Latest topics
Most Viewed Topics
Most active topic starters
kuku bima | ||||
admin | ||||
kermit katak lucu | ||||
hamba tuhan | ||||
feifei_fairy | ||||
paulusjancok | ||||
agus | ||||
gusti_bara | ||||
Muslim binti Muskitawati | ||||
Bejat |
Most active topics
MILIS MURTADIN_KAFIRUN
MURTADIN KAFIRUNexMUSLIM INDONESIA BERJAYA12 Oktober Hari Murtad Dari Islam Sedunia Menyongsong Punahnya Islam
Wadah syiar Islam terlengkap & terpercaya, mari sebarkan selebaran artikel yang sesungguhnya tentang si Pelacur Alloh Swt dan Muhammad bin Abdullah yang MAHA TERKUTUK itu ke dunia nyata!!!!
Who is online?
In total there are 61 users online :: 0 Registered, 0 Hidden and 61 Guests :: 2 BotsNone
Most users ever online was 354 on Wed 26 May 2010, 4:49 pm
Social bookmarking
Bookmark and share the address of MURTADINKAFIRUN on your social bookmarking website
Bookmark and share the address of MURTADIN_KAFIRUN on your social bookmarking website
Mualaf Rita Rahmat: Allah Datang Ketika Saya Berada di Titik Terendah
4 posters
Page 1 of 1
Mualaf Rita Rahmat: Allah Datang Ketika Saya Berada di Titik Terendah
Kamis, 09 Juni 2011 01:00 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - "Mudahkan orang lain, maka Allah akan memudahkan kita," kata Rita Rahmat. Direktur perusahaan komunikasi dan media relation Aircomm ini tidak asal bicara. Mengelola bisnis, ia kerap mengalami jatuh bangun. Namun ia selalu optimis, sampai di suatu titik, kemudahan akan datang tanpa disangka-sangka. "Itu matematika yang susah untuk dijelaskan."
Mengenal Allah, dilakukan Rita saat dia berada di titik terendah hidupnya. Usahanya bangkrut, dan musibah datang bertubi-tubi. Ia mengurung diri di kamar, merenung. Rita kehilangan kepercayaan pada Tuhan. Daripada bingung berdoa pada banyak Tuhan, katanya, maka ia memutuskan 'berhenti' beragama. "Saya menyembah dan percaya pada Tuhan Sang Maha Pencipta, tapi tanpa agama," katanya.
Ia memutuskan pergi dari Jakarta, menggarap tawaran proyek kecil di Pulau Bintan. Walau diakuinya, pekerjaan itu tak terlalu menolong secara ekonomi.
Bahkan, ia pernah pulang ke Jakarta dari Bintan, dalam kondisi tak punya sepeser uangpun, dan terdampar di bandara Changi pula, karena tertinggal pesawat. Namun ia menyadari kini, itulah cara yang diatur-Nya untuk hidup dalam tuntunan Islam.
Dengan uang seadanya hasil pengembalian tiket, ia menyeberang ke Batam. Baru keesokan harinya ia kembali ke Jakarta dengan penerbangan berikutnya.
Jalan pulang yang dilalui, tidaklah mulus. Cuaca buruk, pesawat bergetar hebat. Penumpang panik, termasuk Rita. "Saya berpikir tentang kematian. Bagaimana jika saya mati dan tak beragama?" ia mengisahkan pada Republika Online, Rabu Siang.
Tiba-tiba ia teringat Islam yang ajarannya sempat mencuri perhatiannya beberapa bulan terakhir. "Saya bersumpah dalam hati, jika pesawat berhenti terguncang, maka saya akan masuk Islam," ujarnya. Tak menunggu sampai semenit, seketika itu juga pesawat kembali tenang.
Rita bersyukur. Namun, ia menyesali sumpahnya, dan meralat, dengan menyatakan guncangan adalah akibat cuaca buruk, dan membaik karena cuaca membaik, bukan campur tangan Allah.
"Sesaat setelah pikiran itu terlintas, pesawat kembali terguncang, lebih hebat. Seketika itulah saya menyadari, saya manusia lemah, ada yang lebih berkuasa atas saya. Islam, itu yang ada dalam hati saya," katanya, yang kemudian bertekad untuk menjadi Muslim secepatnya. Ia ingat, waktu menunjukkan pukul 17.35 saat itu, di pengujung 1999. Ia pulang untuk menghormati keluarga besarnya yang merayakan Natal.
***
Sampai di Jakarta, Rita belajar tentang Islam. Hingga ia mantap untuk bersyahadat, dan menghadiahkan Islam bagi dirinya sendiri, di hari ulang tahunnya, 2 April.
Namun, kedatangannya di masjid, ditolak takmirnya. "Besok saja datang lagi," ujarnya menirukan sang takmir. Pintu ditutup.
Ia menuju Masjid Agung Al Azhar Jakarta. Bertemu dengan seorang guru mengaji di lantai dua yang tengah mengajar seorang ibu dengan anak gadisnya, ia mengutarakan niatnya. Sang guru mengaji menyarankan untuk menunggu hingga Maghrib. "Namun saya minta bersyahadat saat itu juga, dan dia menuntun saya," ujarnya. Ia bersyahadat disaksikan dua orang yang ada di situ. Ia melihat arlojinya, jarum jam menunjukkan pukul 17.35. "Waktu yang sama dengan saat saya bersumpah akan masuk Islam."
Maghrib menjelang, ia terharu ketika banyak mualaf berdatangan, menyalaminya. Ia melakukan shalat pertamanya, berjamaah. "Saya dituntun berwudhu, diajari sebentar tentang shalat. Karena saya hanya bisa membaca Al Fatihah, itulah yang saya baca sepanjang shalat," kenangnya.
Pulang dari Al Azhar, ia pergi ke Melawai, membeli perlengkapan shalat.
Hal terberat adalah ketika memberitahu keluarganya tentang keislamannya. Ibunya hanya terdiam, dan menyodorkan Injil padanya untuk kembali dipelajari. Ia menggeleng. "Saya sudah memutuskan Islam, tapi saya tak akan berubah. Saya tetap Rita anak mama." Sang ibu menunduk, meneteskan air mata.
Demi menghormati sang mama, Rita selalu pergi ke masjid jika hendak menunaikan shalat, saat ibunya itu berkunjung ke rumahnya. "Saya tak ingin frontal di depan mama," ujarnya.
Namun ia selalu meyakinkan ibunya, bahwa Islam adalah pilihan hatinya. "Itu hanya antara saya dan pencipta saya, dan cara saya berkomunikasi dengan-Nya," ujarnya. Sedang soal habluminannas (hubungan antar manusia), ia tak mngurangi sedikitpun sikapnya pada wanita yang melahirkannya dan keluarga besarnya. Lama-lama hati sang mama luluh. Dua bulan kemudian, ia harus kehilangan papanya, berpulang ke alam baka.
***
Rita berkisah, ajaran Islam tentang berbaik sangka benar adanya. Apalagi berbaik sangka pada nikmat Allah. ia kerap menemukan 'keajaiban' berbaik sangka ini.
Salah satunya, saat ia berniat umrah Ramadhan. "Daripada berlebaran di Jakarta seorang diri, mending saya berumrah dan berlebaran di sana," katanya.
Namun, pendaftaran telah ditutup. Pemilik biro malah menyarankan untuk berhaji. "Saya tak punya uang," katanya.
Namun, saran pemilik biro untuk menyerahkan berkas untuk berhaji, dipenuhi. "Toh bisa batal seandainya urung," katanya. "Niat saya ke Tanah Suci baik, insya Allah, Allah memberi jalan."
Tak disangka, sepulang dari biro haji, ia ditelepon stafnya. Proposal proyeknya berhasil, dan ia mempunyai sisa uang lebih untuk melunasi ongkos haji.
Rita memandang hidup bak puzzle. Saling terangkai. Ibadah haji pulalah yang mengantarkannya pada jodohnya saat ini, Hari Rahmat. "Dua bulan berkenalan, kami menikah," ujarnya.
Menurut Rita, hidup akan mudah jika selalu berbaik sangka. Ia juga memegang teguh satu filosofi lain: "Mudahkan orang lain, maka Allah akan memudahkan urusan kita."
"Bantulah siapa saja, tak usah melihat latar belakangnya," kata dia yang mengaku hubungannya dengan keluarga tetap terjalin baik hingga saat ini.
"Kuncinya saling menenggang, saling bertoleransi," ujar ibu satu anak yang kini aktif sebagai relawan di sebuah lembaga nirlaba yang peduli pada penderita lupus ini.
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/11/06/08/lmh4rp-mualaf-rita-rahmat-allah-datang-ketika-saya-berada-di-titik-terendah
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - "Mudahkan orang lain, maka Allah akan memudahkan kita," kata Rita Rahmat. Direktur perusahaan komunikasi dan media relation Aircomm ini tidak asal bicara. Mengelola bisnis, ia kerap mengalami jatuh bangun. Namun ia selalu optimis, sampai di suatu titik, kemudahan akan datang tanpa disangka-sangka. "Itu matematika yang susah untuk dijelaskan."
Mengenal Allah, dilakukan Rita saat dia berada di titik terendah hidupnya. Usahanya bangkrut, dan musibah datang bertubi-tubi. Ia mengurung diri di kamar, merenung. Rita kehilangan kepercayaan pada Tuhan. Daripada bingung berdoa pada banyak Tuhan, katanya, maka ia memutuskan 'berhenti' beragama. "Saya menyembah dan percaya pada Tuhan Sang Maha Pencipta, tapi tanpa agama," katanya.
Ia memutuskan pergi dari Jakarta, menggarap tawaran proyek kecil di Pulau Bintan. Walau diakuinya, pekerjaan itu tak terlalu menolong secara ekonomi.
Bahkan, ia pernah pulang ke Jakarta dari Bintan, dalam kondisi tak punya sepeser uangpun, dan terdampar di bandara Changi pula, karena tertinggal pesawat. Namun ia menyadari kini, itulah cara yang diatur-Nya untuk hidup dalam tuntunan Islam.
Dengan uang seadanya hasil pengembalian tiket, ia menyeberang ke Batam. Baru keesokan harinya ia kembali ke Jakarta dengan penerbangan berikutnya.
Jalan pulang yang dilalui, tidaklah mulus. Cuaca buruk, pesawat bergetar hebat. Penumpang panik, termasuk Rita. "Saya berpikir tentang kematian. Bagaimana jika saya mati dan tak beragama?" ia mengisahkan pada Republika Online, Rabu Siang.
Tiba-tiba ia teringat Islam yang ajarannya sempat mencuri perhatiannya beberapa bulan terakhir. "Saya bersumpah dalam hati, jika pesawat berhenti terguncang, maka saya akan masuk Islam," ujarnya. Tak menunggu sampai semenit, seketika itu juga pesawat kembali tenang.
Rita bersyukur. Namun, ia menyesali sumpahnya, dan meralat, dengan menyatakan guncangan adalah akibat cuaca buruk, dan membaik karena cuaca membaik, bukan campur tangan Allah.
"Sesaat setelah pikiran itu terlintas, pesawat kembali terguncang, lebih hebat. Seketika itulah saya menyadari, saya manusia lemah, ada yang lebih berkuasa atas saya. Islam, itu yang ada dalam hati saya," katanya, yang kemudian bertekad untuk menjadi Muslim secepatnya. Ia ingat, waktu menunjukkan pukul 17.35 saat itu, di pengujung 1999. Ia pulang untuk menghormati keluarga besarnya yang merayakan Natal.
***
Sampai di Jakarta, Rita belajar tentang Islam. Hingga ia mantap untuk bersyahadat, dan menghadiahkan Islam bagi dirinya sendiri, di hari ulang tahunnya, 2 April.
Namun, kedatangannya di masjid, ditolak takmirnya. "Besok saja datang lagi," ujarnya menirukan sang takmir. Pintu ditutup.
Ia menuju Masjid Agung Al Azhar Jakarta. Bertemu dengan seorang guru mengaji di lantai dua yang tengah mengajar seorang ibu dengan anak gadisnya, ia mengutarakan niatnya. Sang guru mengaji menyarankan untuk menunggu hingga Maghrib. "Namun saya minta bersyahadat saat itu juga, dan dia menuntun saya," ujarnya. Ia bersyahadat disaksikan dua orang yang ada di situ. Ia melihat arlojinya, jarum jam menunjukkan pukul 17.35. "Waktu yang sama dengan saat saya bersumpah akan masuk Islam."
Maghrib menjelang, ia terharu ketika banyak mualaf berdatangan, menyalaminya. Ia melakukan shalat pertamanya, berjamaah. "Saya dituntun berwudhu, diajari sebentar tentang shalat. Karena saya hanya bisa membaca Al Fatihah, itulah yang saya baca sepanjang shalat," kenangnya.
Pulang dari Al Azhar, ia pergi ke Melawai, membeli perlengkapan shalat.
Hal terberat adalah ketika memberitahu keluarganya tentang keislamannya. Ibunya hanya terdiam, dan menyodorkan Injil padanya untuk kembali dipelajari. Ia menggeleng. "Saya sudah memutuskan Islam, tapi saya tak akan berubah. Saya tetap Rita anak mama." Sang ibu menunduk, meneteskan air mata.
Demi menghormati sang mama, Rita selalu pergi ke masjid jika hendak menunaikan shalat, saat ibunya itu berkunjung ke rumahnya. "Saya tak ingin frontal di depan mama," ujarnya.
Namun ia selalu meyakinkan ibunya, bahwa Islam adalah pilihan hatinya. "Itu hanya antara saya dan pencipta saya, dan cara saya berkomunikasi dengan-Nya," ujarnya. Sedang soal habluminannas (hubungan antar manusia), ia tak mngurangi sedikitpun sikapnya pada wanita yang melahirkannya dan keluarga besarnya. Lama-lama hati sang mama luluh. Dua bulan kemudian, ia harus kehilangan papanya, berpulang ke alam baka.
***
Rita berkisah, ajaran Islam tentang berbaik sangka benar adanya. Apalagi berbaik sangka pada nikmat Allah. ia kerap menemukan 'keajaiban' berbaik sangka ini.
Salah satunya, saat ia berniat umrah Ramadhan. "Daripada berlebaran di Jakarta seorang diri, mending saya berumrah dan berlebaran di sana," katanya.
Namun, pendaftaran telah ditutup. Pemilik biro malah menyarankan untuk berhaji. "Saya tak punya uang," katanya.
Namun, saran pemilik biro untuk menyerahkan berkas untuk berhaji, dipenuhi. "Toh bisa batal seandainya urung," katanya. "Niat saya ke Tanah Suci baik, insya Allah, Allah memberi jalan."
Tak disangka, sepulang dari biro haji, ia ditelepon stafnya. Proposal proyeknya berhasil, dan ia mempunyai sisa uang lebih untuk melunasi ongkos haji.
Rita memandang hidup bak puzzle. Saling terangkai. Ibadah haji pulalah yang mengantarkannya pada jodohnya saat ini, Hari Rahmat. "Dua bulan berkenalan, kami menikah," ujarnya.
Menurut Rita, hidup akan mudah jika selalu berbaik sangka. Ia juga memegang teguh satu filosofi lain: "Mudahkan orang lain, maka Allah akan memudahkan urusan kita."
"Bantulah siapa saja, tak usah melihat latar belakangnya," kata dia yang mengaku hubungannya dengan keluarga tetap terjalin baik hingga saat ini.
"Kuncinya saling menenggang, saling bertoleransi," ujar ibu satu anak yang kini aktif sebagai relawan di sebuah lembaga nirlaba yang peduli pada penderita lupus ini.
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/11/06/08/lmh4rp-mualaf-rita-rahmat-allah-datang-ketika-saya-berada-di-titik-terendah
hamba tuhan- MUSLIM
-
Number of posts : 9932
Age : 23
Location : Aceh
Humor : Obrolan Santai dengan Om Yesus
Reputation : -206
Points : 15886
Registration date : 2010-09-20
Re: Mualaf Rita Rahmat: Allah Datang Ketika Saya Berada di Titik Terendah
ada yang nyusul..... pasti yg nyusul org2 pinter yg bisa menggunakan akalnya untuk berpikir secara sehat dan benar.
hamba tuhan- MUSLIM
-
Number of posts : 9932
Age : 23
Location : Aceh
Humor : Obrolan Santai dengan Om Yesus
Reputation : -206
Points : 15886
Registration date : 2010-09-20
Re: Mualaf Rita Rahmat: Allah Datang Ketika Saya Berada di Titik Terendah
apa ini berita hoax juga menurut tetangga sebelah??????
hamba tuhan- MUSLIM
-
Number of posts : 9932
Age : 23
Location : Aceh
Humor : Obrolan Santai dengan Om Yesus
Reputation : -206
Points : 15886
Registration date : 2010-09-20
Re: Mualaf Rita Rahmat: Allah Datang Ketika Saya Berada di Titik Terendah
Wah, kalau sudah sekarat terus baru mau tobat agak repot tuh urusannya. Lebih baik terlambat daripada tidak..... :04: :04: :04:
agus- SILVER MEMBERS
-
Number of posts : 8588
Location : Everywhere but no where
Job/hobbies : Baca-baca
Humor : Shaggy yang malang
Reputation : 45
Points : 14647
Registration date : 2010-04-16
Re: Mualaf Rita Rahmat: Allah Datang Ketika Saya Berada di Titik Terendah
agus wrote:Wah, kalau sudah sekarat terus baru mau tobat agak repot tuh urusannya. Lebih baik terlambat daripada tidak..... :04: :04: :04:
yg dapet kita petik hikmah dari berita tsb ini kayaknya bro.... Mudahkan orang lain, maka Allah akan memudahkan urusan kita
hamba tuhan- MUSLIM
-
Number of posts : 9932
Age : 23
Location : Aceh
Humor : Obrolan Santai dengan Om Yesus
Reputation : -206
Points : 15886
Registration date : 2010-09-20
Re: Mualaf Rita Rahmat: Allah Datang Ketika Saya Berada di Titik Terendah
hamba tuhan wrote:agus wrote:Wah, kalau sudah sekarat terus baru mau tobat agak repot tuh urusannya. Lebih baik terlambat daripada tidak..... :04: :04: :04:
yg dapet kita petik hikmah dari berita tsb ini kayaknya bro.... Mudahkan orang lain, maka Allah akan memudahkan urusan kita
Iya seh bro, jangan berbelit-belit kalau nanya ya ?
agus- SILVER MEMBERS
-
Number of posts : 8588
Location : Everywhere but no where
Job/hobbies : Baca-baca
Humor : Shaggy yang malang
Reputation : 45
Points : 14647
Registration date : 2010-04-16
Re: Mualaf Rita Rahmat: Allah Datang Ketika Saya Berada di Titik Terendah
agus wrote:Wah, kalau sudah sekarat terus baru mau tobat agak repot tuh urusannya. Lebih baik terlambat daripada tidak.....
Benar sekali Bro,..disaat kita merasakan kerongkongan tercekik menghembuskan nafas terakhir, di sanalah pintu kesempatan kembali kita sudah tertutup.
"Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta'ala meneria taubat seorang hamba, selama ruhnya belum sampai di kerongkongannya," ( H.R.Tirmizi)
demikian sabda Rasulullah saw tentang ke Maha Rahmah dan Pengampunnya Allah swt...
Re: Mualaf Rita Rahmat: Allah Datang Ketika Saya Berada di Titik Terendah
agus wrote:hamba tuhan wrote:agus wrote:Wah, kalau sudah sekarat terus baru mau tobat agak repot tuh urusannya. Lebih baik terlambat daripada tidak..... :04: :04: :04:
yg dapet kita petik hikmah dari berita tsb ini kayaknya bro.... Mudahkan orang lain, maka Allah akan memudahkan urusan kita
Iya seh bro, jangan berbelit-belit kalau nanya ya ?
ehm... ehm.....
hamba tuhan- MUSLIM
-
Number of posts : 9932
Age : 23
Location : Aceh
Humor : Obrolan Santai dengan Om Yesus
Reputation : -206
Points : 15886
Registration date : 2010-09-20
Re: Mualaf Rita Rahmat: Allah Datang Ketika Saya Berada di Titik Terendah
BOTELHEM wrote:agus wrote:Wah, kalau sudah sekarat terus baru mau tobat agak repot tuh urusannya. Lebih baik terlambat daripada tidak.....
Benar sekali Bro,..disaat kita merasakan kerongkongan tercekik menghembuskan nafas terakhir, di sanalah pintu kesempatan kembali kita sudah tertutup.
"Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta'ala meneria taubat seorang hamba, selama ruhnya belum sampai di kerongkongannya," ( H.R.Tirmizi)
demikian sabda Rasulullah saw tentang ke Maha Rahmah dan Pengampunnya Allah swt...
Yang repot tuh bro, udah sekarat masih berlagak pikun apa nggak kehabisan waktu tuh untuk kembali ke fitrahnya...
agus- SILVER MEMBERS
-
Number of posts : 8588
Location : Everywhere but no where
Job/hobbies : Baca-baca
Humor : Shaggy yang malang
Reputation : 45
Points : 14647
Registration date : 2010-04-16
Re: Mualaf Rita Rahmat: Allah Datang Ketika Saya Berada di Titik Terendah
Harus dipetik hikmahnya..hamba tuhan wrote:Kamis, 09 Juni 2011 01:00 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - "Mudahkan orang lain, maka Allah akan memudahkan kita," kata Rita Rahmat. Direktur perusahaan komunikasi dan media relation Aircomm ini tidak asal bicara. Mengelola bisnis, ia kerap mengalami jatuh bangun. Namun ia selalu optimis, sampai di suatu titik, kemudahan akan datang tanpa disangka-sangka. "Itu matematika yang susah untuk dijelaskan."
Mengenal Allah, dilakukan Rita saat dia berada di titik terendah hidupnya. Usahanya bangkrut, dan musibah datang bertubi-tubi. Ia mengurung diri di kamar, merenung. Rita kehilangan kepercayaan pada Tuhan. Daripada bingung berdoa pada banyak Tuhan, katanya, maka ia memutuskan 'berhenti' beragama. "Saya menyembah dan percaya pada Tuhan Sang Maha Pencipta, tapi tanpa agama," katanya.
Ia memutuskan pergi dari Jakarta, menggarap tawaran proyek kecil di Pulau Bintan. Walau diakuinya, pekerjaan itu tak terlalu menolong secara ekonomi.
Bahkan, ia pernah pulang ke Jakarta dari Bintan, dalam kondisi tak punya sepeser uangpun, dan terdampar di bandara Changi pula, karena tertinggal pesawat. Namun ia menyadari kini, itulah cara yang diatur-Nya untuk hidup dalam tuntunan Islam.
Dengan uang seadanya hasil pengembalian tiket, ia menyeberang ke Batam. Baru keesokan harinya ia kembali ke Jakarta dengan penerbangan berikutnya.
Jalan pulang yang dilalui, tidaklah mulus. Cuaca buruk, pesawat bergetar hebat. Penumpang panik, termasuk Rita. "Saya berpikir tentang kematian. Bagaimana jika saya mati dan tak beragama?" ia mengisahkan pada Republika Online, Rabu Siang.
Tiba-tiba ia teringat Islam yang ajarannya sempat mencuri perhatiannya beberapa bulan terakhir. "Saya bersumpah dalam hati, jika pesawat berhenti terguncang, maka saya akan masuk Islam," ujarnya. Tak menunggu sampai semenit, seketika itu juga pesawat kembali tenang.
Rita bersyukur. Namun, ia menyesali sumpahnya, dan meralat, dengan menyatakan guncangan adalah akibat cuaca buruk, dan membaik karena cuaca membaik, bukan campur tangan Allah.
"Sesaat setelah pikiran itu terlintas, pesawat kembali terguncang, lebih hebat. Seketika itulah saya menyadari, saya manusia lemah, ada yang lebih berkuasa atas saya. Islam, itu yang ada dalam hati saya," katanya, yang kemudian bertekad untuk menjadi Muslim secepatnya. Ia ingat, waktu menunjukkan pukul 17.35 saat itu, di pengujung 1999. Ia pulang untuk menghormati keluarga besarnya yang merayakan Natal.
***
Sampai di Jakarta, Rita belajar tentang Islam. Hingga ia mantap untuk bersyahadat, dan menghadiahkan Islam bagi dirinya sendiri, di hari ulang tahunnya, 2 April.
Namun, kedatangannya di masjid, ditolak takmirnya. "Besok saja datang lagi," ujarnya menirukan sang takmir. Pintu ditutup.
Ia menuju Masjid Agung Al Azhar Jakarta. Bertemu dengan seorang guru mengaji di lantai dua yang tengah mengajar seorang ibu dengan anak gadisnya, ia mengutarakan niatnya. Sang guru mengaji menyarankan untuk menunggu hingga Maghrib. "Namun saya minta bersyahadat saat itu juga, dan dia menuntun saya," ujarnya. Ia bersyahadat disaksikan dua orang yang ada di situ. Ia melihat arlojinya, jarum jam menunjukkan pukul 17.35. "Waktu yang sama dengan saat saya bersumpah akan masuk Islam."
Maghrib menjelang, ia terharu ketika banyak mualaf berdatangan, menyalaminya. Ia melakukan shalat pertamanya, berjamaah. "Saya dituntun berwudhu, diajari sebentar tentang shalat. Karena saya hanya bisa membaca Al Fatihah, itulah yang saya baca sepanjang shalat," kenangnya.
Pulang dari Al Azhar, ia pergi ke Melawai, membeli perlengkapan shalat.
Hal terberat adalah ketika memberitahu keluarganya tentang keislamannya. Ibunya hanya terdiam, dan menyodorkan Injil padanya untuk kembali dipelajari. Ia menggeleng. "Saya sudah memutuskan Islam, tapi saya tak akan berubah. Saya tetap Rita anak mama." Sang ibu menunduk, meneteskan air mata.
Demi menghormati sang mama, Rita selalu pergi ke masjid jika hendak menunaikan shalat, saat ibunya itu berkunjung ke rumahnya. "Saya tak ingin frontal di depan mama," ujarnya.
Namun ia selalu meyakinkan ibunya, bahwa Islam adalah pilihan hatinya. "Itu hanya antara saya dan pencipta saya, dan cara saya berkomunikasi dengan-Nya," ujarnya. Sedang soal habluminannas (hubungan antar manusia), ia tak mngurangi sedikitpun sikapnya pada wanita yang melahirkannya dan keluarga besarnya. Lama-lama hati sang mama luluh. Dua bulan kemudian, ia harus kehilangan papanya, berpulang ke alam baka.
***
Rita berkisah, ajaran Islam tentang berbaik sangka benar adanya. Apalagi berbaik sangka pada nikmat Allah. ia kerap menemukan 'keajaiban' berbaik sangka ini.
Salah satunya, saat ia berniat umrah Ramadhan. "Daripada berlebaran di Jakarta seorang diri, mending saya berumrah dan berlebaran di sana," katanya.
Namun, pendaftaran telah ditutup. Pemilik biro malah menyarankan untuk berhaji. "Saya tak punya uang," katanya.
Namun, saran pemilik biro untuk menyerahkan berkas untuk berhaji, dipenuhi. "Toh bisa batal seandainya urung," katanya. "Niat saya ke Tanah Suci baik, insya Allah, Allah memberi jalan."
Tak disangka, sepulang dari biro haji, ia ditelepon stafnya. Proposal proyeknya berhasil, dan ia mempunyai sisa uang lebih untuk melunasi ongkos haji.
Rita memandang hidup bak puzzle. Saling terangkai. Ibadah haji pulalah yang mengantarkannya pada jodohnya saat ini, Hari Rahmat. "Dua bulan berkenalan, kami menikah," ujarnya.
Menurut Rita, hidup akan mudah jika selalu berbaik sangka. Ia juga memegang teguh satu filosofi lain: "Mudahkan orang lain, maka Allah akan memudahkan urusan kita."
"Bantulah siapa saja, tak usah melihat latar belakangnya," kata dia yang mengaku hubungannya dengan keluarga tetap terjalin baik hingga saat ini.
"Kuncinya saling menenggang, saling bertoleransi," ujar ibu satu anak yang kini aktif sebagai relawan di sebuah lembaga nirlaba yang peduli pada penderita lupus ini.
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/11/06/08/lmh4rp-mualaf-rita-rahmat-allah-datang-ketika-saya-berada-di-titik-terendah
iman indah- BLUE MEMBERS
- Number of posts : 547
Reputation : -22
Points : 5406
Registration date : 2011-05-25
Re: Mualaf Rita Rahmat: Allah Datang Ketika Saya Berada di Titik Terendah
iman indah wrote:
bisa cek tkp bro...
hamba tuhan- MUSLIM
-
Number of posts : 9932
Age : 23
Location : Aceh
Humor : Obrolan Santai dengan Om Yesus
Reputation : -206
Points : 15886
Registration date : 2010-09-20
Page 1 of 1
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum
Fri 02 Feb 2024, 5:21 pm by buncis hitam
» kenapa muhammad suka makan babi????
Wed 31 Jan 2024, 1:04 am by naufal
» NYATA & FAKTA : TERNYATA YESUS PILIH MENGAULI KELEDAI DARIPADA WANITA!!! (sebuah penghinaan OLEH PAULUS)
Fri 12 Jan 2024, 9:39 pm by Uwizuya
» SORGA ISLAM RUMAH PELACUR ALLOH SWT...........
Tue 02 Jan 2024, 12:48 am by Pajar
» Moon Split or Islamic Hoax?
Wed 13 Dec 2023, 3:34 pm by admin
» In Islam a Woman Must be Submissive and Serve her Husband
Wed 13 Dec 2023, 3:32 pm by admin
» Who Taught Allah Math?
Wed 13 Dec 2023, 3:31 pm by admin
» BISNIS GEREJA YUUUKZ....LUMAYAN LOH UNTUNGNYA....
Wed 05 Jul 2023, 1:57 pm by buncis hitam
» ISLAM: Palsu, Maut, Tak Akan Tobat, Amburadul
Sun 07 May 2023, 9:50 am by MANTAN KADRUN