MURTADIN_KAFIRUN
WELCOME

Join the forum, it's quick and easy

MURTADIN_KAFIRUN
WELCOME
MURTADIN_KAFIRUN
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Latest topics
» Yeremia 23 & Ulangan 13 mengisyaratkan Muhammad nabi palsu
NII KW9 ITU HALUSINASI KRISTEN EmptyFri 02 Feb 2024, 5:21 pm by buncis hitam

» kenapa muhammad suka makan babi????
NII KW9 ITU HALUSINASI KRISTEN EmptyWed 31 Jan 2024, 1:04 am by naufal

» NYATA & FAKTA : TERNYATA YESUS PILIH MENGAULI KELEDAI DARIPADA WANITA!!! (sebuah penghinaan OLEH PAULUS)
NII KW9 ITU HALUSINASI KRISTEN EmptyFri 12 Jan 2024, 9:39 pm by Uwizuya

» SORGA ISLAM RUMAH PELACUR ALLOH SWT...........
NII KW9 ITU HALUSINASI KRISTEN EmptyTue 02 Jan 2024, 12:48 am by Pajar

» Moon Split or Islamic Hoax?
NII KW9 ITU HALUSINASI KRISTEN EmptyWed 13 Dec 2023, 3:34 pm by admin

» In Islam a Woman Must be Submissive and Serve her Husband
NII KW9 ITU HALUSINASI KRISTEN EmptyWed 13 Dec 2023, 3:32 pm by admin

» Who Taught Allah Math?
NII KW9 ITU HALUSINASI KRISTEN EmptyWed 13 Dec 2023, 3:31 pm by admin

» BISNIS GEREJA YUUUKZ....LUMAYAN LOH UNTUNGNYA....
NII KW9 ITU HALUSINASI KRISTEN EmptyWed 05 Jul 2023, 1:57 pm by buncis hitam

» ISLAM: Palsu, Maut, Tak Akan Tobat, Amburadul
NII KW9 ITU HALUSINASI KRISTEN EmptySun 07 May 2023, 9:50 am by MANTAN KADRUN

Gallery


NII KW9 ITU HALUSINASI KRISTEN Empty
MILIS MURTADIN_KAFIRUN
MURTADIN KAFIRUNexMUSLIM INDONESIA BERJAYA12 Oktober Hari Murtad Dari Islam Sedunia

Kami tidak memfitnah, tetapi menyatakan fakta kebenaran yang selama ini selalu ditutupi oleh muslim untuk menyembunyikan kebejatan nabinya

Menyongsong Punahnya Islam

Wadah syiar Islam terlengkap & terpercaya, mari sebarkan selebaran artikel yang sesungguhnya tentang si Pelacur Alloh Swt dan Muhammad bin Abdullah yang MAHA TERKUTUK itu ke dunia nyata!!!!
 

Kebrutalan dan keberingasan muslim di seantero dunia adalah bukti bahwa Islam agama setan (AJARAN JAHAT,BUAS,BIADAB,CABUL,DUSTA).  Tuhan (KEBENARAN) tidak perlu dibela, tetapi setan (KEJAHATAN) perlu mendapat pembelaan manusia agar dustanya terus bertahan

Subscribe to MURTADIN_KAFIRUN

Powered by us.groups.yahoo.com

Who is online?
In total there are 42 users online :: 0 Registered, 0 Hidden and 42 Guests :: 1 Bot

None

[ View the whole list ]


Most users ever online was 354 on Wed 26 May 2010, 4:49 pm
RSS feeds


Yahoo! 
MSN 
AOL 
Netvibes 
Bloglines 


Social bookmarking

Social bookmarking reddit      

Bookmark and share the address of MURTADINKAFIRUN on your social bookmarking website

Bookmark and share the address of MURTADIN_KAFIRUN on your social bookmarking website


NII KW9 ITU HALUSINASI KRISTEN

Go down

NII KW9 ITU HALUSINASI KRISTEN Empty NII KW9 ITU HALUSINASI KRISTEN

Post by paulusjancok Sat 13 Aug 2011, 10:19 am

Hubungan dan keterkaitan antara Pondok Pesantren (Ma'had) Al-Zaytun dengan Abu TOTO dan KW IX-NII (Komandemen Wilayah IX Negara Islam Indonesia) sesungguhnya bagaikan sebuah tanaman yang tumbuh hidup dan berkembang diatas suatu hamparan tanah yang tadinya gersang, lantas kemudian mendapatkan siraman air limbah yang mengandung unsur pupuk, sehingga tanaman tersebut hidup subur dan cepat membesar mencengangkan setiap yang melihatnya.

Al-Zaitun adalah laksanan tanaman yang tumbuh subur dan cepat membesar sehingga mencengangkan bagi siapapun yang melihatnya, ketika disemaikan diatas lahan KW IX yang tadinya gersang, sedang Abu Toto adalah laksana air limbah yang memiliki kandungan pupuk hayati (yang cenderung menghidup-suburkan tanaman). Al-Zaytun sebagai pondok pesantren yang terbesar, termodern dan termegah se-Asia Tenggara, di bangun dan berdiri di Haurgeulis Indramayu Jawa Barat, diperkirakan akan rampung dalam tempo lima tahun dan memerlukan dana sebesar 4 trilyun lebih. Meski dikenal banyak orang hingga ke manca-negara, namun sama sekali tidak pernah terdapat nama Abu Toto, alias Abdus Salam Rasyidi nama aslinya, alias Syamsu Alam alias Abu Ma'ariq alias Toto salam di dalamnya. Akan tatapi yang semua orang tahu dan mafhum, hanya ada satu nama yang paling di hormati dan di segani di lingkungan pondok pesantren Al-Zaytun tersebut yaitu Asy-Shaikh Al-Ma'had AS Panji Gumilang.

Sekalipun banyak pihak telah menebar informasi dan membedah misteri AS Panji Gumilang, apakah itu datangnya dari kalangan pers ataukah itu datangya dari Al-Chaidar melalui tulisannya yg secara jelas telah mengetengahkan berbagai kesaksian dari banyak person, mantan pengikut jama'ah Abu Toto, atas keterlibatan mereka dalam gerakan yang mengatasnamakan agama dan politik melalui NII KW IX. Toh, dengan entengnya AS Panji Gumilang menepis testimoni maupun paparan pihak pers tersebut, hanya dengan kata-kata: "Itu hanya menyebar fitnah namanya." Atau jawaban kepada Sabili: "Jawaban saya, masa Sabili tidak paham dengan kita; Al-Zaytunkan terbuka; lambat atau cepat semua akan tahu, apa Al-Zaytun itu."

A. Siapa AS (Abdus Salam) Panji Gumilang alias Abu Toto?

Pada kesempatan wawancara dengan harian Pelita saat berkunjung ke Ma'had Al-Zaytun kurang lebih satu bulan sebelum diresmikan oleh B.J. Habibie (27 Agustus 1999), AS (Abdus Salam) Panji Gumilang sempat menyatakan kalau dirinya adalah pria kelahiran Indramayu. Dalam kesempatan lain, kepada sahabatnya di Rabithah Alam Islami dahulu, Ustadz Rani Yunsih, Abdus Salam Rasidi alias Abu Toto mengaku sebagai pria kelahiran Banten. Bahkan dalam kesempatan BKSPPI mengadakan musyawarah di Ma'had Al-Zaytun tahun 1999 Kyai Khalil Ridlwan sempat menanyakan nama asli, alamat di Jakarta dan nomor HP AS Panji Gumilang, ia hanya menjawab "Nanti juga tahu." Padahal Abu Toto dan Kyai Khalil Ridlwan adalah teman sekelas/seangkatan ketika menjadi santri di Pondok Modern Gontor, Ponorogo.

Berdasarkan pengakuan/testimoni dari nama-nama yang dicantumkan oleh Al-Chaidar dalam bukunya yang semuanya mengaku pernah terlibat dan bersama-sama dengan Abu Toto, Abu Ma'ariq atau Toto Salam dalam gerakan NII KW IX, termasuk Al-Chaidar sendiri, sebenarnya telah cukup sebagai dasar yang kuat untuk alat bukti, baik dari segi hukum maupun sisi barang bukti dan persaksian, bahwa yang bernama AS Panji Gumilang yang kini menjadi Syaikh Ma'had Al-Zaytun dan foto close-up maupun postur penuh dirinya yang terpammpang di berbagai media masa tersebut, itulah Abu Toto, atau Toto Salam, atau Abu Ma'ariq, imam KW IX yang dimaksud dalam testimoni mereka.

Demikian pula dengan Ma'had Al-Zaytun, Ma'had itulah salah satu pembangunan yang di maksudkan, selain utnuk pembangunan asykariyah (ketentaraan dan persenjataan) dan lembaga formal struktural NII, dalam gerakan pengumpulan dana, melali istilah harakat Qurban, harakat Ramadlon, infaq, Shadaqah, Qiradl, Istighfar dan lain sebagainya.

Berdasarkan hasil tim investigasi tim LPPI ke Pondok Modern Gontor Ponorogo, Jawa Timur, maupun investigasi ke kampung halaman isterinya di Menes (Pandeglang, Banten) yang telah di tinggalkan mereka sejak tahun 1994, data identitas diri AS Panji Gumilang yang sebenarnya telah di peroleh dan dapat di pastikan, tentang nama asli maupun asal usulnya, maupun perjalanan serta kariernya.


1. Nama asli : Abdul Salam bin Rasyidi (Imam Rasyidi, nama lengkapnya)
2. Tempat/tanggal lahir : Desa Dukun, Sembung Anyar, gresik, 27 Juli 1946.
3. Pendidikan:

* SR (Sekolah Rakyat), Lulus tahun 1958/9
* Siswa Pondok Modern Gontor, masuk tahun 1961
* Mahasiswa Fak. Adab IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

4. Istri: Khotimah Binti E. Said alias Maysaroh
5. Lahir: Menes, 25 April 1944
6. Lulus:

* Tsanawiyah Mathla'ul Anwar th 1963
* Pegawai Negeri, ditugaskan sebagai Guru di MA (Mathla'ul Anwar)

7. Anak-anak: Imam Prawoto,Wushtho, Iwan, anis dan dua adiknya.


Nama belakang, 'Prawoto' dari nama Imam Prawoto di ambil dari nama samaran Abdus Salam saat di bai'at atas permintaan sendiri dan kemudian dia dikenal dengan panggilan ABU TOTO. Imam Prawoto kini menjabat sebagai sekretaris Yayasan Pesantren Indonesia ma'had Al-Zaytun. Sedangkan Anis bt Abdul Salam kini juga menjadi guru di Ma'had Al Zaytun.



B. Beberapa Kesaksian

1. Al Chaidar (bergabung dengan NII KW-9 tahun 1991 - 1996)

Mulanya karena di datangi seorang sahabat yang telah lama tidak kuliah, Amirul mukminin namanya. Secara terus terang dia menceritakkan perihal dirinya berhenti dari kuliah, karena telah terlibat secara aktif dalam NII. Lantas sayapun di ajaknya ikut kelompoknya.

Sayapun agak heran, kenapa saya tidak di ajak, padahal sebelumnya saya telah ta'lim dengan kelompok ikhwanul Muslimin (kelompok tarbiyah, kini Partai Keadilan), kelompok yang dikenal anti dengan gerakan atau kelompok NII. Dan hal ini saya ceritakan kepada Murabbi, mereka tidak suka dan melarang saya berhubungan dengan NII.

Ketidaksukaan para Murabbi saya inilah yang justru menimbulkan rasa keingin-tahuan saya terhadap NII. Dan ternyata NII mempunyai konsep yang sangat radikal tentang negara islam. Apapun persoalannya selalu di hubungkan dengan sistem negara islam secara radikal. Jadi, akar segala persolan sesungguhnya adalah negara ini. Artinya, sebagai contoh, mengapa sekarang banyak fenomena pacaran, atau fenomena perselingkuhan atau fenomena seks di kalangan mahasiswa? Jawabannya, karena negara indonesia bukan negara islam. Dan mereka mencoba menarik calon anggota melalui tema-tema human interest dalam persoalan-persoalan sosial yang sangat mendasar. Setelah tertarik baru di ajak mengaji. Sedangkan saya, di dekati karena mereka memandang saya punya pikiran-pikiran kritis dan agak fundamentalis, makanya langsung di garap. Dan akhirnya kita di bawa kepada semangat untuk mengadakan perubahan terhadap semua ketimpangan dan penyakit sosial maupun politik yang ada di negeri ini. Melalui sistem jama'ah negara Islam kita di ajak berjuang sekuat tenaga dengan cara mengumpulkan kekuatan mental, fisik dan ekonomi. Dan sayapun gencar berdakwah merekrut calon anggota.

Dan sayapun sempat membayangkan diri bakalan masuk kejajaran elite kelompok Abu Toto ini. Konyolnya, saya pun tetap terbawa sampai 5 tahun, dan sangat menikmati penyimpanagannya yang sangat parah tersebut. Seperti soal penerapan periodesasi hukum dan aturan yang selalu akan terjadi pengulangan. Sehingga jika dahulu masa di Mekkah (Makkiyah) belum di wajibkan Shalat ataupun meninggalkan khammar, maka sekarang pun persis seperti itu. Akibatnya, ketika saya dahulu berdakwah di kampus UI, tanpa ada rasa bersalah, saat itu pun saya sambil minum vodka. Dan celakanya, justru itulah yang bisa menarik ribuan kaum muda, karena mereka senang mendapatkan ajaran itu. Seakan-akan menunjukan bahwa tindakan mereka selama ini, seperti minum-minuman adalah merupakan tindakan yang sesuai dengan fithrah. Berarti mereka selama ini tidak terlalu jauh dari Islam. Dan sekali lagi, karena itulah mereka tertarik dengan ajaran ini.

Di dalam niatan saya sebanyak mungkin menarik pengikut, tidak ada latar belakang lain kecuali semata-mata untuk kepentingan ekonomi NII. Orang di giring masuk dulu, setelah itu baru di peras ekonominya. Atas tidakan rekrutmen saya ini, masuklah sekitar 2.000-an anggota, dan taatnya hanya untuk Abu Toto. Dan kalau di jumlah hasil setoran yang saya berikan kepada pimpinan selama itu nggak kurang dari 2 miliar rupiah. Tapi, dasar niat dan keterpengaruhan kita dengan NII karena kering spiritual, kurang ilmu agama, maka sebenarnya ketika menjadi anggota NII Abu Toto sama sekali tak terobati.

Jika tadinya kita merasa terisolasi dari kehidupan sosial yang ada, seharusnya dengan masuk ke dalam jama'ah NII, akan kita dapatkan teman serta bisa bersosialisasi. Kenyataannya, kita pun masih tetap merasa sendiri juga. Bahkan pada akhirnya kita diancam dengan ayat-ayat, dituduh malas, murtad atau kufur, karena kita sudah kesulitan memberikan kontribusi ekonomi kepada NII. Maka faktor inilah yang pada akhirnya menyebabkan saya dan teman-teman yang lain keluar dari NII.

Dan tentang Abu Toto, saya tidak tahu siapa nama aslinya, karena dia punya banyak nama. Saya mengenal betul dengan Abu Toto, karena memang jajaran saya waktu itu di Bekasi Barat. Dan saya pun tetap mengenali Abu Toto, sekali pun dia mengubah namanya menjadi AS Panji Gumilang, atau menjadi syaikh Ma'had Al-Zaytun di Indramayu itu. Tiada niatan saya dalam menyusun buku tentang Abu Toto dengan KW IX-nya melainkan, berharap bisa menjadi kafarat kesalahan saya yang telah banyak menyesatkan ummat dan melecehkan Islam, serta memberi tahu umat yang lain yang belum tahu, tentang apa dan siapa Abu Toto dengan NII KW IX maupun Ma'had Al Zaytunnya. Dan sayapun sudah sempat membuktikan perlawanan saya kepada NII KW IX dengan menyekap mas'ul Shaleh maupun Ibrahim saya selama tiga hari di Malja', dan sempat pula saya rampas dua kendaraan yang di pakainya serta sejumlah uang yang ada. Toh, pada akhirnya mereka tidak mampu berbuat apa-apa kepada saya.

2. Imam Shalahuddin (tahun 1989 - 1996)

Perkenalan saya dengan gerakan NII KW IX Abu Toto berawal dari kedatangan salah seorang teman yang coba mengajak dialog keagamaan. Dalam dialog tersebut, teman saya selalu mengarahkan pembicaraannya mengenai masalah tema pergerakan (harakah). Apalagi di tambah dengan paparannya mengenai masalah isu-isu penting yang menjadi kebutuhan umat Islam dewasa ini, yaitu tema tentang Daulah Islamiyah atau Khilafah Islamiyah, yang tentunya siapaun orangnya bila mengaku dirinya Muslim pasti terpanggil dan bersegera menyambut. Sebagai seorang remja Muslim, kajian tersebut membuat saya tertarik untuk mengikutinya, berbekal "kesadaran beragama" yang saya miliki akhirnya berkesimpulan bahwa Daulah Islamiyah memang seharusnya ada di Indonesia. Pembicaraan dengan teman tersebut tidak putus atau selesai sampai di situ saja, bahkan berbalik menjadi sebuah pertanyaan untuk diri saya sendiri. Pertanyaan tersebut kurang lebihnya yaitu: "Jika daulah Islam itu memang harus ada, maka gerangan siapa imamnya dan dimana adanya?"

Untuk kali kedua, teman saya datang dan dia menayakan bagaimana kesan dari pembicaraan yang pertama. Bahkan ketika itu juga dia langsung mengajak saya untuk mendatangi sebuah pengajian yang sedang diadakan di sebuah rumah kenalannya (setelah tahu bahwa tempat itu adalah rumah salah seorang jama'ah yang memang representatif untuk mengadakan pengajian ala mereka). Untuk menambah pengetahuan sekaligus menghargai teman, akhirnya saya pun ikut ajakan tersebut. Dalam pengajian itu memang sempat di bahas perlunya umat Islam memiliki Daulah Islamiyah. Bahkan sempat membahas sangat perlunya umat Islam sekarang ini sungguh-sungguh berjihad menegakkan Islam secara kaffah, yakni berhukum Islam serta tinggal di negara Islam secara berjama'ah (dalam tahap pertama ini mereka menyebutnya tilawah. Dan rujukan kajiannya adalah Silabus Mabadi'uts-Tsalatsah (karya Abi Karim), yang bermuatan Tauhid Rububiyah, tauhid Mulkiyah dan Tauhid Uluhiyah, sehingga terlihat jelas bahwa persoalan utama yang mendesak adalah dibutuhkannya sebuah Negara Islam). Setelah beberapa menit saya mendengarkan uraian pengajian dengan materi seperti itu, menambah hasrat saya untuk mempertanyakan soal yang sempat menjadi unek-unek saya sebelumnya. Kalau memang di Indonesia sudah ada Negara Islam siapakah imamnya dan diman keberadaannya? Mendengar pertanyaan dari saya langsung seperti itu, Ustadz pemberi materi hanya menjawab: "Oh, untuk urusan itu nggak usah dululah kamu tahu. Kamu belajar tentang teori-teorinya saja dulu."

Selanjutnya, dari pertemuan itu membawa saya aktif dalam pengajian mereka. Setelah 6 bulan menjalani kajian ini dan sudah di anggap menguasai dasar pemikiran NII, dan yang teramat penting dalam penyeleksian jama'ah adalah sudah sterilnya saya dari unsur-unsur yang membahayakan, seperti tidak adanya dalam keluarga saya aparat keamanan tentara/polisi, barulah saya di rekrut secar resmi oleh mereka dengan melakukan bai'at, Abu Toto sebagai jama'ah NII. Yang menjadi inti dari acara bai'at Abu Toto itu adalah perpindahan (hijrah) status kewarganegaraan saya, dari warga negara RI menjadi Warga Negara Islam Indonesia. Pada saat acara itu pula mulai di ungkapnya dasar pijakan sejarah mereka yaitu bahwa konsep nagara Islam yang dimaksud adalah Negara Islam yang pernah di proklamasikan S.M. Kartosoewiryo tertanggal 7 Agustus 1949. Saya pun bertanya: "Memangnya masih ada pengikut ajaran Kartosuwiryo?" Mereka menjawab "masih." Kemudian, selesai acara, saya sangat di wanti-wanti untuk tidak mebuka-buka kejadian yang baru saja dilaksanakan kepada orang lain. (Diketahui bahwa masalah tersebut memang sudah menjadi doktrin mereka, (QS 17: 18, 20). Disamping itu, ditetapkannya kewajiban saya sebagai warga negara seperti mengajak orang lain, membayar infak, shodaqoh dll.

Setahun kemudian 1990, karena mungkin sya dianggap memiliki latar belakang pendidikan pesantren, ditambah sudah membawa sepuluh orang berhijrah, saya pun akhirnya diangkat sebagai pejabat (mas'ul Musa) setingkat Lurah di daerah Utan Kayu Selatan, Matraman Jaktim (Kode teritorialnya 9231-12). Nannm yang jelas karena sturktur lembaganya adalah negaia, maka instrumel]kenegaraan dipakainya. Jadi, untuk mengisi kekosongan territorial semuajama'ah laki-laki ditempatkan sebagai mas'ul. Dulu menamaj teritorialnya memakai istilah Markazul 'Ala (KT), Al Wilayatui Akhai( KPWB), Al Wilayah (KW), Ad Dairah (KD), Al Mantiqoh (KB), Al Muqoto'ah (KC), Al Qoryah (KL). Dengan diangkatnya saya maka bertambahlah kewajiban. Mulai dari mencari umat, membinanya dan mengontrol keuangan tiap hari. Seluruh kewajiban umat dan aparat tersebut berangkat dari lima dasar program negara (Binayatul Khomsah), terdiri dari: Pembinaan Aqidah, Teritorial, Keaparatan. Keuangan.danKomunikasi.

Berbarengan adanya sebuah program dan KW-9 berupa mutasi kerja masal (Tahawul 'am), dua tahun kemudian 1994, saya diangkat menjadi apaiat Camat di daerah Tambelang, Bekasi Utara (Kode teritorial 9142). Saat itu nama struktur teritorial sudah berubah seperti nama-nama Nabi, di antaranya: Adam, ldris. Nuh, Hud, Shaleh, lbrahim dan Musa. Layaknya bekerja di kantor kecamatan, saya yang telah diangkat sebagai Kepala Bag. Keuangan (tsiqoyah) diharuskan berdinas disebuah kantor (malja), yang sebenarnya hanyalah rumah kontrakan biasa. Pada Tahun 1995, saya dimutasi lagi ke Bekasi Barat (Kode teritorial 9132) menjadi Kepala Bag. Pembinaan. Dan temyata semakin kedudukan yang saya pegang semakin tinggi maka kewajibanpun semakin banyak pula. Pengorbanan harta dan jiwa dituntut terus menerus tak mengenal batas. Semua itu harus dilaksanakan tanpa ada alasan untuk ditmggalkan. Seluruh energi sampai yang tersisa harus ditumpahkan untuk memikirkan tanggung jawab dan kewajiban mencari (merekrut) umat sebanyak-banyaknya, mengumpulkan dana sebanyak-banyaknya pula. Itulah wujud dari jihad bi amwal wa anfus, demikian ungkap para pimpinan KW IX. Terkadang, di sela-sela wejangannya mereka memberikan doktrin, "Hari ini Negara kita sedang miskin", kita yang memiliki harta wajib mengayakannya. Bila negeri ini sudah futuh (merdeka), di mana seluruh kekayaan di negeri ini milik negara, maka nanti apa yang pernah kamu berikan akan dikembalikan.''Yang sangat menyakitkan hati bila kewajiban yang diemban tidak sesuai dengan target, mereka tidak segan-segan melontarkan kata-kata hinaan, cacian dan makian. Bahkan ada yang terkena pukulan atau tendangan para pimpinan.Hidup seperti binatang perahan saja. Tidak ada yang namanya keperluan pribadi, yang ada adalah kepentingan negara. Bila negara membutuhkan diri kita, kita hams siap melayaninya.

Ketika saya sebagai Camat di Bekasi Utara saya berhasil merekrut anggota sebanyak 50 orang, sedang waktu dimutasi ke Bekasi Barat, saya berhasil merekrut anggota sebanyak 300 orang. Dan sayapun dianggap salah satu jajaran pemimpin NII yang berhasil, karena pada waktu itu teritorial saya dipandang berhasil merekrut anggota. Pujian dari pimpinanpun mengalir. Dalam sebulan saya bias menarik dana sebesar 10-15 juta rupiah. Malahan jika ada program-program tahunan, saya bisa menarik dana sekitar puluhan juta rupiah. Selama menjadi camat, aktivitas saya hanya untuk kedua target itu. Akibatnya, kuliah terbengkalai, ibadah pun kedodoran. Bayangkan, dari pukul 06.00 pagi sampai pukul 11.00 tugas mengontrol umat, siangnya jam 12.00 mengadakan briefing pelaporan hasil kerja kepada pimpinan. Pukul 5 petang untuk penarikan infaq, shodaqoh dll. Jam 7 malam laporan setoran dana. Kemudian dari jam 8 malam ke umat lagi membina umat dan terkadang menyiapkan orang untuk di hijrahkan besok. Praktis tidak ada waktu luang untuk memikirkan hal yang lain, termasuk beribadah. Mereka telah menekankan kebijakan baru tentang faham "prioritas utama adalah tilawah (baca Al-Qur'an). Dan tilawah adalah lebih penting dari pada shalat. " Logika mereka, karena yang bisa mencegah dari tindakan keji dan mungkar justru adalah tilawah dan bukannya shalat.

Untuk menenangkan hati jama'ah, selalu ada saja kalimat-kalimat doktrin yang memang sudah dipersiapkan, "Semua itu kita lakukan untuk menyongsong kebangkitan Islam di negeri ini, dan itu dimulai dari kita. Bila negara ini tegak seluruh harta yang dikeluarkan akan diganti 700%,sebagaimana janji Allah dalam Al-Qur'an." Demikian ungkap Abu Toto, ketika mengadakan acara irsyad ke bawah. la menambahkan, "Untuk ke arah sana, mulai bari ini kita harus mempersiapkan sarana dan prasarananya. Kita akan bangun sebuah proyek nan megah dan besar yang akan kita persiapkan sebagai negara basis sekaligus tanda bukti bahwa kita telah siap menyongsongnya." Dan temyata apa yang selalu diucap-ucapkannya itu memang terwujud sebuah bangunan apa yang kemudian dinamakannya Ponpes Al Zaitun di Indiamayu. Bangunan yang monumental itu dipersiapkan untuk regenerasi. Di mana para generasi muda dididik dan diarahkan menjadi "pemimpin bangsa". Demikian keyakinan yang terus menerus ditanamkan kepada anggota oleh para pimpinan, semua saya laksanakan dengan penuh kesabaran.

Sebenarnya, sebelum Abu Toto memegang kepemimpinan saya masih menjumpai orang-orang yang baik dan berakhlaq. Tetapi setelah Imamah dipegang Abu Toto atau Syaikh AS Panji Gumilang nama sekarang, kebijakan KW-9 mengalami perubahan drastis. Disaat kepemimpinan ditangannya, bukan hanya semakin berat tetapi semakin berubah dasar maupun landasannya. Diantaranya adalah perubahan dasar infaq dan pada konsep qurban. Islam jelas dan tegas memberlakukan kewajiban infak tidak ditarget dan disesuaikan dengan kurs dollar. Begitupun dengan berkorban, hanya kepada yang mampu. Sementara Abu Toto (saat itu nama yang digunakan adalah Abu Ma'ariq) menetapkan berkorban adalah wajib bagi setiap individu, dengan tanpa memandang lagi apakah para anggota mampu secara ekonomi atau tidak. Selain itu ada pula ketentuan, kambing yang dikorbankan setiap anggota tidak disembelih, tetapi digantikan dengan uang sebesar 150 ribu rupiah, per ekor. Dan karena sifatnya individual, seorang anggota yang memiliki keluarga sebanyak 7 jiwa berarti harus berkorban sebanyak harga 7 ekor kambing. Akibatnya, bisa dibayangkan, bagaimana para anggota tersebut harus menyediakan dana yang sangat besar. Tapi yang aneh, uang yang dibayarkan tersebut tidak dibelikan kambing kurban, melainkan dibelikan kendaraan. Sekarang dana hasil harakat Qurban itu diarahkan untuk pembangunan Ma'had Al Zaytun. Mereka menqiyaskan makna qurban: "bahwa bukan darah kambing yang disembelih yang diinginkan Allah, tapi kebaktiannya, yang mendesak dan sangat dibutuhkan bukan daging qurban, tapi sarana kendaraan." Saat itu sebenarnya saya ingin berontak, dan banyak anggota yang lain maupun di kalangan pimpinan timbul banyak protes. Diantaranya salah seorang ulama dari Banten mengikrarkan diri keluar dariNII, namun begitu ulama tersebut keluar disertai jamaahnya, tiba-tiba mereka ditangkap KODIM, dengan tuduhan sebagai anggota NII.

Pergolakan batin saya temyata masih kalah oleh rasio sendiri, saat itu dalam anggapan saya bahwa ini bentuk perjuangannya sebagai ummat Islam. Saya punya tekad akan merubah KW 9 ini dan dalam, namun akhirnya tokh saya tidak mampu. Bahkan ketika saya sering melakukan protes terhadap ketentuan-ketentuan yang saya anggap keliru tersebut, yang saya dapatkan adalah pukulan dan tendangan, bahkan ada jamaah lainnya tidak bisa memenuhi kewajiban infaq, maka dikenakan hukuman dikurung dalam kamar semalaman. Melihat situasi yang semakin parah dan jauhnya nilai-nilai keislaman akhirnya saya menyatakan keluar. Apalagi setelah melihat ekonomi keluarga yang sudah bangkrut, karena rumah, kios dan modal kerja serta motor sudah terjual dan ludes untuk pengorbanan demi kepentingan NII (karena saat itu, "segala apapun yang kami cintai, harus diberikan untuk kepentingan negara dan pimpinan NII").

Namun proses untuk keluar itupun agak sulit. Sebelumnya saya mengajukan pengunduran diri sebagai camat atau pimpinan, dan ingin menjadi warga jama'ah biasa saja. Ketika itu bertepatan dengan adanya rasa bersalah saya karena tidak bisa menjalankan tugas soal mengatur pemikahan para anggota, walaupun sebenarnya itu memang saya sengaja. Sebab, dalam jamaah menikah itu dipersulit, melalui ketetapan mahar, taftis (proses seleksi dan pimpinan terhadap kedua calon) dan lain-lainnya,sehingga banyak yang saya izinkan untuk menikah sebagaimana biasa saja, bukan didepan pimpinan.

Konsekuensi atas penolakan terhadap permohonan mundur saya dan jabatan tersebut, saya diwajibkan membuat pernyataan bersalah, untuk kemudian diajukan kepada pimpinan, intinya, siap untuk dihukum. Yang pasti, saya diwajibkan membayar shodaqoh istighfar. Khawatir bahwa saya akan ngoceh setelah menjadi jamaah biasa, temyata datang teror melalui ancaman, bahwa kesalahan saya sepadan dengan hukuman bunuh, dan tidak sebatas dipecat dari jabatan. Setelah saya main kucing-kucingan dengan mereka saya bisa keluar dengan tenang tahun 1996. Setelah keluar pun saya mengalami kesulitan, yaitu susahnya bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar. Dan Alhamdulillah setahun kemudian berkat do'a dan usaha akhirnya Allah pun memberikan kemudahan kepada saya. Yang amat saya sayangkan, masih aktifnya kedua adik saya sebagai mas'ul dijajaran KW IX. Saya berharap semoga Allah membukakan mata hatinya untuk melihat realitas yang sesungguhnya dan dampak negatif dari aktifitas yang sedang mereka jalani.

3. Kesaksian Basyaruddin (aktif tahun 1993 - 1996)

Saya masuk gerakan ini ketika pada yang kesekian kalinya bertandang ketempat kost teman mahasiswa. Suatu hari saya menemukan teman-teman tengah menyimak materi ayat-ayat Al-Qur'an yang disampaikan oleb ustadz muda, tetapi acara ini agak hati-bati karena materinya bila didengar orang-orang pemerintah orde baru, bisa dituduh subversif. Tidak lazim, bahwa teman-teman mahasiswa yang sekuler tiba-tiba menyimak Al-Qur'an yang disampaikan ustadz.

Isi materi dakwah tiada yang janggal, dan pengalaman selama ini memang saya tidak menyukai pemerintah dan program-program pembangunan pemerintah seperti tidak mempunyai agama, penuh dengan korupsi, kolusi dan nepotisme, bukum yang tidak adil, mengizinkan SDSB, pelacuran, minuman keras beredar dan mudah dijangkau oleh kalangan anak-anak sekolah, membelinya pun bisa dengan ketengan, seperti membeli rokok saja. Selain itu perilaku pejabat pemerintah sendiri serba negatif, perilaku pegawai birokrat yang selalu meminta uang. Seolah-olah mereka (orang orang Pemerintah) adalah pemilik negeri ini. Hidup menjadi sulit karena sedikit ada urusan apa saja harus dengan uang, sedang uangpun sangat sulit didapat, dan banyak lagi lainnya.

Karena kondisi yang sedemikian buruk dan jahat ini, tidak ada dalam ajaran Islam. Maka sayapun lebih berpihak kepada Islam. Apalagi jaminan Allah SWT sangat luar biasa. Dengan hadirnya ustadz muda ini saya menaruh harapan besar, bahwa temyata ada seseorang yang lain, artinya tidak saya saja yang merasakan persoalan rumit akibat ulah penguasa di Indonesia. Kehadiran ustadz yang berani dengan terang terangan menyatakan pendapatnya membuat saya kagum karena keberaniannya, sementara lingkungan yang buruk, orang-orang tidak peduli dengan sesamanya, mereka lebih peduli dengan dirinya sendiri mengurusi dan memenuhi kebutuhan masing-masing, yang pada kenyataannya mereka satu sama lain sudah jauh melenceng dari pemahaman ajaran Islam.

Semenjak mengikuti pengajian itu, saya baru tahu kalau itu adalah NII, sepengetahuan saya NII itu adalah para pemberontak semacam perampok yang jahat. Tetapi image saya tentang NII jahat itu akhirnya pupus, karena akibat propaganda penguasa dzalim Orde Baru. Saat-saat awal aktif dalam NII KW IX banyak hikmah yang saya dapatkan tentang konsep ajaran Islam. Saya merasakan persaudaraan yang tidak saya dapatkan diluar persaudaraan Islam. Padahal satu sama lain baru saling kenal, tapi rasanya seperti saudara senasib, orang orang yang tertindas seperti zaman nabi-nabi.

Hingga kemudian saya menemukan banyak penyimpangan ditubuh KW IX sendiri. Nilai-nilai Islami yang saya anut dengan penuh harapan dan kecintaan yang amat sangat harus terkubur lagi.,tetapi ternyata kemudian saya malah terlempar kedalam bentuk penindasan baru yang lebih jahat dari penguasa Orde Baru. Saya dipaksa untuk mengkafirkan orang tua sendiri dan saudara-saudara satu daerah serta masyarakat komunitas saya dahulu. Harapan saya yang tadinya ingin mendapatkan kebahagiaannya kemerdekaan dari penindasan, namun ternyata bukannya kemerdekaan jiwa yang saya dapatkan, saya malah terperangkap dalam penindasan jiwa yang lebih dahsyat. Karena KW IX mengklaim lembaganya sebagai pengejawantahan Tuhan. Dan untuk masalah ini saya sangat takut Tuhan, sebab Tuhan itu maha Kuasa. Apalah artinya saya, sebagai makhluk yang relatif tak luput dari dosa, sementara saya ingin disayang Tuhan. Maka saya mencoba untuk bertahan dengan patuh kepada perintah Tuhan tanpa terkecuali, walau saya diperlakukan semena-mena dan ditindas sejadi-jadinya.

KW IX memberikan janji-janji muluk. Padahal harapan saya hanya rasa persaudaraan saja sudah cukup puas. Tetapi KW IX memberikan janji-janji kekuasaan, namun harus melalui pengorbanan-pengorbanan yang dituntut dari tiap-tiap jama'ahnya. selama empat tahun , akhirnya saya berusaha membangun image untuk melawan "Tuhan" lembaga KW IX tersebut, semoga Tuhan yang sesungguhnya tidak demikian. Walau harapan saya telah musnah, putus sekolah, nama baik dimata keluarga serta sanak saudara dan lingkungan masyarakat. Saya bulatkan tekad untuk melawan determinasi negatif ini. Lantas saya keluar dari KW IX, walau saya terus menerus dihantui bayang-bayang KW IX. Demikianlah, saya berdo'a semoga Abu TOTO dan lembaga "Tuhan" KW IX dihancurkan oleh Tuhan yang sesungguhnya, ya'ni Allah SWT, Amiin. (Al Chaidar, Sepak Terjang Abu Toto NII KW IX, Madani Press-2000, Testimoni)

4. Sakinah (kesaksian: pengaduannya ke LPPI bulan April tahun 2000)

Gencarnya pemberitaan mass media tentang NII atau N Sebelas dan juga Ma'had Al Zaytun serta KW-9, membuat cukup sibuk LPPI dalam memberikan pelayanan, baik dalam membagi waktu konsultasi maupun memenuhi permintaan penjelasan tentang wabah NII KW-9 ABU TOTO, dan berbagai kalangan dalam bentuk ceramah ataupun diskusi dalam maupun luar kota. Belum lagi yang bertanya dan konsultasi via pesawat telepon.

Dan tercatat sekitar 20-an keluarga dengan disertai anaknya yang menjadi korban KW-9 ABU TOTO, diantaranya 2 keluarga dari Solo Jateng, 1 keluarga dari Medan, 2 keluarga dari Bandung, selebihnya dari Jakarta, Tangerang dan Bekasi, datang ke kantor LPPI untuk meminta penjelasan dan sekaligus menyadarkan kesesatan anak-anak mereka dari jerat-jerat ajaran KW-9.

Dengan diantar oleh keluarga yang ada di Jakarta, seorang lbu datang dari Solo disertai putrinya, mahasiswi ITB semester VIII, yang konon terlibat dengan kelompok NII KW-9, sehingga sempat menghentikan kuliahnya.

Di awal dialog, Sakinah, nama mahasiswi tersebut, sama sekali tak mau bicara. Sesekali keluar suara dari mulutnya berupa komentar singkat dan permintaan mengulang dari apa yang disampaikan penulis.

Penulis membuka dialog dengan menceritakan sejarah perjalanan gerakan Islam di Indonesia mulai tahun 1977 kasus Komando Jihad hingga era kepartaian tahun 1999. Serta tak luput pula menceritakan tentang munculnya berbagai aliran sempalan Islam di Indonesia.

Keterbukaan Sakinah, baru terkuak setelah penulis selesai bercerita. Sakinah mengawali dengan pertanyaan "Bagaimana penilaian Bapak tentang NII?"

Dan akhirnya, ganti penulis yang mulai bertanya langsung to the point: "Siapa Mas'ulnya, kapan berbai'atnya, dan apa yang membuat anda tertarik?"

Jawab Sakinah: "Saya ingin hidup dalam daulah Islam." Penulis pun langsung bertanya, "dari mana anda memulainya?"

"Melalui Madinah" jawabnya. "Maksudnya Madinah itu apa?" tanya penulis.

Jawab Sakinah: "Madinah itu ya lembaga NII, begitu kata Mas'ul kami, dasarnya sejarah dan proklamasi NII."

Kemudian penulis berikan penjelasan tentang Marhalah (tahapan) dakwah Rasulullah saw, sejak awal bingga hijrah ke Madinah, serta karakter kemadinahan dan kemasyarakatan Nabi dan Shahabat. Lantas penulis bertanya kepada Sakinah: "Adakah kesamaan karakter ke-Madinahan Nabi saw dengan Madinahnya NII?"

Sakinah menjawab: "Ya, tidak sama, karena saat ini masih kahfi, dan kondisi Madinah sedang diusahakan."

Baikiah, kalau saat ini masih kahfi, saya bertanya lagi: "Apa dan bagaimana keislaman Nabi dan Shahabatnya ketika mereka masih berada di Makkah? Apa yang diajarkan Nabi di saat awal setiap orang yang Musyahadah (masuk islam)? Apa yang pertama kali dilakukan Nabi saw kepada para shababatnya itu dengan menetapkan kewajiban infak, iddikhor, tazkiyah dan lain sebagainya sebagaimana yang dilakukan kelompok NII Abu Toto kepadamu?"

Sakinah menjawab: "Saya belum tahu sejarah itu, dan saya piker ini kan perjuangan untuk Islam, jadi untuk membangun Madinah saya kira memang sangat membutuhkan banyak sekali dana."

Penulis bertanya lagi, "Lantas, bagaimana dengan tanggung jawab missi Islam, melepaskan dan mengeluarkan ummat dan kejahiliyyahan kepada ke-lslaman, selain itu apakah anda tahu dan mendapatkan laporan dari dana yang didapatkan serta pendistribusiannya, karena sebagai seorang intelek, anda kan harus juga bersikap kritis dengan masalah-masalah yang seperti ini?"

Sakinah masih bisa juga menjawab, namun sepertinya sudah kurang yakin: "Menurut mereka, bila Daulah sudah tegak, semuanya akan beres. Dan soal dana, rasanya saya baru sadar, setahu saya belum ada yang bertanya seperti itu."

Ketika penulis mempertanyakan kembali masalah missi Islam: "Kalau harusmenunggu terlebih dahulu tegaknya Daulah, baru pembinaan syari'at dan akhlaq dilaksanakan, bagaimana kalau seandainya ia meninggal, sedangkan ia tidak shalat, masih suka bohong dan banyak meninggalkan kewajiban-kewajiban yang lain?"

Sakinah tertegun, dan malah bertanya: "Jadi, yang sebarusnya bagaimana?" Penulis balik bertanya: "Kamu sendiri masih shalat? Dan kenapa masih memakai jilbab?"

Sakinah menjawab: "Sebenarnya sih diperbolehkan untuk tidak shalat dan melepas jilbab, tapi perasaan saya kok tidak pantas gitu, jadi saya tetap shalat dan pakai jilbab. Masa mengaku muslim, tidak shalat dan nggak pakai jilbab, nggak enak. rasanya."

Akhirnya penulis jelaskan secara panjang lebar, dan berlangsung selama tiga hari berturut-turut di kantor LPPI, dan dilanjutkan oleh staff LPPI yang lain selama satu minggu, Alhamdulillah akhirnya Sakinah terlepas dari jerat NII K.W-9, dan bahkan mampu mempengaruhi dan mengajak seniornya untuk keluar dari NII KW-9. Keberaniannya muncul dan keyakinannya semakin kuat bahwa NII KW-9 itu sesat dan menyesatkan. Ketika para mantan seniornya diajak berdiskusi lebih lanjut dan hendak diperternukan dengan LPPI, mereka semuanya menolak atau menghindar.

Dari cerita Sakinah selama sekitar dua tahun terlibat dalam NII KW-9, sudah lupa berapa banyak dana yang diserahkan kepada NII KW-9, narnun untuk bulan-bulan terakhir ia diharuskan menyerahkan dana sebesar 4 juta rupiah, untuk itulah ia tidak sempat lagi kuliah, karena sibuk berdagang apa saja selain juga berdakwah merekrut anggota baru.

5. Kesaksian Dede Syaifuddin alias Syaiful Bahn, tahun 1995-1996 (Status sebagai mahasiswa di ALTRI semester V, Drop Out)

Saya masuk NII bulan Juni tahun 1995 lain keluar tahun 1996. Saya meninggalkan bangku kuliah diam-diam, yang akhirnya orang tua mengetahui. Akibatnya keuangan saya di stop. Pimpinan saya bilang jangan didengar, contoh Nabi lbrahim a.s di mana orang tuanya kafir, kalau orang tua kafir jangan ditha'ati" Akhimya, saya sering mengambil makanan dari rumah orang tua, untuk saya bawa ke pos (malja) NII.

Saya membayar infak sudah lupa, berapa yang telah saya keluarkan. Sedangkan Qiradl baru 1 gram, Qurban satu kali, katanya saat itu digunakan untuk membeli sawah dan mendirikan ma'bad. Selama menjadi auggota NII saya sering kali mengikuti tilawah, di kampus di bilangan Salemba. Lama kelamaan, yang saya rasakan bukannya ketenangan dan ketentraman, tapi justru kok nama saya cemar dimata para jama'ah yang tidak mau menerima NII, baik dari lingkungan keluarga, tetangga rumah maupun teman sekolah. Bahkan dilingkungan NII sendiri sayapun diusir dan dimaki, keluar! keluar!

Saya jadi sempat bingung dibuat oleh NII. Memang, alasannya, karena saya orang yang cepat bosan dan malas, sehingga hanya menghasilkan 4 orang untuk menjadi Mas'ul, tingkat Musa. Namun saat itu saya punya prinsip, walaupun NII mewajibkan saya untuk zakat, shadaqah dan lain-lainnya, saya lebih mengutamakan membeli makanan untuk orang-orang yang ada di Malja, karena Malja tidak menyediakan konsumsi sama sekali bagi ikhwan.

Sebelumnya, saya berada di malja Matraman, disitu saya masih melaksanakan shalat, tetapi ketika saya ditahawul (mutasi) ke Malja Duren Sawit Klender Jaktim, temyata senior-senior yang ada disitu seperti Aseng, Ali Akbar, Abu Amar dan para senior lainnya, tidak melakukan shalat, tapi tilawah dan ngobrol membicarakan program-program pejuangan NII saja. Akhirnya sayapun menjadi terpengaruh untuk tidak lagi melaksanakan shalat, dan sejak saat itu saya tidak pemah lagi melakukan shalat. Sayapun akhirnya tinggal di malja Duren Sawit.

Pernah suatu hari, kakak saya diberi tilawah oleh Mas'ul yangpendidikan Makkahnya minim, padahal kakak saya seorang mahasiswi, lain hal tersebut ditolak mentah-mentah oleh kakak saya, dan kemudian saya dibuat malu oleh kakak saya itu, saat di rumah. Bahkan saya dilaporkan kepada kakak saya yang laki-laki yang menjadi perwira polisi, untung, kakak saya cuma bilang :"Biarin saja, si Dede, nanti juga bosan sendiri".

Tahun 1996, waktu itu ada pendidikan, saya dan 'Watad' dengan kode teritorial 92225. (baca dan belakang, angka 5 adalah posisi Mas'ul Musa namanya Ali Akbar, angka 2 Mas'ul lbrahim namanya Abu Amar, angka 2 berikutnya mas'ul Shaleh, 2 berikutnya mas'ul Hud adalah Syaifullah alias Aseng, dan angka 9 mas'ul Nuh yang masih dipegang Abu Toto. Untuk menjadi Musa atau Mudabir Musa 92845: posisi saya menempati angka 5, angka 4 Mudabir lbrahim, angka 8 adalah Abu Amar dan angka 2 adalah Syaifullah, sedang angka 9 Abu Toto), dan saya lupa berapa besarnya dana untuk "tartib" Musa. Sejak saat itu saya naik tingkat menjadi Mudabir Musa, hingga akhirnya saya bosan. Saat itu saya mau keluar dan NII, tapi takut. Akhirnya dengan kepala stress saya nekad akan keluar, tapi mau lari kemana? Karena menurut mereka setiap jengkal tanah ada anggota NII. Saya keluar dari NII perlahan-lahan, saya katakan niat keluar tersebut kepada lbrahim, namun saya ditahan-tahan oleh mereka, dan dikatakan kepada saya: "Kalau keluar, kafirlah kamu, pokoknya hidup karnupun tidak ada gunanya di Makkah".

Memang, sebenarnya saya masih cinta dengan NII, tapi masalah dana dan mencari ummat itu yang saya rasakan sangat berat. Saya mulai benar-benar keluar, setelah ada program tartib besar-besaran. Dan setelah keluar, kepala saya pusing, masyarakat mengejek, shalat tidak, apalagi yang lainnya. Lantas saya merasa jadi 'Syetan' di bumi ini, karena NII mengatakan semua perbuatan saya sia-sia. Akhirnya, saya sering mabuk-mabukan, walaupun begitu saya masih tetap takut akibat keluar saya dai NII, kemudian saya masuki dunia Narkoba, di situ saya sukses. Saya tak berpikir lagi kemana saya harus mencari Tuhan, pokoknya hidup saya bebas, dan bebas pergaulan, hingga saya berkenalan dengan seorang wanita, hingga berhubungan serius. Akhirnya orang tua wanita itu tidak menyetujui hubungan saya, dan malah saya dijebloskan ke penjara.

Karena itu saya berpikir, saya sudah tidak punya Tuhan lagi, dan saya anggap diri saya ini adalah syetan di bumi ini. Yang menjadi permasalahan, kenapa saya masih merasa tetap setia dengan doktrin NII, terutama doktrin tidak perlu shalat sementara sadar kewajiban jihad untuk mendirikan NII, dan jangan mendengarkan perkataan orang-orang kafir (orang di luar NII), serta paham NII rasanya tak bisa lepas dan otak saya." Selain itu ada efek rusaknya, setelah saya keluar dari NII adalah moral saya rusak dan merasa cap 'dajjal' melekat pada diri saya, yang membuat saya merasa terasing dirnuka bumi ini.

6. Pernyataan Pimpinan Pondok Modern Gontor Ponorogo (Jawa Timur), K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi

Di dalam dalam Majalah Al Zaytun, edisi II bulan Februari 2000, secara jelas menyatakan adanya kesan hubungan dan keterkaitan yang erat antara pondok pesantren Al Zaytun dengan Pondok Modern Gontor, dan juga propaganda dari mulut ke mulut oleh kalangan Al Zaytun, yang menyatakan tentang adanya kerja sama untuk mengelola Ma'had Al Zaytun, Haurgeulis Indramayu, dengan para asatidz Pondok Modern Gontor; demikian pula halnya propaganda tentang rutinitas kunjungan pimpinan Pondok Modem Gontor, K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi ke maliad Al Zaytun, setiap tiga bulan sekali.

Penulis bersama dengan pimpinan LPPI sempat melakukan konfirmasi langsung dengan K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, pimpinan Pondok Modern Gontor Ponorogo Jawa Timur. Selain bertujuan untuk mendapatkan data diri AS (Abdul Salam) Panji Gumilang alias Abu TOTO, sebagai alumnus Pondok Modern Gontor, melalui Buku Induk siswa Pondok Modern Gontor. Maka LPPI juga berkepentingan untuk memperoleh konfiirmasi dan penjelasan secara langsung dari pihak yang berkompeten di Pondok Modem Gontor tersebut, yakni K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi. Sehubungan dengan kuat dan santernya berita dari mulut ke mulut, tentang issu adanya kerja sama Pondok Modern Gontor dengan Al Zaytun tersebut, serta terjalinnya hubungan yang sudah lama berlangsung antara KW IX dengan Pondok Modern Gontor, melalui pembinaan terhadap putri-putri kalangan KW IX, temasuk anak dari Abu TOTO Abdul Salam Panji Gumilang sendiri, sejak sekitar tahun 1991/2, di Pondok Pesantren Putri, Mantingan.

Jawaban pimpinan PM Gontor, K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi dan para Asatidz, ternyata sangat bertolak belakang dan bertentangan dengan propaganda dan issue yang disebarkan oleh kalangan Al-Zaytun. Bahkan para Asatidz Pondok Modem Gontor tersebut dengan sangat antusias mencarikan bukti data diri Abu TOTO alias Abdul Salam bin Rosyidi tersebut, melalui Buku Induk Siswa. Menurut para asatidz Pondok Modem Gontor, sekitar sebulan yang lalu (sekitar bulan September) para pimpinan dan asatidz PM Gontor telah melakukan musyawarah untuk membahas adanya issue dan propaganda yang disebarkan oleh kalangan Al Zaytun tersebut. Dan kesimpulannya, Pondok Modem Gontor harus melakukan counter dengan cara yang sama, atas tersebarnya issue yang merugikan tersebut. Artinya, para asatidz dan eksponen Pondok Modem Gontor, tidak saja menolak dan membantah atas beredarnya issue kerja sama dengan Al Zaytun, akan tetapi para asatidz dan eksponen Gontor, melarang terhadap para alumnusnya berhubungan dengan ma'had Al Zaytun dan menghimbau masyarakat agar tidak memasukkan putra putrinya ke ma'had Al Zaytun.

Dalam kesempatan konfirmasi oleh LPPI kepada pimpinan Pondok Modem Gontor, K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, beliau dengan tegas dan berulang-ulang menyatakan bahwa '"Tidak ada kerja sama dengan Al Zaytun". Beliau mengakui, memang dulu pernah diundang oleh beberapa alumnus Gontor yang "mungkin" sudah bergabung dengan Abu TOTO, yang seingat beliau, alumnus tersebut bernama Zainal Arifin, agar bersedia untuk melakukan kunjungan ke ma'had Al Zaytun. Namun, menurnt K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, saat itu beliau datang ke ma'had Al Zaytaa tersebut, disana masih belum ada santrinya sama sekali. Dan yang pertama kali ditanyakan oleb beliau saat itu kepada Zamal Arifin, adalah masalah dana. Ketika beliau menanyakan tentang dari mana asal usul dana untuk membangun semuanya ini? Zainal Arifin menjawab: Ini semua dari Allah.

Menurut K.H. Abdullah Syukri, jawaban ini tidak transparan, sehingga beliau menanyakan lebih jelas lagi: "iya, dari Allah, tetapi melalui siapa?" Karena Zainal Arifin terdiam tidak mau menjawab, pak Kiai Syukri lantas menimpali: "Bagaimana kalian ini, dengan kiainya sendiri tidak mau terbuka". Akhirnya, masih menurut penuturan beliau: "Saya lantas berpikir, ini berarti pasti ada yang tidak beres" Saya tidak cocok dan tidak suka dengan hal-hal yang tidak jelas. Memang saat itu mereka mengusulkan kepada saya, supaya Gontor bersedia membantu. Dan saya jawab, silahkan kalian datang ke Gontor dan mari kita bicarakan, namun sampai sekarang tak ada satupun mereka yang datang. Dan Abu TOTO pun pernah datang kesini (Gontor, maksudnya, pen) tapi tidak menemui saya, dia entah menemui siapa.

Tapi yang jelas, memang ada beberapa alumnus Gontor ini yang mau datang kesana (Al Zaytun, maksudnya,pen), lantas mereka ini dikasih uang 200 ribuan setiap kali datang, mereka senang. Dan mereka-mereka ini mau kesana bukan untuk menyampaikan ilmu dan aqidah, tapi semata-mata karena urusan perut. Orang-orang yang seperti ini, tentu tak bisa kita cegah, bagaimana mencegahnya. Yaah, wajarlah kalau diantara sekian alumnus itu ada yang nakal. Tapi sebagian mereka sekarang sudah keluar dari sana, dan banyak juga murid-murid dari sana yang pindah kemari. Tentang anak-anak di pesantren putri Mantingan, mereka itu nakal-nakal, mereka biasa mencuri dan macam-macam, akhirnya kita keluarkan.

Jadi, kalau ada yang mengatakan saya sering ke Al Zaytun, dan bahkan secaia rutin setiap tiga bulan sekali, itu bohong! Bohong itu, saya ke sana cuma sekali saja, itupun ketika masih belum ada santrinya. Kalau persoalan nama Gontor dikait-kaitkan, saya kira bukan cuma Al Zaytim saja, yang lain juga banyak. Ada yang memakai nama Gontor untuk kepentingan pesantrennya dan ada juga yang memakai nama Gontor untuk kepentingan dan keuntungan pribadi. Terhadap hal hal yang seperti ini Gontor tidak perlu melakukan counter secara frontal, saya kira cukup dengan dari mulut ke mulut saja. Ya seperti inilah, kalau ada yang bertanya, baru kita jawab. Dan nanti kalau kita sempat ketemu dengan dia (Abu TOTO, maksudnya,pen) akan kita katakan, saudara tidak usahlah memakai makai nama Gontor.

7. Pernyataan K.H. Miftah Farid (Ketua MUI Jawa Barat)

Berdasarkan penuturan singkat beliau yang sudah pernah melakukan konfirmasi langsung dengan AS Panji Gumilang alias Abu TOTO, sehubungan dengan isue adanya hubungan antara Syaikh Al-Ma'had AI-Zaytun dengan Nil, maka AS Panji Gumilang membenarkan adanya isue tersebut serta mengakui dirinya sebagai Komandan I kelompok pecahan DI/TII atau bagian dan gerakan Nil yang melakukan penggalangan dana dengan melalui program Infaq wajib, namun tidak dengan cara-cara tekanan dan ancaman. Dan kalaupun itu terjadi, maka itu hanya ekses. Dan K.H. Miftah Farid juga menuturkan saat membicarakan masalah pendanaan pembangunan Ma'had Al Zaytun ini dengan Bapak Atang Ruswita, temyata beliau pun (Pak Atang Ruswita sendiri) malah mengutip keheranan pak Gubemur Jawa Barat Nuriana yang mengaku bingung dengan besarnya pesantren dan tidak mengetahui asal usul sumber dana. Namun Pak Atang Ruswita sendiri sempat menanyakan langsung masalah ini kepada AS Panji Gumilang, jawabnya:"Ummat Islam Indonesia kan 200 juta, masa tidak dapat menyediakan dana untuk sebuah pesantren seperti ini."

8. Pengalaman Ujang terlibat tahun 1985-1995.

Pengalaman salah seorang korban KW IX, yang terlibat sejak tahun 1985-l995, atas nama lkhwan Ujang sebagaimana yang dimuat dalam buku Al-Chaidar, seterusnya ia menuturkan:

Semasa saya aktif mengaji di Missi Islam, saya mengenal NII dan salah seorang aktivisnya. Suatu ketika di tahun 1985, bersilaturahmi ke rumah salah seorang ikhwan yang sama-sama sekolah di Aliyah. Di tempat tinggal ikhwan ini saya berkenalan dengan Hermanto yang kebetulan bertamu. Dan perkenalan itu, Hermanto secara sensasional menyatakan bahwa dia belum pernah berjumpa dengan seseorang dari Sumatera Barat yang bersedia meninggalkan identitas kesukuan dan adat istiadat kedaerahan demi ajaran Islam.

Pernyataan itu memancing saya, jika memang Hermanto berniat untuk itu. Atau memang dia tidak tahu. Saya lantas menanggapi pernyataan Hermanto, "Kalau begitu abang sudah bertemu dengan orangnya. Jangankan kesukuan, orang tua saya sendiri, itu dapat putus hubungan hanya karena Allah, begitu pula dengan Sunnah Rasul-Nya."

Dari pemyataan-pemyataan Hermanto, kemudian berlanjut dengan polemik tentang Islam. Dalam polemik saya dapat mengukur tentang kemampuan Hermanto dari segi pemahaman keilmuan ajaran Islamnya yang memang sangat terbatas, itu terbukti dengan pemyataan-pemyataannya mengeluarkan ayat-ayat Al-Qur'an yang semuanya sudah saya kuasai selama belajar mengaji kepada ustadz Abdullah Hanafi. Lalu kemudian saya mengundang Hermanto datang ke tempat tinggal saya di Priok, guna pembahasan lebih lanjut tentang tema-tema diskusi.

Seminggu kemudian Hermanto memenuhi undangan. Hermanto kembali membuka pembahasan mengenai salah satu surat dalam Al-Qur'an, yaitu Surat At-Taubah ayat III. Tanpa bermaksud memperpanjang pembicaraan, saya meminta Hermanto to the point tentang maksud dan tujuan pembicaraannya, temyata Hermanto mengajak saya untuk berdakwah melalui gerakan NIl.

Setelah melalui berbagai analisa, saya menyetujui ajakan Hemanto. Hal yang menarik dan dakwah Islam yang disampaikan Hermanto mengenai keunikan pola penuangannya. Selama yang saya tahu, pola perjuangan Islam hanya sebatas pada mimbar-mimbar saja. Seperti yang ditempuh oleh Toni Ardi, Abdul Qadir Jaelani dan lain-lain. Pola pergerakan NII berbeda, di antaranya bagaimana sistem shaaf yang rapi, tafsir-tafsir Al-Qur'an yang sangat menarik. Arahnya sangat jelas, misalnya soal ayat-ayat Makkiyah, oleh pejuang-pejuang mimbar jarang dipakai di atas mimbar, sedangkan di dalam NII, saya temukan tafsiran yang lebih masuk akal untuk gerakan perjuangan dakwah Islam.

Dalam waktu singkat saya diajak Musyahadatu Hijrah (MH) ke suatu tempat. Di sana saya bertemu dengan ikhwan-ikhwan lain yang juga satu sekolah. Salah seorang diantaranya adalah teman sekaligus lawan berdebat semasa di Aliyah dulu. Dalam pertemuan itu, topik yang dibahas lebih mendalam adalah tentang ayat-ayat Hijrah beserta status-status yang melingkupinya. Hingga kemudian saya menuntutjuga sebuah status, seperti tafsiran yang ditawarkan tersebut. MH diikuti oleh peserta dengan jumlah sekitar 60 orang, berlangsung selama tiga hari tiga malam. Dalam acara itu diterangkan mengenai fakta-fakta sejarah yang sudah banyak digelapkan oleh kekuasaan rezim orde lama dan orde baru. Banyak peserta ditempat itu yang terharu.

Sepulang dari MH kami mulai berdakwah, menyusun shaf, menarik infaq, mengurus jama'ah, mendirikan kesejahteraan terhadap jama'ah. Pada saat itu dakwah berjalan sebagamana Sunnah Rasul. Jalannya dakwah itu sendiri adalah romantika tersendiri bagi saya. Selama ini, Islam hanya berupa cerita-cerita dahulu belaka, dalam bayangan dimensi sejarah. Tapi, temyata adalah kenyataan masa kini ada orang yang susah kita buat senang dengan dakwah Islam. Ada orang yang dahulunya penakut, tumbuh menjadi pemberani dalam tempo singkat dengan dakwah, dan yang bodoh pun menjadi pandai. Penganggur kita bantu mencarikan kerja. Yang tidak bisa berdakwah menjadi pandai dalam berdakwah. Saat itu terasa betul mulianya perjalanan dakwah, karena sesuai dengan apa yang ada dalam sunnah Rasul. Itu juga dapat dirasakan dan dialami oleh ikhwan dan akhwat lainnya. Ada orang, jangankan berdakwah, bergaul dengan sesama manusia lainnya saja tak mampu. Pergaulan dengan tetangganya dia tidak kenal, kuper istilah populernya; melalui wahyu dalam dirinya, maka dalam sekejap saja dia sudah berubah 180 derajat, luar biasa.

Kita ketahui bahwa pada tahun 1980-an, kekuasaan rezim orde baru sedang sangat gencar melaksanakan program penekanan atas umat Islam, dengan politik pemaksaan atas Ideologi Pancasila agar diterima sebagai azas tunggal. Serentetan peristiwa bermunculan dan tahun 1979-1982, kasus Warman, Komando Jihad dan Peristiwa Tanjung Priok dan merembet cepat ke kasus-kasus lainnya memakan waktu tahunan. Banyak tokoh-tokoh muballigh ditangkap, masuk bui karena dikaitkan oleh rezim orde baru dengan tuduhan subversif. Hal itu dilakukan guna meredam peran politik umat Islam.

Walau diwarnai dengan trauma politik yang sedang berkembang, Kami semua tetap aktif berdakwah, pada tahun 1986-1990. Tahun 1986, malja (pos) kami bertempat di Pondok Kopi, Jaktim. Start awal kami berdakwah, selama dua tahun mengumpulkan kekuatan jama'ah rijal berjumlah 175 orang. Hampir 75 % waktu dalam aktifitas untuk nafkah keluarga, berdagang. Waktu-waktu kosong saya gunakan untuk berdakwah. Jabatan awal saya ketika dikukuhkan pertama kali adalah sebagai wakil Kepala Staff Komandemen Kab. Kramat Jati. Pada waktu itu, struktur-struktur di bawah masih kosong. Pentartiban (pelantikan) untuk sementara masih dalam rangka mengisi tingkat Kabupaten.

Dalam menempuh jalan hidup, tentunya saya pilih dan nilai secara hati-bati. Begitu pula dalam menentukan aktifitas di NII, mulai tahun 1989-1988 saya korbankan di Misi Islam yang telah membina saya sejak tahun 1980. Sampai pada suatu hari para aktivis Misi Islam mengetahui kalau saya tidak lagi mengaji di sana, karena aktif di NII. Mereka akhirnya menjadi tidak simpati lagi terhadap saya. 'Tapi biarlah, ini satu pilihan jalan hidup saya, dengan niat untuk menimbulkan kemashlahatan bagi umat Islam Indonesia,' demikian gumam saya.

Terasa bagi jama'ah setelah tartib tahun 1990, berlatar belakang keluarnya Panglima KW IX Abi Karim bebas dan penjara NII KW IX menata kembali strukturnya. Abi Karim dan tokoh-tokoh lainnya dipenjarakan atas tuduhan terlibat peristiwa Komando Jihad. Walaupun peristiwa itu adalah rekayasa Ali Murtopo belaka. Dalam rentetan peristiwa penjaringan tersebut ada tokoh aktivis yang selamat, yaitu Abu Toto, ada tersiar khabar dia lari keluar negeri (Malaysia).

Orang-orang yang keluar dari penjara dipanggil semua oleh Abi Karim. Setelah semuanya terkumpul mereka ditanya langsung, apakah anda sekalian akan tetap memegang amanah sebagai penanggung jawab komandemen daerah atau kami ganti dengan yang baru. Mengenai profil tokoh almarhum Abi Karim, beliau adalah seorang tokoh yang bijaksana. Almarhum tidak pernah memaksakan kehendak melalui cara main ganti begitu saja mengenai pengangkatan pimpinan struktur. Banyak orang yang pada waktu itu menjawab dengan jawaban tidak bersedia. Dari sini jelas terlihat betapa indah perjuangan, yang tiada paksaan dan tidak main ganti begitu saja.

Sementara pada tahun-tahun tersebut tumbuh generasi baru. Tahun 1990 sebagai start awal dalam membentuk seluruh struktur KW IX. Tahun 1990 memang situasi memungkinkan kembali menyusun barisan. Potensi ummat dan dana amat cukup. Panglima alm. Abi Karim sudah aktif kembali. Tahun 1990 saya berkesempatan memangkujabatan di Komandemen Kabupaten Kramat Jati, Jakarta Timur. Dengan formatur 4 orang memangku di Komandan, 2 orang Ka Staff, Keuangan, Pembinaan, Komunikasi, Logistik masing-masing dijabat oleh satu orang. Secara keseluruhan Komandemen Kabupaten berjumlah 10 Orang. Dengan jumlah jama'ah yang dibina cukup pada star awal berkekuatan sebanyak 175 oiang rijal, dengan 12 Kabupaten. Pada saat itu jumlah jama'ah yang paling sedikit adalah di Cakung, yang berkekuatan hanya 100 ummat.

Memasuki tahun 1993, komandemen Kabupaten Kramat Jati sudah mempunyai kekuatan mencapai 2000 orang jama'ah dengan potensi loyalitas yang cukup. Jumlah tersebut belum termasuk dari daerah-daerah lain, seperti: Cakung, Pulo Gadung, Matraman, Jatinegara. Sedangkan kekuatan dana yang terkumpul sejak tahun 1990 sudah berjumlah Rp 350.000 perbulan. Di mana dana tersebut disetor ke struktur atas yang kemudian dibagikan berdasarkan MKT No 13, yang meliputi hak daerah, hak wilayah dan hak KT. Pada tahun 1991, dana yang dapat dikumpulkan perbulannya meningkat 10 kali lipat, dan tahun 1992 mencapai puncaknya ya'ni sampai 100 kali lipat, yaitu berjumlah Rp.35.000.000,- sedang tahun 1995 peningkatan hanya mencapai Rp 40.000.000,-.

Menyusul adanya penangkapan besar-besaran di Pandeglang, Banten tahun 1993, struktur dalam KW IX mengalami perombakan (tahawul). Idariah Komandemen kami menerima muhtabi (pindahan) dari Banten sebanyak 40 orang, seorang ikhwan yang dekat di rumah saya di tahawul ke Purwakarta.

Bersambung...

Sumber: Membongkar Gerakan Sesat NII di Balik Pesantren Mewah Al-Zaytun, Umar Abduh

Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
paulusjancok
paulusjancok
BLUE MEMBERS
BLUE MEMBERS

Male
Number of posts : 809
Age : 36
Humor : Yesus nggak pake sempak...hanya orang GOBLOK yang menyembahnya
Reputation : 1
Points : 6486
Registration date : 2011-08-12

Back to top Go down

Back to top

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum