang bekerja, tidak ada yang diancam dengan
cambuk atau tongkat, sehingga tidak ada tangisan maupun air mata
bercucuran di wajah mereka. Siapa yang ingin membantu, ia bekerja; ia
yang tidak mau membantu, tidak bekerja. Setiap orang melakukan sesuai
apa yang ia inginkan; melakukan atau tidak melakukan. Upacara
dilaksanakan dengan hanya menggunakan ghee, minyak, mentega, susu, madu
dan gula.


(Kutadanta Sutta –Sutta Pitaka Digha Nikaya)

Dalam
salah satu kisah jataka juga disinggung tentang upacara kurban dimana
upacara pengorbanan hewan dikatakan sebagai hal yang sia-sia.




Yajña Jâtaka (Kisah Tentang Kurban)



……………..

Dengan dipimpin oleh seorang brahmana pandita dan menteri kerajaan, para tetua memberi tahu raja bahwa ia harus melakukan korban besar. "Baginda harus mempersembahkan banyak binatang," Ujar mereka kepada raja. "Persembahan seperti itu pasti akan mendatangkan hujan yang kita harapkan." Akan tetapi sifat belas kasih sang raja menghalanginya melakukan penyembelihan seperti itu. Tak sependapat, namun tak ingin mengecewakan hati para tetua dengan kata-kata kasar penolakan, raja mengalihkan pembicaraan pada urusan yang lain. Sehingga persoalan agama lain yang di bicarakan kemudian tersebut, para tetua, tak juga memahami betapa dalamnya belas kasih raja, sehingga kembali dengan gigih mendesak raja untuk melaksanakan korban.

"Anda selalu merasa tak puas dalam menjalankan tugas-tugas kerajaan," ujar mereka. "Anda sangat mahir serta terampil dalam mempertimbangkan aturan baik agama maupun umum, segala yang telah Anda kerjakan, Anda lakukan demi kebajikan rakyat. Bagaimana bisa orang yang begitu berhati-hati dalam memperhatikan hal-hal tersebut, menjadi tak peduli, bahkan enggan, ketika tiba saatnya untuk mengadakan kurban yang sangat dibutuhkan, yang menjadi sekop bagi keagungan negara?

"Bahkan para raja lain dengan penuh hormat mengindahkan kata-katamu. Seolah sebagai pengikutmu, mereka yakin bahwa dengan mengikutimu akan menjamin keberhasilannya. Kini telah tiba saatnya: Pahala terbesar kurban ini akan memberimu keagungan tiada tara! Engkau melaksanakan upacara, kemurahan hatimu tiada
terukur, pengendalian diri sepenuh hati, telah mempersiapkanmu untuk
menjalankan tugas ini. Veda menguraikan tentang upacara kurban,
karenanya bayarlah hutangmu terhadap para dewa! Jika para dewa merasa
puas oleh pengurbanan yang tanpa kesalahan dan dilaksanakan dengan tepat, mereka akan menganugrahimu hujan yang lebat, sebagai imbalannya.


"Pikirkan
kesejahteraan rakyat serta dirimu sendiri. Pikirkan kemasyhuranmu.
Pikirkanlah hal-hal tersebut, pasti engkau akan bersedia melaksanakan
kurban yang diperlukan."


Raja merenung: "Aku sebenarnya telah dibantu dengan buruk oleh para penasihat seperti itu. Aku tak bisa menuruti nasihat mereka dan akan tetap mengikuti Dharma dengan sepenuh hati; Aku akan membuat kesalahan terhadap semua yang telah mempercayaiku. Sesungguhnya, mereka yang menyatakan diri sebagai pelindung sejati diantara umat manusia, malah mereka yang melakukan begitu banyak kejahatan, semua atas nama agama. Celakalah siapa pun yang mengikuti jalan seperti itu, karena akan berakhir di persimpangan jalan, dikelilingi oleh kejahatan yang ingin mereka hindari!

"Apakah hubungan antara perbuatan baik dengan pembunuhan binatang menurut mereka? Bagaimana bisa para dewa, ataupun mereka yang berada dialam dewa mendapat kesenangan dalam perbuatan penyembelihan? Orang-orang itu berkata bahwa binatang yang dibunuh dalam upacara kurban akan langsung pergi ke surga, dipercepat perjalanannya oleh doa-doa mereka yang membunuhnya. Dengan jalan ini, menurut mereka, upacaranya telah dilaksanakan sesuai peraturan. Sesungguhnya hal ini benar-benar kebohongan. Bagaimana mungkin seseorang dapat memetik pahala perbuatan yang dilakukan oleh orang lain? Binatang dibunuh diatas altar bukan karena ia berpantang berbuat jahat, atau ia memusatkan diri menjalankan kebajikan dengan mati sebagai kurban.

"Bila benar bahwa kurban yang dibunuh dalam upacara kurban mendapat kebahagiaan surga seketika, mengapa bukan para brahmana yang ada dimana-mana mengurbankan dirinya sendiri? Tentulah tidak demikian kenyataannya. Lalu siapa yang menghiraukan pendapat seperti itu sebagai sesuatu yang benar?

"Karena bagi para dewa, amrthalah yang mereka makan, dihidangkan kepadanya oleh para bidadari yang cantik-cantik, yang tiada terlukiskan dalam rupa serta rasa, dalam kemewahan serta kekuatan. Akankah mereka meninggalkan makanan seperti itu, demi untuk mencicipi usus beberapa binatang malang?

………………..
Ini juga dapat dinyatakan: "Membunuh binatang tak akan pernah dapat membawa kebahagiaan. Sebaliknya, kemurahan hati, pantangan, pengendalian diri, dan semacamnya memiliki kekuatan
tersebut. Untuk itulah, mereka yang mengidamkan kebahagiaan harus
mencurahkan dirinya pada kebajikan seperti itu." Kisah ini agar juga
disampaikan ketika mengungkapkan keagungan Sang Tathagata, untuk
menunjukkan bagaimana Sang Bhagavan, dalam seluruh kehidupannya yang
lampau mencurahkan dirinya untuk berusaha membawa kebajikan bagi semua
makhluk.
miau_chang
miau_chang
KAFIRUN
KAFIRUN

Number of posts : 52
Reputation : 0
Points : 5589
Registration date : 2009-01-28

Back to top Go down

PERSAMAAN ANTARA NABI MUHAMMAD DENGAN "MAITREYA" !!! Empty Re: PERSAMAAN ANTARA NABI MUHAMMAD DENGAN "MAITREYA" !!!

Post by miau_chang Wed 28 Jan 2009, 3:12 pm


  1. Tentang Tuhan


Buddhisme
jelas-jelas menolak ide tentang Tuhan Pencipta. Hal ini telah
berkali-kali ditegaskan oleh Buddha Gautama dalam banyak khotbah.
Buddha dengan sendirinya juga menolak metode-metode agama lain yang
menawarkan penyatuan dengan Tuhan. Tuhan di India waktu itu dipanggil
dengan nama Brahma. Contoh hal ini ada di Tevijja Sutta (khotbah
tentang tiga pengetahuan) dimana Buddha mengkritik metode-metode Hindu
yang dikatakan dapat membawa penyatuan dengan Brahma






TEVIJJA SUTTA

1. Demikianlah yang saya dengar.

Pada
suatu waktu Bhagava bersama sekelompok besar bhikkhu, berjumlah lima
ratus orang dalam perjalanan melalui Kosala, tiba di Manasakata, sebuah
desa milik seorang Brahmana di Kosala. Bhagava tinggal di taman mangga
yang terletak di tepi sungai Aciravati di sebelah utara Manasakata.


2.
Ketika itu banyak Brahmana sangat terkenal dan kaya tinggal Manakata.
Di antara mereka adalah Brahmana Canki, Brahmana Tarukkho, Brahmana
Pokkharasadi, Brahmana Janussoni, Brahmana Todeyya, dan lain-lain


3.
Sementara itu, ketika sedang berjalan bolak balik di tepi sungai,
terjadi percakapan serius antara Vasettha dan Bharadvaja tentang jalan
benar dan jalan salah.


4.
Pemuda Vasettha berkata: 'Ini jalan lurus, ini jalan langsung untuk
keselamatan, dan akan membimbing siapa yang melaksanakannya untuk bersatu dengan Brahma. (Brahma sahavyataya). Hal ini telah dinyatakan oleh Brahmana Pokkharasadi'.


5.
Sedangkan pemuda Bharadvaja berkata: 'Ini jalan lurus, ini jalan
langsung untuk keselamatan, dan akan membimbing siapa yang
melaksanakannya untuk bersatu dengan Brahma. (Brahma sahavyataya). Hal ini telah dinyatakan oleh Brahmana Tarukkho'.


6.
Namun pemuda Vasettha tidak dapat meyakinkan pemuda Bharadvaja, begitu
pula pemuda Bharadvaja tidak dapat meyakinkan pemuda Vasettha.


7.
Kemudian pemuda Vasettha berkata kepada pemuda Bharadvaja: 'Bharadvaja,
Samana Gotama, putra suku Sakya, telah meninggalkan keluarga Sakya
menjadi petapa, sekarang ada di Manasakata, tinggal di taman mangga di
tepi sungai Aciravati, tepatnya di utara Manasakata. Sehubungan dengan
Samana Gotama telah tersebar berita yang baik yaitu: 'Demikianlah
Bhagava, maha suci, telah mencapai penerangan sempurna, sempurna
pengetahuan serta tidak-tanduknya, sempurna menempuh jalan, pengenal
segenap alam, pembimbing manusia yang tiada taranya, guru para dewa dan
manusia, yang sadar dan patut dimuliakan'. Bharadvaja, marilah kita
menemui Samana Gotama, bilamana kita telah menemuinya, kita tanyakan
persoalan kita ini kepada beliau. Apa yang Samana Gotama uraikan kepada
kita, kita perhatikan dengan baik'.
'Baiklah, kawan!' jawab pemuda Bharadvaja menyetujui saran pemuda Vasettha.


8.
'Selanjutnya, pemuda Vasettha dan pemuda Bharadvaja pergi ke tempat
Bhagava berada'. Setelah sampai, mereka memberi hormat kepada Bhagava
dan saling menyapa dengan kata-kata santun, lalu duduk di tempat yang
telah tersedia. Setelah duduk, pemuda Vasettha berkata kepada Bhagava:
'Gotama, ketika kami sedang berjalan bolak-balik (di tepi sungai)
muncul percakapan tentang jalan benar dan jalan salah. Saya berkata :
'Ini jalan lurus, ini jalan langsung untuk keselamatan, dan akan
membimbing siapa yang melaksanakannya untuk bersatu dengan Brahma. (Brahma sahavyataya). Hal ini telah dinyatakan oleh Brahmana Pokkharasadi'.


Sedangkan
pemuda Bharadvaja mengatakan : 'Ini jalan lurus, ini jalan langsung
untuk keselamatan, dan akan membimbing siapa yang melaksanakannya untuk bersatu dengan Brahma. (Brahma sahavyataya).
Hal ini telah dinyatakan oleh Brahmana Tarukkho'. Gotama, sehubungan
dengan masalah ini terjadi perdebatan, pertentangan dan perbedaan
pandangan di antara kami'.


9.
'Vasettha, anda mengatakan: 'Ini jalan lurus, ini jalan langsung untuk
keselamatan, dan akan membimbing siapa yang melaksanakannya untuk bersatu dengan Brahma. (Brahma sahavyataya).
Hal ini telah dinyatakan oleh Brahmana Pokkharasadi'. Sedangkan
Bharadvaja mengatakan: 'Ini jalan lurus, ini jalan langsung untuk
keselamatan, dan akan membimbing siapa yang melaksanakannya untuk bersatu dengan Brahma (Brahma sahavyataya).
Hal ini telah dinyatakan oleh Brahmana Tarukkho'. 'Vasettha, karena itu
terjadi perdebatan, pertanyaan dan perbedaan pandangan di antara anda
berdua?'


10.
'Mengenai jalan benar dan jalan salah, Gotama. Gotama banyak Brahmana
mengajar bermacam-macam jalan, seperti para Brahmana Addhariya, para
Brahmana Tittiriya, para Brahmana Chandoka, para Brahmana Chandava dan
para Brahmana Brahma-cariya. Apakah semua itu jalan-jalan keselamatan?
Apakah semua jalan itu membimbing seseorang yang melaksanakannya untuk
bersatu dengan Brahma?'


"Gotama,
bagaikan di sekitar desa atau kota banyak dan bermacam-macam jalan,
namun semua jalan itu bertemu di desa - demikian pula cara itu bahwa
semua macam jalan yang diajarkan oleh para Brahmana, seperti para
Brahmana Addhariya, para Brahmana Tittiriya, para Brahmana Chandoka,
para Brahmana Chandava dan para Brahmana Brahmacariya. Apakah semua itu
jalan-jalan keselamatan? Apakah semua jalan itu membimbing seseorang
yang melaksanakan-nya untuk bersatu dengan Brahma?


11. 'Vasettha, anda mengatakan semua jalan ke arah benar'?
'Ke arah benar, Gotama'.
'Vasettha, anda mengatakan semua jalan ke arah benar'?
'Ke arah benar, Gotama'.
'Vasettha, anda mengatakan semua jalan ke arah benar'?
'Ke arah benar, Gotama'.


12. 'Bagaimana Vasettha? Apakah ada seorang Brahmana dari para Brahmana yang menguasai tevijja pernah melihat langsung Brahma?'
'Tidak ada, Gotama?'
'Vasettha, atau apakah ada seorang guru dari para Brahmana yang menguasai tevijja pernah melihat langsung Brahma?'
'Tidak ada, Gotama?'
'Vasettha, atau apakah ada seorang guru di antara guru-guru dari para guru Brahmana yang menguasai tevijja pernah melihat langsung Brahma?'
'Tidak ada, Gotama?'
'Vasettha, atau apakah ada seorang Brahmana sampai tujuh generasi yang telah melihat langsung Brahma?'
'Tidak ada, Gotama?'


13. 'Vasettha, baiklah, para reshi dari para Brahmana yang lampau, yang telah menguasai tevijja,
para penulis mantra-mantra, para pengucap mantra-mantra, yang
mantra-mantra kunonya dilafalkan, diucapkan atau disusun, yang olah
para Brahmana masa kini dilafalkan kembali atau berulang-ulang kali;
diintonasikan atau lafalkan secara tepat seperti yang telah
diintonasikan atau dilafalkan - seperti Atthaka, Vamako, Vamadevo,
Vessamitto, Yamataggi, Angiraso, Bharadvajo, Vasettho, Kassapa dan
Bhagu - mereka mengucapkan itu dengan berkata: 'Kami mengetahuinya,
kami telah melihatnya, di mana Brahma berada, dari mana Brahma atau ke
mana Brahma?'
'Tidak, Gotama?'


14.
'Vasettha, anda mengatakan bahwa tidak ada dari para Brahmana, atau
para guru mereka, atau dari murid-murid mereka, sampai tujuh generasi
yang pernah melihat langsung Brahma. Begitu pula dengan para rishi dari
para Brahmana yang lampau, yang telah menguasai tevijja, para
penulis mantra-mantra, para pengucap mantra-mantra, yang mantra-mantra
kuno-nya dilafalkan, diucapkan atau disusun, yang olah para Brahmana
masa kini dilafalkan kembali atau berulang-ulang kali; diintonasikan
atau lafalkan secara tepat seperti yang telah diintonasikan atau
dilafalkan - seperti Atthaka, Vamako, Vamadevo, Vessamitto, Yamataggi,
Angiraso, Bharadvajo, Vasettho, Kassapa dan Bhagu. Mereka tidak
mengatakan: 'Kami mengetahuinya, kami telah melihat, di mana Brahma
berada, dari mana Brahma atau ke mana Brahma?' Sehingga para Brahmana
yang menguasai tevijja dengan benar berkata: 'Apa yang kita
tidak tahu, apa yang kita tidak lihat, keadaan bersatu yang jalannya
kita ajarkan, dengan berkata: Ini jalan lurus, ini jalan langsung untuk
keselamatan, dan akan membimbing siapa yang melaksanakannya untuk
bersatu dengan Brahma'.
'Vasettha, bagaimana pendapatmu? Bila begitu, bukankah cerita mengenai para Brahmana yang walaupun mereka menguasai tevijja, ternyata mereka menyatakan hal yang bodoh?'
'Gotama, sesungguhnya demikian bahwa para Brahmana yang menguasai tevijja ternyata menyatakan hal yang bodoh.


15. 'Vasettha, sebenarnya para Brahmana yang menguasai tevijja
dapat menunjukkan jalan untuk bersatu dengan sesuatu yang mereka tidak
tahu dan mereka tidak lihat - maka keadaan seperti itu tidak mungkin
terjadi. '
'Vasettha, bagaikan beberapa orang buta yang saling
berdekatan, yang di depan tidak dapat melihat, yang di tengah tidak
dapat melihat, begitu pula yang di belakang tidak dapat melihat -
Vasettha, saya berpendapat begitu pula dengan para Brahmana yang
menguasai tevijja tetapi menceritakan hal yang buta: yang
pertama tidak melihat, yang di tengah tidak melihat, begitu pula yang
di belakang tidak melihat. Maka uraian dari para Brahmana yang
menguasai tevijja ini, ternyata konyol, hanya kata-kata, hampa dan kosong!.


16. 'Vasettha, bagaimana pendapatmu? Dapatkah para Brahmana yang menguasai tevijja
- seperti orang-orang lain yang awam dan biasa - melihat bulan dan
matahari lalu mereka sembayang, memuja dan memuji, berputar dengan
beranjali ke arah bulan dan matahari terbit maupun terbenam?'
'Tentu mereka dapat, Gotama'.


17. Vasettha, bagaimana pendapatmu? Para Brahmana yang menguasai tevijja,
yang dengan baik - seperti orang-orang lain yang awam dan biasa -
melihat bulan dan matahari lalu mereka sembayang, memuja dan memuji,
berputar dengan beranjali ke arah bulan dan matahari terbit maupun
terbenam - adalah para Brahmana yang menguasai tevijja, dapat
menunjukkan jalan untuk bersatu dengan bulan dan matahari, dengan
berkata: "Ini jalan lurus, ini jalan langsung untuk keselamatan, dan
akan membimbing siapa yang melaksanakannya untuk bersatu dengan bulan
dan matahari".
'Tentu tidak, Gotama!'


18.
'Vasettha, anda berkata bahwa para Brahmana tidak dapat menunjukkan
jalan bersatu dengan hal yang telah mereka lihat; lebih lanjut anda
mengatakan tidak ada seorang pun dari mereka, atau siswa mereka, atau
para pendahulu mereka hingga tujuh generasi yang telah melihat Brahma.
Lagi pula anda mengatakan para rishi yang lampau, yang teguh meyakini
ucapan mereka, tidak berpura-pura mengetahui atau telah melihat di
mana, dari mana atau ke mana Brahma itu. Namun para Brahmana yang
menguasai tevijja ini mengatakan bahwa mereka dapat menunjukkan
jalan bersatu, padahal mereka tidak tahu maupun belum melihatnya'.
Vasettha, sekarang bagaimana pendapat-mu? Bila demikian, bukankah
kata-kata para Brahmana yang menguasai tevijja ini adalah omong kosong saja?'
'Gotama, sesungguhnya, berdasarkan hal itu maka kata-kata para Brahmana yang menguasai tevijja ternyata omong kosong'.


19. 'Vasettha, baiklah. Vasettha ternyata, para Brahmana yang menguasai tevijja
yang dapat menunjukkan jalan untuk bersatu dengan sesuatu yang mereka
tidak tahu maupun mereka tidak lihat - maka keadaan seperti itu tidak
mungkin terjadi!'
'Vasettha, bagaikan seorang pria berkata: 'Betapa saya rindu, betapa saya mencintai wanita tercantik di dunia ini!'
'Orang-orang
bertanya kepadanya: 'Baiklah kawan. Wanita tercantik di dunia ini, yang
anda rindukan dan cintai, apakah anda mengetahui bahwa wanita cantik
itu bangsawan (khattiya), Brahmana, pedagang (vessa) atau kalangan bawah (sudda)?'
'Ketika ditanya seperti itu, ia menjawab: 'Tidak'.
'Lalu orang-orang berkata kepadanya: 'Jadi, ia yang anda rindukan dan cintai adalah orang yang belum anda tahu dan lihat?'
'Setelah ditanya begitu, ia menjawab: 'Ya'.
'Vasettha, bagaimana pendapatmu? Bila demikian, bukankah apa yang dikatakan orang itu ternyata omong kosong?'
'Gotama, sesungguhnya, berdasarkan hal itu maka apa yang dikatakan orang itu ternyata omong kosong'.


20.
'Vasettha, begitu pula, anda berkata bahwa para Brahmana tidak dapat
menunjukkan jalan bersatu dengan hal yang telah mereka lihat; lebih
lanjut anda mengatakan tidak ada seorang pun dari mereka, atau siswa
mereka, atau para pendahulu mereka hingga tujuh generasi yang telah
melihat Brahma. Lagi pula anda mengatakan para rishi yang lampau, yang
teguh meyakini ucapan mereka, tidak berpura-pura mengetahui atau telah
melihat di mana, dari mana atau ke mana Brahma itu. Namun para Brahmana
yang menguasai tevijja ini mengatakan bahwa mereka dapat
menunjukkan jalan bersatu, padahal mereka tidak tahu maupun belum
melihatnya'. Vasettha, sekarang bagaimana pendapatmu? Bila demikian,
bukankah kata-kata para Brahmana yang menguasai tevijja ini adalah omong kosong saja?'
'Gotama, sesungguhnya, berdasarkan hal itu maka kata-kata para Brahmana yang menguasai tevijja adalah omong kosong'.
'Vasettha, baiklah. Vasettha ternyata, para Brahmana yang menguasai tevijja
yang dapat menunjukkan jalan untuk bersatu dengan sesuatu yang mereka
tidak tahu maupun mereka tidak lihat - maka keadaan seperti itu tidak
mungkin terjadi!'


21.
'Vasettha, bagaikan seseorang yang membuat sebuah tangga untuk naik ke
istana di suatu tempat di persimpangan jalan. Lalu orang-orang bertanya
kepadanya: 'Kawan, baiklah, untuk naik ke istana itu anda buatkan
tangga, apakah istana itu di sebelah, timur, selatan, barat atau utara?
Apakah istana itu tinggi, rendah atau menengah?'
'Ketika ditanya seperti itu, ia menjawab: 'Tidak'.
'Lalu
orang-orang berkata kepadanya: 'Kawan, jadi anda membuat tangga untuk
naik ke sesuatu - apakah itu istana - yang anda tidak tahu dan belum
lihat?.
'Setelah ditanya begitu, ia menjawab: 'Ya'.
'Vasettha, bagaimana pendapatmu?. Bila demikian, bukankah apa yang dikatakan orang itu ternyata omong kosong?
'Gotama, sesungguhnya, berdasarkan hal itu maka apa yang dikatakan orang itu ternyata omong kosong'.
miau_chang
miau_chang
KAFIRUN
KAFIRUN

Number of posts : 52
Reputation : 0
Points : 5589
Registration date : 2009-01-28

Back to top Go down

PERSAMAAN ANTARA NABI MUHAMMAD DENGAN "MAITREYA" !!! Empty Re: PERSAMAAN ANTARA NABI MUHAMMAD DENGAN "MAITREYA" !!!

Post by miau_chang Wed 28 Jan 2009, 3:18 pm

22.
'Vasettha, begitu pula, anda berkata bahwa para Brahmana tidak dapat
menunjukkan jalan bersatu dengan hal yang telah mereka lihat; lebih
lanjut anda mengatakan tidak ada seorang pun dari mereka, atau siswa
mereka, atau para pendahulu mereka hingga tujuh generasi yang telah
melihat Brahma. Lagi pula anda mengatakan para rishi yang lampau, yang
teguh meyakini ucapan mereka, tidak berpura-pura mengetahui atau telah
melihat di mana, dari mana atau ke mana Brahma itu. Namun para Brahmana
yang menguasai tevijja ini mengatakan bahwa mereka dapat
menunjukkan jalan bersatu, padahal mereka tidak tahu maupun belum
melihatnya'. Vasettha, sekarang bagimana pendapatmu?. Bila demikian,
bukankah kata-kata para Brahmana yang menguasai tevijja ini adalah omong kosong saja?'
'Gotama, sesungguhnya, berdasarkan hal itu maka kata-kata para Brahmana yang menguasai tevijja adalah omong kosong'.


23. 'Vasettha, baiklah. Vasettha ternyata, para Brahmana yang menguasai tevijja
yang dapat menunjukkan jalan untuk bersatu dengan sesuatu yang mereka
tidak tahu maupun mereka tidak lihat - maka keadaan seperti itu tidak
mungkin terjadi!'


24.
'Vasettha, bilamana sungai Aciravati penuh dengan air hingga ke tepi
dan meluap, kemudian ada seorang yang mempunyai kegiatan di tepi
seberang, mau menyeberang, berusaha ke seberang, datang ke tepi dan
ingin menyeberang. Selagi ia berdiri di tepi sini, ia memohon ke tepi
sebelah dengan berkata: 'Wahai tepi seberang sana, datang ke sini!,
datanglah ke seberang sini!'
'Vasettha bagaimana pendapatmu? Apakah
tepi seberang sungai Aciravati, karena permohonan, doa, pujian dan
harapan orang itu akan datang ke tepi sebelah sini?'
'Gotama, tentu saja tidak'.


25. 'Vasettha, begitulah caranya para Brahmana yang menguasai tevijja
- dengan meninggalkan pelaksanaan berkualitas yang dapat membuat
seseorang menjadi Brahmana, dan melaksanakan hal berkualitas yang dapat
membuat orang-orang menjadi non-Brahmana - berkata: 'Kami mohon Inda, kami mohon Soma, kami mohon Varuna, kami mohon Isana, kami mohon Pajapati, kami mohon Brahma, kami mohon Mahiddhi, kami mohon Yama.
'Vasettha, para Brahmana yang menguasai tevijja
- meninggalkan pelaksanaan berkualitas yang dapat membuat seseorang
menjadi Brahmana, dan melaksanakan hal berkualitas yang dapat membuat
orang-orang menjadi non-Brahmana - bahwa mereka, berdasarkan pada
permohonan, doa, pujian dan harapan, bila mereka meninggal dunia akan
menyatu dengan Brahma - maka keadaan seperti itu tidak mungkin terjadi!'


26.
'Vasettha, bagaikan bilamana sungai Aciravati penuh dengan air hingga
ke tepi dan meluap, kemudian ada seorang yang mempunyai kegiatan di
tepi seberang, mau menyeberang, berusaha ke seberang, datang ke tepi
dan ingin menyeberang. Selagi ia di tepi sini, tangannya, punggungnya
terikat erat oleh rantai kuat, dan bagaimana pendapatmu, Vasettha,
dapatkah orang itu menyeberang ke tepi sana dari sungai Aciravati?
'Gotama, tentu saja tidak'.


27. 'Vasettha, dengan cara yang sama, ada lima hal yang mengarah pada nafsu, yang disebut dalam vinaya-ariya sebagi rantai atau ikatan'.
'Apakah lima hal itu?'
'Pertama adalah benda-benda (rupa) yang dilihat mata, diinginkan, sesuai, menyenangkan, menarik yang disertai oleh nafsu dan menyebab-kan kesenangan.
Kedua adalah
Suara-suara yang didengar telinga, diinginkan, sesuai, menyenangkan,
menarik yang disertai oleh nafsu dan menyebabkan kesenangan.
Ketiga adalah Bebauan yang dicium oleh hidung, diinginkan, sesuai, menyenangkan, menarik yang disertai oleh nafsu dan menyebabkan kesenangan.
Keempat adalah Rasa-rasa yang dikecap oleh lidah, diinginkan, sesuai, menyenangkan, menarik yang disertai menyebabkan kesenangan.
Kelima adalah
Sentuhan-sentuhan yang dirasakan oleh tubuh, diinginkan, sesuai,
menyenangkan, menarik yang disertai oleh nafsu dan menyebabkan
kesenangan. Lima hal ini berkecenderungan pada nafsu disebut dalam Vinaya ariya sebagai rantai atau ikatan'.
'Vasettha, lima hal berkecenderungan pada nafsu, apakah para Brahmana yang menguasai tevijja
terantai, terangsang, terikat pada hal-hal itu, dan mereka tidak
melihat bahaya pada hal-hal itu, tidak mengetahui bahwa hal-hal itu
tidak dapat dijadikan tumpuan, namun menikmati hal-hal itu'.


28. 'Vasettha, sesungguhnya para Brahmana yang menguasai tevijja
dengan meninggalkan pelaksanaan berkualitas yang dapat membuat
seseorang menjadi Brahmana, dan melaksanakan hal berkualitas yang dapat
membuat orang-orang menjadi non-Brahmana - terikat pada hal-hal itu,
dan mereka tdlak melihat bahaya pada hal-hal itu, tidak mengetahui
bahwa hal-hal itu tidak dapat dijadikan tumpuan, namun menikmati
hal-hal itu - bahwa para Brahmana ini setelah meninggal, akan bersatu
dengan Brahma - kondisi seperti ini tidak mungkin terjadi!'


29.
'Vasettha, bagaikan bilamana sungai Aciravati penuh dengan air hingga
ke tepi dan meluap, kemudian ada seorang yang mempunyai kegiatan di
tepi seberang, mau menyeberang, berusaha ke seberang, datang ke tepi
dan ingin menyeberang. Selagi ia di tepi sini, ia membungkus dirinya
hingga ke kepalanya, ia berbaring untuk tidur. 'Vasettha, bagaimana
pendapatmu, dapatkah orang itu menyeberang ke tepi sana dari sungai
Aciravati?
'Gotama, tentu saja tidak'.


30. 'Vasettha, dengan cara yang sama, ada lima rintangan (nivarana), yang dalam vinaya-ariya disebut perintang, penghalang, pengganggu atau jerat.
'Apakah lima hal itu?'
Pertama 'Nafsu indera sebagai perintang'.
Kedua 'Kebencian sebagai perintang'.
Ketiga 'Malas dan ngantuk sebagai perintang'.
Keempat 'Keragu-raguan sebagai perintang'.
Kelima 'Kegelisahan sebagai perintang'.
`Vasettha, inilah lima perintang yang dalam vinaya ariya disebut perintang, penghalang, pengganggu atau jerat'.
'Vasettha, sesungguhnya para Brahmana yang menguasai tevijja
- dengan meninggalkan pelaksanaan berkualitas yang dapat membuat
seseorang menjadi Brahmana, dan melaksanakan hal berkualitas yang dapat
membuat orang-orang menjadi non-Brahmana - terintang, terhalang,
terganggu dan terjerat oleh lima rintangan ini - bahwa para Brahmana
ini setelah meninggal, akan bersatu dengan Brahma - kondisi seperti ini
tidak mungkin terjadi!'


31.
'Vasettha, bagaimana pendapatmu dan apakah anda pernah mendengar dari
para Brahmana tua dan telah berpengalaman, dan ketika para ahli dan
para guru bercakap-cakap bersama?
Apakah Brahma memiliki istri dan kekayaan atau tidak?'
'Tidak, Gotama'.
'Apakah ia diliputi bahaya atau bebas dari bahaya?'
'Bebas dari bahaya, Gotama'.
'Apakah ia diliputi kebencian atau bebas dari kebencian?
'Bebas dari kebencian, Gotama'.
'Apakah ia ternoda atau suci?'
'Suci, Gotama?'
'Apakah ia menguasai dirinya atau tidak?'
'Menguasai dirinya, Gotama'.


32. 'Vasettha, bagaimana pendapatmu, apakah para Brahmana yang menguasai tevijja memiliki istri dan kekayaan atau tidak?'
'Memiliki, Gotama'.
'Apakah mereka diliputi kemarahan atau bebas dari kemarahan?'
'Diliputi kemarahan, Gotama'.
'Apakah mereka diliputi kebencian atau bebas dari kebencian?'
'Diliputi kebencian, Gotama'.
'Apakah batin mereka suci atau tidak?'
'Tidak suci, Gotama'.
'Apakah mereka menguasai diri mereka atau tidak?'
'Tidak menguasai mereka, Gotama'.


33.
'Vasettha, anda mengatakan bahwa para Brahmana memiliki istri dan
kekayaan, namun Brahma tidak memiliki. Dapatkah disesuaikan atau
disamakan Brahmana yang memiliki istri dan harta dengan Brahma yang
tidak memiliki istri dan harta?'
'Tentu tidak, Gotama'.


34. 'Vasettha, baiklah. Tetapi sesungguhnya para Brahmana yang menguasai tevijja
ini, yang hidup dalam perkawinan dan memiliki harta, setelah meninggal
dunia akan bersatu dengan Brahma yang tidak memiliki istri dan harta -
keadaan seperti ini tidak mungkin terjadi'.


35.
'Vasettha, anda mengatakan bahwa para Brahmana diliputi kemarahan,
kebencian, ternoda, dan tak menguasai diri; sedangkan Brahma tidak
diliputi oleh kemarahan, tidak diliputi kebencian, suci dan menguasai
diri. Dapatkah disesuaikan atau disamakan para Brahmana dan para
Brahma?'
'Tentu tidak, Gotama?'

36. 'Vasettha, baiklah. Bahwa para Brahmana yang menguasai tevijja
ini yang masih diliputi kemarahan, kebencian, ternoda dan tidak
menguasai diri setelah meninggal dunia akan bersatu dengan Brahma yang
bebas dari kemarahan dan kebencian, suci dan menguasai diri - keadaan
seperti ini tidak mungkin terjadi.
Vasettha, demikianlah, walaupun para Brahmana menguasai tevijja,
mereka meyakininya, namun mereka tenggelam (dalam upacara); karena
tenggelam mereka tiba hanya pada kepuasaan, sementara mereka mengira
bahwa mereka menyeberang ke tanah bahagia'.
Maka tiga kebijaksanaan para Brahmana yang menguasai tevijja disebut padang tanpa berair; tiga kebijaksanaan mereka disebut hutan tanpa jalan; tiga kebijaksanaan mereka disebut kegagalan'.
miau_chang
miau_chang
KAFIRUN
KAFIRUN

Number of posts : 52
Reputation : 0
Points : 5589
Registration date : 2009-01-28

Back to top Go down

PERSAMAAN ANTARA NABI MUHAMMAD DENGAN "MAITREYA" !!! Empty Re: PERSAMAAN ANTARA NABI MUHAMMAD DENGAN "MAITREYA" !!!

Post by Sponsored content


Sponsored content


Back to top Go down

Back to top

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum