MURTADIN_KAFIRUN
WELCOME

Join the forum, it's quick and easy

MURTADIN_KAFIRUN
WELCOME
MURTADIN_KAFIRUN
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Latest topics
» Yeremia 23 & Ulangan 13 mengisyaratkan Muhammad nabi palsu
woyy budak2 arab,inilah agamanya einstein EmptyFri 02 Feb 2024, 5:21 pm by buncis hitam

» kenapa muhammad suka makan babi????
woyy budak2 arab,inilah agamanya einstein EmptyWed 31 Jan 2024, 1:04 am by naufal

» NYATA & FAKTA : TERNYATA YESUS PILIH MENGAULI KELEDAI DARIPADA WANITA!!! (sebuah penghinaan OLEH PAULUS)
woyy budak2 arab,inilah agamanya einstein EmptyFri 12 Jan 2024, 9:39 pm by Uwizuya

» SORGA ISLAM RUMAH PELACUR ALLOH SWT...........
woyy budak2 arab,inilah agamanya einstein EmptyTue 02 Jan 2024, 12:48 am by Pajar

» Moon Split or Islamic Hoax?
woyy budak2 arab,inilah agamanya einstein EmptyWed 13 Dec 2023, 3:34 pm by admin

» In Islam a Woman Must be Submissive and Serve her Husband
woyy budak2 arab,inilah agamanya einstein EmptyWed 13 Dec 2023, 3:32 pm by admin

» Who Taught Allah Math?
woyy budak2 arab,inilah agamanya einstein EmptyWed 13 Dec 2023, 3:31 pm by admin

» BISNIS GEREJA YUUUKZ....LUMAYAN LOH UNTUNGNYA....
woyy budak2 arab,inilah agamanya einstein EmptyWed 05 Jul 2023, 1:57 pm by buncis hitam

» ISLAM: Palsu, Maut, Tak Akan Tobat, Amburadul
woyy budak2 arab,inilah agamanya einstein EmptySun 07 May 2023, 9:50 am by MANTAN KADRUN

Gallery


woyy budak2 arab,inilah agamanya einstein Empty
MILIS MURTADIN_KAFIRUN
MURTADIN KAFIRUNexMUSLIM INDONESIA BERJAYA12 Oktober Hari Murtad Dari Islam Sedunia

Kami tidak memfitnah, tetapi menyatakan fakta kebenaran yang selama ini selalu ditutupi oleh muslim untuk menyembunyikan kebejatan nabinya

Menyongsong Punahnya Islam

Wadah syiar Islam terlengkap & terpercaya, mari sebarkan selebaran artikel yang sesungguhnya tentang si Pelacur Alloh Swt dan Muhammad bin Abdullah yang MAHA TERKUTUK itu ke dunia nyata!!!!
 

Kebrutalan dan keberingasan muslim di seantero dunia adalah bukti bahwa Islam agama setan (AJARAN JAHAT,BUAS,BIADAB,CABUL,DUSTA).  Tuhan (KEBENARAN) tidak perlu dibela, tetapi setan (KEJAHATAN) perlu mendapat pembelaan manusia agar dustanya terus bertahan

Subscribe to MURTADIN_KAFIRUN

Powered by us.groups.yahoo.com

Who is online?
In total there are 63 users online :: 0 Registered, 0 Hidden and 63 Guests :: 2 Bots

None

[ View the whole list ]


Most users ever online was 354 on Wed 26 May 2010, 4:49 pm
RSS feeds


Yahoo! 
MSN 
AOL 
Netvibes 
Bloglines 


Social bookmarking

Social bookmarking reddit      

Bookmark and share the address of MURTADINKAFIRUN on your social bookmarking website

Bookmark and share the address of MURTADIN_KAFIRUN on your social bookmarking website


woyy budak2 arab,inilah agamanya einstein

2 posters

Go down

woyy budak2 arab,inilah agamanya einstein Empty woyy budak2 arab,inilah agamanya einstein

Post by kermit katak lucu Mon 27 Jun 2011, 9:36 am

woyy budak2 arab,inilah agamanya einstein




Filsafat Agama EinsteinOct 28, '08 10:42 PM
for everyone
Dalam seluruh tulisannnya Einstein tidak menggunakan term ‘teologi’. Ia melakukakannnya karena menyadari bahwa pendekatannnya pada agama secara essensial berbeda dengan para pakar teologi, terutama pada mereka yang menganggap “teologi adalah kebenaran, dan filsafat masih mencari kebenaran”. Problem hubungan antara agama dan sains telah menarik minat Einstein pada tahun 1920-an dan esai pertama yang secara eksplisit membicarakan tentang hal tersebut sekitar tahun 1930-an, dan hampir semua tulisannya pada periode 1930-1941 membahas masalah agama.

Minat Einstein untuk membahsa tentang agama dalam tulisannya terdorong atas dua kali wawancara, yang pertama dengan J.Murphy dan J.W.N Sullivan pada awal 1930-an di apartemen Einstein di Berlin. Menurut Einstein dalam akhir wawancaranya dengan Sullivan, bahwa sains tidak dapat mengajarkan manusia menjadi bermoral dan “setiap usaha untuk meredusir etika kedalam formula sainstifik pasti akan gagal”. Dan wawancara kedua bersama sastrawan ternama asal India yang berhasil mendapat hadiah Nobel pada tahun 1913, Rabindranath Tagore. Tagore mengunjungi rumah Einstein pada musim panas pada 14 Juli 1930. Keduanya sama-sama menyukai musik,dan juga proses keduanya dalam mengetahui agama bukanlah dari kitab suci, tradisi, maupun ritual-ritual. Tagore percaya yang tidak terpisah dari dunia ini,namun ada dalam kebenaran hakiki.

Einstein menulis sebuah esai pasca diskusi dengan Tagore,”What I Believe”, pada awal musim gugur 1930.satu versi pendek kredonya pernah dibuat dalam piringan hitam,pada 1932 di Berlin,yang kemudian disita oleh Nazi. Dalam esai itu menggambarkan tentang tujuan hidup; kebajikan, keindahan, dan kebenaran yang ideal yang tanpanya, hidup akan terasa hampa.

Agama Einstein didasarkan atas satu keyakinan yang kokoh pada determinisme dan dalam penyangkalan tanpa kompromi pada setiap bentuk antropomorfisme dan antropopatisme dalam gagasan tentang Tuhan. Einstein sangat mengagumi Spinoza, dan pemikirannya tentang Tuhan pun menapat pengaruh dari Spinoza. Namun perbedaan muncul dimana konsep Tuhan Einstein tidaklah mengenal gambaran mental apapun seperti halnya Spinoza, tetapi Tuhan hanya dapat dipahami melalui “Rasionalitas atau intelegeibilitas (kepahaman) dunia yang yang terdaqpat dibalik semua karya sainstifik mengenai suatu tatanan yang tinggi”.

Esainya, ”Religion and Sciense”, yang terpublikasikan dalam New York Times Magazine pada akhir musim gugur, 1930. Esai tersebut membuat sebuah kerangka pemikiran mengenai perkembangan agama, menurut Einstein yang berawal dari sebuah ketakutan, seperti takut akan lapar, binatang buas, sakit, dan kematian. Einstein menyebut tahapa awal perkembangan agama ii, religi ketakutan. Sehingga konsepsinya ini menafikan konsep pewahyuan dalam agama teistik. Sedangkan tahap kedua perkembangan agama menurutnya, berasal dari “konsepsi moral dan sosial tentang Tuhan”, yang timbul dari “hasrata akan tuntunan, cinta, dan bantuan”. Menurutnya perjanjian lama dan baru adalah ilustrasi yang mengagumkan dari masa transisi religi ketakutan ke religi moralitas yang menunjukan konsep Tuhan antropomorfik. Ide ini menurutnya merupakan ide kuno sejak zaman filsuf Yunanai, seperti Xenophanes dari Colophon, yang berujar “jika saja kerbau dan singa dapat menggambar pastilah mereka menggambarkan Tuhan mereka dalam bentuk kerbau atau singa”.

Tahap ketiga dari pengalaman religius, yang menurutnya dinamakan, ‘perasaan kosmis religius’, yakni “yang sulit untuk dipaparkan…bagi orang-orang yang sama sekali tidak memahaminya terutama dikarenakan tidak adanya konsep Tuhan yang antropomorfik dalam konsep ini.”.



Terdapat sebuah kredo Einstein yang diutarakan oleh Dr. Jacop Singer seorang Rabbi, dalam pertemuan jamaah Yahudi di Chicago, yakni: ” pengalaman yang paling indah yang dapat kita miliki adalah sang misteri. Ini adalah perasaan mendalam yang paling fundamental yang berdiri diantara ayunan seni dan sains sejati…perasaan yang mendalam inilah yang membentuk religiusitas yang sejati, dalam makna dan artian ini sajalah,saya termasuk orang yang sangat religius”.

Dalam sebuah artikel pendeknya yang terpublikasi pada 1934, ia telah menekankan bahwa; Tiada ilahiah dalam moralitas, ini adalah murni urusan manusia”. Tuhan bagi agama “orang naïf”, menurut Einstein adalah Tuhan adalah sosok yang memberi pahala dan menghukum dan agama kaum ilmuwan yang terdiri dari “suatu pesona keterkaguman atas harmoni” hukum-hukum alam.

Sains menurutnya adalah usaha rekonstruksi lanjut atas eksistensi lewat proses konseptualisasi, dan kemudian Einstein mendefnisikan agama sebagai usaha keras manusia sepanjang masa untuk menjadikan kesadarannyalebih sepenuhnya jernih atas nilai-nilai dan tujuan-tujuan ini dan secara bertahap memperkuat dan memperluas efeknya.

Kemudian dia menyebutkan bahwa sumber utama konflik agama dengan sains selama ini adalah mengenai konsepsi Tuhan personal yang secara nyata dinafikan oleh Einstein, pada 3 tahap evolusi agama dengan konsep Tuhannya. Pada sebuah makan malam di New York, ketika berbicara dengan diplomat Jerman anti-Nazi, Einstein menyatakan dirinya berbeda dengan atheisme, dan dia pun sangat marah disaat konsepsinya mengenai Tuhan dijadikan dasar pembenaran orang-orang atheis pada masa itu.

Muncul pemikiran baru dalam memandang Tuhanp personal sebagai sebuah ‘simbol’ dalam agama dan konsepsi ketuhanan dialah Paul Johann Oskar Tillich, seorang professor asal Yahudi yang menerima konsepsi Tuhan Einstein, dan seorang Katolik Has Kung yang juga mengganggap Tuhan sebagai “cipher”, yang bukan merujuk makna zero melainkan kode. Pada akhir hidupnya Einstein mulai simpatik dengan konsepsi keimanan agama-agama tradisional, dan mungkin saja dia terpengaruh deng diktrum Schopenhauer,”agama tidak akan muncul jika tidak adanya faktor kematian”. Filsafat agama Einstein tidaklah terdiri dari konsepsi mistis dan teosofi, tetapi murni sistem pemikiran rasional dan oleh karenanya dapat ditundukkan pada criteria metodologis dari konsistensi logis internal demikian pula terhadap perkiraan epistemology Einstein.

Dalam penolakannnya terkait antropomorfisme, Einstein tidaklah sendirian, disamping Beirnstein, dan Buchner, yang paling terkenal adalah seorang filsuf Yahudi abad pertengahan yakni Moses Maimonides. Menurut Maimonides, 3 kebenaran fundamental agama adalah keberadaan, kesatuan, dan ketidakberjasa dan Tuhan. Seperti halnya Spinoza, Einstein menyebut ide Tuhan personal sebagai bentuk antropomorfisme, yang dia tolak.

Dalam terminology teologi, agama Einstein ini dapat pula disebut teologi naturalistic, yakni pengetahuan tentang Tuhan dapat diperoleh lewat pengobservasian proses-proses alam yang dapat dilihat dengan mata,tetapai dengan ketentuan bahwa manifestasi dari yang Ilahi dalam semesta ini hanya dapat dipahamai olehs sebagian intelek manusia. Perbedaan agama kosmis Einstein dengan agama-agama teistik besar lainnya, adalah penolakannya atas Tuhan personal yang menghukum yang jahat atau yang memberi pahala bagi yang bajik dan menampilkan mukjizat dengan melanggar hukum kausalitas alam.
kermit katak lucu
kermit katak lucu
SILVER MEMBERS
SILVER MEMBERS

Number of posts : 3551
Job/hobbies : memuji muji islam
Reputation : 11
Points : 9496
Registration date : 2011-06-17

Back to top Go down

woyy budak2 arab,inilah agamanya einstein Empty Re: woyy budak2 arab,inilah agamanya einstein

Post by lihd Mon 27 Jun 2011, 11:13 am

kermit katak lucu wrote:woyy budak2 arab,inilah agamanya einstein




Filsafat Agama EinsteinOct 28, '08 10:42 PM
for everyone
Dalam seluruh tulisannnya Einstein tidak menggunakan term ‘teologi’. Ia melakukakannnya karena menyadari bahwa pendekatannnya pada agama secara essensial berbeda dengan para pakar teologi, terutama pada mereka yang menganggap “teologi adalah kebenaran, dan filsafat masih mencari kebenaran”. Problem hubungan antara agama dan sains telah menarik minat Einstein pada tahun 1920-an dan esai pertama yang secara eksplisit membicarakan tentang hal tersebut sekitar tahun 1930-an, dan hampir semua tulisannya pada periode 1930-1941 membahas masalah agama.

Minat Einstein untuk membahsa tentang agama dalam tulisannya terdorong atas dua kali wawancara, yang pertama dengan J.Murphy dan J.W.N Sullivan pada awal 1930-an di apartemen Einstein di Berlin. Menurut Einstein dalam akhir wawancaranya dengan Sullivan, bahwa sains tidak dapat mengajarkan manusia menjadi bermoral dan “setiap usaha untuk meredusir etika kedalam formula sainstifik pasti akan gagal”. Dan wawancara kedua bersama sastrawan ternama asal India yang berhasil mendapat hadiah Nobel pada tahun 1913, Rabindranath Tagore. Tagore mengunjungi rumah Einstein pada musim panas pada 14 Juli 1930. Keduanya sama-sama menyukai musik,dan juga proses keduanya dalam mengetahui agama bukanlah dari kitab suci, tradisi, maupun ritual-ritual. Tagore percaya yang tidak terpisah dari dunia ini,namun ada dalam kebenaran hakiki.

Einstein menulis sebuah esai pasca diskusi dengan Tagore,”What I Believe”, pada awal musim gugur 1930.satu versi pendek kredonya pernah dibuat dalam piringan hitam,pada 1932 di Berlin,yang kemudian disita oleh Nazi. Dalam esai itu menggambarkan tentang tujuan hidup; kebajikan, keindahan, dan kebenaran yang ideal yang tanpanya, hidup akan terasa hampa.

Agama Einstein didasarkan atas satu keyakinan yang kokoh pada determinisme dan dalam penyangkalan tanpa kompromi pada setiap bentuk antropomorfisme dan antropopatisme dalam gagasan tentang Tuhan. Einstein sangat mengagumi Spinoza, dan pemikirannya tentang Tuhan pun menapat pengaruh dari Spinoza. Namun perbedaan muncul dimana konsep Tuhan Einstein tidaklah mengenal gambaran mental apapun seperti halnya Spinoza, tetapi Tuhan hanya dapat dipahami melalui “Rasionalitas atau intelegeibilitas (kepahaman) dunia yang yang terdaqpat dibalik semua karya sainstifik mengenai suatu tatanan yang tinggi”.

Esainya, ”Religion and Sciense”, yang terpublikasikan dalam New York Times Magazine pada akhir musim gugur, 1930. Esai tersebut membuat sebuah kerangka pemikiran mengenai perkembangan agama, menurut Einstein yang berawal dari sebuah ketakutan, seperti takut akan lapar, binatang buas, sakit, dan kematian. Einstein menyebut tahapa awal perkembangan agama ii, religi ketakutan. Sehingga konsepsinya ini menafikan konsep pewahyuan dalam agama teistik. Sedangkan tahap kedua perkembangan agama menurutnya, berasal dari “konsepsi moral dan sosial tentang Tuhan”, yang timbul dari “hasrata akan tuntunan, cinta, dan bantuan”. Menurutnya perjanjian lama dan baru adalah ilustrasi yang mengagumkan dari masa transisi religi ketakutan ke religi moralitas yang menunjukan konsep Tuhan antropomorfik. Ide ini menurutnya merupakan ide kuno sejak zaman filsuf Yunanai, seperti Xenophanes dari Colophon, yang berujar “jika saja kerbau dan singa dapat menggambar pastilah mereka menggambarkan Tuhan mereka dalam bentuk kerbau atau singa”.

Tahap ketiga dari pengalaman religius, yang menurutnya dinamakan, ‘perasaan kosmis religius’, yakni “yang sulit untuk dipaparkan…bagi orang-orang yang sama sekali tidak memahaminya terutama dikarenakan tidak adanya konsep Tuhan yang antropomorfik dalam konsep ini.”.



Terdapat sebuah kredo Einstein yang diutarakan oleh Dr. Jacop Singer seorang Rabbi, dalam pertemuan jamaah Yahudi di Chicago, yakni: ” pengalaman yang paling indah yang dapat kita miliki adalah sang misteri. Ini adalah perasaan mendalam yang paling fundamental yang berdiri diantara ayunan seni dan sains sejati…perasaan yang mendalam inilah yang membentuk religiusitas yang sejati, dalam makna dan artian ini sajalah,saya termasuk orang yang sangat religius”.

Dalam sebuah artikel pendeknya yang terpublikasi pada 1934, ia telah menekankan bahwa; Tiada ilahiah dalam moralitas, ini adalah murni urusan manusia”. Tuhan bagi agama “orang naïf”, menurut Einstein adalah Tuhan adalah sosok yang memberi pahala dan menghukum dan agama kaum ilmuwan yang terdiri dari “suatu pesona keterkaguman atas harmoni” hukum-hukum alam.

Sains menurutnya adalah usaha rekonstruksi lanjut atas eksistensi lewat proses konseptualisasi, dan kemudian Einstein mendefnisikan agama sebagai usaha keras manusia sepanjang masa untuk menjadikan kesadarannyalebih sepenuhnya jernih atas nilai-nilai dan tujuan-tujuan ini dan secara bertahap memperkuat dan memperluas efeknya.

Kemudian dia menyebutkan bahwa sumber utama konflik agama dengan sains selama ini adalah mengenai konsepsi Tuhan personal yang secara nyata dinafikan oleh Einstein, pada 3 tahap evolusi agama dengan konsep Tuhannya. Pada sebuah makan malam di New York, ketika berbicara dengan diplomat Jerman anti-Nazi, Einstein menyatakan dirinya berbeda dengan atheisme, dan dia pun sangat marah disaat konsepsinya mengenai Tuhan dijadikan dasar pembenaran orang-orang atheis pada masa itu.

Muncul pemikiran baru dalam memandang Tuhanp personal sebagai sebuah ‘simbol’ dalam agama dan konsepsi ketuhanan dialah Paul Johann Oskar Tillich, seorang professor asal Yahudi yang menerima konsepsi Tuhan Einstein, dan seorang Katolik Has Kung yang juga mengganggap Tuhan sebagai “cipher”, yang bukan merujuk makna zero melainkan kode. Pada akhir hidupnya Einstein mulai simpatik dengan konsepsi keimanan agama-agama tradisional, dan mungkin saja dia terpengaruh deng diktrum Schopenhauer,”agama tidak akan muncul jika tidak adanya faktor kematian”. Filsafat agama Einstein tidaklah terdiri dari konsepsi mistis dan teosofi, tetapi murni sistem pemikiran rasional dan oleh karenanya dapat ditundukkan pada criteria metodologis dari konsistensi logis internal demikian pula terhadap perkiraan epistemology Einstein.

Dalam penolakannnya terkait antropomorfisme, Einstein tidaklah sendirian, disamping Beirnstein, dan Buchner, yang paling terkenal adalah seorang filsuf Yahudi abad pertengahan yakni Moses Maimonides. Menurut Maimonides, 3 kebenaran fundamental agama adalah keberadaan, kesatuan, dan ketidakberjasa dan Tuhan. Seperti halnya Spinoza, Einstein menyebut ide Tuhan personal sebagai bentuk antropomorfisme, yang dia tolak.

Dalam terminology teologi, agama Einstein ini dapat pula disebut teologi naturalistic, yakni pengetahuan tentang Tuhan dapat diperoleh lewat pengobservasian proses-proses alam yang dapat dilihat dengan mata,tetapai dengan ketentuan bahwa manifestasi dari yang Ilahi dalam semesta ini hanya dapat dipahamai olehs sebagian intelek manusia. Perbedaan agama kosmis Einstein dengan agama-agama teistik besar lainnya, adalah penolakannya atas Tuhan personal yang menghukum yang jahat atau yang memberi pahala bagi yang bajik dan menampilkan mukjizat dengan melanggar hukum kausalitas alam.

Einstein Membantah Taurat & Injil
Albert Einstein adalah salah satu sosok pemikir yang sangat dikagumi sekaligus sangat dibenci di pengujung abad 20 dan bahkan hingga kini. Kenapa demikian ? Karena selain penemuan-penemuan spektakulernya di bidang sains dan teknonogi yang sulit ditandingi oleh para ilmuan pada masanya, Einstein kerap melancarkan kritik pedas pada gereja dan doktrin-doktrinnya yang dianggap tidak rasional. Menurut Einstein, gereja telah melakukan ''pembodohan massal'' dengan konsep ketuhanan yang tidak masuk akal.

Kritik yang disampaikan Einstein tersebut sebenarnya berangkat dari kegelisahannya ihwal eksistensi Tuhan yang tak kunjung ditemukan. Ia tidak puas dengan sosok Tuhan yang dipersonalkan atau digambarkan mirip manusia (antropomorfisme) dalam Kitab Injil. Selain itu, ia juga mengkritik filsafat ketuhanan yang dikembangkan oleh gereja yang terkenal dengan istilah Trinitas: Tuhan Bapak, Tuhan Anak, dan Roh Kudus. Sampai akhir hayatnya, Einstein belum menemukan jawaban yang rasional terkait dengan filsafat ketuhanan tersebut.

Dalam logika Einstein yang mendasarkan pikirannya pada fisika dan matematika, Tuhan yang dipersonalkan jelas tidak masuk akal. Karena itu, dengan tegas ia menolak: ''Tentang Tuhan saya tidak dapat menerima suatu konsep apa pun yang berdasarkan otoritas gereja. Sepanjang yang saya ingat, saya membenci indoktrinasi massal. Saya tidak mengimani karena takut akan kehidupan, takut akan kematian, maupun iman yang buta...'' (hal. 153).

Pernyataan Einstein tersebut tak pelak membuat panas telinga para pemuka agama Nasrani. Ia dianggap mengingkari Al-Kitab yang seharusnya diimani tanpa harus diperdebatkan lagi. Einstein memang cukup berani membongkar sekian ayat yang terdapat dalam kitab Injil yang tidak sesuai dengan nalar logikanya. Ia sama sekali tidak mengimani Injil sebagai sabda Tuhan karena sepanjang penelitiannya terdapat pertentangan antara Injil yang satu dengan lainnya. Dalam Injil Yohanes, misalnya, Eisntein melihat ada pertentangan ayat yang sangat mendasar dengan Injil Barnabas (The Gospel of Barnabas) yang naskah aslinya ditemukan di The Emperial Library Wina, Austria. Atas dasar inilah Einstein semakin tidak yakin akan kebenaran Injil. Apalagi fakta sejarah menunjukkan bahwa ketika Paus St. Glasius I bertahta pada 492-496, Vatikan secara resmi melarang Injil Barnabas beredar dan dibaca oleh umat Kristiani.

Einstein menilai keputusan tersebut sangat paradoks dan sulit diterima oleh akal sehat. Sehingga dengan lantang ia menuduh Paus telah melakukan campur tangan dalam penulisan Injil.

Kritik pedas inilah yang membuat vatikan kegerahan. Einstein dianggap terlalu berlebihan dan mengada-ada. Pihak gereja kemudian bergerak lebih cepat untuk menyikapi apa yang telah dikemukakan pemikir yang berpengaruh itu agar tidak mereduksi keimanan umat Kristiani di seluruh dunia.

Seorang pemuka Nasrani yang berasal dari Lutheran Church of Our Savior, yakni pendeta Carl F. Weldman menanggapi dengan keras pendapat Einstein yang menolak Tuhan dipersonalkan: ''Tidak ada Tuhan selain Tuhan personal! Einstein tidak mengetahui apa yang sedang diucapkannya. Dia salah total!'' (hal. 165). Dalam pandangan Carl F. Weldman, pernyataan Einstein bukanlah termasuk bagian dari pencarian hakiki akan eksistensiNya. Akan tetapi hanyalah sebentuk provokasi yang tidak didasari oleh iman yang kuat.

Sri Paus Yohanes Paulus II yang bertahta di Vatikan juga ikut menyerang Einstein: ''Menginginkan bukti-bukti ilmiah tentang Tuhan sama dengan merendahkan Tuhan ke derajad wujud-wujud dunia kita dan karenanya kita akan keliru secara metodologis berkenaan dengan apa itu Tuhan. Sains harus mengakui batas-batasnya serta ketidakmampuannya untuk mencapai eksistensi Tuhan, ia tidak bisa mengukuhkan ataupun mengingkari eksistensiNya...'' (hal.169).

Semua umat Kristiani yang menerima filsafat ketuhanan dengan modal iman jelas menganggap Einstein sebagai pengingkar (kafir). Ilmuan peraih nobel yang pada akhir hayatnya kedua bola matanya dijugil untuk diawetkan itu dituduh atheis karena logika berpikirnya tidak sejalan dengan Al-Kitab.

Tuduhan yang sama sebenarnya juga dilancarkan oleh para pemuka agama Yahudi yang menganggap Einstein anti-Tuhan karena telah berani menolak untuk menjalani bar mitzvah, yaitu upacara untuk menjadi komunitas orang Yahudi. Sebagaimana diulas oleh Wisnu Arya Wardhana dalam buku ini, sejak kecil Einstein memang hidup dengan ''dua agama'': Yahudi dan Katholik. Jika pada pagi hari ia belajar agama Katholik di Katholik Petersschule, sedangkan sorenya ia menerima pelajaran agama Yahudi dari Alexander Moszkowski, guru privat yang sengaja didatangkan oleh orang tuanya (hal.45).

Dengan demikian, Einstein sudah mempelajari dengan cukup cermat isi Kitab Talmud (Taurat) dan isi Al-Kitab (Injil) sejak ia masih kecil, yakni saat masih berumur tujuh tahun. Walaupun pada saat itu ia belum berani melakukan koreksi terkait beberapa ayat yang tidak sesuai dengan jalan pikirannya.

Hidup dengan dua agama bukanlah sesuatu yang aneh bagi Einstein. Ia belajar agama Yahudi karena termasuk agama leluhurnya, sedangkan pelajaran Katholik ia dalami tak lain karena pencariannya akan eksistensi Tuhan. Namun sepanjang yang dipelajari Einstein dari kedua Kitab Suci tersebut, yakni Taurat dan Injil, sosok Tuhan yang sesuai dengan jalan pikirannya tak juga ditemukan.

KARENA PENELITIAN DAN PENEMUANNYA MENGENAI ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN KETERATURANNYA YANG LUAR BIASA, ENSTEIN SAMPAI KEPADA KALIMAT "BENAR-BENAR TUHAN TIDAK SIA - SIA MENCIPTAKAN DUNIA INI".

SEDIKIT LAGI DIA AKAN SAMPAI KEPADA "Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka", YAITU QS:2-191.

SAYANG DIA TIDAK PERNAH MEMBACA AL-QURAN

Wassalam

lihd
lihd
SILVER MEMBERS
SILVER MEMBERS

Male
Number of posts : 2075
Location : Bait Allah
Job/hobbies : Merevisi Injil
Humor : Tolong carikan ahli sains yg TOP utk menjumlahkan 1+1+1= ...??
Reputation : -76
Points : 6881
Registration date : 2011-03-09

Back to top Go down

Back to top


 
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum